Koran Madura

Page 1

1

RABU 20 MARET 2013 NO.0079 | TAHUN II Koran Madura

RABU

Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-

20 MARET 2013

g PAMANGGHI

Fiksi Oleh : Fahrur Rozi

Penggiat literasi di KCN

S

ant/mohammad ayudha

MURAL ANTI KORUPSI. Warga tengah menelepon di samping mural anti korupsi di bawah Jembatan Layang kawasan jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (19/3). Mural menjadi salah satu media bagi para seniman untuk mengkritik korupsi yang semakin marak di negeri ini.

DANA JAMKESMAS

Pemprov Jatim Nunggak Rp 70-an Miliar JAKARTA-Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) meminta agar Pemprov Jawa Timur segera melunasi tunggakan dana Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang mencapai sekitar Rp70-an miliar kepada sejumlah rumah sakit di Jawa Timur. “Bayangkan kalau rumah sakit ditahan dananya sampai miliaran rupiah, mereka memberikan pelayanannya bagaimana,” kata anggota VI BPK, Rizal Djalil di Jakarta,Selasa, (19/3). Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK, rincian tunggakan klaim program Jamkesmas menunjukkan, yang tertinggi dilakukan pemda Provinsi Jawa Timur sebesar Rp48 miliar lebih kepada RSUD dr Saiful Anwar. Lalu kepada RSUD dr Soetomo sebanyak Rp22 miliar lebih dan Pemkab Malang kepada RSUD Kanjuruhan sebanyak Rp19 miliar lebih. Kemudian diikuti Pemprov DKI Jakarta kepada RSUP Harapan Kita sebanyak Rp23 miliar lebih. Sementara pemda Provinsi Jawa Barat kepada RSUD Karawang sebanyak Rp13 miliar lebih. Secara global, kata Rizal, BPK menemukan Rp263 miliar dana Jamkesmas yang belum dipertanggungjawabkan Kementerian Kesehatan (Kemkes) dan masih tersimpan di BRI hingga saat ini. “Ada total Rp263 dana Jamkesmas yang belum dipertanggungjawabkan ada di BRI sekarang,” tuturnya. BPK memberikan waktu selama dua bulan ke depan, terhitung sejak hari ini kepada Kemkes, untuk memberikan penjelasan dan pertanggungjawaban terhadap dana yang tidak terpakai tersebut. “Kita masih tunggu Irjen Kemkes untuk menjelaskan seperti apa posisinya, kenapa uang belum habis dipakai atau belum dikembalikan ke keuangan negara. Kita berikan waktulah kepada mereka,” terangnya. Di samping dana Jamkesmas, BPK juga menemukan pemerintah daerah (pemda) masih menunggak sekitar Rp348 miliar kepada Pusat Pelayanan Kesehatan (PPK) melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Tunggakan ini terjadi di 120 kabupaten/ kota sebagai sampling pemeriksaan. Karena itu, BPK merekomendasikan agar pemda segera membayar tunggakan tersebut, agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan lebih baik kepada masyarakat. “Hampir merata di Jawa dan Sumatera, tetapi paling besar di DKI Jakarta. Bayangkan kalau rumah sakit ditahan dananya sampai miliaran rupiah ,mereka memberikan pelayanannya bagaimana,” imbuhnya. Rizal mengatakan, total sisa dana Jamkesmas tahun 2012 sebesar Rp629 miliar, di mana Rp366 miliar di antaranya sudah disetor atau dikembalikan kepada sistem keuangan negara. Sementara itu sisanya sebanyak Rp263 miliar tersebut masih tersimpan di BRI. Karena itulah BPK meminta kepada Irjen Kemkes untuk melacak sisa dana tersebut. (cea/beth)

Gus Choi dan Lily Wahid Diberhentikan Dari DPR JAKARTA- Dua politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang selama ini dikenal vocal, Lily Chodidjah Wahid dan Effendy Choirie (Gus Choi) resmi diberhentikan sebagai anggota DPR. Surat pemberhentian tersebut berdasarkan Keputusan Presiden No 21/P tahun 2013 tanggal 14 Maret 2013. “Rencananya, hari ini, Rabu (20/3), pukul 11.00 WIB Kepres sudah turun. Itu Kepres tertanggal 14 Maret, diterima tanggal 18 Maret,” ujar Kepala Biro Kepegawaian DPR RI, Sintong saat dihubungi wartawan, Selasa (19/3). Selain Lily Wahid dan Gus Choi (PKB), satu anggota Fraksi Gerindra Harun Al Rasyid juga akan di PAW. Namun, sampai saat ini belum diketahui siapa pengganti ketiga orang tersebut. “Iya ada Kepres penghentian untuk yang akan digantikan, dan Kepres pen-

gangkatan untuk yang akan menggantikan,” tukas dia. Lebih jauh kata Sintong, dalam Kepres tersebut menyatakan kedua anggota DPR itu diberhentikan dari jabatannya sebagai anggota dewan, dan digantikan dengan kader PKB lainnya yang sesuai dengan dapil keduanya. “Iya ada Kepres penghentian untuk yang akan digantikan, dan Kepres pengangkatan untuk yang akan menggantikan,” tutur dia. Sebagaimana diketahui, Lily Wahid dan Effendy Choirie, alias Gus Choi adalah dua politisi PKB yang sering berseberangan dengan sikap FPKB DPR maupun pemerintah. Perilaku keduanya dianggap menjadi duri dalam daging. Akhirnya, mereka diusulkan dipecat. Adapun dua orang penggantinya, yakni Jazilul Fawaid mengganti Lily Wahid dan Andi Muawiyah Ramli mengganti Gus Choi. Ditempat terpisah, Gus Coi justru merasa bangga dipecat bukan karena korupsi, tetapi membela rakyat dengan cara

yang benar. Selama berkiprah di DPR, sikap politik Gus Choi memang sangat keras dan bukan saja berseberangan dengan FPKB DPR tapi juga pemerintah. Selain itu Gus Choi dan Lily Wahid menyatakan siap menggugat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait diterbitkannya Keppres Nomor 21/P/ tahun 2013 tanggal 14 Maret 2013 itu. “Kuasa hukum saya akan gugat Marzuki Alie dan Presiden RI karena keputusan pencopotan ini bersifat politis,” ujarnya. Sementara itu kata Lily Wahid, saat ini gugatannya terkait pemecatan pada 2011 silam juga masih dalam proses di Mahkamah Agung (MA). Sehingga pemecatan kali ini tidak sesuai dengan prosedur karena perkaranya belum selesai. Tak Mengerti Gus Choi mengaku tak mengerti atas dasar apa dirinya dipecat, karena belum ada keterangan resmi dari PKB. “Saya dengar begitu saya akan diganti. Tapi saya enggak

TUNTUT PESANGON

Ratusan Pensiunan BRI Turun Jalan

i komang aries dharmawan/koranmadura

TUNTUT PESANGON. Pensiunan karyawan BRI dari tahun 2003 ini menggelar aksi di depan Kantor Wilayah BRI Surabaya. Mereka menuntut uang pesangon yang hingga kini belum mereka terima. Mereka menuding manajemen BRI berusaha mengaburkan perihal pesangon yang sebenarnya sudah diatur undang-undang. SURABAYA - Ratusan pensiunan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pensiunan BRI Perjuangan Pesangan (FKP3), dari berbagai daerah di Jawa Timur (Jatim), menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Wilayah BRI, di komplek gedung Tower Plasa BRI, jalan Basuki Rahmat, Surabaya. Mereka menuntut uang pesangon yang sampai

saat ini belum mereka terima. Padahal, pesangon yang diberikan perusahaan kepada karyawan sudah diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor 13 tahun 2003, tentang ketenagakerjaan. Selasa (19/3). Kordinator FKP3, M. Syarif Arfedy dalam orasinya dengan lantang meneriakkan seruan kepada pihak BRI untuk segera menyelesaikan pembayaran pesangon. “Aksi

dapat surat dari fraksi. Itu sih kerjaanya fraksi aja main kucing-kucingan keluarin saya, dan ibu Lily Wahid,” ujar dia. Menurut anggota Komisi I DPR RI ini pemecatan dirinya bersifat politis, tanpa ada landasan yang kuat. “Kalau pun saya digusur yah tidak apaapa, sama seperti Gus Dur yang digusur mereka. Tapi yang penting sesuai dengan kaidah hukum bukan main asal copot seperti ini,” sambung dia Selain itu, sampai saat ini pihaknya juga belum mendengar akan dilaksanakan Pergantian Antar Waktu (PAW). Belum ada informasi resmi rencana PAW itu. “Lah saya surat aja enggak dapet, saya eggak tahu besok ada PAW. Yah enggak dateng lah,” jelas dia. Pemecatan terhadap Gus Choi dikabarkan tak lepas dari sikap yang sering bersebrangan dengan fraksi. Dukungan Gus Choi terhadap hak angket mafia pajak dan kasus dana talangan Bank Century berbuntut panjang dan menjadi penyebab PKB memecatnya. (gam/cea)

yang kami lakukan ini merupakan bentuk kekecewaan kami terhadap manajemen BRI. Karena sesuai dengan undang-undang, masa pensiun normal, karyawan berhak menerima pesangon. Tapi kenyataannya tidak seperti yang diharapkan,” teriak dia. Dirinya juga menuding pihak BRI berusaha untuk menyamarkan makna dari UU, dengan mengeluarkan Surat Kepurusan (SK) Direksi BRI, dengan kop surat No : 883-DIR/KPS/10/2012. ‘’Dalam surat itu, BRI merekayasa pengertian pesangon, seakan-akan pihak BRI tidak wajib memberikan,’’ ungkap dia. Arfedy berharap, jika pihak BRI segera menindak lanjuti aspirasi FKP3. Jika tidak, pihaknya mengancam akan menerjunkan massa yang lebih banyak. ‘’Kami adalah pensiunan dari tahun 2003, massa kami lebih dari 6.000 orang,’’ jelasnya. Selain berorasi, pengunjuk rasa yang memasuki usia purna itu juga membacakan puisi dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka juga membawa keranda untuk menggambarkan matinya hati nurani manajemen BRI yang tidak mau membayar pesangon mantan karyawannya. Usai menggelar aksi di depan Kantor Wilayah BRI, di komplek gedung Tower Plasa BRI, para demonstran yang sudah lanjut usia ini, melanjutkan aksinya di depan Gedung Negara Grahadi, di Jalan Gubernur Suryo dengan berjalan kaki. Mereka juga menggelar orasi serupa, tepat di bawah Patung Gubernur Suryo di area Taman Apsari. (wan/beth)

aat membaca berita tentang penyerangan 75 tentara ke Markas Polres OKU, Sumatera Selatan, 7 Maret 2013, saya membayangkan itu adalah adegan fiksi. Sayangnya, adegan tersebut gagal membuat saya kagum karena fiksi yang sesungguhnya tampaknya lebih menarik. Di film The Expandable, misalnya, aksi Jason Statham dan Sylvester Stallon lebih bisa membuat adrenalin saya terpacu. Akhir-akhir ini saya memang kerap membayangkan sejumlah kejadian memilukan di negeri ini sebagai sebuah fiksi. Sebagai fiksi, tentu saja ia hanya rekaan pikiran, tak pernah benar-benar terjadi dalam kehidupan. Persis dongeng-dongeng pengantar tidur. Namun, lagi-lagi, dongeng kancil yang mencuri timun masih tampak lebih menarik ketimbang peristiwa-peristiwa tersebut. Bagi saya, menghadirkannya sebagai fiksi merupakan salah satu upaya menenteramkan hati dari gempuran berita-berita negatif yang diproduksi media setiap hari. Sebagaimana kita tahu, negeri ini dikelola dengan keributan yang sungguh luar biasa. Oleh para penguasa, kita dibuat pusing terhadap berbagai masalah yang tumpang-tindih. Bosan dengan skenario politik yang mudah ditebak, akhirnya saya hanya berharap kepada dunia fiksi. Dunia tersebut menawarkan relaksasi. Ia kadang juga diam-diam membuat saya tersenyum, membayangkan betapa bodohnya saya saat mempercayai omongan politisi yang mengaku agamis, padahal maling. Di waktu yang lain, Luis Sepulveda, Akhir-akhir novelis dan ini saya jurnalis kelahimemang kerap ran Cile tahun membayangkan 1949, memsejumlah bawa ingatan kejadian saya kepada salah satu adememilukan gan dalam novdi negeri ini elnya yang ber- sebagai sebuah judul “Pak Tua fiksi yang Membaca Kisah Cinta” (Marjin Kiri, 2005). Dalam novel tersebut digambarkan seorang walikota yang tambun dan malas berpikir. Penduduk ElIdilio menjuluki lelaki tersebut dengan la Babosa, Siput Lendir. Tubuh gempalnya terus memproduksi keringat dan membuat lelaki itu tak lepas dari pekerjaan memeras sapu tangannya. Suatu ketika, walikota tersebut menuduh sejumlah orang Indian Shuar, penduduk lokal, menghunjamkan parang ke tubuh seorang bule yang datang ke daerah itu, hingga membuatnya tewas dan membusuk. Orang Shuar menolak, namun walikota ngotot dan menghantamkan popor senapannya. Antonio Jose Bolivar Proano, seorang pendatang dari San Luis, mencoba menentang walikota. “Maaf. Anda omong kosong. Tak ada luka parang,” katanya. “Aku tahu apa yang kulihat,” sergah walikota. “Tidakkah Anda lihat daging terkoyak mengelupas? Tidakkah Anda lihat luka tetak ini dalam di bagian rahang dan makin ke bawah makin dangkal? Tidakkah Anda lihat ada empat sabetan, bukan satu?” lanjut Bolivar. “Apa maksudmu?” tanya walikota. “Tidak ada yang namanya parang empat mata. Ini bekas cakar. Cakar macan kumbang. Hewan yang sudah dewasa benar yang membunuhnya. Enduslah ini,” kata Bolivar. Soal kemalasasan sang walikota ini, ada banyak contoh pejabat dan politisi di negeri kita. Seorang teman pernah bertanya, kenapa pejabat dan politisi yang dulu pernah kuliah di luar negeri dan bahkan mendapat penghargaan malah pernyataannya remuk begitu? Terhadap pertanyaan itu, saya kembali menghadirkan fiksi. “Mungkin syarat menjadi pejabat atau politisi negeri ini harus siap menjadi bodoh,” =

Maniak “Pak, ini ada info kecelakaan,” kata Matrawi, menelpon radio yang biasa menerima informasi dari pendengar. “Kecelakaan apa? Bisa dijelaskan?” balas penyiar radio. “Sepeda motor nabrak batas jalan. Nama pengendara Matrawi, alamat dan no ktp..” “Sebentar, kok bisa lengkap sekali bapak tahu data yang kecelakaan.” “Anu pak, yang kecelakaan saya sendiri.” Penyiar: ohhh. . . Pantas saja.

Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Koran Madura by koran madura - Issuu