1
KAMIS 21 NOVEMBER 2013 NO.0244 | TAHUN II Koran Madura
KAMIS
21 NOVEMBER 2013
g PAMANGGHI
Pemimpin ‘Matre’ Oleh : Zeinul Ubbadi
Wartawan Koran Madura
ant/sigid kurniawan
PROTES PENYADAPAN AUSTRALIA. Seorang simpatisan dari Relawan Nasionalis Kebangsaan menginjak kertas bergambar bendera Australia yang dibakar di depan Gedung Agung, Yogyakarta, Rabu (20/11). Aksi tersebut sebagai protes terhadap Australia yang telah melakukan penyadapan ke sejumlah petinggi Indonesia termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mendukung pemerintah Indonesia untuk bersikap tegas atas kejadian tersebut.
KASUS SUAP IMPOR DAGING
Soeripto Akui Kenal Bunda Putri JAKARTA-Mantan anggota DPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Soeripto diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (20/11. Soeripto diperiksa sebagai saksi terkait kasus pengurusan izin kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian dengan tersangka Direktur Utama PT Indoguna Utama, Maria Elisabeth Liman. “Soeripto diperiksa sebagai saksi,” ucap Kepala Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha. Selain Soeripto, KPK juga memanggil Direktur operasional PT Indoguna Utama, Arya Abdi Effendy, sebagai saksi. Soeripto sendiri telah tiba di Gedung KPK. “Saya dipanggil untuk Maria Elizabeth Liman,” kata Soeripto.
Ditanya soal Bunda Putri, Soeripto mengaku mengenalnya. Bahkan Soeripto mengaku mengenal suami Non Nurlela Saputri yakni Hasanuddin Ibrahim yang diketahui sebagai Direktur Jenderal Holtikultura di Kementerian Pertanian. “Itu Hasanuddin. Iya (Hasanuddin Ibrahim) Dirjen,” ungkap Soeripto. Namun, dia mengaku tak pernah berkomunikasi dengan Hasanuddin. “Enggak pernah komunikasi cuma pernah ketemu,” ucap lelaki yang mengenakan kemeja batik cokelat lengan pendek itu. Saat dikonfirmasi soal sosok Sengman Tjahja dalam perkara tersebut, Soeripto mengaku tak tahu “Saya ditanya apakah kenal sama Sengman? Saya bilang tidak kenal, lalu apakah pernah Sengman bicara soal mengajukan persoalan impor daging dari Sengman. Bagaimana saya mau mengajukan, kenal pun tidak dan tak pernah itu. Sekitar itu,” kata Soeripto. Selain itu, Soeripto juga mengaku ditanya apakah mengenal Elizabeth, apakah pernah diajak bicara impor daging oleh Hilmi Aminuddin dan Luthfi Hasan Ishaaq. “Saya tidak kenal dan belum pernah bertemu Elizabeth. Lalu, saya tidak pernah ngomong impor daging, paling-paling diminta masukan baik dari Ustad Hilmi ataupun Ustad Luthfi yang berkaitan dengan situasi dalam negeri. Jadi sama sekali tidak bicara soal daging,” ujarnya. (gam/abd)
Hari ini KPK Periksa JK Dipanggil sebagai Saksi Ahli Kasus Century JAKARTA- Komisi Pemberantasan Korupsi akan memeriksa Wakil Presiden Indonesia 2004-2009 Jusuf Kalla sebagai saksi ahli terkait kasus Bank Century, Kamis (20/11). “Memang benar Pak JK (Jusuf Kalla) dipanggil sebagai saksi ahli dalam kasus Century, Kamis,” kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Gedung KPK, Jakarta, Rabu. Terkait pemanggilan Jusuf Kalla sebagai saksi ahli, Johan mengatakan Jusuf Kalla mungkin dianggap mengetahui, pernah mendengar, pernah melihat atau karena keahliannya. “Mungkin ada keterangan dari pak JK yang diperlukan penyidik. Kalau dipanggil kan untuk membuat lebih terang kasus tersebut,” jelas Johan. Pada rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) 20-21 November 2008, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perpu) No 4 Tahun 2008 pada 15 Oktober 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sri Mulyani berperan sebagai Ketua merangkap anggota dan Boe-
diono sebagai anggota. Dari rapat KSSK ditetapkan bahwa Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Bank Century mendapatkan dana talangan hingga Rp6,7 triliun pada 2008 meski pada awalnya tidak memenuhi syarat
karena tidak memenuhi kriteria karena rasio kecukupan modal (CAR) yang hanya 2,02 persen padahal berdasarkan aturan batas CAR untuk mendapatkan FPJP adalah 8 persen. Saat itu Jusuf Kalla menjabat
sebagai Wakil Presiden namun dia pernah mengatakan bahwa pemberian dana talangan kepada Bank Century itu tidak perlu. Jusuf Kalla justru merasa banyak terjadi kejanggalan dalam kasus Bank Century termasuk pemberian dana talangan yang memakan biaya hingga triliunan rupiah. Padahal awalnya Century hanya butuh suntikan dana sebesar Rp 638 miliar. Audit Badan Pemeriksa Keuangan atas Century menyimpulkan ada ketidaktegasan Bank Indonesia terhadap bank milik Robert Tantular tersebut karena diduga mengubah peraturan yang dibuat sendiri agar Century bisa mendapat FPJP yaitu mengubah Peraturan Bank Indonesia (BPI) No 10/26/PBI/2008 mengenai persyaratan pemberian FPJP dari semula dengan CAR 8 persen menjadi CAR positif. Dalam perkara Century, KPK baru menetapkan mantan Deputi Bidang IV Pengelolaan Devisa Bank Indonesia Budi Mulya sebagai tersangka pada 7 Desember 2012 yang akhirnya ditahan sejak 15 November 2013. Sementara mantan Deputi Bidang V Pengawasan BI Siti Chodijah Fajriah adalah orang yang dianggap dapat dimintai pertanggungjawaban hukum. (ant/ mon/beth)
SEMUA ibu pasti menginginkan anak cerdas, berprestasi dan juga baik hati. Sayangnya, Tuhan tidak memberikan itu pada semua anak dengan kadar yang sama. Ada yang kurang pintar, tapi baik hati. Ada yang pintarnya minta ampun, tapi nakalnya juga masyaallah. Ibu yang “normal” akan memanjatkan doa setiap saat agar ankanya cerdas, pintar dan disukai banyak orang. Sebab dialah buah hati dan tempat menitip diri saat nanti usia telah senja. Namun nyatanya, pintar atau baik hati sekalipun, bukanlah segala-galanya. Saat seorang ibu ditawarkan untuk menukar anaknya dengan anak tetangga yang lebih pintar, ganteng dan lebih lucu, ia langsung menolak. “Sakalipun dia pinter dan lucu kan bukan anak saya” jawabnya tangkas sambil memeluk anaknya lebih erat. Ia memandangi saya dengan tajam namun tak muncul apa pun dari bibirnya. Ia sepertinya ingin mengatak banyak hal, tapi gagal menemukan bahasa untuk membuat saya faham. Saya tertunduk dan memaknainya sendiri tanpa berani melawan tatapannya. Ada banyak hal yang masuk akal secara materialistis, tapi tidak semuanya benar. Andai ibu tadi bepikir materialistis semata, ia tentu mau menukar anaknya. Sebab dari kacamata materialisme, anak yang lebih pintar dan rupawan tentu masa depannya lebih bisa diprediksi daripada anak yang telmi dan lemot. Perkataan Marty NataleKedaulatan gawa, Menteri Luar Negri dan harga diri kita saat ditanya wartamelampaui wan tentang hubungan soal kerjasama indonesia-australia cukup ekonomi dan membuat kita sedikit lega, soal banyaknya sebab naluri keibuannya masih lebih kuat daripada warga kita naluri materialismenya. yang ... “Kedaulatan dan harga diri melampaui soal kerjasama ekonomi dan soal banyaknya warga kita yang bekerja dan sekolah di negeri kanguru itu” ucap Marty tegas. Pernyataan ini seperti angin segar setelah sekian lama kita tidak mendengar kata-kata semacam ini dari pemimpin-pemimpin kita. Ya, mungkin bukan karena istimewa --sebab memang begitulah seharusnya kita bersikap-- namun karena pernyataan semacam ini sudah langka sekali terdengar. Lihatlah bagaimana pemimpin kita yang lain justru berucap masih akan menunggu sikap baik Australia. Padahal di depan parlemennya, Tony Abbot dengan tegas sudah mengatakan bahwa pihaknya tidak akan meminta maaf atas operasi intelijennya memata-matai kita. Menarik duta besar kita dari Australia adalah langkah yang membanggakan. Namun membiarkan Duta Besar Australia tetap tinggal di negeri kita membuat banyak celoteh bertanya, “Ini langkah tegas atau gertak sambal? Atau jangan-jangan cuma sekedar tindakan pemoles citra? =
Portugal, Prancis, Kroasia dan Yunani mengamankan empat tiket terakhir dari zona Eropa. Sukses mengalahkan lawan-lawan mereka mengantarkan empat tim tersebut ke Piala Dunia 2014 di Brasil.
Akhirnya Lolos
ke Brazil
PASCA PENYADAPAN
Dubes Australia Perlu Dipersonanongratakan
SEMARANG- Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R. Siti Zuhro memandang perlu Pemerintah memersonanongratakan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, terkait dugaan kantornya menjadi markas penyadapan.
“Tindakan persona nongrata ini sebagai refleksi hukuman terhadap Dubes Australia yang mengizinkan kantornya (Kedutaan Besar Australia di Indonesia, Jakarta, red.) jadi markas penyadapan,” kata Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A. ketika dihubungi dari Semarang,
Rabu malam. Menurut alumnus jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember itu, pelanggaran yang dilakukan oleh Australia dengan menyadap pembicaraan sejumlah pejabat Negara Kesatuan Republik Indonesia telah menghilangkan kepercayaan Indonesia terhadap Negeri Kanguru itu. Dosen tetap pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Riau itu menekankan bahwa menggunakan kantor Kedutaan Besar Australia di Indonesia sebagai markas penyadapan sangat keji, tidak etis, dan tidak bermoral. Menurutnya, hal tersebut sangat merendahkan martabat Indonesia “Seharusnya Indonesia merespons masalah ini dengan tegas dan tidak mengenal kompromi supaya menjadi pelajaran tak terlupakan bagi sindikat penyadap,” kata Wiwieq, sapaan akrab R. Siti Zuhro. (ant/kli)
Pesanan Matrawi senang sekali hari itu. Terlihat di ujung jalan menuju rumahnya seseorang datang dengan sumringah. Ia yakin orang ini adalah calon pelanggan yang akan memesan sesuatu terkait usaha meuble yang baru dirintisnya. “Pak saya ingin pesan satu set meja kerja, berpa hari kira-kira jadi?” tanya tamu itu. “O, cepat pak, kira-kira hanya 15 hari saja” “Wah lama sekali itu” seru sang tamu “Begini pak, seandainya sampean pesan 15 hari lalu tentu hari ini sudah jadi” jawab Matrawi santai. Cak Munali