1
JUMAT 22 MARET 2013 NO. 0081 | TAHUN II Koran Madura
JUMAT
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
22 MARET 2013
g PAMANGGHI
Proporsi Oleh : Abrari Alzael
Pemimpin Redaksi Koran Madura
ant/muhammad ayudha
SESNEG TERBAKAR. Sejumlah petugas pemadam kebakaran berusaha menjinakkan api yang membakar Gedung Utama Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (21/3). Belum diketahui penyebab kebakaran tersebut.
HUKUM
Pasal Santet Masuk KUHP JAKARTA-Masuknya pasal santet dalam RUU KUHP dianggap sebuah kemunduran hukum di Indonesia. Bahkan dikesankan hukum di Indonesia hanya meniru hukum diluar negeri. “Kok hukum Indonesia mengikuti Saudi yang masih percaya sihir dimana beberapa TKI diputus salah atas pengakuan orang lain (majikan) yang anaknya hilang, sakit akibat praktik sihir para TKI tersebut,” kata Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari di Jakarta, Kamis (21/3). Seperti diketahui, Rancangan KUHP yang tengah digodok Komisi III DPR memang mengandung unsur santet. Dalam RUU yang diajukan pemerintah tersebut, terdapat dalam pasal 293 yang mengatur penggunaan ilmu hitam ini. Berikut ini bunyi pasal tersebut: (1). Setiap orang yang menyatakan dirinya mempunyai kekuatan gaib, memberitahukan harapan, menawarkan, atau memberikan bantuan jasa kepada orang lain bahwa karena perbuatannya dapat menimbulkan penyakit, kematian, penderitaan mental atau fisik seseorang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak kategori IV. (2) Jika pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) melakukan perbuatan tersebut untuk mencari keuntungan atau menjadikan sebagai mata pencaharian atau kebiasaan, maka pidananya dapat ditambah dengan 1/3 (satu per tiga). Lebih jauh kata Eva, sangat aneh ada anak majikan yang dikatakan hilang itu beberapa bulan kemudian kembali ke rumah. Namun, tidak ada kompensasi apapun atas kerugian yang dialami TKI. “Pasal ini rawan dimanipulasi massa Indonesia yang gampang dihasut dan disulut bahkan melalui peredaran sms,” tambahnya Menurut Eva, pasal tersebut bukannya melindungi malah mengakomodasi mobilisasi kebencian. “Saya tidak percaya sistem hukum kita mampu memberikan keadilan pada minoritas, lihat saja kasus Ahmadiyah, Pendeta HKBP yang dikriminalisasi polisi atas hasutan kelompok radikal,” ungkapnya. Yang jelas, Eva mengaku sangat prihatin masuknya pasal santet. Karena pasal santet lebih banyak kerugiannya. “Fungsi hukum untuk menstransformasi masyarakat gagal,” tuturnya. Eva mengatakan secara teknis bukti formil mungkin bisa dipenuhi seperti fakta adanya paku, kawat di perut. “Tapi gimana materialnya? Terutama tentang pelaku, bahwa yang mengirim adalah X atu Y. Itu yang bikin gap sehingga rawan untuk kriminalisasi seseorang,” tukasnya. Pandangan yang sama juga datang dari Ketua F-PKB, Marwan Jakfar yang mengaku kurang sepakat. Alasanya, sangat sulit untuk mencari pembuktian secara hukum. “Pasal santet susah pembuktiannya. Untuk menjadi fakta hukum susah sekali. Gimana cara membuktikan santet, susah sekali itu,” katanya. (gam/cea)
Dokumen Century Diduga Ikut Terbakar
Dua Lantai Gedung Setneg Dilalap si Jago Merah JAKARTA-Gedung Sekretariat Negara (Setneg) di Kompleks Istana Presiden terbakar selama lebih dari satu jam. Kobaran api yang kian membesar pun melalap lantai tiga dan empat gedung. Tidak kurang dari 27 unit armada pemadam kebakaran untuk menjinakkan Si Jago Merah yang akhirnya padam pada pukul 18.15 WIB. Belum dipastikan, apa penyebab kebakaran gedung yang menyimpan arsip penting negara ini. Namun dipastikan, dokumen Bank Century ikut terbakar. Berdasarkan pemantauan di lapangan Koran Madura, amukan api tampak menggila di bagian atap Gedung Setneg, bahkan lidah api tampak menjilat gedung yang tepat
berada di sisi pintu masuk tamu istana. Namun demikian, peristiwa tersebut tidak menelan korban jiwa, hanya saja sebagian besar bagian gedung mengalami rusak parah. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang didampingi sejumlah pasukan pengamanan presiden (Paspampres) turun langsung ke sekitar lokasi kebakaran untuk mengetahui penyebab kebakaran. “Iya, tadi sama saya bareng-bareng sama menteri. Saya lari ke sini,” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto di Jakarta, Kamis (21/3). Sebelumnya, saat kebakaran terjadi, Yudhoyono masih menggelar rapat kabinet bersama sejumlah jajaran menteri yang lokasinya berjarak sekitar 150 meter dari Gedung Setneg. Tepat pukul 17.30 WIB Presiden mengakhiri rapat kabinet dan segera bergegas memantau lokasi kebakaran.
Selain Djoko Suyanto, Presiden juga didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. ]Tanda Tanya Terbakarnya gedung utama Setneg, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, menimbulkan tanda tanya besar. Benarkah peristiwa itu murni kebakaran, atau sengaja dibakar? Pernyataan ini kontan mewarnai jejaring sosial TMC Polda Metro Jaya yang cepat menyebarkan gambar-gambar terbakarnya gedung Setneg dalam akun facebooknya. “Seumur hidup, baru dgr istana negara kabakaran. Ada apa ya Allah?” ujar Humairah Amien, salah seorang warga yang mengomentari gambar gedung kebakaran itu, Kamis, (21/3). Hal yang sama diungkapkan warga lainnya yang mengunjungi akun Facebook TMC Polda Metro Jaya, A Sarah Agustina
Nainggolan. Dia justru curiga dengan terjadinya kebakaran di gedung Setneg itu. “Hmmm, kira-kira penyebab kejadian apa yah? Apakah karena hubungan pendek arus listrik? Apakah karena kecerobohan seseorang? Apakah karena seseorang yang punya otak teroris? Atau karena unsur dari politik seseorang?” timpalnya penuh tanya. Sementara itu, Koordinator Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Adhie Massardi menilai, kebakaran di Gedung Sekretariat Negara (Setneg) dekat Istana Presiden, diduga disengaja. “Diduga disengaja untuk menghilangkan dokumen, khususnya Century,” ujar Adhie kepada wartawan di Cava Cafe, Jakarta, Kamis (21/3). Sebelumnya, isu kudeta terhadap pemerintahan SBY yang hendak dilakukan kelompok Ratna Sarumpaet, santer diberitakan, menyusul adanya info dari Badan Intelijen Negara (BIN) dari kelompok Ratna Sarumpaet.(gam/cea/bud)
SATWA BARU
KBS Kini Dihuni Binatang Seperti Sapi Bertanduk Rusa
ant/eric ireng
SATWA BARU. Dua ekor satwa Eland (Taurotragus oryx) asal Afrika, berada di satu kandang di Kebun Binatang Surabaya (KBS) Surabaya, Kamis (21/3). Kedatangan dua ekor Eland endemic Afrika tersebut, menambah jumlah dan jenis satwa koleksi KBS. SURABAYA-Kebun Bintang Surabaya (KBS), Kamis (21/3) kemarin mendatangkan satwa baru, yakni dua ekor Eland berjenis kelamin jantan dan betina asal Afrika. Kedua Eland masing-masing berusia 5 dan
4 tahun tersebut, didatangkan langsung dari Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, menggunakan dua kotak kayu besar diangkut pada sebuah truk. “Ini memang koleksi satwa terbaru
kami. Dari catatan kami, sejak dulu memang belum memiliki jenis satwa endemic Afrika ini. Langsung didatangkan dari TSI II Prigen, Kamis siang dan kami tempatkan di bekas kandang Bison,” ujar Humas KBS, Anthan Warsito. Kehadiran dua Eland tersebut, diharapkan KBS akan mendambah daftar panjang koleksi satwa yang saat ini sedikitnya ada 460 jenis satwa, terdiri dari berbagai satwa berasal dari berbagai negara. “Yang pasti dua Eland ini akan menambah jumlah koleksi satwa sekaligus jenis satwa yang ada di KBS. Saat ini di KBS, kondisi dua ekor tersebut cukup sehat dan normal,” tegas Anthan. Ia menambahkan, dalam waktu dekat KBS mendatangkan sejumlah satwa lainnya, seperti Jerapah, Watusi dan jenis lainnya, menyusul akan hadir menambah dan menggantikan koleksi satwa KBS yang mati. “Beberapa satwa lainnyajuga akan hadir di KBS,” pungkas Anthan. Untuk diketahui Eland adalah jenis herbivora yang mengkonsumsi rumput sebagai makanan utama. Bentuk tubuhnya yang menyerupai sapi, namun dengan tektur wajah menyerupai Kijang ditambah tanduk panjang yang bisa dimiliki Oryx. (ara)
Apakah sudah saatnya, agama dikembalikan kepada agama yang berdiri sendiri dan tidak berjenis kelamin. Politik juga begitu. Ia berada di ruang sebelah, tidak beragama. Agama sebuah terminal besar. Di dalamnya ada lahan parkir dan tentu saja, toilet. Sebagai terminal, ia memiliki aturan sendiri. Begitu pula toilet, ia punya tatacara sendiri. Mencampuradukkan sesuatu yang bisa dipisah dalam satu rumah besar akan semakin nagras ketidakteratuannya. Tidak mungkin ada ruang tidur di dalam kamar mandi. Ini hanya pemikiran yang tidak bisa diadili dengan hitam atau putih. Tetapi hanya menyandingkan satu hal dan hal lain sesuai porsi dan proporsi, sesuai maqomnya. Hipotesa ini muncul ketika trend agama yang menempel pada politik tertentu justru menjadikan agama seakanakan tidak populer dan dijauhi umat. Sejumlah survey menyebut parpol yang diembeli agama semakin terasing dari masyarakat yang beragama. Ini artinya, masyarakat menghendaki politik dijalurkan kepada proporsinya bukan dilacurkan kepada hal yang bukan seharusnya. Dengan demikian, politik tenang di garis edarnya dan agama juga tumakninah di ruang orbitnya. Masing-masing term ini mengalir beriringan menuju muaranya masing-masing. Sengkarut keadaan yang terjadi selama ini patut didiagnosa karena bercampur-aduknya sesuatu yang semestinya bisa dibuat terpisah dan bersekat. Seolaholah, ada keraAnak-anak kusan sistesejarah masa mik dimana depan semakin seseorang berlari dari ingin menkenyataan jadi sesuatu politik yang yang melamdianggapnya paui kedirianjauh dari nya. Situasi proporsi. ini tidak lucu tetapi membuat bantyak orang akan menggelengkan kepalanya. Memang, setiap warga negara memiliki hak untuk menjadi atau tidak menjadi yang diinginkannya. Ibas, sebagai warga negara ketika itu, sebelum akhirnya mundur dari parlemen memiliki hak untuk menjadi anggota parlemen yang berfungsi sebagai sosok yang melakukan kontrol, legislasi, dan budgeting. Dari sisi psikologis, Ibas agak berat sebagai parlemen mengontrol presiden yang tak lain ayahnya sendiri. Begitu pula sebaliknya presiden SBY. Sebagai orang tua memiliki hak kontrol terhadap anaknya sendiri yang secara kelembagaan berhak mengontrol dirinya sebagai presiden. Meski tidak salah dengan konstruk yang seperti itu tetapi lebih proporsional bila situasi ini tidak terjadi. Tetapi akhirnya terjadi, saat itu. Itu hanya satu tamsil dari sekian peristiwa serupa di berbagai penjuru republik. Ada semacam ketidakpatutan yang dianggap kelaziman dan mewabah. Itu sebabnya, perlu regulasi agar ketidaklaziman ini tidak berlangsung secara terus-menerus dan meracuni generasi bangsa. Anak-anak sejarah masa depan semakin berlari dari kenyataan politik yang dianggapnya jauh dari proporsi. Meredupnya kebutuhan politik yang berjaket agama ini seharusnya semakin mahal karena stoknya terbatas. Tetapi, ia semakin tidak diminati karena sesungguhnya tempat agama sesuai proporsi tidak di situ. Namun, banyak orang memaksa memasangkannya seolah-olah untuk menarik calon pembeli dan ternyata publik tidak tertarik. =
Bukan Pelacur Malam itu Satpol PP bergerak menggelar razia PSK. “Hei Kamu, ayo cepat naik, kau harus ikut kami” teriak salah satu anggota satpol pp kepada seorang wanita yang tertangkap tangan sedagn mesum. “Pak sungguh saya bukan PSK, saya cuma penjual kondom” rengeknya. “Lha, tadi apa yang kamu lakukan bersama lelaki hidung belang itu?” “Itu saya lagi nge-tes kondomnya, bocor ato tidak, sebab kalo bocor saya dimarahi pelanggan” “Baiklah, penjual kondom juga harus ikut saya” jawab anggota satpol PP itu sambil geleng-geleng kepala tak habis pikir.
Cak Munali