e Paper Koran Madura 22 Oktober 2013

Page 1

1

SELASA 22 OKTOBER 2013 NO.0223 | TAHUN II Koran Madura

SELASA

22 OKTOBER 2013

g PAMANGGHI

Politisi Oleh : Miqdad Husein

Kolumnis, tinggal di Jakarta

ant/syaiful arif

HADANG PENGERJAAN TOL. Warga yang tergabung dalam Jamaah Korban Pembagunan tol (JKPT) melakukan penghadangan truk di lokasi proyek Jalan Tol Kertosono-Mojokerto seksi II Desa Banjardowo, Jombang, Jawa Timur, Senin (21/10). Penghadangan terhadap truk itu karena uang ganti rugi belum dibayarkan.

ADU KUAT Dua Klub Raksasa

Bui Menunggu Fathanah Jaksa Menuntut Fathanah 17 Tahun, 6 Bulan Penjara JAKARTA-Jaksa KPK menuntut hukuman 17 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp500 juta subsider 6 bulan kurungan dalam perkara suap dengan terdakwa kasus suap pengurusan kuota impor daging di Kementerian Pertanian RI dan pencucian uang, Ahmad Fathanah. Sedangkan untuk tindak pidana pencucian uang, Fathanah dituntut hukuman 10 tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider satu tahun kurungan.

Robinho

Bomber AC Milan

MILAN - Dua klub raksasa sepak bola dunia, AC Milan dan Barcelona akan saling berhadapan pada laga ketiga Grup H Liga Champions di Stadio Giuseppe Meazza, Selasa (22/10) malam waktu setempat atau Rabu (23/10) dini hari WIB nanti. Dalam dua musim terakhir, kedua raksasa Eropa ini selalu bertemu di Liga Champions. Barcelona selalu menghentikan langkah Milan untuk melaju ke tahap yang lebih jauh.

Berita di hal 8

Nomor 31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, sebagaimana diubah pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 Juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana. Sementara untuk TPPU, terdakwa terbukti melanggar Pasal 5 Undang-undang Nomor 8/2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo 65 ayat (1) KUHPidana. Jaksa Siswanto memaparkan, terdakwa Ahmad Fathanah selaku orang kepercayaan mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq telah memban-

“Menuntut supaya majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang memeriksan dan mengadili, menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang,” kata Jaksa Rini Triningsih saat membacakan tuntutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (21/10) petang. Suami pedangdut Septy Sanustika itu tampak lesu, tidak bersemangat saat jaksa mulai membacakan tuntutannya di ruang persidangan. Fathanah yang mengenakan batik bercorak warna coklat dan kuning itu sesekali menoleh ke arah jaksa yang membacakan tuntutan. Kemudian tertunduk lagi dengan tangan digenggam. Ahmad Fathanah terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur Pasal 12 huruf a Undang-undang

PASCA SKANDAL SUAP MK

Perppu Penyelamatan MK Langgar UUD JAKARTA-Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) penyelamatan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dikeluarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai melanggar UUD 1945. Pasalnya, jika dilihat dari segi kegentingan, Perppu tersebut sudah tidak ada lagi. “Misalnya kewenangan yang diberikan KY untuk menyeleksi, untuk bertentangan UUD juga dengan UU MK itu sendiri, maka kalau membuat mekanisme DPR sudah membuat mekanisme,” kata Ketua DPP Bidang Hukum PDIP Trimedya Panjaitan, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (21/10). Menurut dia, Presiden SBY tidak cermat dan teliti dalam membuat Perppu

tu penambahan kuota impor daging 8.000 ton untuk PT Indoguna Utama (IU) bersama empat anak perusahaannya. Terdakwa pada 28 Desember 2013, mempertemukan Luthfi Hasan Ishaaq dengan Direktur Utama PT IU Maria Elizabeth Liman dan Elda Devianne Adiningrat di Angus Steak, Senayan City. Dalam pertemuan itu, Maria meminta Luthfi untuk membantu penambahan kuota impor daging untuk PT Indoguna Utama dan berkomitmen memberikan dukungan dana bila penambahan kuota impor daging bisa diupayakan. (gam/abd/aji)

penyelamatan MK. Sebab, kata dia, Presiden SBY menggeneralkan persoalan Akil Mochtar yang tersangkut korupsi dengan seluruh hakim konstitusi yang ada di MK. Kendati demikian, PDI Perjuangan belum memutuskan apakah menolak atau menerima Perppu tersebut. Dia menegaskan, partainya masih akan menelaah tentang baik tidaknya Perppu itu untuk didukung oleh DPR masa sidang yang akan datang. “Belum, kita menghormati mekanisme yang berlaku di DPR. Kalau kami mengkaji sementara ini, kalau ada keputusannya lebih ke pimpinan fraksi,” pungkasnya. Secara terpisah, Ketua Fraksi PKB di DPR, Marwan Jafar menilai Perppu penyelamatan MK menyudutkan partai politik (parpol). Bahkan pasca penerbitan Perpu penyelamatan MK, proses deparpolisasi begitu nyata, massif, dan

sistematis.Hal itu bisa dilihat dalam dialog dan komentar berbagai pihak di media massa. “Sangat jelas anti parpolnya, dan sangat jelas menyudutkannya. Parpol tidak anti kritik, tapi kalau saluran demokrasi ini dihabisi, tentu ada maksud-maksud terselubung yang harus kita waspadai bersama,” kata Marwan, di Gedung DPR, Senin (21/10). “Sebelum dan sesudah Perppu MK diterbitkan, parpol begitu disudutkan, dihina, dicaci, dimaki, didegradasi, bahwa parpol adalah satu-satunya sumber masalah di negeri ini. Hampir semua kalangan begitu menghujat parpol. Ini yang saya sebut sebagai sebuah tragedi partai politik,” lanjut dia. Menurut Marwan, perekrutan hingga penempatan hakim MK yang dilakukan di DPR dan ada kader partai politik yang menjadi hakim MK, tampak sekali

dipermasalahkan. Kalau ada yang salah itu oknum, bukan parpolnya. “Dalam Perpu tertera bahwa orangorang parpol boleh menjadi hakim MK setelah tujuh tahun keluar dari parpol, ini tentu juga sangat diskriminatif. Orangorang parpol dalam hal ini selalu dicurigai dan dipandang tidak bisa netral dan independen,” jelas Ketua DPP PKB ini. Lebih jauh Marwan menjelaskan bahwa hal itu secara mudah dianggap tidak amanah. Dan menurutnya jelas-jelas ini bentuk kecurigaan yang tidak berdasar dan sangat subyektif. “Siapa yang mempengaruhi Presiden dalam menyusun Perpu itu? Ini satu pertanyaan yang menggelitik untuk kita telusuri,” celetuknya. “Bahwa siapapun manusianya, baik dari parpol maupun non parpol, seharusnya diberi hak yang sama jika memang berkualitas, kredibel, dan profesional. Ini adalah hak setiap orang untuk menduduki jabatan tertentu. Bukan seperti Perpu ini yang sangat diskriminatif,” tegasnya. (gam/abd)

Pada saat HM. Akil Mochtar, Ketua MK yang berlatar belakang politisi Partai Golkar tertangkap tangan KPK, berkembang pemikiran perlunya strerilisasi jabatan tertentu dari tokoh politik. Posisi seperti Hakim MK, MA, BPK misalnya tidak boleh dari kalangan partai politik. Dan Perppu terbaru langsung merespon antara lain mengharuskan tokoh partai yang ingin menjadi Hakim MK sekurangnya sudah mundur atau tak aktif di partai selama tujuh tahun. Sebagian masyarakat agaknya menganggap politisi sebagai makhluk yang mudah terjerat tindak pidana korupsi. Termasuk juga politisi dianggap mudah terseret konflik kepentingan dalam menangani berbagai masalah. Kasus Akil Mochtar digadang-gadang sebagai contoh kongkrit betapa rentannya politisi terjebak konflik kepentingan dan terutama korupsi. Persepsi pemikiran ini sangat simplifik; menyederhanakan masalah. Bahkan bisa jadi terjebak kesalahan logika. Sangat mudah mematahkanSiapapun, bila nya. Bisa saja, masih bernama pemikiran manusia berbeda dikembangberpotensi kan bahwa melakukan kesalahan, juga Hakim MK sangat mungkin berlatar belakang politik berbuat baik justru hebat. Contohnya Mahfud MD, yang berangkat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terbukti sukses dan dinilai banyak kalangan bersih. Deretan kesalahan logika bisa makin terlihat ketika kasus korupsi yang melibatkan kalangan profesional dipaparkan. Yang paling aktual kasus Rudi Rubiandini, Kepala SKK Migas. Ia bahkan berlatar belakang akademisi dengan reputasi sangat baik. Lalu, masih ingat Prof Dr. Nazaruddin Syamsudin, Mulyana W Kusumah, Prof. Dr. Sujudi, Prof. Dr. Rukmin Dahuri. Mereka sejatinya jauh dari latar belakang politik. Dan dari kalangan pejabat karir yang tersangkut pidana korupsi, bisa dideret panjang lagi baik yang menjadi Hakim, Hakim Agung, Jaksa dan jabatan tinggi lainnya. Siapapun, bila masih bernama manusia berpotensi melakukan kesalahan, juga sangat mungkin berbuat baik, menjauh dari tindak korupsi; dari latar belakangan manapun termasuk yang berstatus tokoh agama atau moral sekalipun. Jika masih bernama manusia, yang memiliki keinginan dan nafsu serta juga kemampuan mengendalikan diri, potensi berbuat baik sama mungkinnya dengan potensi berbuat jahat. Di sinilah perlunya apa yang disebut sistem, pengawasan dan sanksi hukum sebagai efek jera. Tiga hal ini, mutlak diperlukan terhadap jabatan sehebat apapun. Pengawasan dan sanksi hukum lebih prioritas tertuju pada perilaku personal, sedang sistem lebih menyangkut kebutuhan kelembagaan. Sayangnya, bangsa ini masih saja melakukan kesalahan sama, mengabaikan tiga hal itu, terutama pengawasan. Ego kelembagaan kadang mengemuka, lalu mengabaikan urgensi pengawasan, seperti pada MK, yang instrumen pengawasannya dibatalkan oleh – ironisnya- MK sendiri. Akibatnya, MK yang belum akil baliq, karena masih muda, Ketuanya, Akil Mochtar ditangkap KPK. =

Cita-Cita Di kelas, Matrawi duduk dengan sebangku dengan seorang gadis cantik. Namanya Siti. Pada saat pelajaran berlangsung, Siti dan Matrawi ditanya oleh gurunya : Guru

: Siti, kalo kamu besar nanti apa cita-cita kamu? Siti : Saya mau jadi dokter trus punya RS sendiri, punya rumah dan mobil mewah, kapal pesiar dan apartemen mewah, untuk membahagiakan suami, anak2 dan orang tua saya pak. Guru : Bagus... mulia sekali citacita kamu..., dan kalo kamu Matrawi apa cita-cita kamu? Matrawi : Kawin sama Siti pak... Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.