1
SENIN 23 SEPTEMBER 2013 NO.0204 | TAHUN II Koran Madura
SENIN
23 SEPTEMBER 2013
g PAMANGGHI
Jembatan Oleh : MH. Said Abdullah
Anggota DPR RI, asal Madura
ant/m risyal hidayat
INDONESIA JUARA. Pesepakbola tim nasional Indonesia, Maldini (15) berebut bola dengan pesepakbola timnas Vietnam, Nguyen Phong Hong (7) dan Truong Van Thiet (4) dalam pertandingan babak final AFF U-19 Championship 2013 di Gelora Delta Sidoarjo, Jatim, Minggu (22/9) malam. Setelah melewati 120 menit waktu normal dan tambahan, Indonesia akhirnya mengalahkan Vietnam via babak tos-tosan dengan skor 7-6. Berita di halaman 16
Tunda Saja Pemilu Daftar Pemilih Tetap Masih Amburadul
ant/fanny octavianus
PEMBUKAAN ISG. Kontingen Indonesia menyapa penonton saat pembukaan Islamic Solidarity Games ke-3 di Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Minggu (22/9). Acara itu dibuka Presiden SBY dan akan berlangsung hingga 1 Oktober 2013
ISLAMIC SOLIDARITY GAMES
Presiden Buka ISG Palembang PALEMBANG- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Minggu malam membuka Islamic Solidarity Games (ISG) III 2013 di Stadion Sriwijaya Kompleks Olahraga Jakabaring Palembang. Acara berlangsung mulai pukul 20.00 WIB tersebut dihadiri oleh Presiden Islamic Solidarity Sports Federation (ISSF) Pangeran Nawaf bin Faisal bin Fahd, Ketua Panitia ISG III Palembang Rita Subowo dan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo dan Gubernur Sumsel Alex Noerdin. Dalam acara pembukaan yang dihadiri 16.000 peserta dan penonton itu juga menampilkan defile 44 kontingen yang totalnya berjumlah 1.400 orang atlet dan ofisial. Pengucapan janji atlet dan wasit masing-masing dilakukan oleh Sazli Rais (atlet wushu) dan wasit Eko Darwanto (wasit cabang bola voli). Acara juga disemarakkan dengan tarian kolosal Spirit Islamic Solidarity oleh pelajar SMA Palembang dan Sanggar Tari Palembang. Sejumlah menteri yang mendampingi Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono antara lain Menko Polhukam Djoko BERITA Suyanto, Mensesneg Sudi TERKAIT Silalahi, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Koperasi Halaman 14 dan UKM Syarif Hassan, Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo dan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko. Cendera mata “Islamic Solidarity Games” seperti gantungan kunci, baju kaos, dan boneka maskot laris menjelang pembukaan pesta olahraga negaranegara Islam itu di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu. Pantauan di kios pedagang cendera mata “Islamic Solidarity Games/ISG” yang ada di beberapa titik jalan menuju lokasi pembukaan dan di area Stadion Glora Sriwijaya Jakabaring tempat berlangsungnya acara pembukaan pesta olahraga negara-negara Islam itu. Salah seorang pedagang cendera mata ISG Fahmi mengatakan, kiosnya banyak dikunjungi masyarakat yang akan menghadiri acara pembukaan pesta olahraga tersebut. Pengunjung banyak membeli cendera mata seperti gantungan kunci, topi, baju kaos yang bertuliskan logo serta maskot ISG, dan boneka maskot ISG. Cendera mata itu dijual dengan harga bervariasi seperti gantungan kunci Rp5.000 hingga Rp12.500 per buah, topi Rp25.000 - Rp50.000 per buah, baju kaos Rp45.000 - Rp125.000 per buah tergantung ukuran dan kualitas bahan, serta boneka maskot ISG Rp90.000 per buah, katanya. (ant/har/beth)
JAKARTA-PDI Perjuangan mulai mencium adanya ketidakberesan dalam rangka persiapan pemilu 2014 nanti. Salah satu indikasinya adalah kacaunya Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang mencapai 65 juta pemilih. Jumlah itu cerminan suara potensial rakyat dalam pemilu. “Ini jelas mengindikasikan adanya pelanggaran sistematis di birokrasi kependudukan Kemdagri,” kata Wasekjen PDI Perjuangan, Andreas H Pareira di Jakarta, Minggu (22/9) Menurut Andreas, bila terjadi ketidakcocokan antara DPT dan Data Kependudukan begitu besar pasti ada sesuatu yang tidak beres. Artinya ini potensi kecurangan sangat besar. “Kalau 65 juta kesalahan ini dibiarkan sama saja dengan memberikan peluang pada Parpol yang sedang berkolaborasi dengan Kemdagri untuk menang Pemilu tanpa kerja keras,” ungkapnya Malah Andreas memprediksi pengalaman Pemilu 2009 dengan DPT yang amburadul akan terulang
lagi. “Suara rakyat dimanipulasi, demokrasi tercederai,” ujarnya. Untuk itu, Andreas mendukung sepenuhnya KPU untuk membersihkan data-data yang kotor. Selain itu, komisi II DPR perlu memanggil Kemendagri dan KPU untuk menjelaskan ketidaksinkronan DPT dan Data kependudukan Kemdagri tersebut. Menurut Andreas, harus diusut tuntas ketidakberesan dan menuntut ke pengadilan apabila ada indikasi manipulasi DPT yang sistematis. “Ketidakberesan DPT mencerminkan kegagalan 9 tahun pemerntahan SBY dalam membenahi data kependudukan,” katanya. Andreas juga menyarakan lebih baik Pemilu ditunda dan Pemerintah SBY mengundurkan diri apabila DPT ini tidak bisa diperbaiki. “Karena ini jelas-jelas tindakan kriminal Pemilu, mengorupsi suara rakyat dan merusak demokrasi yang sudah susah payah dibangun di negeri ini,” ujarnya. Kemarin, Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah menjelaskan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tidak menyebutkan penyandingan data daftar pemilih sementara hasil perbaikan (DPSHP) dengan daftar penduduk potensial pemilih
pemilu (DP4). “Kalau ada penyandingan data itu sebagai bentuk apresiasi saja untuk melahirkan data yang ‘match’ (cocok) antara KPU dan Kementerian Dalam Negeri,” tuturnya Menurut Ferry, penyandingan data sebetulnya diatur dalam undang-undang ketika proses data agregat kependudukan per kecamatan (DAK2) diturunkan menjadi DP4. Di sini, data Kemendagri disandingkan dengan daftar pemilih terakhir milik KPU. Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2012 pasal 32 disebutkan bahwa data DAK2 tersebut digunakan KPU sebagai dasar untuk pembentukan daerah pemilihan, sementara data DP4 digunakan untuk menyusun daftar pemilih sementara (DPS). Sementara itu, Dirjen Dukcapil, Irma, mengatakan Kemendagri pada Februari lalu menyerahkan DP4 kepada KPU sebanyak 190 juta. Mereka mengklaim DP4 tersebut berdasarkan perekaman data kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). “Semua data yang kami serahkan itu sudah memiliki NIK (nomor induk kependudukan) sesuai dengan standar yang diamanatkan UU, dengan akurasi ketunggalan 99,30 persen,” imbuhnya. (gam/cea)
PEMBANGKIT LISTRIK
Kemarau Mengancam Pasokan Listrik Jawa-Bali TULUNGAGUNG. Pasokan listrik untuk Jawa dan Bali akhirakhir ini dipastikan akan menurun. Sebab kinerja beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di pulau Jawa kini mengalami penurunan. Hal ini disebabkan menyusutnya debet air di daerah-daerah tempat PLTA tersebut berada. Salah satunya di waduk Wonorejo. Pembangkit listrik di daerah ini yang semula mampu menghasilkan daya listrik hingga 6,2 Mega Watt dengan durasi operasi 24 jam, kini hanya mampu 10 jam durasi operasi dalam setiap harinya. Selain di Tulungagung, hal serupa juga terjadi pada PLTA Mrica di Banjarnegera Jawa Tengah. Manajer Humas PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit (UBP) Mrica, Sambudi, mengatakan bahwa debit air yang masuk ke Waduk Panglima Besar Soedirman, Banjarnegara, Jawa Tengah, mengalami penyusutan akibat kemarau.
“Saat musim hujan, debit air yang masuk ke waduk mencapai 30 meter kubik per detik, namun sekarang hanya 20 meter kubik per detik,” katanya saat dihubungi wartawan, di Banjarnegara, Rabu.
Menurut dia, penyusutan tersebut berdampak pada pengoperasian turbin pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica. Akhirnya mengurangi tenga listrik yang dihasilkan. (ant/sah/sum/beth)
“Merdeka itu, ketika gambar Soekarno Hatta berbaris rapi di dompet. Kalau masih gambar Pattimura yang berjejer, berarti belum merdeka,” begitu joke yang beredar di kalangan pengguna ponsel, saat negeri ini merayakan kemerdekaan, beberapa waktu lalu. Joke itu jelas bukan bicara soal kualitas dan nilai kepahlawanan. Nama-nama yang disebut memang para pahlawan namun konteks joke lebih terkait pada persoalan keuangan; terkait kesejahteraan. Gambar Soekarno Hatta menegaskan ratusan ribu, sedang pahlawan Pattimura, sebagaimana diketahui menghiasi uang seribuan. Keduanya secara tersirat mewakili kondisi kemakmuran; yang satu makmur, yang satu masih harus banting tulang mengumpulkan uang seribu demi seribu. Perlu seratus lembar gambar Pattimura untuk menyamai satu lembar bergambar Soekarno Hatta. Puluhan tahun lalu, Bung Karno, pernah melontarkan pernyataan yang bila salah kurang lebih kelola, negeri menggambarkan sama. loh jinawi ini rakyatnya bisa Bedanya, lonhanya menjadi taran Bung Karno lebih kuli di negeri merupakan sendiri pesan kebangsaan tentang hakekat dan makna kemerdekaan; yang joke lebih mewakili kondisi riil kekinian. “Merdeka hanya sebuah jembatan walaupun jembatan emas. Di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis!” begitu, pernyataan Bung Karno. Ada pesan obyektif yang ditegaskan Bung Karno. Bahwa kemerdekaan itu walau merupakan jembatan emas tetap dihadapkan pada tantangan bagaimana mengisi hari-hari sesudah merdeka. Sangat tergantung kesungguhan kerja. Kemerdekaan bisa membawa masyarakat Indonesia dalam kehidupan yang adil dan sejahtera, jika diikuti kerja keras. Sebaliknya bila pasca kemerdekaan anak negeri ini salah mengelola, yang terjadi dunia penuh ratap dan tangis. Dalam satu kesempatan bahkan Bung Karno pernah mengatakan, bila salah kelola, negeri loh jinawi ini rakyatnya bisa hanya menjadi kuli di negeri sendiri. Yang jadi majikan segelintir orang, atau kekuatan-kekuatan dari luar. Yang menguasai sumber daya alam bukan anak negeri ini tapi para pemodal asing. Lalu bagaimana kondisi negeri ini dalam kurun waktu belakangan ini? Apakah memang seperti disinyalir Bung Karno yang dalam bahasa joke lebih banyak rakyat yang dompetnya hanya berisi deretan gambar Pattimura; sementara hanya sebagian kecil saja, yang dompetnya berisi gambar Soekarno-Hatta; atau bahkan orang-orang luar sana yang bisa jadi dompetnya sesak berisi dollar. Masyarakat negeri ini sudah tentu bisa menilainya. Yang jauh lebih penting, tentu saja -lepas dari berbagai ironi yang terjadi di negeri ini- bagaimana mewujudkan pernyataan Bung Karno itu. Bagaimana agar jembatan emas kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata tak tersia-sia. Mampu memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyat di negeri ini. Secara akal sehat, kita ingin semua rakyat negeri ini di dompetnya berjejer dan berbaris rapi gambar Soekarno-Hatta. Kalau toh berbeda, lebih pada jumlah dengan kelipatan yang tak terlalu jauh. Artinya, kemakmuran dirasakan dan dinikmati seluruh rakyat, tanpa kecuali. =
Sudah Ada Saat berbelanja di pasar, Matrawi bertemu seorang pengemis berusia masih muda. Berlagak arif Matrawi mencoba bertanya. “Kenapa sampeyan mengemis dan bukannya berjualan?” tanya Matrawi. “Lha, kan sudah ada pak,” jawab pengemis singkat. “Maksudnya? “ tanya Matrawi lagi. “Ya. Yang jualan sudah ada, yang membeli ada, yang bantu angkut-angkut barang juga ada. Nah saya yang bagian meminta-minta,” tutur mengemis sambil melengos pergi. Matrawi terdiam, melongo. Cak Munali