1
RABU 23 OKTOBER 2013 NO.0224 | TAHUN II Koran Madura
RABU
23 OKTOBER 2013
PASCA SKANDAL SUAP MK
KPK Jerat Akil dengan Sangkaan Baru JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih membuka peluang menjerat Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) nonaktif Akil Mochtar dengan pasal tindak pidana pencucian uang (TPPU). Saat ini, tim penyidik KPK tengah mendalami bukti-bukti dugaan tindak pidana pencucian uang tersebut. “Soal TPPU masih didalami. Kemungkinan itu terbuka,” kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (22/10).
Untuk diketahui, dugaan terjadinya TPPU yang dilakukan Akil mengemuka setelah diketahui banyak aliran duit mengalir ke CV Ratu Semangat milik istrinya, Ratu Rita Akil. Dalam LHA Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan terungkap, ada aliran uang Rp2 miliar yang berkaitan dengan perkara Pemilu Kada Kampar, Riau dan Rp 500 juta berkaitan Pemilu Kada di Halmahera, Maluku Utara ke CV RS. Masingmasing terjadi pada 2010 dan 2011.
Kemudian, juga tercatat adanya transaksi keluar sekitar Rp 100 miliar ke rekening di dua Bank BUMN. Terungkap, juga dalam laporan itu, Susi Tur Handayani, pengacara yang diketahui sudah ditetapkan sebagai tersangka bersama Akil, sering mengalirkan uang miliaran rupiah ke CV RS. KPK kata Johan telah menetapkan sangkaan baru kepada, Akil Mochtar yaitu penerimaan suap terkait pilkada di luar Kabupaten Gunung Mas dan Lebak. Barang bukti adanya penerimaan suap tersebut yaitu uang sebesar Rp 2,7 miliar dan mobil. “Ya kemarin ada ditemukan uang Rp 2,7 miliar. Kan ada uang dan ada mobil yang disita,” kata dia. Johan menjelaskan sangkaan baru kepada Akil adalah pasal 12B UU Nomor 20/2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam pasal tersebut, ada diatur mengenai pembuktian terbalik. Jika diterimanya kurang dari Rp 10 juta maka yang membuktikan bahwa hartanya itu tidak diperoleh dari tindak pidana korupsi adalah jaksa penuntut umum (JPU). Namun, kalau nilainya di atas Rp 10 juta, maka akan dibebaskan pembuktian terbaliknya kepada terdakwa di persidangan. “Iya, yang Rp 2,7 miliar kan itu diduga (dari tindak pidana korupsi), nanti dibuktikan di pengadilan,” jelasnya.(gam/aji/abd)
Messi
ant/widodo s. jusuf
SUTARMAN JADI KAPOLRI. Kapolri terpilih Komjen Pol. Sutarman menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti Sidang Paripurna DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/10). Sidang Paripurna DPR menyetujui dan menetapkan Komjen Pol. Sutarman menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Pol Timur Pradopo yang memasuki masa pensiun.
Ada Aroma Korupsi dari Istana Elza Syarif: Skandal Hambalang Diatur Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi JAKARTA - Korupsi pembangunan kompleks olahraga Hambalang akhirnya sampai ke Istana juga. Ternyata korupsi ini diatur oleh orang paling dekat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Bahkan, menantunya juga kecipratan dana korupsi Hambalang. Hal itu diungkapkan oleh Elza Syarif, pengacara mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Menurutnya, dalam kasus ini Sudi berperan mengatur agar proyek Hambalang dilaksanakan melalui kontrak tahun jamak atau multiyears. “Dananya ada yang mengalir kepada menantunya, cuma nama menantunya, karena tadi buru-buru, dia (Nazaruddin) tidak sempat memberikan. Mungkin nanti setelah pemeriksaan, Nazaruddin akan menyebutkan sendiri siapa menantu itu,” kata Elza, di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (22/10). Menurut Elza, KPK memeriksa kliennya sebagai saksi terkait penyidikan kasus dugaan korupsi proyek Hambalang. Elza mengatakan, menurut Nazaruddin, perubahan anggaran Hambalang dari kontrak single year (tahun tunggal) ke multiyears (tahun jamak) disetujui Menteri Keuangan
Wajib Menang Berita di hal 8
saat itu, Agus Martowardojo dan Direktur Anggaran Kemenkeu Anny Ratnawati atas perintah dari Sudi. “Jadi yang memerintahkan untuk dicairkan multiyears, untuk disetujui, dari seorang menteri, di mana menteri itu yang berkuasa terhadap menteri-menteri yang lain,” ucapnya. Sebelumnya, Nazaruddin menyebut menteri berinisial SS terlibat penyelewengan dalam proyek Hambalang dan proyek e-KTP. Menurut Nazaruddin, menteri SS tersebut mengintervensi agar pelaksanaan proyek Hambalang dan e-KTP dilaku-
kan melalui kontrakmultiyears atau tahun jamak. Ia tidak menyebut nama menteri yang dimaksudnya itu. Nazaruddin hanya mengatakan hal tersebut agar terbuka bagaimana cara mengeruk uang dari proyek eKTP dan Hambalang. Elza kemudian membenarkan kalau menteri SS yang dimaksud kliennya ini adalah Mensesneg Sudi Silalahi. Sebelumnya, terkait proyek e-KTP, Nazaruddin menyebut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menerima uang dari proyek tersebut. Marzuki Diperiksa
SKANDAL SUAP MK
Diperiksa KPK, Ratu Rita Stress
Macan Setelah pulang nonton sirkus, Matrawi dan Matrahem ngobrol-ngobrol di atas pickup yang ditumpanginya. Matrahem : Macan india kok bisa nari ya.. Hebat banget Matrawi : Ah, kamu ini... Masih kalah hebat dengan Macan Indonesia Matrahem : Memang di indonesia ada yang kayak gitu? Matrawi : Ada. Bahkan bukan hanya bisa menari. Tapi juga bisa menyanyi. Matrahem : Lho masak.....? Dimana itu? Matrawi : Itu Trio Macan. Apa kamu gak pernah nonton? Matrahem: Oaalaaaaahhh.. itu bukan macan kang, itu can macanan... Cak Munali
JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Ratu Rita Akil, istri Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) nonaktif Akil Mochtar selama 5 jam. Pemilik CV Ratu Semangat itu diperiksa penyidik sebagai saksi buat tersangka Akil Mochtar dalam perkara kasus suap sengketa pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) di MK. “Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk AM (Akil Mochtar),” kata Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK, Priharsa Nugraha di Jakarta, Selasa (22/10). Ratu Rita datang di gedung KPK mengenakan kerudung hijau dan kacamata hitam, bersama dengan pengacara Akil, Tamsil Sjoekoer. Dia tidak berkomentar apapun mengenai pemeriksaannya itu.
Rita sendiri nampak keluar dari Gedung KPK, sekitar pukul 14.52 WIB didampingi sejumlah pengacaranya. Saat keluar, Rita tak bicara sepatah kata pun. Pengacara Akil, Tamsil Sjoekor mengaku, Ratu Rita Akil, sempat tertekan saat dipanggil untuk diperiksa oleh KPK. Ratu Rita sempat mangkir pada pemanggilan pertama beberapa waktu yang lalu. Ratu Rita bahkan sempat menolak untuk diperiksa dalam kasus yang menjerat suaminya. Menurut Tamsil, Ratu Rita kaget saat KPK melayangkan surat pemanggilan terhadap dirinya. Sebab, Ratu Rita mengaku tidak tahu apa-apa terhadap kasus yang menjerat suaminya itu. “Menolak menjadi saksi. Ibu enggak tahu sama sekali dan kaget,” ujarnya.
Skandal
Suap MK
Tamsil menambahkan, Ratu Rita tidak mengetahui jika suaminya juga mengonsumsi narkoba. “Ibu belum tahu kalau Pak Akil memakai. Tap Pak Akil kasih tahu kita kalau kemarin diambil darahnya oleh BNN,” ujarnya. Selain Ratu Rita, KPK juga memeriksa Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah untuk tersangka Tubagus Chaeri Wardana. “Ya saya saksi untuk Pak Tubagus,” kata Amir. Namun, ia tidak menjelaskan mengenai perihal uang Rp1 miliar yang diduga akan diberikan kepada Akil. Baik Ratu Rita maupun Amir Hamzah sudah dicegah keluar negeri oleh KPK. (gam/abd)
Secara terpisah, KPK juga memeriksa Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie yang juga Mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Marzuki mengaku diajukan pertanyaan seputar dugaan aliran dana proyek Hambalang ke Kongres Partai Demokrat 2010. Dalam kongres tersebut, Marzuki bersaing dengan Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng memperebutkan kursi ketua umum partai. “Saya hanya ditanya satu, kongres Partai Demokrat, kemudian ditanyakan bagaimana aliran dana, saya tidak tahu ada aliran dana atau tidak tapi hanya mendengar,” kata Marzuki. Marzuki diperiksa hanya sekitar dua jam. Dia mengaku tidak tahu menahu seputar persiapan kongres Demokrat 2010 karena ketika kongres itu digelar, Marzuki tidak lagi menjadi sekretaris jenderal partai. “Saya sudah mundur saat kongres sehingga tidak mengerti bagaimana kesiapan kongres,” ucapnya. Kendati demikian, diakui Marzuki kalau dia pernah mendengar selentingan isu mengenai aliran dana ke kongres. Namun, Marzuki tidak mendalami lebih jauh isu tersebut karena memang tidak berniat untuk mengetahui ihwal dugaan aliran dana itu. “Ya suara-suara saja, dan saya tidak punya minta untuk mengetahui aliran kongres, untuk apa saya tidak mau tahu karena saya memang bukan ahlinya,” ujar Marzuki. (gam/aji/abd)