1
SELASA 24 DESEMBER 2013 NO. 0267 | TAHUN II Koran Madura
SELASA
24 DESEMBER 2013
g PAMANGGHI
Atut Oleh : Miqdad Husein
Kolumnis, tinggal di Jakarta
ant/puspa perwitasari
BPK SERAHKAN AUDIT CENTURY. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Poernomo (kiri) kepada Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad, dengan disaksikan Deputi Penindakan KPK Warih Sadono (kanan) dan Sekjen BPK Hendar Ristriawan (kiri), menyerahkan laporan hasil perhitungan kerugian negara atas dugaan tindak pidana korupsi dalam pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek kepada Bank Century dan proses penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik, di Jakarta, Senin (23/12). Hasil pemeriksaan BPK menyebutkan pemberian FPJP dari Bank Indonesia kepada Bank Century mengakibatkan total kerugian negara sebesar Rp 7,4 triliun
Transaksi Hitam Inter Atut Mulai Terkuak
“Kaisar“ Milan
Kemungkinan Sang Ratu Juga Dijerat Pasal TPPU JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mengantongi bukti profil transaksi mencurigakan milik Ratu Atut Chosiyah. Temuan ini diperoleh KPK setelah menerima laporan hasil audit (LHA) rekening Ratu Atut dari Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK).
MILAN - Inter Milan menjadi “Kaisar” Kota Milan, setelah menekuk rival sekotanya, AC Milan dalam pertandingan derby bertajuk “Derby Della Madonnina” di San Siro, Senin (23/12) dini hari WIB. Inter menang tipis 1-0 berkat gol tunggal Rodrigo Palacio pada menit-menit akhir pertandingan. Laga kedua tim ini berlangsung sengit dan dalam tensi tinggi. Kedua tim samasama memiliki peluang mencetak gol. Milan sebenarnya bisa unggul cepat melalui Andrea Poli. Berita di hal 8
Karena itu, orang terkaya di Propinsi Banten ini berpeluang dijerat dengan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). “Sudah, sudah ada (LHA rekening Ratu Atut). Ya sebenarnya, semuanya kan kita akan TPPU-kan. Prinsipnya gitu,” kata Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja di Jakarta, Selasa (23/12). Atut sebelumnya telah dijerat sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait pengurusan sengketa Pilkada Lebak, Banten. Atut diduga turut terlibat dalam kasus penanganan sengketa Pilkada Lebak, Banten, di Mahkamah Konstitusi (MK). Ratu Atut bersama adiknya, Tubagus Chairi Wardana, diduga memberi suap Rp 1 miliar kepada Akil Mochtar semasa menjadi Ketua MK demi memberikan putusan yang menguntungkan pasangan Calon Bupati Amir Hamzah dan M Kasmin.
Adnan tak membenarkan bahwa pihaknya tengah mendalami dugaan korupsi Bansos Banten. Posisi Atut dalam dugaan korupsi Bansos tersebut telah ditentukan KPK. Atut pun berpeluang dijerat sebagai tersangka dalam kasus tersebut. “Oh terbuka kemungkinan,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto tidak menampik bahwa Gubernur Ratu Atut masih memiliki pengaruh yang cukup kuat di tempatnya memimpin. Bahkan, Ratu Atut mampu mempengaruhi pihak-pihak yang akan dihadirkan KPK untuk memberi kesaksian. Hal
tersebut yang menjadi salah satu alasan lembaga superbody itu menahan Atut yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait penanganan sengketa Pilkada Lebak, Banten di MK. “Bagaimana pun Ratu Atut masih punya pengaruh cukup kuat, bukan cukup tapi sangat kuat, kami menginginkan supaya proses itu berjalan tanpa adanya pengaruh yang bisa membuat proses akuntabilitas itu tidak berjalan baik,” kata Bambang Widjojanto di kantornya, Jakarta, Senin (23/12). Selain itu, penahanan Atut untuk meningkatkan objektivitas pemeriksaan. Dimana hal tersebut dimaksudkan supaya akuntabilitas pemeriksaan itu bisa lebih terjaga. Atut Dipindahkan KPK akan memindahkan tempat penahanan Gubernur Banten, Ratu Atut dari Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur ke Rutan KPK cabang Pomdam Guntur Jaya, Manggarai, Jakarta Selatan. Pemindahan tersebut akan dilakukan paling lambat di awal 2014. “Kita harapkan akhir tahun ini atau awal tahun depan, kita akan menggunakan (Rutan Guntur) secara lebih optimal,” ucapnya. Atut dijebloskan ke Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur pada Jumat (20/12). Menurut Bambang, pihaknya masih terkendala administrasi untuk memindahkan Ratu Atut di Rutan Guntur. (gam/abd/aji)
SKANDAL SUAP HAMBALANG
Anas Segera Ditahan Usai Penyerahan Rutan Guntur JAKARTA- Penahanan mantan Ketua Umum partai Demokrat Anas Urbaningrum yang menjadi tersangka dugaan penerimaan hadiah terkait pembangunan proyek olahraga Hambalang, dilakukan usai penyerahan secara resmi rumah tahanan KPK di Detasemen Polisi Militer (Denpom) Guntur. “Kita tunggu sampai penyerahan resmi Rutan Guntur sehingga penahanan dapat lebih leluasa,” kata Wakil Ketua KPK Zulkarnain di Jakarta, Senin. Rutan KPK di Denpon Guntur Kodam Jaya di Manggarai Jakarta Selatan, mulai dibangun sejak November 2012 dengan target menampung 38 orang tahanan KPK dalam 14 ruangan sel dengan berbagai ukuran. Pada 13 Desember 2013 lalu, pimpinan KPK sudah meninjau kondisi rutan yang baru saja se-
lesai pembangunannya dengan memiliki 13 sel dengan masingmasing sel dapat menampung beberapa orang tahanan. “Kalau sudah waktunya ditahan akan dilakukan, yang lalu terkendala terbatasnya ruangan dan ada orang-orang tertentu yang perlu ditahan untuk mencegah yang tidak kita inginkan,” ungkap Zulkarnain. Satu tersangka yang baru ditahan adalah Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang ditahan di rutan Pondok Bambu Jakarta Timur karena keterbatasan ruangan di rutan KPK dan pencegahan agar Atut tidak berkomunikasi dengan adiknya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut. “Kami juga cukup lama membahas kerugian negara untuk menyamakan persepsi
dengan BPK dan kementerian PU sedangkan alasan lain adalah kami perhitungkan jangan sampai penyidikan belum selesai tapi habis masa tahanan sehingga bisa bebas demi hu-
kum,” tambah Zulkarnain. Dalam kasus ini Anas ditetapkan sebagai tersangka pada 22 Februari 2012 berdasarkan pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 UU no 31 tahun
1999 sebagaimana telah diubah menjadi UU no 20 tahun 2001 tentang penyelenggara negara yang menerima suap atau gratifikasi dengan ancaman pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4-20 tahun dan pidana denda Rp200 juta hingga Rp1 miliar. Anas diduga menerima hadiah atau janji berkaitan dengan proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah di Hambalang dan proyek-proyek lainnya. Bentuk hadiah tersebut adalah mobil Toyota Harrier senilai sekitar Rp800 juta dari kontraktor PT Adhi Karya untuk memuluskan pemenangan perusahaan tersebut, saat masih menjadi anggota DPR dari 2009 dan diberi plat B-15-AUD. (ant/ des)
KASUS Gubernur Banten Ratu Atut memberi pelajaran berharga tentang banyak hal terkait kepemimpinan di negeri ini. Kontroversi yang begitu pekat mengelilingi gubernur wanita pertama itu menegaskan kompleksitas persoalan demokrasi di negeri ini. Atut merupakan satu kasus yang kebetulan terdeteksi. Bisa jadi sebenarnya, dalam tingkat berbeda banyak kasus sejenis Atut di berbagai daerah. Terkait dinasti politik Ratu Atut misalnya, dalam bentuk berbeda terjadi di berbagai daerah lain. Istri menggantikan suami yang bupati, anak menggantikan bapak, termasuk kerabat lainnya, sangat akrab diberitakan mass media terjadi di berbagai daerah. Bahkan ada satu daerah tingkat II di Jawa Timur, dua istri bupati –istri tua dan muda- bersaing memperebutkan kursi yang ditinggalkan suaminya. Yang terjadi akhirnya benar-benar seperti ketoprak demokrasi. Dalam alam demokrasi yang mensyaratkan kebebasan hak siapun, sebenarnya sah saja anak, istri, jalan istri muda, ponakan, menyimpang paman bertarung pada saatnya, akan terbongkar memperebutkan kursi kekuasaan, tercepat maupun masuk yang ditinglambat galkan kerabatnya. Di Amerika Serikat yang terkenal demokratis ada juga kaitan keluarga antara incumbent dengan penggantinya, seperti pada kasus klan Kennedy. Jadi normatif tak ada pelanggaran jika ada kerabat dekat bertarung memperebutkan jabatan yang ditinggalkan katakanlah, oleh saudaranya. Masalahnya -ini mungkin yang layak menjadi catatan- apakah mekanisme proses pemilihan itu telah sepenuhnya berlangsung fair, jujur dan adil. Apakah tak ada penyalahgunaan dalam bentuk nepotisme, memanfaatkan jabatan kerabat yang berkuasa sebelumnya? Benar bahwa keterpilihan sanak saudara Ratu Atut secara formal berlangsung demokratis melalui pemilihan. Namun publik akhirnya mengetahui, dengan tertangkapnya Ketua MK Akil Mochtar, tergambar betapa jaringan keluarga Ratu Atut yang memegang jabatan di berbagai daerah tingkat II, di Propinsi Banten terindikasi adanya dugaan permainan. Sangat mungkin kasus di Lebak bukan satu-satunya permainan Pilkada di Propinsi Banten. Lalu bagaimana KPUD? Sekedar informasi, dari pertengahan tahun 2012 sampai 2013 saja Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKKP) telah menerima 676 pengaduan dan memecat 117 pejabat penyelenggara pemilu. Belum terhitung tahun sebelumnya dan yang tak terdeteksi, kemungkinan besar masih lebih banyak lagi bermasalah. Potensi kasus sejenis diduga lebih banyak lagi, terutama di daerah yang tingkat kepemimpinannya membentuk gurita dinasti. Praktek Ratu Atut terungkap bisa jadi karena memang -meminjam kosa kata Bang Rhoma Irama- terlalu sehingga membentuk gurita dinasti luar biasa. Tak hanya kasus permainan dalam Pilkada sebagai embrio pembentukan dinasti politik, praktek-praktek manipulasi, korupsi juga sangat “terlalu.” Sudah jadi rahasia umum klan Ratu Atut memang dasyat hidupnya, sementara rakyat Banten, juga sudah jadi rahasia umum, tergolong “merana” dibanding Propinsi lain. Kasus Ratu Atut dipenghujung tahun 2013 ini, harus menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan demokrasi ke depan. Lalu, secara personal bisa menjadi peringatan pada siapapun yang ingin tampil sebagai pemimpin. Bahwa jalan menyimpang pada saatnya, akan terbongkar cepat maupun lambat. Semoga saja. =
Hand Phone “Ini I Phone 5, ini bisa buat internet dan navigasi“ kata Matrahem penuh semangat. “Ini lebih canggih lagi” kata Mat Hakim “ini nih Blac Barry 10. Belum ada yang punya di kampung ini. Selain bisa BBM, hape ini bisa adzan” Mendengar obrolan ini Matrawi cuma diam. Sampai akhirnya ia ditanya Matrahem.. “Milikmu Mana Wi?” “Itulah, kemaren aku bingung pas mau beli di Surabaya, semua gak pake kartu” “Lho kok bisa?” gumam Matrahem dan Mat Hakim bersamaan. “Saya juga tidak mengerti, mana layarnya kecil banget” “Astaghfirlaahhh.... “ teriak Mat Hakim “itu mah bukan hp.. itu kalkulator”
TIDAK TERBIT
Cak Munali
Sehubungan dengan Hari Natal tanggal 25 Desember Koran Madura tidak terbit. Kami akan hadir kembali di hadapan pembaca tanggal 26 Desember 2013. Harap maklum.