Koran Madura

Page 1

1

KAMIS 28 MARET 2013 NO. 0085 | TAHUN II Koran Madura

KAMIS

Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-

28 MARET 2013

g PAMANGGHI

Krisis Oleh : Alya F. Mazida

S

ant/ampelsa

DEMO KORUPSI DPR. Sejumlah pengunjukrasa dari berbagai elemen mahasiswa, berunjukrasa di kantor DPR Sulsel, Makassar, Rabu (27/3). Mereka mendesak transparasi anggaran pembelian baju anggota DPR Sulsel senilai Rp383 juta dan penuntasan sejumlah kasus dugaan korupsi di Sulsel sehingga dewan wakil rakyat tersebut bersih dari korupsi. FOTO ANTARA/Darwin Fatir

UNDANG-UNDANG

Revisi UU Pilpres Bisa Molor JAKARTA-Wakil Ketua Badan Legislasi DPR, Ahcmad Dimiyati Natakusuma mengaku sulit menyelesaikan Revisi UndangUndang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden (RUU Pilpres). Hal itu karena kesembilan partai politik di parlemen masih kencang beradu argumen. “Sulit, karena banyak capres yang diusung. Yang (parpol) besar merasa lebih bisa meraih suara, lebih demokratis dan efisien dengan sedikit (capres). Yang merasa dapat tiga besar, mungkin banyak calon makin bagus. Maka silakan. Tapi ini sulit ditentukan,” kata Dimyati di Jakarta, Rabu (27/3). Berdasarkan hasil rapat Baleg kemarin, sembilan parpol di Parlemen belum mufakat soal RUU Pilpres. Empat parpol menolak RUU Pilpres, yaitu Partai Demokrat, Partai Golkar, PAN, dan PKB. Sedangkan empat fraksi lain berpendapat UU Pilpres harus direvisi. Fraksi tersebut, yakni PDI Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Adapun Fraksi Partai Persatuan Pembangunan bersikap abstain dengan menyerahkan kepada rapat pleno. Meski pesimis selesai dalam waktu dekat, Dimyati tetap yakin RUU Pilpres bakal selesai sebelum Pilpres 2014 dilaksanakan. Kalau pun belum selesai juga, maka mau tidak mau ketentuan pelaksanaan pilpres akan mengacu ke undang-undang yang lama. Artinya, apa yang diusahakan saat ini, menjadi sia-sia. “Saya optimis ini harus selesai sebelum 2014, karena termasuk undang-undang politik, kaitannya dengan undangundang parpol, KPU. kalau tidak selesai akan membingungkan pelaksanaan pilpres ke depan,” tutur dia Dimyati yang juga politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menghendaki penghapusan ketentuan presidentialthreshold(PT) 20 persen. Hingga kini, partai berlambang Ka’bah itu belum menentukan sikapnya. “Ini tarik ulur kepentingan capres, PPP belum memutuskan capres, harusnya (RUU Pilpres) selesai pada tataran pelaksanaan. Karena ada juga yang diperbaiki seperti apakah pencoblosan atau pencontrengan,” terang dia. Sementara itu, Ketua Baleg DPR, Ignatius Mulyono mengaku pembasan revisi RUU Pilpres masih alot di Badan legislasi (Baleg) DPR. Karena tidak juga mendapatkan titik terang, rencananya Baleg akan menggelar rapat terbatas memilah materi-materi dalam RUU untuk segera diselesaikan. “Kita tunggu Kamis, kita bicara sama-sama. Kamis hanya ada antara pimpinan sama kapoksi. Mana yang mau disetujui,” kata dia. Ignatius yang juga politikus senior Partai Demokrat menjelaskan alasan partainya menolak RUU Pilpres karena mendapat perintah langsung dari pimpinan. “Demokrat merasa UU Pilpres masih pas untuk dipakai untuk 2014. Arahan Ketua PD kan itu,” terangnya. Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR, Nurhayati Ali Assegaf mengaku tidak menginginkan Revisi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pilpres. “Kita ingin sistem demokrasi yang berjalan dan berkualitas butuh pijakan, bukan tiap kali undang-undang sesuai kemauan individu dan kelompok. Jadi harus disepakati dengan baik. Demokrat tak ingin mencari popularitas,” kata Nurhayati. (gam/beth) Besok, Jumat 29 Maret Koran Madura tidak terbit sehubungan dengan peringatan hari wafatnya Isa Al-Masih.

Nama SBY Kian Menguat Kongres Luar Biasa Partai Demokrat Positif 30-31 Maret JAKARTA-Teka-teki seputar calon Ketua Umum Partai Demokrat yang akan dipilih dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 30-31 Maret 2013 mendatang mulai mengerucut. Dari sejumlah nama yang beredar, nama Ketua Dewan Pembina, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), paling diunggulkan. Selain itu, muncul pula nama Ani Yudhoyono. “Suarasuara sudah mulai mengerucut, ada keinginan kuat nama Pak SBY, Ibu Ani dan Mas Ibas untuk menjadi ketua umum,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Ramadhan Pohan di Jakarta, Rabu (27/3). Ramadhan mengatakan suara-suara tersebut merupakan refleksi dari suara kader khususnya dari DPC dan DPD. Dia berharap dengan adanya suara-suara tersebut bisa menjadikan KLB berjalan mulus dan lancar. “Kami prediksi KLB bisa berlangsung cepat tentunya dengan cara musyawarah dan mufakat,” tuturnya. Namun, Ramadhan belum bisa memprediksi apakah nantinya KLB akan memilih dari ketiga nama tersebut. Pasalnya, segala sesuatu bisa saja terjadi di luar prediksi. “Apakah nanti di KLB akan tercermin seperti itu, kita lihat nanti,” tutur anggota Komisi I DPR itu.

Menurutnya, dengan dipilihnya ketiga nama itu akan lebih baik, sehingga KLB tidak akan diwarnai ketegangan antar faksi. Sebelumnya, disebutkan ada nama mantan Ketua Umum Demokrat Hadi Utomo, Wakil Ketua Dewan Pembina, Marzuki Alie dan Wakil Sekjen Demokrat Saan Mustopa yang akan maju sebagai ketua umum. “Daripada kita gontok-gontokan kubu Saan dengan pendukungnya, Marzuki dengan pendukungnya, Pak Hadi Utomo dengan pendukungnya,” tegasnya. Untuk saat ini, lanjut Ramadhan, sebaiknya KLB dengan aklamasi, jika ada keinginan menjadi ketua umum dengan menggalang dukungan suara, lebih baik nanti saat pemilihan ketua umum di 2015. Senada dengan Pohan, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Bidang Tanggap Darurat Partai Demokrat, Umar Arsal mengaku ada beberapa nama

yang digadang-gadang akan menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Namun, kata Umar, tidak kurang dari lima nama yang beredar tersebut akhirnya menyisakan dua nama sebagai calon terkuat. “Dua calon kuat di KLB itu hanya dua, SBY dan Ibu Ani,” jelas Umar saat ditemui wartawan di Gedung DPR Jakarta, Rabu (27/3). Beberapa waktu lalu sempat rumor, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas); Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie juga menjadi nominasi Ketua Umum Demokrat. Namun kata Umar, nama-nama itu tidak muncul lagi. Karena SBY dan Ani Yudhoyono merupakan figur yang paling tepat untuk mengisi kekosongan kursi ketua umum. Menurut dia, dua calon ini juga diyakini akan menghilangkan terbentuknya faksi yang selama ini dikabarkan tengah menyelubungi Partai Demokrat. “Kedua orang ini yang dapat menghilangkan kubu-kubu,” ucapnya. Kalau pun nantinya SBY dikukuhkan sebagai ketua umum, menurut Umar, maka diperkira-

kan akan terjadi rotasi kepengurusan di Partai Demokrat. Dia mengungkapkan, rotasi bakal terjadi untuk jabatan sekjen yang saat ini dipegang putra bungsu pasangan SBY-Ani Yudhoyono, Ibas. Dia menambahkan, KLB Partai Demokrat yang akan digelar pada 30-31 Maret 2013 mendatang, akan ada penunjukkan pelaksana tugas harian untuk membantu SBY dalam mengurus partai. Pasalnya, jelas Umar, SBY tidak bisa secara maksimal mengurus partai mengingat perannya sebagai kepala negara. Jika SBY menjabat ketua umum, Umar berharap, pelaksana tugas harian langsung ditunjuk oleh SBY. “Kalau ada, ketua harian harus punya waktu, sebaiknya tidak merangkap jabatan. Kita serahkan ketua terpilih (pada SBY). Siapa itu? Kalau memang itu ada,” katanya. Sejauh ini, kata Umar, kader Partai Demokrat juga meyakini bahwa kedua calon kuat tersebut merupakan figur yang paling tepat untuk memimpin partai ke depan. Bahkan dia menjelaskan, seluruh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) sudah sepakat terhadap dua calon itu. (gam/bud)

LAYANAN PUBLIK

Sekalipun Terbaik, Jatim Belum Memuaskan

JAKARTA-Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) menetapkan Propinsi Jawa Timur, sebagai propinsi dengan pelayanan publik bagus di Indonesia sepanjang tahun 2012. Namun belum ada propinsi yang dapat kategori memuaskan. “Provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan pelayanan publik terbaik pada 2012, artinya kategori baik (B). Belum pada tingkat memuaskan,” kata Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (KemenPAN) Wiharto di Jakarta, Rabu (27/3). Selain Jawa Timur, kata Wiharto, propinsi lainnya yang juga baik dalam pelayanan adalah Jawa Tengah. Kedua provinsi

itu dinilai telah menyelenggarakan pelayanan publik berkualitas di daerahnya masing-masing. Namun Wiharto mengakui dari 33 provinsi yang ada, sayangnya belum ada yang mendapat predikat AA (Sangat memuaskan). Provinsi Jatim dan Jateng baru sebatas mendapat kategori B (Baik). 8 Provinsi lainnya mendapat kategori CC (Cukup), 13 provinsi mendapat kategori C (Kurang), dan 10 provinsi memperoleh nilai D (Sangat kurang). Menurut Wiharto, adapun 10 provinsi dengan pelayanan publik terendah itu mayoritas berada di wilayah Indonesia bagian timur. Karena itu, KemenPAN akan terus melakukan bimbingan terhadap 10

provinsi tersebut. Kriteria penilaian yang dikenakan kepada seluruh provinsi tersebut terdiri dari 4 hal, yaitu pelayanan terpadu satu pintu, pelayanan informasi, pelayanan rumah sakit umum daerah, dan unit pelayanan pilihan. Untuk kriteria yang ke-4, setiap provinsi mengajukan 2 unit pelayanan yang dinilai terbaik. Dari ke-33 provinsi tersebut, pelayanan informasi masih yang paling terbawah. Standar operasional untuk pelayanan informasi masih belum ada sampai sekarang. “Kami berharap, tahun depan Jatim dan Jateng yang sekarang dapat predikat B, bisa meningkatkan kinerjanya,” imbuhnya Pada minggu lalu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Kemenpan RB) menilai pelaksanaan reformasi birokrasi di institusi pemerintah menunjukkan kemajuan. Namun hal itu belum cukup, karena masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang memerlukan kerja ekstra keras untuk menggapai indikator sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014. Salah satu indikator itu adalah semakin banyaknya kementerian/lembaga yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tahun 2009 tercatat baru 41 %, dan tahun lalu %tasenya menjadi 77 % dari target 100 % pada 2014. Menpan RB Azwar Abubakar mengakui, masih banyak instansi pemerintah yang harus didorong untuk melakukan percepatan reformasi birokrasi. Hal itu juga terkait dengan rentannya skor integritas pelayanan publik yang cukup rendah. (cea/beth)

Pemerhati Sosial di Madura

empat berpikir, apakah Indonesia memang tidak bersedia untuk maju? Dulu, pergantian presiden dari Soeharto ke Soeharto. Jika hal itu terjadi dua periode, itu masih saya maklumi. Tetapi bila hal itu terulang hingga tujuh kali, ketika itu, saya bertanya, “Beginikah cara Indonesia untuk maju?”. Seolah-olah, tidak ada SDM lain yang setara atau lebih mampu dari sekedar Soeharto, saat itu. Ini hanya pikiran ramaja yang tidak sepenuhnya mengerti politik. Itupun, mengacu guru saya yang mengajarkan bahwa seseorang yang terlalu lama di suatu tempat, ia akan menjadi pemalas dan cenderung mapan. Bagi saya, Soeharto adalah contoh nyata. Meski ia mungkin tidak malas, tetapi kecenderungan untuk mapan bisa dibaca. Selain itu, jungkir balik terjadi karena biasanya musyawarah untuk mufakat berubah menjadi mufakat lalu musyawarah. MPR ketika itu, tidak punya pilihan lain dan memilih Soeharto lagi, dan lagi. Pada peristiwa pilkades, kecenderungan untuk mapan juga terjadi. Dulu, saat kades belum dibatasi hingga dua periode, kades tak pernah berhenti. Pilkades tak ubahnya seperti pemilihan presiden di era Soeharto. Bagaimana caranya menang, itu bisa diciptakan. Para pendukung Golkar di era Soeharto, bercerita banyak hal mengapa Golkar saat itu selalu menang. Selain curang, ABRI mendukung penuh. Itu saya dengar dari cerita PNS dan ABRI yang pensiun. Mereka seperti umat Kristiani yang mengaku dosa di gereja. K i n i , SBY galau atas darurat Butuh kebesaran Demokrat. Ia jiwa bagi tidak rela keSBY untuk tika partai itu memandang dipimpin Anas hidupnya lebih Urbaningrum. Saya awalnya hidup sebagai kagum begitu negarawan. SBY memimpin negeri ini di episode pertama dan kaget pada kepemimpinannya di episode kedua. Tetapi ini juga mengingatkan pada sesuatu yang pernah saya lupakan bahwa pada akhirnya tidak ada yang abadi. SBY dalam pemahaman saya awalnya tidak ingin terlalu teknis pada Demokrat karena ia yakin kadernya baik-baik. Belakangan ia sadari ternyata keyakinannya terbantahkan lantaran kader-kader Demokrat tidak sepenuhnya baik. Saat Anas lengser keprabon, SBY begitu sulit mencari tokoh pemersatu. Karena itu ia merasa terpanggil untuk menjadi juru selamat di Demokrat. Hanya, SBY mungkin lupa bahwa ia seorang presiden. Dengan menjadi ketua dewan pembina saja, bangsa ini kurang perhatian karena harus diakui SBY mendua. Memang tidak ada klausul yang dilanggar, tetapi hidup dengan klausul saja tentu hal ini tak cukup. Butuh kebesaran jiwa bagi SBY untuk memandang hidupnya lebih hidup sebagai negarawan. Harus disadari, SBY seorang yang romantis. Masa lalunya terutama yang indah-indah di Demokrat ingin diciptakannya kembali saat ini, di tengah situasi yang berubah. Maka dapat dimaklumi bila SBY galau dan senantiasa berkeluh. Ciri-ciri orang yang jablay antara lain mengeluh bahkan sedikit air mata seperti Kajol yang merengek di dekat Sakhruk Khan dalam film India. Semua mengerti SBY yang menyadari sedang krisis SDM di internal Demokrat. SBY seharusnya lebih mengerti atas penduduk negeri yang kurang mendapat perhatian karena banyak pemimpin yang tak mengerti mengapa rakyatnya mengalirkan airmata. SBY, susah benar ya mencari generasi bangsa yang peduli nasib bangsa. =

BERENANG Seorang guru olahraga mengajak anak-anak didiknya belajar berenang di sebuah kolam renang yang letaknya tak jauh dari sekolahnya. Begitu sampai di tempat kolam renang, anak-anak didiknya langsung pada nyebur ke air dengan memakai baju renang yang di bawanya. Hanya ada satu anak yang nyebur ke kolam dengan memakai jaket. Jacky namanya. Tentu saja, sang guru heran melihat ulah Jacky. “Hei, Jacky,” panggil pak guru,”Kenapa kamu nggak copot jaket kamu?” “Maaf, pak guru, di dalam airnya dingin,” jawabnya datar.

Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.