1
SELASA 29 OKTOBER 2013 NO.0228 | TAHUN II Koran Madura
SELASA
29 OKTOBER 2013
g PAMANGGHI
Dinasti Oleh : Miqdad Husien
Kolumnis, tinggal di Jakarta
ant/hendra nurdiyansyah
PERINGATAN SUMPAH PEMUDA MERAPI. Sejumlah pecinta alam dari “Cansabalas” melakukan persiapan upacara bendera di bawah puncak Taman Nasional Gunung Merapi, Boyolali, Jateng, Senin (28/10). Bendera raksasa dengan ukuran 1000 meter persegi dan berat 120 kilogram tersebut dibentangkan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda.
Drama Chelsia Tekuk City 2-1
Menit Terakhir
Akil Dijerat UU TPPU PPATK Temukan Transaksi 100 M di Rekening Akil JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah resmi menjerat Ketua nonaktif Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar dengan pasal dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU). Komisi pun kini terus menelusuri apakah harta Akil diperoleh dari cara sah atau tidak. Sebelumnya, KPK sudah menetapkan Akil Mochtar sebagai tersangka dalam TPPU. Akil disangka melanggar pasal 3 dan atau pasal 4 UU nomor 8/2010 tentang TPPU dan pasal 3 atau pasal 6 ayat 1 UU nomor 15 tahun 2002 sebagaimana diubah dengan UU nomor 25 tahun 2003 juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 jo pasal 65 KUHPidana. Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, mengaku lembaganya menduga sebagian harta Akil diperoleh dengan jalur korupsi. “Ada beberapa yang diduga dari tindak pidana korupsi,” kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP di Gedung KPK, Jakarta, Senin (28/10). Namun Johan sendiri enggan merinci lebih detail berasal dari tindak pidana korupsi yang mana. Sebab sebelumnya, Akil disangka
sebagai penerima suap dan penerima hadiah atau janji. “(Harta) Ini tidak sesuai dengan profiling (peng-
hasilan), kita menduga (dia lakukan TPPU). Nanti ada di pengadilan tempatnya (membuktikannya),” imbuhnya. KPK kata dia sedang melakukan penelusuran aset yang diduga dimiliki Akil dari hasil tindak pidana. “Intinya sekarang sedang dilakukan pelacakan aset tracing atas tersangka Akil,” tegasnya. Sebelumnya, Wakil Kepala Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK), Agus Santoso, menyatakan institusinya menemukan transaksi mencurigakan senilai Rp 100 miliar dari rekening
Akil. Menurut Agus, Akil melakukan transaksi itu sejak 2010 dan diduga kuat bagian dari upaya pencucian uang dari kasus-kasus sengketa Pemilihan Kepala Daerah yang masuk di MK. “Nilainya ada sekitar Rp100 miliar. PPATK sudah melaporkan transaksi Akil sejak tahun 2010, baik itu dari rekening bersangkutan maupun yang ada usahanya dia,” kata Agus. Johan Budi SP mengatakan temuan dari PPATK tersebut akan ditelaah lebih lanjut oleh pihaknya. Tetapi, apabila ada temuan yang mencurigakan yang melibatkan calon-calon kepala daerah lain maka KPK akan menjerat caloncalon kepala daerah tersebut. “Kalau dalam perjalanan penyidikan nanti, ada yang transfer itu bisa dilacak. Jadi sangat terbuka menjerat pemberi-pemberi lain apabila bukti-bukti yang cukup untuk dijadikan tersangka. Saat ini sedang didalami dan pasti dijadikan tersangka,” ujar Johan. Namun, lanjut Johan, KPK tidak akan mengejar pengakuan Akil Mochtar terkait transaksi mencurigakan tersebut. Tetapi, apabila Akil mengaku maka akan meringankan pekerjaan KPK. “KPK tidak mengejar pengakuan tersangka tetapi bukti-bukti. Tentu sangat membantu mengembangkan kasus ini kalau tersangka mengakui,” pungkas dia. (gam/abd/aji)
WACANA DENSUS ANTIKORUPSI
Abraham Samad: KPK Bukan Lembaga Superman MAKASSAR-Wacana pembentukan Detasemen Khusus (Densus) Antikorupsi ditentang Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad. Menurutnya, rencana tersebut tidak akan bermanfaat. Yang perlu dilakukan adalah aparat kepolisian membantu KPK memberantas korupsi karena KPK bukan lembaga superman. “Secara pribadi, rencana pembentukan Densus AntiKorupsi yang dibuat polisi hanya mubazir saja. Dalam pemberantasan korupsi, sebaiknya polisi memperbaiki internalnya saja dulu, tidak perlu ada Densus AntiKorupsi lagi,” kata Abraham di depan sejumlah aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar pada Seminar Pembukaan Karya Latihan Bantuan Hukum Angkatan V, Senin (28/10).
Seperti diketahui, wacana pembentukan Detasemen Khusus Antikorupsi pertama kali dicetus Kapolri terpilih, Komisaris Jenderal Sutarman. Bahkan dia yakin, Densus Antikorupsi ini tak akan berbenturan dengan KPK bahkan
menguatkan upaya pemberantasan korupsi. Abraham Samad malahan meminta Polri membantu KPK dalam penuntasan kasus-kasus korupsi. Apalagi jumlah laporan yang masuk setiap
harinya di KPK mencapai 30 sampai 40 kasus. Sementara jumlah penyidik KPK hanya berkisar 60 sampai 40 orang saja. “KPK bukan supermen yang bisa menyelesaikan kasus dengan mudah. Dibutuhkan proses lama untuk bisa mengungkap kasus serta bantuan teman-teman untuk memperbaiki negeri ini,” ungkap mantan aktivis antikorupsi di Sulawesi Selatan itu. Dalam upaya pemberantasan korupsi, kata Abraham, KPK ingin menyelamatkan uang rakyat yang nilainya mencapai Rp 18 triliun. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi rakyat miskin di Indonesia ini. Untuk itu, Abraham meminta peran aktivis LBH dapat memantau kasus-kasus korupsi hingga ke pelosok desa. Sementara itu, dalam penganan kasus korupsi, sampai saat ini KPK masih melakukan penyelidikan, dan Abraham berjanji akan memberikan informasi yang memuaskan kepada seluruh masyarakat. (gam/aji)
POLITIK dinasti yang belakangan marak setelah terungkap kasus yang melibatkan adik Gubernur Banten Ratu Atut memberi gambaran sekurangnya tiga hal. Pertama, naluri ekspansi berkuasa memang watak asli manusia. Perasaan selalu tak puas termasuk dalam soal kekuasaan, banyak ditegaskan berbagai ajaran agama. Yang mengemuka seringkali lebih banyak ingin menguasai seluas-luasnya bukan berusaha mengoptimalkan kekuasaan yang dipegang untuk kemaslahatan rakyat. Yang lebih parah lagi ketika keinginan berkuasa lebih luas itu demi memuaskan kepentingan diri, keluarga dan kelompok, bukan atas dasar semangat memperbanyak pengabdian. Alih-alih mensejahterakan masyarakat, yang terjadi biasanya proses pemiskinan. Rakyat diperas habis. Anggaran negara yang diperoleh dari pajak rakyat, pengelolaan sumber alam hanya diperuntukkan bagi kepentingan lingkaran kekuasaan. Provinsi Banten adalah miniatur paling riil tentang politik dinasti yang sebenarnya sudah eksis sejak Orde Baru. Reformasi yang memang lebih terasa di permukaan tak mampu menyentuh Provinsi Banten. Bahkan pasca reforBetapapun masi politik dinasti hebatnya sistem seperti mendapat pembenaran melalui jika sumber sistem pemilihan daya manusia langsung. Padatak siap, akan hal praktis semua jadi semacam pemilihan langsung perangkat suri, tak lebih sekhidup tidak edar ceremony yang matipun tidak didalamnya dipenuhi borok kecurangan dan keculasan politik. Kedua, bahwa mekanisme kekuasaan mutlak memerlukan sistem fair, jujur, adil serta pengawasan super efektif. Tanpa sistem terbaik peluang munculnya naluri dan ekspresi buas berkuasa manusia berpeluang tumbuh mekar. Tak usah mengambil contoh terlalu jauh. Kasus konflik kepentingan antara Kepala Daerah dan Wakilnya yang tergambar dari data Kemendagri bahwa 94 persen pasangan pecah kongsi bahkan pada semester pertama menegaskan nafsu berkuasa yang luar biasa. Tapi tampaknya pasangan yang mesra saat Pilkada, bahu membahu meraih dukungan, begitu berkuasa tak mau berbagi. Yang ada saling berusaha melebarkan kekuasaan; bukannya bagaimana dengan kekuasaan masing-masing berusaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada tingkat serius, ketika sistem tak berfungsi akan memekarkan kekuasaan berwujud dinasti. Istri, anak, menantu, paman, ipar semua diboyong menempati pos-pos dengan menggunakan berbagai cara, yang kadang dikesankan sangat demokratis. Ketiga, tentu saja kesiapan masyarakat baik pendidikan maupun ekonomi. Sistem demokrasi memang baik. Tapi jangan lupa, sistem demokrasi itu satu hal, kesiapan masyarakat adalah hal lain. Betapapun hebatnya sistem jika sumber daya manusia tak siap, akan jadi semacam perangkat suri, hidup tidak matipun tidak. Terkesan ada, tapi sebenarnya tak ada. Yang tampak dipermukaan seremony indah; yang terjadi berbagai manipulasi karena memang rakyat belum siap, termasuk mental. Apalagi ketika secara riil rakyat sudah terkontaminasi virus politik entah bernama politik uang, nepotisme, otoriterianisme semu, apatisme dan me me lainya. Jadi politik dinasti akan selalu mekar ketika naluri berkuasa tak bisa dikendalikan karena sistem amburadul dan masyarakat belum siap. Begitulah. =
Catatan Hari ini Matrawi tidak bercerita apapun tentang dirinya. Ia hanya meninggalkan catatannya buat Koran Madura untuk disajikan pada pembaca. Yang bikin cewek CANTIK itu adalah C nya. Kalo C nya diilangin udah pasti terpajang di Museum. #.Asli Kuno hahaha. . Yang bikin LAKI-LAKI perkasa itu adalah L nya. Bayangin kalo gak pake L, #.Asli Penghuni Panti Jompo alias Peot. . Xixixi... Yang bikin BEBEK GORENG enak itu adalah B nya. Kalo gak ada, siapa yang berani makan ?? #.100%TAIK uuueeekkk. .*ceritanya muntah* Yang bikin BIDADARI-BIDADA RI itu indah ya DADAnya. Kalo gak ada pasti jadi temannya Kambing #.Asli Shaun The Sheep mmmbbeeee hehehehe.... Wakakkaka Cak Munali