KORAN MADURA JUMAT 07 DESEMBER 2012 NO.0010 | TAHUN I
@KoranMadura
JUMAT
Satu Hati untuk Bangsa
07 DESEMBER 2012
KETIMPANGAN PENDAPATAN MAKIN PARAH
KPK JADIKAN ANDI MALARANGENg TERSANGKA.
Kian melebarnya jurang ketimpangan ini ditandai oleh indeks gini ratio yang terus naik dalam 2 tahun terakhir ini dari 0,38 pada tahun 2010 menjadi 0,41 pada 2011
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Akhirnya menetapkan Andi Malarangeng sebagai tersangka dalam Kasus Hambalang. KPK bahkan mencekal Andi untuk tidak bepergian ke luar negeri.
>> halaman 08
>> halaman 02
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
AKTIFIS PEREMPUAN SEBAR BUNGA UNTUK PEMILUKADA damai DI PAMEKASAN Sejumlah aktifis perempuan di Kabupaten Pamekasan menggelar aksi sebar karangan bunya untuk mengajak masyarakat mewujudkan pemilukada damai di kabupaten setempat. >> halaman 05
IKAMRA Pastikan Madura jadi Provinsi SURABAYA – IKAMRA (Ikatan Keluarga Madura) memastikan Madura akan menjadi provinsi dan memisahkan diri dari Jawa Timur. Sebab, bila Madura tetap seperti saat ini, Madura terhalangi hakhaknya untuk maju. Padahal, Madura memiliki potensi yang tidak kalah dibanding daerah lain. Ketua IKAMRA, H Ali Badri menyampaikan hal tersebut kepada Koran Madura di Surabaya (5/12). Saat ini, IKAMRA sedang menggalang kekuatan untuk terus menyuarakan Madura sebagai provinsi. Usaha yang dilakukan antara lain, IKAMRA bertemu dengan sejumlah tokoh Madura di berbagai titik baik yang berada di Madura sendiri maupun, Jawa, maupun di luar Jawa. Menurut Ali Badri, Madura selama ini terbiarkan begitu saja seolah-olah tidak mengalami kemajuan yang berarti. Padahal, Madura memiliki banyak potensi yang tidak kalah dengan daerah lain. Dia menyebut Madura punya garam, tembakau, cabejamu, jambu air, gas, dan sumber daya alam lainnya yang bisa dikembangkan. Bila menjadi provinsi tersendiri, Badri yakin potensi itu bisa lebih berkembang. Untuk memenuhi persyaratan menjadi 5 kabupaten/kota, di Madura hanya menambah satu kabupaten/kota. Dari sisi kesejarahan, Pamekasan layak dimekarkan menjadi kabupaten dan kota. Tetapi dari sisi geografis, Sumenep bisa dimekarkan menjadi dua kabupaten. Satu kabupaten di daratan dan satu kabupaten lainnya di kepulauan. “Tidak bisa ditawar, Madura harus provinsi,” katanya. Guna mewujudkan keinginan ini, IKAMRA akan terus menggalang kekuatan dan dukungan sampai akhirnya Madura benar-benar menjadi provinsi. Apalagi, beberapa kabupaten/kota di Jatim menurut Badri sudah Madura. Beberapa kabupaten yang masuk ke dalam Madura baik secara kultur dan genetis antara lain Banyuwangi, Jember, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, sebagian Surabaya dan Gresik (Bawean). “Kami hanya ingin Madura lebih maju, caranya ya harus provinsi,” dia begitu bersemangat. (abe)
Butuh Ingatan Kolektif PAMEKASAN – Madura butuh simbol pemersatu sebagai ingatan kolektif yang menegaskan Madura bisa kompak dan bersatu. Selama ini, Madura belum punya ikon yang tidak bisa dilihat bersama setelah menuruni jembatan Suramadu. Sampai di Madura, masyarakat tidak mendapati simbol kecuali pedagang PKL yang memanjang dari sisi selatan - utara dan kumuh. Peneliti Madura Budi Hariyanto mengatakan hal tersebut saat bertandang ke rumah pemimpin redaksi Koran Madura di Kecamatan Pragaan kemarin (6/12). Menurut dia, Madura tidak sama dengan Bali dan Padang. Pengunjung daerah tersebut begitu masuk ke Bali aura Pulau Dewatanya sangat terasa. Hal yang sama dirasakan pengunjung yang datang ke Padang. Begitu masuk, semangat Padangnya juga terlihat dengan jelas. “Hemat saya di sisi utara Suramadu harus dibangun monumen sebagai simbol bersama,” katanya. (abe)
LA BHEDE BHEI Seorang ahli fisika dan matematika duduk berdua. Setelah lama berbincang muncul keisengan si fisikawan untuk mengetes kecerdasan ahli matematika. “Prof, menurut anda, berapa jumlah kambing yang berkerumun dan tersebar di alun-alun sana,” tanyanya, sambil menunjuk keruman kambing di kejauhan. “84,” katanya spontan. “Wah cepat sekali. Bagaimana cara anda menghitung.” “Gampang. Saya hitung kakinya, lalu saya bagi empat,” jawab Sang Matematikawan santai. Cak Munali
1
Koran Madura
PAMANGGI Pupus Oleh : Abrari Alzael Pimpinan Redaksi Koran Madura
s.bachri/koranmadura
DEMO KECAM KPU - Seorang warga pendukung pasangan Achmad Syafie-Kholil Asy’ari (ASRI) mengikuti aksi protes terhadap KPU Pamekasan.
Menurut mereka, KPU tidak netral dalam proses penetapan Cabup-Cawabup Pamekasan dan membuat Pasangan ASRI tidal lolos dalam tahap pencalonan pemilukada kabupaten setempat.
DKPP Berhentikan Anggota KPU Pamekasan PAMEKASAN - Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) akhirnya memberhentikan lima orang anggota KPU Pamekasan Kamis (6/12). Pemecatan dilakukan karena penyelenggara pemilihan umum di Pamekasan itu dinilai melanggar kode etik dan bersikap tidak netral dalam memfasilitasi pemilukada. Berdasar putusan DKPP, dinyatakan seluruh pimpinan KPU Pamekasan melanggar kode etik penyelenggara pemilu karena terbukti bersikap tidak netral dalam menfasilitasi pemilukada di Pamekasan. “Menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian tetap bagi teradu I, II, III, IV dan V, yakni Mohammad Ramli, Nur Azizah, Ali Wafa, Mohammad Dlohiri dan
Atnawi karena terbukti melanggar kode bahwa para pimpinan KPU Pamekasan etik penyelenggara pemilu saat peneta- tidak mampu menjadi yang diharapkan, pan pasangan calon,” demikian isi putu- sebagai penyelenggara yang berpihak san DKPP yang ditandatangani ketuanya, pada undang-undang dan bukan pada salah satu pasangan calon. “Sebab, jika Jimly Asshiddiqie tersebut. Selanjutnya, DKPP juga memerintah- memang mereka netral, pasti putusankan agar KPU Jawa Timur mengambil alih nya tidak akan seperti ini. (putusan) Ini, penyelenggaraan pemilukada di Pame- kan, didasarkan pada bukti-bukti yang kasan. Namun, dalam keputusan terse- muncul dipersidangan dan tidak mampu mereka bantah,” katanya. but tidak dinyatakan apakah Sebelumnya, kata Heru, tahapan pemilukada di kabuBERITA paten tersebut atau dilanjutkan KPU Jawa Timur juga sudah melakukan supervisi terhadap berdasar tahapan yang sudah TERKAIT keputusan KPU Pamekasan berjalan. Heru Budi Prayitno, Ketua Halaman 3&5 dan mengingatkan bahwa putusan itu sangat rawan. SayTim Advokasi Pasangan Ahmad Syafii – Kholil Asyari (ASRI), angnya, peringatan dari KPU pasangan Calon Bupati dan Wakil Bu- Jatim itu tidak diindahkan. Sejauh ini belum ada pernyataan pati Pamekasan yang dicoret KPU karena dinilai tidak memenuhi syarat, mengata- resmi dari kelima komisioner KPU Pamekan pihaknya menyambut baik keputusan kasan. Para wartawan yang mencoba itu. “Ini awal yang baik dan menjadi pela- menghubungi ketua KPU, Mohammad jaran bahwa pesta demokrasi bukanlah Ramli, selalu gagal. Namun, Sekretarpesta perkawinan sehingga harus profe- is KPU, Ahmad Zaini, mengaku sudah sional dan bebas dari tekanan-tekanan,” mendengar putusan DKPP, hanya secara kata Heru. resmi lembaganya belum menerima saliPutusan itu, jelasnya, membuktikan nan putusan tersebut. (yin/muj)
GATHERING KORAN MADURA BIRO SURABAYA
Wawali Nilai Koran Madura Inovasi Baru SURABAYA – Wakil Walikota Surabaya Bambang DH menilai terbitnya Koran Madura sebagai inovasi baru yang tidak dilakukan media lokal lainnya. Sebab, Koran Madura terbit di kawasan lokal tetapi memiliki kantor cabang di lintas lokal bahkan nasional. Meski begitu, Bambang tetap meminta Koran Madura mengedepankan konten lokal. Bambang menyatakan hal tersebut saat hadir sebagai nara sumber di acara Gathering Koma (Koran Madura) di salah satu restoran, di depan Gedung Grahadi Surabaya (5/15). Menurut Bambang, dari sisi lay out Koma dianggap sudah hebat, di kelasnya. Dari aspek perwajahan, Koma tampail sebagai koran tanpa sambungan dan hal ini tidak menyulitkan pembaca. Tetapi dari segi konten, pria yang pernah menjadi Wali Kota Surabaya dua periode ini menganggap masih kurang. Oleh karena itu, Bambang meminta Koma menambah konten lokal. Sebab, konten lokal akan mengundang banyak orang untuk mengikuti perkembangan Madura dari media. Sebagai pendatang baru, Koma akan tertinggal bila bersaing dengan media nasional yang lebih dulu mapan. Cara mensiasatinya, Bambang memersilakan Koma memuat berita internasional, nasional maupun regional. “Tapi ingat yo, kontek lokalnya harus ditambah,” Bambang menjelaskan.
Dari auranya bisa dibaca. Perempuan itu tidak memancarkan wajah ceria. Sendu dan sedan bertumpu di sana. Hanya tahi lalat yang membuatnya tetap lincah terlihat, dan manis, tentu saja. Suatu pagi seseorang menebak, “Ada kereta api di matamu.” Perempuan itu belum saatnya mengerti apa maknanya. Padahal lelaki yang menanyakannya itu hanya ingin menjelaskan bahwa betapa berat terlihat wajah perempuan itu. “Baru diputus (tunangan) pada saat aku bersiap untuk menikah,” Perempuan itu menarik nafas. Airmatanya tak terbendung meski sesenggukan tangisnya nyaris tak terdengar. Ia berjalan penuh semangat di atas high heel shoes (sepatu berhak tinggi). Wajahnya sangat alami, rambutnya lurus dan alis tak ber poles. “Aku sedang galau, banget,” dia melirih. Di adegan yang lain, seorang pejabat juga mengeluh karena meminta dirinya menyudahi tugasnya sebagai pegawai negeri sipil. Secara de facto, usia pengabdiannya memang sudah tiba dan dia menyadari itu. Tetapi yang tidak dimengerti, permintaan untuk berhenti dan tidak ngantor lagi hanya dengan lisan dan tanpa beban hal itu dikatakan kepala daerah yang menjadi atasannya, saat itu. Ini tentu masalah, sebab pegawai negeri sipil dalam hal diangkat harus berbasis data, dokumen ataupun konsideran lainnya yang sah secara de jure. Seharusnya, saat pertama diangkat sebagai pegawai negeri sipil dan saat akan berakhir sewajarnya merujuk konsideran. Ini agar kebijakan tidak berbasis asbun melainkan memiliki rujukan, agar tidak seperti sumur tanpa dasar. Apalagi, pemerintah adalah institusi negara, bukan lembaga koloman dimana anggotanya diminta datang atau tidak datang melalui pengeras suara yang mengalun dari musala. “Ini soal negara bung,” lelaki itu tidak terima karena negara yang seharusnya serba data dan hitam-putih, dianggap selesai dengan hanya pemberitahuan lisan. Pada peristiwa pertama, pemutusan terjadi tidak memerlukan dokumen karena persoalan dua orang yang bertumpu pada ikatan pertunangan. Bahwa pada mulanya diikat itu adalah satu hal dan pada akhirnya dilepas itu hal lain. Pada peristiwa kedua, tidak sama kedudukannya dibanding yang pertama. Sebab, lahirnya kebijakan lebih disebabkan oleh arogansi penguasa dan tidak berpijak pada asas legalitas. Mungkin memang sudah biasa ketika berkuasa, seolah-olah dapat melakukan apa saja, melampaui. Seperti Aceng di Garut, dia berkuasa semua orang tahu. Dia populer juga ya. Tetapi faktor apa yang telah membuatnya masyhur, inilah masalahnya. Secara liberalis dapat dipahami apa yang dilakukannya tidak salah. Tetapi itu perbuatan yang tidak lain dilakukan pejabat publik yang merendahkan martabat bangsa dengan lakon tidak hormatnya Aceng pada perempuan, sebangsa ibu kita. Ini bukan soal empat hari ia menikah dan berpisah. Tetapi memandang orang sebagai barang yang bisa dibeli dan mengembalikannya saat tidak sesuai spek. Ini arogansi apa lagi? Dari sisi subyektivitas, ia sebenarnya dapat melakukan apa saja karena kaya dan berkuasa. Hanya “penghinaannya” terhadap kaum ibu, apapun kesalahannya ini yang disoal. Bukan mentang-mentang sebagai pejabat dan publik figur lalu sah melakukan apa saja, kepada siapa saja, dan tentang apa saja. Sebab yang dianggapnya tidak virgin, yang aroma bibirnya tidak wangi, dan yang dianggapnya tidak sesuai spek, itu juga manusia. Maka dengan itu, menghina sebangsa ibu, menista sebangsa manusia, apa untungnya? Padahal dulu, dalam cerita, Malin Kundang menjadi batu karena bebal terhadap sebangsa ibu. (*)
Caca Colo KPK Jadikan Andi Tersangka Tenaaang, yang lain pasti menyusul Pak!
GATHERING
- Bambang DH, Wakil Wali Kota Surabaya menilai, kehadiran Koran Madura merupakan Inovasi cemerlang untuk masa depan Madura.
Sementara Pemimpin Redaksi Koran Madura Abrari, menganggap masukan tersebut sangat berharga. Dia menandaskan, koran sehebat apapun tanpa pembaca hal itu akan sia-siap. Di dalam
forum tersebut, Bambang mengaku sebagai pembaca pertama Koran Madura saat pertama kali terbit 26 Nopember lalu. “Saya juga langganan (Koran Madura) lho,” dia menjelaskan. (aven/hana)
DKPP berhentikan lima anggota KPU Pamekasan Tanya kenapa? Ketimpangan pendapatan makin parah Makin timpang, makin gak rata...