Buletin Nawala Kreativitas Edisi 48 Tahun 2020

Page 1

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Nawala Kreativitas UGM Edisi 49 / Februari 2020

kreativitas.ugm.ac.id

+62 822-4334-6611

kreativitas@ugm.ac.id

@kreativitasugm

KATA SANG JUARA TENTANG LOMBA

S

epanjang tahun 2019, mahasiswa UGM telah mengharumkan almamater melalui karya dan prestasinya. Terdokumentasikan dalam laman simaster, sejumlah 1233 medali berhasil diperoleh dengan rincian 198 medali di kancah internasional, 946 medali di kancah nasional, dan 89 medali di kancah regional. Medali terbanyak yang diperoleh adalah medali emas dengan jumlah raihan sebanyak 478 medali, kemudian 362 medali perak, 284 medali perunggu, dan 109 medali juara harapan. Jumlah ini telah meningkat dari perolehan tahun 2017 dan 2018 dengan jumlah sebanyak 1011 dan 1114 medali. Kenapa sih mereka berlomba? Nawala edisi ini akan mengulik hasil wawancara singkat dengan para sang juara yang telah menorehkan prestasi di berbagai perlombaan. 1. Membanggakan Orang Tua, Almamater, dan Negara Bisa dibilang alasan ini merupakan alasan utama para sang juara berkompetisi. “Bisa mendapatkan sesuatu yang bisa

ngebanggain orang tua. Suka aja kalau ngasih kabar ke orang tua kalau lagi ikut lomba lalu didoain,” tutur Nadia Yasmine, Ketua Komunitas Mahasiswa Berprestasi UGM. Sepakat dengan Nadia, Amelia Nur Khasanah, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan mengungkapkan, “Bisa menunjukkan ke orang-orang bahwa kita nggak cuma bawa nama diri tapi juga nama daerah, nama universitas, dan nama negara.” 2. Mengenal Diri dan Membangun Jiwa Kompetitif Yang Positif Amel juga memaparkan bahwa dengan berlomba ia bisa mengukur kemampuan yang dimiliki, termasuk memahami kelebihan dan kekurangannya. Said Ahmad, juara The World Invention and Technology Expo (WINTEX) 2019, menambahkan bahwa lomba itu ibarat sekali lempar, dua burung terlampaui.


“Sekali lomba itu bisa mengukur diri dan membangun jiwa kompetitif yg positif,” ungkap Said. Berkompetisi adalah bentuk challenge kepada diri sendiri. Dengan berkompetisi, seorang mahasiswa mempunyai target atau timeline yang jelas untuk dicapai. Misalnya, target untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama kuliah karena saat di luar kelas banyak kasus nyata yang bisa dihadapi. “Jiwa kompetitif jadi terbentuk sehingga membuat setiap langkah dalam kehidupan menjadi punya target untuk dicapai, membuat kita jadi percaya sama diri sendiri, dan efek selanjutnya kita jadi punya value lebih buat orang lain,” tambah Marisha Salsabila, peraih medali emas Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-30 bidang kewirausahaan. 3. Menambah Pengalaman dan Softskill Baru Selain mengasah kemampuan yang didapatkan di kelas, berkompetisi memberikan pengalaman atau soft skill yang tidak diajarkan di kelas. Marisha sendiri menyebutkan bahwa berkompetisi sangat membantunya dalam melatih soft skill, salah satunya adalah public speaking. “Bisa juga untuk melihat minat dan bakat. Sebenernya aku tuh ahlinya dimana, habis aku

lomba baru kerasa ini aku banget atau ternyata aku bisa berkarya disini,” imbuh Amel. 4. Memperluas Jaringan Para sang juara juga mengungkapkan bahwa berkompetisi bisa menambah relasi pertemanan. Berkompetisi mempertemukan mereka dengan teman-teman sefrekuensi sekaligus menambah insight. “Membuat kita sadar bahwa ilmu yang kita pelajari itu lebih luas,” ujar Amel. 5. Jalan-jalan Jalan-jalan gratis adalah alasan yang dianggap paling membahagiakan. Tidak sekadar jalan-jalan, para sang juara juga menyempatkan untuk mengambil hikmah dalam perjalanannya. “Oh ternyata di negara ini begini kehidupannya, jadi bisa lebih bersyukur, atau Indonesia harus dikembangin di bidang ini,” tutur Amel. Itulah aneka alasan sang juara berlomba. Amel sendiri menutup wawancara dengan pernyataan berikut, “Olimpiade dan kompetisi bukan segalanya, tapi dari keduanya bisa merubah segalanya dalam hidupmu. Ketika kita berjuang maksimal banyak hal yang kita dapatkan, kita rubah, dan banyak orang yang bisa kita temui inspirasinya.” Semangat terus mahasiswa UGM dan ikuti jejak mereka!

KOMITMEN KOMITMEN PENUH PENUH SUGIYANTO SUGIYANTO DALAM DALAM MEMBINA MEMBINA YACARANDA YACARANDA

YA CA RAN DA

B

icara soal prestasi gemilang Tim Yacaranda tidak bisa dilepaskan dari sosok berpengaruh satu ini. Ialah Bapak Sugiyanto, S.T., M.Eng, pembina sekaligus pionir yang berperan besar melahirkan komunitas Yacaranda pada tahun 2011. Perjalanannya dimulai saat ia resah melihat tidak adanya komunitas yang linear mendukung ranah

akademik mahasiswa D3 Departemen Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM. Kala itu, wadah yang disediakan hanya berkutat pada pengembangan soft skill dan hobi semata seperti pecinta alam dan olahraga. Sementara komunitas yang menonjolkan bidang keilmuan sebagai mahasiswa 'keteknikan' belum dijumpai.


Berangkat dari hal tersebut, bersama Bapak Ismoro yang juga memiliki hobi dan kompetensi di bidang otomotif, mereka mulai mengusulkan pembentukan Kementerian Riset dan Teknologi dibawah Himpunan Mahasiswa Sekolah Vokasi yang merupakan embrio dari Yacaranda. Ia mengungkapkan, semula Yacaranda bernama Galaksi atau Gadjah Mada Laskar Vokasi yang saat itu masih didominasi oleh mahasiswa D3 Departemen Teknik Mesin. Akan tetapi karena pertimbangan yang diberikan beberapa pihak, Galaksi pun membuka peluang untuk mahasiswa departemen lain bergabung. Seiring berjalannya waktu, Galaksi yang semula berada di bawah naungan Sekolah Vokasi UGM pun berubah nama menjadi Yacaranda yang berada di bawah naungan Direktorat Kemahasiswaan UGM. Selama hampir 10 tahun, beliau mengakui perjalanan Yacaranda tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Selain acap kali terkendala masalah funding, berbagai cibiran pun pernah ia dapati. “Pernah ada itu kolega yang menyindir di grup karena waktu itu pengujian mesin masih pakai sepeda motor. Saya tidak peduli siapa dia, tapi saya komentari pedas. Bagi saya ini adalah proses belajar mahasiswa dan kita harus menghargainya,” ungkapnya. Meskipun berbagai hambatan datang silih berganti, namun tekadnya membesarkan tim ini tak pernah surut. Ia pun kerap mengorbankan waktu berkumpul bersama keluarga untuk mendampingi tim.

“Peran saya disini harus bersedia welcome 24 jam. Saat dosen-dosen pulang, biasanya saya tetap mendampingi. Saat weekend, saya bergantian dengan Pak Ismoro untuk membersamai teman-teman mahasiswa.” Berkat dedikasinya, ia berhasil melejitkan prestasi Tim Yacaranda. Terbukti pada tahun 2019, Yacaranda berhasil meraih juara umum Kontes Mobil Listrik Indonesia ke -11. “Strateginya berupa teknis dan non teknis ya. Salah satu yang ditekankan adalah perbaikan rekrutmen driver. Kita tambah aspek psikologis dalam pengujiannya.” Sosok yang dikenal sangat bersahabat dengan mahasiswa ini memiliki kiat lain agar timnya tetap solid dan kompak. “Budaya yang selalu saya tanamkan adalah budaya disiplin tapi tidak perlu saklek dan kedua adalah komunikasi. Dalam tim saya selalu memosisikan diri saya sebagai teman dan bapak yang mengayomi. Artinya teman-teman mahasiswa tidak perlu segan untuk curhat dan meminta bantuan. Saya tidak pernah memarahi selama bukan hal kriminalitas. Memberikan kenyamanan bagi mahasiswa adalah janji saya. Kalau sudah berkomitmen membantu tim, ya jangan setengah-setengah,” tutur dosen yang berfokus di bidang energi tersebut. Besar harapan, Tim Yacaranda dapat membawa harum nama UGM baik di level nasional dan internasional sekaligus menjadi menjadi inspirasi bagi semua. Terakhir ia berpesan “Do the best, selalu lakukan yang terbaik baik untuk keluarga, kampus dan semuanya,” tutupnya mengakhiri perbincangan.

ENDY SUWONDO: MENJADI PEMBINA PKM BERARTI MENJADI TIDAK WARAS

C

erita sukses kontingen UGM memboyong kembali Piala Adhikarta Kertawidya dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-32 lalu tentu tidak bisa dilepaskan dari kerja keras dan dedikasi tanpa henti berbagai pihak. Salah satunya adalah peran para dosen pembina Program Kreativitas

Mahasiswa dalam mendampingi peserta. Satu dari sekian pembina tersebut adalah Dr. Ir. Endy Suwondo, DEA. Sosok yang sudah berkecimpung hampir 18 tahun di PKM UGM. Titik tolak beliau terjun di PKM dimulai saat ia bergelut di dunia program penelitian dan pengabdian masyarakat kala itu. Tak tanggung-tanggung, penelitian yang ia lakukan berhasil didanai tiga kali berturut-turut dalam program Penelitian Multi Years Dikti. Berangkat dari track record, ia menjalani karir di bidang penelitian secara mendalam. Karirnya dimulai pada tahun 1999 saat ia diminta membantu untuk menjadi reviewer KAM (Karya Alternatif Mahasiswa), salah satu program pendahulu PKM. Usai PKM lahir pada tahun 2000, ia pun diminta menjadi reviewer tetap. Tak berhenti sampai disitu, dalam rentang tahun yang sama ia pun menjadi juri Pimnas sejak tahun 2006 hingga 2010.


Selama menjadi Juri Pimnas, ia dipercayakan menjadi Ketua Dewan Juri Pimnas terhitung dari tahun 20062008. Selama berkiprah di berbagai posisi strategis tersebut, Pak Endy, begitu ia akrab disapa, tidak sedikit memberikan kontribusi dalam rangka penyempunaan PKM secara kontinu. Beberapa diantaranya seperti memangkas durasi pelaksanaan PKM yang semula ajang dua tahunan ia ubah menjadi hanya satu tahun. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab tidak sedikit dari para peserta yang statusnya telah berubah menjadi lulus tatkala Pimnas berlangsung. Langkah transformasi lain yang berhasil ia lakukan adalah merumuskan buku pedoman guna mengakomodasi kebutuhan mahasiswa dalam memahami PKM secara komprehensif. Meskipun usianya tak lagi muda, namun semangatnya dalam membina PKM tak perlu diragukan. “Saya sendiri tidak akan meninggalkan PKM selama saya dibutuhkan, karena membantu adik-adik mahasiswa itu semacam kepuasan tersendiri bagi saya,” ungkap Dosen Fakultas Teknologi Pertanian itu. “Tidak jarang juga saya harus pulang malam demi memastikan dan membantu para peserta PKM,” lanjutnya. Perihal manajemen waktu, Pak Endy pun mengungkapkan bahwa ia selalu berupaya memprioritaskan PKM di tengah kesibukannya. “Yang terpenting saya prioritaskan PKM. Semisal ada rapat ini, rapat itu, tapi ketika PKM membutuhkan akan saya dahulukan. Itulah alasan kenapa saya bisa selalu hadir dalam rapat PKM,” ungkap dosen yang berfokus di bidang modeling dan simulasi tersebut. Sebagai sosok senior yang sudah malang

STASISTIK PRESTASI MAHASISWA UGM 2019 per 31 Januari 2020

melintang dan berpengalaman di dunia PKM, ia berharap kepada rekan-rekan sesama pembina untuk tidak pantang menyerah dalam membimbing adikadik mahasiswa. “Saya berpesan jangan bosan dalam membimbing, karena memang terkadang menjengkelkan tapi kalau bisa jangan sampai jengkel. Kalaupun merasa jengkel boleh berhenti dulu, tapi terus kembali lagi. Nanti kalau ada satu dua yang patah semangat, otomatis akan menular ke yang lain. Karena sebetulnya menjadi pembina PKM itu menjadi orang-orang yang tidak waras,” ujarnya diselingi tawa. “Sementara pesan saya untuk adik-adik mahasiswa sederhana, tolong deh berlaku jujur. Misi saya itu membuat mahasiswa sadar menjadi ilmuwan yang memiliki integritas. Juara itu bukan tujuan utama tapi kalau bisa beriringan mengapa tidak, jadi hanya bonus. Bagi saya tidak masalah mereka tidak juara asal mereka tidak curang. Selain itu patuhi aturan yang ada. Jangan sampai ide-ide yang bagus harus gugur karena kesalahan administratif, sangat disayangkan sekali.” Menutup pembicaraan, Pak Endy pun membagikan tips yang kerap ia lakoni sekaligus menjadi motto hidupnya selama ini. “Sejak dulu saya selalu teringat pesan guru pada waktu SMA, jangan suka menunda pekerjaan dalam hal apapun karena itu sebagai kunci. Saya tidak mengatakan kuseksesan tapi kelancaran hidup. Seperti waktunya salat ya salat, kalau waktunya belajar ya belajar. Jangan menunda besok, sebab akan melahirkan esok-esok yang lain,” tutupnya mengakhiri sesi wawancara.

Daftarkan raihan prestasimu di tahun 2020!

Penanggung Jawab: Dr. R. Suharyadi, M.Sc. Editor in Chief: Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D. Editor: R. Yuswantoro Sidqi, S.AP., Zaenudin, A.Md, S.ST.Ars, Arijanto, Peni Purwatiningsih, Sri Utari, Dasih Rahmawati, Muhammad Yusya A., Afiffah Nuur M. H., Penyusun Konten: Nurul Fajriati S, Rahmayani. Desain & Tata Letak: Alamsyah Prabayu Subdirektorat Kreativitas Mahasiswa, Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada Blok F11, Bulaksumur, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Klik simaster.ugm.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.