Pantai-Pantai Cantik di Pesisir Barat... Halaman. 10 No. XVI / 20 November 2014 - 18 Desember 2014
Batik Tanggamus
kian Menggeliat
foto: lampung post/tri sujarwo
WANITAwanita itu duduk rapi di bawah rumah panggung dengan tiang kayu yang begitu kuat. Tangan-tangan mereka begitu terampil memainkan alat membatik, canting.
Tri Sujarwo
S
esekali mulutnya meniup air malam yang masih panas. Wanitawanita itu kemudian mulai melukiskan canting yang ada dalam genggamannya pada sebuah kain panjang yang telah dibentuk polanya. Kain-kain itu kini menjadi kain batik dengan sentuhan daerah pesisir yang begitu kental. Nuansa lumba-lumba menjadi bagian tidak terpisahkan pada kain batik itu. Itulah sedikit gambaran pengelolaan batik milik Omansyah Adok Minak Jaga Sempada binaan Dekranasda Tanggamus. Lampung memang memiliki aneka jenis batik dan kain tenun yang begitu banyak. Masyarakat Indonesia mengenal tapis sebagai kain khas Lampung. Namun, kain batik dari Lampung kini mulai dilirik. Selama ini, 15 ka-
bupaten/kota di Lampung telah mengembangkan aneka motif batik masing-masing daerahnya. Setiap kabupaten/kota di Lampung memang memiliki keunikannya tersendiri. Tidak mengherankan jika motif-motif batik di Lampung terpengaruh dari daerah asal mereka. Salah satu daerah yang produktif mengembangkan kain batiknya yaitu Tanggamus. Batik Tanggamus kini mulai menggeliat. Para perajin batik di sana, selain usaha mandiri, juga banyak mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat. Omansyah merupakan salah satu perajin batik Tanggamus yang telah malang melintang selama bertahun-tahun. Dia mengangkat pesona daerah pesisir yang begitu kental. Dia mengatakan Tanggamus memiliki banyak potensi batik yang bisa dikembangkan. Aneka jenis batik Tanggamus yang dikembangkannya telah memiliki puluhan motif dan bentuk yang begitu variatif dan inovatif. Berbagai jenis motif terus dikembangkan agar batik Tanggamus kian berkembang dan maju. Karena itu, tak heran jika dukungan dari Pemerintah Kabupaten Tanggamus begitu besar
dalam pengembangan batiknya. Kini, batik Tanggamus mulai dilirik oleh wisatawan berbagai daerah, bahkan mancanegara. “Alhamdulillah, potensi batik Tanggamus yang begitu besar, bisa terus kami kembangkan sehingga makin inovatif,� kata dia. Menurut Omansyah, selama ini para perajin batik Tanggamus terus melakukan inovasi dengan melakukan banyak diskusi dengan tokoh setempat untuk menghasilkan kain batik yang bisa mewakili daerah. Salah satu ikon Kabupaten Tanggamus adalah lumba-lumba, motif ini menjadi salah satu motif yang banyak dibuat. Selain itu, motif lainnya yang juga akan dikembangkan, yakni bunga khampai (tomat dengan ukuran kecil). Motif bunga khampai kini mulai dikembangkan sebagai salah satu motif khas kabupaten pecahan Lampung Selatan ini. “Kami terus mengembangkan aneka jenis motif, agar konsumen tertarik dan bisa memilih,� kata dia. Selama ini, Tanggamus dikenal sebagai daerah dengan nuansa pesisir yang begitu kental. Tidak mengherankan jika motif khas daerah pesisir juga begitu menonjol pada kain batik Tanggamus. Butuh proses yang panjang dan menguras tenaga untuk bisa menghasilkan batik Tanggamus yang kini dikenal banyak orang. Oleh sebab itu, kita patut berterima kasih kepada perajin-perajin batik Tanggamus yang begitu setia bergelut pada pelestarian budaya tak benda ini. Tabik. (KRAF)
2 20 November 2014
DAFTAR ISI INFO Gebyarkan Festival Teluk Semaka
4
BUDAYA Cangget, Tarian Khas Masyarakat Lampung Pepadun
6
Digelar Sebelum Turun Mandi
7
CORAK Motif Lumba-lumba Jadi Primadona
8
santap Mencicipi Nikmatnya Kuliner Pakistan di Kota Seribu Siger
12
RESEP Pandap yang Sedap
13
ASRI Tempat Pengambilan Gelar Sutan
14-15
Direktur Utama: Raphael Udik Yunianto. Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Iskandar Zulkarnain. Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Kepala Divisi Pemberitaan: D. Widodo, Kepala Divisi Content Enrichment: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan: Nova Lidarni, Umar Bakti, Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Redaktur: Hesma Eryani, Lukman Hakim, Muharam Chandra Lugina, Musta’an Basran, Rinda Mulyani, Sri Agustina, Sudarmono, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Abdul Gofur, Adian Saputra, Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Iyar Jarkasih, Fadli Ramdan, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Sony Elwina Asrap, Susilowati, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Ahmad Amri, Fathul Mu’in, Ricky P. Marly, Meza Swastika, Wandi Barboy. Liputan Jakarta: Inge Olivia Beatrix Mangkoe. LAMPOST.CO. Redaktur: Kristianto. Asisten Redaktur: Delima Napitupulu, Sulaiman. Content enrichment Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Kurniawan, Aldianta. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin.0 Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Yuli Apriyanti. Desain Grafis redaktur: DP. Raharjo. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Widodo (Kabiro), Abu Umarly, Mif Sulaiman, Sudiono, Heru Zulkarnain. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Bussines Development: Amiruddin Sormin. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin. Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Asisten Manager Iklan Biro: Siti Fatimah. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampost.co e-mail: redaksi@lampungpost.co.id, redaksilampost@ yahoo.com. Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113. Kalianda: Jl. Soekarno-Hatta No. 31, Kalianda, Telp/Fax: (0727) 323130. Pringsewu: Jl. Ki Hajar Dewantara No.1093, Telp/Fax: (0729) 22900. Kotaagung: Jl. Ir. H. Juanda, Telp/Fax: (0722) 21708. Metro: Jl. Diponegoro No. 22 Telp/Fax: (0725) 47275. Menggala: Jl. Gunung Sakti No.271 Telp/Fax: (0726) 21305. Kotabumi: Jl. Pemasyarakatan Telp/ Fax: (0724) 26290. Liwa: Jl. Raden Intan No. 69. Telp/Fax: (0728) 21281. Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/SIUPP/A.7/1986 15 April 1986. Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan.
ekraf
Torial
Menanti Penataan Kawasan Teluk Lampung
P
ETANG mulai beranjak berganti malam. Sunset yang sangat indah itu senantiasa menemani hiruk pikuk warga Kota Makassar yang memulai aktivitas di kawasan Pantai Losari. Ada yang berjualan minuman, makanan, serta beragam kerajinan khas Makassar. Suasana ramai di kawasan itu berlanjut hingga pukul 21.00. Ketika malam kian larut, sekalipun tidak ramai, penjual kerajinan khas Makassar, seperti perajin batu, gelang, kipas, dan sejumlah aksesori lainnya masih menjajakan barang dagangan di kawasan itu. Pantai Losari memang menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan asing dan lokal yang berkunjung ke Makassar. Kawasan itu seolah menjadi pusat kegiatan dan
hiburan, selain Tr a n s Studio 7 Makassar yang menampilkan puluhan wahana yang mampu meningkatkan adrenalin. Bagaimana dengan L ampung? Sebuah pertanyaan dalam hati dan mengingatkan sebuah rencana pada 2007 lalu. Saat itu, Wali Kota Bandar Lampung saat itu dipimpin Eddy Sutrisno berencana menata kawasan Pantai Teluk Lampung menjadi Watter Fron City. Namun, rencana itu hanya tinggal angan-angan setelah pergantian kepemimpinan. Padahal, menurut Wali Kota Makassar Dani Pomanto, Pantai Teluk Lampung merupakan salah satu pantai terindah di Indonesia dan perlu dilakukan
Lukman Hakim Wartawan Lampung Post
penataan, salah satunya dengan dilakukan reklamasi untuk dibangun water front city. Apalagi, dia sudah beberapa kali mengunjungi Pantai Teluk Lampung terkait pembangunan water front city yang yang pernah digagasnya saat masa Wali Kota Eddy Sutrisno. “Namun, rencana itu tidak berjalan. Padahal, jika itu bisa diwujudkan, Pantai Teluk Lampung bisa lebih indah dari Pantai Losari Makassar yang sudah sangat dikenal di dunia,” kata dia. Saat ini, memang kita tinggal berharap Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo bisa mewujudkan hal itu, untuk pengembangan Bandar Lampung sebagai ibu kota provinsi. Reklamasi pantai jangan melulu dilihat sebagai hal negatif. Potensi Bandar Lampung sebagai daerah rawan bencana, seperti gempa bumi dan tsunami, perlu dibangun satu terobosan antisipasi bencana, salah satunya reklamasi pantai. Efeknya, selain lingkungan pantai menjadi bersih dan indah, Bandar Lampung bisa menjadi kota tujuan wisata dunia. n
3 20 November 2014
ekraf
Tabik Pun
Kerajinan Khas Daerah Wajib Dilestarikan
D
EWAN Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) yang ada di kabupaten/kota se-Provinsi Lampung wajib menggali, melestarikan, serta mengembangkan seni budaya dan produk kerajinan unggulan khas daerah, misalnya tapis, sulaman usus, bordir, anyaman, dan sebagainya. Apalagi, kerajinan khas daerah Lampung sudah menambah khazanah kekayaan kerajinan Indonesia. Kerajinan yang sudah ada sejak dulu juga perlu dilestarikan. Hal itu dikatakan Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Yustin Ridho Ficardo, pada pelantikan ketua dan pengurus Dekranasda Lampung Utara, di Islamic Center setempat, Sabtu (15/11). Menurut Yustin, Dekranasda adalah organisasi nirlaba yang memiliki tujuan luhur, yaitu menggali, mengembangkan, serta melestarikan kerajinan warisan budaya bangsa dan penerapan teknologi demi peningkatan kualitas produk. Pada akhirnya dapat memperkokoh jati diri bangsa secara umum, khususnya Provinsi Lampung. Selain itu, dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya seni kerajinan dalam kehidupan yang bermartabat. Dekranasda juga mendorong semangat kewirausahaan dan merumuskan kebijakan di bidang industri kerajinan dan program peningkatan SDM. Yustin juga mengatakan sejak November 2011, Lampung mendapat kesempatan memamerkan hasil kerajinan dari seluruh perajin di Lampung. Lampung sudah membuat stan yang diberi nama Paviliun Lampung di gedung SMESCO UKM Jakarta. Dia berharap Paviliun Lampung dapat digunakan seluruh Dekranasda kabupaten/kota se-Lampung dalam mempromosikan produk unggulan kerajinan tanpa dipungut biaya. Dia juga menjelaskan harus ada peran aktif seluruh pengurus Dekranasda agar kerajinan dari Lampura bisa dikenal dan mampu membangkitkan usaha kerajinan kecil dan menengah di daerah itu. Jadikan Dekranasda wadah bagi semua perajin yang ada, harus benar-benar memberikan pembinaan kepada semua perajin di daerah. n
foto: lampung post/tri sujarwo
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
4 20 November 2014
ekraf
Info
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Gebyarkan Festival Teluk Semaka
H
AMPIR setiap kabupaten/ kota di Lampung memiliki festival masing-masing. Setiap kabupaten/kota menonjolkan kekhasannya sebagai salah satu produk unggulan. Jika dalam skala besar, Lampung memiliki Festival Krakatau, dalam lingkup kecil kita memiliki Festival Teluk Semaka salah satunya. Pergelaran tahunan ini sudah memasuki tahun ketujuh sejak diselenggarakan pada 2007. Berbagai rangkaian acara pun ditampilkan dan disuguhkan untuk masyarakat Tanggamus. Selain menjadi incaran para fotografer andal, Festival Teluk Semaka juga menjadi hiburan tersendiri bagi warga Tanggamus. Festival Teluk Semaka tahun ini berhasil memukau ribuan pengunjung yang memadati jalanan utama di Kotaagung, Tanggamus. Para pengunjung antusias menyaksikan pergelaran yang dihelat oleh Pemerin-
tah Kabupaten Tanggamus ini. Festival tersebut banyak mengangkat tema-tema yang khas dari Tanggamus. Selain mengangkat lumba-lumba sebagai ikon dalam logo festival ini, Tanggamus juga mengangkat bela diri tradisional, khakot. Dalam Festival Teluk Semaka ada beberapa rangkaian acara yang diangkat, di antaranya pengetahan adok, Semaka Sparkling Night, Firework and Laser Show, Tour d’ Semaka, dan The Heritage Tanggamus Culture and Khakot Carnival. Acara dihelat mulai 31 Oktober sampai 2 November 2014, di pusatkan di Kotaagung, Tanggamus. Acara yang dimeriahkan oleh penampilan berbagai etnis ini diawali dengan acara Tour d’Semaka. Acara ini merupakan acara yang disuguhkan untuk masyarakat yang memiliki hobi traveling. Dalam acara tur wisata ini, pengunjung diajak menyelami keindahan Gunung Tanggamus dan Air Terjun Way Lalaan. Para pengunjung diajak untuk menikmati keindahan Tanggamus lewat lerengnya. Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Tanggamus salah satunya bisa dijumpai lewat kegiatan ini. Selain itu, para pengunjung juga diajak berwisata ke Air Terjun Way Lalaan. Air terjun ini menjadi salah satu objek wisata di Tanggamus. Kholidin Ruppyadi, pengunjung dari Ambarawa, Pringsewu, mengatakan kemeriahan acara Festival Teluk Semaka makin semarak dengan digelar acara parade 1.000 pendekar pincak khakot. Acara ini juga dibarengi dengan atraksi dari persatuan drumben
Tanggamus, penampilan berbagai etnis, dan instansi. Beberapa kesenian tradisional dari daerah lain juga turut hadir. Kontingen Keluarga Besar Sumatera Barat (KBSB), misalnya, menampilkan kesenian tambur dan tari piring. Sementara etnis Jawa tampil dengan seni kuda lumping dan etnis Bugis tampil dengan pakaian adatnya. Tidak mau ketinggalan, etnis Banten tampil dengan kesenian bandrong-nya. Acara begitu meriah dengan berbagai atraksi yang ditampilkan oleh masing-masing kontingen. “Acara puncaknya meriah sekali, tidak hanya 1.000 khakot, tetapi ada juga atraksi dari berbagai etnis,“ kata dia. Acara pendukung lainnya seperti Semaka Sparkling Night dan Firework And Laser Show juga tidak kalah meriahnya. Atraksi itu menjadi hiburan tersendiri untuk para pengunjung yang ingin menghabiskan malamnya dengan aneka hiburan multimedia yang dikombinasi dengan lampu aneka warna. Acara ditutup dengan kunjungan ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Para peserta tur ini diajak untuk mengenal lebih dalam mengenai keanekaragaman flora dan fauna yang dimiliki Tanggamus. Para pengunjung diajak menuju pusat bunga raflesia yang serupa dengan bunga raflesia di Bengkulu dengan ukuran yang lebih kecil. Para pengunjung TNBBS pun begitu menikmati acara jelajah alam yang masuk pergelaran Festival Teluk Semaka. (TRI SUJARWO/KRAF)
foto: lampung post/tri sujarwo
5 20 November 2014
ekraf
Tradisi
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Khakot, Bela Diri
Tradisional Lampung
P
ARA pemuda itu tampak memasang raut wajah yang sangar, sembari membawa sebilah golok di tangannya. Tidak tanggungtanggung, seribu pemuda turut dilibatkan dalam parade akbar tersebut. Secara kompak dan serempak para pemuda itu memperagakan berbagai jenis gerakan pincak khakot khas Pesisir, Tanggamus. Mereka memakai kaus, celana dan sandal yang serbahitam. Hal ini menambah kesan garang pada mereka. Sebuah kain persegi tiga disematkan di kepala. Mereka berjalan menyusuri jalan protokol Kotaagung, Tanggamus. Itulah parade 1.000 khakot dalam pergelaran Festival Teluk Semaka ke-7 yang digelar pada Sabtu (1/11). Tidak tanggungtanggung, 1.000 pemuda terbaik Tanggamus turut ambil bagian dalam kegiatan ini. Mereka berlatih sekitar satu bulan hingga bisa menampilkan gerakan yang sama. Tak pelak, khakot yang memang begitu akrab dengan masyarakat Tanggamus bisa tampil memukau. Sebuah parade yang luar biasa. Menurut Elzhivago, salah satu tokoh adat setempat, khakot merupakan seni bela diri tradisional masyarakat pesisir yang beradatkan Saibatin. Pencak silat tradisional Lampung ini jika diperagakan dua orang, sehingga dikenal dengan istilah silek (sileh). Sementara itu, jika diperagakan (dilakukan) secara massal disebut khakot. Khakot biasanya ditampilkan saat-saat tertentu saja, misalnya pernikahan, lamaran, maupun penyambutan tamu agung. Biasanya para orang tua akan mewariskan secara turun-temurun bela diri khas Lampung ini. Anak-anak di perkampungan masyarakat asli Lampung biasanya sudah terbiasa berlatih pincak khakot ini. Berbagai jenis gerakan pun memiliki makna
foto: lampung post/tri sujarwo
tersendiri. Salah satu gerakan pincak khakot adalah langkah sekhatongan (langkah saling mendatangi). Gerakan ini menggambarkan pelaku pencak bergerak maju mengikuti irama. Gerakan ini berfungsi sebagai pembuka jalan bagi iring-iringan pengantin pria, petinggi, adat, dan tamu yang dihormati. Para pelaku pincak khakot membawa golok (parang) dengan gerakan yang sigap sebagai tanda kesiapan prajurit dalam menjaga serta mengamankan pengantin, pejabat, ataupun tamu agung. Sigap dan Cekatan Pada Festival Teluk Semaka ke-7 ini para pelaku khakot berpakaian rapi warna hitam dengan balutan sandal gunung yang kuat. Para pelaku khakot juga memakai kain segitiga di kepala mereka. Biasanya para pelaku khakot juga memakai sinjang bulipat (sarung berlipat) yang dikenakan hingga selutut. Para pelaku khakot bergerak sesuai dengan iringan musik khas pesisir yang ditabuh secara terus-menerus. Selain canang dan gong, rebana yang menjadi alat musik yang hampir tidak pernah absen saat khakot dipentaskan. Satu paduan yang tidak bisa terpisahkan antara tetabuhan dan gerakan khakot yang dipentaskan. Sebelum khakot dipentaskan biasanya kepala adat atau tokoh masyarakat setempat akan membacakan beberapa pantun yang dibaca sesuai dengan nada dan irama khas. Dalam perhelatan adat para pelaku khakot biasanya berbaris rapi dan dikomandoi oleh salah seorang di antara mereka. Mereka berjalan beriringan dengan langkah yang sigap dan mata yang awas. Hal ini menandakan para pelaku khakot memang terampil dan dapat diandalkan. Dalam sebuah formasi barisan untuk acara arakarakan khakot menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan. Khakot berada di barisan paling depan dalam sebuah iring-iringan karena pada zaman dahulu khakot juga berfungsi untuk melindungi penyimbang (para pimpinan adat). (TRI SUJARWO/KRAF)
6 20 November 2014
ekraf
Budaya
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Cangget, Tarian Khas Masyarakat Lampung Pepadun Tri Sujarwo
M
A S YA R A K AT Lampung Pepadun memiliki keanekaragaman seni budaya yang masih lestari hingga saat ini. Beberapa waktu yang lalu, Syamsul Adok Suttan Penyimbang Bumi dan Fauziah Adok Pengiran Ratu Ulangan menggelar pesta adat begawi saat pernikahan anak mereka. Berbagai persiapan yang telah dilakukan berbulan-bulan akhirnya terlaksana dengan lancar. Acara berlangsung sekitar 5—7 hari dengan rangkaian adat yang cukup panjang. Dalam setiap begawi digelar, cangget dan igel turut dipentaskan sebagai bagian dari adat. Cangget, oleh masyarakat Tiyuh Pemanggilan, Natar, Lampung Selatan, dikenal dengan istilah canggot. Pada
intinya sama, hanya perbedaan dialek. Begitu pun dengan igel, ada yang menyebutnya dengan sebutan igol. Cangget merupakan tarian dalam pesta begawi yang dibawakan oleh gadis, bujang, maupun pria dewasa yang masih memiliki keterikatan keluarga penyimbang setempat. Biasanya cangget muli-mekhanai yang ditampilkan terlebih dahulu. Acara cangget dilaksanakan selepas salat isya hingga fajar menjelang, bahkan terkadang hingga pukul 06.00. Mereka tidak tidur semalaman untuk menampilkan tarian dalam perhelatan pesta adat tersebut. Para muli biasanya akan didampingi tiga wanita yang akan membantunya untuk berbagai keperluan. Para muli dan mekhanai yang merupakan anak maupun kera-
bat penyimbang setempat yang diperbolehkan melaksanakan cangget. Selepas magrib para bujang dan gadis biasanya sudah mulai berdandan. Selepas isya para penglaku mekahanai (polisi adat tetapi masih bujang) akan berjalan berkeliling kampung untuk menjemput para muli dan mekhanai yang akan menari. Penglaku mekhanai ini biasanya membawa hinar dan canang sebagai tabuhan. Hinar atau lampu tradisional Lampung dimaksudkan sebagai penerangan jalan para muli-mekhanai yang akan menari. Sementara canang yang ditabuh terus-menerus dimaksudkan agar para mulimekahanai bersiap-siap untuk menunggu jemputan. Penglaku mekhanai akan meminta izin kepada kedua orang tua/wali dari muli-mekhanai yang akan mengikuti cangget. Mereka memasuki setiap rumah penyimbang hingga semua para muli-mekhanai dari masingmasing penyimbang hadir semua. (D1)
trisujarwo@lampungpost.co.id
foto: lampung post/tri sujarwo
7 20 November 2014
ekraf
Budaya
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Digelar Sebelum Turun Mandi
S
ESAMPAI di sessat para mulimekahanai didudukkan pada bantal putih yang dibuat melingkar. Sesekali para muli melepas siger yang mereka kenakan. Namun, saat cangget dilaksanakan, semua harus mengenakannya. Para muli-mekhanai duduk terpisah dengan kayu pada (balok yang dibungkus kain putih) sebagai pembatasnya. Sebelum acara cangget dimulai biasanya para muli-mekhanai akan berbalas pantun. Pantun yang diucapkan pun seputar masa-masa remaja dan percintaan. Pantun ini menjadi penyemarak saat cangget digelar. Terkadang pantun-pantun nan lucu juga diperdengarkan. Menurut Burhanuddin, tetua adat Tiyuh Pemanggilan, saat cangget digelar harus ada empat penglaku atau polisi adat yang berjaga di dalam sessat. Biasanya ada dua penglaku mekhanai dan dua penglaku tuha. Sementara musik tala mengiringi setiap pergantian peserta yang menarikan cangget. Biasanya ada tetua adat setempat yang akan memanggil para muli untuk menari. Teknis pelaksanaan cangget yakni tetua adat akan memanggil 5—8 muli yang kemudian berbaris memanjang. Muli yang berada di bagian paling depan akan membalikkan badannya supaya berhadapan dengan muli lainnya. Mereka akan menggerakkan tangan mereka sesuai den-
gan irama tala yang diperdengarkan. Hanya muli yang berasal dari keluarga suttan yang diperbolehkan menari di atas talam bucukut (nampan berkaki). Begitu pun sebelum memasuki sessat, muli yang berasal dari pihak paksi dan batangan (penyelenggara pesta) tidak berjalan pada umumnya, tetap duduk di atas talam kemudian diangkat sampai sessat. “Cangget ini harus dilakukan sebelum acara turun mandi maupun mepadun dilakukan,� kata dia. Saat para muli menari cangget, para mekhanai yang dipanggil oleh tetua adat juga berbaris rapi. Mereka menarikan tarian cangget yang begitu khas dengan mengandalkan gerakan tangan. Muli dan mekhanai ini menari berbarengan, tetapi dipisahkan menggunakan selembar kain panjang berwarna putih. Kain ini sebagai pembatas antara keduanya. Para mekhanai hanya mengenakan kopiah yang dihiasi dengan kuningan bergerigi pada bagian bawah kopiah. Acara tarian ini berlangsung dari isya hingga subuh menjelang. Secara bergantian para muli-mekhanai itu menari melengkapi prosesi adat dilakukan. Saat cangget mepadun digelar, hanya muli dan para penyimbang yang ikut menari. Teknis acaranya tidak jauh berbeda. Pada saat cangget digelar, ada menu khas yang harus dihidangkan, yakni siwok. (TRI SUJARWO/KRAF)
foto: lampung post/tri sujarwo
8 20 November 2014
ekraf
Corak
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Motif Lumba-lumba Jadi Primadona
S
alah satu kegiatan yang mereka lakukan adalah dengan melakukan kunjungan ke sentra batik di Surabaya, Pekalongan, Cirebon, Semarang, hingga Jepara. Ini merupakan usaha untuk mengembangkan batik Tanggamus agar berdaya saing dan berdaya jual tinggi. Alhasil, kini batik Tanggamus mulai menggeliat dan berkembang. Salah satu perajin batik tersebut adalah Omansyah adok Minak Jaga Sempada, yang mengembangkan
TANGGAMUS kini fokus mengembangkan kain batik khas pesisir. Bahkan, untuk mengembangkan potensi batiknya yang luar biasa, para perajin batik Tanggamus banyak melakukan diskusi dengan berbagai pihak. batik rumahan. Dalam mengembangkan usaha batiknya, selain dibantu Dekranasda Tanggamus, dia juga dibantu 20 karyawan. Masingmasing pekerja memiliki tugasnya masing-masing, mulai dari pencetakan, pewarnaan, hingga membatik menggunakan canting. Oman mengelola batik Tanggamus di rumahnya di Jalan Radin Intan, Pekon Bandingagung, Kecamatan Talangpadang, Tanggamus. Selain menggunakan rumahnya sebagai tempat membatik, dia juga
menggunakan sebagian rumahnya sebagai butik yang menyediakan aneka wastra dan suvenir khas Tanggamus. Salah satu wastra yang terpajang di sana adalah kain batik motif lumba-lumba. Proses pembuatan kain batik khas Tanggamus ini memakan waktu yang lumayan lama. Kain yang digunakan untuk bahan batik, yakni katun, sutra, maupun dolby (dua lapis). Sistem pembuatan batik di sini melalui beberapa metode, yakni sistem cetak, printing,
dan tulis. Terkadang, Oman menggabungkan antara ketiga metode ini dalam pembuatan kain batiknya. Proses singkatnya untuk pembuatan batik printing, misalnya kain panjang sekitar 18 meter secara perlahan dicetak dengan motif yang telah disediakan. Kain-kain itu dicetak per blok sesuai ukuran motif yang ada. Setelah itu, dilakukan proses pewarnaan. Salah satu keunggulan batik Tanggamus ini adalah warna yang begitu mencolok yakni mo-
tifnya yang unik dan menggunakan pewarna tekstil berkualitas. Setelah itu, barulah memasuki tahapan berikutnya, yakni proses perebusan, agar warna dan kain menyatu. Tahap terakhir adalah proses pencucian dan dijemur diterik matahari agar cepat kering. Biasanya, kain sepanjang 18 meter yang telah kering dan siap pakai akan dipotong-potong sesuai ukuran. Kain-kain batik ini tidak dijual lepas di pasaran, para pengunjung bisa langsung datang ke butik milik Oman ini. (TRI SUJARWO/KRAF)
foto: lampung post/tri sujarwo
9 20 November 2014
ekraf
Corak
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Belah Ketupat yang Indah S ELAIN mengembangkan motif dengan aneka lumba-lumbanya, para perajin batik di Tanggamus juga mengembangkan aneka kain tenun. Salah satu kain tenun yang juga banyak dicari oleh pembeli adalah kain tenun belah ketupat. Kain tenun ini begitu khas dan sangat elegan. Selain cocok dipadu padankan dengan aneka kain lainnya, bahannya juga nyaman dipakai. Cocok untuk berbagai jenis acara karena terdiri dari berbagai warna, mulai dari warna yang begitu cerah hingga warnawarna yang soft (lembut). Menurut Omansyah, selama ini banyak wisatawan yang memburu kain tenun belah ketupat. Tidak sedikit pula para pembelinya yang bertanya mengenai motif khas Tanggamus ini. Para pembelinya tak hanya sebatas dari Lampung, tetapi pembeli dari dalam negeri, seperti Pekanbaru, Bengkulu, Palembang, NTB, NTT, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku juga banyak yang memburunya. Selain itu, Oman juga sering diikutsertakan dalam berbagai pameran dalam dan luar negeri. Dia hampir mengelilingi seluruh daratan Indonesia untuk menggelar pameran. Aneka motif khas Tanggamus kembali banyak menjadi pilihan bagi pengunjung yang datang ke stan mereka. Bahkan, Oman sudah beberapa kali mengikuti pameran ke Belgia, Jerman, Belanda, Australia, hingga Jepang.
foto: lampung post/tri sujarwo
Tak pelak, kain tenun belah ketupat Tanggamus mendapat sambutan yang luar biasa dari publik mancanegara. “Bersyukur sekali, kain tenun belah ketupat dan batik Tanggamus mulai banyak dilirik wisatawan,� kata dia. Omansyah kini terus mengembangkan kain tenun belah ketupat ini. Biasanya para pembeli mencari warna merah jambu dengan paduan motif lain. Dalam setiap mengembangkan kain tenun belah ketupat ini, dia memang selalu menambahkan motif lain sebagai pendukung. Namun, motif belah ketupat menjadi inti dari motif kain tenun ini. Proses pembuatan kain belah ketupat ini lumayan memakan waktu yang cukup lama. Namun, hasil sebandingkan dengan pengorbanan yang telah dilakukakan. Proses pembuatan motif dan pengerjaan langsung didesain dan dikerjakan oleh para perajin di Tanggamus ini. Para pengunjung pun rela merogoh koceknya untuk mendapatkan kain yang begitu memesona ini. Selain mengikutkan ke berbagai acara, kain belah ketupat milik Oman ini juga selalu mendukung kegiatan pemilihan duta budaya. Secara tidak langsung ia turut mengikutkan para pemuda untuk turut melestarikan warisan leluhur bangsa. Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau untuk batik dan tenun ini, yakni berkisar antara Rp75 ribu hingga Rp1 juta, bergantung bahan dan proses pembuatannya. (TRI SUJARWO/KRAF)
10 20 November 2014
ekraf
Wisata
Rubrikasi Rubrikasi ini ini dipersembahkan dipersembahkan oleh:oleh: KotaPemprov Bandar Lampung Lampung
Pantai-Pantai Cantik di Pesisir Barat SEORANG lelaki muda berperawakan tinggi, putih rupa Eropa, berjalan di pinggir pantai. Tangannya memegang papan selancar yang siap digunakannya. foto: lampung post/tri sujarwo
Tri Sujarwo
D
ia tidak sendiri, ada seorang temannya yang juga membawa peralatan yang sama. Tangan mereka menunjuk ke arah laut, ombak besar melambai menyambut kedua lelaki itu. Mereka kemudian mulai membenamkan sebagian tubuhnya ke lautan nan dalam. Kini, dari kejauhan tampak dua orang yang tengah bermain-main dengan gelombang. Papan selancar menjadi pijakan, sedangkan tubuh mereka mengikuti alunan gelombang yang seolah berkejar-kejaran. Itulah salah satu pemandangan pantai di kawasan Pesisir Barat. Dua turis asing asal Selandia Baru, Matthew dan Zack, asyik bermain selancar. Bahkan, Matthew sudah ketigakalinya mengunjungi Lampung, atau lebih tepatnya Pesisir Barat, hanya untuk surfing. Salah satu potensi terbesar dari Kabupaten Pesisir Barat adalah pantai-pantai cantik yang dimilikinya. Pantai-pantai itu membentang mulai dari selatan hingga utara kabupaten pecahan Lampung Barat itu. Tidak mengherankan jika banyak
wisatawan yang berkunjung ke sini saat akhir pekan tiba maupun saat libur panjang menjelang. Pantai-pantai ini memiliki keunggulan dan keunikannya masing-masing. Banyaknya pantai yang berada di kawasan ini membuat para wisatawan bebas menentukan jenis pantai yang diinginkan. Semua kriteria pantai yang Anda inginkan bisa dijumpai di Pesisir Barat, mulai dari pantai dengan ombak tenang hingga ombak besar bisa ditemui. Namun, dari sekian banyaknya pilihan, rata-rata para pengunjung yang datang ke Pesisir Barat adalah mencari pantai dengan ombak besar untuk berselancar. Samudera Hindia yang berbatasan langsung dengan Pesisir Barat membuat ombak di sini begitu besar dan dicari banyak wisatawan. Pesisir Barat memang jagonya tempat berselancar. Jika banyak penduduk Lampung yang belum banyak mengenal Pesisir Barat, justru turis asing dari berbagai belahan dunia banyak berdatangan ke Pesisir Barat. Hanya satu yang mereka cari, ombak. Selain ombak yang konon menjadi salah satu ombak terbaik dunia, kawasan pantai di sini masih alami dan terawat.
Hal ini membuat wisatawan asing begitu menikmati perjalanan mereka. Tidak heran jika di antara mereka betah berminggu-minggu hingga berbulan-bulan hanya untuk menikmati keindahan Pesisir Barat. Bahkan, ada beberapa bule yang kecantol dengan kecantikan gadis lokal. Namun, memang jumlahnya sedikit. Kebanyak turis yang datang ke Pesisir Barat mengetahui informasi ini dari Bali. Namun, ada juga yang mengetahui keindahan pantai-pantai di Pesisir Barat ini lewat internet. Ada beberapa kawasan yang banyak diburu oleh para wisatawan asing yang berkunjung ke Pesisir Barat untuk mendapatkan ombak yang baik menurut mereka. Pantai Tanjung Setia menjadi primadona bagi para turis mancanegara yang berkunjung ke Pesisir Barat. Banyak wisatawan asing yang memadati pantai yang bernama asli Pantai Karang Nyimbor ini. Pantai lainnya yang juga banyak diburu oleh wisatawan asing yakni Pantai Obama dan Pantai Labuhan Jukung. (TRI SUJARWO/KRAF)
11 20 November 2014
ekraf
Wisata
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Pantai Labuhan Jukung Memesona
P
ANTAI L abuhan Jukung merupakan salah satu pantai yang begitu memesona. Pantai yang begitu alami ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya pasirnya yang begitu putih bersih dan tanpa batu karang. Tiket yang ditawarkan juga cukup murah, untuk memasuki kawasan wisata yang satu ini. Pengunjung dewasa maupun anak-anak dikenai tarif yang sama, yakni Rp2.000. Sementara untuk kendaraan roda dua Rp3.000 dan kendaraan roda empat cukup Rp6.000. Mengingat ombaknya yang begitu besar, para pengunjung dilarang mandi di pantai eksotis ini. Namun, buat Anda para pencinta olahraga selancar, pantai ini sangat cocok. Ketinggian ombak pantai indah bisa mencapai hingga 10 meter. Tidak heran saat jika berkunjung ke pantai yang terletak di Pekon Kampung Jawa ini Anda akan bisa melihat beberapa warga setempat sedang asyik berselancar. Selain warga setempat, banyak juga wisatawan asing yang tengah berselancar. Ada juga beberapa nelayan yang terkadang sedang melabuhkan perahunya di pinggir pantai ini. Selain berselancar, Anda juga bisa melakukan aktivitas lainnya, seperti berjemur di bibir pantai atau menyusuri bibir Pantai Labuhan Jukung yang masih begitu alami. Dijamin penat Anda selama sepekan bekerja akan hi-
lang. Apalagi untuk para pencinta ombak, melihat ombaknya saja pun Anda akan mengalami sensasi yang berbeda. Inilah beberapa keunikan yang dimiliki oleh Pantai Labuhan Jukung. Sementara pantai lainnya yang tidak kalah serunya adalah Pantai Walur. Pantai yang satu ini memiliki ombak yang cukup tenang dengan kontur yang landai. Pasir yang berada di sini agak sedikit kasar jika dibandingkan dengan lainnya. Pantai walur juga banyak dikunjungi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Pesisir Barat. Pantai yang terletak di Desa Walur Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat ini cocok untuk rekreasi bersama keluarga karena ombaknya yang relatif aman. Pantai Tembakak menjadi destinasi lain yang bisa Anda kunjungi saat berada di Pesisir Barat. Pantai yang terletak di Pekon Tembakak, Kecamatan Karyapenggawa, ini merupakan pintu gerbang sebelum memasuki Pulau Pisang. Ombak di pantai ini relatif besar, tetapi pantai ini memiliki spot yang menarik untuk berfoto. Batuan besar tampak terhampar luas di bagian kiri. Sementara itu, batuan kerikil tampak berada di bagian kanan. Pantai ini memiliki keunikan dibandingkan pantai-pantai lainnya di Pesisir Barat. Aneka bebatuan yang berada di bibir pantai bak permadani hitam di pinggir pantai. (TRI SUJARWO/KRAF)
foto: lampung post/tri sujarwo
12 20 November 2014
ekraf
Santap
Mencicipi Nikmatnya Kuliner Pakistan di Kota Seribu Siger
K
OTA B a n d a r L a m p u n g d i b awa h kepemimpinan Herman H.N. makin maju dan berkembang. Berbagai jenis usaha mulai berjamuran di Kota Tapis Berseri ini. Salah satu usaha yang cukup banyak peminatnya adalah usaha kuliner. Berbagai kuliner khas Nusantara bisa dengan mudah kita temui di sudut-sudut Kota Seribu Siger ini. Namun, bagaimana dengan kuliner mancanegara? Nah, Anda tidak perlu khawatir. Kini, Kota Keripik Pisang ini juga memiliki kedai yang menyediakan aneka kuliner khas Pakistan. Berbagai olahan khas negara muslim itu pun dengan mudah bisa nikmati di sini. Warung Pakistan demikian nama kedai yang terletak di Jalan P. Diponegoro No. 28 Telukbetung Utara, Bandar Lampung. Kedai ini menyediakan aneka kuliner khas Pakistan, seperti canai, capati, parata, kari, nasi biryani, kabuli, naan, samosa, dan lainnya. Harga yang ditawarkan berkisar Rp15 ribu— Rp30 ribu untuk setiap porsi. Aneka kuliner ini dibuat langsung dua karyawan yang bekerja di sini, yakni Afroni dan Basir. Sementara Saj-
jad, pria asal Pakistan ini, sebagai tenaga pemasar. Bahan-bahan yang digunakan untuk berbagai jenis aneka kuliner ini sebagian didatangkan langsung dari Pakistan. Menurut Afroni, membuat berbagai kuliner Pakistan itu sebenarnya mudah asal telaten. Misalnya, canai, menu ini merupakan semacam roti yang berbahan dasar tepung terigu, garam, susu bubuk, telur, dan margarin. Kesemua bahan ini dibuat adonan yang dibentuk bulat-bulat. Agar tahan lama adonan ini disimpan di kulkas. Pengolahannya sendiri memakan waktu sekitar 5—10 menit. Adonan yang telah dibuat sebelumnya kemudian dipukul-pukul supaya berbentuk tipis dan melebar. Setelah itu adonan tadi disangan dengan diolesi margarin. “Pengolahan canai itu lumayan rumit karena sampai dua kali disangan,” kata dia. Afroni menambahkan satu porsi canai biasa dihargai Rp15 ribu. Cara makannya sendiri menggunakan susu cokelat maupun putih. Kita bisa langsung menyuir canai yang berbetuk lebar itu kemudian dicocol
menggunakan susu atau bumbu kari. Kedai yang biasa buka pada pukul 17.00—pukul 22.00 ini juga menyediakan menu lainnya, seperti capati. Kuliner berbahan dasar tepung gandum ini cocok disantap menggunakan bumbu kari. Harga setiap porsinya Rp15 ribu. Cara makan capati sama saja dengan cara makan canai. Dua hidangan ini menjadi salah satu kuliner yang banyak dicari pengunjung. “Para pengunjung biasanya memesan canai dan capati, ada juga yang pesan menu lainnya,” kata dia. Buat Anda para pencinta kuliner di Bandar Lampung, tidak ada salahnya mengunjungi kedai yang satu ini. Sensasi bumbu-bumbu khas Pakistan akan bisa dengan mudah kita jumpai. Aroma garam masala menjadi aroma penghias dalam setiap menu yang dihidangkan. Aneka kuliner khas Pakistan di atas makin nikmat jika disandingkan dengan teh Pakistan. Teh yang terbuat dari susu, gula, dan serbuk teh ini menjadi minuman yang pas dinikmati sambil bersantai. Kedai milik Erman Kadir dan Malik ini telah memiliki lima cabang di Jakarta, Bandung, dan Lampung. Tertarik kuliner dari negara bekas pecahan India ini? Ayo datang ke Warung Pakistan! (TRI SUJARWO/KRAF)
foto: lampung post/tri sujarwo
13 20 November 2014
ekraf
Resep
Pandap yang Sedap
M
ASYARAKAT Lampung memiliki aneka kuliner khas yang memiliki citarasa tinggi. Kuliner itu diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satu kuliner khas Krui, Pesisir Barat, yaitu pandap. Masyarakat daerah lainnya mungkin menyebut jenis makanan ini dengan nama dan proses pengolahan yang berbeda. Kuliner yang kental dengan aroma rempahnya ini begitu nikmat dan siap menggoyang lidah Anda. Makanan yang satu ini juga bisa kita temukan di pasar-pasar tradisional di Krui, salah satunya Pasar Terminal Way Batu. Pandap memang lebih tepat
disantap sebagai lauk penambah selera makan. Pandap sangat nikmat disantap dengan nasi putih yang hangat dan pulen. Karena itu, jangan sampai terlewatkan saat Anda berkunjung ke Krui untuk menikmati makanan yang satu ini. Salah satu pandap yang cukup terkenal di Krui adalah pandap mak mai yang dibuat langsung Ermaini, yang bermukim tidak jauh dari Pasar Krui. Ibu empat anak ini merupakan generasi kelima pengolah pandap yang diturunkan dari keluarganya. Istri dari Barlian ini menjual pandap sejak 1995. Harga satu bungkus pandap yang dijual Mak Mai ini adalah Rp10 ribu. (TRI SUJARWO/KRAF)
foto: lampung post/tri sujarwo
Resep Pandap Khas Krui Bahan-bahan : - Bulung talos (daun keladi) - Iwa tanjan (mancila)/aso-aso (ikan kembung)/iwa rinu (ikan teri) - Kelapa - Pembungkus menggunakan bulung punti (daun pisang) dan tali rafia Bumbu-bumbu : - Lawas (lengkuas) - Kunjegh (kunyit) - Cekokh (kencur) - Ketumbokh (ketumbar) - Kemiling (kemiri) - Sekhai (serai) - Cabik lunik (cabai kecil) - Cabik balak (cabai besar) - Adas manis - Asam kandis - Jahe - Garam - Daun salam
Cara pembuatan : - Langkah pertama yang harus disiapkan adalah haluskan bumbu-bumbu, yang terdiri dari lengkuas, kunyit, kencur, jahe, cabai, kemiri, ketumbar, serai, adas, dan asam kandis. Semua bumbu-bumbu ini dihaluskan dengan cara ditumbuk agar aromanya keluar. Tumbuk sampai halus. - Siapkan dan susun daun talas, susun ke atas hingga berjumlah 15 helai daun. Jumlah daun bisa disesuaikan dengan selera. - Masukan bumbu yang telah halus di atas daun talas yang telah disusun rapi. Takarannya cukup gunakan 2 sedok makan untuk 15 daun talas. - Letakkan ikan di antara bumbu-bumbu halus. Posisi ikan berada di tengahtengah dengan taburan bumbu di sekelilingnya. - Lipat daun talas berbentuk kotak dan
diikat dengan tali rapia. - Rebus pandap mentah ini hingga 6 jam untuk mendapatkan rasa yang nikmat maksimal, pada saat perebusan tambahkan garam dan daun salam secukupnya. - Jika telah matang, pandap siap angkat dan tiriskan. - Pandap siap santap.
14 20 November 2014
ekraf
Asri
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh:oleh: PemdaLampung Pemprov Lampung Barat
Sessat, Balai Kencana Berlangsungnya Adat
foto: lampung post/tri sujarwo
Tri Sujarwo
P
ULUHAN lelaki muda memasuki sebuah tenda besar yang telah dihiasai aneka pernak-pernik masyarakat Lampung. Semuanya mengenakan sarung yang dililitkan sampai ke lutut dilengkapi dengan kopiah dengan dua ujung yang lancip pada bagian depan dan belakangnya. ==== Demikian pula dengan para wanita memasuki tenda raksasa yang telah dipagari kain putih di bagian pinggirnya, semuanya mengenakan sarung dan tutup kepala. Suasana makin meriah dengan kedatangan para gadis yang mengenakan pakaian adat lengkap dengan sigernya. Alunan musik klasik khas Lampung terus membahana mengisi ruang-ruang kosong pada setiap sudut di dalam sessat hingga pagi tiba. Itulah gambaran suasana sessat saat pesta adat digelar. Masyarakat Lampung yang beradatkan Pepadun memiliki balai adat tersendiri bernama sessat. Beberapa waktu lalu, begawi pesta adat Lampung Pepadun digelar di Tiyuh Pemanggilan, Natar, Lampung Selatan. Masyarakat di sini merupakan masyarakat Lampung beradatkan Pepadun yang berasal dari Federasi Pubian Telu Suku. Tepatnya, mereka merupakan keturunan dari Marga Bukkuk Jadi. Secara umum bentuk dan pernak-pernik yang digunakan hampir sama dengan sessat yang digunakan masyarakat
Pepadun pada umumnya. Menurut M. Abbas Adok Suntan Ulangan, tetua adat Buay Menyerakat yang merupakan bagian dari Federasi Pubian Telu Suku, mengatakan sessat merupakan tempat berlangsungnya upacara adat Lampung Pepadun. Biasanya tidak jauh dari sessat ada patcak haji yang digunakan untuk pemberian adok. Bagian-bagian yang berada dalam sessat di antaranya jembat agung. Ini merupakan bagian yang terletak pada bagian paling depan dalam sebuah sessat. Bagian yang satu ini terbuat dari bambu dan kayu. Sepintas bentuknya seperti gapura yang terbuat dari bilah-bilah bambu. Ada anyaman bambu yang digunakan sebagai dasar lantainya. Biasanya dilapisi menggunakan kain. “Inilah bagian paling awal dari sebuah sessat,� kata dia. Ardhani, salah satu kerabat yang menggelar begawi, mengatakan pada bagian atas bilah bambu dibuat melengkung setengah lingkaran dan dilapisi kain putih memanjang. Pada bagian pinggir sebagai papan pemagarnya dipasang dengan ruttik yang berbentuk seperti lidah-lidah maupun tikhai (Saibatin). Kain putih memanjang terletak pada bagian atasnya tepat berada di tengah bilah bambu yang dibuat melengkung. Kain ini dikenal dengan sebutan awan telepath (awan berjalan). Hal ini menyimbolkan konon awan ini selalu melindungi raja dari terik matahari. Ini digunakan sebagai pintu masuk, memasuki sessat. “Bagian paling depan ini dikenal dengan jembat agung, yang berfungsi untuk memasuki sessat,� kata dia. (KRAF)
15 20 November 2014
ekraf
Asri
Rubrikasi ini dipersembahkan Pemprov Lampung oleh:oleh: Pemda Lampung Barat
Tempat Pengambilan Gelar Sutan
D
I bagian kanan dan kiri jembat agung ada payung balak berwarna kuning dan putih yang memiliki makna dan simbol tertentu dalam adat Lampung. Kuning menggambarkan keagungan kerajaan Lampung dan putih melambangkan kesucian. Kayu hara yang terbuat dari pohon pinang yang dilengkapi dengan bilah bambu kemudian dipasang dengan aneka peralatan rumah tangga berdiri gagah di samping jembat agung. Selepas acara biasanya aneka perlengkapan rumah tangga itu diambil oleh warga setempat.
foto: lampung post/tri sujarwo
Burhanuddin Adok Pengiran Sampurna Jaya, salah satu tetua adat Tiyuh Pemanggilan, mengatakan berbagai acara adat mulai dari cangget, mepadun (pelantikan gelar suttan) digelar di sini. Pengiring musik tala, musik tradisional Lampung, juga berada di bagian depan dekat jembat agung. Musik tala merupakan pengiring dalam setiap pesta adat Lampung Pepadun. Tala harus selalu hadir karena sebagai penanda dalam setiap rangkaian prosesi Begawi dilaksanakan. Seperangkat alat musik tala terdiri dari canang, gong, kelintang, kendang (gekhitak), dan rujih. “Tala harus hadir dalam perhelatan pesta adat digelar karena memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat besar,” kata dia. Sessat, selain digunakan sebagai pesta adat, juga digunakan sebagai tempat penobatan masyarakat adat yang ingin mengambil gelar suttan. Para suttan akan dilantik oleh ketua adat setempat di sessat inilah. Biasanya acara penobatan ini juga disaksikan oleh para penyimbang dari kampung setempat. Para penyimbang itu mengenakan pakaian khas lengkap dengan singgasananya masing-masing yang kerap disebut pepadun. Di sini, masyarakat membuat pepadun hanya dengan sebuah papan berbentuk kotak dan dilengkapi dengan papan penyangganya. Pepadun itu dibariskan rapi membentuk lingkaran panjang dalam sebuah sessat. Inilah acara sakral yang menjadi penutup dalam pergelaran pesta adat
Lampung Pepadun. Buhanuddin juga mengatakan selain pepadun, ada juga kutomaro yang biasanya digunakan sebagai tempat duduk wanita/gadis yang masih memiliki ikatan darah dengan para paksi (pendiri kampung). Pada bagian langit-langit di sebuah sessat dipasang burung garuda yang dikalungi dengan kunci. Selain itu, ada juga payung yang berjumlah 12 dengan warna pilihan. Melengkapi bagian atap sessat dipasang pula salai labayan yang berbentuk sarang burung labayan. Salai labayan terbuat dari kain beludru atau sejenisnya yang dibentuk bulan memanjang dan digantungkan pada langit-langit sessat. “Banyak perlengkapan dalam pergelaran pesta adat Lampung,” kata dia. Perlengkapan lainnya yang juga ada dalam sebuah sessat yaitu peti balak. Peti ini berisi pakaian dan aksesori lengkap yang akan digunakan untuk menari saat begawi digelar di dalam sessat. Ada juga kayu pada, sebuah balok kayu yang diletakkan di bagian tengah sessat sebagai pembatas antara wanita dan pria supaya tidak membaur. Kain memanjang yang kerap disebut lelugokh juga berada di langit-langit tepat di bagian tengah sessat. Para tamu adat yang tidak memiliki pepadun biasanya duduk di kasur putih yang berada pada bagian sisi kiri dalam sessat. “Sessat memiliki pengaruh yang luar biasa dalam setiap begawi digelar,” kata dia. (TRI SUJARWO/KRAF)
16 20 November 2014
ekraf
Agenda
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung
Perkenalkan Budaya Lampung sampai Kota Angin Mamiri
T
APIS dan ukiran Lampung menjadi salah satu produk yang sangat digemari pada Pendik Festival International Artisan Art-Work di Istanbul, Turki, yang berlangsung 20 sampai 29 September lalu. “Batik tulis khas Lampung yang kami kembangkan saat ini juga baru mendapatkan penghargaan Upakarti 2014 dan perajinnya saat ini sedang mengikuti pameran kain daerah di Moskwa, Rusia,” kata Ketua Dekranasda Provinsi Lampung
foto: lampung post/LUKMAN HAKIM
Yustin Ridho Ficardo, pada kunjungan silaturahmi ke Dekranasda Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (28/10), di Sugara Angin Mamiri, rumah dinas Wali Kota Makassar. Kunjungan yang dipimpin Yustin itu juga dihadiri langsung Ketua Dekranasda Tulangbawang Erna Suud Hanan A. Rozak, Ketua Dekranasda Pesisir Barat Sudarmi Kherlani, Sekretaris Dekranasda Lampung Zaidirina Wardoyo, dan sejumlah satker yang membawa duta-duta seni
Lampung. Yustin mengatakan selain mengikuti kegiatan Makassar Expo, Lampung juga membawa duta-duta seni dan akan memperkenalkan sejumlah kerajinan khas Lampung. “Banyak kerajinan Lampung yang sudah mendunia dan mendapatkan penghargaan nasional maupun internasional, salah satunya tapis Lampung,” kata dia. Pada kegiatan silaturami itu, Lampung menyajikan dua tarian khas daerah asal Tulangbawang dan dua lagu klasik Lampung yang pernah meraih juara I pada helatan Festival Krakatau beberapa waktu lalu. Penampilan duta seni dan tari Lampung mendapat aplaus dari Wali Kota Makassar dan sejumlah pejabat daerah setempat karena dinilai unik. Sebelumnya, Wali Kota Makassar Dani Pomanto mengatakan
Pantai Teluk Lampung merupakan salah satu pantai terindah di Indonesia dan perlu dilakukan penataan, salah satunya dengan dilakukan reklamasi untuk dibangun water front city. Menurut Dani, dia sudah beberapa kali mengunjungi Pantai Teluk Lampung terkait pembangunan water front city yang yang pernah digagasnya saat masa Wali Kota Eddy Sutrisno. “Namun, rencana itu tidak berjalan. Padahal, jika itu bisa diwujudkan, Pantai Teluk Lampung bisa lebih indah dari Pantai Losari Makassar yang sudah sangat dikenal di dunia,” kata dia. Dia berharap Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo bisa mewujudkan hal itu untuk pengembangan Bandar Lampung sebagai ibu kota provinsi. “Reklamasi pantai jangan melulu dilihat sebagai hal negatif. Potensi Bandar Lampung sebagai daerah rawan bencana, seperti gempa bumi dan tsunami, perlu dibangun satu terobosan antisipasi bencana, salah satunya reklamasi pantai,” kata mantan konsultan rencana pembangunan water front city Bandar Lampung di era Eddy Sutrisno itu. (Lukman Hakim/Kraf)