EKRAF, 24 Juli 2014 - 21 Agustus 2014

Page 1

Pulau Tegal nan Eksotis Halaman. 10

No XIV / 24 Juli 2014 - 21 Agustus 2014

Nuansa Etnik Menyambut Lebaran KAIN khas Lampung merupakan bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan berbudaya masyarakat Lampung. Kain (pakaian) yang digunakan memiliki makna dan simbol bagi pemakainya.

O

leh sebab itu, tidak mengherankan jika kain khas Lampung dulu dianggap begitu sakral dan hanya orang-orang tertentu yang bisa memakainya. Namun, kini perkembangan fashion dengan nuansa etnik turut memengaruhi penggunaan kain-kain tersebut. Kini, masyarakat dari berbagai lapisan bebas menggunakan kain-kain nuansa Lampung. Tidak ada batasan dalam hal pemakaian maupun memodifikasi kain-kain tersebut hingga memiliki nilai yang tinggi. Masyarakat Lampung makin kreatif memodifikasi kain-kain khas Lampung menjadi primadona berbagai lapisan masyarakat. Salah satu kain khas Lampung yang makin populer di dunia internasional adalah kain tapis. Namun, Lampung tidak hanya memiliki kain tapis semata, masih banyak kain khas Negeri Gajah ini selain kain tapis. Saat ini kain-kain khas Lampung itu mulai dimodifikasi hingga menjadi pakaian yang begitu memikat hati. Satu hal yang patut diacungi jempol, desainer Lampung makin mendukung dan memodifikasi agar kain-kain khas Lampung itu layak dipakai dalam berbagai kesempatan. Bahkan, salah satu yang dinanti-nantikan oleh umat muslim, yakni Idulfitri. Saat Idulfitri biasanya masyarakat saling berlomba memakai baju-baju terbaik sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat selepas berpuasa. Menyambut Hari Raya sebagian besar umat muslim telah mempersiapkan diri dengan aneka busana muslim yang memiliki berbagai motif dan corak. Namun, siapa sangka jika nuansa etnik Lampung, seperti sulam tapis sutra hingga kain tenun ikat kain inuh bisa dimodifikasi menjadi pakaian di hari yang fitri sehingga tetap trendi

dengan nuansa etnik yang begitu kental. Selama ini masyarakat muslim belum banyak yang melirik kain dengan nuansa etnik Lampung menjadi pakaian Lebaran. Namun, ternyata di tangan Raswan, kain-kain khas Lampung itu disulap menjadi pakaian yang trendi dan nyaman. Jika selama ini masyarakat menganggap bahwa pakaian dengan nuansa etnik, seperti kain tenun inuh, hanya untuk upacara adat. Inilah pandangan yang perlu diluruskan. Kain dengan nuansa etnik Lampung ternyata juga cocok untuk berlebaran, baik untuk silaturahmi dengan sanak saudara hingga untuk acara open house dengan tamu-tamu penting saat Idulfitri datang. “Pakaian dengan nuansa etnik Lampung juga cocok untuk segala acara, misalnya, saat Lebaran dan saat silaturahmi dengan sanak saudara,� kata dia. Raswan, desainer Lampung yang sudah malang-melintang terjun dalam dunia fashion Lampung, menyambut Idulfitri dengan mengeluarkan beberapa desain khas Lebaran yang kental dengan nuansa etnik. Ada beberapa kain tradisional Lampung yang digunakannya, seperti tenun ikat kain inuh, batik bordir ncim, sulam tapis sutra, hingga tenun ikat selinggang alam. Kain-kain khas Lampung yang berasal dari berbagai daerah di pelosok Lampung ini kemudian ia modifikasi. Modifikasi yang dikeluarkan Raswan yang pertama adalah sulam tapis sutra yang dipadu dengan batik bordir ncim. Selain itu, dia juga memodifikasi tenun ikat kain inuh yang dipadu dengan busana muslim serta kebaya bordir Lampung. Lalu, kain selinggang alam juga dia modifikasi dengan kebaya. “Kain-kain khas Lampung cocok untuk Lebaran kok, selain kental dengan nuansa etnik juga nyaman dipakai,� kata dia. (TRI SUJARWO/KRAF) FOTO: EKRAF/RUDIYANSYAH


2 24 Juli 2014

ekraf

Torial DAFTAR ISI INFO

Dorong Pengembangan Ekonomi Kreatif

Lebaran

TRADISI

Cuak Mengan Tingkatkan Silaturahmi

dengan Pakaian

Tradisional Lampung

B

ICARA pakaian tradisional Lampung, kita pasti akan menyebut tapis, sulaman usus, kain maduaro, kain selinggang alam, atau sulaman sutra. Pakaian khas Lampung saat ini memang sudah mulai dilirik dunia, terutama tapis dan sulaman usus. Seperti pakaian khas daerah lainnya, pakaian khas Lampung memiliki keunikan tersendiri, misalnya tapis dan sulaman usus yang nyaris dibuat tanpa menggunakan mesin. Pengembangan sulam Indonesia yang sentra produksinya hampir ada di seluruh nusantara, bisa dikatakan baik, termasuk juga di Lampung. Geliat perkembangan sulam daerah di Lampung makin terlihat dengan semangatnya pengurus Dekranasda kabupaten/kota di Lampung untuk menyulam kembali filosofi sulam khas masing-masing daerah. Sulam merupakan produk kreatif berbasis budaya yang bisa diberdayakan menjadi produk niaga. Misalnya, di Kota Tapis Berseri, sulam tapis dan sulam usus sudah menjadi trade mark Lampung, bahkan sudah menjadi ikon Bandar

Lampung. Bahagia lagi, tapis dan sulam usus sudah menjadi salah satu warisan budaya nusantara yang wajib dilestarikan. Keberadaan tapis dan sulam usus sudah sejajar dengan produk sulam dari daerah lain di Indonesia, seperti bordir di Sumatera Barat atau sulam songket dari Palembang. Jelang Lebaran, tidak ada salahnya, kaum wanita Lampung mengenakan pakaian khas daerah yang sudah banyak dimodifikasi menjadi fashion santai. Misalnya, sulaman usus bisa dipadupadankan dengan tapis atau tenun selinggang alam menjadi pakaian kasual yang etnik. Atau, memadukan kain maduaro dengan tapis atau kain tenun ikat khas Lampung lainnya. Apalagi, saat ini kain maduaro pun sudah ada yang diproduksi dalam bentuk baju gamis atau baju koko untuk pria. Memang diakui, maduaro belum setenar sulaman usus dan tapis yang memang juga berasal dari Tulangbawang. Dibutuhkan peran pemerintah daerah yang sangat besar dan konsisten dalam pengembangan kain tradisional asli Tulangbawang ini, mengingat

4

5

BUDAYA

Lukman Hakim Wartawan Lampung Post

kain maduaro sebenarnya sempat berjaya pada masa Bupati Santori Hasan. Dengan dimodifikasinya tampilan kain khas Lampung, termasuk maduaro, sebagai pakaian untuk Idulfitri, diharapkan kain-kain khas Lampung itu bisa menjadi raja di daerahnya sendiri. Apalagi, dengan keberadaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) yang dipimpin langsung istri kepala daerah. Hal ini seharusnya makin menunjukkan eksitensi kain tradisional Lampung, tidak terkecuali kain maduaro, yang diperkenalkan ke dunia luar sebagai salah satu warisan budaya yang wajib dilestarikan. Tidak mudah memang, tetapi selagi kita mau, pasti ada jalan dan bisa dilaksanakan. Mengingat, siapa sangka, sulaman usus yang dulu hanya pelengkap pakaian adat Lampung (sebagai bebe), kini sudah menjadi fashion yang sangat eksotik dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Siapa sangka tapis yang nyaris tidak ada perajinnya, kini justru makin dikenal di dunia internasional. Semoga. n

Ngarak Kabayan Sunat (Busunat)

6

Diiringi Nyanyian Tabu Rebana

7

CORAK

Sulam Tapis Sutra Dipadu dengan Batik Bordir Ncim 8-9 WISATA

Pulau Tegal nan Eksotis

10-11

santap

Menikmati Warung Makan Bu Gendut RESEP

Sepunakh ASRI

Singgasana 7 Lapis Kasur

12 13 14-15

Direktur Utama: Raphael Udik Yunianto. Pemimpin Umum: Bambang Eka Wijaya. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Gaudensius Suhardi. Wakil Pemimpin Redaksi: Iskandar Zulkarnain. Pemimpin Perusahaan: Prianto A. Suryono. Dewan Redaksi Media Group: Saur M. Hutabarat (Ketua), Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Elman Saragih, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Suryopratomo, Toeti Adhitama, Usman Kansong. Kepala Divisi Pemberitaan: D. Widodo, Kepala Divisi Content Enrichment: Iskak Susanto. Kepala Divisi Percetakan: Kresna Murti, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan: Nova Lidarni, Umar Bakti, Sekretaris Redaksi: M. Natsir. Redaktur: Hesma Eryani, Lukman Hakim, Muharam Chandra Lugina, Musta’an Basran, Rinda Mulyani, Sri Agustina, Sudarmono, Trihadi Joko, Wiwik Hastuti, Zulkarnain Zubairi. Asisten Redaktur: Abdul Gofur, Adian Saputra, Aris Susanto, Isnovan Djamaludin, Iyar Jarkasih, Fadli Ramdan, Rizki Elinda Sary, Sri Wahyuni, Sony Elwina Asrap, Susilowati, Vera Aglisa. Liputan Bandar Lampung: Agus Hermanto, Ahmad Amri, Fathul Mu’in, Ricky P. Marly, Meza Swastika, Wandi Barboy. Liputan Jakarta: Inge Olivia Beatrix Mangkoe. LAMPOST.CO. Redaktur: Kristianto. Asisten Redaktur: Delima Napitupulu, Sulaiman. Content enrichment Bahasa: Wiji Sukamto (Asisten Redaktur), Chairil, Kurniawan, Aldianta. Foto: Hendrivan Gumay (Asisten Redaktur), Ikhsan Dwi Satrio, Zainuddin. Dokumentasi dan Perpustakaan: Syaifulloh (Asisten Redaktur), Yuli Apriyanti. Desain Grafis redaktur: DP. Raharjo. Asisten Redaktur: Sugeng Riyadi, Sumaryono. Biro Wilayah Utara (Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Barat): Mat Saleh (Kabiro), Aripsah, Buchairi Aidi, Eliyah, Hari Supriyono, Hendri Rosadi, Yudhi Hardiyanto. Biro Wilayah Tengah (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur): Chairuddin (Kabiro), Agus Chandra, Agus Susanto, Andika Suhendra, Djoni Hartawan Jaya, Ikhwanuddin, M. Lutfi, M. Wahyuning Pamungkas, Sudirman, Suprayogi. Biro Wilayah Timur (Tulangbawang, Mesuji, Tulangbawang Barat): Juan Santoso Situmeang (Kabiro), Merwan, M. Guntur Taruna, Rian Pranata. Biro Wilayah Barat (Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran): Widodo (Kabiro), Abu Umarly, Erlian, Mif Sulaiman, Heru Zulkarnain. Biro Wilayah Selatan (Lampung Selatan): Herwansyah (Kabiro), Aan Kridolaksono, Juwantoro, Usdiman Genti. Kepala Departemen Marcomm: Amiruddin Sormin. Senior Account Manager Jakarta: Pinta R Damanik. Senior Account Manager Lampung: Syarifudin. Account Manager Lampung: Edy Haryanto. Asisten Manager Iklan Biro: Siti Fatimah. Manager Sirkulasi: Indra Sutaryoto. Manager Keuangan & Akunting: Rosmawati Harahap. Alamat Redaksi dan Pemasaran: Jl. Soekarno Hatta No.108, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp: (0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi). Faks: (0721) 783578 (redaksi), 783598 (usaha). http://www.lampost.co e-mail: redaksi@lampungpost. co.id, redaksilampost@yahoo.com. Kantor Pembantu Sirkulasi dan Iklan: Gedung PWI: Jl. A.Yani No.7 Bandar Lampung, Telp: (0721) 255149, 264074. Jakarta: Gedung Media Indonesia, Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp: (021) 5812088 (hunting), 5812107, Faks: (021) 5812113. Kalianda: Jl. Soekarno-Hatta No. 31, Kalianda, Telp/Fax: (0727) 323130. Pringsewu: Jl. Ki Hajar Dewantara No.1093, Telp/Fax: (0729) 22900. Kota­agung: Jl. Ir. H. Juanda, Telp/Fax: (0722) 21708. Metro: Jl. Diponegoro No. 22 Telp/ Fax: (0725) 47275. Menggala: Jl. Gunung Sakti No.271 Telp/Fax: (0726) 21305. Kotabumi: Jl. Pemasyarakatan Telp/Fax: (0724) 26290. Liwa: Jl. Raden Intan No. 69. Telp/Fax: (0728) 21281. Penerbit: PT Masa Kini Mandiri. SIUPP: SK Menpen RI No.150/Menpen/SIUPP/A.7/1986 15 April 1986. Percetakan: PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno - Hatta No. 108, Rajabasa, Bandar Lampung Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan.


3 24 Juli 2014

ekraf

Tabik Pun

Lampung Terima Anugerah Konservasi Harimau

O

RGANISASI konservasi kucing besar global, Panthera, memberikan penghargaan kepada Pemerintah Provinsi Lampung melalui Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo. Penghargaan itu atas perannya dalam mendukung konservasi harimau di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Pekon Way Haru, Kecamatan Bengkunatbelimbing, Lampung Barat. Penghargaan diterima Kepala Badan Perwakilan Lampung di Jakarta, mewakili Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (16/7). Acara tersebut dihadiri lebih dari 30 organisasi lingkungan dalam dan luar negari, Duta Besar AS Robert Blake, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Negara Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto, tokoh lingkungan hidup Rachmat Witoelar, serta diliput lebih dari 50 perwakilan media nasional dan internasional. Menurut perwakilan Artha Graha Peduli, pengelola TWNC, Faishol Djausal, yang dihubungi via telepon, TWNC ditetapkan sebagai kawasan konservasi harimau terbaik di dunia. Menurut Faishol, penghargaan ini diberikan setelah melalui riset panjang dan Panthera turun langsung ke lokasi menilai kelayakan TWNC sebagai pusat konservasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Dalam pernyataan resminya, Panthera menyebutkan pihaknya menemukan jumlah populasi harimau liar yang mengejutkan di kawasan timur TWNC. Berdasar hasil bidikan kamera tersembunyi yang disebar di berbagai kawasan, Panthera berhasil mengungkap keberadaan kelompok harimau sumatera. Dokumentasi Panthera di TWNC ini disiarkan di stasiun televisi dunia, seperti BBC Knowledge dan National Geographic Channel. Menurut temuan Panthera, sejumlah data awal mengindikasikan kepadatan populasi mencapai enam ekor harimau per 100 kilometer persegi. Artinya, populasinya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata kepadatan populasi harimau di Pulau Sumatera. “Temuan ini, termasuk foto anak harimau yang terekam membuat Tambling, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), menjadi sangat penting bagi dunia. Kawasan ini memunculkan secercah harapan pada harimau sumatera liar yang kini tersisa antara 400—500 ekor saja,� kata Alan Rabinowitz, pengamat harimau dan CEO Panthera. TWNC merupakan konservasi fauna liar dan binatang laut seluas 45 ribu hektare. Sejak 1996, TWNC dijalankan, dikelola, dan didanai oleh Yayasan Artha Graha Peduli (AGP). Sejak 2010, TWNC menjadi bagian dari program go-green AGP yang merupakan sebuah perjanjian kerja sama antara TWNC dan Yayasan AGP. Kawasan konservasi ini berada di TNBSS. (AMIRUDIN SORMIN/KRAF)

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung


4 24 Juli 2014

ekraf

Info

Dorong Pengembangan

Ekonomi Kreatif

G

UNA pengembangan ekonomi sekaligus pelestarian budaya, Dispobupar Kabupaten Lampung Utara mendorong masyarakat, khususnya pemuda, mengembangkan ekonomi kreatif di bidang seni berbasis budaya. Hal itu sebagai ujung tombak pengembangan ekonomi daerah. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Dispobupar) Lampung Utara Azhar Ujang Salim, di ruang kerjanya, Jumat (11/7), mengatakan mendorong pengembangan ekonomi berbasis seni dan budaya menjadi keharusan untuk membangun daerah. Sebab, tidak menutup kemungkinan melalui sentuhan kreativitas serta inovasi mereka, kota di suatu wilayah dapat menjelma menjadi daerah yang menjadi destinasi wisata dan mampu menggerakkan ekonomi lokal masyarakat.

“Melalui kreasi dan inovasi, geliat seni yang dikelola pemuda secara modern, baik melalui beragam produk kerajinan maupun pertunjukkan seni, dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Inilah nilai jual yang akan menggerakkan ekonomi masyarakat lokal,” kata dia. Langkah yang akan dilakukan untuk pelaksanaan program pengembangan ekonomi kreatif itu, Dispobupar Lampura bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan menggelar pelatihan bagi 200 pemuda. Pelatihan ini rencananya akan digelar selama tiga hari, mulai Senin (14/7) sampai Rabu (16/7), dan dipusatkan di gedung Islamic Center Kotabumi. Materi yang akan disampaikan adalah seni tenun kerajinan sulam tapis, seni tari daerah/tra-

disional, dan musik etnik daerah. Dalam pelatihan itu akan disampaikan juga tata kelola atau manajemen pengembangan produk kesenian dan kerajinan. “Selain mendorong kreativitas, pelatihan ini ditujukan agar tata kelola produk seni dapat dilakukan lebih profesional sehingga nantinya pekerja seni dapat mencari nafkah hanya dengan berkesenian,” kata Ujang. Pelatihan bagi pemuda ini merupakan awal pengembangan ekonomi kreatif bidang seni berbasis budaya di Lampura. Pembinaan itu rencananya akan terus dilakukan secara berkesinambungan. Harapannya, produk seni yang dilahirkan para pekerja seni daerah bukan semata seni untuk seni, tetapi lebih meningkat pada seni untuk kehidupan. “Melalui pelatihan pengembangan ekonomi kreatif bidang seni berbasis budaya, diharapkan seni yang terlahir di tangan para pekerja seni akan memberi k e - hidupan atau nafkah bagi mereka,” kata Ujang. (YUDI HARDIYANTO/KRAF)

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung


5 24 Juli 2014

ekraf

Tradisi

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Cuak Mengan Tingkatkan Silaturahmi MAKANAN bagi masyarakat Indonesia merupakan alat pemersatu keluarga, teman, atau orang yang tidak dikenal. Bagi masyarakat Lampung sendiri, setiap ada kegiatan pesta adat selalu ada hidangan santap yang dimakan bersama-sama. Makanan yang sudah menjadi tradisi adalah seruit (hidangan utama dengan menu ikan dan sambal). Bahan-bahan utamanya, yaitu ikan, sambal terasi, tempoyak (durian fermentasi), mangga, serta lalapan. Semuanya dicampur menjadi sambal beraroma khas. Rasanya yang asam, pedas, dan segar nikmat disantap bersama nasi hangat, apalagi jika ditemani dengan pindang patin dan serbat (jus mangga kuini). Seruit sering disajikan saat berkumpul dan bersilaturahmi. Tradisi turun-temurun ini terutama dimiliki suku Lampung Pepadun. Tuan rumah akan menggelar aneka lauk-pauk, seruit, serta lalapan di tikar untuk disantap bersama-sama dengan tangan. Semua orang duduk mengelilingi hidangan tersebut sambil asyik mengobrol tentang apa saja. Sayur atau lalapan juga sering dimasukkan. Daun singkong, daun pepaya, terung hijau, kangkung, atau bayam biasanya direbus terlebih dulu, sedangkan mentimun, jengkol, daun jambu mete muda, kacang panjang, wortel, serta daun kemangi dibiarkan mentah. Tradisi nyeruit (menyantap seruit bersama-sama) memang asli Lampung, tetapi undangan perjamuan ini tidak hanya berlaku bagi warga setempat. Kegiatan inilah yang biasa disebut cuak mengan (makan bersama) yang menjadi bagian dari prosesi perkawinan adat Lampung juga sering dihadiri warga pendatang. Dengan berkumpul menyantap seruit, pendatang merasa diterima dengan hangat dan dapat melebur dengan warga asli. Nyeruit memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Lampung. Seruit merupakan hidangan rumahan yang sulit ditemui di warung-warung makan atau restoran. Bukan saja seruit yang menjadi pokok pembahasan dalam pertemuan silaturahmi, cuak mengan itu yang kadang menjadi pengikat silaturahmi antara warga asli dan pendatang. Anda pernah mencobanya? (LUKMAN HAKIM/DBS/EKRAF)


6 24 Juli 2014

ekraf

Budaya

Ngarak Kabayan Sunat (Busunat) M ASYARAKAT Lampung memiliki tradisi yang unik yang tidak dimiliki oleh suku lainnya di Indonesia. Apalagi saat ini kita mengenal adanya dua jurai, yakni Lampung Pepadun dan Saibatin. Hal ini tentunya memperkaya khazanah budaya Indonesia, khususnya Lampung. Dalam proses daur hidup masyarakat Lampung semua masa proses peralihan kehidupan memiliki upacaranya masingmasing, mulai dari proses kelahiran, menginjak masa remaja, pernikahan, hingga kematian. Semuanya dilakukan secara adat. Salah satu tradisi yang masih berkembang hingga saat ini adalah tradisi ngarak kabayan sunat (busunat). Lazimnya tradisi busunat hanya dilakukan anak laki-laki yang mulai menginjak masa akil balig (dewasa). Ini merupakan salah satu prosesi yang harus mereka ikuti. Apalagi, sejak Islam masuk dalam tataran suku Lampung, Islam begitu memengaruhi kehidupan mereka, termasuk dalam tradisi busunat ini. Dalam ajaran agama Islam sunat merupakan salah satu sunah nabi yang diperintahkan kepada setiap umat muslim laki-laki. Tujuannya membersihkan diri dari kotoran. Demikian pun dengan tradisi busunat ini yang merupakan salah satu prosesi menuju pendewasaan diri. Ngarak merupakan proses mengarak kabayan sunat (pengantin sunat) menuju rumah ayahnya berasal. Dalam hal ini rumah nenek/kakek mereka. Sementara busunat merupakan istilah dalam bahasa Lampung

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

yang berarti berkhitan. Ini merupakan salah satu tradisi yang masih dikembangkan oleh masyarakat Lampung pesisir yang tinggal di Pekon Tekhbaya, Kecamatan Kotaagung Timur, Tanggamus. Mereka secara turun-temurun masih melakukan ngarak kabayan sunat (busunat) sebagai sebuah tradisi dan warisan leluhur yang harus mereka jaga hingga akhir massa. Tradisi busunat atau yang lazim dikenal dengan ngarak kabayan lunik ini merupakan salah satu rangkaian dalam acara adat busunat. Pada kesempatan kali ini ada dua kabayan lunik yang akan melakukan acara adat busunat. Mereka adalah kakak beradik, yakni Ivan dan Ahda, yang berumur 11 dan 8 tahun. Awalnya kedua kakak beradik ini dari rumah memakai pakaian sederhana, tetapi bisa juga menggunakan jas modern yang biasa kita kenal. Sementara itu, dalam rombongan ngarak tersebut kedua kabayan sunat ini berada dalam barisan paling depan serta dikelilingi oleh muli lunik (gadis silik) yang merupakan saudari-saudari dari kedua kabayan sunat tersebut. Selain itu, ada dua orang pemuda yang turut mengawal dan berada di samping kedua kabayan tersebut. Kedua pemuda itu merupakan saudara laki-laki dari ayah/ibu mereka. Selain itu, turut pula dalam rombongan keluarga besar dari ayah dan ibu kedua kabayan sunat itu, terutama kaum wanita. Memang dalam prosesi ngarak kabayan sunat kali ini didominasi para wanita. (TRI SUJARWO/KRAF)


7 24 Juli 2014

ekraf

Budaya

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Diiringi Nyanyian Tabu Rebana

S

ELAMA prosesi ngarak, para wanita itu terus bernyanyi dengan diiringi tabuh rebana. Mereka bernyanyi riang gembira sebagai salah satu ungkapan kegembiraan dan sukacita atas dikhitannya kedua kabayan sunat. Lagu-Lagu tradisional Lampung terus didendangkan sepanjang perjalanan. Hanya sesekali mereka berhenti untuk merapikan para peserta ngarak kabayan sunat ini. Lagu-lagu yang didendangkan tersebut berisi doa-doa dan ungkapan kegembiraan. Oleh sebab itu, tidak heran lagu tersebut dimulai dengan ucapan salam dalam Islam. Dalam tradisi masyarakat Lampung Pesisir, prosesi ngarak dilakukan dan biasanya tempat yang dituju untuk ngarak adalah rumah dari orang tua kabayan (pengantin) itu berasal. Karena itu, pada tradisi ngarak ini kedua kabayan sunat tadi dari rumah diarak menuju rumah nenek/kakek mereka dari pihak ayah. Saat rombongan ngarak sampai di rumah yang dituju, sang tuan rumah mempersilakan masuk para peserta ngarak. Kedua kabayan sunat ini kemudian berganti pakaian menggunakan pakaian tradisional Lampung Pesisir. Pakaian adat tersebut dibawa oleh beberapa orang yang turut dalam prosesi ngarak sebelumnya. Selama kedua kabayan sunat ini berganti pakaian, ibu-ibu yang kembali memainkan tabuh rebana untuk mengisi acara agar terlihat lebih semarak dan bahagia. Kali ini lagu-lagu yang didendangkan lebih bersifat ceria dan hiburan. Para peserta tampak bahagia melihat para ibu-ibu memainkan rebana. Sesekali mereka akan berhenti untuk menikmati hindangan berupa buak (kue) khas Lampung yang diletakkan di atas seprai (kain segi panjang yang diletakkan di lantai sebagai alas). Selepas menikmati hidangan biasanya mereka akan terus memainkan alat musik rebana hingga kedua kabayan sunat siap diarak menuju rumah mereka. Saat kedua kabayan sunat sudah memakai pakaian adat maka akan kembali diarak. Kedua kabayan sunat ini mengenakan pakaian adat Lampung pesisir dengan warna dominan merah. Mereka juga menggunakan penutup kepala yang lebih dikenal dengan iket pucuk. Penutup kepala ini semacam topi dengan bagian ujungnya yang begitu lancip. Ini menjadi salah satu ciri khas masyarakat Lampung pesisir. Selama prosesi ngarak kabayan sunat ini para ibu-ibu akan kembali menabuh musik rebana hingga sampai di rumah kedua kabayan sunat tadi. Namun, pada prosesi ngarak ini mereka juga akan diarak bersamaan dengan ibu ratu (istri saibatin/pimpinan) masyarakat setempat. Ibu ratu juga telah diarak oleh para ibu-ibu yang menggunakan payung khas berwarna putih. Ibu ratu berjalan paling depan, sedangkan kedua kabayan sunat berada di belakang ibu ratu. (Tri Sujarwo/Kraf)


8 24 Juli 2014

ekraf

Corak

Sulam Tapis Sutra

Dipadu dengan Batik Bordir Ncim MENYAMBUT Idulfitri, Raswan Tapis Fashion Designer mengeluarkan desain terbaru. Salah satu desain yang pertama yakni sulam tapis sutra yang dipadupadankan dengan batik bordir ncim.

S

ulam tapis sutra merupakan pakaian khas tradisional Lampung yang ternyata nyaman digunakan saat Lebaran. Selain kental dengan nuansa etniknya, kain ini juga cenderung lebih halus. Selama ini masyarakat mungkin belum terlalu paham jika pakaian etnik Lampung ternyata cocok dipakai untuk Lebaran. Sulam tapis sutra ini dibuat menggunakan dua motif, yakni cucuk handak dan tapis kaca. Kedua motif ini merupakan motif khas Lampung yang mulai jarang dipakai. Namun, Raswan, desainer Lampung ini berusaha mengangkat kembali motif-motif khas Lampung yang sudah cukup tua ini. Semua rancangan ini dikerjakan Raswan langsung dan dibantu beberapa staf saja. Sebab itu, tak heran jika pakaian-pakaian yang dikeluarkannya merupakan desain yang sekali keluar. Penggunaan motif cucuk handak ini memiliki paduan warna yang serasi. Warna hijau, merah, dan putih begitu kental serta menjadi satu paduan warna yang menarik. Selain itu, ciri khas dari motif cucuk handak ini yakni nuansa flora dan faunanya yang begitu kental. Motif seperti bunga-bunga dan tumbuhan begitu terlihat dalam pakaian karya Raswan ini. Karena itu, tak mengherankan jika kain motif bunga-bunga banyak dicari para fashionista. Motif yang kedua yakni motif tapis kaca. Dalam hal ini penggunaan motif tapis kaca terlihat dari manik-manik yang menempel pada beberapa bagian kain. Selain itu, batu-batuan alam yang sudah diasah sehingga tampak mengkilat juga tampak memenuhi kain tapis sutra ini. Inilah kedua motif yang digunakan Raswan untuk membuat sulam tapis sutra ini. Kemudian, Raswan memadukan sulam tapis sutra ini menggunakan batik bordir ncim. Batik bordir berwarna merah muda ini tampak terlihat anggun dengan bordiran yang terlihat rapi. Raswan sengaja tidak memakai lengan panjang menutupi seluruh lengan. Dia sengaja mengonsep pakaian ini cocok juga dipakai santai di rumah saat berlebaran. “Anak muda kan biasanya enggak mau ribet, jadi balutan busana ini tetap nyaman dan cocok dipakai saat Lebaran,� kata dia. Selain itu, Raswan juga mengeluarkan koleksi terbaru berupa busana muslim yang dipadu dengan tenun ikat kain inuh. Kain inuh merupakan pakaian khas Lampung yang berasal dari Lampung Barat. Kain inuh ini juga cocok digunakan saat lebaran. Kain inuh ini lebih nyaman digunakan saat Lebaran karena memiliki beberapa keunggulan. (TRI SUJARWO/KRAF)

FOTO: EKRAF/RUDIYANSYAH


9 24 Juli 2014

ekraf

Corak

Kebaya + Tenun Ikat Selinggang Alam

K

AIN tenun ikat Selinggang Alam merupakan kain ikat khas Lampung yang berasal dari daerah Menggala, Tulangbawang. Tenun ikat Selinggang Alam merupakan salah satu kain yang sudah cukup tua usianya. Tenun ikat Selinggang Alam tentunya tak jauh dari legenda seorang bidadari yang turun di Menggala, Tulangbawang. Ini hanyalah sebuah legenda yang cukup populer di Menggala. Ternyata legenda tersebut turut memperkaya khazanah budaya bangsa melalui kain tradisional. Lama tak begitu dikenal, kini, tenun ikat Selinggang Alam mulai populer kembali. Salah satu desainer yang turut memopulerkan yakni Raswan. Kain ikat Selinggang Alam yang biasanya digunakan untuk upacara adat Lampung kini dimodifikasi menjadi pakaian Lebaran yang kental dengan nuansa etnik Lampungnya. Tenun ikat Selinggang Alam memiliki motif yang unik yang tidak ditemukan pada kain tradisional lainnya di Lampung. Dominan warna yang digunakan berwarna merah dengan dipadu sedikit warna krem. Ini menjadi paduan yang

sangat menarik. Kain ikat Selinggang Alam oleh Raswam dipadu dengan kebaya berwarna putih dan hijab yang berwarna putih. Agar semakin anggun, desainer yang akan mewakili Lampung ke Turki ini menambahkan selendang sutra batik tulis. Motif yang digunakan pada selendang ini menggunakan motif pelepai (kain kapal) yang berasal dari pesisir Kalianda, Lampung Selatan. Semuanya menjadi paduan yang cantik dan cocok dipakai saat berlebaran. “Kain ikat Selinggang Alam juga cocok dipakai buat Lebaran apalagi dipadu dengan selendang sutra, makin cocok,� kata dia. Selain itu, menyambut Idulfitri 1435 Hijriyah ini, Raswan juga kembali mengeluarkan desain tenun ikat inuh Kalianda dipadu dengan kebaya bordir Lampung. Kain ikat tenun inuh ternyata tidak hanya berasal dari Lampung Barat saja. Masyarakat pesisir Kalianda juga mengenal kain ikat tenun inuh. Motif yang digunakan juga banyak mendapat pengaruh dari daerah pesisir Kalianda. Kain inuh dari Kalianda ini memiliki motif kapal ( pelepai ) dan juga

FOTO: EKRAF/RUDIYANSYAH

siger. Kain inuh ini dipakai seperti layaknya menggunakan kain tradisional Lampung lainnya. Kali ini, Raswan memadukan dengan kebaya bordir Lampung yang memiliki renda-renda berbentuk bunga-bunga. Renda-renda itu memenuhi bagian lengan dan pada ujung kebaya. Warna yang digunakan pada kebaya

bordir Lampung cenderung berwarna perak. Kain ikat tenun inuh dipadu dengan kebaya bordir Lampung menjadi satu paduan yang sangat istimewa di Hari Raya. “Kain tradisional Lampung juga bisa mendunia dan enggak kalah dengan kain-kain lainnya di Indonesia,� kata dia. (TRI SUJARWO/KRAF)


10 24 Juli 2014

ekraf

Wisata

Rubrikasi Rubrikasi ini ini dipersembahkan dipersembahkan oleh:oleh: KotaPemprov Bandar Lampung Lampung

Pulau Tegal nan Eksotis

ANDA pernah mendengar Pulau Tegal? Mungkin untuk warga yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata pantai Pesawaran tidak asing lagi dengan pulau kecil ini.

A

gar bisa sampai ke pulau yang masih alami ini, kita harus menyewa perahu di Dermaga Ringgung. Perjalanan ditempuh kurang lebih 25 menit dari Dermaga Ringgung agar bisa sampai di pulau tanpa sekolah ini. Perahu bisa mengangkut penumpang maksimal 20 orang sekali jalan. Tarif yang dikenakan per perahu adalah Rp120 ribu pulangpergi. Sesampainya di Pulau Tegal, biasanya kita langsung menikmati keindahan pulau ini. Pemilik perahu akan menjemput kita pada sore harinya. Jadi, kita bebas bermain sepuasnya. Pulau Tegal merupakan pulau yang banyak ditumbuhi semak belukar dan pohon kelapa. Nama “tegal” sendiri diambil bukan karena penduduknya berasal dari Tegal. Namun, “tegal” dalam bahasa setempat berarti semak belukar. Pulau ini diperkirakan mulai dihuni sekitar tahun 1980–1990. Kini, ada sekitar 30 kepala keluarga (KK) yang hidup di pulau ini. Mereka setidaknya tersebar di empat titik permukiman, yakni Labuanagung, Tegallunik, Cukuhlioh, dan Teluk Penganten. Tegallunik merupakan kawasan teramai dengan 12—15 KK yang tinggal di sana. Sementara di Cukuhlioh ada 7 KK, Labuanagung 6 KK, dan Teluk Penganten 4 KK. Mereka hidup sebagai nelayan ataupun pekebun. Biasanya mereka menanam pisang. (TRI SUJARWO/ KRAF)


11 24 Juli 2014

ekraf

Wisata

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Terumbu Karang yang Cantik

P

ULAU Tegal dihuni suku Sunda dan Jawa-Serang (Jaseng) yang berasal dari tatar Sunda. Mereka terbiasa menggunakan bahasa Sunda ataupun Jaseng dalam keseharian. Tidak ada sekolah, puskesmas, apalagi PLN. Hanya ada 20 rumah yang diterangi listrik tenaga surya yang merupakan bantuan dari kementerian. Masing-masing kawasan permukiman memiliki sumber air (sumur) masing-masing. Dalam satu kawasan biasanya hanya ada satu sumur yang digunakan bersama-sama. Bagi Anda, umat muslim, tidak perlu khawatir ada musala yang

bisa digunakan untuk salat. Musala kecil, tetapi cukup representatif untuk sebuah tempat ibadah di kawasan pulau kecil. Walaupun begitu, ternyata pulau ini menyimpan potensi wisata bahari yang besar. Pantai di kawasan Labuanagung sebenarnya memiliki pemandangan pantai yang bagus, sayangnya sampah tampak berserakan. Pulau Tegal menjadi langgangan kunjungan komunitas pencinta dunia bawah air karena terumbu karangnya. Bahkan, sejak di kawasan sekitar Masjid Terapung hingga kawasan Labuanagung, terumbu karang yang cantik dapat kita saksikan dengan mata telanjang.

Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan di sini. Diving, snorkeling, memancing, renang, hingga menyusuri pantai sampai kawasan Tegallunik merupakan aktivitas yang bisa Anda pilih. Konon, pulau ini menyimpan keragaman terumbu karang. Walaupun saya belum pernah menyelam di kawasan ini, melihat dari atas perahu yang saya tumpangi membuat saya yakin bahwa pulau ini memiliki potensi wisata bawah laut yang besar. Anda masih penasaran dengan pulau yang masuk kawasan Desa Tanjungjaya, Kecamatan Padangcermin ini? Ayo berkunjung ke Pulau Tegal. (TRI SUJARWO/ KRAF)


12 24 Juli 2014

ekraf

Santap

Menikmati Warung Makan Bu Gendut

J

IKA Anda sedang di Lampung atau lebih tepatnya di Kota Bandar Lampung, tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi masakan Kota Tapis Berseri yang satu ini. Walaupun mungkin banyak ditemukan di daerah lain, soal rasa dijamin Anda bakal ketagihan. Anda harus sempatkan sebentar untuk singgah di Warung Makan Bu Gendut, dijamin Anda bakal terpuaskan dengan aneka menunya. Warung makan yang terletak di Jalan Ki Maja, Way Halim, Bandar Lampung ini selalu ramai pengunjung. Warung yang memiliki aneka menu olahan ini buka mulai pukul 15.00 hingga malam hari. Selepas magrib biasanya pengunjung paling ramai memenuhi tempat yang disediakan. Hampir semua meja telah penuh oleh para pengunjung yang mengantre. Namun, pelayanannya cukup cepat dan tanpa menunggu lama menu hidangan yang dipesan pun datang. Masyarakat Kota Bandar Lampung senang makan di sini, selain sambalnya yang terkenal begitu nikmat, harga yang ditawarkan juga murah meriah. Tidak heran jika banyak warga yang berbondong-bondong menuju kedai yang telah dibangun sejak 1990-an ini. Ada beberapa menu andalan, seperti pecel lele, burung dara goreng, dan cumi goreng. Pengunjung tidak perlu khawatir, pasalnya ada buku menu dan pelang besar yang tertera di dalam ruang makan. Jadi, Anda bebas memilih menu yang disukai. Anda bisa memesan menu burung dara goreng, sambal pedas, dan segelas jus

jeruk. Menu yang ditawarkan memang sederhana, seperti pecel lele, ayam bakar, udang goreng, ayam goreng, cumi goreng, dan burung dara goreng. Untuk minumannya hanya menyediakan jus jeruk, es teh, dan aneka minuman ringan. Namun, soal rasa dijamin Anda bakal ketagihan dengan menu yang ditawarkan. Sepintas menu-menu di atas biasa saja, tetapi pengolahan dan racikan bahan-bahan yang pas membuat lidah tidak mau berhenti bergoyang. Daging burung daranya begitu empuk dan tidak alot. Rasanya gurih dan nikmat. Apalagi saat kita cocol suwiran daging burung dara ke sambal yang juga dipadu dengan nasi putih yang pulen, itu rasanya nikmat sekali. Pelayanan yang ekstracepat dan menu yang begitu nikmat membuat saya jatuh hati pada warung makan yang memiliki tiga cabang ini. Warung makan Bu Gendut ini sangat cocok buat Anda yang sedang berkunjung ke Bandar Lampung untuk dapat menikmati menu olahan yang satu ini. (TRI SUJARWO/KRAF)


13 24 Juli 2014

ekraf

Resep

Sepunakh

S

EPUNAKH merupakan makanan tradisional masyarakat Lampung pesisir yang wajib ada saat prosesi butamat (mengkhatamkan Alquran) berlangsung. Sepunakh terdiri dari nasi ketan berwarna kuning yang dibuat melingkar dan dilengkapi ayam bekakak. Nasi ketan yang berwarna kuning diperoleh dengan pewarna alami dari kunyit. Sementara ayam bekakak merupakan ayam bakar yang telah dibuang isinya. Ayam bakar ini kemudian direnggangkan hingga bentuknya lebar. Biasanya ayam bekakak ini disajikan di atas nasi ketan, tetapi terkadang juga dipisahkan dengan pinggan (piring) tersendiri. Sepunakh hanya ada saat prosesi butamat, di luar prosesi ini tidak ditemukan menu khas Lampung satu ini. Selepas prosesi butamat, sepunakh akan dimakan bersama-sama oleh para peserta butamat yang ikut saat prosesi ngarak kabayan (pengantin). Berikut ini sepunakh yang dihidangkan saat prosesi butamat dalam rangkaian nayuh Alpiandi Gelar Khadin Suku Negakha dan Anita Gelar Minak Khanggom. Mereka merupakan keturunan ke-5 Buay Turgak (Tekhuggak) dari Belalau, Lampung Barat. Kini, mereka tinggal di Pekon Kampungbaru, Kecamatan Kotaa-

gung Timur, Tanggamus. Bahan Sepunakh - 1 kg beras ketan - 1 gelas santan kelapa murni - Garam secukupnya - Kunyit secukupnya - 1 ekor ayam kampung Cara Membuat Pertama-tama beras ketan direndam selama satu jam. Sambil menunggu, kupas kunyit yang nantinya akan digunakan sebagai pewarna alami dan diambil sarinya. Beras yang sudah direndam kemudian diangkat dan dimasak dengan cara diaron, yakni dimasak setengah matang menggunakan dandang. Sembari menunggu, parut kelapa dan ambil santannya hingga satu gelas. Setelah sudah setengah matang angkat beras ketan tadi, kemudian dicampur santan dan sari kunyit. Setelah semuanya tercampur merata, beras ketan setengah matang ini kemudian dimasak kembali selama dua jam. Agar hasilnya maksimal dan alami gunakan kayu bakar saat memasak hidangan sepunakh. Jika nasi ketan sudah matang, siap dibentuk bulat dan ditaruh di atas pinggan. Sementara untuk pembuatan ayam bekakak, dibakar seperti biasa memanggang ayam dan bumbu ayam pada umumnya. Kini, sepunakh siap dihidangkan. (TRI SUJARWO/KRAF)


14 24 Juli 2014

ekraf

Asri

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh:oleh: PemdaLampung Pemprov Lampung Barat

Singgasana 7 Lapis Kasur M ENURUT juru bicara kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, Seem Canggu Gelar Raja Duta Perbangsa, gedung dalom hanya terdapat dua kamar, yaitu kamar utama (bilik kebik) dan kamar lainnya (bilik tebelayakh). Kemudian, terdapat ruang margasana (ruangan paling terhormat) tempat SPDB menerima tamu kerajaan yang dihiasi dengan kain khas Lampung Saibatin. Di situ juga terdapat singgasana dengan 7 lapis kasur, 7 lapis kelambu, serta 7 lalangsi dan langitlangit (laluhukh, makai tikhai). Tidak hanya itu, di beberapa sudut ruangan tampak beberapa pusaka lama milik kerajaan, seperti pedang, tombak, dan kursi yang tersusun rapi. Dia menjelaskan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak menganut sistem ‘Bersatu Tidak Bersekutu dan Berpisah Tidak Bercerai’, kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak merupakan satu kerajaan yang diperintah oleh keturunan empat orang bersaudara, yaitu Kepaksian Pernong dengan ibu negeri Batubrak, Kepaksian Nyerupa dengan ibu negeri Sukau, Kepaksian Belunguh dengan ibu negeri Kenali, dan Kepaksian Bejalan Diway dengan ibu negeri Kembahang. Dia juga menjelaskan lambang kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak adalah Cambai Mak Bejunjungan yang memiliki makna kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak dapat berdiri tegak kokoh dan kuat walaupun tidak dibantu oleh unsur-unsur dan komunitas lain. Sebab, kata dia, karakter nilai dasar dari empat kepaksian, yaitu kekayaan dipegang oleh keturunan Umpu Belunguh, keberanian dipegang oleh keturunan Umpu Bejalan Diway, kelihaian dan kecerdikan dipegang oleh Umpu Pernong, dan hamba rakyat yang banyak yang tersebar menjadi simbol kebesaran Kepaksian Nyerupa. “Itulah makna dari Cambai Mak Bejunjungan,” kata dia. (ARIPSAH/ KRAF)


15 24 Juli 2014

ekraf

Asri

Rubrikasi ini dipersembahkan Pemprov Lampung oleh:oleh: Pemda Lampung Barat

Gedung Dalom Istana Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak (Kepaksian Pernong)

R

UMAH panggung itu terbuat dari kayu dengan ornamen ukiran kuno yang berdiri kokoh di Batubrak, Lampung Barat. Rumah itu tidak lain adalah Gedung Dalom (istana, red) Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Bagunan yang didirikan pada 1741 itu menempati area seluas 5.000 meter persegi dan hingga kini masih terawat dengan baik. Hal itu setidaknya menjadi salah satu bukti sejarah kejayaan kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak yang masih dijunjung tinggi masyarakat setempat. Walaupun gedung dalom yang kini berusia hampir 300 tahun dan pernah direnovasi, tetapi tidak mengubah bentuk aslinya. Rumah Adat itu jarang ditempati sang pemilik istana, yang tidak lain adalah Saibatin Peniakan Dalom Beliau (SPDB) Pangeran Edward Syah Pernong, Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan XXIII. Hal itu itu karena kesibukannya sebagai salah satu perwira tinggi kepolisian berpangkat brigjen polisi di Jakarta. Namun, gedung dalom tetap terawat dan sering digunakan untuk berbagai acara perhelatan adat. (ARIPSAH/KRAF)


16 24 Juli 2014

ekraf

Kreatif

Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung

Batu Akik Dukung Ekonomi Kreatif

P

EMERINTAH Kota (Pemkot) Metro berencana mendorong berkembangnya usaha batu akik dan batu mulia dengan memberikan pembinaan sebagai industri kreatif unggulan di Bumi Sai Wawai. Sekretaris Kota Metro Ishak menyampaikan hal itu pada rapat koordinasi (rakor) bersama Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) untuk mengembangkan usaha kreatif di Metro. “Saya sudah minta agar usaha batu akik dan batu mulia ini bisa diberikan pembinaan. Kalau bisa ini menjadi salah satu sektor unggulan Metro sebagai sentra akik dan permata di Lampung,” ujarnya, kemarin (22/7). Ia menilai kekayaan alam batu mulia di Lampung belum tersentuh dan tergarap secara serius. Padahal, dapat menumbuhkan potensi ekonomi kreatif pada bidang budaya mengingat cukup banyak kaum adam yang saat ini menggemari dan mengoleksi batu sebagai penghias jari. “Ini yang tadi saya bahas. Saya minta Disperindakop dan Bappeda untuk dianggarkan pada APBD Metro 2015. Ini harus digarap serius. Jadi, kota kami dalam beberapa tahun ke depan bisa dikenal sebagai industri batu akik dan permata. Untuk besaran dana pembinaan, berapa itu yang masih dibahas. Namun, saya minta diplot,” ujarnya. Dia menjelaskan industri kreatif merupakan salah satu sektor yang dapat berkembang di Bumi Sai Wawai. “Dengan luas sekitar 6.874 hektare, wilayah kami ini kan cukup kecil. Untuk industri besar tentu tidak terlalu bagus. Namun, untuk ekonomi kecil, menengah, dan kreatif sangat cocok.” Karena itu, Pemkot mendorong industri kreatif dengan memberikan bantuan modal maupun pembinaan secara komprehensif yang dapat membuat ekonomi Metro berkembang. “Kemarin kami pernah buat pameran batu akik dan permata yang pertama di Lampung. Ternyata antusiasnya cukup tinggi. Artinya, peluang itu cukup besar dan ini harus didorong,” kata dia. Ishak menilai perlu adanya penempatan khusus perajin batu akik dan permata di wilayah setempat. “Kalau sentra itu kan pusat. Jadi memang perlu ada penempatan khusus. Kami ini kan punya belasan sampai puluhan perajin. Jadi, kalau ada orang dari luar Metro yang datang mencari mereka tidak perlu repot. Kalau ditempatkan di satu tempat, bisa jadi ciri khas Metro juga kan,” katanya. (CAN/D2)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.