16 Halaman l Edisi LVXV/ 3 Desember-10 Desember 2014
6 l Demi Menjaga Ekosistem Hutan
T E R U J I T E P E R C AYA
Menguji
Keramatnya
Beringin Tua PARTAI Golkar kini setidaknya telah melakukan beberapa perubahan mendasar sejak terbentuk. Partai berlambang pohon beringin itu sempat menduduki posisi teratas pilihan rakyat, kekeramatan pohon beringin pun terus melibas partai lain dalam era reformasi.
N
amun, kini di usianya yang sekitar setengah abad, kekeramatan pohon beringin diuji. Hal itu terkait kekalahan calon presidennya dalam pemilu presiden sehingga membuat kader-kadernya terbelah. Ada yang menginginkan “kehangatan” dalam dekapan pemerintah, tetapi ada juga yang tetap terus ingin berjuang mengontrol jalannya pemerintahan. Puncaknya pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) di Yogyakarta, partai memutuskan agar Musyawarah Nasional (Munas) digelar akhir November, tetapi sejumlah elite ingin munas digelar pada 2015. Adu fisik sempat terjadi di Gedung DPP Partai Golkar antara dua kubu Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Banyak kalang an menilai kisruh yang terjadi di partai beringin itu mendapat campur tangan dari luar partai. Yang paling mudah menilainya adalah adanya tarik-menarik kubu di DPR antara Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). KIH yang menjadi afiliasi pemerintah berupaya mencari dukungan menghadang aksi KMP yang menjadi oposisi. “Kasus Golkar sekarang ini ada tarik-tarikan antara KMP dan KIH,” kata mantan Ketua Badan Pemenangan
Pemilu Partai Golkar Andi Sinulingga. Bahkan kekuatan pemerintah pun tampak mulai masuk kisruh itu. Salah satunya adalah sikap Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla yang condong memihak pada satu kubu, tentunya kubu yang berafiliasi pada pemerintah. Dengan gamblang, JK yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menyampaikan kecurigaannya terkait adanya upaya rekayasa saat pelaksanaan Munas Golkar di Bali. JK meminta agar setiap kader yang berminat menjadi ketua umum diberi kesempatan berkompetisi. “Kayak Priyo, kan dia Wakil Ketua, gimana caranya dilarang masuk?” kata JK yang juga Wakil Presiden. JK tidak mempersoalkan apabila pemilih an ketua umum dilakukan secara aklamasi. Namun, semuanya harus dilakukan secara fair dan demokratis. “Ya boleh saja (aklamasi) kalau memang itu fair caranya, tapi kalau tidak fair dan melarang orang jadi calon itu kan susah, berarti itu rekayasa, bisa masalah kan,” ujarnya. Kini tinggal pilihan kader-kader dari Partai Golkar untuk memaknai kisruh itu. Yang jelas “Beringin Keramat” yang tua itu jangan tumbang. Dia masih menjadi aset bangsa dalam berdemokrasi. (MI/U1)