:: LAMPUNG POST :: Jumat, 12 Desember 2014

Page 1

Sirkulasi: (0721) 788999 Layanan Umum: (0721) 783693 Iklan: (0721) 774111 SMS: 0815 4098 5000 Redaksi (0721) 773888 SMS: 0812 7200 999

@lampostonline, @buraslampost

www.lampost.co

T E R U J I T E PERC AYA

Jumat, 12 Desember 2014 facebook.com/lampungpost

24 Hal.

No. 13342

i TAHUN XL

Terbit Sejak 1974

Rp3.000

TA JUK

Kisah Suram Angkutan Massal

n LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

ANGKUTAN DALAM KOTA. Sejumlah angkutan kota menunggu penumpang di pertigaan Jalan Pemuda—Jalan Raden Intan, Bandar Lampung, Kamis (11/12). Angkutan dalam kota semakin semrawut setelah angkot kembali beroperasi akibat kegagalan program bus rapit transit (BRT).

Lampung Merugi Rp78 Miliar Kerugian daerah hingga Rp78 miliar disebabkan inefektivitas, pemborosan, dan ketidaklengkapan administrasi laporan pertanggungjawaban daerah. Vera Aglisa

B

ADAN Pemeriksa Keuang­ an (BPK) Perwakilan Lam­ pung menemukan keru­ gian daerah Rp78 miliar dari laporan keuangan daerah pemerintah provinsi dan 15 kabupaten/kota seLampung hingga semester II 2014. Audit ini dilakukan mulai dari Januari hingga 31 Oktober. Kepala BPK Perwakilan Lampung V.M. Ambar Wahyu­ ni mengatakan pada awalnya terdapat kerugian hingga Rp201,265 miliar, tapi pemer­ intah daerah telah mengang­ sur Rp50,873 miliar (23,17%). Lalu, para bulan berikut­ nya kembali melunasi keru­ gian daerah Rp72,363 miliar (39,73%). “Sehingga sisa keru­ gian daerah yang masih harus dilunasi senilai Rp78,028 mi­ liar,” kata Ambar dalam media workshop, Kamis (11/12), di kantor BPK Perwakilan Lampung. Menurut Ambar, tim auditor me­ nemukan potensi kelebihan pem­ bayaran dari pemeriksaan belanja daerah 2014 untuk Pemerintah Provinsi dan delapan kabupaten/ kota. Juga terjadi inefektivitas ang­ garan, misalnya masih membayar gaji pegawai yang sudah tidak be­

kerja di daerah setempat. Selain itu, terjadi pemborosan anggaran yang disebabkan beberapa hal, seperti besaran tunjangan bagi PNS yang tidak sesuai peraturan Menteri Dalam Negeri.

“Seharusnya tunjangan dise­ suaikan dengan beban kerja, ke­ langkaan profesi, dan penempatan daerah terpencil. Tetapi selama ini justru semua pegawai mendapat­ kan tunjangan dalam jumlah yang besar,” ujar Ambar. Pemborosan anggaran di lingkung­ an Pemprov terjadi pada perjalanan dinas pertama ke Kementerian

Dalam Negeri berupa biaya trans­ portasi dan akomodasi yang tidak sesuai dengan surat berkas. “Untuk pengauditan transportasi perjalanan dinas penerbangan, kami bekerja sama dengan Garuda dan maskapaimaskapai lainnya. Sedangkan untuk perjalanan darat kami sudah ber­ koordinasi dengan travel-travel dan biaya kelengkapan dari perjalanan darat,” kata Ambar. Menurut dia, untuk akomodasi pihaknya melakukan kon­ firmasi yang disesuaikan dengan surat berkas. Lalu jika tidak sesuai dengan su­ rat berkas, uangnya harus dikembalikan. “Misalnya jika di dalam surat berkas itu ditulis untuk lima hari kegiatan, menginapnya di hotelnya empat malam. Tapi, jika konfirmasi dari pihak hotel ternyata dia ha­ nya menginap dua malam, sisanya harus dikembalikan ke kas daerah,” katanya. Namun, sisi baiknya, jumlah kerugian daerah itu menurun setiap tahun­ nya karena adanya kesa­ daran pemerintah daerah untuk mewujudkan good governance. Daerah dengan tingkat penye­ lesaian kerugian tertinggi ialah Kabupaten Tulangbawang Barat dengan persentase penyelesaian 99,07%. Kabupaten ini juga men­ jadi daerah dengan tindak lanjut yang sesuai dengan rekomendasi tertinggi sebesar 99,31%. (*11/K1)

veraaglisa@lampungpost.co.id

Nasib Sopir BRT Kian Terpuruk KONDISI angkutan umum bukan hanya dikeluh­ kan warga Kota Bandar Lampung terkait makin sulitnya pelayanan transportasi massal dan mu­ rah. Para pengemudi bus rapid transit (BRT) pun mempunyai keluhan terkait kondisi tersebut. Selain sejak Februari 2013 tidak lagi menda­ pat gaji bulanan, penghasilan dari sisa setoran pun jauh dari harapan saat awal mereka masuk jajaran kru BRT. Pasalnya, kini pe­ numpang angkutan mereka terbatas, semen­ tara biaya operasional meningkat sejak harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi naik. “Paling ramai penumpang saat berangkat dan pulang sekolah, sisanya penumpang lebih sepi,” ujar salah seorang sopir BRT, saat ditemui di warung kecil di sudut pintu masuk pul BRT Terminal Rajabasa, Kamis (11/12) sore. Mereka mengaku setoran wajib harian ke konsorsium Rp200 ribu, sedangkan ope­ rasional BBM Rp290 ribu per hari mereka tanggung. Umumnya mereka mendapat peng­ hasilan Rp40 ribu—Rp50 ribu dibagi dengan kondektur bus. “Dulu waktu BBM belum naik operasional cukup Rp210 ribu per hari. Ongkos untuk Rajabasa ke Panjang belum ada kenaik­ an jarak dekat Rp3.000, sedang Rp4.000, dan jauh Rp5.000,” kata sopir berseragam batik yang enggan disebut namanya itu. Terkait angkutan umum Kota Bandar Lam­ pung, pengamat transportasi I.B. Ilham Malik mengakui sektor ini memang masih membutuh­ kan penyempurnaan. Hal ini dilakukan dalam rangka memfasilitasi perjalanan masyarakat di dalam wilayah kota yang pada 2011 lalu mencapai 1,8 juta perjalanan per hari. “Karena itu, melalui dokumen rencana induk jaringan-lalu lintas angkutan jalan (RIJ-LLAJ) telah disusun 10 langkah pembenahan transpor­ tasi kota yang kini secara bertahap terus dilaku­ kan,” kata Ilham, saat dihubungi, kemarin. Terkait dengan angkutan yang dikelola Perum DAMRI, Ilham mengharapkan agar DAMRI tak lagi masuk ke jalur yang mengun­ tungkan mereka. Sebab, fungsi DAMRI adalah melayani kebutuhan transportasi masyarakat yang tidak terakomodasi oleh angkutan umum lain. “Karena itu, saya mendukung penuh ren­ cana DAMRI untuk terus beroperasi di jalurjalur perintis sehingga akan semakin banyak masyarakat yang terlayani oleh angkutan umum,” ujarnya. (CR6/RIC/U1)

SITUASI lalu lintas sebuah daerah mencerminkan perada­ ban dan budaya masyarakat­ nya. Lalu lintas yang teratur menunjukkan masyarakat yang saling menghargai satu sama lain. Sebaliknya, lalu lintas yang semrawut menunjukkan budaya masyarakat yang egois dan mau menang sendiri. Setiap pemerintah daerah berusaha membangun budaya berlalu lintas untuk memberikan pelayanan terbaik kepa­ da masyarakat. Tetapi memang, tidak mudah membangun budaya berlalu lintas yang baik. Kebijakan yang bertujuan baik sering berakhir antiklimaks. Antiklimaks itu pula yang terjadi ketika Pemerintah Kota Bandar Lampung mengeluarkan kebijakan angkutan mas­ sal. Semula, situasi lalu lintas dalam keadaan semrawut. Angkutan kota (angkot) menjadi raja jalanan. Saling be­ rebut rezeki di jalanan membuat sopir angkot melupakan kewajiban mematuhi aturan berlalu lintas. Mereka juga menjadi egois yang terlihat dari tulisan be­ sar di kaca belakang: ‘Hati-Hati, Mobil Ini Sering Berhenti Mendadak’. Tulisan itu berisi pesan kepada pengguna jalan lain untuk selalu mengalah. Menyadari situasi lalu lintas yang semrawut itu, Pemkot Bandar Lampung meluncurkan angkutan massal berupa bus Trans-Bandar Lampung yang lebih dikenal dengan sebutan bus rapid transit (BRT). Kelahiran BRT menjadi fenomenal. Inilah satu-satunya angkutan massal di Indonesia yang diklaim tidak mendapat subsidi dari pemerintah. Kehadiran BRT secara bertahap mengurangi jumlah angkot yang beroperasi di Bandar Lam­ pung. Pemkot melakukan moratorium izin trayek angkot baru, sementara izin trayek angkot lama tidak diperpanjang. Selanjutnya armada angkot digeser ke pinggiran kota. Selain menggeser angkot, Pemkot juga melarang bus DAMRI melayani rute dalam kota. Sama seperti angkot, trayek DAM­ RI digeser ke luar kota khususnya di jalur perintis. Sejak 12-an tahun silam, Pemkot memang pernah mengeluhkan manaje­ men DAMRI tidak memberi kontribusi bagi kas daerah. Regu­ lasi angkutan massal berbau monopoli itu juga didukung pe­ nyediaan prasarana, seperti halte dan jalur khusus BRT. Namun, yang terjadi kemudian BRT tidak mampu melan­ jutkan operasional. Rencana tidak selalu seindah ke­ nyataan. Para penumpang ternyata kurang antusias meng­ gunakan jasa BRT. Setiap bulan manajemen BRT merugi Rp200 juta—Rp300 juta. Perusahaan konsorsium pengelola BRT pun terjerat kredit macet hingga Rp74 miliar. Jumlah BRT dari 190 unit kini tinggal tersisa puluhan unit. Kegagalan BRT berdampak mendorong angkot kembali beroperasi di dalam kota, sementara bus DAMRI tetap ber­ tahan di jalur perintis. Masuknya angkot ke dalam kota ditambah tingginya pertumbuhan kendaraan pribadi da­ lam beberapa tahun terakhir membuat situasi lalu lintas saat ini makin semrawut. Kini, sedikitnya terdapat 1.600 angkot yang beroperasi di 14 trayek. BRT adalah kisah muram kebijakan angkutan massal dalam kota. Disebut kisah muram karena tidak menyele­ saikan persoalan utama kesemrawutan lalu lintas. Kisah BRT menjadi bukti tak terbantahkan kebijakan yang tidak didahului dengan studi kelayakan yang memadai akan be­ rakhir dengan kegagalan. n

oasis

IQ Pengaruhi Keperawanan SEBUAH studi mengungkapkan tingkat kecerdasan (intelligence quotient—IQ) berpenga­ ruh pada keperawanan dan ke­ perjakaan di kalangan remaja. Studi menunjukkan bahwa remaja perempuan dan lakilaki dengan skor IQ di bawah 70 atau di atas 110 memiliki kemungkinan lebih besar men­ jadi perawan dan perjaka. Se­ dangkan remaja dengan skor IQ berkisar antara 70—110 memiliki probabilitas yang ren­ dah dalam menjaga keperawanan mereka. Nilai skor IQ rata-rata yang ditetapkan adalah 90—110 poin. Penelitian dilakukan University of North Carolina itu juga menemukan bahwa 39,8% anak laki-laki dengan skor IQ rata-rata telah melakukan hubungan seks. Mereka juga menemukan bahwa 63,3% laki-laki remaja dan 81,6% perempuan dengan skor IQ di bawah rata-rata tidak per­ nah melakukan hubungan seks. Menurut penelitian, rema­ ja dengan skor IQ 100 setidaknya 1,5—5 kali lebih mungkin melakukan hubungan seks ketimbang remaja dengan skor rata-rata di atas 120—130. (MI/U1)

Drama Citra PT KAI di Gunungsari SELASA (9/12) malam. Sua­ sana rumah di RT 14 Gunung­ sari, Tanjungkarang, itu terasa tegang. M. Aridi Zainal (72), pemilik rumah yang sudah di­ tinggali lebih 30 tahun itu, tibatiba uring-uringan. Memori masa lalu bekerja sebagai pegawai PT Kereta Api Indo­ nesia (PT KAI) membeludak dengan aneka ekspresi tak keruan. Pemicunya, sepucuk surat berisi pesan tenggat

pengosongan rumah yang dia huni itu. Rumah dinas itu adalah satu dari lima unit yang dikosong­ kan PT KAI pada Rabu (10/12). Drama kemanusiaan terjadi saat 400 petugas gabungan dari karyawan PT KAI, Polsus Kereta Api, polisi, d a n tentara me ­ rangsek lima rumah yang masih dihu­

Unggulan Ketujuh Miss World 2014... Hlm. 16

ni itu. Penghuni kalang kabut, barang-barang dikeluarkan ke pinggir jalan, dan jalanan macet. Sejak malam, Aridi terus menggumam. Rahmat, anak le­ lakinya yang tinggal serumah, sempat mengademkan hati ayahnya yang panas akibat surat itu. Namun, upayanya tak memberi perubahan. Se­ malaman tubuh sepuh itu tak bisa tidur menanti pagi jadwal eksekusi. “Paginya, ayah saya lemes karena penyakitnya kambuh. Akhirnya kami bawa ke Ru­ mah Sakit DKT. Jadi, kondisi­

nya masih terbaring lemah di rumah sakit. Sementara rumah kami diobrak-abrik begini. Gimana rasanya? Apa ini berperikemanusiaan?” kata Rahmat dengan nada tanya. Suasana miris memang terli­ hat saat eksekusi berlangsung. Belasan orang; pria, wanita, anak-anak penghuni rumah target operasi serta-merta histeris saat ratusan petugas dengan ikat kepala pita merah putih dibekingi polisi dan tentara merangsek ke lokasi. Mereka saling memanggil dengan bahasa yang tak jelas bermakna minta tolong, se­

olah menghadapi air bah yang datang bak tsunami. Ada perdebatan, berbantah­ an, bahkan umpatan saat hulu balang PT KAI itu memulai aksi cuci gudang dengan cara cukup kasar itu. Seperti sudah dibagi tugas, ada yang menggotong barang-barang keluar, melorot­ kan asbes, merobohkan tembok, dan yang sekadar menjaga agar eksekusi tak terganggu. Semen­ tara pemilik rumah yang kalut terlihat bingung ke luar rumah dan entah apa yang akan di­ selamatkan pada kesempatan pertama. (R6) n Wandi Barboy

BERSAMBUNG Ke Hlm. 5

n LAMPUNG POST/HENDRIVAN GUMAY

PENGOSONGAN RUMAH DINAS. Polisi mengawasi karyawan PT KAI yang melakukan pengosongan rumah dinas, Rabu (10/12).


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.