±
±
CMYK
± facebook.com/lampungpost @lampostonline @buraslampost
I
24 Hlm. JUMAT 20 febrUARI 2015
TERUJI TEPERCAYA
i TAHUN XL Terbit Sejak 1974 i Rp3000 No. 13408
www.lampost.co
±
±
TAJUK
Pendataan Pungli
n LAMPUNG POST/HENDRIVAN GUMAY
SEMBAHYANG IMLEK BANDAR LAMPUNG. Warga Tionghoa melakukan sembahyang Imlek 2566 di Wihara Thay Hin Bio, Telukbetung, Bandar Lampung, Rabu (18/2). Sejak sore hingga dini hari, wihara tersebut didatangi warga secara bergantian untuk bersembahyang menyambut pergantian Tahun Baru Imlek.
Ratusan Ha Tambak
Atraksi Barongsai Meriahkan Imlek
±
MESKI hujan mengguyur Bumi Ruwa Jurai sejak sore, Kamis (19/2), perayaan Tahun Baru Imlek di sejumlah wihara di Bandar Lampung berlangsung khidmat. Usai doa di wihara, para pengunjung dihibur berbagai atraksi memeriahkan Tahun Kam bing Kayu ini. Salah satu atraksi yang menyedot perhatian masyarakat adalah barongsai. Para pe ngunjung dan masyarakat sekitar wihara rela berdiri sambil membawa payung menanti acara yang digelar Wihara Thay Hin Bio. Djohan Suwandi Wangsa, penanggung jawab acara di Wihara Thay Hin Bio, mengatakan hujan yang mengguyur sejak sore membuat acara agak mundur dari waktu yang ditentukan, tetapi kondisi ini tidak mengurangi antusias pengunjung mera yakan Imlek dan beribadah di wihara. “Pengunjung tetap ramai dan menunggu atraksi yang kami tampilkan,” ujar Djohan, di Wihara Thay Hin Bio, kemarin. Perayaan imlek juga digelar di Wihara Amurwa Bhumi Graha. Salah seorang pengunjung, Stefan, mengatakan perayaan Imlek kali ini lebih meriah dibandingkan tahun lalu. Dia berharap pada Tahun Kambing Kayu ini usaha orang tuanya yang saat ini ditekuni bisa maju dan berkembang. Wali Kota Bandar Lam-
pung Herman HN, didam pingi Ketua Penggerak PKK Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Herman, turut hadir di Wihara Amurwa Bhumi Graha. Herman mengatakan kehadirannya sebagai bentuk rasa saling menghargai antaretnis. “Saat ini sudah tidak ada lagi perbedaan antaretnis. Kami datang untuk menghargai saudara-saudara kita yang sedang merayakan Imlek.” Herman juga berkeliling ke beberapa wihara-wihara lain. Sementara itu, Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih mengatakan pengamanan perayaan Imlek melibatkan 1.007 personel Polda Lampung dan jajaran. Pihaknya bekerja sama de ngan instansi terkait dan mitra kamtibmas lainnya untuk dalam proses pengamanan yang dilakukan secara terpadu. “Pengamanan Imlek dilakukan dengan tiga tahapan, yakni persiapan melalui patroli rutin, pelaksanaan de ngan pengamanan fisik secara langsung, serta konsolidasi dengan melakukan analisis dan evaluasi kegiatan,” ujar Sulis. (*12/*4/K1)
± Cita Citata Disarankan Punya Guru... Hlm. 16
Diterjang Banjir Sekitar 101 petani tambak udang dan bandeng di Desa Berundung mengalami kerugian Rp1,2 miliar. AAN KRIDOLAKSONO
R
ATUSAN hektare sawah dan tambak di sejumlah desa di pesisir timur, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, kembali dilanda banjir setelah hujan mengguyur kawasan itu selama dua hari berturutturut, sejak Rabu (18/2) hingga Kamis (19/2). A k i b a t n ya , s e k i t a r 1 0 1 petani tambak udang dan ikan bandeng di Desa Berun dung mengalami kerugian Rp1,2 miliar. “Sekitar 121 hektare (ha) tambak udang windu dan bandeng berumur dua sampai tiga bulan milik warga diterjang banjir,” kata Kepala Desa Berundung, Sultan, di rumahnya, Kamis (19/2). Menurut dia, banjir yang merendam tambak siap panen akibat luapan sejumlah tanggul penangkis dan aliran su ngai yang tersebar di parit 5, 6, 7, 8, 9 dan parit 10 Desa Berundung. “Kerugian itu setelah dihitung akumulasi harga udang windu Rp120 ribu per kilogram dan bandeng Rp15 ribu kilogram,” kata Sultan. Selain tambak udang, pemantauan Lampung Post, Kamis (19/2), banjir juga kembali menjebol tanggul aliran sungai hingga menyebabkan
ratusan hektare sawah yang sempat dilanda banjir pada 8 Februari 2015 lalu kembali terendam. “Tanaman padi kembali diterjang banjir. Padahal, tanaman itu baru saja selesai kami sulami, setelah dilanda banjir dua pekan lalu,” kata Bagio, petani di Desa Pematangpasir, kemarin.
“
Kerugian itu setelah dihitung akumulasi harga udang windu Rp120 ribu per kilogram dan bandeng Rp15 ribu per kilogram. Sultan Kades Berundung
Ratusan Rumah Sementara itu, akibat meluap nya Way Sekampung disertai hujan deras sejak Selasa (17/2) malam, ratusan rumah dan puluhan hektare sawah di Desa Bandanhurip, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, terendam, Kamis (19/2). Ketinggian air mencapai 50 cm—60 cm dari permukaan jalan setempat. Yayah (41), warga setempat, mengatakan
kejadian itu terjadi sejak sepekan terakhir. Namun, air belum masuk ke permukiman warga. Sejak hujan lebat Selasa (17/2) malam, ketinggian air makin meningkat hingga merendam ratusan rumah dan puluhan hektare tanaman padi. “Banjir ini karena hujan lebat dan air Way Sekampung terus meninggi. Derasnya kiriman air dari Way Pisang menyebabkan air meluap dan masuk ke permukiman,” ujarnya, Kamis (18/2). Sementara itu, Penjabat Kepala Desa Bandanhurip Turhamun mengatakan dae rah itu memang merupakan langganan banjir setiap lima tahun sekali. Akibat banjir itu, sebanyak 180 rumah te rendam. Perinciannya, di RT 06 sebanyak 40 rumah, RT 07 (20), RT 08 (62), RT 09 (43), RT 10 (7), dan di RT 11 (8). “Awalnya, air tidak masuk ke permukiman. Tapi, setelah turun hujan terus-menerus, air menerabas hingga merendam enam RT di desa setempat. Yang jelas, data sementara, ada 180 rumah yang terendam,” kata dia. Selain itu, ujar Turhamun, banjir juga merendam lahan sawah seluas 600 ha. Namun, dari luas tersebut, lahan sawah yang sudah digarap dan ditanami padi seluas 80 ha. (*2/D1) aankridolaksono@lampungpost.co.id
n Dua Desa... Hlm. 22
PUNGUTAN liar (pungli) di jalan raya jelas sangat merugikan masyarakat pengguna jalan. Pungli akan menambah biaya perjalanan. Bagi pemerintah, pungli berdampak menurunkan minat investor. Pungli tidak dilakukan hanya aparat pemerintah. Kini masyarakat pun mulai melakukan pungli walau diduga ada juga oknum aparat yang melindunginya. Pungli di jalan lintas Sumatera, misalnya, kerap dikeluhkan para sopir truk yang mengangkut barang antarporvinsi. Para sopir meminta ada tindakan nyata dari aparat penegak hukum terhadap aksi yang merugikan itu. Selasa (17/2), Direktorat Lalu Lintas Polda Lampung pun menurunkan Patroli Jalan Raya untuk melakukan operasi di Kampung Tanjungratu, Way Pengubuan, Lampung Tengah. Dalam operasi itu, petugas mendapati sejumlah oknum masyarakat pelaku pungli. Aksi pungli itu diakui pelaku sebagai kompensasi keamanan bagi awak kendaraan berikut barang-barang yang mereka bawa. Bahkan, ada badan hukum yang dibentuk pelaku mengatasnamakan lembaga perusahaan. Perusahaan itu didirikan dengan dalih untuk membantu keamanan para sopir dan kendaraan bermuatan batu bara atau sayuran yang melintas. Para sopir berikut kendaraannya yang telah terdaftar akan dikenai biaya Rp5.000 dan dijamin keamanannya. Bagi yang belum terdata, pada kendaraan akan dibuatkan logo RMS dengan cat sebagai tanda. Selama dua tahun berope rasi, ada sedikitnya empat sampai enam orang berjaga di pos mereka secara bergantian (shif) setiap hari. Yang paling mengherankan polisi, pengelolanya mengklaim memiliki izin usaha dan kesepakatan dengan pengendara. Namun, operasi yang dilakukan polisi hanya sebatas pendataan dan memang didapat data keberadaan pelaku pungli. Enam pelaku sempat dibawa petugas ke pos pemeriksaan, tetapi kemudian dilepas lagi. Dalihnya, PJR Polda Lampung hanya mendata, urusan penindakan dilakukan aparat di wilayah kabupaten masing-masing. Jika hanya pendataan, bukankan sudah ada institusi sendiri yang bertanggung jawab, misalnya Badan Pusat Statistik (BPS). Tidak tahu dari mana datanya, tugas instansi teknis lain untuk menindaklanjuti. Salah satu institusi teknis yang bisa menindaklanjuti data BPS itu adalah kepolisian, terutama terkait data wilayah dan kepadatan penduduk, setidaknya untuk pemetaan kondisi sosial suatu wilayah. Sebab, hal itu terkait dengan stabilitas keamanan yang berhubungan langsung dengan tugas polisi. Boleh saja setiap instansi mencari data agar memperoleh data primer untuk menjalankan tugasnya. Namun, jangan sekadar data yang kemudian tindak lanjutnya tidak dilakukan. Akhirnya, kondisi keamanan tidak juga terjamin karena polisi hanya mendata pungli tanpa ada tindakan nyata. Masyarakat tentu berharap aparat keamanan benar-benar bertugas memberikan keamanan dan rasa aman agar dapat melakukan kegiatan produktif. Masih berkaitan dengan pungli, pemerintah juga perlu mencari akar masalahnya. Pungli tidak akan terjadi jika pemerintah mampu memberikan cukup lapangan pekerjaan dengan standar upah yang layak. Memberantas pungli tidak hanya bisa dilakukan satu pihak, tetapi secara bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat. n
oasis
Nama Layar dan Kencan Online NAMA layar yang diawali dengan huruf A sampai M memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan teman kencan dari online. Menurut penelitian dari Queen Mary University of London di Inggris, huruf pertama dalam nama layar sering diasosiasikan dengan ukuran keberhasilan, seperti pendapat an dan tingkat pendidikan. Untuk mendapatkan temuan, para peneliti menganalisis hampir 4.000 studi yang menyelidiki seni memikat dan persuasi. Hasilnya, peneliti menemukan nama layar yang berawalan A hingga M kerap lebih diprioritaskan mesin pencari. Sementara nama layar yang ada di paruh kedua alfabet, N hingga Z, sering hilang karena berada di urutan terbawah hasil pencarian mesin. Para peneliti juga menemukan orang lebih cenderung untuk menanggapi nama layar yang positif dan ceria, seperti Fun2bwith. Mereka juga menemukan laki-laki lebih cende rung tertarik pada nama pengguna yang menunjukkan daya tarik fisik, seperti Cute. Sementara wanita lebih tertarik pada nama pengguna yang menggambarkan kecerdasan, seperti Cultured. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal BMJ: Evidence Based Medicine. (MI/R6)
Sunyi Nasib Prasasti Palaspasemah RERIMBUNAN aneka tanaman keras di sekitar lokasi Prasasti Batu Bertulis, Desa Palaspasemah, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, itu sunyi, Kamis (19/2). Suara burung-burung liar terdengar nyaring mengisi udara kosong. Beberapa kecap suara orang di ladang berdialog seper lunya menyela. Selebihnya, suara sabit bergesek dengan gulma di tanah yang dimainkan Sahidin (50). Satu kompleks berpagar motif catur dengan cungkup di bagian te ngah dan bisa diakses melalui rabat paving block menjadi identitas lokasi itu. Di dalam bangunan terbuka dengan keramik putih itu bertakhta satu prasasti yang dilindungi kaca.
±
Batu Bertulis. Di tempat itu, Sahidin didaulat menjadi juru kunci. “Yang di sebelah sana juga dibersihin. Buang semua dedaunan yang runtuh. Setelah itu, dilantai jangan lupa dipel,” ujar dia kepada Sarlana (43), istrinya. Setiap pagi, Sahidin dibantu Sarlana (43) melakukan aktivitasnya sebagai pemelihara aset sejarah itu. Cangkul, arit, golok, sapu, serok, dan tong sampah adalah senjata andalannya. Hampir rutin, ia bekerja mulai sekitar pukul 06.30 hingga pukul 09.00. Selain itu, dia harus siap melayani setiap para wisatawan yang berkunjung. Pekerjaan fisiknya memang sederhana; cuma bebersih. Di balik itu, sang juru kunci harus paham
CMYK
sejarah dan pandai menceritakan riwayat Batu Bertulis itu bermula. Sahidin tidak khawatir dengan keselamatan prasasti itu secara fisik yang memang kurang mendapat perhatian. Sebaliknya, ia justru waswas jika nilai sejarah yang ada pada prasasti itu tidak menjadi pengetahuan dan dilupakan orang. Kepada Lampung Post, Sahidin meriwayatkan, Prasasti Batu Bertulis tersebut diawali dari kisah persahabatan antara dua pemuda yang memiliki latar belakang suku yang berbeda. Yakni, satu pemuda berasal dari Pagaralam, Sumatera Selatan, dan satunya lagi suku Sunda berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Keduanya tinggal di Desa Palas-
pasemah dengan keseharian mereka mencari ikan di Sungai Way Pisang. Pada Jumat, 5 April 1956, kata Sahidin, kedua pemuda tersebut mencari ikan di sungai. Namun, tiba-tiba perut sang pemuda dari Pagaralam mulas ingin buang hajat dan diantarkan pemuda suku Sunda. Ketika selesai buang hajat, pemuda tersebut terjatuh dari sebuah batu hingga tak sadarkan diri. “Saat diantarkan ke rumahnya, tanpa diduga pemuda dari Cirebon berteriak-teriak dengan nada suara yang berbeda. Orang tua kampung menyebutnya dengan istilah kerasuk an atau kesurupan makhluk halus,” kata Sahidin. (R6) n Armansyah
n BERSAMBUNG Ke Hlm. 5
±
±
n LAMPUNG POST/ARMANSYAH
BATU TULIS. Pengunjung mengunjungi objek wisata Batu Bertulis di Desa Palaspasemah, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, Kamis (19/2).
±
±