Lampung Post Edisi,jumat 18 Mei 2012

Page 1

±

±

CMYK

±

Terbit Sejak 1974 Sirkulasi: (0721) 788999 Layanan Umum: (0721) 783693 Iklan: (0721) 774111 SMS: 0815 4098 5000 Redaksi (0721) 773888 SMS: 0812 7200 999

www.lampungpostncom

jumat, 18 mei 2012

l No. 12439 l TAHUN XXXVII

DINAMIKA MASYARAKAT LAMPUNG

Terbit 28 Halaman

i HARGA ECERAN : Rp3.000 KURS

±

Aura Kasih ketagihan main sinetron... HLM. 16

Patung Raden Intan menghiasi kota... HLM. 3

Fabio Capello ingin melatih lagi... HLM. 17

Kopi pun jadi gaya hidup... HLM. 28

1 US$ Rp9.280

±

rabu, 16 mei 2012 SUMBER BI

Libur Panjang, Pelabuhan Merak-Bakauheni Padat

BURAS H. BAMBANG EKA WIJAYA

Pembatasan BBM Pakai HET Tak Adil!

±

“KEBIJAKAN pembatasan bahan bakar minyak (BBM) pakai harga eceran tertinggi (HET) tak adil karena semakin jauh warga tinggal dari sumber pasokan harus membayar lebih mahal!” ujar Umar. “Hal itu mendorong urbanisasi untuk menikmati fasilitas publik yang pelayanannya dibangun ‘terpusat’ hingga diskriminatif pada warga ‘pinggiran’ yang jauh dari pusat!” “Memang lucu, HET yang bertujuan menjaga agar harga naik terbatas, dalam prakteknya justru membenarkan kenaikan harga lebih tinggi pada daerah yang lebih jauh dari sumber pasokan sesuai tambahan biaya distribusinya!” timpal Amir. “Padahal, untuk keadilan pemenuhan kebutuhan rakyat yang strategis negara seharusnya menjamin semua warga negara mendapatItu yang diprotes kan harga yang sama di semua wilayah Tanah Air! Untuk itu peempat gubernur merintah mengatur subsidi silang ke Pusat terkait biaya angkutnya, bukan membekebijakan bankan pada rakyat yang terjauh dari sumber pasokan!” pembatasan BBM! “Itu yang diprotes empat gubernur Kalimantan ke Pemerintah Pusat terkait kebijakan pembatasan BBM!” tegas Umar. “Baru tersiar berita akan ada pembatasan saja, harga BBM di tempat yang jauh dari pasokan sudah melonjak tinggi, seperti di Lampung Barat dan Way Kanan! Apalagi setelah pembatasan berlaku jatah SPBU dikurangi 3% dan jatah pengecer jadi makin tak jelas hingga terjadi kekacauan supply-demand dalam mencukupi kebutuhan warga di kawasan ‘pinggiran’, harga pun tak lagi bisa dikendalikan dengan HET!” “Kendali HET buat BBM di daerah pedalaman akan sulit diterapkan—seperti HET minyak tanah yang sering dilanggar dulu—karena secara psikologis banyak hal dihembuskan membuat pembatasan BBM mencekam rakyat dalam kepanik­an, lebih-lebih yang jauh dari sumber pasokan!” timpal Amir. “Mulai sosialisasi Pemerintah Pusat yang mencemaskan kehabisan sumber BBM, diwarnai kepanikan (beneran) pemerintah hingga segala macam opsi diobral tapi dibatalkan, kemudian dramatisasi pelaksanaan pembatasan dengan pengurangan jatah SPBU sebelum bentuk pasti pembatasan pemkot dan pemkab diumumkan hingga SPBU dikerubuti antrean panjang! Semua hal membingungkan itu tak cukup, ditambah lagi pembatasan BBM pakai HET yang membenarkan harga lebih mahal dari semestinya!” “Begitulah kalang-kabutnya kebijakan, hingga dalam dialek Medan bisa dikatakan pemerintah terlalu banyak cengkunek!” tegas Umar. “Padahal negara lain yang tak punya sumber minyak, Laos, Kamboja, Filipina dan seterusnya, tak serepot kita! Itulah cengkunek, berbelit-belit akibat tak becus!” *** Add on: facebook.com/buraslampost

Follow on: @buraslampost

Oasis

Pensiun dan Karier Baru

±

BANYAK orang ingin melanjutkan karier baru setelah mereka pensiun. Hal itu terungkap dari survei lembaga penelitian Penn Schoen Berland (PSB) terhadap 253 orang berusia 44—70 tahun secara daring di AS. Dalam survei itu peneliti menemukan hampir sete­ ngah dari partisipan, 57%, ingin melanjutkan karier baru. Alasannya berbagai macam, baik pribadi maupun keuangan. Dari seluruh partisipan, ada 28% yang mengharapkan penerimaan berlebih, 28% mengejar mimpi dan berharap memiliki peran yang luas dalam pengambilan keputusan. Ada pula yang menga­ku pada panggilan keagamaan, yakni 12%. PSB juga menemukan bahwa tidak mudah bagi mereka untuk melanjutkan karier baru sehingga harus memiliki tabungan lebih. Tiga perempat dari partisipan menghabiskan waktu 6 bulan tanpa pekerjaan, lalu 34% menganggur 2 tahun. (MI/R-1)

n ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN

Puluhan kendaraan pribadi antre masuk feri saat menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, di Merak, Banten, Kamis (17-5). Sejak dua hari lalu, jumlah kendaraan yang melintas di Merak naik dari 1.200 unit menjadi 1.800 per hari, sedang jumlah pejalan kaki naik 3.200 orang menjadi 5.700 orang. PT ASDP Bakauheni juga mengoperasikan 25 feri untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan penumpang pada liburan panjang dan cuti bersama 17—20 Mei mendatang.

Pembatasan BBM Mendahului Pusat BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pemerintah Pusat belum mengeluarkan keputusan resmi soal pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun, sejumlah daerah dan pihak SPBU telah memulai pembatasan tersebut. Mulai Jumat (18-5), pembelian BBM bersubsidi jenis premium di Lampung Tengah (Lamteng) dibatasi maksimal 20 liter per hari untuk kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua maksimal 5 liter. Pembatasan pembelian juga diberlakukan pada solar. Untuk truk dibatasi 75 liter, sedangkan untuk roda empat jenis sedang 50 liter per hari. Pembelian dengan jeriken hanya untuk pengecer resmi— pengecer terdaftar dan memiliki kartu kendali yang dikeluarkan SPBU—sebanyak 35 liter. Di Lampung Timur, pihak SPBU 24.341.71 Labuhanratu membatasi pembelian untuk kendaraan roda dua maksimal Rp25 ribu dan untu k mobil pribadi maksimal Rp100 ribu. Jumlah pengecer di SPBU tersebut 70 orang dibagi dalam dua kelompok, masing-masing 35 orang. Setiap hari hanya 35 pengecer yang mendapat jatah maksimal 70 liter sehari. Pengaturan pembatasan di Lamteng tertuang dalam kese­ pakatan bersama antara Forum Koordinasi Pimpinan Dae­ rah (Forkopimda) dan seluruh penge­lola SPBU se-Lamteng di Polres setempat, Rabu (16-5).

Keput usa n bersa ma juga menga­tur maksimal lima penjual eceran untuk satu kampung atau kelurahan dengan jarak penjualan minimal 1 km dari lokasi SPBU. Untuk menyosialisasikan keputusan tersebut, setiap SPBU di Lamteng diharuskan memasang spanduk pemberitahuan. Yani, pengelola SPBU Wates, menga­takan menyetujui kesepakat­ an pembatasan tersebut. Kendalanya, ujar Yani, banyak pembeli dengan jeriken tidak mau diatur. “Bahkan para pembeli sering membawa sajam. Kami takut juga kalau mau mengatur mere­ ka. Kami sih maunya aman dan tertib,” ujarnya, Kamis (17-5). Amankan SPBU Untuk menjaga keamanan, Kapolres Lamteng AKBP Hery Set yanto mengata kan pembatasan pembelian dilakukan mengingat antrean terus terjadi di sejumlah SPBU, dan SPBU sering kehabisan stok. Ia mengaku akan menurunkan dua hingga tiga petugas bersera­ gam di tiap SPBU di Lamteng. “Kami sesuaikan dengan keramai­ an di SPBU. Tapi itu di luar yang tidak berseragam,” kata dia. Hal senada diakui pengelola

SPBU 24.341.71 Labuhanratu, Suprianto. Menurut dia, SPBU-nya sering kehabisan stok karena membeludaknya antrean kendaraan yang hendak mengisi BBM. Pengiriman BBM dari Pertamina Panjang, ujarnya, masih normal, yaitu rata-rata 30 ribu liter/hari, tetapi pihak SPBU sering kehabisan BBM. Terlebih, SPBU yang ada di Kecamatan Way Jepara sudah sepekan lebih tutup. Suprianto juga mengaku masih memberi toleransi untuk sejumlah kendaraan. “Kalau mobilnya dalam perjalanan jauh kami beri kebijakan untuk memenuhi tangkinya,” kata dia kemarin. Pengecer bensin di Kecamat­ an Brajaselebah, Marjuni (40), menga k u ter pa k sa menjua l premium Rp7.000/liter dengan alasan susah mendapatkan barang dagangan tersebut. Untuk mendapatkan premium, ia mengaku harus rela menunggu berjam-jam. Itu pun dalam dua hari ia hanya mendapat jatah 70 liter. “Kalau bensin datangnya pagi, sekitar pukul 14.00 kami baru dapat bensin. Kalau datangnya sore, baru pukul 20.00 kami mendapatkan bensin,” kata dia. Karena itu, menurut Marjuni, wajar dia menjual Rp7.000/liter atau lebih tinggi Rp1.500 dari harga di SPBU yang hanya Rp4.500/ liter. “Kami mau saja mengambil untung Rp500 jika SPBU mau melayani pengecer di atas 200 liter,” kata dia. (HER/TOR/GUS/R-2) PENGUMUMAN ...Hlm. 5

KASUS KORUPSI

Surat Belum Terbit, Andy Memilih di LP

±

n LAMPUNG POST/ISKANDAR Z.

DIJENGUK KERABAT. Andy Achmad Sampurna Jaya (kanan) dijenguk Kombes Pol. Edward Syah Pernong (kiri) di LP Rajabasa, Rabu (16-5). BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kendati surat eksekusi vonis Mahkamah Agung (MA) belum diterimanya, mantan B u p at i L a m pu n g Te n g a h (Lamteng) Andy Achmad Sampurna Jaya memilih untuk menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Rajabasa, Bandar Lampung. “Petugas LP hingga hari ini (Rabu, red) menunggu surat resmi MA. Sipir bingung karena LP harus melengkapi data seperti petikan putusan vonis,” kata Andy Achmad kepada Lampung Post di LP Rajabasa, Rabu (16-5). MA menjatuhkan pidana penjara 12 tahun dikurangi masa tahanan, dengan perintah agar terdakwa Andy Achmad tetap ditahan dan denda Rp500 juta subsider 6 bulan penjara, serta uang pengganti Rp20,5 miliar (bukan Rp2,5 miliar seperti ditulis Lampung Post edisi Selasa, 15-5). Walaupun surat eksekusi belum diterima, kata pelantun Lampung Tanah Lado, dia sudah siap

dan ikhlas menjalani hukuman. Dia berpesan kepada keluarga besar, termasuk anak dan istrinya, bahwa putusan MA dan menjadi penghuni LP adalah “maskawin” yang harus dibayarnya. Sejak menyerahkan diri Senin lalu hingga kemarin, sejumlah kerabat dekat menjenguknya. Rabu siang lalu, Andy yang mengenakan baju kaus putih dijenguk mantan Kapolwil Semarang Kombes Pol. Edward Syah Pernong dan Ketua Partai Nasional Republik (Nasrep) Lampung Darusalam. Banyak hal diceritakan Andy kepada Edward yang kini salah seorang pejabat di Akademi Kepolisian (Akpol). “Saya menjunjung tinggi penegakan hukum, Pun (sapaan Edward), termasuk eksekusi,” ujar Andy. Begitu juga Edward berpesan agar Andy menarik hikmah dari perjalanan hidup manusia. “Kanjeng (panggilan Andy) harus bersabar dan berbesar hati,” kata dia yang menjenguk Andy selama 30 menit. (IKZ/U-2)

MESUJI (Bagian 2)

Sungai pun Urat Nadi Perekonomian DULU, wilayah Mesuji hanya bisa dijangkau dengan alat transportasi melalui air. Sedangkan melalui darat baru dikenal sejak 1980-an, seiring masuknya transmigran dan mulai diterapkannya kawasan hutan tanaman industri (HTI), serta dibukanya perusaha­ an-perusahaan perkebunan. Sejak itulah penduduk asli Mesuji, yang selama itu mendiami kawasan perairan dan pinggirpinggir sungai, mulai mengenal transportasi darat. Sumber kehidupan warga asli Mesuji juga berubah dari pencari ikan kemudian sebagian menjadi petani. “Dulu, kami ke mana-mana

±

CMYK

naik perahu. Malah kami sering ke Jakarta pakai perahu untuk jual kayu,” kata Mang Otong (53), warga asli Kampung Cambai. Menurut Mang Otong, perjalanan ke Jakarta memakai kapal kayu bermesin diesel membutuhkan waktu sehari semalam. Sungai merupakan urat nadi perekonomian saat itu. Sungai juga yang kini menjadi batas-batas wilayah kecamatan. Dari tujuh kecamatan, semuanya dilalui sungaisungai yang membentang selebar lebih dari 100 meter. Bahkan perbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, juga ditandai dengan sungai.

±

Ada tiga sungai besar yang melintas, yakni Sungai Mesuji, Sungai Buaya, dan Sungai Gebang. Selain itu, ratusan anakanak sungai yang membelah dan membentuk kontur Mesuji menjadi daratan dan tanah rawa. Warga asli Mesuji sendiri mengaku tidak termasuk ke dalam rumpun suku Lampung maupun rumpun suku Ogan. Dialek Mesuji juga khas, yang sangat berbeda de­ ngan dialek bahasa Lampung maupun Ogan. “Orang Mesuji masuk rumpun Pegagan,” kata Zulkarnaen Zubairi, seorang budayawan Lampung. (KRISTIANTO/R-2) DEKAT...Hlm. 24

±

±


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.