±
±
CMYK
± facebook.com/lampungpost @lampostonline @buraslampost
I
24 Hal. Senin 5 jANUARI 2015
TERUJI TEPERCAYA
i TAHUN XL Terbit Sejak 1974 i Rp.3000 No. 13363
www.lampost.co
±
±
Pasien RSUDAM Pulang Naik Gerobak WINDA Sari (25), seorang pe mulung, harus pulang dari RSUDAM menggunakan ge robak rongsok, Minggu (4/1). Gerobak itu ditarik Sagimin (38), suaminya, dibantu Yuli, sesama pemulung, karena mereka tidak mampu me nyewa mobil. Ditemui Lampung Post di pinggir Jalan Teuku Umar, Ban dar Lampung, Sagimin istirahat sambil berpikir bagaimana na sib istrinya itu. “Saya bingung, Mas. Rumah enggak punya. Biarin aja saya rawat seperti ini di pinggir jalan,“ kata dia, sambil tertunduk lemas. Ia mengatakan Winda per nah menjadi korban tabrak lari dan luka di kedua kakinya. Setelah sembuh, tidak tahu kenapa kakinya jadi lemah. “Enggak tahu, mata kakinya kok bolong, jadi enggak bisa jalan,“ kata lelaki yang biasa disapa Gimin itu. Ia menceritakan sepekan lalu ia bingung mau membawa istrinya ke rumah sakit. Sebab, mereka tidak punya sepo tong surat identitas apa pun. Namun, ia nekat membawa Winda ke Rumah Sakit Abdul Moeloek dan mendapat pera watan di Ruang Anyelir. Setelah lima hari dirawat, pihak rumah sakit mengan jurkan pulang. Padahal, kata Gimin, kondisi Winda justru lebih buruk dari saat masuk. “Ya, kami disuruh pulang, ya gimana lagi,” kata Gimin. Sementara itu, dua perawat di Ruang Anyelir RSUDAM mengungkapkan pasien terse but sudah sehat dan diper bolehkan pulang. “Ya, kalau mereka pulang naik gerobak, itu kan urusan mereka,” ujar perawat yang enggan menye butkan namanya. Mereka membantah tuduhan suami pasien yang mengatakan istrinya tidak dirawat dengan baik, tidak diobati, dan jarang diberi makan. “Suaminya kan kalau ke sini cuma malam saja. Yang tahu ya kami di sini setiap hari,” kata perawat itu. Pemantauan Lampung Post, Winda yang duduk dalam ge robak di pinggir Jalan Teuku Umar tidak bisa berbicara. Tu buhnya lemas, sulit membuka mulut, dan kedua kakinya terbalut perban. (*4/K1)
±
TAJUK
Bangun Pariwisata
n LAMPUNG POST/DENY ZULNIYADI
PULANG DENGAN GEROBAK. Winda Sari (25), seorang pemulung, korban tabrak lari, akan dipindahkan ke gerobak saat pulang dari RSUDAM, Minggu (4/1) sore. Winda Sari terpaksa harus pulang menggunakan gerobak ditarik oleh suaminya, Sagimin (38), karena tak mampu untuk menyewa mobil untuk membawanya.
Kemendagri Warning Bahas APBD Lampura Permintaan ketiga fraksi itu di luar batas kewajaran, padahal eksekutif siap mengakomodasi keinginan mereka. FAJAR NOFITRA
D
IRJEN Keuangan Ke menterian Dalam Negeri (Kemendagri) memberi batas waktu 15 hari kepada eksekutif dan legislatif untuk melakukan pemba hasan ulang APBD Lampung Utara, terhitung Jumat (2/1) hingga Kamis (17/1). Jika tidak diindahkan, se gala bentuk keuangan untuk pejabat Pemkab setempat akan disetop selama enam bulan dan anggaran Rp200 miliar tidak bisa digunakan untuk pembangunan. Kepala Dinas Pengelo laan Pendapatan, Keuangan, dan Aset Daerah (DP2KAD) Lampura Budi Utomo, usai melakukan konsultasi ke Ke mendagri, melalui ponselnya, Minggu (4/1), mengatakan Pemerintah Pusat meminta adanya pembahasan ulang APBD. Hal itu dilakukan ka
rena menyangkut nasib rakyat Lampura selama satu tahun ke depan. “Kemudian, Pemkab Lam pura diinstruksikan melaku kan komunikasi dengan Ke mendagri terkait akan dikelu arkannya perbup oleh kepala daerah pada Jumat (2/1),” kata Budi. Setelah melakukan kon sultasi dengan Gubernur, kata Budi, dia diinstruksi kan untuk mengomunikasi k a n nya m a s a l a h ko n f l i k pembahasan APBD 2015 ke Kemendagri. “Pada dasarnya kami siap menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang tidak me nyetujui pengesahan RAPBD. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran para jajaran Pem kab Lampura saat sidang pembahasan. Namun, para wakil rakyat terhormat itu masih saja berkeras dengan pendirian mereka.”
Tidak Bisa Dipenuhi Ketua Fraksi Gerindra DPRD Lampura Helda Maria menga takan pihaknya menyambut baik jika pihak eksekutif ber sedia membahas ulang APBD 2015. Apalagi, sudah ada peringatan dari Kemendagri untuk membahas ulang ang garan 2015 itu.
“
Ini kan tidak. Tentu hal ini tak bisa dipenuhi pemerintah. “Pada intinya, kami tiga fraksi (F-Gerindra, F-PDIP, dan FDemokrat) menyambut baik ke inginan Pemerintah Pusat demi kepentingan masyarakat Lam pura, asalkan melalui prosedur yang benar,” kata dia. Ketua Partai Demokrat Lam pura M. Yusrizal, yang juga ketua DPRD II DPRD setempat, saat dihubungi nomor ponsel nya sedang tidak aktif. Di lain pihak, sumber Lam-
pung Post, yang tak mau na manya disebut, mengatakan pada dasarnya eksekutif siap mengakomodasi segala keingin an ketiga fraksi di DPRD Lam pura yang tak mengakui APBD 2015. Namun, hal itu jika masih dalam batas kewajaran yang dapat diterima akal sehat. “Ini kan tidak. Mereka me minta imbalan agar anggaran untuk kesejahteraan rakyat itu dapat disahkan. Tentu saja hal ini tak bisa dipenuhi pe merintah,” kata sumber itu. Terkait adanya pemotongan dana alokasi khusus (DAU) bila sampai perbup dikeluarkan, dia menjelaskan dalam UU No. 23/2014 tidak ada aturan se perti itu. Namun, penambah an dalam APBD 2015 sebesar Rp200 miliar akan hilang de ngan sendirinya. Sementara itu, pejabat dae rah akan diberhentikan segala hal menyangkut keuangannya, mulai dari gaji pokok sampai tunjangan-tunjangan selama enam bulan ke depan. (LEH/D1)
PERKEMBANGAN pariwisata lebih sering ditandai dengan ukuran jumlah wisatawan serta jumlah pertumbuhan fasilitas akomodasi dan konsumsi seperti hotel dan restoran. Namun, pertum buhan sarana-prasarana kepariwisataan itu belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Realitanya, penggunaan standar internasional pada sarana akomodasi dan konsumsi, baik dari aspek penggunaan bahan baku maupun tenaga kerja, menjadikan pelibatan masyarakat dan penggunaan produk lokal menjadi terabaikan. Tenaga kerja sektor pariwisata lebih banyak diambil dari luar daerahnya. Begitu juga dengan penggunaan bahan baku dan fasilitas hotel yang masih diimpor dari negara lain. Tanpa terasa terjadi kebocoran devisa melalui pariwisata. Karena itu, data hunian hotel di Lampung menjelang akhir tahun tidak terlalu signifikan untuk melihat perkembangan pariwisata Lampung. Seperti diberitakan harian ini, momen tum pergantian tahun 2015, Lampung pun mampu menun jukkan diri sebagai salah satu daerah yang menjadi destinasi wisata pergantian tahun. Terbukti, tingkat hunian kamar sejumlah hotel berbintang di Bandar Lampung menyambut pergantian tahun penuh sejak 27 Desember 2014. Setiap hotel memanfaatkan momentum pergantian dengan menggelar berbagai acara meriah, sehingga mampu mengge rakkan kaki wisatawan untuk menyaksikannya walau di te ngah guyuran hujan. Pantas saja, terjadi peningkatan hunian kamar hotel yang mencapai di atas 50% dari hari biasanya. Pengunjung paling banyak berasal dari Jakarta yang meme san kamar selama satu pekan sebelum malam pergantian tahun. Mereka memenuhi sekitar 98% dari 1.025 kamar dari berbagai tipe hotel mulai bintang tiga hingga bintang lima. Begitu juga sejumlah objek wisata, yang membuat pe ngunjungnya larut dalam suasana pengantian tahun. Selain di hotel-hotel yang menyajikan beragam sajian menarik, arena-arena hiburan pun memberikan pergelaran acara yang menarik. Mereka bahkan mengundang sejumlah artis Ibu Kota untuk menghibur pengunjung taman hiburan. Lampung memang mempunyai lokasi strategis untuk mem buatnya menjadi destinasi baru wisatawan utnuk merayakan malam pergantian tahun. Selain faktor kedekatan jarak dan kemudahan akses dari Ibu Kota. Sayangnya, perkembangan wisata ini hanya sasaat karena pergantian tahun. Kalau hanya begini cara Lampung mengem bangkan pariwisatannya, sungguh tidak akan mampu men dongkrak pendapatan daerah dari sektor pariwisata secara signifikan, apalagi hendak meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat Lampung. Pembangunan industri pariwisata harus dilakukan secara bersama-sama dengan pengembangan di sektor lain seperti memperbaiki infrastuktur, memuliakan kesenian dan seni man, menguatkan kebudayaan lokal, serta memberdayakan masyarakat setempat. Karena itu, kita berharap gejala baik semacam peningkatan jumlah hunian hotel bisa menjadi motivasi bagi Pemprov Lam pung dan para pihak untuk menggerakkan dunia pariwisata daerah ini dengan cara-cara yang lebih kreatif. Dengan begitu, peningkatan pariwisata bukan sekadar angka hunian hotel, me lainkan secara riil dapat dirasakan masyarakat bagi perbaikan ekonomi mereka. n
±
Shaheer Sheikh-Ayu Ting Ting Hanya Berteman... Hlm. 16
fajarnofitra@lampungpost.co.id
kolom pakar
±
Prospek dan Tantangan Demokrasi di Lampung PROSES demokrasi di daerah telah memberi ruang bagi kekuatan politik lokal, se perti elite partai, pengusaha, pejabat daerah, dan tokohtokoh lokal, untuk saling berebut pengaruh dalam memperoleh kekuasaan dan sumber daya dalam arena pemilihan kepala daerah atau pemilu legistatif. Sementara kekuatan gerakan sipil juga cukup memberi warna dalam me
±
mengaruhi proses pembuat a n ke b i j a k a n d i d a e r a h . Fenomena tersebut meru pakan buah dari kebebasan berserikat, kebebasan me nyampaikan pendapat, ke bebasan berkumpul, dan aktualisasi hak-hak politik rakyat. Namun, dalam prak tiknya, perkembangan demokrasi di Lampung cenderung tidak meng alami perubahan signifi
CMYK
Syarief Makhya
n lampung post/dok.
Pengajar Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung
kan, dalam pengertian bah wa problem-problem men
d a s a r ( c r u c i a l p ro b lems) dalam berdemokrasi belum bisa diatasi efektif. Problem mendasar terse but antara lain merebaknya praktik politik uang dalam pemilihan kepala daerah dan pemilu legislatif, munculnya praktik politik kekerabatan (nepotisme), pemanfaatan jaringan birokrasi dalam memobilisasi dukungan terh adap kandidat kepala daerah tertentu, dan adanya
±
±
premanisme politik. Kemudian, moralitas pe nyelenggara pemilu yang tidak terjaga, proses pem buatan kebijakan yang eli t is , adanya pe ng abaian hak-hak politik terhadap kelompok masyarakat mar ginal, serta persaingan poli t i k ya n g t e r b a t a s , ya i t u didominasi para politikus, pengusaha, dan pejabat birokrasi.
BERSAMBUNG KE HLM. 4
±