Sirkulasi: (0721) 788999 Layanan Umum: (0721) 783693 Iklan: (0721) 774111 SMS: 0815 4098 5000 Redaksi (0721) 773888 SMS: 0812 7200 999
@lampostonline, @buraslampost
www.lampost.co
Sabtu, 29 november 2014
T E R U J I T E PERC AYA
facebook.com/lampungpost
24 Hal.
No. 13329
i TAHUN XL
Terbit Sejak 1974
Rp3.000
TA JUK
Rukun dalam Pluralitas
n LAMPUNG POST/HENDRIVAN GUMAY
KONSER CLASOUNDSATION. Maliq D’Essential membawakan lagu-lagu hitnya saat menghibur penonton pada konser Clasoundsation, di Graha Balai Krakatau, Bandar Lampung, Jumat (28/11) malam. Konser tersebut juga menghadirkan Sandy Sondoro.
Dua Jam Penuh Gairah Bersama Sandy dan Maliq Dua Warga Bentrok Anaktuha Ditahan
Rusuh Berakhir
MUSISI Sandy Sondoro dan Maliq D’Essential memeriahkan Clasoundsation Lampung. Ribuan penonton memenuhi Balai Krakatau, Kamiling, Bandar Lampung. Penuh gairah, mereka menikmati dua jam perunjukan musik yang berlangsung Jumat (28/11) malam. Sandy Sondoro, musisi yang khas dengan gitar akustiknya, menyumbang 13 lagu dalam satu jam pertama. “Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu/kini kau telah menghilang jauh dariku/semua tinggal cerita antara kau dan aku,” Sandy berdendang. Teriakan penonton mengikuti gerak mulut Sandy. Tembang Tak Pernah Padam yang cukup populer di kalangan remaja itu menjadi pembuka pertunjukan. Sandy terlihat elegan dengan kemeja putih yang dipakai setengah lengan plus rompi krem dan celana hitam. Di satu sudut tempat pertunjukan, Ayu, remaja penggemar Sandy Sondoro, asal Kedaton, berteriak penuh semangat kala intro lagu berikutnya dimulai. “Lagu Bulan Biru paling suka,” ujarnya dengan mata berbinar. Benar saja, salah satu andalan Sandy itu menjadi lagu keempat pertunjukkannya. Memasuki satu jam berikutnya, band Maliq D’Essential menyajikan nuansa musik berbeda. Di tiga lagu awal, seperti fireworks, alat musik terompet mendominasi pementasan. Band ini tampil lengkap dengan dua backing vokal, drum, piano, terompet, gitar, dan gendang. Tempo lagu cepat dan tinggi adalah ciri khas band ini, termasuk tembang Musik Pop dalam album baru mereka yang juga dijajal dinyanyikan dengan speed tinggi dalam konser ini. (S3) n Dian Wahyu Kusuma
Dua warga Dusun I yang diduga menjadi penyebab kerusuhan sudah dibawa ke Polda Lampung dan akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Wahyu Pamungkas
P
EMERINTAH Kabupaten Lampung Tengah, aparat keamanan, dan sejumlah tokoh masyarakat berhasil mendamaikan warga dua dusun yang bertikai di Kampung Tanjungharapan, di SDN 1 Anaktuha, Jumat (28/11). Beberapa poin perdamaian yang disepakati di antaranya kedua warga berjanji tidak saling serang. “Pihak mana pun yang menyerang setelah kesepakatan damai ini akan diproses secara hukum. Persoalan hukum akan diselesaikan secara hukum,” kata Bupati Lamteng Achmad Pairin, kemarin. Danrem 043/Gatam Kolonel Winarto mengimbau agar warga menanggapi informasi atau isu-isu yang ada dengan kepala dingin. Jika semua memiliki niat baik, semua akan berakhir baik. “Secara umum, kami akan bantu melaksanakan apa yang disepakati. Untuk kegiatan rehabilitasi, mari lakukan bersama TNI dan Polri,” kata dia. Sementara itu, Wakil Bupati Lamteng Mustafa mengatakan sejak perdamaian itu tak ada lagi yang mengedepankan isu ras, agama, dan suku. “Tak boleh ada lagi perbedaan-
perbedaan soal itu. Sore ini kita sepakat damai,” kata dia. Menurut Mustafa, Pemkab Lamteng akan mengupayakan bantuan bagi rumah-rumah warga yang rusak. Selain itu, mulai Jumat (29/11) akan dibangun tenda-tenda logistik untuk membantu pengungsi. “Cukup ini saja. Jangan sampai terjadi lagi!”
S
emua yang bersalah akan ditangkap dan diproses hukum. Mari kita sama-sama bertindak sesuai hukum dan aturan yang berlaku.
Musyawarah Damai Sementara itu, Kapolda Lampung Brigjen Heru Winarko, diwakili Karo Ops. Kombes Sahimin Zainudin, mengatakan dua warga Dusun I yang diduga menjadi penyebab kerusuh an itu sudah diamankan di Polda Lampung. Keduanya adalah HAS (50) dan SAP (20), anaknya. Dia juga mengatakan kerusuhan semacam itu seharusnya tak perlu terjadi, terlebih hanya gara-gara isu yang tak jelas. Soal dua warga Dusun I yang menyebabkan terjadinya bentrok, polisi akan memeriksanya sesuai prosedur. Dua orang sudah kami bawa ke Polda Lampung untuk proses pe-
meriksaan. “Kalau memang sumber isu itu bersalah, akan kami proses,” kata dia. Sahimin mengimbau agar semua warga Tanjungharapan bertindak sesuai hukum. Siapa pun yang bersalah di mata hukum, harus menanggung konsekuensinya. “Semua yang bersalah akan ditangkap dan diproses hukum. Mari kita samasama bertindak sesuai hukum dan aturan yang berlaku.” Musyawarah perdamaian yang sedianya digelar pukul 14.00 baru bisa digelar sekitar pukul 15.00. Hal itu karena tak satu pun perwakilan dari Dusun II datang ke lokasi pertemuan di SDN 1 Anaktuha. Data terbaru, dari penghitung an pihak yang berwenang, total rumah yang rusak di Dusun I dan II sebanyak 94. Sebelumnya, diketahui rumah yang rusak di Dusun II akibat serangan Kamis (27/11) sore, sebanyak 50 rumah. Dengan demikian, rumah rusak di Dusun I, pascaserangan Kamis (27/11) malam, sebanyak 44 unit. Sekitar 2.500 personel gabungan dari TNI dan Polri masih terus berjaga di lokasi. Beberapa warga mulai mendatangi rumah mereka yang terbakar. Namun, belum melakukan aktivitas untuk memperbaiki. Kehadiran aparat keamanan menghadirkan suasana kondusif. Tidak ada riak-riak konflik lanjutan di lokasi. (D1)
wahyu@lampungpost.co.id
WARGA DUA... hlm. 19
Pertikaian, Duka Warga yang Tak Tahu Apa-Apa DUSUN II Tanjungrejo, Kamis (27/11), sekira pukul 15.00. Nartiyem (51) bersama anak dan cucunya memilih berada di dalam rumah. Tidak seperti biasanya, jalan di depan rumahnya terasa sibuk. Konvoi beberapa sepeda motor terlihat bolak-balik. Selain menggebergeber mesin, penumpangnya kerap bersuara keras bernada emosi. Beberapa di antaranya menyandang senjata tajam. Firasat janda ini nyata. Beberapa saat kemudian, ia mendengar teriakan dan massa beringas mengamuk, merusak, dan membakar rumah-rumah. “Saya dan anak-anak langsung lari lewat belakang, ke sini,”
kata buruh tani itu menceritakan drama kerusuhan itu di pengungsian di Kampung Sumbersari, Padangratu, 6 kilometer dari rumahnya, Jumat (28/11). Rumah semi permanen yang ia tinggalkan menjadi satu dari 95 rumah yang terbakar pada tragedi itu. Ia bingung memikirkan langkah untuk bisa mengembalikan rumah peninggalan almarhum suami nya seperti sedia kala. “Enggak tahulah, Mas. Saya ini cuma buruh tani, tidak pasti setiap hari ada buruhan. Untuk bisa makan saja sudah alhamdulillah. Kalau untuk bangun lagi rumah itu, ndak tahu bisa dapat uang dari mana,” kata dia.
Matanya masih sembab pertanda menahan kantuk berat. Ia dan ratusan pengungsi lain yang menumpang di rumah kerabatnya memang sudah aman di sini sejak sore. Tetapi, rasa waswas dan trauma mendalam membuat mereka tak bisa memejamkan mata. Kerusuhan yang membuat massa Dusun I dan Dusun II berhadap -hadapan itu berkepanjangan sampai semalaman. Massa saling serang dengan aneka senjata. Beberapa orang terluka dan harta benda ludes sia-sia. Seperti Nartiyem, ratusan orang lainnya juga menjadi korban. Begitu banyak yang
tak tahu apa-apa tentang hal yang disengketakan, tetapi harus menanggung kerugian materi dan mental. Jumat pagi (28/11), Joni (37), warga Dusun II Tanjungharapan terlihat tegang di depan rumahnya yang gosong. Bukan cuma rumah yang hangus, mobil yang diparkir di garasi juga jadi besi tua. Joni mengatakan mendengar desas-desus dusunnya akan diserang, ia segera mengungsikan istri dan anak-anaknya ke tempat yang aman. Namun, ia tak sempat membawa barang berharga, termasuk mobilnya. “Ini menjadi pelajaran bagi saya dan kita semua.”
Meskipun masih terbawa pikiran panas, kehadiran lebih dari 2.000 aparat, terdiri dari Polri dan TNI, berhasil menenangkan suasana. Pendekatan persuasif yang dilakukan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Tengah yang didampingi Danrem dan Kapolda mengantar kedua pihak di meja musyawarah damai. Namun, aparat tetap bersiaga. Mereka dari kesatuan TNI AD dari Batalion Infanteri Candimas, TNI AL, Korps M a r i n i r, B r i m o b T u l a n g bawang, Lampung Timur, dan Natar, Dalmas, Sabhara, juga personel Polres, Polda, dan Polsek. Damailah saudaraku! (R6) n Wahyu Pamungkas
SULIT memahami mengapa terjadi kerusuhan atau amuk massa. Namun, realitas inilah yang berulang terjadi. Alasan-alasan yang muncul terkadang sepele. Penyebab kejadian dan akibatnya selalu tidak sebanding. Kerugian materi dan jiwa terlalu mahal hanya untuk menebus masalah sepele. Masalahnya memang bukan untung-rugi. Orang yang terlibat tidak pernah berpikir ke sana. Mereka dihinggapi pemikiran kolektif yang tidak rasional. Tentu saja kami tak bisa begitu saja menghakimi pihak yang terlibat kerusuhan. Tindakan yang tergesa-gesa dilakukan ter hadap mereka sama tidak rasionalnya dengan mereka. Kerusuhan yang melibatkan dua kelompok biasanya didukung oleh adanya stereotip oleh kelompok masingmasing. Mereka mengacaukan nalar antara konflik pribadi dan relevansinya dengan asumsi, kecurigaan, serta kebencian-kebencian kolektif yang tanpa dasar. Kerusuhan pun berulang. Kita kembali berduka. Bentrokan meletup antarwarga Kampung Tanjungharapan, Kecamatan Anaktuha, Kabupaten Lampung Tengah, pada Kamis (27/11) sore. Sedikitnya 50 rumah warga Dusun 2 Tanjungrejo di kampung itu ludes dibakar massa. Belum lagi jelas mengapa warga memilih jalan kekerasan ketimbang cara-cara yang lebih beradab. Semua masih berupa prasangka-prasangka. Kabar yang beredar, kerusuh an dipicu dua remaja warga dusun I yang tidak pulang ke rumah setelah pergi ke Dusun II menggunakan sepeda motor. Masih juga berupa dugaan, kedua remaja itu menjadi korban amuk massa atas dugaan pencurian di Dusun II. Apa yang sebenarnya terjadi belum pasti. Kedua remaja belum diketahui keberadaannya. Namun, api amarah massa telanjur tersulut dan membakar sekelilingnya. Untunglah keadaaan di Kampung Tanjungharapan kini mulai tenang. Puluhan tokoh telah mengupayakan perdamaian di antara warga yang berkonflik. Kita berharap kasus ini cepat selesai dan pihak-pihak yang bersalah harus bertanggung jawab secara hukum. Tugas aparat keamanan semestinya tak hanya memadamkan kerusuhan dan gejolak sosial yang terjadi. Melalui operasi intelijen, aparat semestinya bisa mendeteksi dini potensi amuk massa dan meredam gejolak sosial itu sebelum pecah. Tugas kepala daerah juga sangat diperlukan. Bersama tokoh masyarakat, kepala daerah semestinya berupaya bagaimana mendinginkan massa yang beringas dan mudah disulut emosinya. Setelah ini, kita berharap agar ada mekanisme sosial yang diciptakan untuk membangun kerukunan hidup antarmasyarakat di daerah ini yang pluralistik. Kita tidak ingin terus-terusan berada dalam situasi rawan konflik. Kita tidak bisa membangun peradaban dengan kekerasan. Sebab, kekerasan justru akan melahirkan kekerasan baru. Betapa indahnya Negeri Ujung Pulau yang multikultur ini jika dirajut dengan kebersamaan, kerukunan, dan penghormatan terhadap sesama. n
Pelatih Wirausaha Satu Juta Siswa...
Hlm. 16
oasis
Film Aksi dan Obesitas STUDI terbaru yang dipublikasikan dalam JAMA Internal Medicine mengatakan menonton film aksi memengaruhi obesitas se seorang. Menurut para peneliti dari Universitas Cornell Amerika Serikat, orang mengudap jauh lebih banyak selama film aksi ketimbang saat menonton film bergenre lainnya. Para peneliti mengatakan menonton televisi sambil mengudap karena mereka tidak menyadari berapa banyak yang mereka makan. Studi dilakukan dengan menempatkan 94 siswa sebagai objek penelitian. Seluruh siswa diberi mangkuk cokelat, biskuit, wortel, dan anggur lalu diminta menonton televisi. Para ilmuwan kemudian membandingkan berapa banyak makanan yang dikonsumsi selama film aksi. Hasilnya, para siswa memakan dua kali lebih banyak makanan dan mengonsumsi 65% lebih banyak kalori selama film aksi. Perbedaan tersebut terlihat lebih jelas pada pria daripada wanita. (MI/U1)