±
±
CMYK
± facebook.com/lampungpost @lampostonline @buraslampost
I
24 Hlm. selasa 20 jANUARI 2015
TERUJI TEPERCAYA
i TAHUN XL Terbit Sejak 1974 i Rp.3000 No. 13378
www.lampost.co
±
±
TAJUK
Bencana Lingkungan
n LAMPUNG POST/SUDIONO
ANTRE PREMIUM. Sejumlah pengendara antre membeli premium di SPBU Pringsewu, Senin (19/1). Sebagian besar pengendara sengaja mengisi BBM menunggu harga premium turun menjadi Rp6.600 per liter sehingga mengakibatkan antrean panjang di sejumlah SPBU.
RDKK Fiktif Modus Selewengkan Pupuk
±
±
KOMISI II DPRD Lampung Tengah menilai ketidakjelasan keanggotaan petani yang terdaftar dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK), kurangnya jatah pupuk diban ding kebutuhan, dan minimnya pembinaan kelompok petani penerima pupuk bersubsidi menjadi akar permasalahan yang tidak kunjung selesai. Ketua Komisi II DPRD Lamteng I Kadek Asian Nafiri, Senin (19/1), usai rapat dengar pendapat dengan distributor pupuk subsidi se-Lamteng, mengatakan banyak petani tidak tahu dirinya terdaftar dalam RDKK sehingga mereka tak menebus pupuk subsidi yang menjadi haknya. Bahkan, banyak yang mengaku tidak merasa sebagai anggota kelompok. Hal ini, menurut Kadek, membuktikan RDKK yang menjadi pedoman pendistribusian pupuk subsidi tidak jelas. Bahkan, RDKK itu berpotensi menjadi modus penyelewengan pupuk subsidi. “Mereka yang memang berhak tidak tahu kalau terdaftar. Akhirnya, petani tidak menebus dan pupuk dijual kepada petani lain yang tak terdaftar. Atau bisa juga hanya nama petani yang dicantumkan tanpa sepengetahuannya,” kata Kadek. Persoalan lain, ujar dia, kurangnya kuota pupuk subsidi dibanding kebutuhan. Terakhir, kurangnya pembinaan terhadap kelompok tani. “Berdasarkan rapat tadi, tidak ada masalah dalam pendistribusian. Mereka hanya perlu melaksanakan pembinaan terhadap kelompok,” katanya. Mengenai kesenjangan antara kebutuhan pupuk dan jumlah persediaan yang disubsidi, Kepala Penjualan Pusri Lampung Asmawan mengakuinya. Kebutuhan untuk Lampung 108 ribu ton dan hanya disediakan sekitar 46 ribu ton. “Itu paling 45%,” kata dia. (WAH/D1)
Indah Dewi Pertiwi Dari Desa Berjuang Jadi Penyanyi Sukses... Hlm. 16
±
Pasar Tidak Respons Penurunan Harga BBM Perubahan harga BBM yang terjadi tiga kali dalam tempo kurang dari dua bulan membuat respons pelaku usaha terkesan hati-hati. Mereka memilih bertahan. Adi Sunaryo
P
ENURUNAN harga BBM relatif tidak direspons pasar. Sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan BBM seperti angkutan umum pun bergeming. Sebaliknya, beberapa komoditas kebutuhan pokok masyarakat justru naik. Organisasi Angkutan Darat (Organda) Lampung, misalnya, enggan menurunkan tarif angkutan umum. Ketua Organda Lampung Berkat Karo-Karo mengaku belum bisa memastikan korelasi penurunan harga BBM d engan penurunan ongkos. “Komponen biaya angkutan umum itu bukan cuma BBM. Sekarang, harga suku cadang sangat tinggi, juga tuntutan kru kendaraan seperti sopir dan kernet. Tapi, nanti kami akan duduk bersama,” kata dia, Senin (19/1). Senada, Persatuan Pengu-
saha dan Pengemudi Angkot (P3ABL) Bandar Lampung juga tidak mau menurunkan tarif angkot. Alasannya, biaya operasional tidak berubah. “Harga minyak sekarang ini kan fluktuatif. Saat ini spare part kendaraan termasuk oli dan ban naik. Jadi tidak ada alasan menurunkan tarif,” kata Ketua Dewan Pertimbangan P3ABL Nelson Rumanof, kemarin. Tarif angkot Bandar Lampung saat ini Rp3.000 untuk umum dan Rp2.500 untuk anak sekolah. Meskipun tarif tidak turun, Nelson mengaku setoran pengemudi kepada pemilik angkot juga tidak naik, yakni antara Rp80 ribu—120 ribu. Kepala Dinas Perhubung an Bandar Lampung Rifa’i mengatakan pihaknya belum dapat mengambil kebijakan. Sebab, pertimbangannya biaya operasional tetap sama meski harga BBM bersubsidi turun. Namun, Rifa’i mene
gaskan Pemkot tetap akan membahas ini bersama Dewan Lalu Lintas pekan ini. “Kami rencananya pekan ini, karena ini kan harus melibatkan forum lalu lintas secara menyeluruh,” kata dia.
“
Komponen ongkos angkutan umum bukan cuma BBM. Ada suku cadang, seperti ban dan oli yang masih tinggi, juga kesejahteraan kru. Berkat Karo Karo Ketua Organda Lampung Anomali justru terjadi pada tren harga sembako yang malah naik. Edina, pedagang sembako di Pasar Induk Tamin, Bandar Lampung, mengatakan per Senin (19/1) harga beras kualitas sedang naik dari Rp9.000 menjadi Rp10 ribu/kg. Bahkan, berat kualitas bagus naik dari Rp9.500 menjadi Rp12 ribu/kg.
Pedagang lainnya, Ida, meng ungkapkan harga bumbu dapur impor juga naik. Bawang bombai naik dari Rp17 ribu menjadi Rp19 ribu per kilo. Kacang tanah juga naik dari Rp17 ribu menjadi Rp19.500 per kilo. “Mungkin karena dolar naik, Mas,” kata Ida. Sutrisno, pedagang da ging ayam dan telur di Pasar Bambu Kuning, mengatakan harga daging ayam saat ini naik Rp1.000 menjadi Rp23 ribu/kg. Telur turun tipis dari Rp22 ribu menjadi Rp21 ribu/kg. Komoditas yang mengikuti mekanisme pasar adalah sayuran lokal. Asbiah, pedagang sayuran di Pasar SMEP, mengatakan saat ini harga semua bahan sayuran mengalami penurunan. Menurutnya, para petani sayuran mulai memanen tanamannya sehingga musim sayuran melimpah di pasaran. Selain itu, harga cabai rawit juga berangsurangsur turun yang kini sudah mencapai Rp40 ribu/kg dari sebelumnya di kisaran Rp60 ribu/kg. (*6/CR11/R6)
HARGA BARANG... Hlm. 13 adisunaryo@lampungpost.co.id
Wajah Murung Stadion Sukung SABTU (17/1) pagi, suasana basah masih menyelimuti kawasan Stadion Sukung, Kotabumi, Lampung Utara. Sisa hujan tadi malam belum menguap meskipun matahari mulai mencorong. Belasan siswa SMP Negeri 7 Kotabumi yang mengawali studi dengan pelajaran olahraga digiring ke dalam stadion buatan 1986 itu. Sudirman, sang guru olahraga, mengawal muridmuridnya dengan instruksi lari keliling lintasan atletik di luar lapangan sepak bola. Guyuran air hujan yang masih menggenang di bebera pa lokasi lintasan membuat suasana pemanasan itu terlihat lucu. Start pada jalur kering secara bersama, mereka tampak bergerombol, bahkan menjadi
CMYK
n LAMPUNG POST/YUDHI HARDIYANTO
STADION SUKUNG. Kondisi Gedung Olahraga (GOR) Stadion Sukung, Kelapatujuh, Kotabumi, rusak parah. Atap seng di tribune penonton sudah banyak yang lepas, Sabtu (17/1). satu baris dan mengantre untuk melanjutkan putaran. Mereka memilih lintasan yang kering agar tidak terjebak becek dan
air yang menggenang. Memang hanya warming up alias lari pemanasan. Itu yang membuat mereka tidak saling
±
DALAM beberapa dekade terakhir lingkungan hidup menjadi isu sentral dalam se tiap perundingan multilateral. P en galama n empirik di berbagai negara memperlihatkan kemajuan teknologi industri se ring merusak kelestarian alam. Sisa-sisa proses produksi be rupa limbah padat, cair, dan gas mencemari lingkungan. Sampah-sampah dibuang di lahan yang subur, limbah kimia cair yang berbahaya disalurkan ke aliran sungai, dan gum palan asap mengotori udara. Beberapa jenis limbah industri memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai dan menjadi netral kembali. Pada periode 1960—1970, manusia mulai menyadari kemajuan ekonomi tidak lepas dari hubungan manusia dan alam dengan mengikuti kaidah ekologi. Harus ada keserasian, ke seimbangan, dan keselarasan antara manusia dan lingkungan untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Untuk mencegah pencemaran lingkungan, hampir seluruh negara mengeluarkan aturan tentang pembuangan limbah, termasuk bagi perusahaan industri. Pengaturan itu menjadi sangat penting karena faktor lingkungan menjadi salah satu modal dasar pembangunan. Dalam praktik belum semua orang memahami pentingnya faktor lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan. Manusia masih menggunakan cara-cara lama memerkosa alam untuk mengejar keuntungan finansial jangka pendek. Bukti nyata terjadi di Lampung. Berdasar data rekapitulasi perusahaan peserta kegiatan proper Kementerian Lingkung an Hidup, 25 dari 72 perusahaan yang berkaitan dengan limbah masuk kategori zona merah. Hal itu berarti pengelolaan limbah perusahaan tersebut buruk karena tidak dilengkapi fasilitas memadai. Dari data tersebut, pada 2012—2013 dan 2013—2014, beberapa perusahaan yang awalnya di zona biru mengalami degradasi dan masuk ke zona merah. Beberapa di antaranya, yakni PT Tunas Baru Lampung, pabrik minyak goreng di Way Lunik, Bandar Lampung; PT Palm Lampung Persada, pabrik CPO di Way Kanan; PT Agro Bumi Mas, pabrik CPO dari Lampung Utara; dan PT Budi Starch & Sweetener, pabrik tapioka di Lampung Tengah. Beberapa instansi yang masih bertahan di zona merah pada dua periode itu, antara lain Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, Rumah Sakit Natar Medika, Rumah Sakit Graha Husada, dan Rumah Sakit Secanti Gisting. Berikutnya, Hotel Marcopolo, Amalia, Sheraton, dan Hotel Grand Intan Anugerah. Temuan perusahaan dan instansi yang masuk kategori zona merah lingkungan hendaknya tidak sekadar dicatat dan dimasukkan ke arsip dokumen. Temuan itu jelas menanda kan adanya pelanggaran atas ketentuan perundangan, baik disengaja atau tidak disengaja. Adanya sejumlah instansi yang bertahan di zona merah dalam dua tahun terakhir juga membuktikan tidak ada keinginan instansi tersebut untuk memperbaiki diri. Itu sebabnya, aparat hukum harus segera bergerak untuk mengusut pelanggaran ini dengan instrumen Undang-Undang Lingkungan Hidup. Tindakan tegas diperlukan agar tidak ada lagi instansi dan perusahaan yang menempatkan isu lingkungan hidup dalam daftar terakhir program kerja mereka. Hanya dengan ketegasan itulah Lampung bisa menghindari bencana lingkungan. n
±
oasis
Memejamkan Mata dan Ingatan DALAM mengingat sesuatu hal atau peristiwa yang pernah kita alami sebaiknya dilakukan dengan mata terpejam. Studi baru oleh tim peneliti dari University of Surrey mengungkapkan memejamkan mata ketika mencoba memanggil kembali ingatan meningkatkan keakuratan. Dalam studi itu, tim mengetes 178 responden dalam dua eksperimen yang terpisah. Mereka disuruh menonton film lalu diwawancarai sambil diminta mengingat tentang jalan cerita serta detailnya. Tim menemukan peserta yang memejamkan mata mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan mendetail diban dingkan dengan kelompok responden yang membuka mata. Studi diterbitkan dalam jurnal Legal and Criminological Psychology. (MI/R6)
mendahului sehingga pada beberapa ruas terlihat seperti hendak meniti pematang sawah. “Ya, kondisinya memang seperti ini, mau bagaimana lagi. Kalau dilihat dari konstruksinya, memang lintasan atletik stadion ini tidak standar. Kan mestinya pakai gravel atau tumbukan batu bata halus yang ditabur merata. Tapi ini cuma tanah liat dicampur pasir. Jadinya becek begini kalau kena hujan,” kata Sudirman. Fasilitas dan ikon olahraga Kabupaten Lampura itu penampilannya saat ini memang layak disebut rumah hantu. Selain lapangan becek saat hujan, kondisi di hampir semua fasilitas pendukungnya menjelang kehancuran. (R6) n Yudhi Hardianto
BERSAMBUNG Ke Hlm. 5
±
±