:: LAMPUNG POST :: Selasa, 2 Desember 2014

Page 1

Sirkulasi: (0721) 788999 Layanan Umum: (0721) 783693 Iklan: (0721) 774111 SMS: 0815 4098 5000 Redaksi (0721) 773888 SMS: 0812 7200 999

@lampostonline, @buraslampost

www.lampost.co

Selasa, 2 Desember 2014

T E R U J I T E PERC AYA

facebook.com/lampungpost

Polisi Usut Tuntas Kerusuhan Anaktuha POLISI menetapkan tiga ter­ sangka kerusuhan di Kampung Tanjungharapan, Anaktuha, Lampung Tengah, Senin (1/12). Ketiga tersangka adalah H, S, dan H yang diduga biang kerusuhan sehingga menyebab­ kan 101 rumah warga hangus dibakar. “Penyidik Polres Lamteng su­ dah menetapkan tiga tersangka dalam kasus itu,” kata Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih, kemarin. Sulistyaningsih menjelaskan ketiga tersangka masing-masing dikenakan Pasal 170 tentang Perusakan Bersama-sama, Pasal 160 tentang Penghasutan, dan Pasal 187 tentang Pembakaran, dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. “Ada kemung­ kinan tersangka akan bertam­ bah,” kata dia. Kabid Humas juga mengata­ kan kemarin anggota Polri dan TNI yang berjumlah 1.234 masih berjaga dan melakukan pa­ troli rutin guna mengamankan situasi pascakerusuhan. Pemantauan Lampung Post di Dusun I dan II, Kampung Tan­ jungharapan, kemarin, situa­ sinya kondusif. Personel Dalmas dan Brimob dari Polres Lamteng serta TNI masih berjaga-jaga. Warga Dusun I membangun tenda di depan puing-puing rumah mereka. Sementara sebuah tenda milik Dinas Sosial dijadikan posko bantuan. Sedangkan warga Dusun II tinggal di pengungsian Gudang Resi, Kampung Tanjunghara­ pan. Mereka pindah dari pe­ ngungsian Sumbersari dan posko pengungsian Kampung Kotabaru. Semua warga di kedua dusun itu masih membutuhkan bantuan makanan, selimut, dan pakaian. Pengurus Bhayangkari Daerah Lampung dan pengurus Bhayangkari Cabang Lampung Tengah menyalurkan bantuan berupa mi instan, selimut, be­ ras, air mineral, susu untuk anak-anak, dan bahan makanan pokok lainnya. Pengurus Bhayangkari Pol­ res Lamteng Ny. Baby Kunto memimpin rombongan me­ ngunjungi pengungsian dan menyerahkan bantuan. “Kami berharap pengungsi bersabar atas kejadian ini dan berharap mengambil hikmahnya,” kata Ny. Baby Kunto. Suasana haru terlihat ke­ tika rombongan Bhayangkari memberikan bantuan kepada pengungsi. (AMR/WAH/D1) WARGA MINTA... HLM. 22

No. 13332

i TAHUN XL

Terbit Sejak 1974

Rp3.000

TA JUK

Menagih Komitmen Pemda

n MI/PANCA SYURKANI

KADER GOLKAR SAAT MUNAS. Kader Golkar bersantai di pinggir pantai saat Musyawarah Nasional IX Golkar sedang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Senin (1/12). Banyak peserta yang berkeliaran saat munas berlangsung, baik di luar ruangan munas, di sekitar pantai, restoran, dan taman kolam renang kawasan The Westin Resort, Nusa Dua. BERITA TERKAIT... Hlm. 8

88 Mahasiswa Itera Diselamatkan Pemprov telah menganggarkan pada APBD 2015 subsidi Rp1 miliar untuk Itera. Silakan Disdik mengelola itu. Nur Jannah

N

ASIB 88 mahasiswa Institut Teknologi Su­ matera (Itera) mulai jelas. Pemprov dan DPRD Lampung berjanji tetap mem­ bantu para mahasiswa yang kini masih mengikuti perku­ liahan di Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai induk Itera. Gubernur Lampung Mu­ hammad Ridho Ficardo ber­ janji akan mengupayakan agar para mahasiswa asli putra daerah tetap dapat melanjutkan pendidikannya di Itera. “Niat kami akan tetap mengupayakan bea­ siswa agar jangan sampai keluar, akan kami bantu,” kata gubernur termuda itu, saat diminta tanggapannya, Senin (1/12). Namun, Gubernur meng­ atakan terkait pencabutan beasiswa bagi mahasiswa Itera dikembalikan kepada

D i n a s P e n d i d i k a n . “ I te r a itu kan ada tata aturannya. Kalau berbicara aturan saya takut salah, silakan tanyakan kepada Disdik,” kata dia. Dorongan agar mahasiswa Itera tetap melanjutkan ku­ liahnya di ITB juga datang dari kalangan DPRD Lam­ pung. Ketua DPRD Lampung Dedi Afrizal berharap ada solusi di balik kendala yang dihadapi mahasiswa Itera. “Mereka (mahasiswa Itera, red) harus tetap kuliah di Bandung,” kata politikus PDI Perjuangan itu, kemarin. Hal senada dikatakan ang­ gota Komisi V DPRD Lam­ pung, Yandri Nazir. Menu­ rutnya, dalam rapat dengar pendapat dengan Dinas Pen­ didikan, mereka meminta satuan kerja itu mencarikan jalan keluar atas polemik yang menimpa 88 mahasiswa Itera. Politikus Partai Demokrat itu mengatakan Pemprov

telah mengalokasikan ang­ garan Rp1 miliar untuk me­ nyokong kegiatan belajarmengajar mahasiswa Itera yang dititipkan di ITB itu. P e n g h e nt i a n P e m e r i nt a h Pusat hanya sebatas pada alokasi anggaran untuk me­ nambah pembangunan Itera secara fisik.

I

tera itu kan ada tata aturannya. Kalau berbicara aturan saya takut salah, silakan tanyakan kepada Disdik. “Itu (alokasi anggaran) kalau untuk (pembangunan) fisiknya saja yang disetop. Silakan Disdik mengelola itu (alokasi Rp1 miliar),” kata Yandri, saat dihubungi, kemarin.

Kuliah di Lampung Yandri berharap ke depan­ nya perkuliahan sudah di­ lakukan di Lampung. Sebab, gedung-gedung Itera ting­ gal sedikit lagi diselesaikan. “Karena banyak manfaatnya yang bisa kita dapat, bisa lebih dekat dengan orang tua dan tentu biaya kuliah lebih murah. Kami berharap penye­ lesaian bangunan dan sarana bisa secepatnya,” ujarnya. Namun, Rektor Itera Ofyar Z. Tamin diminta jangan buru-buru menarik maha­ siswanya untuk belajar di Lampung mengingat in­ frastruktur di kampus terse­ but belum memadai. “Jangan sampai mahasiswa setelah ditarik ke Lampung, mereka malah ketinggalan pelajaran mengingat Itera be­ lum memiliki alat penunjang pendidikan, seperti labora­ torium,” kata anggota DPRD Lampung Lampung, Mufti Salim, kemarin. (CR11/CR13/U1) nur@lampungpost.co.id

Tasya Kamila Bercita-cita Jadi Menteri ... Hlm. 16

Antre PSKS, Wajah Asli Penduduk Negeri LELAKI tua berbatik lusuh itu nggelepor di rabat semen Kantor Pos Kecamatan Palas, Minggu (30/11). Keriput pada wajah dan tubuh lainnya menguatkan pengakuannya tentang tahun kelahirannya; 1925. Rono, pria renta itu, kini berusia 89 tahun, tetapi pendengarannya masih bening. Diajak berbincang, ia masih antusias bercerita. Namun, saat pengeras suara yang dipasang di tengah kerumunan orang yang menunggu pembagian kompensasi BBM menyebut suatu nama, ia memilih berhenti dan mendengar pengeras suara itu. “Takut kalau nama saya dipanggil enggak denger,” kata dia beralasan. Ia datang bersama anaknya, Maryono (29). Dengan sepeda motor, mereka melintasi jalan buruk belasan kilometer dari

24 Hal.

n LAMPUNG POST/ARMANSYAH

ANTREAN WARGA. Warga mengantre uang Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) sebesar Rp400 ribu di Kantor Pos Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, Minggu (30/11). Dusun Bumiagung, Desa Pulau­ jaya, Palas, Lampung Selatan. Harapannya, mendapatkan uang Rp400 ribu dari Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang dihelat pemerin­ tah. “Ya, senenglah mau dikasih uang. Kalau enggak ada begini,

siapa yang mau ngasih. Saya sudah enggak bisa kerja apaapa lagi,” kata kakek delapan cucu itu. Mereka mengaku sudah ham­ pir tiga jam menunggu giliran dipanggil. Meski lelah, ia tetap bertahan. Sebab, uang jatah dua

bulan itu dinilai sangat berharga untuk membeli berbagai kebu­ tuhan hidup. Meskipun harus antre ber­ jam-jam, Rono masih cukup beruntung. Masih banyak warga miskin yang tak mendapat pang­ gilan menerima bantuan. Di gubuk geribik ukuran 4 x 6 meter yang terlihat usang, Maryam (65) terlihat menghela napas saat ditanya soal bantuan Rp400 ribu dari pemerintah itu. Ia beberapa kali ditanya, bahkan diajak tetangga untuk mencair­ kan uang untuk orang miskin itu. Namun, karena tak ada panggilan atau pemberitahuan dari RT, ia memilih diam. “Saya ini orang bodoh dan miskin, enggak tahu apa-apa. Jadi, ya terserah pemerintah. Kalau dikasih, ya saya terima kasih,” kata dia sembari meng­ gesek-gesekkan telapak kakinya

ke lantai tanah rumahnya yang berdebu. Maryam menjadi tukang urut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedang gubuk reyot yang dia tempati sekarang ini menumpang di tanah orang. Gubuk itu dibangun oleh warga yang kasihan kepadanya. Dia cukup merasa sedih dan bertanya-tanya dalam hati, meng­apa dia tidak mendapat jatah pemberian pemerintah. “Saya tidak pernah didata, pa­ dahal orang satu desa ini tahu keadaan saya dan kondisi peng­ hasilan saya,” ujarnya. Sementara hal serupa juga dialami Jumanis (50) tetang­ ga yang bersebelahan rumah dengan Maryam. Wanita yang menghidupi satu orang anak ini juga mengaku tidak mendapat dana PSKS. (**/***/USD/R6) BERSAMBUNG... HLM. 5

PERKEMBANGAN teknologi di negeri ini memang terasa lam­ ban. Selama ini kita hanya mengenal dua pendidikan tinggi teknologi: Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh Novem­ ber (ITS). Keduanya pun berada di Pulau Jawa. Pada­ hal, betapa luasnya Tanah Air kita. Menjawab kebutuhan akan tenaga teknik bagi pembangun­ an bangsa, didirikanlah Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Institut Teknologi Su­ matera (Itera) di Lampung pada 2012. Itera, yang dirancang oleh ITB, akan dibangun di atas lahan seluas 300 hektare di Jatiagung, Lampung Selatan, 16 km dari Bandar Lampung. Kampus ini direncanakan memiliki daya tampung sekitar 5.000 orang dan 5 fakultas dengan 25 pro­ gram studi di dalamnya. Keberadaan Itera bagaimanapun telah membuncahkan harapan bagi putra-putri di Bumi Ruwa Jurai ini. Atas niat baik Pemerintah Provinsi, mereka menerima beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi negeri terbaru ini. Tentu, setamat­ nya dari sini, mereka bisa diandalkan bagi pembangunan daerah. Namun, dalam perjalanannya, masalah datang menimpa. Sebanyak 88 mahasiswa Itera angkatan 2012 dan 2013 asal Provinsi Lampung kini terancam drop out jika tidak membayar biaya pelaksanaan perkuliahan (BPP) hingga 8 Januari 2015. Memang sejak 2012 lalu, Pemprov Lampung selalu menyub­ sidi mahasiswa Itera asal provinsi ini. Namun, akibat kepu­ tusan presiden tentang status PTN (perguruan tinggi ne­geri) pada Itera mengharuskan Pemerintah Provinsi Lampung menghentikan biaya subsidi beasiswa mahasiswa tersebut. Otomatis, para mahasiswa perguruan tinggi yang berbasis teknologi pertama di luar Pulau Jawa ini menunggak pem­ bayaran biaya kuliah tersebut. Karena itu, wajar jika Rektor Itera Ofyar Z. Tamin menagih BPP lewat surat. Tagihan untuk setiap orang berbeda, antara Rp20 juta dan Rp40 juta. Mereka yang diwajibkan membayar Rp40 juta disebabkan sepanjang 2014 belum sama sekali mencicil BPP lantaran berharap pada subsidi Rp45 juta per orang dari Pemprov Lampung. Solusi yang ditawarkan agar para mahasiswa tersebut kem­ bali saja ke Lampung untuk meminimalisasi besarnya biaya kuliah juga tak memecahkan masalah. Sebab, infrastruktur di kampus tersebut belum memadai. Kita tidak ingin mahasiswa semester V ini setelah ditarik ke Lampung malah ketinggalan pelajaran. Sebab, kampus Ite­ ra saat ini belum memiliki laboratorium sebagai penunjang perkuliahan. Hanya ada dua lokal gedung tingkat II yang di­ gunakan untuk ruang dosen sekaligus ruang kuliah, sedang­ kan harapan bantuan subsidi dari rancangan APBD 2014 atau di APBD 2015 tampaknya sulit sepenuhnya dikabulkan. Sementara jika BPP tersebut dibebankan kepada orang tua mahasiswa juga sulit menyelesaikan masalah. Sebab, para orang tua mahasiswa berasal dari mereka yang kurang mam­ pu. Ketidakpedulian Pemprov Lampung tentu akan menelan­ tarkan nasib para mahasiswa. Kita harus ingat betapa bangganya daerah ini memiliki para mahasiswa teknologi yang kelak akan membangun dan menjadi pemimpin provinsi ini. Jangan korbankan generasi penerus daerah ini. Karena itu, kita menagih komitmen pem­ da dan para pihak di Lampung untuk segera menyelesaikan masalah ini. n

oasis

Vitamin D dan Kematian KEKURANGAN vitamin D tidak hanya buruk untuk kesehatan tu­ lang, tetapi juga mengakibatkan berbagai penya­ kit yang berujung pada kematian dini. Demikian hasil penelitian dari Copenhagen University Hospital, Denmark. “Kami melihat bahwa gen yang terkait dengan tingkat vitamin D rendah menyebabkan tingkat kematian meningkat 30%, dan khususnya, risiko 40% lebih tinggi dari kematian terkait kanker,” kata Shoaib Afzal, dokter di Copenhagen University Hospital, Denmark. Para peneliti menyimpulkan ketika terpapar sinar matahari pagi, kulit memproduksi vitamin D. Bukti menunjukkan sinar matahari memiliki efek positif pada kesehatan, tapi terbakar sinar matahari harus dihindari karena meningkatkan risiko kanker kulit. Penelitian dari 1976—2014 ini melibatkan 96 ribu orang dari populasi Denmark. Kadar vitamin D diukur dengan menggunakan sampel darah dan cacat genetik tertentu juga diperiksa.(MI/U1)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.