:: LAMPUNG POST :: Senin, 24 November 2014

Page 1

Sirkulasi: (0721) 788999 Layanan Umum: (0721) 783693 Iklan: (0721) 774111 SMS: 0815 4098 5000 Redaksi (0721) 773888 SMS: 0812 7200 999

@lampostonline, @buraslampost

www.lampost.co

Senin, 24 november 2014

T E R U J I T E PERC AYA

facebook.com/lampungpost

24 Hal.

No. 13324

i TAHUN XL

Terbit Sejak 1974

Rp3.000

TA JUK

Gajah Mati Meninggalkan Duka

Fasilitas Pelabuhan Panjang (2012) Dermaga A

Dermaga B

Dermaga C

Dermaga C Perpanjangan

Apron Dermaga C Perpanjangan

Luas 2.730

Luas 3.150

Luas 2.800

Luas 4.590

Luas 4.012

m2

Dermaga D3

Dermaga D Perkuatan

Luas 3.354

Luas 1.280

m2

m2 m2

m2

m2

Dermaga E

Dermaga ISAB

Luas 12.030

Luas 4.545

m2

m2

Dermaga Khusus

m2

PT Tanjung Enim Lestari PT Doosan Indonesia PT Andatu Lestari

Pertamina Jetty Oil Pertamina Single Buoy Marine PT Tambang Batu Bara Bukit Asam n LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

PELABUHAN PANJANG. Suasana bongkar muat di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, beberapa waktu yang lalu. Saat ini Pelabuhan Panjang terdiri dari enam dermaga dan tiga terminal.

ko l o m paka r

Menghapus Ego Sektoral, Membangun Sinergi PERKEMBANGAN global sarat dengan kemajuan di berbagai aspek kehidupan masyarakat, tetapi diikuti munculnya persoalan-persoalan publik skala global yang kompleks dan rumit. Persoalan-persoalan tersebut di antaranya bencana alam lintas negara, pemanas­ an global, terorisme global, kerusakan lingkungan, penyebaran virus HIV/AID dan ebola, dan cyber-crime. Ini semuanya adalah persoalan publik yang membutuhkan keterlibatan berbagai aktor dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, tatanan global merespons hal tersebut dengan paradigma global governance. Global governance merupakan paradigma baru dengan kata kunci “sinergisitas” antaraktor negara, bisnis, dan masyarakat untuk meng­ atasi masalah-masalah pu­ blik. Sinyal global governance dikirimkan ke penyelenggaraan pemerintahan di berbagai negara dengan pesan mari

Data Bappenas, Pelabuhan Panjang akan diguyur Rp1,5 triliun untuk peningkatan infrastruktur dan layanan. Dedy Hermawan Ketua Jurusan Administrasi Publik FISIP Unila

berpikir dan bekerja menggunakan ideologi sinergisitas. Ke t i k a t a t a n a n d u n i a berge­rak maju membangun sinergisitas, justru Indonesia masih terkungkung dalam persoalan bagaimana membangun dan mewujudkan manajemen pemerintahan yang berjalan sinergis. Sejak reformasi 1998, visi good governance telah dicanangkan, bahkan tersurat dengan jelas dalam berbagai dokumen perencanaan pemerintah, mulai dari pusat hingga daerah. Cara pandang good governance mengingin­ kan proses dan mekanisme kerja sinergis dalam manajemen pemerintahan, baik vertikal maupun horizontal.

BERSAMBUNG ke hlm. 4

Krisdayanti Memang Jempolan... Hlm. 16

Prasetyo Bidik Kasus Mandek di Daerah JAKSA Agung H.M. Prasetyo akan turun ke kejaksaan di daerah guna menuntaskan kasus-kasus yang masih tertunggak, khususnya masalah korup­ si. “Saya akan turun langsung ke daerah,” kata dia, melalui telepon, Minggu (23/11). P r a s e t yo m e n e g a s k a n pihaknya akan mendorong dan menggerakkan kejaksaan di daerah untuk secepatnya menuntaskan kasus-kasus yang masih mandek. “Kami minta kejaksaan di daerah lebih giat lagi menuntaskan kasus di daerah masing-masing,” ujarnya. Selain turun ke lapangan, Prasetyo akan menjalin komunikasi secara intens dan mengontrol kinerja para pejabat kejaksaan di daerah. Kasus korupsi akan menjadi prioritas lantaran sudah mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.

Area Pelabuhan Panjang Rawan

Prasetyo berjanji Kejaksaan Agung akan menegakkan hukum tanpa pandang bulu. “Karena penegakan hukum di Indonesia membutuhkan aparatur penegak hukum, seperti kejaksaan untuk dapat bekerja secara konsisten dan profesional,” kata dia. Ia mengaku tengah mengumpulkan kasus-kasus yang mandek dengan fokus ter­ hadap pengamblian aset dan buronan korupsi. Beberapa kendala yang dihadapi se­perti belum adanya perjanjian ektradisi dengan negara pelarian buron. Prasetyo menjamin tidak ada pemeriksaan ter­ hadap semua kasus di Kejaksaan Agung yang ditutupi. Di Lampung, tiga buronan kejaksaan kasus korupsi yang kabur yakni I Gede Budi Artana, Satono, dan Sugiharto Wiharjo alias Alay. (MI/K3)

Wandi Barboy

F

AKTOR pengamanan Pelabuhan Panjang yang dikelola PT Pelindo II tergolong rawan. Sebagai pelabuhan internasional, penjagaan di restricted area atau kawasan terbatas masih sangat longgar. Padahal, faktor ini adalah salah satu elemen utama untuk menyandang predikat international port. Pemantauan Lampung Post di lokasi, Minggu (23/11), warga dengan mudahnya melewati gerbang utama yang seharusnya membayar pass pelabuhan. Sepeda motor tampak bebas keluar-masuk tanpa ditanya petugas, apalagi membayar. Penjagaan di restricted area memang cukup awas. Beberapa petugas sekuriti berjaga di setiap pintu masuk. Namun, lalu-lalang orang dan sepeda motor orang tanpa seragam atau tanda pengenal tidak di­ tanya, apalagi diperiksa. Meskipun demikian, Dirpol­ air Polda Lampung AKBP Rudi Hermanto mengatakan petugasnya telah melakukan peng­ amanan sesuai aturan. “Petugas telah melakukan pengamanan di pelabuhan sesuai aturan internasional,” kata dia.

Beberapa pekerja tampak memperbaiki dan mempercantik sudut-sudut pelabuhan, antara lain mengelas crane tua di area terminal curah kering (Dermaga D), gudang 007, menambal jalan, dan memperbaiki atap bekas tersenggol truk. “Katanya Pak Presiden Jokowi mau ke sini, makanya dibagusin,” kata Supomo, seorang pekerja.

P

emprov Lampung juga menghidupkan jalur rel kereta api ke Pelabuhan Panjang.

Asisten General Manager Pengendalian Kinerja dan Port Facility Security Officer (PFS) PT Pelindo II Denny Son­ djaya mengatakan Pelabuh­an Panjang menjadi salah satu dari 23 pelabuhan di Indonesia yang segera ditingkatkan kualifikasinya. “Kami akan terus mening­katkan diri menjadi operator pelabuhan kelas dunia. Ini tantangan dan membutuhkan kerja keras,” kata Denny, via ponselnya, Minggu (23/11). Namun, pelabuhan yang memiliki enam dermaga dan tiga terminal ini masih menyimpan catatan-catatan untuk diperbaiki. Selain faktor keamanan,

hubungan dengan para pihak masih belum sinkron. “Koordinasi dan komunikasi antara Adpel, Pelindo, Bea Cukai, dan pihak unsur pendukung operasional masih minim. Untungnya selama ini aman-aman saja,” kata Ketua Organda Pelabuhan Panjang Lampung Zamzani Yasin. Di pihak pengguna, keluhan disampaikan Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumita. Dia keberatan dengan kebijakan harus menggunakan jib crane milik Pelindo meski­ pun kapal yang sandar punya alat bongkar-muat sendiri. “Satu lagi, tarif bongkar muatnya sama dengan tarif di Tanjung Priok. Padahal, kalau di sini kan barangnya kebanyakan komoditas pertanian seperti kopi, gula, pupuk, jagung, dan lainnya, sedangkan di Jakarta produk industri,” kata dia. Sainin Nurjaya, ketua Koperasi Tenaga Kerja Bongkar-Muat (TKBM) Pelabuhan Panjang, juga mengeluhkan TKBM dan perusahaan bongkar muat (PBM) yang tidak kompak. TKBM yang punya lebih dari 1.000 anggota, kata dia, kerap dirugikan PBM yang memaksakan diri dengan sistem alokasi. Berdasar data Bappenas, se­ perti 23 pelabuhan internasional lain se-Indonesia, Pelabuhan Panjang akan diguyur Rp1,5 triliun untuk peningkatan infrastruktur dan layanan. (TIM/R6)

wandibarboy@lampungpost.co.id

Keterbatasan di Pelabuhan Internasional PLANG ‘Restricted Area: Daerah Terbatas’ menjadi penanda kawasan Dermaga D Terminal Curah Kering Pelabuhan Panjang, Lampung. Pelabuhan bertaraf internasional yang dikelola PT Pelindo II (Persero) Panjang itu masih terbatas pelayanannya akibat fasilitas rusak di sana-sini. Jalan rusak, atas bangunan keropos, dan lahan menganggur penuh sampah. Sejak beberapa hari terakhir, kerusakan itu menjadi bahan aktivitas para pekerja memperbaikinya. Para pekerja mengebut perbaikan sejumlah fasilitas di area pelabuhan di antara lalu lalang truk angkutan barang. Kedatangan Presiden Jo­ ko­ Widodo (Jokowi) yang direncanakan hari ini (24/11)

ke area itu membuat semua perbaikan fasilitas dikebut seadanya. “Katanya Pak Jokowi mau ke Lampung. Huh, saya ngerjain kadang pulang jam satu malam biar cepat selesai,” ujar Supomo, yang membantu memperbaiki jalan di depan Pos 5, pintu masuk Terminal Curah Kering itu, Minggu (23/11). Supomo mengaku dibayar Rp60 ribu per hari untuk pekerjaan itu. Bukan hanya di jalan, di area terminal pun sejumlah pekerja sibuk menambal sulam lantai tempat parkir untuk menunggu giliran angkut truk dari kapal. Bahkan, ada juga pekerja yang tengah memperbaiki penyangga kapal—tempat menambatkan tambang saat kapal berlabuh, yang tidak layak ka­

rena sudah berkarat dan nyaris patah. Mereka mengelas besi agar bisa digunakan lagi. PT Pelindo II Panjang pun mengakui ada sejumlah fasilitas yang rusak di pelabuhan tempat bersandarnya kapal dari berbagai daerah dan negara itu. Asisten General Manager Pengendalian Kinerja dan Port Facility Security Officer (PFS) Denny Sondjaya mengatakan hal itu menjadi perhatian PT Pelindo II Cabang Panjang. “Semua itu memang masih dalam perbaikan. Rekonfigurasi lahan di sebelah Pos 5 itu juga termasuk investasi yang diperbaiki. Namanya sering digunakan, pasti rusak,” ujar Denny, saat dihubungi via ponselnya, kemarin. (U1) n Wandi Barboy Silaban

GAJAH hampir identik dengan Lampung. Tugu Adipura di pusat Kota Bandar Lampung pun lebih dikenal sebagai Tugu Gajah atau Bundaran Gajah. Begitulah satwa yang dilindungi ini menjadi lekat dengan Bumi Ruwa Jurai. Sangat wajar mengingat Lampung memang menjadi provinsi konservasi binatang besar ini. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur menjadi tempat khusus menangani, merawat, dan melindungi kelangsungan hidup mamalia besar berbelalai itu. Identitas tersebut hingga kini juga telah mendunia. Keberadaan hewan bernama Latin Elephas maximus sumatranus ini memang sangat menarik. Gajah dan Pusat Konservasi Gajah (PKG) TNWK pun menjadi tempat wisata, riset, sekaligus memberikan devisa bagi Lampung. Pendek kata, hewan ini telah menjadi bagian yang memberi untung bagi provinsi ini. Namun, alangkah mengejutkannya ketika empat ekor gajah yang dipelihara dan dirawat di PKG TNWK mati dalam tiga pekan terakhir. Virus herves (elephant endoteliotropic herves virus/EEHV) telah merenggut nyawa satwa-satwa cerdas yang dilindungi ini. Kematian gajah keempat terjadi pada Jumat (21/11) siang. Matinya empat ekor gajah dalam tiga pekan ini menunjukkan virus berbahaya tersebut lebih sigap ketimbang tim medis satwa yang bekerja di kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak 1982 ini. Empat ekor gajah mati dalam waktu tiga pekan sebenarnya sudah merupakan pukulan keras bagi para pe­ ngelola. Bukankah di TNWK ini Rumah Sakit Gajah telah didirikan sejak Januari 2012 lalu? Rumah Sakit Gajah dibangun atas kerja sama Kementerian Kehutanan, Taman Safari Indonesia (TSI), dan Australia Zoo sebagai bukti komitmen mendukung konservasi spesies ini. Rumah sakit gajah yang juga dapat difungsikan untuk spesies satwa lainnya semestinya membantu dalam penguatan unit pengelolaan PKG dan upaya penyelamatan (rescue) bagi satwa-satwa yang memerlukan penanganan/ perawatan kesehatan yang diakibatkan bencana/faktor alam, konflik, dan tindakan vandalisme lainnya. Namun, kini ada empat gajah mati hanya dalam tiga pekan. Masih ada 200-an gajah yang harus dirawat, sedangkan virus tersebut menular. Pengelola PKG sendiri mengaku belum tahu cara untuk mengatasi serangan virus mematikan itu. Mereka baru sebatas melaporkan dan meminta bantuan ke pusat tanpa tahu apa yang harus dilakukan terhadap gajah-gajah yang masih sehat. Belum ada tindakan nyata untuk mengatasi dan membendung serangan ini. Jika tindakan cepat dilakukan, mungkin saja gajah yang mati tersebut masih bisa diselamatkan. Sama seperti manusia, mencegah lebih baik daripada mengobati. Langkah antisipasi penularan semestinya sudah dilakukan sejak dini, begitu gajah pertama yang terserang virus mati. Sebagai warga biasa, yang tidak berurusan langsung dalam menangani dan merawat gajah-gajah itu, kita tidak boleh cuma mencerca. Bagaimanapun juga pengelolaan PKG itu butuh biaya. Karena itu, kita bisa memberi bantuan dalam bentuk donasi. Banyak cara bisa dilakukan untuk menggerakkan masyarakat mengumpulkan dana demi kelangsungan hidup gajah-gajah tersebut. Selamatkan gajah Lampung! Sebab, gajah mati meninggalkan duka bagi negeri ujung pulau ini. n

oasis

Pendidikan dan Stres TIDAK diragukan bahwa tingginya pendidikan meningkatkan kepercayaan diri, kontrol, dan tawaran gaji. Namun, menurut sebuah penelitian baru, menyandang gelar pendidikan yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko stres. Apa pasalnya? Tim peneliti di University of Toronto menemukan ketika di satu sisi faktor pendidikan tinggi meningkatkan rasa memiliki dan kontrol, di sisi lainya hal itu juga dapat me­ ningkatkan risiko tekanan akan pekerjaan, beban kerja, dan konflik profesi terhadap keluarga. Studi yang dipimpin Profesor Scott Schieman tersebut didapat dengan menganalisis data Canadian Work, Stress, and Health Study, sampel nasional tentang angkatan kerja di Kanada. Peserta diminta memilih seberapa setuju atau tidak setuju mereka terhadap pernyataan yang diajukan, se­ perti “Anda sering merasa tak berdaya dalam menghadapi masalah kehidupan” dan “Anda memiliki sedikit kontrol atas hal-hal yang terjadi pada Anda”. (MI/U1)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.