Sulam Usus Warisan Leluhur Masyarakat Lampung... Halaman. 8 No. XVII / 18 Desember 2014
Tapis dan Sulaman Usus Lomba Busana Lampung di Hari Ibu TANGGAL 22 Desember, kita peringati sebagai Hari Ibu. Seluruh masyarakat Indonesia merayakan Hari Ibu. Sebuah peringatan terhadap peran seorang perempuan dalam keluarganya, baik itu sebagai istri untuk suaminya, ibu untuk anak-anaknya, maupun untuk lingkungan sosialnya. Lukman Hakim
P
eringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera dan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22—25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil dari kongres itu adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Na m u n, pe ne ta pa n tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 Tahun 1959. Bagaimana peringatan Hari Ibu di Lampung. Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Yustin Ridho Ficardo mengatakan peringatan Hari Ibu akan diselenggarakan di Balai Keratun Kompleks Kantor Gubernur
Lampung pada Senin (22/12). Pada peringatan Hari Ibu akan digelar Lomba Fashion Show Hijab yang akan diikuti istri bupati/ wali kota, wakil bupati/wakil wali kota, dan istri sekretaris kabupaten/kota se-Lampung. “Pesertanya seluruh istri bupati/wali kota, istri wakil bupati/ wali kota, dan istri sekkab/sekkot se-Lampung,” kata Yustin, pada rapat persiapan peringatan Hari Ibu Tingkat Provinsi Lampung, di galeri Dekranasda, Kamis (11/12) lalu. Menurut Yustin, peringatan Hari Ibu dikemas dengan penampilan ibu-ibu pimpinan daerah di Lampung yang akan memperagakan busana khas Lampung dan hijab. Hal ini bertujuan agar Ketua Dekranasda se-Lampung bisa memperkenalkan fashion tradisional asal daerahnya masing-masing ke publik. “Ini tugas kita bersama memperkenalkan busana asli daerah, baik tapis, sulaman usus, dan kain tradisional lainnya ke publik. Tapi, kami minta juga memperkenalkan hijab dalam pakaian tradisional itu,” kata Yustin, didampingi Sekretaris
Dekranasda Lampung Zaidirina Heri Wardoyo. Yustin juga menjelaskan sulaman usus dan tapis saat ini dikenal masyarakat luas sebagai busana khas Lampung yang memiliki nilai jual tinggi. Bukan hanya jutaan rupiah, melainkan sampai puluhan juta rupiah. Saat ini, peraih Juara Favorit Bunda PAUD Nasional 2014 itu bertekad agar sulaman usus dan tapis makin go international dan dikenal dunia. Bahkan, dia memimpikan agar sulaman usus mendapatkan pengakuan internasional dengan mendaftarkan hak paten, seperti batik yang sudah menjadi kain nasional Indonesia. Beberapa waktu lalu, Ketua Dekranasda Provinsi Lampung sempat memuji kepiawaian Aan Ibrahim, desainer Lampung yang selama ini aktif mengembangkan dan membuat kreasi-kreasi baru dalam busana sulaman usus. Dia juga memuji Ida Kofana, yang ikut mengembangkan sulaman usus di Lampung. “Kita bisa lihat, kreativitas perajin-perajin kain tradisional Lampung dalam mengombinasikan sulaman usus dan tapis,” kata dia. (KRAF)