5 minute read
Jos Parengkuan - BERBISNIS DENGAN INTEGRITAS DAN MINDSET POSITIF
Berkarir di bisnis pasar modal dan layanan investasi, Jos Parengkuan punya kunci yang membuatnya mampu bertahan melalui tantangan yang datang selama ini.
OLEH: GAYATRI NADYA | FOTOGRAFER: JILL DIBRATA
Advertisement
Ketertarikan menjadi pebisnis awalnya berasal dari kesukaannya pada matematika. Ketika mata pelajaran ini dihindari oleh orang kebanyakan, bagi Jos Parengkuan, President Commissioner dari PT. Syailendra Capital, ilmu ini telah membuatnya berpikir semua masalah bisa dicari jawaban atau solusinya. Meskipun berbeda dengan bidang ekonomi yang kemudian ia geluti, fokus pada bisnis dan perbankan dilanjutkan sampai ia sekolah di University of Salford, Manchester dan meraih gelar master di City University Business School, London, Inggris. Pria kelahiran 2 September 1964 ini telah menghabiskan puluhan tahun berjibaku dengan pasar modal sampai akhirnya menduduki jabatannya sekarang di Syailendra Capital. Di ruang kerjanya yang menghadap gedung-gedung pencakar langit Selatan Jakarta, dengan ramah ia berbagi kisah-kisah perjuangan tanpa akhir dan passion untuk menjadi yang terdepan.
Saat Krisis Selalu Ada Kesempatan
Memulai karier di sebuah perusahaan sekuritas, ia mengalami kejadian paling sulit dalam sepanjang sejarah kariernya. “Tahun 1998, saya baru dua tahun bekerja di Lippo Sekuritas, terjadi krisis luar biasa. Bukan hanya krisis ekonomi, krisis politik, bahkan sampai mau keluar rumah saja takut. Apakah akan selamat?”, ujar pria membuka obrolan dengan Terrasse. Saat itu, bekerja untuk orang lain menyadarkan Jos bagaimana kalau perusahaan sampai merugi? Bagaimana nasib karyawan? “Kalau bekerja untuk orang lain, sebenarnya bisa saja egois yang penting setiap bulan gajian. Mindset itu yang harus berubah ketika jadi pebisnis”, katanya mantap. Di tengah krisis, Mochtar Riady, salah satu pendiri grup Lippo, tempat Jos bekerja di tahun ’98, menguatkan lewat suatu istilah dalam bahasa Mandarin, wei-chi. Wei artinya bahaya dan chi artinya kesempatan. Ketika dalam masa-masa sulit atau keadaan bahaya, selalu ada kesempatan yang diambil. “Saat itu, intinya saya diajak melihat sisi positif dari semua kejadian”, tuturnya sambil menerawang ke kisah yang membuatnya lebih kuat sampai sekarang.
Menjadi Pebisnis dan Pemimpin
Mendirikan Syailendra Capital di tahun 2006 dengan tiga rekannya dan menjadi pemimpin bagi para karyawannya bukan merupakan hal mudah. Pria yang hobi bermain golf dan juga penggemar mobil Ferrari ini punya kesepakatan sendiri soal gaya kepemimpinannya. Layaknya kapal, perlu ada satu kapten yang mengendalikan kapal. Ia bukan hanya bertanggungjawab menuntun ke mana arah perusahaan akan melaju, tetapi juga menjadi pengambil keputusan. “Walau keputusan diambil atas saran bersama, kalau gagal, ya saya harus tanggung risikonya. Sebaliknya, kalau keputusannya justru menguntungkan harus dinikmati bersama”, jelasnya. Bersikap menjadi yang paling di depan dalam hal tanggung jawab dan kebijakan perusahaan, Jos justru memilih cara yang berbeda soal kepemimpinannya. Dalam mengendalikan perusahaan yang sudah berjalan hampir sebelas tahun ini, Jos menerapkan semangat kekeluargaan dengan 50-an karyawan di Syailendra Capital.
“Kami sangat dekat, cukup kekeluargaan dalam perusahaan ini. Misalnya ada yang mau cerita, masuk ke ruangan saya, silahkan saja”, ujarnya. Kegiatan outing kantor dianggap juga sebagai pemantik keakraban karyawan dengan pemimpin. “Kami tidak membedakan, mulai dari office boy sampai saya, kamar hotelnya sama. Kita semua pergi, tidak ada yang tinggal di kantor”, tambahnya lagi.
Ia percaya hubungan yang ia bangun dengan para karyawannya membuahkan kekuatan tersendiri bagi kinerja dan perkembangan Syailendra di masa depan. Dari semua peran yang ia pegang sebagai pebisnis, integritas menjadi salah satu prinsip penting dalam menjalankan usaha di dunia pasar modal. Jos pernah beberapa kali berhadapan dengan situasi sulit ketika harus memutuskan penawaran yang datang padanya. “Dua tahun setelah Syailendra berdiri, datang tawaran dari klien untuk menginvestasikan sejumlah dana yang cukup besar dalam kurun waktu tertentu dan prosentase tinggi. Kondisi pasar sangat baik saat itu. Jujur itu keputusan tersulit yang harus saya buat sepanjang karier saya”, kata Jos. Saat itu, tawaran tadi merupakan tantangan yang berat tapi juga sangat menggiurkan. Sejujurnya, ia merasa mampu mencapai target yang harus dicapai. Namun, ia ingat akan prinsip integritas dalam berbisnis. “Saya tidak boleh menjanjikan sesuatu kepada klien karena itu melanggar peraturan. Saya juga berpikir, bagaimana kalau pasar drop dalam enam bulan? Mungkin modal awalnya bisa membiayai kantor baru ini sampai setahun ke depan. Tapi, jika drop, Syailendra bisa bangkrut”, papar Jos lagi. Ternyata keputusan menolak untuk mengelola dana tersebut berbuah manis. Pasar anjlok dan keputusan terberat tersebut jadi kelegaan tersendiri bagi Jos. “Sekarang mereka justru jadi klien utama kami. Mereka percaya dengan keputusan tepat yang diambil saat itu”, ujarnya dengan tertawa lepas.
Musik, Pengalaman Dan Berbagi Ilmu
Berbicara soal kesehariannya, semua tertata rapi sesuai jadwal. Mulai jam 9 pagi, ia sudah duduk di meja kerjanya, memantau pasar modal sampai jam 4 sore. Setelahnya, baru ia memulai meeting sesuai jadwalnya. Pulang ke rumah hampir tengah malam. Akhir pekan ia habiskan untuk keluarga dan hobinya. “Kalau weekend saya bermain golf, kumpul dengan teman-teman Ferrari Owners Club Indonesia, dan tentunya weekend hari untuk keluarga.” Bicara soal hobi, selain golf dan supercar, Jos juga menyenangi musik. “Saya senang main piano, suka bernyanyi juga. Untuk melepas stres”, ucap pria yang mengidolakan Raisa dan Agnez Mo ini.
Tapi, ada juga kegiatan lain yang disuka dan sering dilakukannya akhir-akhir ini, yaitu sharing atau mengajar untuk mahasiswa di kampus. Bapak tiga anak ini merasa perlu berbagi ilmu dengan generasi yang lebih muda terutama soal mencapai kesuksesan sebagai pebisnis. Melihat menjamurnya bisnis dan entrepreneur muda, ia melihat banyak peluang sukses tetapi juga kegagalan yang ada cukup besar. Menurut pria yang sudah terjun di bidang pasar modal dan investasi selama 26 tahun ini, salah satu langkah yang penting untuk memulai bisnis adalah dengan bekerja dulu untuk orang lain. Kesempatan itu bukan hanya menambah pengalaman saja tetapi juga menambah jaringan. Kini, banyak millennials ingin punya bisnis sendiri dan orangtuanya bisa memodali. Tapi, kenyataannya mereka bingung mengelola bisnis tersebut dan minim jaringan.
Bisnis, Layanan, Dan Kepuasan
Ketika bekerja untuk orang lain, awalnya memang hanya soal gaji dan tanggung jawab pekerjaan. Kemudian ‘naik kelas’ untuk berpikir visi misi, bagaimana perusahaan bisa bertahan beberapa tahun ke depan, dan memperluas jaringan. Bagi Jos, ini modal utama ketika akhirnya membangun kerajaan bisnis sendiri. Langsung menduduki posisi penting tanpa tahu bagaimana berproses membuat millennials yang sangat antusias berwirausaha justru berpotensi gagap mengelola bisnis sendiri. “Anak muda sekarang memang banyak disuguhi success story. Tapi, mungkin mereka perlu tahu juga dari sekian banyak yang sukses, ada yang lebih banyak lagi yang gagal. Mereka harus siap”, tuturnya berpesan.
Bergerak di bidang investasi dan pengelolaan modal, Jos meyakini bahwa kepercayaan dan kepuasaan klien adalah sangat penting. Hal ini pula yang ia rasakan dengan menjadi nasabah Bank BRI. Bertahun-tahun menjadi nasabah Bank BRI, Jos mengakui bukan hanya dirinya secara pribadi yang mendapat kepuasan dan keuntungan, melainkan juga klien-klien perusahaannya.
“Bagi klien saya pun, Bank BRI jadi saham favorit”, ujarnya. Bahkan, Syailendra Capital telah bekerjasama dengan Bank BRI. Nasabah Bank BRI bisa mendapatkan produk reksadana Syailendra yang didistribusikan di cabang-cabang Bank BRI. Bank BRI juga ikut mendukung kegiatan-kegiatan komunitas yang aktif ia geluti, salah satunya adalah Ferrari Owners Club Indonesia (FOCI).
KEGIATAN DAN KARIR
• Executive Director untuk PT Danareksa (Persero) Jakarta periode 2001-2005.
• Pernah menjabat sebagai Managing Director, Research di PT Lippo Securities periode 1995-1999.
• Menjabat sebagai Bendahara di Ferrari Owners Club Indonesia.