LIONMAG MEI 2016

Page 1

AUTOMOTIVE Maserati Levante - Suv Mewah Italia

The Inflight Magazine of Lion Air

MEI 2016

Mendulang Riang di

Riung

Pentas Perpisahan

Kiai Nggower

Lansekap Lengkap

Kulon Progo

TIDAK DIBAWA PULANG




Contents

Mei 2016 112.11

24.

Contents

36.

48. 46

16

Traveling Jepang

50

Traveling Flores

24

Special Barbershop

54

Traveling Yogyakarta

36

Destination Galeri Nasional

Automotive Maserati

42

Traveling Pengalengan

50.

58

Destination Lasem

62

Destination Gunung Lembu


PEKA N B A RU

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

5


Contents

70.

Regular

Lion Air Section

8

78

12

80

14

81

70

82

72

84

News Around

Aircraft Fleet

Leisure Wisdom in The Air Hot Stuff Postcard

12.

Info

Welcome Aboard Route Map KidZone

90

Lady in The Air

Contributors Don Hasman

Lahir di Jakarta 7 Oktober 1940. Menikah dengan Suryati dan memiliki dua orang puteri, Arina dan Tarita. Domisili di Kota Depok. Menekuni fotografi sejak 1951. Pernah bekerja di media cetak tabloid Mutiara, harian Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Obor Pancasila (Manado), Suara Indonesia (Malang)dan Nusa Tenggara (Bali). Menyukai penjelajahan di alam. Beberapa kali ikut serta dalam ekspedisi di dalam dan luar negeri sejak 1971. Anggota pencinta alam Sabha Mandala Imada, Garuda Nusantara, eks. Mapala UI Mk-225. Menyukai berjalan kaki, bersepeda dan mengemudi mobil lintas negara. Mendaki gunung sejak 1961. Memperoleh penghargaan dalam bidang fotografi . Trophy Adinegoro (1988), Pelestari Budaya Bangsa, dari Presiden RI (2009), dari Menteri Pariwisata (2009 dan 2013). Penulis dan kontributor foto untuk beberapa buah buku, majalah dan harian.

Eddy Due Woi

PNS yang bertugas di Nagekeo, Flores. Penggemar fotografi khususnya landscape yang hampir tiap minggu selalu melakukan hunting photo. Karya-karyanya bisa dilihat di Instagram atau Facebook: Eddy Due Woi

Toto Santiko Budi

Fotografer lepas, tinggal di Jakarta. Mengawali karir di Surabaya, tahun 2000. Sebagai staf foto Harian Radar Surabaya. Tahun 2005 bergabung dengan Jiwa Foto Agency Jakarta. Sejumlah karyanya pernah dimuat media lokal maupun Internasional, seperti koran Tempo, National Geographic Indonesia dan Destin Asia.



Cockpit’s Note

President Director Rudy Lumingkewas

Keselamatan Penerbangan Prioritas Utama Lion Air Penumpang yang budiman, Faktor keamanan, kenyamanan, dan keselamatan penerbangan merupakan prioritas utama dalam setiap layanan kami. Semua upaya terbaik kami lakukan demi mencapai pelayanan penerbangan yang dapat membuat penumpang sekalian merasa nyaman terbang bersama kami.

Director of Safety & Security Capt. Eduard Kallisto Pardede Director of Operation Capt. Sogi Prakoso Director of Technics Eka Yardianto Director of Commerce Achmad Hasan

Salah satu upaya yang kami lakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tergabung dalam Lion Air Group. Secara rutin seluruh pramugari, pilot, call center, ground crew, hingga flight operation officer (FOO) dilatih di Angkasa Training Center (ATC) yang berpusat di Lion City, Balaraja, Tangerang, Banten.

Director of General Affairs & Finance Edward Sirait

Setiap tahun ATC di Lion City melatih hingga 3.000 orang pramugari, 150 orang pilot, dan mendidik 1.000 orang calon pramugari. ATC memiliki kelengkapan sarana dan prasarana berteknologi canggih, dengan kecakapan instruktur sebanyak 100 orang.

Corporate Legal Dr. Harris Arthur Hedar, S.h., M.h.

Pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan “Selamat Hari Raya Waisak 2560” kepada seluruh umat Budha, dan “Kenaikkan Isa Almasih” kepada seluruh umat Kristen. Di bulan ini juga diperingati Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW. Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap melimpahkan rahmat dan perlindungan kepada kita semua. Akhir kata, terimakasih atas kepercayaan penumpang sekalian terbang bersama Lion Air. Selamat menikmati penerbangan Anda. Rudy Lumingkewas President Director Lion Air

General Manager Service Ari Azhari

Publisher & Editor In Chief Makhfudz Sappe Editor Ristiyono, Faisyal, Riman Saputra N, Dody Wiraseto, Priyanto Sismadi Marketing Fransiska Ririn Tri Astuti, G. Hardianto, Sahman Ahmad Tjambolong, Asdar Tukan, Fernandito Haka (Bali) Art Director Gerald Manuel Illustrator & Designer Richard Archie F. Mandagie, M. Saleh Hanif Finance & Administration Ade Kristanti, M. Zaky, Alvidha Septianingrum, M. Solichin

Advertising Tel.: +62 (21) 98494404 Fax.: +62 (21) 3151668 Email: edlionmag@gmail.com

Beragam informasi tentang dunia traveling dan lifestyle di Lionmag ini bisa dibaca di www.lionmag.net

Hotline Lionmag: 0821 10 88 22 00 Issn: 1979-4185

www.lionmag.net LIONMAG INFLIGHT MAG

www.issuu.com/lionmagazine


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

9


News Around

Kagum Hotels Kembali Gelar Kagum Time 2016 Kagum Hotels kembali adakan event rutin tahunannya yakni Kagum Time 2016. Untuk keempat kalinya jaringan hotel ini mengapresiasi loyalitas customer dan klien yang telah memberikan kepercayaan kepada 6 brand Kagum Hotels, yaitu Golden Flower, Banana Inn, Grand Serela, Gino Feruci, Serela, dan Zodiak Hotel, dengan menjamu 200 undangan perwakilan Himpunan Anak Media Jakarta & Bandung serta top corporate se-Indonesia pada 8-10 April 2016. “Kagum Hotels berharap dengan adanya event Kagum Time 2016 ini, perusahaan kami dapat terus membentuk image dan energi yang positif di para customer dan klien kami, yaitu sebuah image perusahaan perhotelan yang selalu siap memberikan fasilitas dan layanan perhotelan khas Indonesia yang ditata secara profesional dan berkualitas” ujar Firdha Rizkya selaku Marcomm Coordinator Kagum Hotels.

I La Galigo, Asekku Karya sastra Bugis kuno Sureq I La Galigo yang telah ditetapkan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia tak benda, akan ditampilkan dalam muhibah budaya Bugis-Makassar di Kuala Lumpur, Malaysia. Pertunjukan karya sastra yang memuat mitologi Bugis tersebut, dikemas dalam bentuk teater-tari berjudul “I La Galigo, Asekku!” dengan melibatkan 16 pemain pendukung yang disutradarai oleh Ilham Anwar, dipentaskan di Blackbox Stage, Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (ASWARA) Malaysia, 22 April 2016. “Kegiatan muhibah budaya tersebut dilaksanakan dalam bentuk program kerjasama antara Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin Jabodetabek dengan ASWARA Malaysia, yang bertujuan untuk mempromosikan kekayaan seni-budaya Indonesia, sekaligus untuk makin mempererat persahabatan antara Indonesia dan Malaysia,” kata Ilham Anwar, sutradara I Lagaligo Asekku.

Batiqa Hotel Hadir di Pekanbaru Batiqa kembali menunjukkan eksistensinya di industri perhotelan dengan membuka hotel kelimanya di Pekanbaru yang merupakan kota perdagangan dan jasa. Terletak tidak jauh dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II dan pusat bisnis, Batiqa Hotel menyediakan 133 kamar yang terbagi atas 126 kamar superior dan 7 suites yang berdesain minimalis dengan sentuhan budaya lokal setempat. “Kami optimis kehadiran Batiqa Hotel di Pekanbaru dapat jadi pilihan akomodasi dengan harga yang reasonable dengan didukung fasilitas yang memuaskan. Membawa unsur budaya Indonesia kami percaya bahwa dengan merepresentasikan pelayanan dan budaya khas Indonesia, tamu dapat mengeksplor pengalaman lokal yang unik dan otentik,” ujar Michael Tjahaja, Wakil Presiden Direktur PT. Batiqa Hotel Manajemen.

10

LIONMAG MEI 2016

ibis Jakarta Harmoni

Hotel Bisnis di Lokasi Strategis ibis Jakarta Harmoni yang berada di bawah naungan AccorHotels, operator hotel terkemuka di Indonesia dan Asia Pasifik, memiliki lokasi strategis dikelilingi beragam tujuan wisata dan pusat perbelanjaan. Hotel ini berjarak hanya 5 menit dari Istana Presiden dan 10 menit dari Monas, 20 menit dari Kota Tua Batavia serta berbagai tujuan wisata lainnya. ibis Jakarta Harmoni mempunyai 212 kamar, 5 ruang meeting berkapasitas maksimum 100 orang, serta satu ballroom yang dapat menampung sampai 1.000 orang. Koneksi internet dan wifi tersedia di seluruh areal hotel. Seperti brand keluarga ibis lainnya, kamar-kamar di ibis Jakarta Harmoni dilengkapi Sweet Bed by ibis, yang didesain untuk kenyamanan tidur para tamu yang menginap. Untuk kuliner, hotel ini memiliki TASTE Restaurant, menawarkan menu prasmanan dan a la carte internasional yang telah disesuaikan dengan sentuhan lokal.


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

11


News Around

Kidung Dadaka

Opera Jawa Klasik di Tengah Modernisasi Yayasan Abisatya Sarasati mengambil bagian untuk mengajak para remaja mencintai tarian tradisional, serta turut menjaga warisan budaya leluhur bangsa Indonesia dengan mempersembahkan satu karya opera Jawa klasik yang bertajuk “Kidung Dandaka”. Pagelaran tersebut terinspirasi dari cerita Ramayana yang disadur dari buku Anak Bajang Menggiring Angin karya Rm Sindhunata. “Pergelaran opera Jawa klasik “Kidung Dandaka” diharapkan dapat menjadi tontonan masyarakat masa kini yang bukan saja memikat, namun mampu menggerakkan hati para penontonnya untuk mengambil bagian dalam menjaga seni tradisional Indonesia,” ujar Andang W. Gunawan selaku Produser Eksekutif.

Resinda Hotel Karawang

Hotel Mewah di Kawasan Industri Padma Hotels semakin melebarkan ekspansi bisnisnya di 2016 ini. Tepat 21 April 2016, Padma Hotels mengumumkan Resinda Hotel Karawang sebagai hotel bisnis pertamanya di Karawang. Hotel ini diharapkan bisa memberikan standar baru dengan memberikan pelayanan maksimal di kawasan industri ini. “Kehadiran Resinda Hotel Karawang di tengah kawasan industri pabrik-pabrik Karawang akan jadi pilihan menginap yang tepat. Kami memiliki beberapa fasilitas unggulan seperti grand ballroom yang berdesain elegan dan menjadi yang terbesar di Jawa Barat karena dapat menampung hingga 3000 orang yang dapat digunakan untuk keperluan bisnis, acara sosial atau pernikahan. Selain itu kami juga memiliki ‘Sento’ tempat pemandian air hangat bergaya Jepang,” ujar Ruth Hutapea, General Manager Resinda Hotel Karawang.

Intiwhiz International

Buka Hotel Pertama di Sumatera

Setelah sukses mengoperasikan 14 Hotel di Indonesia, Intiwhiz International semakin percaya diri melebarkan sayapnya dengan mengoperasikan Hotel pertama di Pulau Sumatera yaitu Whiz Prime Ahmad Yani Lampung. Hotel bintang tiga ini beroperasi pada 14 April 2016 dan merupakan hotel ke-15 dari Intiwhiz International. Hotel Whiz Prime Hotel Ahmad Yani Lampung terletak di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 21 memiliki 133 kamar dengan 2 tipe kamar yaitu superior dan deluxe. “Rasa syukur dan bangga karena akhirnya Hotel Whiz Prime Hotel Ahmad Yani Lampung telah beroperasi pada 14 April 2016, berlokasi sangat strategis di jantung Kota Bandar Lampung ini diharapkan dapat diterima dengan baik dan memenuhi kebutuhan para pelanggan setia Intiwhiz di Bandar Lampung,” Edi Syumardi, Corporate General Manager Sales & Marketing Intiwhiz International.

Ekspansi Hotel GranDhika di Medan Setelah membuka hotel pertamanya yaitu Hotel GranDhika Iskandarsyah Jakarta pada 20 Januari 2016 lalu, tidak lama lagi ADHI melalui Divisi Hotel akan membuka hotel keduanya yaitu Hotel GranDhika Setiabudi Medan. Hal ini merupakan kelanjutan dari ekspansi properti ADHI dalam usaha perhotelan. Hotel GranDhika Setiabudi Medan memiliki 123 kamar dengan fasilitas kolam renang serta sarana kebugaran. Untuk menunjang kegiatan bisnis, Hotel GranDhika Setiabudi Medan dilengkapi dengan 8 ruang pertemuan, ballroom yang dapat digunakan untuk meeting, seminar ataupun pesta pernikahan yang mampu menampung sampai dengan 500 orang serta sarana parkir yang mampu menampung 60 kendaraan. Disamping itu, Hotel GranDhika Setiabudi Medan juga memiliki fasilitas restaurant & lounge.

12

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

13


Leisure

People’s Café Konsep Sarapan Menggugah Selera

Quest Hotel Balikpapan Penunjang Pariwisata Balikpapan Quest Hotel Balikpapan hanya berjarak 10 menit dari Bandara Internasional Balikpapan. Hotel ini terletak di salah satu jalan yang paling terkemuka di kota itu, Jalan Jendral Sudirman, tepat di dalam pusat perbelanjaan dan hiburan Balikpapan Superblok, yang menempatkan para tamu dalam jarak berjalan kaki ke E-Walk, pusat perbelanjaan terbesar di Balikpapan dan pusat kota. Quest Hotel Balikpapan menggabungkan nilai-nilai dari hotel budget premium dengan keunikan, desain inspiratif, konsep perhotelan yang kreatif dan teknologi seni. Ini adalah pilihan ideal bagi para wisatawan yang mencari lingkungan bergaya namun sederhana. Quest Hotel Balikpapan memiliki 79 kamar dan suite.

Semakin tingginya mobilitas masyarakat Jakarta, membuat sarapan tidak lagi melulu di rumah. Mencari sarapan di dekat tempat kerja adalah pilihan logis sebelum memulai aktivitas. People’s Café menyadari hal itu dengan menyajikan menu sarapan menggugah selera di gerai terbarunya yang dikelilingi perkantoran, Setiabudi One Building. Ada 3 menu sarapan unggulan yang disajikan di sini. Ketiga menu tersebut merupakan menu yang sudah umum, namun dengan sentuhan spesial ala People’s Café. Menu-menu seperti Bubur Ayam Kota, Mie Ny. Bun dan Mie Tek-Tek adalah pilihan menu sarapan yang bisa dinikmati dari Senin hingga Jumat mulai 08:00-11:00 hanya di gerai People’s Café Setiabudi One.

The 101 Yogyakarta Tugu Smart Stylish di Pusat Kota THE 1O1 Yogyakarta Tugu, hotel midscale premium dari brand THE 1O1 Hotels & Resorts yang dikembangkan oleh manajemen operator lokal Indonesia, PHM Hospitality, terletak sangat strategis di jantung Kota Yogyakarta. Hotel ini bersisian dengan Monumen Tugu yang merupakan ikon Kota Yogyakarta, serta akses mudah menuju beberapa destinasi utama di Yogyakarta seperti Jalan Malioboro, pusat bisnis Yogyakarta, serta berjarak 10 km dari Bandara Internasional Yogyakarta, Adi Sucipto. Dengan konsep smart stylish, THE 1O1 Yogyakarta Tugu dirancang dengan gaya modern minimalis namun dipadu sentuhan budaya lokal yang cocok untuk yang suka berlibur ke Yogyakarta maupun melakukan perjalanan bisnis ke kota ini. Memiliki 150 kamar yang bergaya chic & trendy dengan 4 tipe kamar yang terdiri dari Deluxe Balcony, Deluxe Pool Access, Deluxe Merapi View dan Junior Suite.

14

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

15


Wisdom in The Air

Merajut Nasib Mengubah Takdir Teks Jemy V. Confido

Anda mungkin pernah mendengar ungkapan-ungkapan sebagai berikut: • ”Yah, sudah suratan takdir saya menjadi pegawai rendahan.” • ”Saya terima nasib saja menjadi orang kecil.” • ”Dasar garis tangannya, orang itu akhirnya jadi pengusaha sukses.”

ngkapan-ungkapan seperti di atas sangat sering kita dengar atau bahkan kita ucapkan sehingga tanpa kita sadari menjadi sebuah mitos yang dianggap benar namun sesungguhnya belum teruji. Pertanyaan bodoh saya terhadap ungkapan-ungkapan tersebut adalah sebagai berikut: Andai benar bahwa pencapaian seseorang ditentukan oleh suratan takdir, nasib atau garis tangan, maka untuk apa kita susahsusah mengadakan pemilihan umum? Cukup seluruh rakyat negeri ini di-scan tangannya lalu dimasukan ke dalam komputer. Selanjutnya, pada saat kita hendak memilih walikota, gubernur atau bahkan presiden, tinggal kita cari siapa orang yang garis tangannya mengatakan bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Kita perlu berhati-hati terhadap pemikiranpemikiran yang bersifat melemahkan. Pemikiran-pemikiran tersebut cenderung dijadikan dalih oleh orang-orang yang tidak berhasil untuk menutupi kegagalannya. Saya pribadi, sudah sejak lama, memilih untuk tidak mempercayai mitosmitos di atas. Bagi saya, paradigma atau cara pandang yang jauh lebih bisa diterima dan jauh lebih berguna adalah bahwa pikiran seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Selanjutnya, sikap seseorang akan menentukan tindakannya. Lalu, tindakan seseorang akan menentukan hasilnya. Dan, bila hasil demi hasil ini diakumulasikan maka akan menjadi ... nasib atau bahkan takdir. Jadi, singkatnya, nasib atau takdir seseorang ditentukan oleh pikirannya. Anda tidak percaya? Marilah kita menelaah ilustrasi berikut. Dua orang pengusaha, sebut saja Si Bijak dan Si Bodoh, memulai usaha yang sama, pada saat yang sama, di tempat yang sama dengan jumlah modal yang sama. Semuanya sama. Yang berbeda adalah cara pikir Si Bijak dan Si Bodoh. Si Bodoh berpikir bahwa uang yang didapatnya dari hasil usahanya bisa ia gunakan sesuka hati. Sedangkan Si Bijak berpikir bahwa uang yang didapatnya dari hasil

16

LIONMAG MEI 2016

usahanya harus digunakan untuk memperbesar usahanya tersebut. Ternyata penjualan Si Bijak dan Si Bodoh sama lakunya. Omset mereka dari di bulan pertama sama. Si Bodoh menggunakan keuntungan yang diperolehnya untuk bersenang-senang sementara Si Bijak menggunakan keuntungan yang diperolehnya untuk menambah kapasitas usahanya. Bulan ke dua, penjualan Si Bijak sedikit lebih banyak dari Si Bodoh karena ada barang-barang yang tidak disediakan oleh Si Bodoh namun disediakan oleh Si Bijak. Perlahan-lahan, para pelanggan Si Bodoh mulai beralih ke Si Bijak karena barang-barangnya lebih lengkap. Di bulanbulan berikutnya, karena skala bisnis Si Bijak membesar, maka Si Bijak mulai mendapatkan berbagai diskon dari para suppliernya sehingga selanjutnya Si Bijak bisa menurunkan harga jualnya dengan tetap mempertahankan keuntungannya. Pada bulan ke-12, omset Si Bijak sudah meningkat 10 kali lipat di bandingkan pada bulan pertama. Sementara Si Bodoh sudah menutup usahanya. Lalu pantaskah bila Si Bodoh mengatakan keberhasilan dalam menjalankan usaha tersebut bukan merupakan peruntungannya melainkan sudah menjadi garis tangan Si Bijak?


Marilah kita simak kembali ilustrasi di atas. Siapakah yang memiliki pemikiran yang benar terhadap uang yang dihasilkan? Jawabannya adalah Si Bijak. Siapakah yang bersikap benar terhadap uang yang dihasilkan? Kembali Si Bijak. Siapakah yang mengambil tindakan yang benar terhadap uang yang dihasilkan? Lagi-lagi Si Bijak. Siapakah yang mendapatkan hasil yang baik dari waktu ke waktu? Tentu saja Si Bijak. Dan terakhir, siapakah yang akhirnya bernasib lebih baik dalam usaha tersebut? Jelas Si Bijak. Dari kisah di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa nasib seseorang adalah sejauh pikirannya. Semakin seseorang mempersempit pikirannya, maka semakin suramlah nasibnya. Demikian pula semakin seseorang memperluas pikirannya, semakin cerahlah nasibnya. Bahkan, pikiran seseorang bukan hanya bisa merajut nasibnya tetapi juga bisa mengubah takdirnya. Kisah mengenai Hsieh Kun-Shan mungkin salah satunya. Hsieh Kun-Shan lahir di Taidong, Taiwan 21 Juni 1958 dengan tubuh yang sempurna dan dalam kondisi yang sehat. Karena tekanan ekonomi, ia membantu ayahnya Xie Shu dan ibunya Zhang Guihua untuk mencari uang bahkan sejak ia masih kecil. Pada usia 12 tahun, Hsieh terpaksa harus berhenti sekolah dan menjadi buruh pabrik garmen. Di tahun 1974, pada saat ia berusia 16 tahun, Hsieh membawa tiang besi yang secara tidak disadarinya menyentuh kabel bertegangan tinggi. Celakanya lagi, ia tidak menggunakan sandal sehingga seluruh tubuhnya menjadi konduktor listrik. Hsieh pun kontan terkena sengatan listrik yang membuatnya tak sadarkan diri selama dua hari. Pada saat ia terbangun, ia harus menerima kenyataan bahwa kedua tangan dan kakinya hancur serta mata kanannya rusak. Mata kanan Hsieh akhirnya tidak bisa digunakan untuk melihat sama sekali ketika saudara perempuannya secara tidak sengaja memukulnya dengan jepretan pada saat hendak memperbaiki buku. “Kehilangan anggota tubuh dan rasa sakit tidak membuatku lemah, namun hatiku hancur melihat air mata, keputusasaan dan ketakberdayaan ibuku.” Demikian penuturan Hsieh. “Aku hanya menambah penderitaan kepada perempuan yang hidupnya sudah penuh dengan duka. Ia harus merawat aku seperti bayi. Aku lalu membangunkan pikiranku, bahwa aku harus menjadi orang yang berguna dan tidak akan pernah membiarkan Ibuku menangis lagi.” Begitulah tekad Hsieh. Dan ternyata perubahan dalam pikiran Hsieh tersebut telah membuat perbedaan besar. Hsieh pun mulai berlatih untuk hidup dengan kekurangan fisiknya. Ia berlatih mengenakan celananya dan memandikan dirinya. Bahkan Hsieh menolak ketika teman-temannya mengajaknya untuk mengemis. “Tubuhku terkurung, namun pikiranku bebas.” Begitulah keyakinan Hsieh. Akhirnya Hsieh memutuskan untuk

mulai melukis. Kenangan terhadap hobinya menggambari buku pelajaran hingga dimarahi guru telah memberinya gagasan. Ia pun mulai berlatih membuat sketsa dengan menggunakan pensil yang digenggam menggunakan mulutnya. Di saat berusia 20 tahunan, setelah menggunakan kaki palsu, Hsieh bergabung dengan dua orang rekannya untuk mendirikan studio yang menjual lukisan cat minyak. Tekad Hsieh yang kuat telah menarik perhatian pelukis cat minyak terkenal Wu Ah-Sun yang ditemuinya dalam sebuah pameran. Wu kemudian memberikan kuliah gratis melukis kepada Hsieh dan ikut mempromosikan karya-karya Hsieh. Di kelas itulah Hsieh bertemu dengan calon istrinya, seorang wanita cantik bernama Lin Yeh-Chen. Pernikahan itu sendiri pada awalnya tidak disetujui oleh keluarga Lin. Hsieh kemudian melanjutkan sekolahnya hingga lulus SMU pada usia 30 tahun. Pada tahun 1987, Hsieh telah mendapatkan banyak penghargaan. Setiap bulannya ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar US $ 3.000. Bahkan lukisannya yang berukuran sedang bisa terjual seharga US $ 5.000. Selain itu, Hsieh juga mendapatkan penghasilan dari mengajar. Kisah hidup Hsieh telah menjadi legenda di Taiwan dan menjadi pelajaran untuk para siswa SD dan SMP. Film tentang Hsieh sepanjang 30 episode pun diputar di televisi Taiwan dan negara-negara lain termasuk salah satu televisi lokal di Indonesia. Dalam serial televisi tersebut, Hsieh ikut memerankan dirinya setelah dewasa. Pada tahun 2002, Hsieh menulis biografi yang kemudian menjadi buku wajib anak-anak setahun kemudian. Hsieh juga kerap diundang untuk menjadi pembicara dalam berbagai acara penting. Kini Hsieh mengabdikan dirinya untuk menolong lebih banyak orang. Sebagai contoh, Hsieh menyumbangkan hasil penjualan lukisannya seharga Rp. 400 juta yang diperoleh melalui lelang pada saat berkunjung ke Indonesia tahun 2007 lalu. ”Bagiku, tidak ada kesulitan dalam hidup. Yang ada hanyalah tantangan untuk dihadapi dan masalah untuk diselesaikan.” Ujarnya sambil tersenyum di apartemennya yang ditata rapi oleh istri dan dua orang putrinya. ”Aku selalu memikirkan sisi terang hidupku dengan mensyukuri apa yang masih aku miliki daripada meratapi apa yang sudah diambil dariku.” Sungguh sebuah cara pandang yang telah mengubah takdir. Takdir dari seorang cacat tak berdaya menjadi seorang yang sukses, terkenal, dikagumi dan bisa menolong orang lain. Bahkan, mertua Hsieh pun sekarang bangga kepadanya karena menantu mereka ini benar-benar memiliki jiwa yang sangat kuat untuk menopang kehidupan putri kesayangan mereka itu. Anda ingin mengubah takdir Anda? Bangkitkanlah pikiran Anda! www.jemyconfido.com INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

17


Traveling Flores

Mendulang Riang di Riung Mengulik lagi salah satu primadona bahari di Nusa Bunga, yang tetap memukau meski pamornya kini seolah meredup. Teks Valentino Luis FOTO Eddy Due Woi

18

LIONMAG MEI 2016


19

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR Tepukan tangan membuat ribuan kelelawar berhamburan.


Garis pantai berpasir putih di sejumlah pulau.

ulu, sebelum Taman Nasional Komodo dinominasikan sebagai New 7 Wonders, Riung merupakan salah satu persinggahan wajib bila bertandang ke Flores. Begitu Komodo booming, tempat ini seakan dilupakan. Nusa-nusa kecil yang dilingkari pasir putih pun seakan menyepi. ‘’Ya, sekarang tamu baru berdatangan menjelang Juni-Juli. Di luar bulan-bulan itu, palingan satudua kapal yang disewa. Itu pun hanya akhir pekan, bukan hari biasa,” kata Arul dengan ramah. Arul merupakan warga lokal yang menyewakan kapal bagi pelancong di Riung. Dibandingkan beberapa tahun lalu, aktivitas wisata di Riung sekarang memang agak senyap.

20

LIONMAG MEI 2016

Bersama tiga teman asing, saya menjumpai Arul di dermaga, beberapa menit setibanya di Riung. Di dermaga itulah tempat biasanya pengunjung mencari tumpangan kapal. Setelah berbincang, kami sepakat memakai kapalnya, seharga Rp 600 ribu, sudah termasuk makan siang. ‘’Nanti kita bakar ikan di pulau,” katanya berganti sumringah menerima bayaran. Saya kembali ke Pondok SVD, penginapan kami, dengan sukacita membayangkan ekskursi esok hari.

Dirgantara Kelelawar Pukul tujuh pagi, sembari menenteng air minum dan cemilan, kami sudah ditunggu Arul di dermaga. Cuaca cerah bersahabat, ideal untuk island hopping.

Riung berstatus Taman Nasional. Jadi, untuk memasuki kawasannya pengunjung harus membayar retribusi. Bagi pelancong domestik cuma dikenai tarif Rp 5.000 per orang, sedangkan pejalan asing harus membayar lebih, senilai Rp 100 ribu per orang. Rentang harga yang lumayan jauh, namun sebagai warga negara Indonesia tentu saya senang hanya kena karcis seharga demikian. Paling tidak dalam hati saya bisa sedikit bersorak. Dalam denominasi resmi, nama Riung tercatat sebagai Taman Nasional 17 Pulau. Pemberian nama ini sebenarnya tidak sesuai fakta mengingat jumlah pulau kecil yang bertaburan di perairan Riung melampaui 20 pulau. Katanya, angka 17 sengaja dipakai agar sesuai dengan tanggal Proklamasi Kemerdekaan


(atas) Tepian pantai Pulau Rutong yang menentramkan. (bawah) Beningnya perairan di sisi selatan Pulau Tiga.

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

21


Indonesia. Mungkin bertujuan menimbulkan rasa patriotisme. Kapal yang kami sewa adalah kapal kayu yang cukup mampu menampung lebih dari 10 orang. Nelayan-nelayan di sini cenderung suka melabur kapal mereka dengan cat dasar warna putih, diberi atap terpal atau dari daun nyiur sebagai peneduh. Begitu kapal mulai melaju membelah lautan utara yang tanpa ombak, saya sepintas seakan-akan

22

LIONMAG MEI 2016

berada di salah satu sudut Kepulauan Komodo. Topografi Riung memang sama dengan Komodo, termonopoli oleh savana. Persinggahan pertama kami adalah Pulau Kalong, di sebelah barat Taman Nasional ini. Arul mematikan mesin tatkala kapal mulai mendekati hutan mangrove. Saya hapal betul gelagat para awak kapal ketika membawa pengunjung ke sini. Mereka akan menciptakan suasana

hening, sehingga para penumpang pun berhenti bercakap-cakap. Di cabang-cabang atas pohon, kelelawar bergelantungan dalam koloni besar. Jumlahnya ribuan. Begitu kapal berhenti bergerak, Arul menepukkan tangannya, menghasilkan bebunyian lantang. Seketika pula kelelawar berhamburan, terbang beramai-ramai melengkingkan suara. Saya bisa melihat jelas rupa serta bentuk tubuh mereka yang


padat. Saat dirgantara dipenuhi hewan bernama latin Chiroptera itu, kami seperti berada dalam lokasi film horor.

Pasir Putih & Snorkeling Pulau Tiga menjadi tujuan kami berikutnya. Kata Arul, sekalian nanti makan siang di sana. Namun, sebelum sampai Pulau Tiga, Arul menghentikan kapal sekitar 500 meter arah barat Pulau Rutong. ‘’Di sini bagus untuk snorkeling, ada

sejumlah mawar laut,” katanya. Kami tidak menunggu lama, tanpa komando menceburkan diri. Karena laut pasang, keindahan koral-koral baru bisa dinikmati bila menyelam sekitar kedalaman 2 meter. Saya tidak membawa fin, sehingga tidak leluasa bergerak dalam air. Usai snorkeling, kapal kemudian menuju ke Pulau Tiga. Kontur pulau ini hanya punya bukit rendah, selebihnya landai, berhias gradasi air

23

MAGAZINE OF LION AIR Burung-burung putih pemakanINFLIGHT siput beterbangan saat kapal mendekat.


Jalur trekking sebuah pulau savana.

laut antara hijau-biru cerah-biru pekat serta keteduhan beberapa pohon. Cocok buat piknik. Beberapa menit setelah kami tiba, giliran kapal lainnya ikut merapat, juga membawa pelancong. Bisa jadi karena keteduhannya, Pulau Tiga dipilih sebagai lokasi makan siang karena di pulau lain sulit menemukan pohon rindang. Awak-awak kapal di Riung ahli juga memasak, terlebih soal seafood grill. Rupanya mereka bekerja sama dengan nelayan, diantarkan ikan segar hasil tangkapan hari itu. Sedangkan nasi, sambal, dan sayuran telah dimasak dari rumah. Dengan bumbu organik, citarasa hidangan terasa gurih. Uh, betah jadinya berlamalama di Pulau Tiga, bahkan saya sampai tertidur pulas di hammock usai makan, sementara beberapa turis

24

LIONMAG MEI 2016

asing berjemur dan kembali masuk dalam laut. Sekitar jam 15.00, kapal meninggalkan Pulau Tiga, giliran menyambangi Pulau Rutong yang tadi hanya sepintas dilalui. Di antara banyak pulau di Taman Nasional 17 Pulau, Rutong merupakan destinasi paling diminati lantaran begitu fotogenik serta mudah diakses. Pasir pulau mungil ini bersih, putih benderang, ditambah lekuk-lekuk menawan. Begitu memijakkan kaki di Pulau Rutong, hampir semua kami sigap sibuk berfoto, mencari sudut-sudut terindah. Bintang laut gampang dijumpai di bagian yang dangkal, juga aman berjalan di air karena tidak ada bulu babi. Mereka yang tidak puas sekadar bersenang-senang di pantai memutuskan mendaki bukit. Sudah ada jalur trekking di sejumlah pulau. Di

Pulau Rutong ini bisa dibilang a must try karena pemandangan Taman Nasional menakjubkan ditilik dari atas bukit. ‘’Inilah bedanya menikmati keindahan dari ketinggian, langsung dengan mata kepala sendiri, bukan dengan kamera drone. Sensasi antara kekaguman dan surprise-nya beda. Lebih hebat!� seru salah satu pengunjung yang sedari tadi asyik bermain drone di pantai, namun akhirnya memutuskan trekking saat tiba di Pulau Rutong. Kami bertahan hingga senja menjelang. Dalam suasana yang tidak ramai, saya berpikir, kadang ada baiknya sebuah destinasi wisata tidak terlalu touristic, tidak terlalu crowded. Jadi, saya suka kelengangan Riung karena diberi kesempatan untuk mendulang riang secara utuh. Dalam kealamian dan otentitasnya.


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

25


Traveling Yogyakarta

Lansekap Lengkap Kulon Progo Teks & FOTO Dody Wiraseto

Salah satu gardu pandang LIONMAG MEI 2016di Kalibiru. 26


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

27


Perjalanan saya ke Yogyakarta kali ini berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya lebih fokus ke budaya dan kekayaan kulinernya, kehadiran saya kali ini —selain mengobati rindu pada kota nan istimewa, seistimewa statusnya di Indonesia— juga untuk menyisir sisi luar Kota Yogya. Alam menjadi pemikat utama, ditunjang kesahajaan penduduknya dalam berbudaya.

eninggalkan sejenak hirukpikuk pusat Kota Yogyakarta, saya beranjak menuju Kulon Progo, salah satu sudut Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki sejarah perjuangan dan lansekap alam yang lengkap. Setelah satu jam perjalanan dari pusat kota, hamparan hijau sawah serasa menjadi pintu masuk menuju Kulon Progo. Di kanan-kiri jalan, rumah penduduk selalu miliki tempat untuk menjemur padi. Hawa sejuk semakin terasa kala melewati ‘’gerbang masuk alami’’ ini. Setelahnya, gugusan bukit Kawasan Pegunungan Menoreh memberi suasana kesegaran pada bentang alam di sisi barat Yogya ini.

Pesona Kalibiru Bukit Menoreh merupakan daerah perbukitan yang membentang di wilayah utara Kabupaten Kulon Progo sekaligus sebagai pembatas wilayah kabupaten itu dengan Kabupaten Purworejo di sebelah barat dan Kabupaten Magelang di sebelah utara. Kawasan ini tidak saja indah dipandang, namun juga menyimpan cerita pembentuk sejarah Indonesia.

28

LIONMAG MEI 2016

Di daerah ini Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya membentuk basis pertahanan dalam peperangan melawan Belanda. Dari sejarah itu, Desa Kalibiru merupakan penyaksi kegigihan perjuangan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya. Desa itu kini semakin luas dikenal berkat ekowisata unggulannya. Kalibiru menjadi destinasi pertama sekaligus pembuka cakrawala informasi tentang kabupaten berjuluk Jewel of Java ini. Bisa dibilang Kalibiru kini menjadi magnet wisata Kulon Progo. Capaian ini tidak luput dari kegigihan dan kreativitas masyarakat dalam mengembangkan pariwisatanya. Pesona ekowisata Kalibiru pun tidak dibangun dalam waktu sekejap, melainkan butuh waktu bertahun-tahun. Padahal, sebelumnya kawasan ini sempat tandus akibat pembalakan hutan. Desa yang terletak pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mengembangkan potensi wisatanya dengan jalur trekking, homestay, gardu pandang, serta sejumlah kegiatan outbond menarik. Gardu pandang yang dibangun di atas pohon

pinus menjadi nilai lebih destinasi ini. Bahkan untuk menaikinya pun saya harus antri dengan batasan waktu. Gardu pandang menjadi spot foto menarik dan setiap orang akan dipungut biaya Rp 15 ribu. Setelah antri sekitar satu jam, tiba kesempatan saya menaiki gardu pandang. Sejuk udara berpadu dengan hamparan hutan hijau menyegarkan mata. Bukitbukit memberikan dimensi yang


Aktivitas outbond berlatar Waduk Sermo.

membuat pemandangan makin elok. Di tengahnya, Waduk Sermo menjadi inti pemandangan ini. Di atas gardu pandang, terasa jantung terus berdebar. Ketinggian sebenarnya mungkin sekitar 10 meter dari tanah, tetapi ketika di atas serasa berada di puncak Bukit Menoreh. Namun, saya sedikit lebih tenang karena alat keselamatan di gardu pandang terbilang lengkap. Sebelum naik, saya diberi sejenis sabuk yang

terikat dengan tali di bawah gardu pandang. Begitu pula kala mencoba aneka kegiatan outbond. Standar keamanan yang tinggi membuat saya sangat menikmati semua permainan di Kalibiru.

Air Terjun Toska hingga Pantai Tetrapod Langit masih membiru dan cuaca cerah menjadi berkah. Tanpa membuang banyak waktu, saya

melanjutkan perjalanan dari Kalibiru menuju Air Terjun Kedung Pedut di Desa Jatimulyo. Menuju air terjun indah itu bisa ditempuh hanya sekitar 20 menit dari Kalibiru. Lagilagi gugusan Perbukitan Menoreh tersibak. Kali ini lebih jelas, luas, dan bebas sejauh mata memandang. Air Terjun Kedung Pedut terletak di sebuah lembah yang diapit dua bukit. Lokasi itu yang membuat airnya sangat jernih. Kejernihan air itu INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

29


(atas) Resto yang asyik untuk melihat sunset Gili Air. (bawah) Sebuah cafe yang terletak di sisi timur pulau.

bahkan bisa dibuktikan dengan warna toska yang berkilau kala terpapar sinar matahari pagi. Di bawah, tepat pada lokasi air jatuh dari puncak air terjun yang tidak terlalu tinggi, beberapa orang asyik berbaur menikmati kesegaran alami air terjun itu. Bersatu dengan alam menciptakan harmoni, bersantai menikmati sepoi angin sembari melihat kebahagiaan yang ditunjukkan orang-orang itu. Air Terjun Kedung Pedut merupakan

30

LIONMAG MEI 2016

tempat rehat istimewa di Kulon Progo sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Glagah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Menuju Pantai Glagah, berarti harus rela meninggalkan Perbukitan Menoreh yang megah. Dari Air Terjun Kedung Pedut butuh waktu lebih kurang satu jam menuju Pantai Glagah, melewati jalan utama penghubung Yogya—Jawa Tengah.

Berbeda dengan pantai di Gunung Kidul yang dibatasi bukit dan karang, tepian Pantai Glagah terlihat sangat panjang dan bebas penghalang. Kondisi itu sebenarnya tidak ideal jika melihat karakter ombak di Pantai Selatan. Ombak bergulung-gulung tentu menyulitkan nelayan yang ingin menepi ke pantai. Oleh karena itu, di kawasan pantai itu dibangun sebuah dermaga panjang dengan tetrapod di kanan-kiri. Tetrapod


berfungsi sebagai pemecah ombak. Keberadaan tetrapod bahkan menjadi ikon Pantai Glagah. Menarik disaksikan kala ombak beradu dengan tetrapod. Tetrapod itu berbentuk bintang mercy. Setiap sudutnya seukuran satu orang dewasa. Saking besarnya, dentuman sangat keras pun terdengar kala ombak menggulung dan langsung menerpa tetrapod. Pecahan ombaknya mampu

(kiri) Kumpulan tetrapod di tepi dermaga Pantai Glagah. (kanan) Pemancing berdiri di atas tetrapod dan di tengah debur ombak yang kencang.

membuat pemancing di pinggir dermaga berhamburan menjauh. Namun, tidak jarang pemancing harus menghadapi pecahan ombak demi mendapatakan ikan yang sudah memakan umpannya. Sebuah pemandangan seru dan menegangkan. Warna langit mulai menjelma jingga. Perlahan mentari kembali

ke peraduannya. Deburan ombak kian kencang mengiringi surya tenggelam. Kulon Progo memberikan gambaran tentang hubungan saling menguntungkan antara alam dan manusia. Jika manusia mampu menjaga alamnya, alam pun akan memberikan banyak manfaat sebagai sumber kehidupan. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

31


Automotive

32

LIONMAG MEI 2016


Maserati Levante

Suv Mewah Italia Sebagai segmen SUV Maserati, Levante memberikan passion, kemampuan, dan eksklusivitas yang dikombinasikan dengan ruang luas. Kemampuan drivability on-road dan off-road serta handling pada salju dan es merupakan yang terbaik di kelasnya. Teks Riman Saputra N Foto Dok. Maserati INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

33


ebagai titik balik dalam sejarah Maserati, Levante menoreh debut globalnya pada ajang Geneva Motor Show 2016. Kehadirannya kembali memungkinkan Maserati mengakses pangsa terbesar dalam segmen mobil mewah di dunia. Levante pun diyakini akan memberikan kontribusi signifikan pada penciptaan produk lineup terlengkap dalam sejarah Maserati. Nama Levante terinspirasi dari kehangatan angin Mediterania yang dapat berubah dari pelan hingga kencang dalam sekejap. Pemilihan nama itu mencerminkan karakter SUV pertama Maserati. Sedangkan Levante didasarkan pada platform evolusi sedan yang dirancang eksklusif oleh Maserati. Sasisnya dikembangkan secara khusus untuk menawarkan kemampuan berkendara on-road yang kompetitif serta off-road nan unik dalam kemasan kenyamanan sekaligus kepraktisan pemakaian sehari-hari. SUV premium Italia ini memiliki paduan optimal tiga unsur utama, yaitu desain, eksklusivitas, serta performa.

DESAIN Levante memiliki desain khas dan menarik, merangkul elemen estetika gaya Italia. Desainnya membawa konsep baru ke dunia SUV, menggabungkan kelapangan, garis coupĂŠ, serta efisiensi aerodinamis terbaik pada segmennya dengan koefisien Cx hanya 0,31. Sementara eksklusivitas terlihat dari fitur teknis, seperti Air Suspension dan sistem Q4 AWD yang dihadirkan sebagai perlengkapan standar serta kustomisasi tingkat tinggi mencakup dua paket mutakhir, yakni Sport dan Luxury.

34

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

35


Dirancang di Studio Maserati, FCA “Centro Stile” di Turin, Italia, desainnya juga menggabungkan garis coupé dengan ruang interior yang mengesankan. DNA Maserati pun terlihat jelas, di mana pun Anda menatapnya, bisa dipastikan Levante berdiri unik di antara para pesaingnya. Grille mengesankan terinspirasi dari konsep sensasional Alfieri yang mulai saat ini pula ditakdirkan sebagai fitur signature dari semua mobil Maserati. Berbentuk muscular dari haunche belakang bergaya khas Italia yang menarik, dari kejauhan pun Levante langsung bisa dikenali sebagai Maserati. Sebagaimana kelaziman pada segmen SUV, tipikal handling on-road dan kemampuan off-road-nya yang solid menggambarkan keseluruhan etos mobil Maserati. Levante juga merangsang setiap perhitungan pengemudi mobil sport melalui fiturfitur berorientasi performa, seperti penggunaan ekstensif dari bahan ringan serta distribusi 50:50% antara berat ideal dan gravitasi terendah di kelasnya. Fitur-fitur itu menyodorkan

36

LIONMAG MEI 2016

kelincahan yang tidak tertandingi di kelas SUV mewah. Tata letak suspensi aluminium ‘’double wishbone-five link’’ terdiri atas Air Spring yang dikontrol secara elektronik oleh peredam kejut Skyhook. Sementara kaitan dengan sistem cerdas Q4 All-Wheel-Drive serta sistem Torque Vectoring yang baru dikenalkan, akan memberikan kejutan pada eGT perilaku Maserati di jalanan. Levante juga dirancang memberikan yang terbaik dalam kenyamanan kelas atas pada jalan kasar maupun handling di salju serta es. Bagi pecinta petualangan, Levante dilengkapi peralatan off-road.

PERFORMA Levante dilengkapi dengan evolusi terbaru dari mesin Maserati V6 3-liter. Kedua versi mesin bensin twin-turbo dan turbo diesel ekonomis tersebut diakui secara global sebagai pembuktian keunikan dan kelas signature Maserati yang berkinerja luar biasa. Mesin bensin Maserati V6 dengan GDI terbaru dan twin-turbo tersedia

dalam dua versi, 430 hp dan 350 hp. Yang terkuat butuh 5,2 detik guna mencapai 100 km/jam hingga kecepatan tertinggi 264 km/jam, sedangkan untuk versi 350 hp butuh 6 detik pada kecepatan tertinggi 251 km/jam. Levante juga dilengkapi commonrail serta direct injection turbo diesel V6 dengan mengurangi dwell time injector. Mesin 3-liter itu memiliki tenaga 275 hp dan melesat dari 0-100 km/jam dalam 6,9 detik dengan kecepatan tertinggi 230 km/ jam sambil menjaga keekonomisan bahan bakar serendah 7,2 liter/100 km di bawah ketentuan New European Driving Cycle (NEDC ). Levante 350 hp dan 275 hp diesel dilengkapi ban 18” sebagai standar dengan opsi 19”, 20”, dan 21”. Dimensi ban depan dan belakangnya dibuat sama (standar 255/60 ZR18). Untuk meningkatkan performa, versi 430 hp dilengkapi roda 19” sebagai standar dan menggunakan ban lebih lebar di belakang (295/45 ZR 19 dengan 265/50 ZR 19 di bagian depan).


Levante dilengkapi dengan evolusi terbaru dari mesin Maserati V6 3-liter. Kedua versi mesin bensin twin-turbo dan turbo diesel ekonomis tersebut diakui secara global sebagai pembuktian keunikan dan kelas signature Maserati yang berkinerja luar biasa.

Kedua mesin Maserati Levante ini menggunakan gearbox ZF delapan kecepatan otomatis yang memberikan kenyamanan mulus serta perpindahan gigi cepat, tergantung pada pilihan mode drive. Pengemudi Levante bisa memilih di antara empat mode berkendara, ‘’Norma’’, ‘’I.C.E.’’, ‘’Sport’’, dan ‘’Off-road’’. Masing-masing memiliki karakteristik berbeda namun semuanya mampu mengubah mesin, transmisi, suspensi, dan fitur elektronik secara cerdas.

INOVASI Memasuki segmen SUV, Levante memperkenalkan beberapa inovasi pada lineup Maserati, mulai dari keamanan, pilihan kenyamanan, hingga Human Machine Interface baru serta solusi kargo khusus. Fitur-fitur inovatif yang dimiliki mobil ini seperti Adaptive Cruise Control dengan fungsi Stop & Go, Forward Collision Warning dan Brake Assist System, Lane Departure Warning, kamera Surround View, tampilan layar sentuh kapasitif 8,4 inci dengan brand kontrol rotary baru, serta fungsi AHA sebagai tambahan Maserati

Touch Control Plus perpanjangan radio digital AM, FM dan DAB dengan pilihan koneksi jaringan. Fungsi dialog AHA dengan perangkat mobile terhubung ke jaringan pengguna agar tetap memberikan akses ke layanan online (stasiun radio, program, dan lain-lain) pada saat bergerak. Lini produksi state-of-the-art baru diatur eksklusif untuk Levante di pabrik bersejarah Mirafiori, yang mengkalkulasi cermat standar kualitas tinggi setiap bidang, mulai dari desain pengembangan hingga dari kontrol proses untuk fabrikasi. Lebih dari 100 tahun Maserati dikenal memiliki

tradisi atas garansi keahlian, teknologi mutakhir, serta kualitas yang luar biasa hingga ke bagian-bagian terkecil. Sejalan dengan tradisi Maserati, terdapat beragam pilihan dan berbagai warna serta material untuk Levante. Sebanyak 13 warna tersedia, tiga di antaranya eksklusif untuk model ini. Rentang warna eksteriornya memiliki dua warna solid (Nero dan Bianco), tiga warna metalik (Grigio Metallo, Grigio, dan Verde Ossido), dua warna metallescent (Grigio Maratea dan Champagne), lima di mika (Nero Ribelle, Blu Passione, Blu Emozione, Rosso Rubino, serta Rame), serta satu warna pearlescent (Bianco Alpi). INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

37


Traveling Pengalengan

Perkebunan Teh Malabar

Jejak Kebun Teh Tua Belanda

38

LIONMAG MEI 2016


Kebun Teh Malabar mendokumentasikan secara lengkap dan istimewa atas berbagai sisi teh, mulai dari pabrik teh berumur ratusan tahun hingga pohon teh tua yang berukuran melebihi tinggi orang dewasa. Teks & FOTO Dody Wiraseto

ampir lebih dari dua jam perjalanan saya dari pusat Kota Bandung. Namun, tanda-tanda keberadaan Perkebunan Teh Malabar belum ditemui. Menuju kebun teh itu di kawasan Pengalengan, Bandung Selatan, Jawa Barat, memang butuh perjuangan. Harus melewati beberapa titik kemacetan, ditambah kontur jalan yang menanjak, serta lebar jalan yang terbatas. Semuanya membuat saya memilih lebih berhati-hati meniti jalanan ketimbang memacu kendaraan. Rasa penasaran baru terjawab kala melewati daerah Ciwidey. Papan penunjuk arah menuju Kebun Teh Malabar menjadi pembimbing hingga pintu masuk gerbang. Dari pintu masuk, bisa disaksikan hijau pohon teh menghampar, berpadu dengan perbukitan nan elok. Saya tiba menjelang siang, sehingga kabut pagi telah berganti dengan terik mentari. Para petani pun telah kembali ke tempat istirahatnya. Piknik di bawah rindangnya pohon teh berumur ratusan tahun.

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

39


‘’Biasanya para pemetik teh itu mulai bekerja dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang. Lebih ramai lagi saat pagi hari, saat udara masih sejuk. Kalau sekarang mereka sudah istirahat, Mas,” ujar Jani, petugas bagian quality control di Pabrik Teh Malabar. Jarum jam memang telah menunjuk pukul 11.30. Karena sudah tidak ada aktivitas petani di kebun teh, saya pun diajak menuju pabrik teh yang berdiri sejak 1890an itu. Selain kopi, teh merupakan salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui Politik Tanam Paksa (Cultuurstelsel) di era penjajahan Belanda. Mulanya bibit teh yang ditanam di Perkebunan Teh Malabar berasal dari China. Setelah pada 1872 diperkenalkan dan didatangkan bibit teh dari Assam, banyak perkebunan teh

40

LIONMAG MEI 2016

kemudian memakai bibit teh asal India tersebut. Ternyata bibit teh dari Negeri Hindustan itu lebih sesuai dengan kondisi tanah dan iklim Indonesia. Kebun Teh Malabar juga merupakan salah satu perkebunan yang menggunakan bibit teh dari India itu. ‘’Nanti saat menyusuri kebun teh akan melewati areal kebun teh yang mengawali kiprah perkebunan ini di industri teh zaman dulu,’’ kata Jani. Ucapannya membuat saya penasaran. Proses demi proses produksi di pabrik ini memang sebaiknya diketahui. Perkebunan Teh Malabar yang seluas 2.022 hektare itu setiap hari mampu mengolah 60 ribu kilogram pucuk teh. Pemasarannya, 90 persen ke luar negeri. Untuk pasar dalam negeri, perkebunan ini menggunakan merek ‘’Walini’’. Namun, yang dikirim ke pasar luar negeri tidak diberi merek.

Ironis memang mengingat teh yang diekspor itu berkualitas terbaik, tetapi justru diberi merek oleh negara lain. Apalagi, kata Jani menerangkan, ‘’Setelah diekspor teh itu dikemas di luar negeri dan kemudian diimpor kembali ke Indonesia.’’ Proses pembuatan teh di pabrik itu bisa dilihat dari tempat khusus. Saya tidak diizinkan langsung mendekat dengan ruang produksi ini. Awal produksi dimulai dari daun teh yang harus melewati proses pelayuan sekitar 18 jam di tempat berbentuk persegi panjang bernama withered trough. Setiap empat jam daun teh dibalik untuk menghilangkan kadar air hingga 48 persen. Daun-daun teh layu lantas dimasukkan gentong dan diangkut dengan monorel menuju mesin penggilingan. Setelah digiling, daun teh dibawa ke tempat pengayakan.


Perkebunan Teh Bersejarah Perkebunan Teh Malabar dibuka oleh Preanger planter bernama Kerkhoven pada 1890-an. Sebelumnya Kerkhoven membuka perkebunan teh di daerah Gambung, Ciwidey. Popularitas kawasan Kebun Teh Malabar melesat setelah Kerkhoven mengangkat sepupunya, Karel Albert Rudolf Bosscha, menjadi administratur perkebunan itu pada 1896. Jejak sejarah Bosscha di Malabar dibuktikan dengan keberadaan makamnya di tengah areal perkebunan. Di bawah rindang pepohonan yang memagari, kisah hidupnya bisa dibaca di sebuah batu yang terletak di depan pintu masuk makam ini. Hikayat mencatat ia meninggal akibat tetanus yang

didapatkan saat menjalankan pekerjaannya. Selepas melihat langsung makam Bosscha, saya masih penasaran oleh penuturan Jani tentang areal kebun teh pertama di Malabar. Pak Suharsa, pemandu selama menyusuri kebun teh, langsung mengajak ke areal yang dimaksud Jani. Ternyata, areal kebun teh itu mampu memutarbalikkan pandangan saya selama ini tentang pohon teh. Di pikiran saya selama ini ukuran pohon teh maksimal setinggi pinggang orang dewasa. Nyatanya, di kebun yang telah berumur lebih dari 100 tahun itu tinggi pohon teh yang mampu bertahan hidup mencapai 5-6 meter. Saking rindangnya, areal ini

sekarang dijadikan tempat bersantai wisatawan yang datang berkunjung. ‘’Jadi, bisa dibilang pohon teh yang tinggi ini merupakan cikal bakal Perkebunan Teh Malabar. Lahan ini sempat dijadikan penghasil bibit teh, tapi sekarang tidak dipakai lagi karena sudah kenal sistem stek daun,’’ kata Suharsa menerangkan. Beda dulu, lain sekarang. Di era yang semakin modern ini banyak metode zaman dulu ditinggalkan. Namun, perkembangan zaman tidak akan mampu mengubah catatan sejarah, termasuk jejak Perkebunan Teh Malabar yang lahir kala negara ini dalam kekangan kolonialisme Belanda, namun mampu bertahan hingga Indonesia sebebas sekarang.

(hal kiri) Luasnya hamparan kebun teh. (hal kanan) Ruang-ruang proses produksi teh yang bisa dilihat oleh wisatawan. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

41


Traveling Jepang

“Saya Suka Jepang dengan Segala Musimnya� Teks & FOTO Don Hasman

usim apa pun yang tengah berlangsung di Jepang senantiasa menarik disaksikan serta dirasakan dalam bentuk foto perjalanan. Perpaduan modern hingga tradisional tersaji bagi yang ingin menikmati suasana dengan ciri khasnya. Selain itu, musim apa pun di Jepang, arsitektur khasnya hadir dengan ciri tersendiri dalam perpaduan harmonis, menyatu dengan alam lingkungannya. Musim dingin tidak selamanya putih bersalju. Masih ada pepohonan meski tersisa batang dan cabangcabangnya. Juga ada pohon cemara khas Jepang yang tetap hijau dengan aneka bentuk keelokannya.

42

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

43


Setiap musim, alam menyediakan kesempatan seluasluasnya bagi penghuninya untuk menikmati sekaligus memanfaatkannya.

Musim semi akan tampil menarik, dimeriahkan kemunculan bunga sakura sebagai primadona. Kehadirannya banyak disukai orang, perlambang awal kehidupan baru yang menyenangkan. Udara bersih, langit biru, dan matahari bersinar cerah, sungguh suasana lingkungan hidup nan asri. Dunia bersama makhluk hidupnya bersuka ria menyambut musim semi. Musim gugur pun menjadi suasana menghibur dengan aneka warna pemberian Yang Maha Pencipta. Merah, jingga, kuning, cokelat tembaga, dan aneka warna cerah lainnya menambah semarak suasana akhir musim gugur. Menghibur secara

44

LIONMAG MEI 2016

alamiah melalui segala kemeriahan yang dipertontonkan kepada mereka yang mau mensyukuri anugerah Sang Pencipta alam semesta. Setiap musim, alam menyediakan kesempatan seluas-luasnya bagi penghuninya untuk menikmati sekaligus memanfaatkannya. Musim salju, silakan dinikmati bagi yang mau berselancar di salju yang lembut. Pada musim semi bisa dirasakan udara segar dengan sajian bungabunga bermekaran. Alam memberikan kesempatan makhluk hidup memanfaatkannya, sementara lebah mengumpulkan nectar untuk diolah menjadi madu, karunia Yang Maha Pencipta untuk

seisi dunia. Musim panas hingga musim gugur memberikan kesempatan udara dan suasana cerah, juga meriah. Sebagaimana Sang Pencipta menghadirkannya, pepohonan berikut alam serta lingkungan hidup beristirahat untuk menjalani daur kehidupan agar semua makhluk hidup bisa mengambil manfaatnya. Bagi wisatawan Indonesia yang merindukan indahnya salju, begitu tiba di Tokyo (Bandara Narita atau Haneda), hanya perlu satu jam dengan Kereta Api Shinkansen atau 2,5 jam berkendara dengan mobil untuk sampai kawasan wisata musim dingin di Karuizawa yang serba lengkap wisata saljunya.


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

45


Special Barbershop

Perjalanan Panjang Barbershop Industri pangkas rambut pria sudah ada ratusan tahun sebelum masehi. Ia hadir untuk lapisan masyarakat atas dan marjinal - yang potong rambutnya dilakukan di bawah pohon rindang. Teks Faisyal Foto Riman

46

LIONMAG MEI 2016

ak kalah sama kaum Hawa, kini kaum Adam urban mulai berdandan. Dalam melakoni kehidupan mereka memperhatikan penampilan – termasuk rambut. Karena rambut adalah mahkota yang musti terlihat menarik. Berangkat dari kebiasaan ini, bermunculan aneka barbershop atau tempat potong rambut pria. Mulai dari pangkas rambut kelas pinggir jalan.

Orang sering menyebut pangkas rambut di bawah pohon rindang (DPR) yang konsumennya berasal dari tukang becak, pemulung dan komunitas marjinal lainnya. Sampai barbershop kelas atas yang berdiri di mal-mal mewah dengan harga jasa potong hingga ratusan ribu rupiah. Berbeda dengan tukang cukur DPR, mereka tak musti bayar sewa tempat. Wajar harga jasa potong rambutnya murah, sekitar Rp


10.000 perkepala. Mereka mencari konsumen dengan cara jalan kaki atau naik sepeda sambil membawa perlengkapan alat cukur. Bangsa pertama yang mengklaim dirinya paling ahli dalam jasa pelayanan potong rambut adalah bangsa Roma sekitar 296 tahun sebelum masehi. Akan tetapi baik pada bangsa Roma maupun Mesir, barbershop memiliki reputasi yang kurang baik, karena orang-orang elit atau kelas atas pada waktu itu memiliki tukang cukur pribadi. Pada masa itu, janggut pada lelaki menjadi simbol kekuatan dan intelegensi, sehingga harus dirawat dengan baik dan teratur.

Bertahan di Tengah Modernisasi Industri barbershop modern mulai berdiri sekitar awal abad ke-20 di wilayah Amerika Serikat. Pada tahun 1920 “Associated Master Barbers of America� dan “National Association of Barber School� menjadi dua organisasi formal yang mengatur profesi ini. Dengan adanya dua organisasi ini perkembangan usaha barbershop di wilayah Amerika semakin tumbuh pesat. Kecepatan dan efisiensi mencukur juga semakin baik seiring dengan berkembangnya teknologi, misalnya dengan penggunaan berbagai alat elektronik pandukung seperti kliper maupun blowdryer.

Di Indonesia pun industri ini perlahan-lahan mulai bergerak. Di era kolonial barbershop Indonesia mulai menjamur. Salah satunya bernama Ko Tang yang berada kawasan Petak Sembilan, Jalan Pintu Besar Selatan 3, dekat dengan Pasar Pancoran, Glodok, Jakarta Barat. Posisinya tak jauh dari warung kopi legendaris Tak Kie yang sudah ada sejak 1927. Pangkas rambut pria ini sudah berdiri sejak 1936 - sampai sekarang masih melayani pelanggannya. Seiring dengan perjalanan waktu, tempat cukur rambut Ko Tang kini hanya menyisakan tiga orang pencukur rambut. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

47


Meski sudah tua, pangkas rambut Ko Tang punya kelebihan dibandingkan barbershop modern. Pangkas rambut Ko Tang menyediakan pelayanan bersih kuping. Tamu yang sudah selesai potong rambut akan dilanjutkan korek kuping. Prosesi korek kuping adalah salah satu daya tarik. Selain korek kuping, mencuci rambutnya masih menggunakan wastafel, dan kursi untuk pangkas rambut usianya pun sudah cukup tua. Menurut Yeyeh, kursi pangkas rambut sudah ada sejak Ko Tang berdiri. Meski tampilan dan pelayanan tidak semenarik barbershop modern. Dan berdampak pada jumlah pengunjung. Namun pangkas rambut Ko Tang sama sekali tidak mempersoalkannya. Tetap yakin dan bercaya bisa berdiri di tengah serbuan pangkas rambut pria modern.

48

LIONMAG MEI 2016

Pesan dari Batavia Barbershop Sama seperti industri kuliner yang tampil dengan berbagai konsep. Begitu pula barbershop pun tampil dengan berbagai gaya. Tujuannya adalah menarik dan memuaskan konsumen – hingga mereka menjadi pelanggan tetap. Bukan pekerjaan mudah untuk mengikat konsumen menjadi pelanggan yang loyal. Hal tersebut disadari pemilik Batavia Barbershop, Zikra L. Anwar. Selain tampil dengan identitas yang khas yaitu vintage, strategi lain yang dilakukan Zikra adalah membuat kartu anggota. Bagi pelanggan yang punya kartu anggota akan mendapatkan potongan 15%. Ketika mendapatkan 12 poin akan mendapat bonus, berupa gratis potong rambut satu kali. Zikra menuturkan, persaingan di industri potong rambut sekarang cukup ketat. Jika tidak punya

kelebihan dibandingkan pangkas rambut lainnya, rasanya sulit untuk bertahan. Pasar industri pangkas rambut tidak begitu besar – sementara pemainnya cukup banyak. Dari segi tampilan, Batavia Barbershop mencoba tampil berbeda dibandingkan pangkas rambut lain. Dengan mengsung konsep vintage, Zikra berharap barbershopnya punya nilai lebih, hingga menimbulkan rasa senang dan decak kagum dari setiap tamu yang datang. Didesain dengan ornamen antik, karena pemiliknya sendiri adalah kolektor dan penggemar barang antik. Setiap barang antik yang dipajang punya cerita dan kenangan sendiri. Apa pun yang terlihat klasik selalu menarik dan enak dipandang mata. Sesuai dengan namanya, Batavia Barbershop cocok buat yang mencintai pernak-pernik vintage.


Bukan sekadar memajang barang antik, seperti telepon, radio, plat mobil keluaran Eropa, aneka poster zaman dulu dan barang antik lainnya. Zikra sengaja menaruh barang-barang antik – supaya wawasan pengunjung tentang sejarah semakin baik. Ia menjadi tahu seperti apa benda dan kehidupan tempo dulu. Tak hanya hiasan ruang, arsitektur Batavia Barbershop sangat kental nuasan tempo dulu. Ruang ditata menjadi klasik. Bagian pintu menggunakan pintu kayu bergaya klasik. Sementara lantainya dibuat kesan klasik. Begitu pula dinding bata berwana putih dikemas klasik. Jendela kayu berwarna biru dan lampu teplok ikut andil mempercantik dan memperjelas identitas Batavia Barbershop sebagai pangkas rambut vintage.

Jika lampu teplok zaman dulu menggunakan minyak tanah – sementara lampu teplok di Batavia Barbershop menggunakan tenaga listrik. Yang paling berkesan adalah bangku tempat cukur rambut adalah bangku cukur rambut tempo dulu. Yang ia beli dalam kondisi rusak - lalu diperbaiki hingga bisa digunakan kembali. Selain memperkenalkan sejarah. Zikra juga mengajak konsumen untuk mencintai lingkungan. Jika Anda memotong rambut di Batavia Barbershop, Anda tidak akan memperoleh billing berbentuk kertas. Hasil pembayaran akan dikirim melalu email. “Saya mau mengajak pengunjung agar mencintai lingkungan. Kondisi alam kita sekarang sudah mulai memprihatikan, terutama hutan yang digunakan sebagai bahan

dasar pembuatan kertas – sudah menyedihkan. Ini harus diselamatkan, ini salah satu misi saya,” tutur Zikra. Dari sisi berpenampilan, ada poster potong rambut berjudul Suavecito yang menampilkan berbagai bentuk gaya rambut. Ada gaya playboy, eksekutif, aristokrat, city slicker dan valentino. Gaya –gaya tersebut mungkin bisa menjadi rekomendasi untuk menata rambut. Selain layanan potong rambut, tamu pun bisa membeli merchandise unik seperti t-shirt, topi, sisir hingga pomade. Awal memutuskan menggunakan konsep vintage, Zikra berpikir tamu yang akan datang berasal dari kalangan tua. Ternyata tidak, anak muda pun banyak yang datang. Mereka merasa menemukan sesuatu yang baru, dan wawasan tentang sejarah semakin sempurna saat potong rambut di Batavia Barbershop. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

49


Traveling Cameron Destination Galeri Nasional Highlands

Cameron Highlands Ekowisata Ala Negeri Tetangga Teks & FOTO Dian Permatsari

International Art Exhibition “Reborn�

Tokoh Lima Benua di Perjamuan Terakhir Teks Faisyal Foto Ristiyono

50

LIONMAG MEI 2016


ebanyak 23 seniman yang tergabung dalam Ikatan Alumni Sekolah Seni Rupa Indonesia (IKASSRI) Yogyakarta menggelar International Art Exhibition bertajuk ‘’Reborn’’ di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 15—24 April 2016. Pameran ini menunjukkan ikatan batin mereka masih kuat meski sekian lama dipisahkan waktu dan jarak. Puluhan tahun mereka tidak bersua, dipisahkan jarak. Ada yang di

Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, serta berbagai negara lain. Namun, mereka masih menyempatkan waktu menggarap proyek bersama dan tersajilah ‘’Reborn’’. Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus Andre Sukmana berharap pameran ini menjadi salah satu media pemersatu dan pengikat tali silaturahim alumni SSRI Yogyakarta, sekaligus sebagai media untuk mengukur sejauh mana eksistensi dan pencapaian artistik karya-karya mereka. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

51


Pameran internasional ‘’Reborn’’ menampilkan karya seni lukis, patung, keramik, grafiti, serta lukisan hybrid (gabungan antara manual dan digital). Selain 23 perupa lulusan SSRI Yogyakarta, pameran itu juga melibatkan satu orang non-lulusan sekolah seni itu. Dialah Sonic Bad, ikon seniman grafiti, street artist, dari Amerika Serikat. Partisipasi Sonic Bad membuat ‘’Reborn’’ lebih menarik. Seni grafiti yang diusung mampu memberi warna tersendiri. Warli Haryana, Ketua Pameran ‘’Reborn’’, menyatakan tidak ada pembeda atas partisipasi 24 seniman tersebut. Mereka mengusung ciri khas masing-masing, sehingga ‘’Reborn’’ bisa terkategori sebagai pameran yang unik. Murni lokal Indonesia, peleburan lokal dan asing, hingga pada lukisan hybrid. Namun, mereka bertolak dari titik sama, titik nol bernama kesenian. ‘’Di sini kami tidak sekadar reuni, tetapi juga mengolaborasikan perupa pendahulu dan generasi sekarang guna memajukan karya rupa yang bisa membangun citra bangsa,’’ kata Warli menguraikan.

52

LIONMAG MEI 2016

Peneguhan Berkarya ‘’Reborn’’ menyuguhkan 113 karya dengan ciri khas basis penalaran serta rasa estetis sebagai ekspresi jiwa seturut pemahaman budaya para seniman sesuai lokasi tinggalnya. Alhasil, karya yang dihadirkan pun kadang terbilang kompleks karena luas cakupan tema yang dipilih setiap seniman. Sebut saja falsafah dan budaya nasional, seperti wayang, yang diusung Warli, nuansa feminis pada tiap karya Sri Setyawati ‘’Cipuk’’ Mulyani, hingga rangkuman proses

hidup dalam rupa milik Muksin Md asal Bandung. Tema ‘’Reborn’’ pun menandai kepekaan terhadap lingkungan, perkembangan, dan pergeseran nilai budaya modern saat ini. Karyakarya yang dipamerkan menangkap rekaman kegelisahan maupun gagasan para seniman merespon sisi-sisi kehidupan yang kompleks, termasuk sejumlah isu sensitif saat ini seperti human trafficking maupun perkawinan sejenis. Tema wayang yang diusung Lugino dengan lukisan berjudul Garuda


Wisnu Kencana dan Semar Konstitusi menunjukkan nilai-nilai lokal masih kuat diangkat dalam seni rupa. Sedangkan isu politik bisa dilihat dari lukisan Warto Sukoco berjudul Tokoh Lima Benua. Meski bernuansa politik, lukisan Warto itu juga menghadirkan ‘’unsur agama’’ dengan mengambil latar belakang kisah Perjamuan Terakhir Yesus dengan Para Rasul. Dikisahkan, dalam perjamuan terakhir itu Yesus duduk di tengah, sedangkan Yudas kemungkinan duduk di sebelah kiri Yesus. Yudas meletakkan roti di piring Yesus. Sementara dalam lukisan Tokoh Lima Benua-nya Warto, terjadi dialog bersama Mahatma Gandhi, Bung Karno duduk di sebelah kirinya, lalu di tengah terdapat Mao Zedong dan Fidel Castro, kemudian Che Guevara, John F Kennedy, dan Stalin di sebelah kanan Gandhi. Mereka menghadap meja persegi panjang. Warto menggambarkan ekspresi santai seluruh pemimpin negara itu, tapi tetap mampu memimpin negara. ‘’Sesuai konteks zaman dulu, saya menampilkan

lukisan dalam warna hitam-putih,’’ ujar Warto, yang kini berkarier sebagai desainer interior di Jakarta. Lukisan lain karya Warto, Tentang Nusantara, menempatkan Bung Karno dan Gadjah Mada sebagai objek. Dilukiskannya Putra Sang Fajar dan Gadjah Mada sedang mengamati Nusantara dari peta bola dunia. Menurut Suwarno Wisetrotomo, kurator pameran ini, karya-karya dalam ‘’Reborn’’ menunjukkan bahwa jejakjejak pergulatan awal sebagai murid SSRI ditambah perjalanan 30 tahun para seniman kian menyempurkan mereka dalam berkarya. Pameran ini pun menjadi semacam peneguhan mereka dalam berkarya meskipun sudah berada pada fase-fase

tertentu dan terkooptasi rutinitas masing-masing. ‘’Mereka masih berada di jalur lama, karya yang berangkat dari realitas kehidupan. Bagaimanapun, seni merupakan bagian yang sulit, bahkan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan,’’ ujar Suwarno. Reuni, perjamuan, hingga peneguhan. Begitulah kiranya International Art Exhibition oleh alumni SSRI Yogyakarta ini. Pun, ‘’Reborn’’ jadikan sebagai titik picu dalam merebut waktu bagi proses kreatif. Usai di Galeri Nasional Indonesia, ‘’Reborn’’ diagendakan digelar di Galeri Pendhapa Artspace Yogyakarta pada 28 Mei—12 Juni 2016. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

53


Destination Lasem

Pentas Perpisahan Kiai Nggower Kolaborasi Seni Batik, Gamelan, dan Tari Teks & Foto Toto Santiko Budi

54

LIONMAG MEI 2016


ebuah tautan mampir di akun media sosial saya pada akhir Maret lalu. Tautan itu mempertemukan saya pada sebuah publikasi acara seni dan budaya. Kata-kata dalam publikasi tersebut: “Pementasan tari dan gamelan kuno, Pertunjukan terakhir Sang Kiai Nggower�. Pentas terakhir gamelan Kiai Nggower digelar hari Selasa 5 April, bertempat di Lawang Ombo, Soditan, Gambiran, Lasem, Jawa Tengah.

Gamelan dengan Ragam Hias Tionghoa Sebuah pementasan tari tradisi diiringi musik dari gamelan sepertinya bukan hal aneh. Namun, setelah membaca artikel lanjutan di tautan tersebut, baru saya mengerti daya tarik acara itu. Kiai Nggower, nama sang gamelan, bukan gamelan biasa. Umurnya lebih dari seabad. Gamelan dengan berat dan ukuran melebihi umumnya gamelan yang lazim kita jumpai saat ini tersebut

diduga dibuat pada akhir abad ke19. Berulang-ulang ia berpindah kepemilikan, dari orang kaya satu ke yang lainnya. Gamelan laras pelog dari kuningan itu sekarang dimiliki keluarga Tjoo. Nuansa budaya Tionghoa terlihat jelas pada perangkat kayu berwarna coklat tua sebagai penopang perangkat gamelan itu. Bentuk-bentuk kelelawar dan burung hong berwarna keemasan, simbol kemakmuran dan keindahan, terukir indah di sana-sini. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

55


Gamelan ada di Jawa sejak masa kerajaan Hindu-Buddha. Kehadiran dan penyebaran Islam di Tanah Air turut memopulerkan keberadaan alat musik tabuh itu. Sejumlah wali menggunakan gamelan sebagai pelengkap media dakwah pada abad ke-14. Julukan ‘’kiai’’ pun turut melekat pada gamelan yang mereka gunakan. Suara merdu yang dihasilkan perangkat kuningan itu disukai semua orang, tak terkecuali warga Tionghoa, termasuk yang tinggal di Lasem. Pada abad ke-19 hingga ke-20, adalah jamak bagi mereka memainkan gamelan pada setiap upacara adat atau acara keluarga. Meski tak semarak dulu, alunan gamelan masih terdengar mengiring sembahyangan di klenteng. Sejak 1996 Kiai Nggower dirawat dengan baik oleh Gandor Sugiharto

56

LIONMAG MEI 2016

(Sie Lwie Djan). Kini Gandor sudah berusia 70 tahun. Ia mengaku tidak kuat lagi untuk merawatnya. ‘’Tak ada juga orang lain yang mau dan mampu merawat Kiai Nggower,’’ tuturnya. Gandor pun mengembalikan pusaka lasem itu kepada pemiliknya, Soebagio Soekidjan (Tjoo Boen Hong). Tak ingin gamelannya hanya teronggok di gudang dan rusak karena tidak dirawat, dengan berat hati Soebagio (53) lantas memutuskan menjualnya. Sebagai bentuk penghormatan atas usia sekaligus pengabdian panjang Kiai Nggower, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Karangturi, Lasem, mengadakan pertunjukan perpisahan. Pada acara ini para nayaga (penabuh) akan memainkan sang kiai untuk mengiringi seorang penari. Bukan penari biasa, tetapi maestro tari

negeri ini, sang legenda hidup Didik Nini Thowok. Ini alasan tepat bagi saya untuk pergi ke Lasem.

Sang Penari Berburu Batik Sang bintang pertunjukan Pentas Kiai Nggower hadir di Karang Turi. Dialah penari yang lebih dikenal dengan nama panggungnya, Didik Nini Thowok, ketimbang Didik Hadiprayitno, bahkan Kwee Tjoen Lian sebagai nama lahirnya di Temanggung, 13 November 1954. Kedatangan Didik pun bukan tidak sengaja. Ia sedang mencari kain untuk dikenakan saat menarikan tari klasik Surakarta Gambyong Pareanom. ‘’Saya harus memakai kain yang ada roh Lasem d idalamnya. Saya akan menari sebagai Nyai Lasem,’’ ujar Didik menjawab pertanyaan mengapa berburu batik lasem.


Didik dikenal sebagai penari cross gender, lelaki yang membawakan tarian perempuan. Pada 1972, untuk kali pertama ia tampil sebagai penari perempuan, lengkap dengan kebaya dan bersanggul. Selanjutnya Didik dan Renny terlibat diskusi seru saat memilih kain batik. Sang penari akhirnya memilih kain batik Sarung Semarangan Tambal Sapu Tangan untuk dikenakan kenakan sebagai jarit. Sebelumnya Didik juga telah memilih kain Batik Bledak Ikan 3 Warna dari Pusaka Beruang yang bakal dikenakan sebagai penghias pinggul. Sebelum mohon diri dari kediaman Renny, saya menyempatkan diri minta izin Mas Didik agar diperbolehkan memotret kala melakukan berbagai persiapan sebelum pentas. Sore itu saya mendatangi Omah Lawang Ombo, rumah tempat pementasan dilangsungkan. Sesuai namanya lawang ombo (bahasa Jawa

yang berarti ‘’pintu lebar’’), rumah milik Soebagio itu memiliki kusen, daun pintu utama, berukuran sangat besar. Jauh lebih besar dibandingkan pada rumah-rumah lain di Pecinan Lasem. Suara gamelan yang dimainkan terdengar sampai di jalan di depan rumah. Begegas saya masuk, melintasi altar pemujaan leluhur, menuju bagian belakang rumah. Sejumlah anak dari Kelompok Tari SD Dorkas, Lasem, tengah berlatih. Mereka mementaskan tarian dolanan. Para nayaga atau pengrawit dan pesinden juga tampak serius berlatih.

Pertunjukan Terakhir Sang Kiai Proses malih wujud dari laki-laki menjadi Nyai Lasem hampir tuntas. Didik mengenakan bros di kemben. Tak sekadar sebagai aksesoris, bros itu juga untuk mengamankan posisi selendang agar tidak melorot dari bahu. Hampir keseluruhan proses malih wujud ia kerjakan sendiri, mulai

Didik Nini Thowok sendiri berharap gamelan bersejarah itu tetap berada di rumahnya dan suatu saat ia bisa tampil lagi diiringi gamelan itu di depan masyarakat Lasem.

dari makeup wajah, memasang bulu mata, hingga mengenakan kain. Hanya saat mengenakan korset saja ia perlu sedikit bantuan. Sebelum pertunjukan utama, hadir di panggung para penampil lain. Keceriaan anak-anak Lasem yang menghadirkan dolanan mampu menghibur para penonton. Penampilan Sanggar Tari Asri Ana Budaya Lasem juga memikat mereka yang hadir. Saat yang dinanti pun tiba. Pembawa acara memanggil sang bintang utama. Nyai Lasem pun muncul dari arah belakang para penonton dan undangan. Didik kemudian membawakan dua tarian dalam pertunjukannya di Lasem kali ini. Tari Gambyong Pareanom lebih dulu dibawakan. Diiringi alunan langgam lagu yang mangalun dari Gamelan Kiai Nggower, gerak tubuh sang penari tampak luwes dan gemulai. Sesekali bahasa tubuhnya menggoda penonton. Kerlingan mata maupun goyangan pantat menggoda ia suguhkan tatkala menari. Bukan Didik namanya kalau ia tampil tanpa pelesetan. Tari kedua yang disuguhkan Didik lebih banyak unsur komedinya. Lima topeng dan lima kostum ia bawakan secara bergantian. Gelak tawa pun serasa tidak putus saat tarian Pancawarna ini disajikan Didik. Esok hari, saya melihat gamelangamelan itu dinaikkan satu per satu ke truk barang untuk diantarkan menuju gudang. Sejauh ini belum ada keputusan kepada siapa gamelan itu akan dijual meski disebut-sebut sudah banyak yang menawar. Didik Nini Thowok sendiri berharap gamelan bersejarah itu tetap berada di rumahnya dan suatu saat ia bisa tampil lagi diiringi gamelan itu di depan masyarakat Lasem. Pusaka sejarah layaknya tak punah ditelan zaman. INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

57


Destination Gunung Lembu

Gunung Lembu

Godaan Eksotis Panorama Jatiluhur Pemandangan Waduk Jatiluhur begitu memukau kala ditatap dari Gunung Lembu, terlebih di malam hari dengan gemerlap lampu serta saat matahari terbit. Eksotisme Gunung Parang serta Gunung Bongkok yang berdampingan menambah pesona yang disodorkan Gunung Lembu. Teks & Foto Riman Saputra N

58

LIONMAG MEI 2016


Keindahan sunrise yang muncul di balik Waduk Jatiluhur dari Batu Lembu.

unung Lembu di Purwakarta, Jawa Barat, mungkin belum pernah tertangkap telinga sebagian orang. Namanya tidak setenar Gunung Papandayan, Gunung Ciremai, Gunung Gede Pangrango, bahkan Gunung Burangrang. Padahal panorama Gunung Lembu tidak kalah cantik dengan gunung-gunung itu.

Awalnya nama Gunung Lembu pun saya dengar sepintas. Usai menelisik informasi sana-sini, barulah tahu sejatinya gunung setinggi 792 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, itu sangat indah dengan sajian panorama Waduk Jatiluhur nan memesona. Konon, disebut Gunung Lembu karena jika dilihat dari arah timur berbentuk seperti lembu sedang duduk. Jadilah bersama beberapa kawan bertolak mengunjunginya di akhir pekan. Untuk menekan pengeluaran, kami memilih naik kereta api dari Stasiun Jakarta Kota menuju Stasiun Purwakarta dengan tarif tiket hanya Rp 6.000. Perjalanan menuju Purwakarta ditempuh sekitar tiga jam. Tiba di Stasiun Purwakarta, kami langsung terlibat tawar-menawar dengan salah satu pengemudi angkutan umum untuk mengantarkan kami menuju basecamp di Desa Panyindangan. Bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi, menyewa angkot atau sepeda motor menjadi pilihan karena tidak ada trayek angkutan umum menuju titik pendakian. Jalur ke basecamp pendakian cukup menyenangkan. Jalanan berkelok-kelok melewati pedesaan di sekitar Jatiluhur. Gunung Parang, yang menjulang lancip menantang langit, menemani dari kejauhan, didampingi Gunung Bongkok. Setelah itu baru tampak Gunung Lembu yang begitu hijau. Di basecamp, kami dikenakan biaya simaksi Rp 10 ribu per orang. Di sekitarnya terdapat warungwarung yang menjajakan makanan dan minuman, sehingga bisa mengisi tenaga dahulu sebelum mendaki.

Trek Cukup Menantang Puncak Gunung Lembu bisa dibilang tidak tinggi, namun treknya tidak bisa dibilang mudah. Apalagi hujan turut menemani langkah kami. Pendakian diawali dengan menaiki beberapa anak tangga cukup terjal. Selepas tangga, jalanan berubah menjadi tanah basah yang cukup licin dengan pepohonan bambu di sekelilingnya. Hujan pun tidak begitu terasa karena terhalangi hutan bambu. Udara pun sejuk. Kondisi jalanan cukup licin menuntut kaki melangkah hati-hati. Terkadang saya harus melewati batubatu besar yang membuat perjalanan lebih bervariasi. Jika ada yang kurang bersahabat, tidak lain nyamuk-nyamuk berseliweran. Maka penggunaan antinyamuk pun disarankan. Tidak terlalu jauh untuk sampai di pos satu, tempat banyak saung untuk istirahat para pendaki. Di sini juga terdapat warung-warung dari bambu menjajakan beragam makanan dan minuman. Warung-warung seperti ini akan cukup sering ditemui selama perjalanan menuju puncak. Di pos itu juga terlihat Gunung Parang dan Gunung Bongkok bertengger gagah di seberang. Di bawahnya hijau pesawahan dengan rumah-rumah warga andil mempercantik suasana. Pemandangan serupa setia menemani perjalanan menuju pos dua. Adanya papan peringatan dan penunjuk jalan sangat membantu dalam orientasi jalur. Pun, keberadaan bambu pengaman yang terpasang di jalur-jalur yang dirasa sulit dan agak berbahaya. Dalam perjalanan menuju pos tiga, saya melewati dua petilasan. Yang pertama petilasan Mbah Jongrang Kalapitung dan kedua petilasan Mbah INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

59


Raden Surya Kencana. Petilasanpetilasan itu begitu sederhana, terletak di samping jalur pendakian dan hanya dibatasi pagar bambu. Dalam perjalanan ini pula sudah terlihat sajian utama Gunung Lembu, yaitu keindahan Waduk Jatiluhur. Jalur yang dilalui pun cukup unik. Terdapat tiga punggungan bukit yang, jika dilihat dari bawah, tampak seperti punuk lembu (sapi). Rasanya jadi seperti sedang merayap di punuk sapi raksasa. Tak lama setelah melewati pos tiga, kami pun mencapai puncak. Tidak terlalu lama waktu kami habiskan untuk sampai di sini, sekitar 1-1,5 jam. Pepohonan teman setia perjalanan berganti pohon-pohon besar nan rimbun. Di puncak ini pula kami dirikan tenda. Tempat camp di sini cukup terbatas. Hanya ada

60

LIONMAG MEI 2016

(kiri) Persawahan di sekitar Waduk Jatiluhur. (atas) Menikmati pagi dengan keindahan kabut di sela-sela perbukitan. (bawah) Gugusan pulau kecil di tengah Waduk Jatiluhur.

beberapa lahan datar. Namun, bisa dibilang camp site-nya baik karena berada di antara rimbun pepohonan tinggi, pelindung dari terpaan angin. Di sekitar camp site tersembunyi batuan tinggi dan sangat besar. Batu ini tertutup rindang pepohonan sekitar. Dari atas batu ini bisa dipandangi keindahan sisi barat Waduk Jatiluhur. Di Gunung Lembu ini banyak ditemui mear, binatang seperti cacing berwarna hitam dengan kepala seperti martil atau kait. Menurut penduduk setempat, jika mear bertemu cacing, mereka akan berkelahi.

Batu Lembu Langit mulai gelap. Saatnya menuju Batu Lembu, spot terbaik di Gunung

Lembu untuk menikmati keindahan Waduk Jatiluhur. Berbekal headlamp sebagai sumber penerangan, kami kembali berjalan dengan trek yang terus menurun dan cenderung curam. Kondisi tanah dibasahi hujan sore hari membuat kami harus ekstrahati-hati agar tidak terpeleset. Batang-batang pohon dan bebatuan besar andil membantu perjalanan ini karena bisa dijadikan pegangan. Setelah sekitar 15 menit berjalan, sampailah kami di sebuah titik pada akhir jalur menurun. Inilah Batu Lembu, batu besar menurun dan cukup landai. Sesampai di sini suasana sudah cukup ramai dipenuhi para pendaki lain yang, tentunya, punya tujuan sama, menyaksikan keindahan Waduk Jatiluhur di malam hari.


Batu Lembu memberikan suasana terbuka yang menghadap tepat ke arah Waduk Jatiluhur. Pemandangannya benar-benar mengagumkan. Semarak lampu-lampu keramba berkilauan dan memantul di atas air, menyembulkan kesan laksana kota di atas air. Dari kejauhan, riuh lampu Kota Purwakarta menambah manis suasana malam hari. Siluet sebuah gunung di tepi waduk melengkapi kecantikan yang bisa dinikmati dari Batu Lembu pada malam itu. Tak hanya terus memandangi keindahan alam itu, kadang saya berbaring sembari menikmati tenang suasana malam ditemani bintang-bintang. Udara yang tidak terlalu dingin andil menghadirkan kenyamanan tersendiri.

Sunrise Petualangan di Gunung Lembu belum berakhir. Sebelum fajar menyingsing, saat hari masih gelap, kami sudah terbangun dan segera melangkah kembali menuju Batu Lembu. Sapaan sang fajar di pagi hari tidak ingin kami lewatkan. Karena sudah tahu trek-nya, kami tiba di Batu Lembu tanpa butuh waktu lama. Duduk menghadap Waduk Jatiluhur, menanti langit segera berganti warna. Hitam langit perlahan menjelma memerah. Mentari mulai keluar dari peraduan, memberikan nuansa oranye pada langit luas menghampar. Serasa mentari tahu posisi kami yang sedang menantikannya. Ia muncul tepat di hadapan kami berdiri,

di Batu Lembu. Momen seperti ini tentu sayang dilewatkan dari target kamera, baik untuk meng-capture keindahan panorama atau untuk ber-selfie ria. Hamparan kabut yang mengalir di antara bebukitan di sekitar berkontribusi besar menambah keeksotisan pagi itu. Mentari terus beranjak naik memancarkan cahaya. Kami pun bergegas menuruni gunung ini, lalu kembali ke Purwakarta, kembali ke realitas keseharian yang menanti di Jakarta. Dari Gunung Lembu, pesan saya kepada sesiapa pun yang ingin mengunjunginya, tetap jaga kebersihan dan kelestarian alam. Bawa turun semua sampah. Tinggalkan Gunung Lembu tetap bersih.

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

61


Destination Museum Seni Rupa dan Keramik

Museum Seni Rupa dan Keramik

Jejak Masa Lalu Di museum bergaya Kekaisaran Eropa (European Empire) ini tersimpan sekitar 500 koleksi karya seni berupa patung, totem kayu, grafis, sketsa, keramik, serta batik lukis yang tidak tepermanai harganya. Teks Faisyal Foto Ristiyono

elain perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, mengilas peradaban sebuah bangsa bisa ditelisik dari koleksi museumnya. Dari koleksi museum masa lalu sebuah bangsa bisa dilacak sekaligus membayangkan masa depannya. Begitu pula Indonesia. Melacak jejak perjalanan bangsa ini bisa dilakukan melalui museum-museum yang tersebar di segenap penjuru negeri. Salah satunya, Museum Seni Rupa dan Keramik di Jalan Pos Kota No 2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta.

62

LIONMAG MEI 2016

Museum itu bergaya arsitektur Kekaisaran Eropa rancangan Kaisar Napoleon yang memadukan gaya Romawi dan Yunani Kuno, atau lebih dikenal dengan gaya neo classic. Ciri khas gaya arsitektur ini umumnya bagian atas depan berbentuk segitiga yang menggambarkan crown atau mahkota raja. Sedangkan bagian teras depan terdapat tiang pilar berjumlah 14. Tiang-tiang pilar seperti itu semasa Mesir Kuno merupakan simbol tentara yang mendukung kekuatan dan kokohnya kerajaan. Semasa pemerintahan kolonial Belanda, bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik digunakan untuk kantor

Raad van Justitie (Peradilan Tertinggi Belanda). Bangunan itu didirikan pada 21 Januari 1870 oleh arsitek bernama Jhr WHFH Raders. Saat pendudukan Jepang, gedung tersebut dialihfungsikan menjadi asrama bala tentara Jepang. Semasa kemerdekaan juga dipakai sebagai asrama militer. Seiring perjalanan waktu, pada 1967 gedung itu beralih fungsi menjadi Kantor Wali Kota Jakarta, lalu menjadi Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta semasa Orde Baru. Pada 20 Agustus 1976 di era Gubernur Ali Sadikin, gedung tersebut diresmikan sebagai Gedung Balai Seni


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

63


Perjalanan Seni Lukis

Rupa oleh Presiden Soeharto. Semasa pemerintahan Ali Sadikin itu fungsi gedung ditambah sebagai tempat menyimpan berbagai koleksi keramik. Fungsi itu berlaku hingga kini ketika bangunan tersebut bernama Museum Seni Rupa dan Keramik.

Diplomasi Keramik Dari Museum Seni Rupa dan Keramik itu bisa dikilas masa lalu Indonesia dari benda-benda peninggalan bersejarah, seperti keramik, lukisan, patung, sketsa, maupun lukisan perkenalan atas catatan diri – tentang Indonesia Tempo Doeloe. Koleksi museum yang letaknya berdekatan dengan Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta) itu, di antaranya, keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air, termasuk keramik era Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 dan keramik dari berbagai negara yang pemimpin maupun utusannya pernah hadir di Nusantara. Koleksi keramik era Majapahit, di antaranya, kendi, periuk, celengan,

64

LIONMAG MEI 2016

terakota, relief, serta bagian tempat suci. Terdapat pula koleksi keramik lokal Aceh, Bali, Bandung, Jakarta, Lampung, Lombok, Malang, Medan, Palembang, Purwakarta, dan Yogyakarta. Dari luar negeri bisa didapati koleksi keramik China pada abad X–XIV. Di antara keramik asal ‘’Negeri Tirai Bambu’’ itu didapatkan dari muatan kapal kargo karam di perairan Indonesia yang berhasil diangkat. Keramik-keramik dari kapal kargo itu umumnya berukuran kecil, sehingga memerlukan penanganan khusus, di antaranya dipajang dalam lemari kaca. Keramik tertua dari China berasal dari Dinasti Tang (618–969 M) berbentuk guci. Selain itu, ada pula koleksi keramik dari zaman Dinasti Ming (1369 –1644 M), salah satunya patung warna putih kekuningan yang dikenal dengan ‘’Blanc De Chine’’ yang dibikin De Hua dari Provinsi Fujian. Koleksi-koleksi tersebut menunjukkan pada masa itu nenek moyang bangsa Indonesia telah berhubungan dengan bangsabangsa lain.

Selain keramik, Museum Seni Rupa dan Keramik juga menyimpan sejumlah lukisan karya pelukis terkenal. Lukisan-lukisan itu dipajang sesuai masanya, seperti awal perkembangan seni lukis modern (1880-1890) dengan kelahiran seniman pribumi yang sangat terkenal bernama Raden Saleh. Lukisannya yang berjudul Bupati Cianjur merupakan koleksi lukisan tertua di museum itu. Lukisan masa Mooi Indie (19081936) diwakili, di antaranya, melalui karya-karya Wakidi, M Pirngadi, Ernest Dezentje, dan Basuki Abdullah. Pun, ruang untuk era Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), dinilai sebagai masa kebangkitan seni rupa yang diwakili lukisan karya Agus Djaya, S Sudjojono, Henk Ngantung, Emiria Sunassa, RGA Sukirno, juga Affandi meski berseberangan dengan kelompok Persagi. Karya Sudjojono berjudul Laskar Tritura, Potret Dirinya Affandi, serta Ibu Menyusui goresan Dullah dihadirkan di museum. Berikutnya, ruang lukisan periode kolonial Jepang, lukisan era akademis realisme pada 1950-an, juga Ruang Seni Rupa Baru Indonesia periode 1960 yang dihiasai masa kejayaan para seniman beraliran kiri, seperti Nyoman Gunarsa, Mulyadi, dan Joko Pekik. Di museum tersebut, sejumlah lukisan era sekarang juga ditemui, seperti karya Antonio Blanco berjudul Dancing in the Cloud berukuran 52×36 cm yang dibuat pada 1991 dengan medium cat air di atas kertas. Begitu banyak peninggalan di Museum Seni Rupa dan Keramik. Semuanya bernilai sejarah serta bernilai sosial. Benda-benda itu andil mewarnai perjalanan bangsa Indonesia.


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

65


Hot Stuff

Style in Traveling

Able Archer Rucksack

Ransel Militer Serba Guna

Finlay & Co x Glenmorangie Kacamata dari Kayu Tong Wiski

Kacamata klasik yang cocok untuk dipakai saat bepergian ini merupakan buatan tangan dari tong orisinal Amerika White Oak yang digunakan untuk menyimpan Glenmorangie Scotch Whisky. Kacamata hitam Finlay & Co ini hanya dibuat sebanyak 1.843 pasang yang menandakan tahun lahirnya minuman ini. Masing-masing diberi nomor dan dirancang untuk menampilkan finishing alami dari tong wiski orisinal. Kacamata hitam Finlay & Co dibanderol £300 (plus £40 untuk mengukir).

Tramline Boot

Bertualang Sepanjang Hari Tramline yang diproduksi dalam jumlah terbatas merupakan kolaborasi sempurna yang berjalan baik antara Danner Boot dan Iron & Resin. Kasar, kokoh, dan siap untuk petualangan menjadi keunggulan dari boot ini. Dengan kulit suede atas dan collar wax kanvas membuatnya akan terlihat semakin bagus setelah pemakaian terus-menerus. Sepatu boot ini solid dan nyaman untuk dipakai seharihari atau berkendara. Hal ini membuat sepatu olahraga Amerika dengan outsole klasik Vibram Cristy untuk grip yang kokoh sepanjang hari. Tramline dibanderol US$350 dalam waktu terbatas namun bisa bertahan seumur hidup.

66

LIONMAG MEI 2016

Rucksack atau ransel bertema militer yang cocok bagi para traveler dan backpacker dihadirkan Able Archer dengan menawarkan versi Common Drawstring Ruck. Setiap rucksack memiliki entri sisi ganda yang memungkinkan akses cepat ke bagian dalam dan dipisahkan menjadi dua bagian berbeda, masingmasing dengan kantong elastis internal dan kantong jala untuk menyimpan aksesoris. Tas ini dapat menyimpan hingga laptop 17” dalam kompartemen neoprene berlapis dengan ritsleting tahan air bersama dua kantong simpanan tersembunyi di pinggang yang dapat dengan aman menyimpan tutup lensa, EDC, dan barang-barang kecil lainnya. Able Archer Rucksack memiliki tinggi 22”, lebar sekitar 12”, kedalaman 5”, dan kapasitas penyimpanan 22 liter. Harganya mulai dari US$350.


Aether Beacon Jacket

Jaket Sport Yang Breathable Aether Apparel menawarkan jaket anti hujan yang sempurna dengan tahan air sehingga membuat badan tetap kering serta breathable. Aether Apparel telah berhasil membangun pelapis musim semi yang nyaman dengan Beacon mereka. Jaket olahraga ini memiliki desain yang dirancang dari 3-layer twill-weave fabric yang di-cutting melalui angin dan air sehingga tetap menjaga breathability-nya. Dengan hood, cuff, dan hem yang bisa disesuaikan, Anda bisa mendapatkan tutupan penuh ketika langit membuka sementara juga membuka ventilasi jahitan samping untuk mengatur suhu. Jaket ini dilengkapi dengan kantong tangan, kantong interior, dan kantong dada yang dapat diakses melalui bukaan ritsleting yang menjaga isi kantong tetap kering dan aman. Jaket ini dibanderol US$375.

Casio G-Shock Mr-G ‘Hammer Tone’

Jam Tangan Mewah & Tahan Banting

Fujif ilm X-Pro2

Sensor X-Trans III dan 273 Titik Autofokus X-Pro2 telah mendapat sederetan peningkatan dan teknologi baru dibanding generasi sebelumnya, X-Pro1. Fujifilm tetap mempertahankan desain rangefinder dengan penempatan dan sejumlah tombol baru yang membuatnya sedikit terlihat berbeda. Bodi X-Pro2 memiliki fitur anti debu dan tahan cuaca. Jendela bidik X-Pro2 masih mengusung jendela bidik hybrid yang menggabungkan jendela bidik elektronik dan optical. Bedanya, jendela bidik elektroniknya kini dilengkapi teknologi OLED dan tingkat kerapatan pixel 2.36 juta titik. X-Pro2 dibekali sensor 24 megapixel APS-C X-Trans CMOS III dan prosesor EXR III yang menawarkan pengaturan ISO dari ISO 200 hingga 12800 dan masih bisa diekspansi hingga ISO 51200. X-Pro2 bisa memotret dengan kecepatan 8fps. Untuk merekam video, X-Pro2 hanya mampu merekam video di resolusi Full HD. Dengan tambahan dukungan kinerja autofokus phase detection, autofokus X-Pro2 diklaim mampu mengunci dan mencari fokus dengan kecepatan sekitar 0.08 detik dan jumlah titik autofokusnya sebanyak 273 titik. Kecepatan rana kamera maksimumnya 1/8000 detik dan kecepatan sync flash 1/250 detik. X-Pro2 dibanderol US$1700.

Casio kembali menghadirkan jam tangan tangguhnya yang cocok bagi pasukan khusus maupun pecinta outdoor, Casio G-Shock MR-G Hammer Tone. Jam tangan terbaru yang dikembangkannya ini dibuat dalam rangka ulang tahunnya yang ke-20. Hammer Tone menjadi salah satu timepiece mewah milik G-Shock. Jam tangan bertenaga surya ini tahan air hingga kedalaman 200 meter, tahan benturan, dan fitur penerima GPS untuk memperbarui waktu di salah satu dari 40 zona waktu di seluruh dunia. Hammer Tone dihiasi dengan teknik permukaan logam yang dikenal sebagai tsuiki. Proses ini melibatkan memalu lekukan kecil ke logam, seperti yang dilakukan saat pembuatan baju besi Jepang. Hammer Tone dirancang dalam hubungannya dengan generasi ketiga master metalworker Bihou Asano, yang menciptakan tempaan patung emas dewa untuk Kyoto State Guest House. Jam tangan ini diproduksi terbatas 300 buah di seluruh dunia dan dibanderol US$6.500.

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

67


Postcard

68

LIONMAG MEI 2016


pai 01.05.2016

T

H

AIL A N D

Thailand

Yunlai Viewpoint Yunlai viewpoint terletak di Kota Pai Thailand Utara. Di tempat tersebut kita dapat memandang desa-desa dengan kabut tipis yang menyelimutinya dan juga tempat menunggu matahari terbit di pagi hari. Sewaktu menunggu sunrise kita dapat sambil duduk minum teh yang di jual di sana. Cuaca dingin bukan halangan untuk menyambut hadirnya sang mentari di pagi hari, karena ketika matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur, seketika kita disuguhi pemandangan yang sangat indah. KARNADI LIM MEDAN

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

69


Postcard

Bandung

Teras Cikapundung Teras Cikapundung terletak di Sungai Cikapundung, Babakan Siliwangi. Dulu tempat ini merupakan deretan rumah kumuh dan bantaran Sungai Cikapundung yang tidak terawat. Kini tempat ini disulap menjadi taman yang indah dan tertata rapih. Proyek Teras Cikapundung (TeCi) ini merupakan proyek lama yang dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum dimulai sejak 2013. Pada 31 Desember 2015 dibuka oleh Walikota Bandung, dan diresmikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum bersama Pemkot Bandung pada Januari 2016. Taman ini memiliki tiga zona wisata, yang pertama air mancur yang mengikuti alunan lagu. Kedua amphiteater yang berfungsi untuk acara musik, yang terakhir taman ini juga menjadi tempat konservasi ikan khas Sungai Cikapundung, selain itu sungainya juga bisa dipakai tempat untuk rafting yang dikelola oleh komunitas. MANUEL WANG BANDUNG

70

LIONMAG MEI 2016


a barat jaw 01.05.2016

DO

I

A

I

N

N ES

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

71


Postcard

Singapura

apu sing ra

Clarke Quay Clarke Quay merupakan tempat favorit saya saat mengunjungi Singapura. Kita bisa berwisata sungai atau sekadar duduk di pinggir sambil menikmati sunset. Menjelang malam, Clarke Quay akan semakin riuh karena pub dan restoran di areal tersebut sudah memulai aktivitasnya.

SI

N

GAPUR

Alvidha Septianingrum MAKASSAR

Ende

nus I

A

01.05.2016

N

Danau Tiga Warna Kelimutu

r mu

enggara ti at

DO

NE

SI

Danau Tiga Warna Kelimutu yang menawan ini berada di Ende Nusa Tenggara Timur. Panorama Danau Kelimutu memiliki dua danau yang berdampingan dengan warna airnya yang hijau kebiruan dan merah kecokelatan, serta disisi samping tugu terdapat satu danau lagi yang airnya berwarna biru.

Eddy Hermansyah BANDUNG

Kirimkan foto Anda beserta cerita di balik foto tersebut ke email : postcard.lionmag@gmail.com

A

01.05.2016



SSQ

Apakah Ada ‘Nomor Dua’? Jika Anda suka olahraga, baik olahraga perorangan atau tim olahraga, saya yakin Anda tertarik untuk mengetahui siapa orang nomor satu di tiap bidang olah raga tersebut. Pemenang mengambil semua, tapi bagaimana dengan nomor dua? Dalam setiap disiplin olahraga untuk mencapai tingkat yang dapat diterima pada setiap kompetisi olahraga internasional, pemain harus berlatih, menggunakan waktu yang banyak untuk kerja keras, mungkin hanya untuk mencapai peringkat dua atau tiga, tapi hanya ada satu pemenang. Itu adalah aturan dunia olahraga. Bagi mereka yang bekerja dalam bidang pengelolaan keselamatan dalam penerbangan, kadang-kadang merasa jengkel ketika laporan berita sederhana yang mulai mengurutkan tentang siapa yang terbaik atau maskapai penerbangan terburuk dalam keselamatan. Sedangkan maskapai penerbangan yang menerima nilai tertinggi mungkin tidak mengeluh. Seperti dalam arena olahraga, peringkat tidak mencerminkan upaya besar yang dilakukan oleh sisa pemain. Industri penerbangan telah mencapai tingkat tertinggi dalam hal keselamatan, karena penerbangan sebagai sebuah kelompok, kami tidak pernah puas dengan perlindungan yang telah kami bangun dan kami selalu mencari cara yang lebih baik untuk meningkatkan keselamatan dalam operasi kami. Di Lion Air Group, kami selalu mencari cara yang lebih baik untuk memahami dan meningkatkan perlindungan keselamatan. Untuk melakukan itu, kami mengumpulkan sejumlah besar data yang akan dianalisis, kami meningkatkan proses pemeliharaan, dan kami mengadakan program pelatihan untuk menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dari segi kehandalan serta keamanan. Penerbangan Lion Air Group tidak mengambil keselamatan sebagai permainan untuk mencapai posisi di peringkat satu. Keselamatan penumpang dan operasi kami adalah target kami sehari-hari.

74

Does exist the number two? If you like sports, either individual sports or team sports, I’m sure you are interested on knowing who the number one in each specialty is. The winner take it all, but how about the number two? In any sports discipline to achieve an acceptable level on any international sport competition, the player has to train hard, expending many hours of hard work, perhaps just to achieve the number two or three on the ranking, he or she could be at the same level of the winner, but there is just winner. That is the rule in the sport world. For those who work managing safety in aviation, it is sometimes irritating when simplistic news reports start hitting the street about who is the best or the worst airline in safety. While the airlines that receive the highest marks probably don’t complain, as in the sport arena the ranking is not reflecting the huge effort performed by the rest of the players. The aviation industry has achieved the highest levels of safety, because the airlines as a group we are never satisfied with the protections we have built and we are always looking for a better way to improve the safety in our operations. In Lion Group we are always looking for better ways to understand and enhance safety protections. To do that, we collect a large amount of data to be analyzed, we improve our maintenance processes, our training programs in order to produce higher levels of reliability and safety.

Selamat menikmati penerbangan Anda!

Lion Group airlines we are not taking safety as a playing game to achieve a position in a ranking. The safety of our passengers and operations is our everyday target.

Capt. Jose Fernandez Corporate Safety Director Lion Group

Have a nice and safe flight

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

75


LION GROUP FLEET

2 UNITS Boeing 747 - 400 506 seats ECONOMY

3 UNITs AIRBUS A330-300 440 SEATS ECONOMY

71 UNITS Boeing 737 - 900 ER 215 SEATS ECONOMY

32 UNITS BOEING 737 - 800 NG 189 SEATS ECONOMY Rata-Rata usia pesawat : 3 Tahun 6 Bulan

6 UNITS Boeing 737 - 900 ER TOTAL 180 SEATS 168 seats economy - 12 seats business

14 UNITS Boeing 737 - 800 NG TOTAL 162 SEATS 150 seats economy - 12 seats business

12 UNITS AIRBUS A 320 CEO TOTAL 156 SEATS 144 seats economy - 12 seats business Rata-Rata usia pesawat : 7 Bulan

6 UNITS Boeing 737 - 900 ER TOTAL 180 SEATS 168 seats economy - 12 seats business

2 UNITS Boeing 737 - 800 NG TOTAL 162 150 seats economy - 12 seats business

11 UNITS ATR 72-600 Rata-Rata usia pesawat : 1 Tahun

17 UNITS Boeing 737 - 900 ER 215 SEATS ECONOMY Rata-Rata usia pesawat : 7 Bulan

20 UNITS ATR 72-500 72 seats economy.

28 UNITS ATR 72-600 72 seats economy. Rata-Rata usia pesawat : 2 Tahun 6 Bulan

2 UNITS HAWKER 900XP Rata-Rata usia pesawat : 2 Tahun 5 Bulan


WELCOME ABOARD

Selamat Datang Apa yang harus Anda ketahui tentang keamanan, kenyamanan dan keselamatan Anda di dalam pesawat. What you need to know about the security, comfort and safety in the aircraft. Live vest is one of safety equipment in the aircraft for emergency condition on water, please do not remove live vest from the place in normal condition and do not to take home. Passengers will get punishment who stole the live vest based on Government regulations. Article 54 of Law No. 1 of 2009 (Pasal 54 undangundangnomer 1tahun 2009).

PERALATAN ELEKTRONIK / Electronic devices Untuk penggunaan laptop dan PDA boleh dipergunakan setelah fasten seatbely “OFF” dengan menggunakan flight mode. Setelah fasten seatbelt “ON” untuk persiapan mendarat makan penumpang harus mematikan penggunaan laptop dan PDA tersebut. For the use of laptops and PDAs may be used after the fasten seat belt off and using flight mode. After the fasten seat belt on in preparation for landing, the passengers have to turn off the laptop and PDA users.

MINUMAN BERALKOHOL / Alcohol beverage Lion Air tidak menyediakan minuman beralkohol di seluruh penerbangannya, dan seluruh penumpang Lion Air dilarang mengonsumsi minuman beralkohol selama penerbangan berlangsung. Lion air does not provide alcohol in lion air flight service, passengers are prohibited from consuming alcohol during the flight.

BARANG-BARANG BERBAHAYA LAINNYA / Dangerous goods Barang-barang yang mudah terbakar (seperti korek api), meledak (petasan), material yang mengandung magnet, baterai, tabung gas, tidak diperbolehkan untuk dibawa. The goods are flammable (such as matches), explode (firecrackers), containing material magnets, battery, gas cylinders, are not allowed to be brought. MEROKOK / Smoke Peraturan Pemerintah melarang kegiatan merokok selama dalam penerbangan. Terdapat detektor asap di semua toilet dan akan dikenai sanksi bagi yang melanggar aturan. Government regulations prohibit smoking during in-flight activities, there are smoke detectors in all toilets and will be subject to penalties for those who break the rules. BAJU PELAMPUNG / Live vest Jaket/Baju Pelampung merupakan salah satu peralatan keselamatan di pesawat untuk kondisi darurat di atas air, jangan keluarkan jaket/baju pelampung dari tempat dalam kondisi normal dan tidak untuk dibawa pulang. Penumpang akan mendapatkan hukuman bagi yang mencuri jaket/ baju pelampung berdasarkan Peraturan Pemerintah Pasal 54 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009.

PERJALANAN DENGAN ANAK-ANAK / Travelling with kids Lion Air tidak menyediakan makanan bayi untuk rute domestik dan popok tidak disediakan di pesawat. Lion Air hanya menyediakan air panas untuk susu bayi. Lion air does not provide baby food for domestic service, diapers are also not provided on the plane. Lion air only provide hot water for baby milk. UTAMAKAN KESELAMATAN / Safety Priority • Sabuk pengaman harus selalu terpasang sewaktu take-off dan landing. Dianjurkan untuk selalu memasang seat belt selama penerbangan. Seat belts should always be installed during take-off and landing. It is recommended to always put the seat belt during flight. • Barang bawaan harus diletakkan di atas kepala atau di bawah kursi di depan Anda. Luggage must be placed on top of the head or under the seat in front of you. • Silahkan membaca kartu instruksi keselamatan yang terdapat di dalam kantong kursi. Di kartu tersebut Anda bisa mengetahui pintu darurat dan letak jaket pelampung. Please read the safety instruction card that is present in the seat pocket. In the card you can determine the location of the emergency exit and a life jacket.

• Perhatikan baik-baik demo keselamatan dan instruksi yang diberikan oleh cabin crew. Look carefully the safety demonstration and instructions which given by the cabin crew BAGASI / Baggage Barang atau benda tajam harus dipak dalam bagasi dan tidak diperkenankan untuk dibawa ke dalam bagasi kabin. Bawalah benda berharga dalam tas yang Anda bawa sendiri. Goods or sharp objects should be placed in the trunk and not allowed to be brought into the cabin baggage. Bring precious objects in the bag you carry yourself. Perhatikan berat bagasi Anda. Note the weight of your luggage - Carry on baggage (Bagasi Kabin) tidak lebih dari 7 kg Carry-on baggage (bagasi kabin) not more than 7KG - Bagasi untuk Rute Domestik / Baggage for domestic route: Kelas Ekonomi / Economy class: 20 kg Kelas Bisnis / Business class : 30 kg - Bagasi untuk Rute Internasional / Baggage for international route: Kelas Ekonomi / Economy class : 20 kg Kelas Bisnis / Business class : 30 kg

40 cm

PONSEL / Mobile phone Semua ponsel dan peralatan elektronik yang menggunakan pemancaran radio tidak diperbolehkan selama berada di dalam pesawat, hal ini sangat mengganggu sistem navigasi dan komunikasi dengan menara pengawas setempat. All mobile phones and electronic devices that use radio transmission is not allowed during the flight, it can be disturbing system navigation and communication with local control tower

30 cm

20 cm


78

LIONMAG MEI 2016


LION GROUP ROUTE MAP

INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

79


KIDZONE

80

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

81


82

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

83


84

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

85


LADY IN THE AIR

Maria Christin Sihaloho

Syukur Pembawa Berkah Bekerja keras dengan tetap mensyukuri pemberian Tuhan. Jika dua hal itu digenggam, niscaya dalam menjalani hidup tidak akan merasa kekurangan. ‘’Yang saya dapatkan sekarang adalah berkah dari semua usaha dan doa. Saat yang diharapkan belum tercapai, saya serahkan semuanya kepada Tuhan. Jika berjalan sesuai rencana, bersyukur adalah jalan utama. Itu pembuka gerbang keberhasilan lainnya,’’ ujar Maria Christin Sihaloho. Gadis kelahiran Sinaksak, Sumatera Utara, itu juga mensyukuri profesinya kini sebagai pramugari. ‘’Dari awal pramugari memang menjadi cita-cita saya, tujuan hidup yang saya perjuangkan sejak lulus sekolah. Hingga pada akhirnya semua tercapai, segala sesuatunya terasa menyenangkan dan saya bersyukur untuk itu. Ini kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada saya,” tuturnya. Mensyukuri pemberian dan kepercayaan Tuhan pula, Maria memilih tidak cepat berpuas diri. Berdoa dan bekerja keras tetap menjadi pegangan dalam keseharian sikap rendah hati serta hidup dalam kesederhanaan. Semua dinilai gadis penghobi membaca ini sebagai kunci jati diri, menjadi dirinya sendiri. ‘’Saya tidak mau membohongi diri sendiri dengan gaya hidup yang justru membuat saya tidak nyaman, hanya untuk dipandang orang lain. Setiap orang memang memiliki gayanya sendiri, tetapi saya lebih memilih menjadi apa adanya karena sebenarnya manusia adalah ciptaan Tuhan dan kenikmatan sesungguhnya bukan di dunia ini,” kata putri dari pasutri Pardamean Sihaloho dan Renika Ambarita ini. Ke mana pun Maria melangkah, sebagaimana yang diajarkan orangtuanya, ia berusaha selalu dekat dengan Sang Pencipta. Di mana pun ia berada, yang kali pertama harus dicari adalah Tuhan. Jika Tuhan ada di hati, semua pekerjaan akan terasa sebagai berkah meski berada dalam posisi sulit sekalipun. ‘’Semua yang digariskan saat ini adalah berkah yang harus dijaga. Rasa syukur akan membuka pintu rezeki semakin lebar,” ujar gadis yang tergabung di Batch 141 ini. TEKS Dody Wiraseto FOTO Ristiyono LOKASI Amaroossa Grande Bekasi. WARDROBE Batik Centil by Idha Jacinta • 0819153 53399

86

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

87


88

LIONMAG MEI 2016


INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

89


90

LIONMAG MEI 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.