SEPTEMBER 2010

Page 1

DESTINASI : A VOYAGE TO THE ORANG UTANS OF CENTRAL KALIMANTAN

The Inflight Magazine of Lion Air

VOLUME V / SEPTEMBER 2010

TRAVEL

LUCCA, A JEWEL OF TUSCANY

:: NEW

BALI SECTION

SPESIAL

YOGYAKARTA

TUK K UNNTUK G TITDIDAAKAUPULLAANNG U IBIBAAWWA P NTUK T DD K A U

YAA UNPTU SAW T HAN Y S E AWA HADNIATA S PES ACACA DIATA DIBIB A D

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

1


2 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

3


Content LIONMAG SEPTEMBER 2010

NEW

ON ECTI S I L BA 68

8

NEWS AROUND

12

LEISURE

30 WISDOM IN THE AIR 32 TRAVEL 38 EVENT 54 TRAVEL 62 TIPS 64 GALLERY 78 LADY IN THE AIR Foto: PAUL I. ZACHARIA

16 48

SPESIAL YOGYAKARTA

DESTINASI A VOYAGE TO THE ORANG UTANS OF CENTRAL KALIMANTAN

4 LIONMAG SEPTEMBER 2010

RALAT: Edisi Agustus pada artikel tentang Merapi, tertulis Teks & Foto : Toto Santiko Budi, yang benar adalah Teks & Foto : Bernadus Budhiprayoga Suryanto


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

5


32 COVER HIT Seorang abdi dalem berpayung di halaman Dalam Keraton FOTO : PAUL I ZACHARIA

48

Contributors JEMY VESTIUS 足CONFIDO

1

Master of Science in Engineering Management Tufts University, AS, ini kini bertugas sebagai Master Trainer pada Telkom Training Center, Bandung. Bidang yang diajar Member of Society Competitive Inteligent Professional (SCIP) hingga need analysis.

PAUL I ZACHARIA

54

2

Penggemar foto dan travel ini belajar memotret sejak usia 10 tahun, dan acap menjadi juri lomba foto lokal dan nasional sejak 1987. Sebagai fellow perdana di Indonesia dari lembaga fotografi Royal Photographic Society, Inggris, ia kerap menulis di media nasional.

Toto Santiko Budi

3

Fotografer lepas, tinggal di Jakarta. Mengawali karir di Surabaya, tahun 2000. Sebagai staf foto Harian Radar Surabaya. Tahun 2005 bergabung dengan Jiwa Foto Agency Jakarta. Sejumlah karyanya pernah dimuat media lokal dan Internasional, seperti koran Tempo, National Geographic Indonesia dan Destin Asia.

PETER MILNE

78

4 Campbell bridge

5

6 LIONMAG SEPTEMBER 2010

Lahir di Inggris, Peter Milne telah tinggal dan bekerja selama 14 tahun di Indonesia. Saat ini bekerja dan menetap di Jakarta sebagai konsultan pembangunan. Pada edisi ini Peter menulis tentang Tuscany di Italy

Sehari-hari Campbell Bridge adalah seorang Lawyer di Sidney Australia. Tapi hobinya pada fotografi telah membawanya pada setiap kesempatan di pelosok Asia Tengah, Himalaya hingga Asia Tenggara. Dia sangat terpesona dengan budaya keramahan penduduk Indonesia. Sejak 2007 aktif menulis kisah perjalanan di Majalah ini.


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

7


cockpit’s note

Merekat Keluarga Superbesar Pernahkah kita berpikir sejenak bagaimana rumitnya sebuah operasional penerbangan? Pada satu flight saja, itu sudah pekerjaan yang rumit, terukur detil dan tentu mesti dilakukan secara cermat. Dari mulai sistem reservasi, teknik operasional penerbangan, bagasi penumpang dan kargo hingga asuransinya. Semuanya mesti dipikirkan dan dikerjakan secara terpadu. Tolong digarisbawahi, itu baru satu flight saja, Jakarta-Manado direct umpamanya. Tahukah Anda berapa kali kami menerbangkan pesawat dalam sehari? Anda mungkin ruwet memikirkannya bila saya beritahu. Dalam sehari, kami menerbangkan 415 flight. Artinya, 415 pergerakan pesawat di take-off, di udara hingga landing dari kota asal ke kota tujuan. Bisa Anda bayangkan betapa rumitnya itu. Namun bagi kami, hal itu adalah pekerjaan sehari-hari yang kami lakukan dengan senang hati. Sistem pun terus kami sempurnakan.Sekarang, bisa rasakan sendiri pada libur Lebaran ini di mana pergerakan manusia semakin padat. Nah, sebagai bagian dari penyempurnaan tadi, yang bertujuan meningkatkan pelayanan dan kebutuhan dari penumpang, kami juga terus menambah pesawat di armada kami. Pada awal bulan September ini, pesawat Boeing 737-900ER kami yang ke-39 dan ke-40 akan bergabung untuk memperkuat armada Lion Air. Kedua pesawat tersebut memiliki kode registrasi LLH dan LLI. Selain itu, untuk Wings Air, juga akan bertambah lagi satu pesawat ATR 72, yang akan tiba dari pabriknya di Toulouse, Prancis. Ini juga penting untuk memperluas dan memperkukuh jangkauan kami sebagai jembatan udara terbesar yang menghubungkan kota ke kota dan pulau ke pulau di Indonesia. Harapannya, semoga kami bisa membantu lebih bisa merekat Indonesia Raya ini sebagai suatu keluarga superbesar pada suasana Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Atas nama seluruh keluarga besar Lion Air, kami mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, dengan sungguhsungguh kami mohon maaf lahir dan batin. Salam, Rusdi Kirana Presiden Direktur

PRESIDENT DIRECTOR Rusdi Kirana DIRECTOR OF PRODUCTION Capt. Ertata Lananggalih DIRECTOR OF OPERATION Capt. Hadikuntjoro Filemon DIRECTOR OF TECHNICS Romdani DIRECTOR OF COMMERCE Achmad Hasan DIRECTOR OF GENERAL AFFAIRS & FINANCE Edward Sirait GM SALES & MARKETING Rudy Lumingkewas GM SERVICE Andi Burhan

PUBLISHER & EDITOR IN CHIEF Makhfudz Sappe EDITOR Ed Zoelverdi, Priyanto Sismadi, Safari A. Husain, Ristiyono MARKETING MANAGER A Gener Wakulu MARKETING Lily Suhairy , G. Hardianto, Ririn Tri Astuti, Rusman Madjulekka, Adriansyah, M. Lottong Makaraka DESIGNER Gerald Manuel Wangsasaputra MARKETING SUPPORT Farid K FINANCE Ade Kristanti CIRCULATION M. Solichin PUBLISHED BY PT BENTANG MEDIA NUSANTARA ADVERTISING Tel.: +62 (21) 98494404 Fax.: +62(21)3151668 Email: edlionmag@gmail.com editorial@lionmag.com, ISSN: 1979-4185 Majalah LIONMAG terbit setiap bulan dan di distribusikan ke seluruh pesawat Lion Air. LIONMAG juga dapat dibaca di seluruh outlet The Coffee Bean, Walnut Cafe dan Dome Coffee.

8 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

9


news around

YOU. C1000

Minuman Kesehatan Bagi Tubuh

Kebutuhan Vitamin C penting bagi tubuh kita, termasuk Anda yang sering berpergian keluar kota maupun luar negeri. Selain menjaga dan meningkatkan stamina tubuh, Vitamin C dosis tinggi juga bermanfaat memperkuat sistem imun tubuh, bagus untuk menguatkan tulang dan gigi, kecantikan kulit, serta mengurangi risiko terkena serangan jantung. YOU.C1000 tersedia dalam 2 jenis produk yang dibuat dari bahan-bahan alami dengan teknologi modern dari Jepang. YOU.C1000 Vitamin Orange dan Vitamin Lemon untuk Anda nikmati setiap hari sebagai minuman kesehatan yang menyegarkan. YOU.C1000 Lemon Water dan Orange Water minuman isotonik dengan 1000 mg Vitamin C, diperuntukkan bagi Anda yang aktif dan cocok diminum sehabis berolahraga atau beraktivitas. Dengan mengonsumsi YOU.C1000 Anda bisa mendapatkan tubuh yang sehat dan kulit yang cantik.

Stay and Experience the Difference Hotel Atlet Century Park-Jakarta

Surabaya Plaza Hotel Raih Penghargaan Emas “INDONESIA GREEN AWARDS 2010” Dengan kondisi iklim dunia yang kian memburuk, banyak hal yang dapat kita lakukan guna mengurangi “beban” bumi, salah satunya yang dilakukan Surabaya Plaza Hotel (SPH) sejak 1 Februari 2009 dengan pemberlakuan semua area hotel bebas rokok dan satu-satunya hotel yang menerapkan sistem ini. Berkat konsistensinya, mengantarkan hotel ini pada ajang penghargaan tingkat nasional “Indonesia Green Awards (IGA) 2010”. Ajang yang diselenggarakan Majalah Bisnis & CSR didukung DPD – RI dan The La Tofi School of Corporate Social Responsibility ini, memilih 54 entitas dari seluruh Indonesia yang berhak memperoleh penghargaan. Surabaya Plaza Hotel mendapatkan penghargaan “gold” kategori Best Indonesia Green Hotel, menyisihkan beberapa hotel di Indonesia. “Kami sangat bangga akhirnya konsistensi dalam menerapkan kebijakan smoke free ini mendapat apresiasi dalam skala nasional. Hal ini sebagai lecutan untuk memacu kami lebih baik lagi dalam upaya go green, sekaligus menjadi inspirator bagi hotel, bahkan entitas lain”. kata Yusak Anshori, General Manager SPH.

10 LIONMAG SEPTEMBER 2010

Hotel Atlet Century Park adalah hotel bisnis berbintang empat dengan lokasi strategis di jantung area bisnis Jakarta. Hotel ini memiliki 475 kamar dan suite serta ruangan serba guna untuk mengakomodasi berbagai acara dapat menampung 10-2000 orang. Dikelilingi pusat bisnis, mal-mal bergengsi, dan pusat hiburan di daerah Senayan, Hotel Atlet Century Park menawarkan sisi bisnis, hiburan, dan wisata yang menyatu. Hotel Atlet Century Park melakukan renovasi total di semua kamar dan function room-nya. Dengan konsep kamar lux lebih luas dan modern, pemandangan kamar dengan tampilan pepohonan hijau dan rindang serta suasana gedunggedung mewah di Jakarta, fasilitas free shuttle bus ke mal-mal berkelas (Plaza Senayan, Senayan City, dan FX-tainment, Grand Indonesia), private lounge di setiap lantai, butler service, private check in & out service, dilengkapi dengan WiFi. Dari sisi kuliner, hotel ini menyajikan aneka kelezatan hidangan unggulan lokal dan internasional dari tim kuliner yang handal. Aneka menu traditional seperti variasi nasi tradisional juga menjadi sebuah nilai lebih hotel ini. Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan mengunjungi website kami di www. atletcentury.com.


HOTEL SANTIKA PREMIERE JAKARTA BAGI TA’JIL GRATIS

S

ebagai wujud rasa ingin berbagi kasih di bulan suci Ramadhan, Hotel Santika Premiere Jakarta membagikan ta’jil gratis beberapa saat sebelum Adzan Magribh berkumandang. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergantian oleh segenap karyawan serta karyawati dari tiap-tiap departemen yang ada di Hotel Santika Premiere Jakarta. Aneka ta’jil yang berbeda-beda setiap harinya ini dibagikan ke supir taxi yang berada di hotel, para pejalan kaki, supir angkutan kota, serta siapa saja yang melintasi area depan hotel. Selain itu, kegiatan membagi ta’jil gratis inipun dilaksanakan di area pom bensin dan pos polisi terdekat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat menjadi salah satu cara menunjukkan kepedulian pihak hotel kepada umat Muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa tetapi tidak dapat berbuka puasa bersama keluarga karena masih di jalan.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

11


news around

Prosesi adat mappassili, menyucikan badan pesawat dengan memercikkan air oleh Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dalam rangka sosialisasi program “Visit South Sulawesi Year 2012”, bersama Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana. Gubernur Sulsel menyempatkan diri masuk ke Boeing 737-900 ER.

LION AIR DUKUNG VISIT SOUTH SULAWESI 2012 Lion Air ikut membantu menyosialisasikan program Pemprov Sulsel yakni “Visit South Sulawesi Year 2012” dengan memasang logo program tersebut di pesawat Lion Air. Peresmian branding untuk promosi pariwisata Sulsel dan informasi terkait tahun kunjungan wisata ke Sulsel tahun 2012 mendatang tersebut dilakukan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Direktur Utama Lion Air Rusdi Kirana di apron bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, 25 Agustus lalu. Pemasangan logo tersebut ditandai prosesi adat mappassili, yaitu menyucikan badan pesawat dengan cara memercikkan air.

Makassar di masa mendatang. Sementara Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya mengatakan sangat berterima kasih kepada manajemen Lion Air, khususnya kepada Rusdi Kirana atas kesediaannya membantu sosialisasi program pemprov ini. “Dari tahun ke tahun jumlah penerbangan yang keluar dan masuk di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin semakin bertambah. Itu indikasi kegiatan ekonomi di daerah ini bertumbuh pesat,” tukas syahrul dalam sambutannya.

Dalam acara tersebut hadir pula Ibu drg. Ayunsri Harahap, istri Gubernur Syahrul –yang sekaligus Direktur RS Khusus Dadi, Ketua DPRD Sulawesi Selatan, Kajati Sulsel, para pejabat Makoopsau Menurut Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, branding II, dan pejabat Angkasa Pura I. Lion Air sendiri dalam sehari tersebut juga sebagai apresiasi atas tingginya load factor dengan menerbangkan 415 flight untuk semua tujuan. Pada awal bulan tujuan Makassar dan sebaliknya. “Sifatnya apresiasi, tidak ada September ini, pesawat Boeing 737-900ER ke-39 dan 40 akan bentuk kerjasama keuangan atau sponsor,” kata Rusdi Kirana bergabung memperkuat armada Lion Air, dengan kode registrasi di sela-sela acara tersebut. Rusdi juga menambahkan bahwa LLH dan LLI. Ditambah satu lagi pesawat ATR 72, yang akan tiba frekuensi keluar-masuk Lion Air di Makassar mencapai 60 kali setiap harinya. Iapun menyatakan akan meningkatkan frekuensi ke dari pabriknya di Toulouse, Prancis untuk Wings Air.

12 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

13


LEISURE

KATSUSEI Premium Katsuretsu Katsu atau Katsuretsu makanan yang berasal dari Jepang ini merupakan makanan cutlet yang bertabur tepung remah roti atu breadcrumb yang digoreng membungkus irisan daging tanpa tulang. Katsusei yang berlokasi di Plaza Indonesia ini mendedikasikan diri untuk premium katsu yang otentik dari Jepang. Bahan baku yang dipilih sangat berkualitas terutama untuk daging ayam, sapi, seafood hingga daging pork. Untuk daging sapi dipilih wagyu yang disajikan dalam menu Wagyu Beef Katsu. Hanya di Katsusei ini Anda bisa menemukan katsu yang terbuat dari pork yang disebut Tonkatsu. Tapi jangan kuatir, Katsusei menerapkan kaidah yang ketat dengan memisahkan cara pengolahan antara menu pork dengan menu lainnya. Bahkan menu prok ini diolah dalam dapur yang berbeda termasuk juga semua peralatan dapurnya pun terpisah. KATSUSEI Plaza Indonesia L 1/E19-19A Jl. M.H. Thamrin Kav. 28-30 Jakarta 10350

Aston Jayapura Hotel & Convention Center Mulai Beroperasi

Aston Jayapura Hotel & Convention Center akan menjadi hotel bintang 4 internasional yang terdepan di Jayapura dengan konsep memberikan standar terbaik bagi pelancong bisnis maupun bagi penyelenggara kegiatan MICE. Terletak di pusat kota Jayapura yaitu di Jalan Percetakan Negara, hanya 5 menit dari kantor Gubernur dan daerah pusat perbelanjaan, Aston Jayapura memiliki 102 kamar dan suites yang modern, fasilitas konvensi yang luas seperti ball room terbesar di Jayapura, sebuah café shop, roof top lounge dengan hiburan live music, sebuah pusat kebugaran lengkap dengan fasilitas fitness, spa, sauna - whirlpool dan steam room, klub karaoke dan satu-satunya restoran hidangan Barat yang mewah di Jayapura – Bistro Bar & Grill yang dilengkapi dengan hiburan live music di malam hari. Aston Jayapura Hotel & Convention Center Jl. Percetakan Negara No. 50 - 58 Jayapura 99111, Papua T. 0967 - 537 700 F. 0967 - 536 600 www.AstonJayapura.com

14 LIONMAG SEPTEMBER 2010

WARUNG C’MAR Nikmatnya Prasmanan Tengah Malam Adalah Ibu Maria, yang lebih dikenal dengan Ceu Mar telah membuka warung nasi khas Sunda ini lebih dari 20 tahun silam. Warung C’mar berlokasi di jalan Terusan ABC no. 21, Bandung. Warung ini setiap hari buka melayani pengunjung dari jam 19.0008.00 wib. Tempat ini akan sangat ramai pengunjung ketika waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Sehingga jangan kaget kalau kita akan menjumpai antrian panjang di pinggir jalan mirip para tamu undangan hajatan mengantri makanan yang disajikan secara prasmanan. Soal harga tergantung dari menu yang kita ambil. Asal tahu saja, menu yang ditawarkan disini adalah menu masakan khas Sunda, dan kita mengambil sendiri apa yang ingin kita makan. Tersedia juga berbagai macam minuman seperti teh, kopi, es jeruk dan minuman kemasan botol lainnya. Warung C’Mar Jl. Terusan ABC No. 21 Bandung


Gumarang Lounge Hotel Ibis Tamarin Jakarta

G

umarang Lounge merupakan salah satu fasilitas yang disediakan Hotel Ibis Jakarta Tamarin untuk para tamu yang ingin bersantai menghabiskan waktu. Tempat yang nyaman, suasana tenang ,interior modern serta view yang langsung menghadap pool terrace dikemas untuk memanjakan para tamu yang datang. Siap melayani segala pesanan tamu selama 24 jam, kemudian terdapat Internet corner yang dapat digunakan secara Cuma-Cuma, selain itu kami juga menyediakan big screen yang selalu dinyalakan pada pukul 06.00 sampai dini hari. Afternoon Tea dari pukul 16.00 – 19.00 merupakan salah satu kegiatan rutin yang mengunakan Gumarang Lounge untuk memfasilitasi para tamu executive yang menginap di hotel agar dapat menikmati waktu sore mereka dihotel dengan santai. Semua makanan yang disediakan selalu bervariasi tiap bulannya, Ibis Jakarta Tamarin secara rutin membuat menu-menu pilihan baru yang sensasional tiap bulannya untuk memanjakan para pengunjungnya. Hotel Ibis Tamarin JAKARTA Jl. KH. Waid Hasyim No.77 Jakarta Pusat 10340 T. 021-3912323 F. 021 -3157707 Email : reservation@ibistamarin.com

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

15


LEISURE

Nikmatnya

PalLumara TANJUNG PASIR RESORT Jl. Raya Tanjung Pasir Km. 7, Teluk Naga – Tangerang T. 0817138710, 0817138716, 0817138720 F. 021- 70702772

Bagi orang Sulawesi Selatan menu yang satu ini sudah tidak asing lagi, bahkan terlalu akrab dalam kehidupan sehari-hari. Pallumara, nama masakan berkuah dari ikan ini boleh dibilang masuk dalam golongan menu sup ikan merupakan makanan rumahan yang selalu dihidangkan dan disantap setiap hari. Rasa asam segar menjadi ciri dari makanan ini. Hampir semua jenis ikan bisa dimasak, dan cara pengolahannya pun sangat sederhana, ikan bandeng paling favorit untuk masakan Palumara. Bumbu utamanya adalah kunyit dan asam jawa. Namun juga bisa ditambah bawang merah, sereh, minyak kelapa, cabe rawit yang dibiarkan utuh dan sedikit gula pasir. Bagi kita yang belum pernah dan penasaran ingin mencicipi segarnya sup ikan ini tidak perlu pergi jauh ke Makassar. Pallumara selalu siap tersedia di Tanjung Pasir Resort. Sebuah resort dengan konsep keluarga ini terletak di Jl. Tanjung Pasir Km 7, Teluk Naga-Tangerang. Dapat ditempuh sekitar 20 menit dari Bandara Internasional Soekarno Hatta dan 50 menit dari kota Jakarta. Menikmati segarnya Palumara diantara taman tropis yang luas serta gemericik air dari kolam-kolam ikan yang besar. Bagi yang hobi mancing dapat memancing ikan di kolam-kolam tersebut dan hasilnya bisa langsung dimasak oleh chef yang profesional. Sebuah resort yang pas untuk aktivitas akhir pekan bersama keluarga.

16 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

17


SPECIAL Keraton yogyakarta

18 LIONMAG SEPTEMBER 2010


Keraton Yogyakarta Replika Estetika Mooie Indie

Dari semua istana kuno, inilah yang paling terkenal di Indonesia. Salah satu tujuan utama yang pamungkas dari Jawa Tengah ini memang unggul, karena istana ini memiliki arsitektur istana Jawa yang termewah,; dengan balairung-pendapa yang megah dan halaman dengan lapang pandang yang luas. Selain itu keterawatan seluruh kompleks membuat pengunjung dapat berpuas menengok masa lalu Mooie Indie secara utuh. Teks & Foto: Paul I.Zacharia

eraton – dari kata Ka-RATU-an yang berarti Tempat Tinggal Ratu atau raja, adalah istana Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang menjadi kebanggaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Fungsi kesultanan tersebut telah berakhir pada tahun 1950, saat ia bergabung dalam NKRI. Namun ia tetap berfungsi sebagai rumah tangga Sultan Jogja dan segenap householdnya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga kini. Inilah keunikan kerajaan di dalam republik yang sangat menarik! Istana perpaduan gaya Jawa dan Eropa ini didirikan pada pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I pasca Perjanjian Giyanti pada tahun1755. Sebagai korban gempa pada tahun 1867, Keraton Jogja mengalami kerusakan berat. Pada pemerintahan HB VII pada tahun 1889, istana tersebut dipugar. Meski tata letaknya masih dipertahankan, namun bentuk bangunan telah diubah menjadi yang terlihat sekarang. Semua bangunan dan fitur keraton ini memiliki nama yang cukup kompleks bila harus dirinci satu-satu! Bahkan seluruh tata letak keraton terhadap kota dengan pola poros - yaitu Keraton dalam satu garis lurus berawal dari Panggung Krapyak di Selatan sampai ke Tugu Jogja di Utara - juga sarat simbol. Sekompleks budaya Jawa itu sendiri.

(Atas) Para Abdi dalem menanti dengan sabar dalam seragam keseharian (Halaman Samping searah jarum jam) Gedong Kuning, rumah tinggal Sultan dengan ukiran yang cantik. ; Plafon Bangsal Sitihinggil yang rapi dan berukir mengesankan.. ; Fasada yang menghadap alun-alun, dari Bangsal Pagelaran

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

19


SPECIAL Keraton yogyakarta

(Searah jarum jam) Salah satu dari koleksi kereta kuda di Museum Kereta Sultan.; Lorong menuju Kaputren yang berhias lampu-lampu cantik.; Detil ukiran pilar kayu yang diberi prada, dan terawat rapi.; Gerbang Regol Danapratopo yang diapit oleh dua Dwarapala

Sebagian kompleks keraton berfungsi sebagai museum yang memeragakan berbagai koleksi milik kesultanan, cenderamata dari kerajaan-kerajaan Eropa, replika pusaka keraton, dan berbagai perangkat gamelan. Selain itu keraton juga membanggakan berbagai warisan budaya, berupa upacara tradisional yang tetap dipelihara dengan setia. Keraton Yogyakarta telah menjadi benteng terakhir perlindungan adat, lengkap dengan para pemangku adatnya. Yang harus diperhatikan saat mengunjungi Keraton adalah adanya dua akses untuk memasuki kawasan Keraton yang tidak ada petunjuknya untuk segera bisa dilihat pengunjung awam. Mereka bisa saja hanya masuk dari gerbang utama yang menghadap alun-alun, lalu merasa sudah selesai. Padahal kawasan dimana terdapat bangsal utama harus dimasuki lewat gerbang samping barat! Yang disayangkan adalah minimnya foto-foto dari suasana Keraton dalam masa kejayaannya. Yang ada hanyalah foto-foto

20 LIONMAG SEPTEMBER 2010

reproduksi yang sangat tak layak pamer dalam Museum Kereta, yang menyimpan koleksi kereta-kereta kuda. Hal lain yang disayangkan adalah jam buka resmi Keraton yang terlalu singkat, karena ditutup pada pukul 13.00. Dimanamana di dunia, obyek wisata utama harus membuka diri untuk menerima turis seakomodatif mungkin. Selain itu untuk memasuki kawasan Bangsal Kencana yang menjadi pusat kompleks Keraton, kita masih harus membayar tiket dengan sistim penulisan kwitansi, sehingga sangat tak praktis dan memakan waktu. Saat kami sudah ditolak masuk karena kesorean, beruntung ada beberapa grup yang meminta-minta supaya diterima masuk, sehingga kami bisa ikut mendapat dispensasi! Sebetulnya kita harus mau bekerja mengikuti jam kerja seperti biasanya, karena bagi pelancong, setiap kesempatan memasuki keraton akan menjadi pengalaman berharga yang bernilai promotif dan pasti menambah kas Keraton sendiri!


Beberapa pengunjung melewati tangga penghubung kawasan Pagelaran dan Sitihinggil

Seorang turis menanyakan arah di depan Gedung Gongso Slendro

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

21


(Searah jarum jam) Bangsal Manis dengan pagar yang terawat rapi.; Sekelompok pengunjung foto bersama di belakang Bangsal Pagelaran.; Diorama suasana kostum Sultan di Bangsal Pasewakan

22 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

23


SPECIAL MASANGIN

Masangin, Keunikan Berbalut Misteri

Teks & Foto: Toto Santiko Budi

24 LIONMAG SEPTEMBER 2010


Temaram senja nan romantis di Alun-alun Kidul salah satu spotfavorit anak muda kota.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

25


(Searah jarum jam) Siluet kontestan Masangin.; Langkah mantap ‘Sang Juara’ Masangin.; Dua beringin dan mereka yang penasaran menaklukkan.

Masangin-lah permainan yang membedakan Alkid ini dengan alun-alun atau taman yang ada di tempat lain.

26 LIONMAG SEPTEMBER 2010

S

inar matahari mulai meredup di ufuk barat Yogykarta. Siang yang terik perlahan berganti sore yang sejuk. Birunya langit menjelma jingga lengkap dengan hiasan gumpalan awan yang berarak. Lampu-lampu kota mulai ‘hidup’ sinar kuning keemasannya membangun suasana hangat dan romantis. Semakin banyaklah manusia yang hadir di Alun-alun Selatan suatu akhir pekan itu. Setiap sore (utamanya akhir pekan atau hari libur) tanah lapang luas yang letaknya ada di belakang kompleks Keraton Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat itu memang selalu ramai. Masing-masing datang dengan tujuan masing-masing. Meskipun bukan taman hiburan namun tempat yang dikalangan anak muda Yogya dikenal dengan nama Alkid (alun-alun kidul) ini mempunyai fasilitasfasilitas yang ‘memanjakan’ pengunjung terutama anak-anak. Mereka bisa menjajal aneka permainan yang ada. O ya, segenap permainan itu tidak disediakan pihak keraton, ataupun


Disemangati suporter belum tentu juga bisa berhasil.

pemerintah daerah setempat melainkan oleh orang perorangan. Mereka dengan jeli membaca peluang bisnis. Ada tempat, ada pengunjung maka kemudian tersedialah pejualan dan persewaan aneka permainan seperti odong-odong, becak mini, sepeda mini dan tandem, mobil-mobilan, beraneka permainan ketangkasan, mandi bola, kuda, dan seterusnya. Bisa juga melihat gajah keraton di kandang yang letaknya berseberangan dengan Alkid. Bila anak-anak tertarik dengan semua permainan tadi maka mereka yang lebih besar tertarik untuk bergerombol di depan dua batang pohon beringin tua yang tegak berdiri di tengah Alkid. Beringin itu dikelilingi oleh pagar hingga disebut Ringin Kurung. Mereka datang demi Masangin. Sebagian pengunjung itu telah datang sejak matahari masih bersinar. Mereka dengan sabar menanti gelap tiba untuk mencoba tantangan, sebuah ‘ritual’ unik, masangin (masuk di antara dua beringin) Tujuannya mereka berusaha melewati jalan

di antara kedua pohon beringin tadi dengan mata ditutup kain. Jarak antara kedua pohon itu sendiri sekitar 7 meter. Entah sejak kapan dan dari mana munculnya mitos ini, konon barang siapa yang berhasil berjalan melewati kedua beringin itu akan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa. Masangin-lah permainan yang membedakan Alkid ini dengan alun-alun atau taman yang ada di tempat lain. Meskipun terlihat mudah tapi kenyataannya tak sedikit yang gagal. Berbagai trik coba dilakukan, seperti melepas alas kaki untuk merasakan ada tidaknya rumput (jalan menuju kedua pohon itu tidak ditumbuhi rumput lagi akibat seringnya dilewati). Tapi pada prakteknya tetap saja susah. Mereka, para ‘kontestan’ merasa telah berjalan lurus, namun apa yang terjadi? Mereka justru berputar arah menuju ke tempat semula padahal tinggal beberapa langkah lagi untuk berhasil. Tak ayal penonton pun terbahak tak kuasa menahan geli.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

27


(Searah jarum jam) Tersedia juga kuda tunggang sewaan.; Wedang Ronde,minuman tepat saat bersantai di Alkid.; Keliling Alkid dengan andong (kereta kuda) pun menyenangkan. ; Persewaan tutup mata, jeli menyongsong rezeki.

Alun-alun kidul berlokasi di belakang kompleks bangunan keraton Yogyakarta. Meskipun derajat dan fungsinya tak setinggi Alun-alun Utara (lor) namun secara spiritual tempat ini berwatak tenang (disimbulkan dengan gajah), karena konon dianggap sebagai tempat palereman (istirahat) para dewa. Tak heran tempat ini banyak dikunjungi orang yang ingin menenangkan hati atau sekedar bercengkrama. Lapangan dengan luas sekira 2,5 hektar ini pun melengkapi diri dengan aneka jajanan mulai dari yang ringan dan sederhana hingga yang kelas berat. Dijamin acara nongkrong makin asyik dan lidah dimanjakan tentunya. Sebut saja minuman hangat nan menyegarkan badan dan dijamin menjauhkan angin ‘jahat’

28 LIONMAG SEPTEMBER 2010

memasuki tubuh, wedang ronde. Atau ada juga aneka bebakaran mulai dari jagung, pisang, hingga roti bakar berlapis beragam selai. Warung nasi lesehan dengan dilengkapi lauk ikan atau ayam bakar juga tak ketinggalan menemani malam anda di sini. Bukan berarti saat matahari masih bersinar di alun-alun kidul ini tak ada yang menarik untuk dinikmati. Anda bisa menyewa andong untuk mengelilinginya. Di pagi hari anak-anak dan remaja usia sekolah pun senang memanfatkan area ini untuk bermain sepak bola. Berhadap-hadapan dengan Alkid ini adalah gedung Sasono Hinggil Dwi Abad, yang pada waktu-waktu tertentu menggelar pertunjukan wayang semalam suntuk.

Sejarah panjang mengikuti fungsi kawasan yang terletak di sebelah barat Tamansari ini. Dahulu tempat ini pernah dipakai sebagai tempat latihan barisberbaris prajurit keraton sehari sebelum pelaksanaan grebeg, tempat pisowanan abdi dalem wedana prajurit beserta anak buahnya di malam bulan puasa, lomba panahan, bahkan adu harimau melawan kerbau. Jadi, kalau anda sedang berkunjung ke Jogjakarta, setelah puas berwisata kota (banyak sekali objek menarik di bekas ibukota RI ini), berwisata belanja di Malioboro, dan berwisata kuliner gudeg Wijilan maupun bakpia Pathok. Maka ketika anda melancong ke Yogyakarta, wajib hukumnya untuk ke Alkid dan berMasangin.


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

29


SPECIAL SPOT Yogyakarta

YOGYAKARTA’S

HOT SPOTS Teks: RISTIYONO Foto: Toto Santiko Budi

K

ota ini memang istimewa, bukan karena statusnya sebagai Daerah Istimewa saja, melainkan memang segala yang ada di kota ini benarbenar spesial. Mulai dari adat dan budayanya, keseniannya, kehidupan sosial warganya yang begitu ramah. Selain itu, kota yang sudah berdiri sejak abad 17 ini juga sarat dengan peninggalan sejarah sehingga sangat menarik dijadikan tujuan wisata sejarah disamping juga memang banyak spotspot keindahan wisata lain yang mengelilinginya. Beberapa hal yang menarik untuk dicermati dan dinikmati ketika berkunjung ke kota ini diantaranya seperti:

BENTENG VREDEBURG Di ujung jalan Malioboro, kita dapat mampir di Benteng Vredeburg. Benteng yang dibangun Belanda tahun 1765 ini dulunya merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan Keraton. Benteng ini dibuka untuk umum pertama kali pada tahun 1987. Kita dapat melihat koleksi minirama yang menceritakan sejarah perjuangan di Yogyakarta. Bangunan berbentuk tembok tinggi ini memiliki menara pemantau di empat penjurunya yang dulu digunakan sebagai tempat patroli. Dari menara paling selatan, kita dapat menikmati pemandangan ke Keraton Kesultanan Yogyakarta.

Keraton Berwisata ke Yogyakarta kurang lengkap rasanya jika belum mengunjungi Keraton Kasultanan Yogyakarta. Keraton ini sudah berdiri sejak tahun 1755 pasca Perjanjian Giyanti dengan Raja pertamanya Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I). Yang perlu diperhatikan adalah jam buka Keraton yang hanya sampai jam 13.00. Jadi harus lebih awal datang agar memiliki waktu yang cukup untuk mengagumi keindahan dan keunikan Keraton ini.

BERINGHARJO Pasar tradisional yang sudah mengalami beberapa kali pemugaran ini berdiri sejak tahun 1758. Pasar ini termasuk tujuan favorit wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Disini kita bisa mendapatkan berbagai macam barang tradisional sebagai oleh-oleh. Mulai dari makanan hingga pakaian. Berbagai jenis batik, baik yang masih berupa kain maupun pakaian, tulis maupun print dapat mudah diperoleh dan tentunya dengan harga terjangkau.

30 LIONMAG SEPTEMBER 2010

TAMANSARI Tamansari hanya sekitar 500 meter sebelah selatan Keraton Yogyakarta. Bila dilihat selintas bangunan ini memiliki gaya Eropa karena arsiteknya bangsa Portugis disamping juga makna-makna simbolik Jawa tetap dipertahankan. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I akhir abad XVII M. Tamansari merupakan kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar.


Candi Prambanan

http://purbakalayogya.comgallericandi-prambanan.jpg

Menjulang setinggi 47 meter, candi Prambanan berdiri gagah menunjukkan kecantikan dan keindahannya. Dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung candi ini menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini memiliki tiga candi utama yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa yang merupakan lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Dari pusat kota Yogyakarta dapat ditempuh sekitar 20 menit dengan jarak 17 kilometer ke arah . Sekarang di area halaman candi ini sudah dibuat taman yang indah. Ada beberapa candi lagi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari candi Prambanan, yaitu candi Kalasan dan candi Sambisari.

MALIOBORO Jalan sepanjang satu kilometer ini sudah menjadi kawasan perdagangan sejak tahun 1758 saat Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional. Kawasan ini masih bertahan hingga sekarang bahkan menjadi salah satu ikon kota Yogyakarta. Malioboro dalam bahasa sansekerta berarti “karangan bunga�, dasar dari penamaan jalan yang terletak sekitar 800 meter dari Keraton ini karena dulu setiap kali Keraton melaksanakan perayaan jalan ini dipenuhi karangan bunga. Sepanjang jalan ini dipenuhi penjual cinderamata khas Yogyakarta dan bila malam tiba menjadi surganya para penikmat kuliner dengan maraknya warung lesehan. SEPTEMBER 2010 LIONMAG

31


WISDOM IN THE AIR

Oleh : Jemy V. Confido

Di dunia ini tidak ada orang bodoh, yang ada adalah orang yang tidak bisa menentukan prioritas

P

ada tahun 1906 seorang ekonom berkebangsaan Italia bernama Vilfredo Pareto melakukan sebuah penelitian mengenai distribusi kekayaan di negaranya. Hasil penelitian tersebut yaitu delapan puluh persen jumlah kekayaan masyarakat Italia dikuasai oleh hanya dua puluh persen penduduk yang menempati kalangan atas dalam strata ekonomi. Dan sebaliknya, sisa dua puluh persen kekayaan dibagi-bagi diantara delapan puluh persen rakyat. Karena begitu seringnya fenomena 80-20 ini muncul, maka dalam kasus-kasus pemecahan masalah, para analis dan pembuat keputusan biasanya menggunakan prinsip pareto ini dengan cara mengatasi dua puluh persen penyebab yang memberikan delapan puluh persen akibat. Hukum pareto ini memberikan panduan yang sangat penting untuk mengalokasikan usaha dan sumber daya. Sesungguhanya hukum pareto ini bisa bermanfaat dalam pemecahan masalah-masalah dan pengambilan keputusankeputusan pribadi karena sebenarnya hukum pareto memberikan panduan kepada kita untuk menentukan prioritas. Kembali kepada penelitian yang dilakukan Pareto, ia melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui mengapa delapan puluh persen kekayaan hanya dinikmati oleh dua puluh persen orang saja. Hasil penelitian lanjutan inilah yang sangat mengejutkan. Pareto membuat kesimpulan, seandainya jumlah kekayaaan yang ada dibagi rata di antara seluruh penduduk Italia, maka hanya dalam waktu satu tahun, maka akan kembali terbentuk pola yang sama, delapan puluh persen kekayaan akan kembali dinikmati oleh hanya dua puluh persen penduduk. Bagaimana mungkin? Fakta empiris yang saya temui, jangankan dalam kondisi dibagi rata, dalam kondisi kaya raya pun seseorang bisa kemudian menjadi jatuh miskin dan sebaliknya seseorang yang merangkak dari bawah bisa sampai di puncak kekayaan. Menimbang fakta tersebut maka prioritas dalam penelitian Pareto tidak hanya terjadi pada bagian kesimpulannya namun juga terjadi pada sebab dan konsekuensinya itu sendiri. Seandainya kekayaan sebuah negara dibagi rata dalam sekejap, maka orang-orang yang sebelumnya pernah berjuang untuk kaya akan memiliki prioritas yang berbeda dengan orang-orang yang

32 LIONMAG SEPTEMBER 2010

http://www.soundtextmedia.com.au/information/bigstockphoto_Books_39303.jpg

Pepatah Cina kuno

tiba-tiba menjadi kaya. Orang-orang yang sejatinya kaya akan melihat uang yang dipegang oleh semua orang sebagai potensi pasar yang besar dan ia memprioritaskan uang yang dipegangnya untuk membangun sebuah bisnis. Sebaliknya, orang-orang yang tiba-tiba menjadi kaya segera memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menikmati kekayaannya. Hasilnya, sama seperti penelitian Pareto, dalam waktu satu tahun, delapan puluh persen kekayaan akan kembali jatuh kepada hanya dua puluh persen penduduk. Kalau begitu caranya, apakah hal itu berarti yang kaya akan tetap kaya dan yang miskin akan tetap miskin? Tidak sepenuhnya benar. Memang akan tetap ada dua puluh persen orang yang menguasai delapan puluh persen kekayaan namun kabar baiknya, Anda bisa menentukan pilihan apakah Anda ingin berada di kelompok yang dua puluh persen ataukah berada di kelompok yang delapan puluh persen sisanya.


Singkat kata, prioritas bisa menentukan kualitas hidup manusia karena prioritas yang dibuat oleh seseorang akan menentukan alokasi sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya bisa berupa uang, materi, tenaga, pikiran, keahlian dan yang paling mahal adalah waktu. Karena waktu adalah satu-satunya sumber daya yang tidak bisa diperbaharui dan tidak bisa pula digantikan. Bila urusan membuat prioritas hanyalah sekedar membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting tentu bukanlah perkara sulit. Persoalannya, dalam membuat prioritas kita seringkali dihadapkan pada pilihan antara mana yang penting dan mana yang lebih penting sehingga kita seringkali terlambat untuk menyadari mana yang seharusnya kita pilih. Dan, karena kita tidak bisa berkompromi dengan waktu, maka yang tersisa tinggalah sebuah penyesalan. Mungkin sebagian besar manusia pernah mengalami penyelasan seperti ini termasuk saya dan Anda. Agar kita tidak mengalami penyesalan serupa, ada baiknya kita menyimak ilustrasi berikut ini. Dalam sebuah seminar mengenai prioritas, seorang ahli meletakkan batu-batu besar di dalam sebuah akuarium kosong hingga ia tidak bisa menambahkan lagi batu ke dalam akuarium tersebut. Lalu ia bertanya kepada para hadirin, ”Apakah akuarium ini sudah penuh?” Para hadirin pun berteriak serempak, ”Sudah!” Sang ahli tersenyum, lalu ia pun memasukkan batu-batu kecil ke dalam akuarium tersebut dan mengguncang-guncangkannya sehingga tidak ada lagi batu kecil yang bisa ditambahkan. Ia pun kembali bertanya, ”Apakah akuarium ini sudah penuh?” Para hadirin sekali lagi menjawab serempak, ”Sudah!” Sang ahli kembali tersenyum dan ia pun memasukkan pasir ke dalam akuarium tersebut dan mengguncangguncangkannya sampai padat. Ia pun kembali bertanya untuk ke-tiga kalinya, ”Apakah akuarium ini sudah penuh?” Para hadirin kembali serempak menjawab, ”Sudah!” Lalu sang ahli pun menuangkan air ke dalam akuarium tersebut sampai meluap. Ia pun bertanya, ”Apa yang bisa kita pelajari dari percobaan yang baru saja saya peragakan ini? ”Seorang peserta menjawab, ”Manfaatkan kesempatan yang ada sekecil apa pun kesempatan itu.” Sang ahli pun menjawab, ”Benar, dan dahulukan hal-hal yang utama dalam memanfaatkan kesempatan tersebut.” Dalam hidup ini ada batu-batu besar yang sebaiknya lebih dahulu mendapat tempat, lalu diikuti batu-batu kecil, pasir dan air. Kejelian Anda dalam membedakan keempatnya akan menuntun Anda mencapai kualitas hidup yang lebih baik. SEPTEMBER 2010 LIONMAG

33


TRAVEL LUCCA TUSCANY

Lucca

A Jewel of Tuscany TEXT & PHOTOS : PETER MILNE

When most people think of the cities of Tuscany — that iconic province of Italy where the Renaissance was born and from which it spread across the rest of medieval Europe — the first that come to mind are usually the famous trio of Florence, Siena and Pisa. But one somewhat smaller former city state, Lucca, lies between all three, making it an ideal base from which to explore Tuscany, as well as being a beautiful example of an Italian Renaissance city in itself.

34 LIONMAG SEPTEMBER 2010


L

ucca is a pure gem of a Renaissance city, steeped in history and crammed with majestic churches and famous for its tempting restaurants. Added to this, what makes it so unique is that, despite the march of time and the arrival of modernity, Lucca still possesses its medieval city walls in their entirety. Built mainly in the sixteenth century and running for about 4 km, the imposing red brick ramparts are amongst the best-preserved Renaissance defences that remain in Europe today. They lend the city a unique character by shutting out most of the traffic and preserving the narrow streets for pedestrians. Visitors can stroll amongst Lucca’s medieval streets, sample the delights of the cafes and pastry shops, and take in the atmosphere of another era — one before the invention

(Clock wise) One of the many cafes in Lucca, on a street of medieval houses.; The great man himself: Puccini’s statue in a small square next to his house in the centre of Lucca.; The old town of Pietrasanta looking towards the Apuane Alps beyond the city walls. (Page across) View across the medieval city of Lucca, towards the Apuane Alps of north Tuscany in the background.

of the internal combustion engine. And, despite its beauty and smaller scale, Lucca seems to have escaped the tourist hordes that regularly descend on Florence and Pisa during the summer months. Lucca is also the birthplace of the composer, Giacomo Puccini, of La Bohème and Madame Butterfly fame. For operalovers there is not a single night of the year when Lucca does not have a Puccini performance, together with music by Mozart, Verdi or Bach, in at least one of its many churches. Originally founded by the Etruscans several centuries before Christ, Lucca became a Roman colony in 180 BC as the Romans consolidated their control over the peninsula. Lucca’s Roman legacy is reflected today in the way the city’s ancient grid pattern has been preserved down the centuries in the layout of its

narrow roads. It is also apparent in the striking elliptical shape of what is today the Piazza dell’Anfiteatro, surrounded as it is by tall medieval buildings that follow the outline of Lucca’s Roman amphitheatre. Descend into the cellars of some of the surrounding shops and you will find the original Roman brickwork of the foundations of the amphitheatre. In the centre of the city one of Lucca’s most elegant churches, the church of San Michele in Foro, betrays from its name that it stands beside the original site of the Roman forum. Lucca became a self-governing city (comune) in the twelfth century, at which time it underwent an economic boom thanks to its high-quality silk production. This helped to make Lucca wealthy and enabled the city to rival the dominance of Byzantium for the European silk trade. It

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

35


TRAVEL LUCCA TUSCANY

was at this time that the other city states of Tuscany also started to expand rapidly as centres of commerce and political power, and Lucca soon found itself caught in the rivalry between Florence and Pisa. Later, in 1314, internal discord in Lucca weakened the political elite and allowed it to fall under the control of Pisa, but just a couple of years later it won its freedom back under the leadership of a mercenary commander, Castruccio Castracani. Lucca then went on to become one of the most powerful Italian city states under Castracani, rivaling Florence and defeating her in battle. Lucca remained an independent republic for almost the next 500 years, until Napoleon Bonaparte put a final end to its freedom in 1805. Napoleon marched into the Italian peninsula and created the so-called Kingdom of Italy in 1804, making Lucca into a principality the following year. But as he did elsewhere, Napoleon handed out these newly created fiefdoms to members of his family and in Lucca’s case to his sister, Elisa. Elisa apparently wasn’t all bad, however: she is credited with the decision to plant trees all the way around the city ramparts, trees that today have grown to their full height and offer shade for all the joggers, walkers and cyclists who make use of the walls. So, what of the main sights of Lucca, apart from an hour-long stroll around the city’s walls, which is an absolute must. One of my own favourites is climbing the two medieval towers within the city that are open to the public and enjoying the superb views across the medieval sea of tiled rooftops; after all, Lucca was renowned as “the city of one hundred towers” in its Renaissance heyday. Today, although most of them have long since collapsed, 14 towers remain. The thirteenth century Torre Guinigi is one of Lucca’s most striking landmarks, topped as it is with a small copse of stunted oak trees. If you can make it up the 230 stone steps, the tower affords stunning views across Lucca and beyond the tree-lined city walls, towards the Apuane Alps to the north. Its rival is the Torre delle Ore, which is slightly shorter with only 207 steps and without the vegetation on top. The original use of these medieval towers was primarily military, as lookout posts for spying approaching armies from afar. Huge bells in the towers would be rung as a warning of imminent attack. Only later, as Lucca grew in wealth, did the construction of towers become a means for the most powerful families to show off their prestige as they tried to build higher than their neighbours. The Torre Guinigi is named after the powerful Guinigi family and connected to the family mansion, the Palazzo dei Guinigi. The Guinigis ruled Lucca during the fifteenth century when Florence was at its most powerful, and the family is credited with keeping Lucca out of the clutches of the Medici family, who ruled Florence at that time and until the late 1700s. Fittingly, the family had the highest tower, higher even than the cathedral campanile. Towards the southern side of the old city is Lucca’s remarkable Romanesque cathedral, the Cattedrale di San Martino, with its ornate colonnaded façade and oddly positioned campanile, originally built in 1060 as a defensive tower. Romanesque architecture is a term used to describe architecture that relied on ancient Roman style, with rounded arches, large towers and decorative arcading. It is a style that dominates Lucca’s churches. The cathedral dates from the eleventh century and is dedicated to St Martin, who is depicted as a Roman soldier on the façade of the building cutting his cloak with his sword in order to share it with a needy beggar. In a corner of the interior contained in a small temple is a life-sized wooden effigy of Christ, which was believed by early pilgrims to have been carved by Christ’s follower, Nicodemus, at the time of the crucifixion. In fact, subsequent tests have since established that the wood dates from the thirteenth century.

36 LIONMAG SEPTEMBER 2010


• Top left: The Torre Guingi with its tiny copse of holm oaks trees on top. • Middle left: View from the Torre Guingi across Lucca to the Torre delle Ore. • Bottom left: The beach clubs on the beach of Marina di Pietrasanta, Lucca’s favourite seaside escape. • Top middle: The façade of the 11th century Romanesque church, Chiesa di San Michele in Foro, topped with the figure of Archangel Michael slaying a dragon. • Top right: The Ponte della Maddalena, also known as “Devil’s Bridge” near Bagni di Lucca, on the River Serchio, which flows down to Lucca. • Middle right: A beach club at Marina di Pietrasanta. • Bottom right: A small garden roofterrace amidst the terracotta tiled roofs of Lucca.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

37


TRAVEL LUCCA TUSCANY

(Top) A typical quiet street in the centre of Lucca. (Center) The striking 13th century mosaic, The Ascension, on the façade of San Frediano church. (Bottom) The 18th century gardens of Palazzo Pfanner, with its Baroque statues of Roman gods and goddesses.

38 LIONMAG SEPTEMBER 2010

Nonetheless, the effigy is still paraded around the streets of Lucca once a year at sundown on 13th September. Two of the cathedral’s most important artworks are the magnificent Last Supper by Tintoretto and the sublime marble portrait and tomb of Ilaria del Carretto, the young and beautiful wife of Paolo Guinigi. Paolo’s wife died at the tender age of 26 after giving birth to her second child. The rich merchant expressed his grief (and his considerable wealth) by commissioning this exquisite sculpture in 1405. Just as impressive as the cathedral is the eleventh century Chiesa di San Michele. The church has a picture-book façade topped by the Archangel Michael slaying a dragon, and a carved Madonna and child at its corner overlooking the piazza. Today, the Piazza San Michele still has the feel of being at the centre of the city and it is an ideal spot to sit at a café and watch the world go buy while sipping a cappuccino or a cold lager. Facing the façade of the church not far from the piazza is a narrow alley that leads to the house where Puccini was born in 1858 and wrote much of his later work, including Madame Butterfly. Although the building is not open to the public, a plaque marks its significance, and just opposite a bronze statue of the composer sits quietly smoking a cigarette (despite the new laws that ban smoking in public spaces) overlooking the small Piazza Cittadella. If you need a break from churches and climbing towers, an example of one of Lucca’s elegant houses is the Palazzo Pfanner, close to the city walls, with its ornate eighteenth century gardens complete with statues of Greek and Roman gods. The palazzo was used as the location in the filming of Portrait of a Lady (1996) starring Nicole Kidman. The name Pfanner is relatively recent, and comes from one Felix Pfanner, an Austrian brewer, who emigrated to Lucca in 1846. In those days beermaking was a rather Germanic activity and Lucca had decreed it could only be established by a “skilled German”. Pfanner stepped forward with the idea of setting up a brewery in the basement of the house and despite his Austrian origins he was accepted. Thus he became the first person to bring beer to Italy — so the bars and café terraces of Lucca (and elsewhere in Italy) have something to thank him for. Although there is plenty to see and explore in the medieval city centre of Lucca, if time permits it is well-positioned to serve as a base for day trips into Tuscany. For example, the more well-heeled residents of Lucca have made the beach resorts of Marina di Pietrasanta and Viareggio their weekend getaways in the summer months and the beach clubs make for a relaxing day by the sea. Then the city of Pisa is less than 30 minutes away from Lucca by train. Siena makes a perfect overnight trip, being about 1.5 hours away by motorway, although there are several exquisite villages to discover if you take the back roads. Meanwhile, Florence is only an hour away by train, with all the history and art that that city has to offer. But it is always nice to return to the peace and charm of Lucca.


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

39


EVENT Pameran foto festival erau

40 LIONMAG SEPTEMBER 2010


(Kiri Atas) Wisatawan asing antusias melihat pameran foto (Kiri bawah) Foto bersama para pemenang seusai penyerahan hadiah (Tengah atas) Seusai tari Gantar penari berinteraksi dengan pengunjung sebagai wujud persaudaraan (Tengah bawah) Suasana pembukaan pameran yang dipadati pengunjung (Kanan) Pameran dibuka oleh Sekretaris Daerah Kukar HAPM Haryanto Bachroel

KEMILAU FESTIVAL ERAU 2010 CATATAN Ed Zoelverdi

F

estival Erau 2010 sebagai hajatan akbar wisata budaya Kutai Kartanegara, memang bukan sekadar tontonan. Para pengunjung bisa saja ‘diundang’ bergabung, misalnya, dalam sebuah acara tarian. Dan mereka yang semula datang hanya ingin memotret, hasil fotonya pun dapat membuahkan hadiah. Inilah pertama kali dalam sejarah Festival Erau, ada agenda Lomba Foto -yang terbuka untuk umum. Dewan juri terdiri dari Ed Zoelverdi, Paul I Zacharia dan Arbain Rambey. Peserta

lomba dibagi dalam dua kategori, yakni dari kalangan umum alias //hobbyist/, dan dari kalangan wartawan atau media pers. Biasanya, informasi adanya lomba foto untuk suatu hajatan ada tenggang waktu minimal sebulan. Nah, dalam Festival Erau 2010 waktunya terbilang singkat. Ternyata peminat lumayan banyak: foto yang masuk sekitar 700, karya dari 70 peserta. Sesuai pakem penjurian lomba foto, dewan juri bertugas memilih foto unggulan dari // stock/ yang tersedia. Setelah melewati tiga tahap penyaringan -- sering diserai diskusi, maka didapat tiga foto dari masing-masing kategori. Menarik dicatat, pemenang dari

kategori umum tampaknya bukan orang yang awam bergaul dengan fotografi. Sedangkan peserta dari jurnalis -- semua dari media lokal, tampaknya belum lebih unggul ketimbang peserta umum. Rata-rata, baik peserta umum ataupun jurnalis, boleh dibilang tidak mengalami kendala teknis. Fasilitas kamera dewasa ini memang super-pintar. Foto dijamin jadi. Tapi jadinya foto dapat dibedakan dari sekadar “kepintaran kamera� atau hebatnya sang Mat Kodak. Ini masuk kajian segi tematis, namanya, mana foto yang unggul menangkap kemilaunya Festival Erau.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

41


Juara Kategori Jurnalis

1

2

3

Karmila Wati

M Agri Winata

Firman Hidayat

Juara Kategori Umum

1

3

Syaiful Anwar

Ady Nugroho

2

Faisal Sasmita

Juara Harapan Kategori Umum

1

Wawan Yusuf

2

Faisal Sasmita

Foto yang oke secara teknis, dan terbilang oke pula secara tematis, disaring lagi dari segi estetis. Pada giliran ini yang ditilik adalah faktor upaya sang fotografer. Ada kejelian memilih sudut pandang unik, serta momen yang jitu. Ini tak ada urusan dengan istilah “kebetulan” atau “keberuntungan”, tapi patut dihargai sebagai keunggulan khas seorang pemotret. Foto-foto para pemenang -- plus karya Paul I. Zacharia dan Makhfudz Sappe -- dipamerkan di Discovery Mall, Kawasan Kuta, Bali dari tanggal 6 - 8 Agustus 2010. Pameran foto ini dibuka oleh Dr. H.K.A.P.M. Haryanto Bachroel, Sekretaris Kabupaten Kartanegara. Pameran foto Festival Erau 2010 ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Mereka berdecak

42 LIONMAG SEPTEMBER 2010

3

M Ali Ichwani

kagum sekaligus bertanya-tanya di mana gerangan lokasi Kutai Kartanegara. Menilik seriusnya mereka mengamati foto-foto itu, tampaknya mereka bakal cerita pada teman atau kerabat di negerinya, dan siap mengagendakan kunjungan wisata ke Kutai Kartanegara. Selamat untuk para pemenang lomba, dan acungan jempol untuk panitia penyelenggara. Bersamaan dengan itu, pantas pula kita ucapkan “bravo!” untuk Sri Wahyuni, Kepala Biro Humas dan Protokol Kabupaten Kartanegara sekaligus kordinator lomba foto Erau -- yakinlah, kerja keras Ibu dan staf niscaya membuahkan hasil yang kian berkilau pada hajatan wisata budaya di tahun mendatang. Sukses!


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

43


EVENT JEMBER FASHION CARNAVAL

Dynand dengan para model DreamSky - pesona kedirgantaraan

Jember Fashion Carnaval IX

MAKIN MATANG MAIN MATA Makin jelaslah bila di kota Jawa Timur ini, terjadi fenomena baru: Ratusan model yang suka difoto diburu ratusan fotografer yang suka model! Teks & Foto: Paul I.Zacharia

44 LIONMAG SEPTEMBER 2010


Dibalik durinya, ada ceria peraga Cactus

Peserta Toraja memanggul rumah dan tanduk

emasuki tahun ke sembilan, karnaval tahunan JFC yang selalu mencengangkan makin menunjukkan kedewasaannya. Parade kostum fantasi yang sarat inspirasi, imajinasi dan ilusi ini telah makin halus digarap, dan diapresiasi pengamat seni dan ekspresi diri. Dari peragaan ‘urakan’ pada tahun 2001, para desainer otodidak – karena merancang busananya sendiri – ini tidak lagi dipandang sesudut mata. Dunia desain terbelalak dan mengucek matanya, saat mereka menatap para artis busana ini berseliweran dalam dandanan liar, tapi indah – binal, tapi mempesona. Kembali Dynand Fariz – penggagas, pemimpin JFC Center, yang sekaligus dosen di ESMOD Jakarta -meneguhkan posisinya sebagai penggerak para pemuda kota santri ini, bahwa mereka mampu mengubah paradigma kemapanan sambil berprestasi. Dalam JFC IX yang digelar pada 8 Agustus 2010 kemarin, sebanyak sembilan tema diluncurkan dalam kemeriahan warna warni dan keunikan bentukan yang sulit disangkal estetikanya.

Pada malam sebelum prosesi, diadakanlah Press Conference dimana sembilan tema itu diperagakan di depan pers dan media. Diawali dengan DreamSky, dalam balutan warna langit biru dan putih, fashion show di Dynand Fariz Center dipadati pers yang haus meraup imaji-imaji unik artistik produk para desainer fantasi ini. Disini yang dapat ikut hanyalah para pemimpin, atau disebut Majorettes, karena kematangan mereka dalam mengusung suatu desain. Asesori mereka juga tidak selengkap yang akan dipakai keesokan harinya. Bagaimana mungkin lengkap, bila peserta akan menjadi bak tiang sangkar burung setinggi empat meter? Atau suatu mahluk psikedelik bersayap selebar delapan meter? Kemudian bergulirlah Toraja, yang distilisasi dalam busana berupa rumah-rumah dan tanduk-tanduk kerbau. Demikian padatnya asesori sehingga kadang sudah sulit mencari wajah sang modelnya! Lalu diiring dentingan piano ringan dunia kanak-kanak, mahluk-mahluk bersayap warna-warni permai mempesona indra dalam defile Butterfly. Sejak kepompong sampai bulu halus panjang meliuk ramping di kepala sambil mereka melenggok manja. Berlanjut dengan Thailand yang tampil keemasan menyilaukan – sebagai salah satu negara yang terpilih untuk dipromosikan. Berlanjut dengan Cactus, tanaman yang sangat kaya dalam bentuk dan warna, Kabuki, yang mengusung idiom-

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

45


EVENT JEMBER FASHION CARNAVAL

Pemakai topeng saat menunduk dalam defile Apocalypse

idiom negara matahari terbit. Disini tampil ksatria samurai dengan terompah kayu setebal tigapuluh sentimeter, walau ada juga putri-putri Nippon yang manis bernaung di bawah dedaunan sakura. Tiba-tiba terdengar ringkikan kuda dan derap mendebarkan, saat rombongan buas Mongol merangsek masuk. Pahlawanpahlawan tegap dan menyeramkan ini menyeret pedang raksasanya yang berat – suatu aplikasi yang pasti terinspirasi film-film kolosal. Lalu suasana yang gelap makin tepat menjadi latar para dedemit Apocalypse yang membawa suasana akhir jaman. Salah satu kulminasi ekspresi tema ini berupa seorang dukun indian Maya (Inca?) dengan dekorasi wajah yang sangat mendetil dan layak menjadi karya seni tersendiri. Akhirnya Voyage menutup seluruh prosesi dengan semua suasana dan simbol pengarungan samudera pada jaman lalu. Para fotografer mencoba memetik gambar dalam intensitas tinggi, sementara para model juga nampaknya sudah sangat siap diekspos ke pasar internasional. Kedua pihak saling membutuhkan. JFC terasa makin matang main mata dengan para pembawa berita!

46 LIONMAG SEPTEMBER 2010

Dalam pementasan lengkap keesokan harinya, enam ratusan model dengan busana rancangan mereka sendiri mengundang decak kagum puluhan ribu penonton yang datang dari sudutsudut kota dan luar kota juga. Sayangnya mereka kikir sekali memberi aplaus yang layak diberikan sebagai komplimen yang tulus. Rupanya kita belum cukup terbudaya untuk mengapresiasi karya anak bangsa, yang sudah mencurahkan enersi sepanjang tahun untuk perhelatan berkelas internasional ini. JFC telah menjadi kalender tahunan para penikmat seni ekspresi diri. Kesibukan sepanjang tahun berpentas dimana-mana membuktikan JFC telah mampu memijakkan kaki dalam kancah seni yang cukup sesak. Sudah selayaknya mereka didukung pemerintah secara lebih total, karena jelas dampak positifnya bagi kota, bahkan propinsi Jawa Timur. Tidak perlu heran bila suatu saat untuk menonton JFC kita harus bersaing dengan negara-negara lain yang akan menjadi pengundang pentas mereka. Kita berani mengclaim, bahwa di dunia belum ada karnaval dengan peserta yang semuanya unik, individual, dan memiliki otentisitas seintens ini. Suatu Samba School Brasilia memiliki seragam untuk semua peserta karnaval akbar Rio de Janeiro. Juga demikian di Trinidad yang sudah lebih dari setengah


Pemeran Kabuki dalam berbagai gaya bak komik anime

Thailand telah dikenal lewat Wat atau Kuil mereka yang berwarna keemasan

Kegarangan Pahlawan Mongol dalam fantasi artistik

abad. Peserta JFC semuanya berbeda, karena sang peraga adalah juga sang pencipta busana!

Dalam nuansa pastel, Butterfly tampil mempesona

Saya sulit menjawab saat banyak teman-teman dari Jakarta, Bandung menanyakan, bagaimana cara paling efisien menuju Jember. Ya, terbang ke Surabaya atau Malang saja dulu. Lalu berapa lama ke lokasi? Ya, siaplah lima-enam jam termasuk makan. Apa? ? Saatnya sebuah bandara disiapkan menampung tamu internasional membawa dolar ke kas Jember, karena inilah kendala terbesar untuk JFC berkibar. Semoga pada JFC X pada 24 Juli 2011 dimana akan digelar sepuluh tema terbaik selama satu dasawarsa, Pemkab Jember dapat mendukung dengan shuttle bus yang murah meriah, supaya pengunjungnya tidak segan menempuh jalan selama setengah hari itu!

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

47


EVENT LAST DANCE

Selamat Jalan Mimi Rasinah

Teks & Foto: Toto Santiko Budi

S

aya, dan mungkin juga seluruh pengunjung yang hadir di Bentara Budaya, rabu 4 Agustus 2010 lalu tidak pernah akan menyangka bahwa penampilan sang maestro tari topeng Indramayu di atas panggung itu adalah penampilannya yang terakhir. Masih teringat jelas dalam ingatan saya bagaimana ia hadir di atas panggung. Muncul dari sisi kiri panggung dengan digendong sosok rentanya serta merta

48 LIONMAG SEPTEMBER 2010

menjadi pusat perhatian. Semua penonton seakan tercekat dan menahan nafas sembari menoleh ke bagian kiri panggung. Sinar lampu kilat para fotografer pun menghujani perempuan 80 tahun itu. Pesonanya bak superstar. Tak lama kemudian perempuan yang namanya harum di dunia internasional ini pun mulai menari. Ia melakuknnya dengan takzim meski dengan duduk. Sejak terserang stroke lima tahun lalu bagian kiri tubuhnya tak dapat bergerak. Hanya tangan kanannya dengan

jemarinya yang lentik bergerak-gerak terbata. Sesekali ia meraih selendang birunya dan mengibaskannya ke udara. Menyaksikannya menari dengan penuh semangat (terpancar dari gestur tubuhnya) meski dalam kondisi kesehatan yang serba terbatas itu sungguh mengharukan sekaligus merinding dibuatnya. Tarian Panji Rogoh Sukma malam itu ditarikan Mimi Rasinah bersama cucunya Aerli Rasinah (24 tahun), sementara berdiri di kiri dan kanannya duabelas anak-anak generasi penerus tari topeng


(Kiri atas) Digendong menuju panggung pementasan. (Kiri bawah) Mimi Rasinah dan anak-anak didiknya-harapan penerus tari topeng  masa depan memberi salam pada penonton. (Tengah) Stroke pun tak mampu menghentikan sang maestro menari, siapa kira ini pementasannya yang terakhir di depan publik. (Kanan) Menari berdua bagaikan sejiwa bersama sang pewaris ilmu tari topeng yang juga cucunya Aerli Rasinah.

di masa depan (semoga). Dua tahun lalu melalui sebuah prosesi Sang Maestro telah mentahbiskan Aerli sang cucu sebagai pewaris pusaka tari topeng Indramayu. Gerak-gerik tarian itu memang terlihat minimalis tapi sesungguhnya penuh arti karena kabarnya seluruh gerakan berasal dari hati. Dua sosok berbeda generasi itu menari dengan singkron. Aerli mengenakan topeng dan berdiri gagah di belakang menerjemahkan gerakan serba terbatas sang nenek. Penonton pun memberi tepuk tangan panjang saat pertunjukan malam itu

berakhir. Sebagian bahkan mengikuti Mimi Rasinah hingga ke sebuah ruang yang disediakannya beristirahat. Kecintaan perempuan yang lahir dari keluarga seniman dari Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu ini memang luar biasa. Hal itu pula yang menyebabkan ia tanpa ragu berangkat ke Jakarta meski tubuhnya telah renta. Tujuh jam perjalanan tak membuat dirinya ragu demi menari. Dalam suatu kesempatan ia pernah berujar ingin terus menari hingga nyawanya dicabut. Kenyataannya dua hari seusai menari di ibukota, Tuhan pun memanggilnya dengan penuh cinta.

“

Selamat jalan Mimi Rasinah, maafkan kami yang acap abai dengan seni tradisi kami sendiri.

�

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

49


DESTINASI PANGKALAN BUN

A VOYAGE TO THE ORANG UTANS OF CENTRAL KALIMANTAN TEXT & PHOTOS : CAMPBELL BRIDGE

Proboscis monkeys are frequently seen in the trees along the river in morning and evening.

50 LIONMAG SEPTEMBER 2010


S

itting on the upper deck of our river boat (“klotok”) in the Tanjung Puting National Park in the late afternoon, the sights and sounds of approaching dusk in the Borneo jungle are all around us. Proboscis monkeys sit perched high in the branches before suddenly leaping across large spaces of open air to grasp the next flimsy branch. Swallows and bats swoop along the surface of the river as the golden evening light on the palm trees slowly gives way to darkness and the sounds of the night. The island of Borneo still conjures up images in one’s imagination as one of the world’s last wild places. The tropical rainforest of Tanjung Puting National Park on the island’s southern coast is home not only to a large concentration of orangutans, but also many wild and exotic animals like the clouded leopard, leopard cat, crocodiles, many types of lizards and snakes, sun bears, birds of prey, water birds and hornbills. Tanjung Puting National Park became a game reserve in 1935 and was upgraded to a National Park in 1982. My wife Karin and I are on our own private klotok just a few kilometres from Camp Leakey in the middle of the park. Camp Leakey was established in 1971 by Dr Biruté Galdikas. It is home to both wild and rehabilitated orangutans. Camp Leakey is in a remote location and can only be reached by boat. Tanjung Puting, with about a population of about 5,000 orangutans, is renowned as probably the best place in the world to see them in the wild. Here at Camp Leakey, a rehabilitation centre for orangutans rescued from captivity, orangutans are taught the skills of the wild and how to survive in nature. Once the lengthy process is finished they return to the jungle. The river journey to Camp Leakey begins with a trip by klotok across the Kumai River, past the cargo terminals and

oceangoing ships before entering to the smaller Sekonyer River. Approaching Camp Leakey the river water becomes jet black in colour as a result of tannin in the water. Slowly cruising the palm fringed banks of the river is a wonderful way to see families of proboscis monkeys, hornbills, wild orangutan, and sometimes even crocodiles. After several hours of klotok travel, at the head of an ever narrowing stream, Camp Leakey itself is reached. Walking a few hundred metres along an elevated timber elevated walkway leads to the few buildings around the camp itself. There are usually always orangutans hanging around the camp itself, as well as wild boar and other animals. While there is always something to see there, from close up views of orangutans and their babies to seeing an orangutan trying to unlock the door to the food shed, a highlight is to go on a jungle walk to the feeding stations where rangers place bananas and fruit on a feeding platform, calling out to the wild orangutans in the jungle as they do so. Soon, these wonderful gentle creatures start appearing through the undergrowth or simply crash through the tree tops, many with babies clinging to them. Some of these amazingly gentle creatures even walk around within a few metres of the mesmerised tourists. Returning to our klotok in the late afternoon, we move away down river to find our jungle “camp” for the night. Fortified with a delicious afternoon tea and fried banana, our guide Ambo tells us the Tanjung Puting itself is well preserved and relatively safe. However, in Kalimantan as a whole, and despite the Indonesian government realising the importance of preserving the orangutans, they are under severe threat from poaching and particularly the destruction of habitat as a result of deforestation and to make way for palm oil plantations. Hopefully the fact that

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

51


Princess and her baby Purdy often hang around in Camp Leakey

52 LIONMAG SEPTEMBER 2010


Tanjung Puting has such international prestige and recognition will assist in the preservation of orangutans. As darkness falls on the klotok, our cook Darma prepares a delicious Indonesian meal of ayam goreng, rice, vegetables, and small sweet bananas, all washed down with rich Indonesian coffee. Our guide Ambo tells us the plan for the next day of jungle trekking and orangutan viewing at one of the other two rehabilitation centre for orangutans in the area - Tanjung Harapan and Pondok Tanggui. As we watch, our open air dining room is transformed as it has bedding put down, mosquito nets erected and rain protection put in place for our wonderful night in the open air. While one can stay on land based accommodation here at Rimba Lodge, the whole experience of cruising the river in a boat with one’s own personal crew while seeing and hearing all the jungle has on display day and night is not to be missed. Next day sees us off to yet another feeding station at Pondok Tanggui. This time the jungle walk sees us steeping carefully over small logs covering a muddy track, then avoiding living streams of well named fire ants sharing out path. Reaching the feeding station and the usual spread of bananas and fruits, the rangers carry out their now familiar shrieking and hooting to call the orangutans. After a few minutes there is the usual rustling in the tree tops as the large red furry shapes appear and orangutans literally descended on us from all directions. Then with little warning, the group around the feeding station suddenly thins out dramatically as a huge male appears and proceeds to help himself to everyone’s feast. Known as “The King”, this male weighed in excess of 100 kilograms. His massive cheeks and large throat pouches gave him an unmistakeable appearance. As Ambo explains to us it is curious how younger orangutans are obviously so gregarious and affectionate

Clockwise : Wild orangutans are common in the treetops; Who is watching who??; A family of proboscis monkeys; Klotok parking at Camp Leakey

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

53


DESTINASI PANGKALAN BUN

INDONESIA

MAP Central Kalimantan Pangkalan Bun Tanjung Puting

Travel Information The nearest airport to Tanjung Puting National Park is Pangkalan Bun in Central Kalimantan. While there are some direct flights from both Jakarta and Surabaya, the best connections are through Semarang and Banjarmasin, both of which are well served by Lion Air. Tours, hotels and klotok hire can be arranged through Pak Nanang, an excellent local travel agent. His contact details are:The Rimba Lodge jetty; Persuading a guide to open the food shed; Karin at the entrance to Camp Leakey

but these mature males are solitary animals. When he is around, all other orangutans keep well out of his way. On our last night back on the river, the lights of our klotok are turned off to reveal a dance of hundreds of fireflies among the trees on the river banks on both sides of us. Somehow this added even further magic to what was an amazing journey to an extraordinary place. After two three nights and two full days in this extraordinary place, it is easy to see why the wild orangutan is probably the best known image of Indonesia in the entire world. Another real pleasure of the journey to Tanjung Puting is meeting an amazing variety of tourists from all over the world. While a trip here is little time consuming, it is not difficult to arrange.

54 LIONMAG SEPTEMBER 2010

PT. Putri Rimba Marumba tour and travel Perum Akasia Permai 58 Jl. Pramuka Pasir Panjang Pangkalan Bun – Central Kalimantan 74111 Indonesia Phone : 62-532-2030722 Fax : 62-532-22935 Mobile/ Hp : 0813 492 88887 Email : info@visitorangutan.com. Rimba Lodge is an alternative for those who do not wish to stay on a klotok. The lodge can arrange your transfer from Pankalan Bun airport to the Lodge and also organise guides and transport within the Park. All rooms have Western showers and toilets, with air conditioning and hot water available in some rooms. The website is www.rimbalodge.com. It can also be booked through Pak Nanang.


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

55


TRAVEL KARIMUNJAWA

Surga Kecil Teks & Foto: Teguh Sudarisman ; FOTO UNDERWATER : IDA FARIDA

Coba rasakan nikmatnya ‘hotel’ di tengah laut, bercanda dengan hiu, dan mengunjungi pulau-pulau berpantai pasir putih.

56 LIONMAG SEPTEMBER 2010

elihat kapal feri KMP Muria perlahan-lahan merapat di dermaga Pelabuhan Karimunjawa, rasanya saya sudah tidak sabar lagi untuk meloncat ke darat. Maklumlah, saya bersama 18 teman satu rombongan sudah terlalu lama di perjalanan. Dimulai dari Jakarta kemarin petang, kami menuju Jepara memakai bis, dan baru sampai tadi pagi. Lalu, untuk menuju pulau ini, kami mesti menghabiskan waktu 5,5 jam di atas feri. Untungnya, kami menempati ruangan VIP yang ber-AC, bersofa empuk, dan masih bisa menonton televisi. Nasib kami lebih baik dibanding 200-an lebih penumpang lain yang menempati kelas ekonomi yang duduk berimpitan, bahkan sebagian besar malah duduk seadanya di lantai-lantai kapal tiga tingkat ini. Di dek paling atas, bahkan saya menemui Hans, seorang turis Jerman, yang kulitnya sudah memerah seperti udang rebus akibat terlalu lama


KEPULAUAN KARIMUNJAWA JEPARA SEMARANG

Wisma Apung dari kejauhan

terpanggang matahari. Ia ke Karimunjawa ber-backpacking-ria bersama putrinya. “Oh tidak, terima kasih. Saya di sini saja,” kata lelaki berusia sekitar 50 tahun itu, ketika saya beritahu bahwa ia bisa mendinginkan diri sebentar di ruang VIP. Mendarat di pulau utama, Karimun, saya masih heran mengapa banyak orang yang rela menempuh perjalanan jauh untuk ke kepulauan yang terdiri dari 27 pulau ini. (Mungkin bagi orang zaman dulu, jarak Jepara-Karimun yang 45 mil itu dianggap dekat, karena Karimun sendiri kurang lebih artinya ‘sepelemparan batu’). Pulau yang mempunyai lapangan terbang mini ini berbukit-bukit dan memanjang, namun jika dilihat dari kapal, sepertinya tidak ada yang menarik. Tapi saya tak sempat berpikir panjang, karena kami segera naik elf ke pelabuhan lama di ujung selatan. Kampung yang saya lewati tidak ada bedanya

dengan suasana pedesaan di Jawa. Bahkan rasanya saya tidak seperti tengah berada di sebuah pulau. Mas Aris dan Mas Jabrik menyambut kami dengan perahu kecilnya, dan kami pun menyeberang lagi, menuju ‘hotel’ di mana kami akan menginap. Ya, kami tidak akan menginap di resor atau penginapan di pulau utama, melainkan di Wisma Apung Jaya Karimun, sekitar 10 menit berperahu dari dermaga lama ini. Sebenarnya nama ‘wisma apung’ ini kurang tepat, karena memang tidak mengapung di atas air, melainkan tiang-tiangnya tertancap di dasar laut dangkal. Ke-17 kamar serta lantainya yang semuanya dari kayu, terletak sekitar satu meter di atas pemukaan laut. Wisma Apung Pak Joko, begitu nama yang lebih populer. Namun wisma yang berdiri tahun 2004 itu kini dikelola istrinya, Bu Nurul, setelah Pak Joko meninggal sekitar setahun lalu.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

57


TRAVEL KARIMUNJAWA

Nyiur melambai di Tanjung Gelam

Vidy, Dinda, Ida dan Sonya segera mencebur ke laut untuk snorkeling. Namun sebagian teman yang lain berkerumun di pinggir kolam buatan di tengah wisma. Teriakan dan jeritan kecil terdengar dari dalam kolam. Ketika saya melongok, ihhh... ternyata di kolam itu berseliweran banyak ikan hiu! Norman dan Siska tengah ada di dalam kolam, dan tampaknya Norman tengah berusaha menangkap seekor hiu pari. Meski kelihatannya menyeramkan, puluhan hiu yang ada di kolam itu merupakan hiu jinak. “Jenisnya hiu pari dan hiu putih. Semuanya ada 30 ekor,” kata Bu Nurul. Lebih tepatnya, hiu black tip, dengan ciri warna hitam di ujung sirip punggung. “Nggak apa-apa kok, turun ke kolam. Asal tidak sedang punya luka di kaki saja.” Hiiih! Norman akhirnya bisa menangkap ekor hiu pari, dan mengangkatnya. “Wah, berat sekali. Kulitnya seperti ampelas!” Tidak semua hiu berkumpul di satu kolam. Selain di kolam berbentuk L dan berukuran sekitar 3 kamar tidur ini, ada dua kolam kecil yang terpisah, berisi ikan-ikan hiu yang masih kecil. Lalu ada satu kolam lagi yang berisi anak-anak penyu, serta ikanikan cantik. Di kolam utama sendiri juga ada penyu dan bintang laut. Seekor penyu yang besar sekali tampak malas bergerak, dan juga tak merasa terganggu oleh teman-teman hiunya yang tak henti bergerak. Hari makin sore, kesibukan pun kini berganti melihat sunset. Tidak perlu mencari tempat lain untuk mengejar yang satu ini. Tinggal buka pintu belakang tiap kamar, dan matahari

58 LIONMAG SEPTEMBER 2010

yang hendak pulang ke peraduannya pun terlihat di sana, dengan nelayan bersama sampannya sebagai latar depan. Ya, ini memang ‘kemewahan’ yang ditawarkan wisma ini. Sunset from your own room! Malam, setelah makan malam yang diantar dengan perahu dari pulau utama, saya bergabung dengan Novi dan Vindhya, tidur-tiduran di ponton di depan wisma, membiarkan diri diayunayun ombak yang tenang, sambil memandang ribuan bintang di langit. Hmmm... perjalanan yang melelahkan kini sedikit demi sedikit mulai ‘terbayar’.

• Pesona Cemara Besar Bagi penyuka sunrise, mungkin Wisma Apung bukan tempat yang tepat, karena dari sini matahari terhalang bukit di pulau utama. Namun bias sinarnya yang keemasan memaksa kami untuk betah berlama-lama duduk di beranda atau di ponton, sambil menyeruput kopi dan melihat perahu-perahu nelayan lewat di depan wisma. Begitu matahari muncul, sinarnya segera menyapu seluruh bagian wisma. Dan, meski kami semua belum mandi, kini waktu yang tepat untuk berfoto-foto! Kami baru berhenti ketika perahu Pak Harto -asisten Bu Nurul- datang membawa sarapan. Yang ia bawa tak hanya sarapan kami, namun juga sarapan ikan-ikan hiu piaraan Bu Nurul. Ikan hiu itu sebenarnya dibeli Bu Nurul dari para nelayan yang jaringnya tak sengaja menangkap ikan-ikan itu. Setelah cukup besar, ikan itu dilepaskan


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

59


TRAVEL KARIMUNJAWA

Sunset dari kamar Wisma Apung

Golden morning di Wisma Apung

lagi ke laut. Untuk makanan hiu-hiu itu, ia setiap hari menyiapkan sepuluh kilo ikan-ikan kecil, misalnya ikan kembung, yang dibeli dari para nelayan seharga Rp 2.500 per kilo. Hari ini kami akan ber-island hopping, dan yang kami kunjungi lebih dulu adalah Pulau Cemara Besar. Sepertinya, pulau ini menjadi favorit para ‘Karimuners’, karena dari kejauhan pun, saya bisa melihat banyak perahu kecil berjejer-jejer. Para penumpangnya terlihat bertebaran di berbagai sudut. Ada yang tengah snorkeling di air yang berwarna torquiose, namun ada juga yang berjalan-jalan di pantai pasir putih pulau ini yang landai sekali hingga puluhan meter. Baru kali ini saya melihat ada pantai yang begitu lebar dan datar di kepulauan utara Pulau Jawa. Beberapa kali ke Kepulauan Seribu, belum pernah saya menjumpai pulau dengan pantai seperti di Cemara Besar ini. Ketika cuaca agak mendung, kami bergerak menuju sebuah pulau gosong, pulau berupa gundukan pasir yang timbultenggelam oleh pengaruh pasang-surut air laut. Cuaca di sini

60 LIONMAG SEPTEMBER 2010

Sarapan datang

sangat cerah, sehingga semua teman mencebur ke air untuk ber-snorkeling. Ida menemukan terumbu karang berbentuk bulu ayam, dan juga tiga nemo (clown fish) yang tengah asyik bermain. Tujuan kami selanjutnya adalah Tanjung Gelam, sebuah sudut di barat daya pulau utama. Dari kejauhan, sudah kelihatan jelas mengapa tanjungan ini dipilih. Garis pantainya yang putih memanjang berhias pohon-pohon kelapa melengkung, dan dibatasi batu-batu karang. Siang yang panas menjadi tak terasa melihat air yang bening hingga terlihat dasarnya yang putih. Kami baru pulang menjelang sore, tapi kali ini mampir dulu ke perkampungan dekat dermaga, karena perut keroncongan minta diisi. Hingga senja, kami menghabiskan waktu dengan makan bakso dan sate, naik odong-odong keliling pulau, dan melihat latihan menari di sebuah sekolah dasar. Begitu kembali ke wisma, rutinitas kemarin sore terulang lagi: melihat sunset. Kali ini, sinar matahari membuat garis seperti pita melintasi sebuah rumah bagan yang ada di belakang wisma.


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

61


TRAVEL KARIMUNJAWA

• Hujan di Tengah Laut Cuaca agak mendung ketika pagi itu perahu kami bergerak menuju Pulau Gosong Seloka, di timur Pulau Karimun. Dua atau tiga lumba-lumba tampak berloncatan di kejauhan sana, dan hanya membuat kami kecewa karena pertemuan tak terduga itu berlangsung sangat singkat. Dan benar, begitu kami sampai ke pulau gosong, mendung yang tadi makin menebal berubah menjadi hujan deras. Kami meringkuk di bawah terpal untuk menghindari terpaan air hujan yang dingin, begitu perahu bergerak di tengah guyuran hujan. Meski saya sempat khawatir dan menyarankan untuk pulang ke wisma, namun tampaknya Mas Aris sang jurumudi yakin bahwa hujan ini ringan saja. Ia pun tetap membawa kami ke tujuan semula, ke Pulau Cilik di utara sana. Perkiraan Mas Aris benar, karena hujan ini tidak disertai angin dan ombak besar, dan agak berkurang begitu kami merapat di dermaga Pulau Cilik. Dua perahu yang membawa rombongan lain tampak juga bersandar di pulau berpasir krem ini, dan para penumpangnya tampak tengah... snorkeling lagi di tengah hujan. Saya tak mengerti apa enaknya snorkeling di tengah hujan, jadi saya memutuskan untuk berteduh di teras sebuah vila, dan begitu hujan benar-benar berhenti, saya berjalan kaki mengelilingi pulau. Sesuai namanya, dikelilingi dalam 5 menit saja pulau ini sudah habis. Pulau ini mirip dengan pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu. Yang membedakannya, di sini selain ada pohonpohon cemara juga banyak pohon kelapa. Cuaca yang belum kembali cerah masih mengikuti kami begitu perahu bergerak lagi ke Pulau Tengah. Pulau ini jauh lebih besar dan lebih ramai dibanding Pulau Cilik. Pohon-pohon kelapa lebih banyak lagi di sini, begitu juga perahu-perahu wisatawan yang ditambatkan di dermaga. Namun tak hanya itu. Saya melihat ada grup-grup diving dan juga grup SAR yang tengah melakukan latihan penyelamatan. Tenda-tenda mereka terpasang di pelataran tak jauh dari dermaga. Kami snorkeling tak jauh dari dermaga, dan mata kami dimanjakan oleh terumbuterumbu karang cantik dan ikan-ikannya yang berseliweran. Di sini kami menemui banyak karang meja yang berbentuk bulat pipih, lebih banyak dibanding di pulau gosong dekat Tanjung Gelam. Grup diving yang kami temui ternyata dari Universitas Diponegoro Semarang, dan kami sempat berkenalan dengan instrukturnya, Pak Amiruddin, yang berasal dari Aceh. “Wah, instrukturnya ganteng sekali ya, seperti bintang film India!â€? kata Dinda, teman kami, yang sepertinya naksir. Tak heran setelah ia bisa berfoto dengan sang instruktur, sepanjang perjalanan pulang

62 LIONMAG SEPTEMBER 2010

Menikmati keindahan bawah laut Karimunjawa

ia tak henti-henti kami goda. Sayangnya, meski kemudian kami sama-sama searching di Facebook mencari nama sesuai yang Amiruddin berikan, kami tak menemukannya juga. Impian Dinda pun tinggal kenangan... Hari keempat di Karimunjawa, yang kami lakukan hanya menunggu sunrise, lalu memberi makan ikan-ikan hiu. Kami mesti berkemas, karena ini saatnya kami pulang ke Jepara. Kapal feri yang akan membawa kami sudah siap di dermaga, dan akan berangkat pukul delapan tepat. Meski terasa sangat singkat dan belum banyak yang bisa kami lihat, dan saya juga belum bisa menangkap satu ekor hiu pun di kolam, kini saya sudah paham, mengapa orang rela menempuh perjalanan jauh untuk bisa ke surga kecil ini....


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

63


TIPS

TIPS MUDIK DENGAN

PESAWAT A

• Pastikan kita sudah booking tiket jauh hari sebelumnya, sekaligus untuk pergi pulang. Pastikan juga nama yang tercantum di tiket sudah cocok, karena saat ini penerbangan menerapkan aturan ketat, jika bukan nama pemilik tiket pasti akan ditolak. • Teliti dan pastikan lagi jadwal penerbangan, tanggal dan jam pemberangkatan, lebih baik check in lebih awal ketimbang ketinggalan pesawat. Atau dapat juga menggunakan layanan city check in yang dapat dilakukan di semua kantor Lion Air, atau agen travel yang ditunjuk. • Karena bagasi pesawat terbatas, jangan terlalu banyak bawa barang bawaan sehingga tidak merepotkan. Bawa seperlunya saja, akan lebih baik bila ada barang yang bisa dibeli di tempat tujuan. Selalu waspada menjaga barang bawaan kita. • Kita perlu waspada, jangan mudah menerima pemberian minuman atau titipan barang orang yang tidak di kenal. Banyak kejadian perampasan barang karena terbius obat yang di masukan kedalam minuman. Jangan pula menerima titipan barang orang yang tidak dikenal. Kita perlu waspada, bisa jadi barang tersebut berisi barang terlarang seperti narkotika. • Jangan memasukkan barang-barang berharga seperti perhiasan, uang, handphone ke dalam bagasi pesawat. Ada baiknya kunci dengan benar tas yang akan kita taruh di bagasi pesawat. Hendaknya membawa barang seperlunya saja ke dalam kabin penumpang.

64 LIONMAG SEPTEMBER 2010

http://www.contextpr.co.uk/mediafiles/Airport.jpg

cara mudik menjelang Lebaran menjadi fenomena tersendiri. Banyak cara bisa ditempuh agar bisa mudik untuk kumpul dengan keluarga pada Hari Raya Idul Fitri. Kalau sudah begini, semua jalur transportasi pasti membludak. Tidak peduli mau mudik dengan bus, kapal, pesawat terbang maupun kendaraan pribadi. Bahkan sepeda motor sekalipun. Tapi tentunya kita semua menginginkan hal yang sama, agar acara mudik dapat nyaman dan aman, selamat sampai tujuan. Untuk itu ada beberapa tips yang bermanfaat saat mudik dengan pesawat terbang:

• Selesai check in, jangan salah ruang tunggu. Di boarding pass tertera ruang tunggu nomor berapa sesuai tujuan kita. • Pastikan sebelum kita bepergian dengan pesawat terbang perut tidak dalam keadaan kosong. • Perhatikan saat pramugari memperagakan demo alat keselamatan. Dengarkan setiap petunjuk dan baca setiap petunjuk keselamatan yang tertulis di kartu petunjuk keselamatan. Kartu tersebut biasanya disediakan di kantong kursi penumpang. • Sebelum pesawat benar-benar landing dan parkir dengan sempurna, jangan membuka seat belt, apalagi jalan-jalan dan sibuk menurunkan barang dari bagasi atas. Jangan buruburu menyalakan ponsel karena mengganggu sistem navigasi pesawat. • Cek lagi nomor bagasi untuk menghindari salah ambil tas maupun barang bawaan lainnya. Namun terlepas dari semua tips di atas, yang paling penting diperhatikan adalah menjaga kondisi kesehatan tubuh agar selalu prima menjelang perjalanan mudik, baik dengan pesawat terbang atau moda transportasi lain. Hal itu penting agar perjalanan tidak terhalang oleh kondisi kesehatan, padahal, perjalanan dengan pesawat adah aktivitas yang melelahkan. Semoga kita dapat merayakan Idul Fitri dalam kebahagiaan di tengah keluarga.


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

65


GALERY

NOKIA X2 MEMANJAKAN PENIKMAT MUSIK

SONY ALPHA NEX | TEROBOS PASAR Awal Mei lalu Sony memperkenalkan dua kamera mutakhirnya, NEX-5 dan NEX-3. Mutakhir? Betul, sekaligus kabar yang bisa bikin was-was para kompetitornya. Soalnya keduanya –yang masuk gugusan kamera digital “α (alpha)” di Sonny dengan interchangeable lens. Mudahnya, ini kamera saku digital yang bisa masuk di jaket atau kantung kecil tapi dengan lensa yang bisa ditukar-tukar. Tidak seperti DSLR konvensional, konstruksi ‘mirrorless’ pada kamera ini mengurangi ketebalan kamera. Disain inovatif pada NEX-5 dikonstruksi dari magnesium alloy, sedang casing NEX-3 terbuat polycarbonate. Yang jelas, NEX menawarkan gambar 14.2 megapixel Exmor™ APS HD CMOS sensor. Sensor ini lebih besar 60 persen dari kamera micro lainnya. Selain itu, NEX-5 dan NEX-3 adalah kamera dengan pertama high definition video recording. Sebagai tambahan untuk 720p HD recording, NEX-5 juga punya kemampuan perekaman Full HD (1920 x 1080i) video yang kompatibel untuk televisi HD television. Sekaligus Sony memperkenalkan tiga lensa baru seri E dengan 16mm F2.8, 18mm-55mm F3.5-5.6 dan 18mm-200mm F3.5-6.3.

IMAC 27 INCH |

Yang baru dari Nokia bagi pecinta musik yang juga aktif di jejaring sosial,NOKIA X2. Dengan desain alumunium, slim dan dilapisi glasses membuat peranti ini enak dipegang. Karena mengedepankan musik, X2 dilengkapi music player dengan dedicated music key. Salah satu kelebihan gadget ini adalah speakernya yang kencang, ada dua loudspeaker di kiri kanan, atas bawah. Juga pengguna X2 ini dapat mendengarkan FM Radio langsung tanpa menggunakan headset. Jangan kuatir bagi pengguna yang aktif di jejaring sosial, X2 telah dilengkapi fitur yang memungkinkan akses Facebook maupun Flicker di layar utama. Selain itu, tersedia Nokia messaging yang memungkinkan pengguna mengatur email dan chat langsung dari perangkat. Aplikasi Ovi store, memungkinkan pengguna mengunduh langsung berbagai permainan, audio dan video. X2 juga dilengkapi kamera auto fokus 5 megapiksel.

MEMAHAMI TIAP DETAIL KEBUTUHAN Para pekerja desain grafis dan penikmat multimedia dimanjakan dengan hadirnya iMac dengan layar lebar. Apple memproduksi iMac terbaru dengan pilihan layar 21,5 inci dan 27 inci. Tidak sebatas layarnya saja yang lebar, iMac baru ini juga dilengkapi berbagai piranti yang membuatnya lebih mantap. iMac dengan layar 27 inci tersedia empat pilihan prosesor yang berbeda yakni 3,2 GHz atau 3,6 GHz dengan chip Intel Core i5 quad core 2,8 Ghz yang memiliki cache level 3,8 MB, serta Intel Core i7 quad core dengan prosesor 2,93 Ghz dengan cache level 3,8 MB. Model 27 inci quad-core ini dilengkapi dengan ATI Radeon 5750 dengan memori GDDR5 1GB. Dilengkapi dengan SDRAM DDR3 1333 MHz sebesar 4GB, yang dapat mendukung upgrade RAM hingga 16 GB. Pilihan hardisk 500 GB atau 1 TB dan menyediakan pilihan upgrade hardisk hingga 2 TB.

66 LIONMAG SEPTEMBER 2010


FUJI Finepix S2800HD CUKUP MURAH DENGAN FITUR MENAWAN FujiFilm rencananya pada awal September ini akan merilis kamera digital seri S long zoom terbaru yaitu Finepix S2800HD dengan kisaran harga 2 jutaan rupiah. Sudah tentu kehadirannya akan meramaikan persaingan para produsen kamera digital dalam merebut pasar yang ada. Kamera ini menggunakan lensa Fujinon Wide-Angle (28mm-504mm), 14 MP CCD dan 18x zoom optik. Fitur lainnya, kamera ini dilengkapi dengan viewfinder elektronik dan layar LCD 3 inci. Juga mampu merekam video HD 720p serta tersedia mini HDMI port. Selain itu fitur Tracking Auto Focus memungkinkan Anda melacak subjek yang bergerak secara otomatis. Anda juga dapat memperoleh fitur Smile Detection, Blink Detection, Scene Recognition otomatis, Dual Image Stabilization, serta fungsi Deteksi wajah.

TABLET HUAWEI S7 | Tablet+Smartphone Tidak seperti tablet iPad buatan Apple, Huawei S7 yang merupakan inovasi produsen ponsel dari China ini juga berfungsi sebagai smartphone. Karena itu produk ini cocok bagi orang-orang yang suka gadget dan teknologi baru tetapi juga mobile. Perangkat yang telah menggunakan prosesor Snapdragon dari Qualcomm ini berbasis OS Android versi 2.1. Memiliki layar dengan lebar 7 inci WVGA 800x480, kamera 1.3MP yang merupakan kamera depan, Memory Internal 8GB hingga mendukung 32GB, Sensor gravitasi, Bluetooth 2.1, Micro USB 2.0, Wi-fi, Speaker Hi-fi, Jack Audio 3.5 mm dan slim slot card. Juga dilengkapi dengan aplikasi multimedia seperti media player dan photo browser. Selain bisa digunakan untuk eBook, juga bisa konek dengan TV melalui HDMI.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

67


68 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

69


BALI SECTION FESTIVAL LAYANG- LAYANG

Berbagai macam layang-layang menghiasi langit Pantai Mertasari-Sanur, dalam rangka Sanur Village Festival 2010

70 LIONMAG SEPTEMBER 2010


TARIAN LAYANGLAYANG

DI ATAS AWAN SANUR BALI TEKS : RISTIYONO FOTO : MAKHFUDZ SAPEE

B

irunya langit di atas Pantai Mertasari Sanur mendadak riuh dengan warna-warni layanglayang kreasi yang mengikuti kontes yang menjadi salah satu bagian acara Sanur Village Festival (SVF) 2010, awal Agustus lalu. Ratusan layang-layang yang berlomba ini merupakan hasil kreasi perorangan maupun kelompok yang datang dari berbagai daerah di tanah air diantaranya Surabaya, Malang, Jakarta dan Bandung. Selain peserta lokal maupun nasional festival ini juga diikuti peserta dari mancanegara seperti Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Jerman, Australia, Thailand, Belanda, Selandia Baru, Malaysia, Swedia, Singapura, India, Korea Selatan dan China.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

71


BALI SECTION FESTIVAL LAYANG- LAYANG

(Atas) Ritual dengan berbagai macam sesaji sebelum layangan diterbangkan (Tengah) Salah satu grup peserta kategori layanglayang kreasi baru (Bawah) Ekor panjang sebuah layang-layang menari di atas awan

Bunyi tetabuhan balaganjur yang begitu dinamis mengiringi peserta menaikkan layang-layang mereka di tengah teriknya matahari. Berbagai bentuk dan kreasi layang-layang menari indah diantara awan menjadi sebuah tontonan yang menarik. Salah satunya adalah layang-layang Janggan berkepala naga dengan ekor sepanjang 160 meter. Biasanya tradisi menerbangkan layang-layang dilakukan setelah panen dimana anak-anak merayakan kegembiraan orang tua dengan membuat layang-layang dan diterbangkan di sawah. Sedangkan dipantai dikemas untuk memeriahkan pariwisata. Cuaca yang cerah ditunjang angin yang cukup kencang membuat para peserta kian semangat. Kekompakan dan sportivitas kelompok layang-layang ini bisa diterapkan dalam berbagai segi kehidupan. Beberapa orang memegangi tali dan sebagian lainnya berusaha menaikkan layang-layang. Mereka sama-sama bersemangat untuk menerbangkannya.

72 LIONMAG SEPTEMBER 2010


BALI SECTION menikmati kemewahan

di nusa dua bali

S

ebagai bagian dari The Luxury Collection速, The Laguna Resort & Spa, Nusa Dua, Bali merupakan pilihan tepat untuk tinggal dan berlibur di pulau Bali. Terletak di Nusa Dua, kawasan paling eksklusif di pulau Bali, The Laguna Resort & Spa adalah salah satu resor terbaik dengan fasilitas mewah dan lengkap. Deburan ombak pantai Nusa Dua yang berpasir putih, pepohonan tropis nan rindang, kolam renang yang luas serta nuansa resor bergaya kontemporer Bali, akan membuat liburan kita tak terlupakan. Kamar dan suite mewah dilengkapi dengan TV plasma 42 inch, DVD, sambungan akses internet dengan kecepatan tinggi broadband serta Wi Fi diseluruh areal resor. Rasakan sebuah pengalaman berlibur penuh kemewahan dengan paket Rupiah dari The Laguna, A Luxury Collection Resort & Spa, Nusa Dua, Bali mulai dari Rp. 1,850,000++ per malam untuk kamar tipe Deluxe Garden View.

The Laguna, a Luxury Collection Resort & Spa, Nusa Dua, Bali Kawasan Pariwisata Nusa Dua Lot. N.2 Nusa Dua, Bali 80363, Indonesia T. +62 361 771 327 F. +62 361 771849 www.luxurycollection.com/bali

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

73


BALI SECTION

Kitesurfing di Pantai Sanur Ingin rekreasi sambil olah raga yang menantang di Bali? Kita bisa mencoba olah raga air yang akhir-akhir ini digandrungi, kite surfing atau seluncur dengan layang-layang. Sebelum memulai olah raga ini, terlebih dulu layang-layang yang panjanganya mencapai 12 meter ini bagian rangkanya diisi udara. Kemudian dihubungkan dengan tali sepanjang 30 meter untuk menarik peselancar. Salah satu pantai yang cocok untuk kegiatan ini adalah pantai Mertasari, kawasan Sanur. Bagi yang ingin mencoba, di pantai ini biasanya mangkal mobil boks yang sekaligus merangkap tempat penyewaan dan kursus kilat yang didampingi instruktur yang berpengalaman. Biaya yang dibutuhkan untuk olah raga ini tergolong cukup tinggi, sekitar Rp. 900 ribu untuk sewa alat, kursus dan instruktur selama 2,5 jam.

DRAMATIC SUNSET ON SEMINYAK

Bermalas-malasan di atas sofa yang lembut dan menikmati indahnya sunset di lautan lepas dalam alunan chill out music, tentunya menjadi kenikmatan tersendiri bagi kita. Suasana romantis ini dapat kita nikmati di Sunset on Seminyak (SOS), sebuah club & bar yang menjadi bagian dari Hotel Anantara Seminyak Bali. SOS terbagi dalam tiga area, pertama bagi kita yang ingin bermalas-malasan berjemur di bawah terik matahari diatas bed yang berjajar rapi. Area kedua merupakan DJ Lounge dan dance floor yang baru selalu siap dengan performance international DJ. Di area ini terdapat catwalk kaca sepanjang 20 meter diatas dance floor. Sementara area ketiga adalah Rooftop Grill & Wine (RGW), dimana kita bisa menikmati sensani rasa dari berbagai menu spesial dengan ditemani segelas wine pilihan. SOS - Anantara Seminyak Jl. Abimanyu (Dhyana Pura) – Seminyak Bali T. +62 361-737773 F. +62 361-737772

74 LIONMAG SEPTEMBER 2010

BALI BIRD PARK Sebagai tujuan wisata yang sudah sangat populer, Bali bagai menyimpan daya tarik magis yang dapat membuat setiap orang yang pernah kesana selalu saja ingin kembali lagi. Keindahan pantai, gunung, seni dan budaya lokalnya mampu membuat orang berdecak kagum. Nah, bila kita ingin menikmati sesuatu yang lain dari wisata di Bali ini tidak ada salahnya mencoba berkunjung ke Bali Bird Park. Sebuah taman burung yang pas buat rekreasi keluarga dan anak-anak. Taman burung yang buka dari jam 09.00 – 17.30 WITA ini memiliki lebih dari seribu ekor burung dari sekitar 250 spesies berbeda. Selain berbagai jenis burung langka yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, juga ada koleksi burung dari Afrika dan Amerika Selatan. Salah satunya Jalak Bali (Bali Starling) burung langka yang menjadi ikon Bali. Juga ada burung jenis Bubo Sumatranus dari Sumatra, sedang dari Amerika Selatan ada Scarlet Macaw dan Toucan. Dari Afrika ada Kongo Grey Parrot. Di sini kita juga diberi kesempatan untuk memberi makan burung dan berfoto dengan burung di pundak. Jl. Serma Cok Ngurah Gambir
Singapadu, Batubulan - Gianyar - Bali
 T. + 62 361 299352
 F. +62 361 299614


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

75


aircraft fleet

Boeing 747 - 400 Total 2 units 484 seats (all economy) 22 seats business

Boeing 737 - 900 ER Total 178 units 213 seats (all economy) 195 seats economy. business class 10 seats. Lion Air is the launch custumer of Boeing 737-900ER and has received a total 36 units 737-900ER to date

Boeing 737 - 400 Total 9 units. 168 seats (all economy)

Boeing 737 - 300 Total 2 units. Economy Class 149 seats (all economy)

MD 90 Total 4 units. 166 seats (all economy)

76 LIONMAG SEPTEMBER 2010


Selamat Datang ... Apa yang harus anda ketahui Tentang keamanan, kenyamanan dan keselamatan Anda didalam pesawat PONSEL

Semua ponsel dan peralatan elektronik yang menggunakan pemancaran radio tidak diperbolehkan selama berada didalam pesawat, hal ini sangat mengganggu sistem navigasi dan komunikasi dengan menara pengawas setempat.

PERALATAN ELEKTRONIK

Untuk penggunaan Laptop dan PDA boleh dipergunakan setelah fasten seatbelt “OFF” dengan menggunakan flat mode. Setelah fasten seatbelt “ON” untuk persiapan mendarat maka penumpang harus mematikan pengguna laptop dan PDA tersebut.

BARANG -BARANG BERHARGA LAINNYA

Barang- barang yang mudah terbakar (seperti korek api), meledak (petasan), material yang mengandung magnet, baterai, tabung gas, tidak diperbolehkan untuk dibawa.

MEROKOK

Peraturan Pemerintah melarang kegiatan merokok selama dalam penerbangan, Terdapat detektor asap disemua toilet dan akan dikenai sanksi bagi yang melanggar peraturan.

- Bagasi untuk Rute Internasional Kelas Ekonomi : 20 kg Kelas Bisnis : 30 kg

PERJALANAN DENGAN ANAK-ANAK

UTAMAKAN KESELAMATAN

Lion Air tidak menyediakan makanan bayi untuk rute domestik dan popok tidak disediakan dipesawat. Lion Air hanya menyediakan air panas untuk susu bayi.

BAGASI

Barang atau benda tajam harus di pak dalam bagasi dan tidak diperkenankan untuk dibawa kedalam bagasi kabin. Bawalah benda berharga dalam tas yang anda bawa sendiri. Perhatikan berat bagasi anda. - Bagasi untuk Rute Domestik Kelas Ekonomi : 25 kg Kelas Bisnis : 40 kg

Sabuk pengaman harus selalu terpasang sewaktu take-off dan landing. Dianjurkan untuk selalu memasang seat belt selama penerbangan. Barang bawaan harus diletakan di atas kepala atau dibawah kursi di depan anda. Silakan membaca kartu instruksi keselamatan yang terdapat di dalam kantung kursi. Di kartu tersebut anda bisa mengetahui pintu darurat dan letak jaket pelampung. Perhatikan baik-baik demo keselamatan dan instruksi yang diberikan oleh cabin crew.

SEPTEMBER 2010 LIONMAG

77


route map LION AIR DAN WINGS AIR

78 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

79


lady in the air NURKHOLISHA FAJRI WIJANINGSIH

It Started

with a Dream Ini faktanya: namanya lengkapnya Nurkholisha Fajri Wijaningsih. Nama panggilannya: Shasa. Betawi asli. Jadi tidak usah tanya-tanya lagi dari mana asal kedua orang tuanya yang bernama Wijaya Adi Kusuma dan Rasminingsih Komalasari. ‘Rumor’nya: Jarang kita dapati ada gadis Betawi jadi pramugari –isyu yang membuat Shasa tertawa, karena sebagai pramugari tentu ia telah banyak terbang kesana-kemari mengunjungi berbagai kota. Yang jelas, di kabin pesawat Lion Air, bisa kita lihat seorang gadis Betawi yang cantik dengan rambut hitam sepunggung hilir-mudik tersenyum pada penumpang. Name tag di uniformya terbaca: Nurkholisha. Tapi di luar situasi bekerja, mungkin kita tidak mengenali Shasa. “Aku kan mengenakan kerudung, baik kalau tinggal bermalam di sebuah kota bersama kru Lion Air atau sehari-hari di rumahku,” ujar gadis dengan postur tinggi 164 cm dan bobot 48 kg ini. Shasa sendiri baru merayakan ulang tahunnya yang ke-21 tanggal 3 Agustus lalu. Ketika ditanya apa makna usia 21 tahun baginya, ia menjawab, “Itu adalah masa-masa yang cukup matang untuk menentukan masa depan kita mau kemana.” Saat dicecar lebih terperinci, anak ke-3 dari tujuh bersaudara ini memaparkan, “Pilihan-pilihan kan terbuka. Sekarang kita melihat apa yang kita lakukan. Tentu kita bertanya, mau kemana kita di masa depan. Saya ingin punya usaha sendiri suatu hari nanti.”

Uniknya, sebagai gadis mudah yang sedang semangat-semangatnya, Shasa mengaku saat ini lebih mementingkan teman ketimbang pacar. “Gak apaapa, nanti ada yang baik. Kalau kita sedang tidak punya pacar, apa harus dibuat punya pacar? Jangan easy come easy go,” cetusnya. Gadis cantik ini juga mengungkapkan pandangannya soal kecantikan wanita. “Kecantikan itu mesti dari hati. Sebab kalau dari inner beauty sudah cantik, terpancar auranya keluar. Bukan cuma mulus di luar,” tutupnya. Betul, betul, betul.

80 LIONMAG SEPTEMBER 2010

Teks: Gegen ; Foto: Ristiyono

Bagaimana mewujudkannya? “Oh, sekarang mungkin masih mimpi. Tapi kan, it started with a dream. Masalahnya, bagaimana kita kerja untuk mewujudkan mimpi kita itu. Dari diri kita sendiri. Sukses atau tidak, itu soal nanti,” urai gadis yang minat di bidang makanan ini. Soalnya, Shasa sekolah di bidang pariwisata sebelumnya, khususnya boga. Ketika ditanya makanan kegemarannya, kontan ia menjawab, “Ya makanan Betawi, gak usah jauhjauh, soto betawi. Jelas juga, nasi uduk. Lalu gado-gado dan ketoprak,” tambahnya.


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

81


Foto: MAKHFUDZ SAPPE

POSTCARD

SHOLAT IED Pada hari raya, umat Islam di seluruh dunia telah bersiap sejak dini hari. Pagi hari menjelang sholat Idul Fitri, diperkenankan untuk makan atau minum sebelum melaksanakannya. Berbeda dengan Idul Adha di mana dianjurkan untuk tidak makan atau minum sebelum sholat. Maka umat Islam pun tumpah ruah menyesaki masjid raya dan tanah-tanah lapang di kota-kota, di seluruh dunia pada hari yang sama, susul-menyusul silih berganti mengikuti pergerakan matahari. Inilah sholat Ied. Sebuah fenomena ritual yang kolosal. Universal tentunya. Tua-muda bahkan anak-anak dibawa serta. Usai sholat dua rakaat, dilanjutkan dengan mendengarkan khotbah dari khatib. Inilah puncak dari rangkaian puasa Ramadhan sebulan sebelumnya, perayaan kemenangan yang dilanjutkan dengan bermaafmaafan antara sesama. Di Indonesia disebut “Lebaran�. Selamat merayakan Idul Fitri 1431 Hijriah, mohon maaf lahir dan batin.

82 LIONMAG SEPTEMBER 2010


SEPTEMBER 2010 LIONMAG

83


84 LIONMAG SEPTEMBER 2010


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.