WINGS The Inflight Magazine
Nomor 4 / Juli-Agustus 2010
Festival Erau Kutai Kartanegara
Pesona Budaya Sungai Purba
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
1
2
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
3
FESTIVAL ERAU 2010 Pesona Budaya Sungai Purba
Content
Inilah festival adat yang telah berusia 700 tahun. Ratusan penari saat pembukaan, rebutan sisik naga hingga perang air alias Balimbur mewarnai serunya event dari kerajaan tertua di Indonesia itu.
No. 4, JULI - AGUSTUS 2010
6
14
BERTUALANG DARI MEDAN HINGGA SIPISO PISO
Salah satu kekayaan pesona wisata tanah Karo, Air Terjun Sipiso-piso. Curahan air jatuh menghunjam tajam dari atas ketinggian sekitar 120 m bak pisau tajam membelah bumi menjadikan aliran sungai mengalir ke danau Toba. Itulah mengapa air terjun ini diberi nama Sipiso-piso yang berarti pisau.
10 IKAT
The island of Sumba is famous for its rich traditions of life and death. One constant in all its ancient customs is the wonderful ikat for which the east of Indonesia is famous. Famous areas for ikat on this mysterious island are some of the villages around Waingapu and the villages near Melolo in East Sumba.
19
SUPER STUFF
4
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
3 4 28
COCKPIT’S NOTE NEWS LEISURE
COCKPIT’S NOTE
PRESIDENT DIRECTOR Achmad Hasan DIRECTOR OF PRODUCTION Capt. Ertata Lananggalih
PANTANG MENYERAH MEMBUKA RUTE BARU
DIRECTOR OF OPERATION Capt. Redi Irawan
Sebagaimana kita ketahui bahwa wilayah Indonesia tercinta ini terdiri dari gugusan pulau-pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini merupakan anugerah namun juga tantangan besar terutama dalam hal transportasi antar pulau. Banyak daerah yang kurang terjangkau yang berakibat pada pertumbuhan ekonomi yang lambat. Untuk itulah kami hadir menjadi jembatan udara yang menghubungkan daerahdaerah terpencil tersebut dengan harapan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
DIRECTOR OF COMMERCE Rudy Lumingkewas
Pada Juli ini kami telah membuka rute baru yang menjangkau berbagai wilayah seperti Maumere, Ende, Labuan Bajo, Kupang dan Natuna. Kami akan terus mengembangkan rute-rute baru guna menjangkau wilayah Indonesia seluas mungkin. Untuk melayani rute ini kami menggunakan pesawat ATR 72-500 yang baru kami terima dari pabriknya di Toulouse, Perancis. Kami berharap dengan dibukanya rute-rute baru ini dapat meningkatkan potensi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Selamat menikmati pernerbangan bersama Wings Air.
Achmad Hasan Direktur Utama
DIRECTOR OF TECHNICS Dedi Yunadi
DIRECTOR OF FINANCE Edward Sirait
WINGS The Inflight Magazine
PUBLISHER & EDITOR IN CHIEF Makhfudz Sappe EDITOR A Gener Wakulu, Ed Zoelverdi, Priyanto Sismadi, Ristiyono DESIGNER Ristiyono BUSINESS DEV. MANAGER Lily Suhairy MARKETING G. Hardianto MARKETING SUPPORT Ade Kristanti CIRCULATION Solichin, Farid K ADVERTISING Tel.: +62 (21) 98494404 Fax.: +62 (21) 3151668 Email: edlionmag@gmail.com editorial@lionmag.com
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
5
NEWS
PELETAKAN BATU PERTAMA ASTON MAKASSAR HOTEL & CONVENTION CENTER Aston International, mengembangkan propertinya dikota Angin Mamiri, Makassar. Acara peletakan batu pertama Aston Makassar Hotel & Convention Center, Rabu 21 Juli 2010, resmi dilakukan oleh Walikota Makassar, Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, MM serta Direktur PT. Megahputra Group, Franky Loamayer dan manajemen Aston International yang diwakili Director Jules Brookfield. Pada acara tersebut, Frangky Loamayer mengatakan, “Dengan laju pertumbuhan ekonomi di Makassar yang semakin meningkat, hadirnya Aston Makassar Hotel & Convention Center dapat mengakomodir kebutuhan akomodasi berstandar internasional
bagi para pebisnis dan pelancong. Tentunya merupakan kontribusi bagi pendapatan daerah serta pariwisata Kota Makassar.” Hotel bintang tiga berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, memiliki 177 kamar dengan fasilitas ruang pertemuan, spa, coffee shop, executive lounge dan kolam renang. “Kami merasa bangga dan berterima kasih kepada PT. Megahputra Group telah mempercayakan pengelolaan Aston Makassar Hotel & Convention Center. Tentunya akan memenuhi kebutuhan bisnis MICE dan pariwisata yang berkembang pesat di Makassar”, kata Jules Brookfield, Director Aston International.
September 2010 ini Tauzia Management, pengelola hotel brand Harris meluncurkan brand baru yaitu Pop Harris Hotel. Rencananya Pop Harris Hotel pertama akan dibuka di Denpasar, Bali. Pop Harris merupakan hotel bintang dua dan dikemas menjadi budget hotel yang tetap mengutamakan kepuasan para pengunjung.
POP! HARRIS HOTEL Gaya Pop Semua Klop
“Gaya Pop Semua Klop” bukan hanya sekedar tagline, menurut President Director Tauzia Hotel Management Marc Steinmeyer menegaskan, agar kesannya santai desain Pop Harris sengaja dibuat
PAKET RAMADHAN MENARIK DARI JARINGAN HOTEL IBIS INDONESIA Menyambut bulan suci Ramadhan, hotel-hotel menawarkan paket kamar yang ekonomis. Salah satunya Jaringan Hotel Ibis Indonesia. Bagi Anda pelaku bisnis maupun pekerja yang melakukan perjalanan dinas ke Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, dan Pekanbaru, manfaatkan paket menarik dari Hotel Ibis, Rp. 500.000++/orang sudah termasuk makan sahur atau sarapan pagi, berlaku untuk dua orang/ kamar. Bagi yang berbuka puasa, Restauran La Table Hotel Ibis Slipi menawarkan paket Rp. 105.000++/ orang, Anda sudah dapat menikmati tajilan, manisan, teh, kopi dan prasmanan barbeque. Begitu pun yang akan mengadakan pertemuan,
6
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
Hotel Ibis Slipi menyediakan paket 1,2,3 dan cukup membayar Rp. 27.000++/jam/orang. Untuk paket 1 jam hanya ruangan, 2 jam ruangan dan coffee break, 3 jam ruangan serta breakfast/dinner. Program ini berlangsung 10 Agustus sampai dengan 10 September 2010, Anda yang tertarik, dapat melakukan pemesanan kamar melalui internet dengan mengunjungi website Ibis yaitu www.ibishotel. com/indonesia.
dengan nuansa pop. Selain itu Pop Harris dibangun dengan prinsip eco-friendly dan efisiensi. Berbagai kelebihan lainnya seperti tempat tidur king size, harga terjangkau, free wifi, cable tv 60 channel, easy booking serta tidak ketinggalan setiap tamu mendapatkan nasi Jinggo atau nasi Bogana. Dalam dua tahun ke depan, akan dibuka sejumlah hotel Pop Harris. Pertama di Denpasar, Bali (September 2010), setelah itu Bandung, Semarang, Makassar, Surabaya (2011), Jakarta Airport (2011), Manado (2011), Kuta Bali (2011), Denpasar Jl Cokroaminoto (2012), dan Yogyakarta (2012).
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
7
TRAVEL sipiso-piso
Air Terjun Sipiso-piso tingginya sekitar 120 m
8
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
Pemandangan Danau Toba dilihat dari atas air terjun Sipiso-piso
Gerbang masuk Tanah Karo ditandai dengan replika rumah adat Karo
TEKS DAN FOTO: RISTIYONO
BERTUALANG DARI MEDAN HINGGA SIPISO-PISO
G
eliat perkembangan kota Medan seperti tak tertahankan lagi. Jantung ibukota Sumatera Utara ini tumbuh ke arah kota yang semakin modern. Pertumbuhan yang semakin cepat ini ditandai dengan berdirinya beberapa hotel bintang lima, apartemen, mal, resto dan cafe yang boleh dibilang menjadi salah satu ciri perkembangan dan gaya hidup masyarakat modern. Namun kali ini kita tidak akan bersibuk ria dengan kota Medan yang menurut saya sudah mulai terjadi kemacetan di beberapa titik yang tentu menambah keruwetan lalu lintas kota ini. Seperti halnya yang sering dilakukan orang Medan bila libur tiba maka daerah Berastagi dan sekitarnya menjadi tujuan utama untuk mengusir kepenatan guna mendapatkan kesejukan dan kesegaran kembali, refreshing! Memang kurang afdol rasanya bila sudah sampai Medan tanpa berkunjung
ke beberapa lokasi wisata yang sudah kesohor di sekitar kota ini. Petualangan kali ini kita akan ke Tanah Karo, tepatnya ke air terjun Sipiso-piso. Setelah semuanya dalam kondisi well prepare, perjalananpun dimulai. Yang perlu diingat bila ingin berwisata ke tempat ini lebih baik berangkat sekitar jam 6 pagi dari Medan agar kita memiliki waktu yang cukup untuk menikmati keindahan alam air terjun Sipiso-piso karena lokasinya yang cukup jauh dari Medan. Menelusuri jalan Letjend Jamin Ginting di pagi hari memberi kesan sendiri. Jalan panjang yang berkelok berbalutkan hijaunya pepohonan meneduhkan setiap orang yang lalu lalang melintasinya. Pagi itu ada yang menarik perhatian sekaligus membuat jantung beberapa kali mau copot. Ya, ulah angkutan umum yang sarat penumpang dan barang jalan kebutkebutan saling mendahului seperti tak menghiraukan keselamatan orang lain pun dirinya sendiri. Wah! Rupanya pengemudi Metromini di Jakarta masih kalah jauh
nekadnya dibanding trayek MedanBerastagi ini. Tentunya kita harus ekstra hati-hati bila membawa mobil sendiri menyusuri sepanjang jalan ini. Jangan terbawa emosi saat berpapasan dengan angkutan tadi. Alih-alih ingin berwisata malah rumah sakit jadinya bila kita terpancing emosi saat membawa mobil! Loh kok malah membahas sopir angkot sih! Ok, kembali ke perjalanan kita... Beberapa saat menyusuri kelak-kelok, naik-turun jalan Letjend Jamin Ginting membuat petualangan makin seru. Maklum, baru pertama kali ke tempat ini. Sampai di daerah Sibolangit ada arena bermain yang menarik perhatian dengan bianglala besar bertengger di sisi kiri jalan raya. Tentunya sangat menarik perhatian buat setiap orang yang melintasinya. “Tunggu, kita harus berhenti di sini, sayang untuk dilewatkan!�, seru seorang teman yang penasaran ingin melihat wahana yang mirip Dufan, Ancol ini. Benar saja, wahana permainan di Greenhill City ini cukup luas dengan berbagai arena
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
9
Salah satu wahana bermain di Greenhill City Sibolangit
bermain, seperti bianglala dan halilintar. Lumayan untuk meluruskan kaki dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Sipiso-piso. BERASTAGI, MANISNYA JERUK DAN MARKISA Setelah menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam sampailah kita di kota Berastagi. Daerah ini merupakan wilayah dataran tinggi pegunungan dengan ketinggian sekitar 4.594 kaki di atas permukaan laut. Biasanya orang Medan melepaskan diri dari rutinitas dengan berlibur ke sini. Dengan menyewa vila yang memang banyak terdapat di sekitar Bukit Gundaling, salah satu tujuan wisata favorit di Berastagi. Udara sejuk menjadi ciri khas daerah ini dan dari atas Bukit Gundaling kita bisa melihat lanskap kota
10
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
Berastagi di antara hijaunya pepohonan yang memesona. Selesai menikmati panorama Bukit Gundaling dan tentu saja tidak lupa mencicipi manisnya jagung bakar kita segera turun. “Jangan lupa beli markisa dan jeruk di pasar Berastagi ya!�, sela seorang teman diantara perbincangan seru di dalam mobil. Daerah ini memang terkenal dengan buah markisa dan jeruknya selain juga buah lainnya seperti terung Belanda. Jadi, rasanya kurang afdol kalau tidak membeli buah yang satu ini bila kita sudah menginjakkan kaki di Berastagi. Selesai acara memborong buah, perjalanan berlanjut ke Kabanjahe. Dalam perjalanan ke Kabanjahe, di kanan kiri jalan nampak beberapa petani lokal
yang sedang membersihkan wortel hasil panen mereka menjadi pemandangan yang tidak akan pernah dijumpai di kota Medan. Sekitar empat puluh menit menyusuri jalan pedesaan sampai juga di Kabanjahe. Sepanjang perjalanan itu banyak dijumpai rumah makan khas Karo atau sering juga disebut Lapo. Nah, ini yang saya tunggu-tunggu menikmati salah satu makanan khas Karo yang cukup terkenal dan wajib dicoba, BPK (Babi Panggang Karo). Tapi jangan kuatir kalo mencari menu yang halal disini juga banyak kok, cukup mencari warung makan yang didepannya diberi tanda MUSLIM atau halal. SIPISO-PISO, PISAUNYA ORANG KARO Selesai menyantap BPK, perjalanan dilanjutkan ke arah utara Kabanjahe.
Searah jarum jam: Lanskap Berastagi dilihat dari atas Bukit Gundaling; Angkot yang sarat penumpang seringkali kebut-kebutan; Suasana kios-kios penjual makanan dan cinderamata di areal parkiran taman wisata air terjun Sipisopiso; Pasar Berastagi sarat dengan penjual buah-buahan.
Sekitar 24 km dari Kabanjahe objek wisata air terjun Sipiso-piso berada, tepatnya di desa Tongging. Piso dalam bahasa Karo artinya pisau. Konon nama Sipisopiso diibaratkan dari derasnya air yang turun dari atas ketinggian sekitar 120 m ini menyerupai pisau-pisau tajam yang menghunjam ke tanah membentuk aliran sungai menuju danau Toba. Luar biasa! Serempak kalimat ini keluar dari bibir saat menyaksikan keindahan alam air terjun Sipiso-piso. Selain udara yang sejuk, pemandangan yang indah dengan bukit-bukit yang ditumbuhi pohon pinus serasa mengapit danau Toba yang nampak dari kejauhan di bagian utara objek wisata ini. Untuk mencapai dasar pancuran air terjun yang membentuk aliran sungai, kita harus turun melewati
ratusan anak tangga. Perjalanan yang tidak mudah dan menantang, namun bila dibanding dengan keindahan yang bakal dilihat semua kelelahan menjadi tidak ada artinya. Setapak demi setapak anak tangga harus dilalui dan di tengah perjalanan ada semacam bangunan kecil seperti gardu pandang dimana kita bisa istirahat sejenak sambil menikmati indahnya pemandangan di seputar air terjun Sipiso-piso ini. Di sebelah utara diantara bukit-bukit kita bisa melihat luasnya danau Toba yang sudah begitu terkenal sebagai objek wisata andalan Sumatera Utara. Air yang begitu jernih dan dingin akan menyambut kita begitu sampai di dasar. Kesejukan air terasa menyegarkan kaki danseluruh badan setelah berjalan menyusuri ratusan anak tangga dan rasa
lelahpun sirna. Puas bercengkerama dengan alam dasar air terjun Sipisopiso, tantangan berikutnya adalah jalan pulang yang menanjak menghadang di depan mata. “Ah, seandainya ada kereta gantung...!�, gumam saya dalam hati sambil meniti setapak demi setapak anak tangga. Beristirahat sejenak begitu berhasil sampai atas adalah langkah yang tepat guna melemaskan otot-otot kaki setelah bekerja keras mendaki. Dan sebelum pulang, ada baiknya kita mencari souvenir yang banyak dijajakan di kios-kios sepanjang area parkir. Pengalaman yang tak mudah dilupakan. Dan dalam perjalanan pulang ke Medan, hanya tersisa guratan dalam kalbu,�Sipiso-piso...pesonamu bak pisau yang menghunjam tajam dalam kalbu membuatku berseru...aku kan kembali menikmatimu dilain waktu!� WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
11
TRAVEL ikat
TEXT AND PHOTOS: CAMPBELL BRIDGE
Ikat
the fabric of life and death in Indonesia’s far east 12
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
The island of Sumba is famous for its rich traditions of life and death. One constant in all its ancient customs is the wonderful ikat for which the east of Indonesia is famous. Famous areas for ikat on this mysterious island are some of the villages around Waingapu and the villages near Melolo in East Sumba.
body is interned there, the whole of the interior of his grave was lined with the finest Sumbanese royal ikat.
A clan arriving at the tomb of King Tamu Umbu Najaka, the Raja of Kambera in East Sumba.
I
n August 2009 in the village of Prailiu, some 4,000 people gathered for the funeral of Tamu Umbu Najaka, the Raja (king) of Kambera in East Sumba. The top of his tomb was adorned with symbols of the king and scenes from his life – hunting scenes, statues of crocodiles, turtles, and ducks. As I peered into his grave just before his
On the day of his funeral, the 57 invited clans of East Sumba arrived one after the other in groups of between 50 and 150 people from early in the morning until the evening climax of the ceremony. Both men and women wore their finest ikat, and each of the men topped off their ensemble with a parang – the traditional sword of Sumba. All clans attending the ceremony bore gifts for which the clan or the area from which they come is famous. While some clans brought horses, buffaloes, or other animals, the clans from Rende in East Sumba, an area is particularly famous for ikat, brought their finest ikat for the family of the king. Here in East Sumba, the most exquisitely designed ikat has images of men, Chinese inspired dragons, snakes, horses, animals and bird life all set in the patterns against spectacular backgrounds of black or blue and white. Some of the ikat worn by the guests had lots of traditional lateral stripes. Other ikat features designs of the famous
Sumbanese horses or the symbol of royalty, a cockerel. In Sumbanese society ikat designs are used to signify a social hierarchy. Some designs can only be worn by royalty and the aristocracy. Less elaborate designs can be worn by commoners, and traditionally the slave class was clad only in plain black. I was indeed fortunate to be present at the funeral as a guest of the clan of my delightful host, Freddy Hambuwali (+628123795355, freedy_ikat@yahoo. com). Freddy’s fame both as a guide and as a supplier of the finest ikat is legendary. On arrival, we waited around the ikat draped coffin of the king as the women of his clan prayed. In the late afternoon, after all clans had paid their respects to the king lying in state, the ceremony reached its climax. The vast crowd surged forward as the king’s coffin, and a number of physically restrained members of the slave class of Sumba were carried for four circuits of the tomb. The king’s horse, also draped in spectacular Sumbanese ikat called Katiba, completed the procession. While in the distant past, the king’s
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
13
A CLOCKWISE DIRECTION: How the threads are set up on the loom determines the pattern of the ikat. The vivid colours of ikat from Niki Niki in West Timor. Ikat is essential dress at any traditional ceremony near Moni in Flores. Bright colours and smiling faces at a market in the West Timor hills. King Tamu Umbu Najaka King’s horse being clad in the finest ikat prior to the king’s internment. Dyeing the threads-Sikka Flores.
slaves were sacrificed and placed into the grave with the king to assist him in the afterlife, it is now only the king who is interned. Ikat features at all the great festivals of Sumba, from the rich and elaborate funerals held throughout the island, to the famous Pasola Festival in West Sumba where 100 or so warriors on horseback engage in a ritual war every February and March. It is at the very heart of life and culture not only in Sumba but also in many of the islands throughout Nusa Tenggara. Over centuries, these islands were visited by merchants and traders from the civilisations of China, India and Arabia. Even today, the designs often reflect these influences. Sumba’s volcanic neighbour, the spectacularly beautiful volcanic island of Flores, is also renowned for its ikat. With an even greater cultural diversity then Sumba, the ikat from Flores reflects the multiplicity of tribes and influences here. Flores designs vary dramatically from one end of the island to the other. Perhaps the most spectacular designs come from central Flores around Ende and Maumere. Many of the designs are bright colours placed on a dark background. Natural dyes are used to depict often complex figures. In the village of Sikka, with its ornate Catholic church and spectacular setting by the ocean, wonderful figurative designs of birds and embroided animals are features of the local ikat. Ikat remains at the centre of the ritual and tradition of life in these islands. While many of the the people profess to be Catholic or Christian, elaborate animist death rituals continue. Before burial, a body is usually wrapped in ikat as a type of shroud. Images of death and fertility abound in the patterns. One of the most famous images depicted on Sumbanese ikat is that of skulls and skull trees on which the trophy heads of head hunters in Sumba were displayed. Going further to the east to other more remote parts of Indonesia to the islands or Rote, Savu and Timor, the colours and patterns change even more. In the beautiful mountain towns of West Timor like Soe and Niki–Niki east of Kupang, much of the ikat is
14
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
even more vivid with colours often more vibrant than those on Flores and Sumba. TRAVELING in these remote areas away from the tourist routes, beautiful ikat and many surprises await. The markets are vibrant with plenty of ikat of different qualities available. In Niki-Niki a most dignified and engaging gentleman and his beautifully dressed wife entered the warung where I was having lunch. Seeing a foreigner, they immediately came over to speak. Intensely proud of their country, its people, and its traditions, I was flattered and amazed to be told somewhat modestly by Pak Nesi that he was in fact the local Rajah (King). He then gave me a business card on which was photograph of himself, and identified
him as “Nesi Nope – Raja Amanuban�. He was delighted not only that I was visiting his country and people but was genuinely humbled and impressed that I had a particular interest in his culture and its tradition of ikat.
Watching the dying of the threads using all manner of natural materials to achieve a variety of colours is an extraordinary process. It is not hard to imagine why the finest ikats will take maybe months to produce.
Fabricating the finest ikat is an exacting and time consuming business. It can take weeks or even months to dye the threads and integrate them together on the loom. The finest ikats are very precisely woven. Many patterns from Sumba in particular have a geometric element and remarkable detail to them.
To create an ikat, the first step is to stretch warp yarns on a frame. Selected areas of the yarn are then bound with raffia. The warp yarns are then dyed, producing resist batons which cannot be penetrated by the dye. Selected parts of yarn are then unbound while other areas are bound. The yarns are all immersed
in as second dye bath. After removal of the bindings, the warp yarns are placed on a single back-strap loom and the fabric is woven. This gives the process the name of warp ikat for so many places in Indonesia, and Nusa Tenggara in particular, are famous. With all its exotic patterns which are often so simple yet so rich, ikat is and will remain a quintessential symbol of many of the most interesting and diverse cultures of Indonesia.
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
15
SPECIAL festival erau kutai 2010
Pesona Budaya Sungai Purba
FESTIVAL ERAU 2010 Inilah festival adat yang telah berusia 700 tahun. Ratusan penari saat pembukaan, rebutan sisik naga hingga perang air alias Balimbur mewarnai serunya event dari kerajaan tertua di Indonesia itu. 16
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
F
estival Erau dibuka dengan sebuah tari kolosal yang melibatkan 400 penari di stadion Tenggarong, Kutai Kartanegara, 11 Juli 2010. Itu adalah penampilan yang paling ‘menggigit’ dari seluruh peragaan etnik yang mencuat, yang memesona penonton stadion berkapasitas 60.000 orang yang terisi penuh. Sebuah suasana yang mirip pembukaan Pekan Olahraga Nasional. Kalau mau dilihat ‘greget’nya,
bisa dibilang diletupkan oleh pidato Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari, S.Sos, MM, mendahului pidato Gubernur Kalimantan Timur dan Menbudpar, Jero Wacik. Tapi kalau mau diseksamai hingga akhir, ada salah satu ‘soul spot’ yang terlupakan orang, yakni tari Datunjulut dari Dayak Kenyah yang berada di pamungkas parade. Tarian yang dinyanyikan dengan suara lirih oleh para penarinya.
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
17
PROSESI ERAU:
MENDIRIKAN HINGGA MEREBAHKAN TIANG AYU
D
enyut Festival Erau 2010 –yang resminya berlangsung antara 11-18 Juli 2010 sebenarnya sudah terasa pada pekan sebelumnya. Awal puncaknya memang pada pembukaan. Bagi kami, pemandangan yang fantastis bukan hanya cara pembukaan di stadion Tenggarong yang mirip pembukaan PON, tetapi sesudahnya, saat bubaran acara. Ratusan mobil terjebak di kemacetan yang mengular lebih dari dua kilometer untuk masuk kembali ke kota Tenggarong. Ya, antara Stadion Tenggarong dan pusat kotanya terpisah oleh sungai Mahakam yang membentang lebar –plus Pulau Kumala seluas 74 di tengah sungai. Saya jadi agak bingung, ini ibukota kabupaten atau propinsi, kenapa seramai ini? Acara pokok Erau sendiri terdiri dari menjamu Benua, mendirikan Tiang Ayu, kesenian dan Adat Kutai, menyisikan Lembu Suana dan Tambak Karang, Beluluh, Bekanjar dan Beganjur, Seluang Mudik, Belian, Bekenjong, Dewa
18
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
Memanah, Besaong Manok, Menjala, Bepelas, Tepong Tawar, Merebahkan Ayu, Beburay, dan Syukuran, Mengulur Naga dan Belimbur, ziarah ke Makam Aji Imbut (pendiri kota Tenggarong) hingga ziarah ke Kutai Lama. Itu belum termasuk banyak acara tambahan. Setiap malam, kita bisa menyaksikan acara di Museum Mulawarman, Keraton Kutai Kartanegara. Ada pula pagelaran kesenian dan pasar malam, setiap malam persis di tepi Sungai Mahakam. Belum lagi berbagai lomba yang digelar setiap pagi hingga sore. Sementara, di kompleks stadion Tenggarong diselenggarakan Erau Ekspo dan Pameran UKM. Puncak lain dari penyelenggaraan Erau adalah pada hari penutupan pada hari Minggu, 18 Juli, ditandai dengan upacara Mengulur Naga dan Belimbur di Tenggarong dan desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana. Upacara penutupan Erau 2010 dipusatkan di Keraton Kutai Kartanegara atau
Museum Mulawarman. Usai pembacaan riwayat Naga Erau, sepasang replika Naga pun diberangkatkan menuju Kutai Lama yang merupakan ibukota pertama Kerajaan Kutai Kartanegara, yang dipimpin Putra Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat. Kelak, sisik naga ini akan diperebutkan oleh warga. Saat naga mulai meninggalkan Tenggarong, di dermaga Tenggarong dilaksanakan ritual Sultan naik ke Rangga Titi. Sultan memercikkan air Tuli yang diambil dari perairan Kutai Lama dengan mayang pinang. Air Tuli itu dipercikkan ke badan Sultan sendiri, kemudian ke orang-orang di sekelilingnya. Percikan air tuli oleh Sultan ini menjadi tanda bahwa Belimbur atau siram-siraman air boleh dimulai. Nah di sini masalahnya, perang air pun dimulai. Di seluruh kota Tenggarong, daratan dan sungai. Kendaraan milik PDAM dan perahu ikut menyemprot.
Searah jarum jam: Putera Mahkota dalam Upacara Bapelas yang diadakan setiap hari selama 7 hari, begitu kaki menginjak gong terdengar ledakan meriam yang menggelegar. Ritual Marangin yang lakukan oleh 7 orang Belian mengelilingi Binyawan. Upacara di Kutai Lama sebelum naga dilarung.
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
19
Semua orang saling menyiram di jalanan, dan tak boleh ada yang marah. Begitu juga di di antara ratusan perahu hingga kapal-kapal besar hingga di Kutai Lama. Inilah tradisi Belimbur. Kalau Anda menonton Erau pada hari penutupan, bersiaplah untuk ini. Pada hari Senin-nya,Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura secara resmi mengakhiri pelaksanaan pesta adat Erau 2010 melalui upacara adat Merebahkan Ayu. Di Keraton, prosesi ini dilakukan empat orang kerabat Keraton dan pejabat pemerintahan. Setelah itu dilanjutkan dengan ritual ‘tepong tawar’ oleh seorang pawang perempuan yang disebut Dewa, Arbaenah yang berusia 82 tahun. Wanita sepuh
ini memercikkan air ke Ayu yang telah dibaringkan, selanjutnya kepada Sultan HAM Salehoeddin II, Putra Mahkota serta kerabat keraton lainnya. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembacaan do`a selamat. Selama Festival Erau berlangsung, Sultan H Adji Mohd Salehoeddin II menganugerahkan gelar kepada 39 orang. Pada hari pembukaan, tiga tokoh dianugrahi gelar, yakni Menbudpar Jero Wacik, Wagub Kaltim H Farid Wadjdy dan Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari. Sementara 36 orang lainnya diberikan pada Bapelas malam terakhir, termasuk Kabag Humas & Protokol Sri Wahyuni dengan gelar Sri Wasita Ayu.
THE SOUL OF ERAU:
E
HIKAYAT 700 TAHUN
rau berasal dari bahasa Kutai “eroh”. Artinya ramai, riuh, suasana penuh sukacita. Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara ‘tijak tanah’ dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama (1300-1325), juga diadakan upacara Erau. Sejak itulah Erau digelar tiap kali penggantian atau penobatan raja-raja di Kutai Kartanegara. Erau juga dihelat dalam event pemberian gelar dari raja kepada tokoh masyarakat yang dianggap berjasa. Upacara ini digelar oleh kerabat Keraton dengan mengundang seluruh tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada kerajaan. Usai berakhirnya masa pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara pada tahun 1960, tradisi Erau tetap dipelihara sebagai pesta rakyat dan festival budaya. Namun sebenarnya event Erau terakhir yang sesuai tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara dihelat tahun 1965, bersamaan dengan pengangkatan Putra Mahkota yakni Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.
20
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
Erau kemudian dilaksanakan sebagai upacara adat Kutai sebagai upaya pelestarian budaya dari Pemda Kabupaten Kutai saat itu, tahun 1971 dan dikaitkan dengan ulang tahun kota Tenggarong yang didirikan pada 29 September 1782. Yang jelas, pesona budaya dari sungai purba ini tak berhenti menarik siapapun yang pernah datang.
SUPER STUFF
PENUH GAYA DAN WARNA HADIR DI INDONESIA ICE- WATCH Adalah Jean-Pierre Lutgen, bermimpi untuk membuat sebuah jam tangan yang berbeda dengan yang lain. Jam tangan yang penuh gaya, warna, berbeda dari yang lainnya, untuk anak muda. Anak muda yang ingin mengekspresikan dirinya dengan berbagai warna jam tangan yang ringan karena berbahan dasar antara lain silikon, polycarbonate, dan plasceramic, sehingga membuat jam tangan ini ringan dan tak terlalu mahal. Sementara untuk mesin, Ice-watch dikabarkan menggunakan mesin jam tangan dari Miyota Jepang, yang konon lebih baik ketimbang mesin jam tangan kebanyakan. Jam tangan buatan Belgia ini memiliki banyak tipe sesuai gaya desainnya. Antara lain tipe Classic, Sili, Flower, Gold & Silver, Chrono, Gold Rose, Stone, Ocean, Neon dan masih banyak lagi. Yang jelas jam ini cocok bagi usia remaja hingga sekitar 35 tahun. Namun tetap tidak menutup kemungkinan bagi Anda yang masih berjiwa muda dan ingin tampil beda.
TOSHIBA LIBRETTO W100
MOTOROLA Droid X
Motorola menggoyang pasar smartphone dengan meluncurkan Droid X, smartphone berbasis Android terbarunya. Waktu peluncuran Droid X ini tidak berselang lebih dari sehari saat penjualan resmi iPhone 4 di Amerika Serikat. Droid X ini dijual melalui Verizon, mitra operatornya. Droid X merupakan produk berbasis Android ke-11 yang pernah dirilis oleh Motorola. Dan Droid X merupakan penerus Motorola Droid yang sukses di pasaran sejak dilaunching tahun lalu. Kemampuannya jauh lebih baik dengan dukungan prosesor lebih cepat dan kamera 8 megapiksel. Droid X masih menggunakan Android 2.1 dan rencananya akan diperbarui dengan Android 2.2 atau biasa disebut Froyo pada September mendatang. Lebar layarnya 4,3 inci dengan resolusi 845 x 480 piksel. Smartphone ini juga akan didukung penuh Adobe Flash 10.1.
Dalam rangka memperingati 25 tahun lahirnya laptop, Toshiba meluncurkan desain laptop yang berbeda dari biasanya, yaitu dengan layar ganda. Libretto W100, demikian mini notebook dua layar ini diberi nama. Fitur unik yang ada di notebook ini adalah layar gandanya. Sehingga tidak menggunakan keyboard
konvensional seperti pada umumnya melainkan keyboard virtual pada layar keduanya. Namun jangan kuatir, kita dapat mengoperasikan gadget baru ini seperti notebook konvensional, dengan adanya piranti lunak yang menampilkan keyboard layar sentuh. Kelebihan lainnya, notebook ini dapat diputar 90 derajat. Toshiba memasarkan produk ini di Jepang pada akhir Agustus nanti. Selanjutnya, di Eropa, Amerika Serikat, dan negara lain.
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
21
LEISURE Kutai Kartanegara
DARI KIRI KE KANAN: Pramusaji warung Odah Etam Mbeko sedang melayani seorang pembeli yang selalu ramai di pagi hari. Berbagai jenis ikan berjejer di atas panggangan menunggu penikmat yang datang di RM Mira. Udang Galah goreng menu andalan Tenggarong (Kiri Bawah).
YOK ETAM BERAMEAN NCARI MAKANAN KUTAI !
B
ila kita berkesempatan mengunjungi tanah kerajaan Hindu tertua di nusantara ini, Kutai, jangan lewatkan untuk mencicipi ragam kuliner yang ada. Khususnya di Tenggarong, kita dapat menikmati berbagai macam hidangan baik untuk sarapan hingga makan malam. Seperti nasi kuning yang menjadi menu favorit sarapan, pais patin, udang galah, ikan nila bakar, sate payau dan berbagai macam menu lainnya layak dicicipi untuk menambah pengalaman kuliner kita.
22
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
WARUNG ODAH ETAM MBEKO Warung Odah Etam Mbeko, sebuah warung berada di pinggir sungai Tenggarong yang cukup luas dan sederhana pagi-pagi sudah melayani para pengunjung hendak sarapan. Tidak salah kedai ini diberi nama Warung Odah Etam Mbeko yang berarti ‘warung tempat kita semua makan’ karena semenjak pagi warung ini sudah dipadati pengunjung. Tempat ini memang salah satu terfavorit bagi orang Tenggarong untuk sarapan sebelum bekerja. Mulai dari anak muda, karyawan, pengusaha, PNS, bahkan seringkali Putera Mahkota Kesultanan
Kutai Kartanegara juga terlihat nongkrong di sini. Nasi kuning komplit dengan serundeng, ayam goreng atau ikan gabus merupakan menu favorit sarapan. Sedang minumannya bisa kopi, teh susu atau sekedar air putih bisa menjadi pilihan pendamping. Selain itu, makanan kecil, berbagai macam kue basah turut meramaikan etalase yang terpajang di bagian depan warung. Salah satunya serabi yang mirip dengan serabi Notosuman – Solo, hanya lebih besar dan tebal. Uniknya, serabi ini dibungkus daun pisang
TEKS DAN FOTO: RISTIYONO
SEARAH JARUM JAM: Serabi yang terasa nikmat dimakan dengan taburan gula pasir. Sate Payau (Rusa) yang empuk dan lezat komplit dengan sambal kacang tersedia di RM Tepian Pandan. Suasana makan malam di sepanjang taman di bawah jembatan Mahakam Salah satu kue basah yang selalu tersedia di Warung Odah Etam Mbeko.
dengan cara digulung tidak penuh. Cara menikmatinya dengan ditabur gula pasir. Pilihan lainnya telur ayam kampung setengah matang dicampur lada dan kecap asin sebagai menu sarapan bersanding dengan teh susu. PAIS PATIN DI RM. MIRA Di jalan Ahmad Yani no. 21 kita mendapati warung makan yang lagilagi cukup sederhana namun begitu ramai pengunjung hendak makan siang. Bagian depan warung penuh asap mengepul yang berasal dari dua panggangan besar yang penuh dengan ikan bakar juga pais atau pepes dalam bungkusan daun pisang yang berjajar rapi di atas panggangan. Bau harum
ikan bakar bercampur daun pisang yang terbakar membuat perut semakin keroncongan. Selain pais atau pepes ikan patin tersedia juga beberapa menu lainnya seperti ikan baung bakar, nila bakar, patin bakar juga ada udang galah bakar atau goreng yang menjadi salah satu makanan khas Kutai. Sebagai pendamping tersedia berbagai macam sayur yang berkuah dan sambal serta lalapan. Selain warung makan Mira, kita juga bisa menikmati makan siang di warung makan Evi yang berada di pengkolan lampu merah depan kantor Pegadaian.
SATE PAYAU DI RM. TEPIAN PANDAN Nah, kalau ingin yang sedikit berbeda sebagai menu makan malam kita dapat meluncur ke RM. Tepian Pandan di jalan Diponegoro, tepat di depan Museum Mulawarman di tepian sungai Mahakam. Menu yang cukup unik di sini adalah Sate Payau, yaitu sate daging rusa yang dimakan dengan sambal kacang. Tentu akan menjadi pengalaman tersendiri menikmati lembutnya daging rusa sambil melihat perahu yang hilir mudik di sungai Mahakam. Menu yang lain seperti udang galah, berbagai macam ikan, kepiting dan lain sebagainya yang tentu dapat memuaskan selera makan kita.
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
23
THE CLUB NEW LIFESTYLE ICON IN MANADO
Menikmati segelas cocktail ditepi pantai dibawah indahnya sunset yang jingga merona membias dihamparan air laut menambah suasana semakin romantis. Pemandangan luar biasa kala mentari masuk ke peraduan menyisakan bias-bias warna indah mengelilingi gunung Manado Tua yang nampak berdiri gagah di depan mata. Kala malam menjelang, romantisme dinner semakin memikat dengan deretan temaram lampu-lampu di area outdoor diiringi alunan deburan ombak saling bersahutan. Berbagai menu tersedia, mau European cuisine atau Chinese cuisine dapat dipilih sesuai selera. Dan tentunya santapan semakin nikmat kala bersanding dengan segelas wine. Ya, Anda dapat menikmati semua ini hanya di The Club. Sebuah tempat baru yang sangat cocok sebagai venue untuk hangout bersama teman, kekasih maupun keluarga. Terbagi dalam area indoor dan outdoor dengan pemandangan laut dan gunung Manado Tua menjadikan The Club sebagai tempat yang cocok untuk bersantap dan bersantai. Tidak hanya itu, The Club juga memiliki Wine & Cigar Lounge, dimana Anda dapat menikmati wine sambil menghisap cerutu. Ada yang menarik di bagian bar, dimana bahan meja bar yang digunakan berupa potongan kayu dari pohon utuh yang berdimensi lebar 1 m, tebal 15 cm dan panjang 6 m. THE CLUB Kawasan Mega Mas Jl. Boulevard, Manado
24
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
KOPI PURNAMA Secangkir Kopi Dari Masa Lalu
Sambal Ayam Bakar Lalapan Nasi Merah... Mantap Euy! Sepiring nasi merah dengan berbagai macam lauk, seperti ayam bakar, pepes jamur, gurame goreng terasa nikmat dengan lalapan dan sambalnya yang luar biasa. Apalagi menikmatinya diantara udara dingin di ketinggian dengan duduk lesehan sambil melihat kerlap-kerlip lampu kota Bandung, mantap! Suasana seperti ini dapat kita temui di daerah Punclut, Jl. Ciumbuleuit Bandung. Banyak warung yang berjualan masakan khas Sunda di tempat ini. Salah satunya Saung Punclut Sangkan Hurip. Selain suasana yang nyaman dan segar, tidak dapat dipungkiri bahwa makanannya memang lezat. Apalagi sambalnya, dijamin membuat kita ketagihan. SAUNG PUNCLUT SANGKAN HURIP Jl. Ciumbuleuit Punclut Bandung
Menyeruput secangkir kopi sudah menjadi hal yang lumrah, tapi akan menjadi luar biasa bila menikmatinya di Warung Kopi Purnama, Bandung. Kopi hitam maupun kopi susu bersanding dengan roti srikaya di pagi hari terasa begitu nikmat. Konon warung ini sudah berdiri sejak tahun 1932, dan bila tandang ke sini lupakan laptop maupun fasilitas hotspot atau berharap menemukan tempat yang cozy dengan alunan musik yang jazzy atau groovy. Paduan cat coklat tua dan coklat muda menjadi warna dominan ruang kedai ini sehingga terlihat seperti potret zaman kolonial. Deretan meja kursi kayu sederhana turut menambah kesan baheula warung ini. Tapi bila berbicara tentang rasa kopinya... hmmm...juara! WARUNG KOPI PURNAMA Jl. Alketeri 22 Bandung
DURIO KUTEJENSIS Harum Semerbak Dari Tanah Kutai
Salah satu yang harus dicoba ketika bertandang ke tanah Kutai Kartanegara adalah buah Lai. Buah yang satu ini bentuk fisiknya mirip dengan durian karena memang masih satu genus dan merupakan buah asli dari pulau Kalimantan. Menariknya, tanaman Lai ini ternyata berasal dari tanah Kutai. Itu lah sebabnya nama latin species tanaman ini diberi nama Durio kutejensis (Kutejensis = berasal dari Kutai). Buah ini juga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti durian kuning, durian tinggang, durian pulu, nyekak, ruas, sekawi dan pekawai. Berbeda dengan durian pada umumnya, buah Lai beraroma tidak sekuat buah durian dan warna daging buahnya kuning tua atau jingga. Dengan warna biji coklat tua mengkilat dan daging buah yang cenderung lembut kering dengan rasa manis. Di Tenggarong, Kutai Kartanegara, penjual buah Lai ini banyak terdapat di sepanjang tepian sungai Mahakam. Para pembeli dapat menikmatinya di tempat sambil melihat perahu yang lalu lalang di sungai Mahakam.
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
25
Kisah Kakek & Pengurus Pajak keterangan di formulir ini nggak punya penghasilan tetap, kecuali disebut sering menang judi.” Si petugas mengernyitkan dahi, lalu berkata lagi: “Rasa-rasanya kok sulit dipercaya.”
MESKI usianya sudah 85 tahun, sebagai warga negara yang baik Opa Judiulung datang sendiri ke kantor pajak melunasi kewajibannya. Sepanjang perjalanan tadi, kakek ini tak henti-hentinya mengomentari spanduk serta poster yang menyerukan supaya warganegara sadar membayar pajak. Datang ke kantor pajak, sang kakek didampingi konsultan pajak. Ini dimaklumi oleh petugas pajak yang melayaninya, Tapi si petugas tak habis heran dengan penampilan gaya wah si kakek -- mirip bos mafia. Dan yang agak membingungkan si petugas, pas ditanya mana uang yang akan disetor, eh... sang kakek cuma senyam-senyum. Sempat beberapa menit begitu, petugas berbisik pada konsultan pajak yang duduk di samping si kakek. “Apa beliau ini memang bolot alias budek?” Konsultan itu menggeleng. Akhirnya, si petugas bicara: “Opa gagah...., kok dari tadi cuma senyum aja, sih? Kalau ada yang lucu, bagi-bagi, dong.” “Hah! Apanya yang lucu. Itu tadi aku baca spanduk di jalanan,” jawab Opa Judiulung. “Bunyinya ‘bayarlah pajak dengan senyum’ -- ya, aku kira ini kemajuan besar. Negara punya pengurus hebat. Bayar pajak tidak pakai uang lagi, tapi cukup dengan senyum.” Setelah terbahak sama-sama, si petugas pajak pun mencoba berbasa-basi lagi. “Bukan main opa kita ini, tergolong young man happy, punya selera trendy dan elit pula,” komentarnya. “Padahal dalam
26
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
“Ha!? Bilang saja aku harus mebuktikan,” ujar si kakek. “Mestinya you para petugas pajak yang lebih dulu melakukan pembuktian terbalik. Sehingga aku sebagai rakyat unjuk jempol, you memang jujur sebagai pengurus uang pajak, dan bukan penguras uang negara....” Meski diimingi pujian, si petugas pajak bukannya bangga, eh. malahan dia pucat. Dicobanya mengatur nyali untuk bicara. “Begini, opa...,: katanya. ‘Terus-terang saja, apa sih sumber penghasilan opa?” “Yang jelas aku tak pernah jadi pejabat. Dan seperti aku tulis di situ, aku sering menang judi. Tak salah orang tuaku kasi nama Judiulung, naaa..., aku memang kampiun judi,” jawab si kakek, sembari mengepulkan asap cerutunya. “Dan aku bisa buktikan.”
“Biar you yakin ini bukan sihir, tempel lidah di langit-langit, dan lihat baik-baik,” kata Opa Judiulung. Dengan tenang ia mencopot mata kanannya -- mata palsu, lalu menggigitnya. Hah! Menyaksikan adegan yang tidak disangkanya itu, petugas pajak ternganga. Dia tersentak bagai baru siuman ketika si kakek menegurnya “Ooops.. sejuta, bung!” Si petugas lalu mencomot amplop dalam tumpukan kertas di dekat monitor komputernya. Setelah menerima hasil taruhan, si kakek pun berkata: “Ayo taruhan lagi, sekarang lima juta, aku bisa gigit mataku yang satu lagi. Berani, bung?” Petugas itu yakin kali ini dia menang. Sebab kakek ini kan cuma buta sebelah. Nah, ketika si kakek meletakkan taruhan di meja, petugas itu juga melakukan hal yang sama. Dan lagi-lagi dia buka mata lebar-lebar saat si kakek awalnya mengelus matanya yang sehat.
Diam sejenak, lalu mendehem kecil, Opa Judiulung pun bilang: “Mau bukti, ayo kita mainkan!” Terkesiap juga petugas itu disodok tantangan. Tapi, dalam hati dia bilang, alah ini kakek cuma bercanda, apa salahnya diladeni. “Oke, silakan opa mau main apa?” “Gampang aja, kok,” jawab si kakek. “Kita taruhan sejuta .., aku bisa gigit mataku sendiri, oke?” Si petugas melongo sejenak. “Silakan, opa.” jawabnya, sambil membelalakkan mata. “Ini bukan permainan sihir kan, opa?”
Lalu.. dalam hitungan detik kakek itu mencopot giginya. Nah, dua tandan gigi palsu itulah yang ditempelkan seolah menggigit matanya, klik.., klik! Melihat si petugas jadi lunglai, Opa Judiulung jadi kasihan. “Tetap semangat, dan jujur, bung,” si kakek menghibur. “You tau kan, orang bilang pajak dan kematian itu sama. Faktanya, tulen berbeda. Kematian itu adalah peristiwa yang bisa kena pajak. Sedangkan pajak tidak pernah mati.” *** Koleksi Ed Zoelverdi
Ilustrasi: “Sikolong” M Syamsul
humor
10
th anniversary
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
27
news wings
PERESMIAN KANTOR WINGS AIR di MANADO
Sebagai Bukti Komitmen Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat Sulawesi Utara Kombes Pol Carlo Tewu, dan beberapa undangan.
Pada Juni lalu sebagai komitmen Lion Air dan Wings Air untuk meningkatkan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa penerbangan Wings Air diresmikanlah kantor pusatnya di Jalan Sam Ratulangi Manado. Peresmian yang dilakukan oleh Wakapolri Komjen. Pol. Drs. H. Jusuf Manggabarani tersebut ditandai dengan penekanan tombol pembukaan selubung papan nama kantor pusat Wings Air. Dilanjutkan dengan penandatangan prasasti dan pemotongan tumpeng. Hadir dalam peresmian itu Presiden Direktur PT Lion Air Rusdi Kirana, Direktur Utama Wings Air Achmad Hasan, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait, Wakapolda
Dengan dibukanya kantor baru yang juga menjadi tempat Aviation Academy ini dapat menjadi pusat koordinasi pelayanan WINGS Air dan LION Air untuk menjangkau wilayah terpencil di Indonesia bagian Timur.
WINGS AIR MEMBUKA RUTE BARU
MAKASSAR - KOLAKA
Kembali WINGS Air membuktikan komitmennya untuk menghubungkan daerah terpencil dengan dibukanya rute baru Makassar-Kolaka. Menurut Dirut WINGS Air, Achmad Hasan yang didampingi District Manager Lion Air Makassar, Ridwan penerbangan perdana ke Kolaka ini sebagai upaya membuka akses daerah-daerah terisolasi ke kota provinsi. Menurutnya, penerbangan WINGS Air akan dilakukan pergi-pulang setiap hari. Jadwal pemberangkatan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sekitar pukul 08.55 dan kembali dari Kolaka sekitar pukul 10.15. Dalam waktu dekat rute ke Tambolaka, maumere, ende Bima dan labuang Bajo juga akan dibuka, Jelas Achmad. Di atas pesawat ATR 72-500 yang baru dikirim langsung dari pabriknya di Toulouse Prancis ini terdapat juga Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, Umar Arsal Anggota DPR dari pemilihan Sulawesi Tenggara, Pimpinan Redaksi Harian Fajar, Sukriansah. Manager PT Telkomsel Regional Sumalirja, Herry Sukardi yang juga ikut dalam penerbangan perdana ini, mengaku sangat salut. Dengan dibukanya rute penerbangan Makassar-Kolaka tentu sangat membantu akses masyarakat terutama para pengusaha yang berasal dari daerah itu. “Rute penerbangan ini tentu sangat membantu aktivitas para investor. Kedepan, saya yakin daerah Kolaka ini akan makin ramai,� tutur Herry Sukardi.
28
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
SEARAH JARUM JAM: Tarian tradisional Maumere menyambut penerbangan perdana Wings Air yang diresmikan oleh Wakapolri Komjen. Pol. Drs. H. Jusuf Manggabarani. Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang menerima kenang-kenangan berupa replika pesawat Wings Air ATR 72-500. Prosesi pentahbisan dan doa yang dipimpin oleh seorang Romo. Upacara adat menyambut penerbangan perdana di Labuan Bajo. Bupati Ende, Drs. Don Boscho M Wangge, Msi beserta jajaran menyambut Wings Air di Ende.
ARMADA BARU BAGI MASYARAKAT MAUMERE - ENDE - LABUAN BAJO - KUPANG batam - natuna
Semangat Wings Air untuk terus membuka rute baru tidak terbendung lagi. Ini sebagai bukti komitmen yang tinggi Wings Air menjadi jembatan udara bagi daerah-daerah terpencil di Indonesia tercinta. Pada Juli lalu, Wings Air membuka beberapa rute baru. Rute tersebut adalah Denpasar – Maumere – Kupang yang dilayani empat kali dalam seminggu. Pembukaan rute baru di Maumere ini diresmikan oleh Wakapolri Komjen. Pol. Drs. H. Jusuf Manggabarani yang didampingi oleh Achmad hasan - Presdir Wings Air, Capt. Redi Irawan - Direktur Operasional, yang disambut oleh Drs. Sosimus Mitang - Bupati Sikka dan beberapa tamu undangan lainnya. Rute lainnya adalah Denpasar - Labuan Bajo - Ende – Kupang yang sementara ini dilayani tiga kali dalam seminggu. Pembukaan rute baru di Ende
dan Labuan Bajo diresmikan oleh Capt. Redi Irawan - Direktur Operasional Wings Air yang disambut oleh Drs. Don Boscho M Wangge Msi – Bupati Ende. Sementara di labuan Bajo disambut dengan upacara adat dan beberapa pejabat daerah setempat. PENERBANGAN PERDANA KE NATUNA Pada Sabtu, 25 Juli 2010 lalu Wings Air memulai penerbangannya dari Batam ke Natuna setiap hari Senin, Kamis dan Sabtu pada pukul 09.10 pagi. Dalam seremoni pembukaan rute itu, Andi Burhan selaku GM Services disambut oleh Bupati Natuna dan jajaran Muspida setempat. Pada beberapa waktu sebelumnya juga telah dibuka rute baru Wings dari Batam ke Palembang.
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
29
Family Gathering
10 Tahun Lion Air 30 Juni sepuluh tahun lalu, Lion Air sebagai maskapai penerbangan swasta nasional memulai debutnya dengan satu unit Boeing 737200. Pesawat dengan kode registrasi PK LIA itu memulai penerbang an perdananya pada rute Jakarta-Pontianak pergi-pulang sekali sehari. Penerbangan perdana itu dipimpin oleh pilot Capt David Lumbuun, almarhum. Saat itu, Lion Air masih mengandalkan sedikit karyawan. Sepuluh tahun kemudian Lion Air telah memiliki 50 unit pesawat, termasuk 36 unit Boeing 737-900ER yang diterima langsung dari pabriknya di Seattle, Amerika Serikat. Saat ini karyawan Lion Air sudah berjumlah sekitar 8.000 orang yang tersebar di lebih dari 50 kota se-Indonesia, dengan jumlah flight lebih dari 370 perhari. Lion Air telah berubah menjadi maskapai domestik terbesar di Indonesia, melayani transportasi udara masyarakat Indonesia dari Banda Aceh sampai Jayapura, dari Talaud hingga Ende. Nah, sebagai bagian dari selebrasi untuk mengenang dan mensyukuri perjalanan selama sepuluh tahun itu, Lion Air menggelar “family gathering� bagi seluruh karyawannya yang dihadiri oleh para
30
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
Keceriaan dalam kebersamaan para karyawan dan keluarga serta direksi pada acara Family Gathering 10 Tahun Lion Air.
direksi dan komisaris. Perhelatan itu diselenggarakan di Taman Buah Mekarsari, Bogor. Sebanyak 80 bus disiapkan untuk mengangkut seluruh karyawan dan keluar ganya itu. Sejak pukul enam pagi, bus-bus itu telah mulai bergerak dari berbagai titik di Jakarta, menuju ke Mekarsari. Di Mekarsari, berbagai lomba atraktif digelar. Tujuannya, untuk saling mengakrabkan antara sesama karyawan manajemen beserta keluarganya. Panggung musik didirikan sebagai sarana untuk menghibur peserta. Tampak memang, bahwa para karyawan dan keluarganya larut dalam kegembiraan menikmati berbagai permainan yang disiapkan panitia. Anak-anak misalnya, tampak antusias mencoba permainan lompat-lompat hingga flying fox. Acaranya sendiri dimulai dengan pelepasan balon oleh Ibu Yunita Sastrasanjaya, didampingi oleh segenap jajaran managemen Lion Air. Pada kesempatan itu juga diserahkan hadiah bagi pemenang berbagai lomba olah raga yang digelar. Pada kesempatan yang sama, Lion Air juga memberikan bantuan untuk beberapa Sekolah Dasar yang ada disekitar Lion Air Village Bandaramas, Cengkareng. WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
31
32
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
33
Selamat Datang... Apa yang harus anda ketahui Tentang keamanan, kenyamanan dan keselamatan Anda didalam pesawat PONSEL
Semua ponsel dan peralatan elektronik yang menggunakan pemancaran radio tidak diperbolehkan selama berada didalam pesawat, hal ini sangat mengganggu sistem navigasi dan komunikasi dengan menara pengawas setempat.
PERALATAN ELEKTRONIK
Untuk penggunaan Laptop dan PDA boleh dipergunakan setelah fasten seatbelt “OFF” dengan menggunakan flat mode. Setelah fasten seatbelt “ON” untuk persiapan mendarat maka penumpang harus mematikan pengguna laptop dan PDA tersebut.
BARANG -BARANG BERHARGA LAINNYA
Barang- barang yang mudah terbakar (seperti korek api), meledak (petasan), material yang mengandung magnet, baterai, tabung gas, tidak diperbolehkan untuk dibawa.
MEROKOK
Peraturan Pemerintah melarang kegiatan merokok selama dalam penerbangan, Terdapat detektor asap disemua toilet dan akan dikenai sanksi bagi yang melanggar peraturan.
PERJALANAN DENGAN ANAK-ANAK
Lion Air tidak menyediakan makanan bayi untuk rute domestik dan popok tidak disediakan dipesawat. Lion Air hanya menyediakan air panas untuk susu bayi.
BAGASI
Barang atau benda tajam harus di pak dalam bagasi dan tidak diperkenankan untuk dibawa kedalam bagasi kabin. Bawalah benda berharga dalam tas yang anda bawa sendiri. Perhatikan berat bagasi anda. - Bagasi untuk Rute Domestik Kelas Ekonomi : 25 kg Kelas Bisnis : 40 kg - Bagasi untuk Rute Internasional Kelas Ekonomi : 20 kg Kelas Bisnis : 30 kg
UTAMAKAN KESELAMATAN
Sabuk pengaman harus selalu terpasang sewaktu take-off dan landing. Dianjurkan untuk selalu memasang seat belt selama penerbangan. Barang bawaan harus diletakan di atas kepala atau dibawah kursi di depan anda. Silakan membaca kartu instruksi keselamatan yang terdapat di dalam kantung kursi. Di kartu tersebut anda bisa mengetahui pintu darurat dan letak jaket pelampung. Perhatikan baik-baik demo keselamatan dan instruksi yang diberikan oleh cabin crew.
34
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010
35
36
WINGS MAGAZINE Juli - Agustus 2010