WINGS SEPTEMBER 2011

Page 1

SEPTEMBER 2011

THE MAGAZINE OF WINGS AIR - SEPTEMBER 2011

WINGS MAGAZINE

i

JELAJAH NATUNA SURGA TERSEMBUNYI


WINGS MAGAZINE

ii SEPTEMBER 2011


WINGS MAGAZINE

1

SEPTEMBER 2011


[Content ] 22 Travel

6 Travel

Natuna

SEPTEMBER 2011

Anyer

12 Special

2 WINGS MAGAZINE

Idul Fitri

REGULAR 4

News

10

Leisure

11

Tips

18

Special

34

Automotive

36

Hot Stuff

38

Spot

40

Reflection

43

Tips

30

Gunung Papandayan

42

Papua


COCKPIT’S NOTE President Director Achmad Hasan Director of Production Capt. Ertata Lananggalih

Sudah dapat dipastikan setiap tahun menjelang hari Raya Idul Fitri terjadi luapan arus mudik yang begitu luar biasa. Semua moda transportasi, baik transportasi darat, laut dan udara mengalami lonjakan penumpang yang tinggi. Tidak terkecuali Wings Air. Meski jumlah penumpang meningkat dalam aris mudik ini, kami tetap mengutamakan kualitas pelayanan yang aman dan nyaman. Bagi Anda semua yang sedang dalam perjalanan mudik Lebaran, selamat berlibur dan selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1432 H . Tetap waspada dan berhati-hati dalam perjalanan dan tidak mengabaikan setiap aturan selama penerbangan sehingga perjalanan Anda nyaman, aman dan selamat hingga tujuan. Selamat menikmati penerbangan bersama Wings Air.

Director of Technics I Nyoman Rai Pering Director of Commerce Rudy Lumingkewas Director of Finance Edward Sirait

WINGS Publisher Makhfudz Sappe Editor in Chief Ristiyono Editor Ed Zoelverdi | Priyanto Sismadi | Safari A. Husain Reporter Wisnu Ridwan Maulana Marketing Manager A. Gener Waluku

Achmad Hasan Direktur Utama

Marketing Ririn Tri Astuti | G. Hardianto | Rusman Madjulekka | Adriansyah | M. Lottong Makkaraka | Amrul Alam | Irma Herliana | Indriati Pamungkas Designer Gerald Manuel Wangsasaputra Richard Archie F.M. (Illustrator) Marketing Support Farid K. Finance Ade Kristanti Circulation M. Solichin Bali Representative Fernandito Haka | Yurison Suryantara Published by PT. Bentang Media Nusantara

Dapat juga dibaca di

www.issuu.com/lionmagazine

Advertising T. +62 21 9849 4404 F. +62 21 3151 668 Email. edlionmag@gmail.com editorial@lionmag.com 0821 10 88 22 00

SEPTEMBER 2011

Penumpang yang berbahagia, tak terasa kita telah menyelesaikan ibadah puasa di bulan suci ramadan, bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Hingga akhirnya sampai pada hari kemenangan yang patut dirayakan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri kepada seluruh penumpang yang merayakan hari kemenangan ini.

Director of Operation Capt. Redi Irawan

3 WINGS MAGAZINE

WINGS AIR SIAP MELAYANI ARUS MUDIK


NEWS Lion Air Pertama Terapkan RNP di Asia PAsifik

SEPTEMBER 2011

S

WINGS MAGAZINE

4

ebagai kelanjutan dari pemesanan 178 pesawat Boeing 737900ER, bekerja sama dengan Boeing sebagai pabrik pembuatnya, 19 Agustus 2011 lalu mulai menerapkan “Required Navigation Performance” alias RNP. Yang dimaksud RNP adalah sistem pendaratan yang dapat meningkatkan ketepatan dan meningkatkan keselamatan pendaratan. Tentu saja, penerapannya mesti didukung peralatan yang sudah tersedia atau terpasang pada pesawat (airplane), kesiapan dan kemauan operator (airline) dan pengesahan dari pihak regulator serta Pengawas Lalu-lintas Udara (Air Traffic Control/ATC). Pesawat Boeing 737-900 ER yang dioperasikan oleh Lion Air seluruhnya telah terpasang dengan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk penerapan sistem RNP. Departemen Perhubungan RI selaku regulator sangat mendukung diterapkannya sistem RNP ini, terutama untuk bandara-bandara yang punya tingkat kesulitan tersendiri dalam pendaratan. Demikian pula dengan pihak ATC, karena akan membantu mereka mengontrol pesawat dengan lebih akurat. Lion Air sejak awal pemesanan pesawat sudah berkomitmen untuk terus meningkatkan sistem operasional terutama yang berkaitan dengan keselamatan penerbangan. Bahkan Lion Air sudah meminta agar pabrik pesawat memasang peralatan-peralatan navigasi mutakhir tertentu walaupun belum langsung dimanfaatkan atau baru akan digunakan pada masa mendatang. Pada 18-19 Agustus Lion Air mengoperasikan metode RNP tersebut pada Bandara Pattimura Ambon dan Sam Ratulangi Manado dengan melibatkan pihak Boeing, Departemen Perhubungan RI dan ATC dengan hasil yang baik. Kedua bandara tersebut dinilai punya tingkat kesulitan tersendiri. RNP sendiri bemanfaat dalam hal Enhanced Safety, karena dapat menghindari halangan disekitar bandara; Better Access, sangat kecil tingkat ketergantungan pesawat kepada alat navigasi konvensional yang tersedia di bandara seperti ILS dan Increased Efficiency Capacity, perhitungan-perhitungan flight plan akan lebih akurat seperti permintaan pilot akan bahan bakar termasuk menghemat waktu penerbangan dan jarak tempuh. Terakhir, Reduced Environment Impact, yaitu mengurangi penggunaaan bahan bakar pada tinggal landas dan mendarat, mengurangi kebisingan bagi lingkungan bandara sewaktu mendarat atau tinggal landas dan mengurangi emisi. Di Asia Pasifik, Indonesia-lah yang pertama menerapkan RNP dengan Lion Air sebagai penggunanya. Di dalam kokpit Boeing 737-900ER yang digunakan untuk uji aplikasi ini terdapat Capt. Andi Mufty dari Lion Air, didampingi inspektur dari Dephub RI, Capt. Megi Hudi dari DKUPPU dan David Lilly, instruktur dari Boeing. Capt. Ertata, Direktur Produksi Lion Air yang hadir pada acara ini mengatakan, “Ini penggunaan teknologi maju untuk meningkatkan safety dan tentu juga kenyamanan penerbangan yang memang menjadi komitmen Lion Air. Kamilah yang pertama menggunakan sistem navigasi ini untuk pesawat narrow body di Asia Pasifik. Juga menjadi program go green Lion air.” “Program ke depan Lion Air tidak hanya berhenti pada dua airport ini, tapi akan menerapkan pada semua airport yang mempunyai tingkat kesulitan pendaratan tinggi,” jelas Edward Sirait yang juga hadir pada ujicoba RNP ini di Manado. (atas) Capt. Andi Mufty, Pilot Lion Air bersama inspektur dari Dephub saat uji coba RNP di Bandara Sam Ratulangi manado 19/8 (bawah) Penjelasan oleh Pilot didampingi pihak Boeing sebelum tes uji coba dilakukan

Bank Sulut Terbitkan Kartu Kredit Dalam memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah dan masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo, kini Bank Sulut menerbitkan “Kartu Kredit Bank Sulut Visa”. Langkah ini menjadi sesuatu yang sangat membanggakan karena merupakan yang pertama dilakukan Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Penerbitan kartu kredit ini atas kerjasama Bank Sulut dengan salah satu bank papan atas nasional, Bank Mega. Kesepakatan co-brand card kedua bank tersebut dilakukan di kantor pusat Bank Mega oleh Direktur Utama Bank Sulut, Jefri Wurangian dengan Direktur Retail Bangking Bank Mega, Kostaman Thayib. Selain itu juga hadir, Direktur Kredit, Daniel Budirahaju, Direktur Risk dan Compliance, Suhartini, Direktur Treasury dan Internasional Banking, Sugiharto, serta Direktur Operasi dan IT, Gerogiad Godong. Beberapa penawaran istimewa yang telah disiapkan untuk pemegang Kartu Kredit Bank Sulut Visa dan dapat segera dinikmati. Dengan cicilan bunga ringan 1,45 % per bulan, berlaku sepanjang tahun, diskon hingga 50 % di produk Baskin Robbins yang merupakan sister company Bank Mega-point reward dan free airport lounge.”


CPF1 Menempati Gedung Baru

Sarinah Gelar Fashion Show Batik Muslim Bertepatan dengan bulan Ramadhan 1432 H, Sarinah Dept. Store bekerjasama dengan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) dan Tabloid Wanita Indonesia, mengadakan acara yang mengangkat tema “Wonderful Day Of Ramadhan”, berlangsung di Sarinah Dept. Store lantai 4, pada Sabtu, 13 Agustus 2011. Acara tersebut dimulai dengan talkshow dari motivator Ibu Aini Fauziah dengan tema Superwomen yang Mulia, dilanjutkan dengan Tips dan Trik make up untuk wanita berjilbab dari Ristra dan demo menggunakan jilbab dari Shafira. Setelah itu, pada acara puncak juga dihadirkan peragaan busana yang menampilkan koleksi batik muslim terbaru dari para desainer yang ada di Sarinah seperti, Yuku Moko dengan Barokonya, Huwaidah dengan Batik Ruwaidah, Nana Dayu (IWAPI), Roso dengan Batik Rosso, dan Maya Tampilang dengan Nebu Sauyun. Lainnya lagi yang menarik dari acara ini yakni, sebagian dari modelnya adalah anggota IWAPI, sebut saja seperti, Nana Krit, Awi, Febri, Mirna, Ira dan Ayu Oktavia, sebagai mantan top model Indonesia yang saat ini menjadi pengusaha.

Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, Pasaraya menghadirkan perhelatan Wajah Mode in Ramadhan, yakni sebuah rangkaian pergelaran busana yang menampilkan 54 desainer ternama Indonesia, dari desainer kawakan hingga desainer baru sekalipun. Ajang Pergelaran busana Wajah Mode in Ramadhan yang digelar di lantai dasar Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, pada 27 Juli ini bertemakan,”Festive & Celebration”. Menjadi bagian utama rangkaian program kemilau Raya Pasaraya sebagai momen penting tampilnya Pasaraya dengan wajah dan citra baru. “Wajah Mode adalah pergelaran yang telah menjadi iconic moment bagi Pasaraya dan mendapat sambutan baik dari masyarakat pecinta mode Indonesia. Wajah Mode yang hadir kembali bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dimaksudkan selain sebagai wujud komitmen Pasaraya untuk mengangkat industri fashion Indonesia, juga keinginan untuk memberikan persembahan istimewa kepada masyarakat di bulan Ramadhan berupa paduan koleksi adibusana yang mencerminkan ragam budaya Indonesia”, ujar Medina Latief Harjani, Presiden Direktur Pasaraya.

SEPTEMBER 2011

Ragam Busana Ditampilkan Dengan Nuansa Ramadhan

5 WINGS MAGAZINE

Pergantian logo baru CPF1 yang bertepatan pada ajang IIMS pada tanggal 31 July 2011, PT. Jaya Kreasi Indonesia selaku distributor kaca film CPF1 di Indonesia, melakukan langkah bijak dengan memilih tempat baru di kawasan bisnis Alam Sutera. Tempat baru ini sengaja diakui oleh pihak management CPF1 untuk meningkatkan pelayanan kepada customer, sekaligus warehouse dengan tempat lapang guna memenuhi kebutuhan pengiriman di masing – masing cabang di Indonesia. Dengan 19 cabang yang sudah beroperasi di kota – kota besar dan didukung oleh warehouse yang baik maka pengiriman akan lebih tepat waktu dan konsisten. Yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan langsung kepada konsumen di seluruh Tanah Air. Dengan ditempatinya kantor baru di Alam Sutera yang di barengi dengan lingkungan kerja yang kondusif serta team SDM yang handal merupakan salah satu konsentrasi manajemen guna memenuhi pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. “Full operasional di Alam Sutera akan siap di akhir bulan Agustus ini” demikian dikatakan Bapak Fendi, Presiden Direktur PT. Jaya Kreasi Indonesia pemegang merek CPF1.


TRAVEL

MERAJUT SENJA

DI UJUNG JAWA

SEPTEMBER 2011

Teks & Foto : Ristiyono

WINGS MAGAZINE

6

I

ngin melarikan diri sejenak dari semrawutnya kota Jakarta dengan segudang rutinitas kerja? Sepertinya ini yang menjadi impian setiap insan pengais rejeki di kota metropolitan Jakarta dengan tingkat tekanan yang tinggi. Bahkan saking tingginya tekanan yang dirasakan hidup di Jakarta, tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai kehidupan yang “kejam�. Tapi itulah realita kehidupan. Memang tidak dapat dipungkiri perjuangan keras harus dilalui di Jakarta, berangkat kerja harus pagi buta dan pulangnya sampai rumah

sudah tengah malam. Waktu habis di jalanan yang super macet. Stres? Sudah pasti! Ada baiknya untuk mengurangi kejenuhan dalam rutinitas kerja kita perlu meluangkan waktu untuk berlibur. Rehat sejenak meninggalkan hiruk-pikuk kota mencari tempat yang tenang untuk mengisi ulang baterai jiwa yang sudah mulai usang. Tempat yang tenang? Gunung atau pantai ya enaknya? Wah, sepertinya pantai lebih enak. Ok setuju! kita bisa berlibur ke pantai yang tentunya jauh dari keramaian. Nah, kalau mau berlibur ke pantai

ada satu tempat yang dapat menjadi alternatif yaitu pantai Anyer yang memanjang di ujung pulau Jawa. Setelah mencari informasi tentang pantai Anyer dan reservasi di salah satu hotel di sana maka perjalananpun dimulai. Oya, ada baiknya berangkat dari Jakarta pagi hari mengingat jarak Jakarta ke Anyer sekitar 160 km dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam. Perjalanan pagi saat badan masih fresh juga cuaca masih segar membuat perjalanan menyenangkan. Perjalanan panjang di Tol JakartaMerak membuat sedikit bosan,


SEPTEMBER 2011 WINGS MAGAZINE

7

untungnya begitu keluar dari Tol dan masuk jalanan di Cilegon mata sedikit terhibur dengan keramaian kanankiri jalanan. Lepas dari jalanan kota kita masuk jalan menuju Anyer yang masih asri dengan pohon-pohon hijau disepanjang jalan. Beberapa saat kemudian kita sampai di hotel yang tentunya tepat berada di pinggir pantai. Jangan kuatir soal penginapan atau hotel karena di kawasan Anyer ini banyak terdapat hotel maupun villa atau resor. Tapi ada baiknya kita booking jauh hari sebelumnya apalagi kalau liburan kita

saat long weekend bisa jadi kehabisan kamar karena kawasan Anyer termasuk destinasi wisata favorit buat orang Jakarta dan sekitarnya. Sengaja kita pilih hotel yang ada villanya dan pilihan tepat di villa paling dekat dengan bibir pantai. Lokasi yang sempurna. Sepertinya perjalanan jauh menjadi tak ada artinya kala melihat indahnya hamparan pantai di depan mata. Apalagi tepat di depan villa kita bisa melihat jauh di sana berdiri megah di tengah laut Gunung Anak Krakatau yang namanya begitu melegenda. Sepertinya sudah menjadi

kebiasaan jika berlibur banyak waktu dihabiskan di luar penginapan alias jalan-jalan mengeksplor potensi wisata di daerah tersebut. Tapi liburan kali ini kita lebih banyak di penginapan meski juga meluangkan waktu keluar untuk jalan ke beberapa tempat yang tentunya menarik. Nah, salah satu yang menarik dikunjungi saat di Anyer adalah Bangunan Mercusuar Anyer. Beruntungnya hotel tempat kita menginap sangat dekat dengan mercusuar ini. Hanya dengan berjalan kaki kita bisa sampai di menara yang menjadi ikon pariwisata Anyer ini.


SEPTEMBER 2011

TRAVEL

WINGS MAGAZINE

8

Bangunan mercusuar yang sekarang tampak berdiri kokoh ini dibangun pada 1885 saat pemerintahan Raja Willem III seperti yang tertera di prasasti yang terdapat di atas pintu masuk menara. Mercusuar ini adalah bangunan pengganti menara yang pernah ada sebelumnya yang hancur pada 1883 akibat letusan Gunung Krakatau. Jika mau kita bisa masuk, tentunya setelah mendapat ijin dari petugas jaga dan naik hingga puncak. Itupun kalau tenaga dan nafasnya kuat mengingat tinggi menara ini 75,5 meter dan terbagi menjadi 18 lantai di mana di setiap lantai terdapat tangga untuk menuju ke lantai berikutnya. Bangunan ini tersusun atas lempengan-lempengan baja, tepat di tengah menara terdapat rongga berbentuk silinder yang memanjang sampai ke atas mercusuar yang biasa digunakan sebagai jalan untuk menarik sambungan kabel dari bawah. Yang pasti pemandangan sangat indah bisa kita nikmati dari atas menara ini. Nah, mercusuar Anyer ini dikenal juga sebagai titik nol kilometer Jalan Pos Anyer-Panarukan yang dibuat atas perintah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels sepanjang kurang lebih 1000 km.

Puas menikmati panorama dari mercusuar ini kita kembali ke hotel. Kita tidak ingin melewatkan keindahan panorama senja yang katanya luar biasa. Jadi penasaran seperti apa sih indahnya. Beruntung karena hari itu cuaca sedang cerah sehingga kemungkinan melihat panorama senja terbuka lebar. Benar saja, setelah mencari tempat yang tepat sesaat kemudian bak sebuah kanvas alam membentang lebar dengan warna merona jingga di depan mata. Rasa penasaran terjawab saat melihat detik-

detik perubahan warna langit dari biru cerah sedikit demi sedikit menjadi semakin jingga kemerahan dan akhirnya menuju malam. Satu pengalaman luar biasa bak merajut sehelai demi sehelai warna senja di utara Jawa. Apalagi lengkap dengan romantic dinner di bibir pantai wah sempurna! Gunung Anak Krakatau terlihat gagah menjulang di tengah laut yang memantulkan sinar senja keemasan turut mempercantik kanvas alam karya Sang Khalik. Beberapa hari di Anyer, momen senja tak pernah terlewatkan.


SEPTEMBER 2011

Pagi-pagi mengisi waktu dengan berjalan kaki menyusuri kampung dan bentangan-bentangan sawah yang menghijau di sekitaran hotel menjadi pengalaman baru dan unik saat menyaksikan pembuatan gula merah secara tradisional. Bahkan sempat melihat bagaimana orang harus manjat pohon kelapa buat mengambil nira hingga diolah dan dicetak menjadi gula merah. Pengalaman ini sepertinya tak mungkin kita dapatkan di Jakarta. Setelah puas menikmati pagi

berkeliling diantara batang sawah, siangnya kembali menikmati nyanyian deburan ombak silih berganti di tepian pantai yang bening membiru. Ada yang menarik, seorang berjalan pelan diantara karang pantai agak menjorok ke laut dengan sebatang bambu panjang. Kita pikir pasti sedang mancing ikan. Tapi aneh tidak seperti mancing pada umumnya, orang ini selalu menusuk-nusukkan batang bambu di sela-sela karang. Karena penasaran, setelah kita tanya rupanya orang itu memang sedang

mancing, tapi yang dipancing adalah gurita. Dengan umpan beberapa kepiting kecil yang dirangkai orang itu begitu lihai mengail gurita-gurita kecil. Dari ceritanya, gurita-gurita kecil ini dibeli oleh pengepul dan kemudian dibawa ke restoran khususnya restoran Jepang yang banyak terdapat di Jakarta. Hmm‌menjadi liburan penuh pengalaman. Sepertinya saat merajut senja di ujung Jawa ini menjadi kenangan tak terlupakan dan layak diabadikan dalam album abadi di dalam relung hati.

9 WINGS MAGAZINE

Sepertinya saat merajut senja di ujung Jawa ini menjadi kenangan tak terlupakan dan layak diabadikan dalam album abadi di dalam relung hati.


LEISURE Favehotel

S

Pertama di Jakarta

SEPTEMBER 2011

esuai dengan komitmen Aston untuk mengembangkan Favehotel, kini brand pilihan bergaya trendi, Aston International mengumumkan pembukaan Favehotel pertama di JakartaFavehotel Wahid Hasyim, pada 9 Agustus 2011. Favehotel Wahid Hasyim adalah hotel bintang dua yang menawarkan 70 kamar tamu yang nyaman dan bergaya trendi, serta beberapa ruang pertemuan. Dengan harga yang sangat kompetitif, para tamu hotel akan menikmati standar pelayanan yang baik. Disediakannya tempat tidur berkualitas terbaik, linen berbahan katun terbaik, Wi-Fi berkecepatan tinggi, pelayanan massage dan pelayanan binatu.

WINGS MAGAZINE

10

Lainnya yang menarik dari Favehotel terbaru ini yaitu, lokasinya yang sempurna tepat di jantung kota Jakarta, tidak jauh dari Jalan M. H. Thamrin, disekitar gedung PBB dan Kedutaan Jepang. Norbert Vas, Wakil Presiden Penjualan dan Pemasaran menjelaskan, “Favehotel kami bertujuan untuk mendefinisikan kembali bagaimana para wisatawan berfikir mengenai budget hotel. Design yang menarik, pelayanan dari hati dan standar keamanan serta kebersihan yang tanpa kompromi tidak harus mahal.”

‘2 GET 1’ Di Menara Peninsula Hotel Tentunya setiap keluarga mempersiapkan rencananya mulai dari jauh hari dalam liburan Lebaran kali ini. Bagi Anda yang akan menghabiskan libur Lebaran di Jakarta, Menara Peninsula Hotel dapat menjadi alternatif pilihan bagi keluarga Anda. Selama berada di hotel, fasilitas kolam renang anak dan dewasa pun dapat bebas digunakan, juga pusat kebugaran dan fasilitas broadband internet di dalam kamar. Tidak ketinggalan diskon 10% di Kafe Coleman, Rumpi Lounge dan The 5th Floor Alfresco Restaurant serta makan pagi untuk 3 (tiga) orang dan gratis untuk anak-anak dibawah lima tahun. Mulai 26 Agustus – 8 September 2011 ini Anda dapat menikmati promo “2 Get 1” yaitu menginap 2 malam, gratis 1 malam.

Nikmatnya Penyetan Mas Koko Jangan salah sangka dulu, maksudnya bukan penyetan atau pijatan jari-jari mas Koko. Tapi bila Anda penyuka menu serba penyetan silahkan mampir ke warung Mas Koko ini. Ya, sebuah warung yang sederhana, bahkan bisa jadi untuk menemukannya harus sedikit bertanya-tanya meski berada tepat di pinggir jalan Dr. Saharjo, Tebet. Tepatnya berada di depan Hotel Harris Tebet. Warung sederhana tidak begitu besar, namun soal rasa jangan ditanya… Mantap! Ayam Penyet menjadi andalan warung Mas Koko ini. Selain itu ada juga Bebek Goreng Kremes, Ayam Bacem, Ayam Bakar, Bandeng Presto, Bebek Bakar dan lainnya. Ayam Penyet, dimana yang dipakai adalah ayam presto – tulang lunak menjadikan acara makan makin nikmat. Sambal bawangnya terasa “nendang” dan terasa pas dengan ayam penyet maupun bebek gorengnya. Tekstur ayamnya yang lembut, gurih dan manis benar-benar terpadu serasi dengan pedasnya sambal bawang ini. Pun juga dengan tekstur daging bebek gorengnya yang lembut tanpa meninggalkan citarasa alami bebek benarbenar membuat suapan tak mau berhenti begitu saja hingga menu yang dipiring ludes. Sepertinya tak cukup hanya sekali menikmati penyetannya Mas Koko. Jadi tunggu apa lagi?


Kandungan Zat Pada Buah Mengkudu : Zat Nutrisi, secara keseluruhan mengkudu merupakan buah yang bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, vitamin dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Terponoid, zat ini membantu dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Scolopetin, senyawa scolopetin sangat efektif sebagai unsur anti peradangan dan anti alergi. Zat anti kanker, zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal. Selain zat-zat tersebut yang terdapat pada buah mengkudu, buah yang biasa disebut pace ini juga sering kali dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan. Berikut beberapa khasiat dari buah mengkudu secara ilmiah : • Meningkatkan daya tahan tubuh • Menormalkan tekanan darah • Melawan tumor dan kanker • Menghilangkan rasa sakit • Anti peradangan dan anti alergi • Anti bakteri • Mengatur siklus energi tubuh, dan masih banyak khasiat lainnya. Dapat disimpulkan bahwa, buah mengkudu memiliki khasiat serta kaya dengan kandungan zat dan seringkali dimanfaatkan untuk pengobatan.

11 WINGS MAGAZINE

Jenis tanaman ini daunnya tebal dan lebar, berbentuk lonjong, mengkilat dan letaknya berhadapan. Bunganya kecil berwarna putih berbentuk piala. Buahnya berwarna hijau kekuning-kuningan, bertutul-tutul dan banyak bijinya, tetapi setengah bagian ada juga yang tidak berbiji. Kalau sudah tua biasanya menjadi kekuningan dan bau. Mengkudu atau sering disebut dengan buah pace, jenis buah yang tumbuhnya di daerah dataran rendah. Tinggi tanaman ini dapat mencapai ketinggian 3-8 meter. Buah ini menyimpan banyak kandungan zat di dalamnya, simak penjelasannya.

SEPTEMBER 2011

Khasiat Buah Mengkudu


SPECIAL

PERNIK-PERNIK RAMADAN

SEPTEMBER 2011

Takjil Jakarta, Lampion Jogja

WINGS MAGAZINE

12


kota di Indonesia. Di Jakarta, takjil di pasar Benhil begitu terkenal. Sementara pada malam takbiran, lampion-lampion mewarnai Jogja.

R

amadan telah berlalu, memojokkan orang-orang yang telanjur tenggelam dalam cinta terhadap-Nya pada kerinduan baru, kerinduan untuk bertemu dengan bulan itu pada masa berikutnya. Selama berlangsungnya, bagi yang menjalani begitu banyak haru-biru di dalamnya. Dalam konteks keagamaan, Ramadan adalah semacam baladika perjuangan melawan hawa nafsu dari diri sendiri. Tapi ada sisi lain dari Ramadan, yakni pada konteks peradaban sosial. Di negeri dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Indonesia, berbagai fenomena sosial juga yang menyertai puasa Ramadan dan menjelang Idul Fitri memberi potret yang khas tentang kehidupan sosial yang dipengaruhinya. Selain sholat tarawih yang ada hanya

pada bulan Ramadan, masjid kemudian menjadi pusat akumulasi ritual baik untuk sholat fardu maupun sunah. Bahkan untuk tadarus, ceramah agama dan sebagainya. Namun Ramadan juga menyimpan penggalan-penggalan dalam kehidupan sosial lainnya. Seperti kehidupan pasar tradisional yang mendadak hidup menjelang buka puasa. Tentu yang dimaksud adalah pasar yang khas menjual penganan untuk berbuka puasa. Di Jakarta, hal itu bisa ditemui antara lain di pasar Benhil (Bendungan Hilir), Jakarta Pusat. Persis di sisi jalan ini terdapat tendatenda yang menyediakan berbagai jenis makanan untuk berbuka puasa yang lazim kita sebut takjil. Keramaian pedagang dan pembeli itu senantiasa membuat jalan Bendungan Hilir macet.

Para pedagang musiman ini kebanyakan menjual makanan pembuka seperti beragam jenis kolak, aneka jus, dan aneka kue seperti, risol, pastel dan sebagainya. Selain itu tersedia pula menu-menu utama semacam gado-gado, gudeg, pepes ikan peda, pepes bandeng, hingga masakan padang. Bahkan masakan tradisional seperti bubur kampiun juga bisa didapat di sini. Untuk kisaran harga sangat bervariasi, yang jelas masih terjangkau, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 30.000.-. Para pedagang ini menempati lapak yang disediakan Forum Peduli Benhil (FPB) sebagai penyelenggara. Dagangan yang mereka gelar di atas meja sangat berhimpitan, dan hanya menyisakan sedikit ruang gerak untuk pembeli. Pedagang yang berjualan di

SEPTEMBER 2011

13 WINGS MAGAZINE

Ramadan punya nuansa khas bagi pemeluk Islam di berbagai


SEPTEMBER 2011

SPECIAL

WINGS MAGAZINE

14

sini tidak semuanya warga Benhil. Ada yang berjualan di sini menggunakan mobil lantaran jauh. Menurut Uni Iyet, salah satu pedagang makanan khas Padang, “Memang jualan di sini bayar Rp 2 juta per mejanya, tapi bisa dicicil. Untuk pertama bisa bayar setengah dulu, sisanya bisa nanti setelah 10 hari jualan.” Menurut Iyet lagi, “Walaupun harus membayar lapak dengan harga yang lumayan tinggi, tapi keuntungan yang saya peroleh lumayan besar. Setiap hari kurang lebih saya bisa untung Rp 200 ribu.” Tenda takjil pasar Benhil buka dari jam 11.00 WIB hingga jam 18.00 WIB. Berlangsung selama bulan Ramadhan hingga malam Takbiran. Di kota lain, Jogjakarta, ada pula suasana khas lainnya. Alun-alun utara Jogjakarta dijejali pedagang. Di antaranya ada yang bagian atas mejanya dipenuhi oleh barang seperti mereka yaitu lampion. Ada juga yang menggantungkan lampion dalam bentangan kawat dan tali. Tak ketinggalam juga mereka yang memajang dagangannya di atas sepeda tuanya hingga lampion-lampion itu bisa dijajakan berkeliling kota. Tak hanya menjual, dibalik tenda sebagian pedagang tampak tengah sibuk membuat lampion. Tangantangan mereka cekatan memotong bilah bambu, menggunting kertas minyak dan menempelkannya pada rangka bambu. Mereka berpacu dengan waktu karena Lebaran telah menjelang.


SEPTEMBER 2011

15 WINGS MAGAZINE

Lampion yang dibuat dan dijual ada beraneka rupa dan warna, dari yang berbentuk kubus ataupun bintang yang dibuat dari kertas minyak. Ada juga yang bentuknya mengadopsi tokoh-tokoh dari film kartun kegemaran anak-anak, seperti Naruto, Ipin dan Upin, hingga Sponge Bob yang memanfaatkan stereoform sebagai bahan bakunya. Kreativitas para pengrajin menghasilkan beraneka bentuk lampion seperti kupu-kupu, kapal, mobil, hingga pesawat tempur. Sumber penerangan lampionlampion kontemporer tersebut tak semata dari nyala lilin atau pelita berbahan bakar minyak goreng. Rangkaian lampu LED (light emiting diode) sederhana dengan kerlapkerlip aneka warna lebih menarik dan menggoda bagi anak-anak. Pedagang pun berharap bisa meraup lebih banyak keuntungan dengan harga jual lampion yang lebih tinggi. Warga “Kota Gudeg� diketahui punya tradisi menyambut datangnya Idul Fitri dengan berpawai takbir dan mengumandangkan kebesaran Illahi keliling kota. Mereka datang dari berbagai penjuru kota menuju pusat kota termasuk alun-alun sebagai tujuan utama. Tak hanya menabuh bedug dan bertakbir bersama, nyala obor dan pendar cahaya lampion turut serta semarakkan suasana. Bagaimana dengan kemeriahan malam Takbirannya? Wah, begitu Magrib berlalu, kontan macet. Seakanakan semua orang ada di jalan dan berangkat menuju pusat kota. Tapi sebenarnya masyarakat di pinggir Jogja pun merayakannya, dengan karnaval takbir keliling. Mereka juga beradu kreativitas. Bahkan dengan barang-barang daur ulang, lampionlampion unik bisa dihasilkan. Tak ayal lagi jalan-jalan menjadi semarak. Dari kejauhan pendar nyala obor dan pijar cahaya lampion seperti cahaya kunang-kunang.


SEPTEMBER 2011

SPECIAL

WINGS MAGAZINE

16

Hari raya adalah hari yang dinanti. Sholat Ied digelar tidak hanya di berbagai masjid Tapi juga tempat-tempat terbuka, dipenuhi jamaah beserta kaum kerabatnya.


17 WINGS MAGAZINE

Semoga kita mendapat ampunan dan disucikan.

SEPTEMBER 2011

Serangkaian puasa dan tarawih usai sudah. Disempurnakan dengan zakat, sebagai inti penyerahan diri pada-Nya. Dikumandangkan keteguhannya pada sholat ied sebagai perayaan kemenangan. Demikianlah. Jadi bukan terjebak pada kesibukan berpakaian yang bagus-bagus dan makan makanan sedap seperti kelakuan orang jahil.

Selamat Idul Fitri 1432 H Mohon maaf lahir dan batin.


WINGS MAGAZINE SEPTEMBER 2011

SPECIAL

18


SEPTEMBER 2011 WINGS MAGAZINE

19

GEMPITA KEMERDEKAAN

Merasuk Jiwa Anak Bangsa


SPECIAL

Bangkitlah jiwanya, bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya Indonesia Raya merdeka, merdeka SEPTEMBER 2011

Tanahku negriku yang kucinta

WINGS MAGAZINE

20

Indonesia Raya merdeka, merdeka Hiduplah Indonesia Raya

S

epenggal syair lagu Kebangsaan Indonesia ini selalu berkumandang dan seharusnya tetap berkumandang di setiap relung hati anak bangsa. Dengan tegap berdiri memberi hormat pada sang saka merah putih bekibar gagah di angkasa. Serta merta jiwa patriotik nan heroik menyeruak membangkitkan semangat kebangsaan yang mungkin sudah lama tertidur. Tertidur lesu karena carut marut bangsa dengan berbagai masalah yang menimpa. Seolah mengeringkan sendi-sendi bangsa. Namun dalam usianya yang ke-66 tahun ini setiap anak bangsa harus bangkit. Pekik kemerdekaan tidak boleh hilang. Harus terus menyemangati dalam langkah hidup seharihari, tidak hanya sebatas bulan Agustus saja. Ya, kita harus mengisi kemerdekaan dengan tetap berkarya yang positif. Jangan kita sia-siakan perjuangan para pahlawan yang telah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dan mewariskan sebuah negeri yang besar ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, seluruh pelosok tanah air akan menjadi gegap gempita merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus. Bendera merah putih berkibar dimana-mana, lagu-lagu perjuangan berkumandang dan tentu saja berbagai lomba maupun even digelar dalam rangka menyambut hari yang sangat bersejarah bagi Indonesia. Harus diakui bahwa momen Perayaan 17 Agustus ini secara langsung atau tidak menjadi ajang pemersatu rakyat.


SEPTEMBER 2011 WINGS MAGAZINE

21

Lihat saja, dalam mempersiapkan hari bersejarah ini hampir setiap gang di seluruh pelosok negeri ini sibuk berbenah, bersatu-padu masyarakatnya dalam kerja bakti. Itu sangatlah baik, sebuah nilai kearifan lokal – gotong royong, yang mungkin sudah mulai pudar harus dibangkitkan. Banyak ragam cara masyarakat kita meyambut Hari Kemerdekaan. Mulai dari mengadakan beragai macam perlombaan, tirakatan, bakti sosial, pentas seni budaya dan lain sebagainya yang semuanya menuju pada rasa syukur atas kemerdekaan bangsa kita. Gempita kemerdekaan yang merasuk jiwa raga anak bangsa ini terekam dalam foto-foto menarik yang dapat menjadi inspirasi buat kita semua dalam mengisi kemerdekaan dengan karya-karya yang positif. MERDEKA!


SEPTEMBER 2011

TRAVEL

WINGS MAGAZINE

22

Jelajah Natuna

Surga Tersembunyi yang Sebenarnya Banyak orang mengenal Natuna lebih karena cadangan minyak dan gas buminya yang melimpah tapi sedikit yang tahu kalau Natuna yang sesungguhnya tak ubahnya surga tersembunyi yang menawarkan pantai-pantai eksotis, laut dan pulau yang elok hingga hutan dan gunung yang hijau nan perawan. Tulisan ini menuntun Anda berpetualang menjelajahi Natuna yang sebenarnya! Teks: Edi Sutrisno | Foto: Agus Haryanto


SEPTEMBER 2011

S

iang itu langit begitu cerah dan saat pramugari mengumumkan ke penumpang bahwa pesawat segera mendarat, kepala saya langsung meraih jendela. Melongok ke bawah, saya tertegun menyaksikan hamparan laut biru bergradasi hijau yang berkilau-kilau ditimpa cahaya matahari. Ketika pesawat makin terbang rendah, saya makin tak berkedip dan mendapati tebaran batu-batu raksasa menyembul di sela-sela hamparan laut itu. Pemadangan elok yang rugi kalau dilewatkan, pikir saya dalam hati. Sensasi itu agaknya tak berlangsung lama sebab sejurus kemudian, pesawat yang saya tumpangi sudah menjejakkan rodanya di landasan Bandar Udara Ranai, Natuna. Cukup terik siang itu. Hawa hangat langsung menyergap begitu

ke luar dari badan pesawat Wings Air, anak perusahaan Lion Air yang menerbangkan saya dari Bandara Hang Nadim Batam. Ini kali sesungguhnya bukan penerbangan pertama saya ke Natuna, tapi adalah kali kedua. Tapi, entah mengapa jantung saya begitu berdebar-debar. Ah, barangkali karena kali ini misi saya adalah bersenangsenang, beroleh undangan khusus dari Dinas Pemuda, Kebudayaan, Pemuda dan Pariwisata Kabupaten Natuna untuk menjelajah Natuna dari ujung ke ujung. Makanya, ketika seorang teman menyambut saya di tepi bandara milik TNI AU ini, saya begitu sumringah dan langsung mengajaknya bergegas meninggalkan bandara. Siang itu pula, selepas mengisi perut di sebuah restoran padang di salah satu sudut Kota Ranai, ibukota Kabupaten Natuna, bersamanya, saya

langsung menuju ke Bukit Senubing. Salah satu ikon wisata terdepan Natuna yang memiliki panorama menakjubkan, yang oleh penduduk setempat dinamai Batu Sindu. Bukit ini berada di Kecamatan Bunguran Timur, berjarak hanya 3 kilometer dari Kota Ranai. Kalau mendaki bukit ini dan sampai di puncaknya, Anda akan disambut bongkahan batu besar yang tersebar di sejumlah titik. Kanan kirinya tumbuh subur pohon kelapa serta pepohonan hutan. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah hamparan bukit berbatu, berpadu dengan samudra biru. Pulau Senua yang tersohor karena habitat terumbu karangnya yang indah juga jelas terlihat dari sini. Pesona Bukit Senubing tak hanya sampai di situ. Susuri juga goanya yang berada di sisi bawah bagian Utara bukit. Cukup lelah memang tapi semua

WINGS MAGAZINE

23


SEPTEMBER 2011

TRAVEL

WINGS MAGAZINE

24

terbayar dengan sajian suasana dalam goa yang menakjubkan. Celah-celah yang ada seolah tertata sedemikian rupa. Bongkahan-bongkahan batu yang menindih satu sama lain, membentuk dinding-dinding besar berpola unik dan beragam. Berada di dalamnya, Anda seolah dibawa ke kehidupan masa lalu. Catatan yang ada menyebut, goa ini memiliki bukti-bukti peninggalan jaman pra sejarah berupa tembikar, beliung batu serta sisa arang bekas aktifitas manusia purba. Puas menapaki Bukit Senubing, saya dibawa menuju ke Pantai Tanjung yang berjarak hanya beberapa kilometer darinya. Panjang pantai ini mencapai hingga kira-kira tiga kilometer. Bentuknya landai, melengkung panjang di mana sepanjang sisi punggungnya tumbuh lebat ribuan pohon kelapa yang di selaselanya berdiri rumah-rumah warga. Menapaki pantainya, siapa saja akan dibuat takjub. Pasirnya putih, berbulir halus. Membentang panjang dengan lebar mencapai tujuh hingga

sepuluh depa meski air tengah pasang sekalipun. Padu padan dengan hamparan pasir putihnya, air laut di pantai ini juga tak kalah memesona. Sangat jernih dan berombak tenang. Di sepanjang pantai ini berjajar rumah-rumah penduduk yang umumnya memiliki kedai-kedai kecil yang menjual aneka rupa makanan ringan khas Natuna seperti lempar ubi atau pulut yang berisi “simbek,” sebutan warga setempat untuk ikan tongkol, “tabal mando” - penganan khas dari sagu yang dicampur ikan kering dan kelapa kukur - serta “kernas” yang terbuat dari ikan tongkol segar dicampur sagu butir. Tapi, sajian demikian tidak saya dapatkan ketika mengunjunginya siang itu. Sebab penganan khas itu hanya tersaji saat akhir pekan. Jamak diketahui, Pantai Tanjung merupakan tempat berlibur favorit warga Natuna, yang tiap week end selalu ditumpah-ruahi orang dari berbagai penjuru Natuna. Sejam lebih saya berada di sini. Setelahnya, kami meneruskan

perjalanan ke Pantai Sahi yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Pantai Tanjung. Pantai ini tak kalah elok dengan Pantai Tanjung. Permukaan pantainya tidak terlalu lebar tapi kealamiannya sangat terjaga. Dari sini, ketika air laut tengah surut, orang dapat leluasa menyeberang ke Pulau Sahi dengan berjalan kaki. Pulau Sahi sendiri, tergolong pulau kecil yang cantik. Luasnya hanya berkisar satu hektar dengan tinggi sekitar 40 meter. Seluruh permukaannya berbatu, sangat cocok dijadikan sebagai arena pendakian bagi para penyuka olahraga rock climbing. Di sana pun, Anda bisa leluasa memancing, snorkeling atau canoeing. Atau kalau enggan melakukan apa-apa, carilah tempat di sisi-sisi mana pun itu lalu duduk bersantailah. Arahkan pandangan ke hamparan laut biru dan biarkan angin menerpa wajah dan seluruh permukaan kulit Anda. Tak terasa, hampir satu jam kami berada di sini. Kami pun memutuskan untuk balik ke Kota Ranai. Namun, di tengah perjalanan, teman saya bilang


SEPTEMBER 2011 WINGS MAGAZINE

25

bahwa jadwal jalan-jalan hari ini belum tuntas. Masih ada satu lagi tempat yang dikunjungi, yakni Alif Stone Park. Satu dari sejumlah titik di Natuna yang dianggap terbaik untuk melihat sunset. Sampai di Alif Stone Park ini, saya langsung menapaki puncak, satu dari sekumpulan bebatuan raksasa yang terdapat di sana. Sebentar kemudian, saya beranjak menapaki kawasan lain yang posisinya agak menanjak. Dari sinilah, sore itu, saya seperti beroleh anugerah, bisa leluasa menyaksikan momen menakjubkan yakni ketika matahari kembali ke peraduan. Dan ketika hari beranjak gelap, kami pun bergegas menuju ke penginapan yang sudah kami pesan

sejak siang di Kota Ranai. Saya pun langsung berehat. Esok paginya, karena terlelap lebih awal, badan saya terasa fresh. Sembari menyeruput teh dan menunggu kawan menjemput, saya amati berulang-ulang jadwal kunjungan hari itu: Pantai Sebagul, Pantai Cemaga dan Pulau Setanau. Huf, tak sabar rasanya segera mengeksplorasinya. Tiga destinasi itu berada di jalur yang sama, yakni jalan menuju ke Selat Lampa. Jarak antara satu sama lainnya cukup jauh, dari Kota Ranai memakan waktu tidak kurang dari satu setengah jam. Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Sebagul yang berada di Kecamatan Bunguran


SEPTEMBER 2011

TRAVEL

WINGS MAGAZINE

26

Selatan. Pantainya elok, berpasir putih dan berhias dua pulau cantik di hadapannya, yakni Pulau Kukar dan Pulau Kerenge. View pantai ini sedap dipandang dari sudut mana pun. Lansekapnya makin terlihat cantik oleh keberadaan deretan Gunung Lintang, Gunung Catuk dan Gunung Sebagul yang berdiri gagah melingkarinya. Tak hanya itu, di laut sekitar kawasan ini Anda juga bisa menyaksikan keramba serta lokasi pembudidayaan rumput laut milik nelayan setempat. Dan agar lebih puas menapakinya, baiknya Anda kunjungi pantai ini sejak pagi hari. Selain bisa melakukan island hopping ke Pulau Kukar dan dan Kerenge, Anda masih punya peluang membeli ruparupa ikan hasil tangkapan nelayan yang baru pulang melaut. Pilihannya beragam mulai dari tongkol, kembung, kerisi hingga tompel yang semuanya dalam kondisi fresh! Puas berleha-leha di Sebagul, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Cemaga. Pesona pantai ini tak hanya di pasirnya yang putih, pohon nyiur serta airnya yang jernih, bongkahan batu besar yang bertebaran di

sepanjang tepi pantai adalah pesona lain yang membuat banyak orang menyukai pantai ini. Warnanya hitam keabu-abuan dengan rupa dan bentuk beragam, ada yang bulat, lonjong hingga menyerupai gunung, atap rumah hingga lambung kapal. Beberapa di antaranya, yang berukuran besar, bahkan terlihat seperti mengapung di atas permukaan air. Menakjubkan! Gugusan batu granit yang terhampar mulai dari tepi pantai hingga menjorok ke arah laut ini, seluruhnya berada di wilayah Desa Cemaga Tengah. Sisi teluk, yang berada di wilayah Sebintang dinamai penduduk setempat Batu Kaun. Lalu berturut-turut disebut Batu Madu, Batu Setapung hingga Batu Kasah.Yang terakhir disebut, dianggap sebagai kawasan bongkahan batu yang terluas dan memiliki pemandangan yang paling apik. Jadwal terakhir dari perjalanan hari kedua adalah Pulau Setanau yang berada sekitar dua mil dari Selat Lampa. Untuk menapaki pulau itu, harus menyeberang menggunakan pompong atau speed boat. Pulau ini dikelilingi laut berlatar sekumpulan

pegunungan hijau lebat yang ditumbuhi nyiur serta pepohonan hujan tropis, dengan rumah rumahrumah panggung milik nelayan berjajar di sepanjang kaki bukitnya. Sebagian orang merasakan, berada di pulau ini, Anda laiknya berada di satu zona nol waktu. Sebab waktu seolah-olah berjalan sangat lambat. Di mana pun Anda menapak, semua yang berdiri dan tumbuh di atasnya begitu melenakan. Decak kagum akan keelokannya, makin tak berhenti ketika Anda beranjak pelan menapaki satu per satu sudutnya. Paras depan pulau berluas tak lebih dari satu hektar ini terbagi atas dua bagian yang sama eloknya. Sisi Baratnya yang berhadapan dengan Desa Balai, Pulau Tiga, berpermukaan pasir. Sedangkan Sisi Timur, Selatan hingga Utara pulau, Anda akan temui berbagai rupa bongkahan batu karang berwarna hitam kecoklatan. Sungguh sebuah paduan yang sempurna. Ketika hari mulai beranjak malam, kami bergegas kembali ke Pelabuhan Selat Lampa. Untuk beberapa saat, saya sempat singgah di pelabuhan ini dan


WINGS MAGAZINE

27

SEPTEMBER 2011


SEPTEMBER 2011

TRAVEL

WINGS MAGAZINE

28

menikmati sunset, sebelum kendaraan yang kami tumpangi bertolak menuju Kota Ranai. Sampai di Ranai, jam sudah menunjuk angka delapan. Agak lelah memang, tapi kami masih sempat bersantap malam bersama di Pantai Kencana atau oleh orang Ranai kerap disebut dengan Pantai Stress. Setelahnya, langsung menuju hotel dan berehat. Pagi-pagi benar, sesuai jadwal, hari terakhir di Natuna, saya diajak menjelajahi Gunung Ranai, tepatnya ke Air Terjun Ranai. Tapi sebelumnya, saya dibawa serta bersama rombongan ke Pulau Senua yang berada di seberang Desa Sepempang. Selain tersohor dengan keindahannya, pulau ini menyimpan legenda turun temurun yang tetap dipercayai hingga kini. Konon kisahnya, Pulau Senua adalah penjelmaan dari seorang perempuan yang sedang hamil bernama Mai Lamah. Dalam bahasa setempat, kata “senua� berasosiasi pada tubuh berbadan dua. Sebab itulah tak heran kalau pulau ini terlihat memiliki bentuk laiknya perempuan berbaring yang tengah berbadan dua. Hanya butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai ke Pulau Senua dan ketika kaki menjejak dermaganya, Anda akan terkesima sekaligus diibuat bingung dari simpul mana harus memulai mengeksplorasinya. Sebab setiap sudutnya berparas cantik dengan karakteristik khasnya: perawan dan alami. Di pulau ini, saat siang hari, Anda bisa saksikan bekas jejak-jejak kaki penyu laut yang bertelur. Hewan khas Pulau Senua ini menjadikan sisi Selatan pulau ini sebagai arena favorit bertelur. Bila ingin melihat langsung penyu laut, tentu Anda harus menginap di sana, sebab waktu bertelurnya adalah tengah malam hingga menjelang subuh. Di pulau ini Anda juga bisa menapaki kawasan berbukit yang terletak di ujung pulau yang oleh

warga tempatan dinamai Tukong. Di puncak bukit inilah berdiri tegak sebuah mercusuar yang berfungsi jadi navigator, penuntun arah bagi kapal atau perahu nelayan yang melintas di perairan sekitar Senua. Lebih dari itu, menara ini dibangun sekaligus sebagai penanda, batas wilayah RI. Jamak diketahui, Senua adalah satu dari 12 pulau terdepan di Natuna dan Anambas yang berbatasan langsung dengan perairan negeri tetangga. Puas menjajaki pulau dan beraktifitas sesuai selera, kami pun beranjak pulang ke Pelabuhan Sepempang dan langsung menuju ke Air Terjun Ranai. Air terjun ini terletak di Gunung Ranai, tepatnya di Desa Ranai

Darat, Kecamatan Bunguran Timur. Untuk menuju ke sana, Anda harus berjalan kaki menapakai jalan setapak yang dikelilingi semak. Sekali waktu melintasi bebatuan dan menerabas celah-celah sempit di bawah pepohonan hutan yang lebat. Kendati harus menapaki medan sulit dan berliku, ketika tiba di sana, letih dan penat Anda tertebus dengan pemandangan yang menakjubkan. Hawa sejuk segera menyergap ketika mendekati bibir air terjun ini. Semakin mendekat, semakin terasa dingin sebab percikan air yang dihasilkan dari benturan air dengan permukaan batu, mulai menjalari sekujur pori-pori tubuh Anda.


Via Laut Menggapai Natuna via laut, Anda dapat berlayar menggunakan kapal PELNI yakni KM. Bukit Raya yang berangkat dari Pelabuhan KijangTanjungpinang, Kepulauan Riau. KM Bukit Raya ini mengarungi rute Pelabuhan Kijang, Letung-Terempa dan berakhir di Pelabuhan Selat Lampa, Natuna. Harga tiket KM Bukit Raya tersedia mulai dari Rp205.000 (ekonomi) hingga Rp800.000,- s/d Rp1.500.000,- untuk kelas satu dan dua . Jadwal keberangkatannya, sekali dalam dua minggu. Selain KM Bukit Raya, Anda juga bisa menjangkau Natuna dengan kapal perintis yakni Trigat 5 serta Gunung Bintan yang juga bertolak dari Pelabuhan Kijang, tiga kali dalam sebulan. Jalur Udara Terdapat tiga maskapai penerbangan yang melayani rute regular ke Natuna yakni Lion Airlines (Wings), Sky Aviation serta Trigana Air. Ketiganya, selain Trigana Air, seluruh pesawatnya berangkat dari Bandara Internasional Hang Nadim-Batam serta Bandara Kijang-Tanjungpinang. Jadwalnya, Wings Air, dari Bandara Hang Nadim terbang tiga kali seminggu yakni pada hari Senin, Kamis dan Sabtu. Sky Aviation, menerbangi Natuna dari Bandara Kijang Tanjungpinang, dua kali seminggu yakni Senin dan Jumat. Harga tiket Batam (Tanjungpinang)Natuna, ada pada kisaran Rp844.000,- hingga Rp1.300.000,-. Jalur alternatif lain adalah melalui Bandara Supadio, Pontianak. Jalur ini diisi oleh Trigana Air yang memiliki jadwal penerbangan dua kali seminggu yakni pada hari Selasa dan Jumat, pukul 12.00WIB. Akomodasi Hotel dan penginapan tersedia di banyak tempat di Natuna. Harga kamar per malam bervariasi dari mulai Rp50.000 hingga tertinggi Rp375.000,-. Umumnya, hotel dan penginapan ini berada di kawasan Kota Ranai, dekat dengan pusat perbelanjaan, tempat bersantap, pusat pemerintahan serta Bandar Udara Ranai.

SEPTEMBER 2011

Cara Menggapai Natuna

29 WINGS MAGAZINE

Di bawah air terjun ini, Anda dipaksa harus mendongakkan kepala untuk melihat sisi utuhnya. Sebab tingginya hampir mencapai 20 meter. Berdinding batu dan nyaris tegak lurus. Laksana hujan yang tak kunjung reda, dari puncak, airnya yang jernih tercurah tiada henti menghantam bebatuan yang berada di bawahnya, menimbulkan suara gemuruh yang cukup keras. Kalau sudah berada di sini, buka baju dan beranjaklah menuju ke pusat air terjunnya. Berdirilah di atas bebatuannya dan biarkan airnya tumpah, menghujani punggung dan sekujur tubuh Anda. Rasanya dingin namun sangat menyegarkan. Entah berapa lama kami berada di air terjun ini, pastinya, hampir lupa waktu. Beruntung, Bujang, pemandu kami mengingatkan agar segera bergegas pulang. Kami pun mengikuti arahannya dan cepat-cepat beranjak meninggalkan Air Terjun Ranai. Sampai di bawah bukit yang berdekatan dengan jalan Desa Ranai Darat, jarum jam di tangan saya sudah menunjuk angka enam. Langit di atas desa ini pun sudah merona jingga. Hari sudah mulai beranjak gelap nampaknya. Saya pun begitu sampai di penginapan, bersantap sebentar lalu terlelap. Esoknya, bangun pagi-pagi dan berkemas, siap-siap meninggalkan Natuna dengan senyum lebar. Ya, saya baru saja menggapai tempat-tempat eksotis di negeri elok tersembunyi berjuluk “Mutiara di Ujung Utara� itu.


DESTINATION

GUNUNG PAPANDAYAN

Bunga Abadi

SEPTEMBER 2011

dari kawah mati

WINGS MAGAZINE

30

Letusan-demi letusan telah membuat mozaik kekayaan dan keindahan pada kawasan Gunung Papandayan. Termasuk membentuk kawah yang telah mati menjadi tempat tumbuhnya edelweiss seluas 17 hektar. TEKS: A GENER WAKULU
| FOTO: MAKHFUDZ SAPPE

M

asih terlalu pagi. Kita tunggu setengah jam lagi,” ujar Toni, pemandu kami di pagi buta itu. Ya kami baru saja tiba di ‘base camp’ pendakian wisata ke Gunung Papandayan, Garut, pk. 04.00 pagi itu. Mobil pun baru saja kami parkir. Di base camp wisata itu memang tersedia parkiran yang luas, dikelilingi warungwarung hingga mushola. Tempat ini sudah berada pada ketinggian sebenarnya.

Maksud dari kalimat tadi adalah agar kami “tepat waktu” berada di puncak gunung untuk melihat matahari pagi terbit. Ya, bila kita memulai pendakian pada pukul 04.30, maka pada sekitar pk. 06.00 kita sudah berada di sebuah puncak yang leluasa untuk melihat ke segala arah –- yang terpenting adalah pemandangan kawah gunung Papandayan itu sendiri. Perjalanan pendakian pada fase ini sebenarnya melewati beberapa bagian di tengah kawah. Bau sulfur sangat

keras menyengat di sini sehingga kami mesti menutupi indra penciuman kami. Demikian pula ketika angin mengembuskan asap belerang kearah kami, membuat kami mesti membalikkan badan saat berhenti sejenak di kawasan kawah ini. MORNING HAS BROKEN “Puncak” yang kami maksud adalah sebuah dataran di mana kita bisa memandang ke seluruh kawasan. Angin keras dan dingin sudah terasa. Di sini,


SEPTEMBER 2011 WINGS MAGAZINE

31

keindahan matahari terbit pada latar belakang kawah akan menyuguhkan pemandangan yang spektakuler. Semburat jingga di cakrawala, gerakan asap belerang dari kawah yang terus membara dan bergemuruh, kontur puncak dan lereng-lereng, kehidupan alam pedesaan di kejauhan di bawah, langit biru dengan hiasan awan, seperti lukisan yang megah tentang kehidupan alam. Tempat kami berdiri sekarang bukanlah puncak gunung Papandayan –yang berada pada arah agak ke timurtenggara dari posisi kami. Namun puncak dengan ketinggian 2.665 meter dari permukaan laut itu bukan tujuan kami. Tujuan kami adalah Tegal Alun,

sebuah dataran tinggi lainnya, di mana terbentang padang dengan bungabunga edelweiss. Untuk itu, dari tempat kami berdiri, kami mesti melintasi padang bebatuan yang tandus di ketinggian, dengan pohon-pohon yang hangus merangas di sana-sini. Cuaca di sini bisa dibilang tidak stabil, kadang matahari bersinar cerah, namun tak lama kemudian kabut menutupi. Ketika dijadikan gambar, pemandangan ini juga terbilang spektakuler. Seorang desainer yang mengamati hasil foto kami di sini berkomentar, ia seperti sedang melihat gambar “Fantasia 2000” dari Disney. Saya lain lagi, merasa seperti sedang syuting film “The Lord of the Ring”.

LETUSAN & KEINDAHAN Pada gunung ini terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawahkawah tersebut mengeluarkan uap dari dalamnya. Kini, di kawasan Kawah Mas, yang berwarna seperti nugget (debu dan biji emas) di banyak spot-nya, memiliki 14 lubang letusan. Menilik dari sejarahnya, Papandayan tercatat pernah meletus pada tahun 1772, 1923, 1942, 1993, dan 2003. Letusan besar yang terjadi pada 11-12 Agustus 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2.951 orang. Letusan besar ini menyebabkan kehancuran pada sebagian tubuh


SEPTEMBER 2011

DESTINATION

WINGS MAGAZINE

32

gunung, membentuk kawah tapal kuda membuka kearah timur laut hingga sekarang. Jauh sebelum orang-orang Belanda menemukan gunung ini pada tahun 1706, masyarakat setempat telah sering melintasi Gunung Papandayan untuk membawa tembakau, garam, sayuran dan hasil-hasil bumi lainnya. Jalur ini merupakan jalan terdekat yang menghubungkan dataran tinggi Pangalengan, Bandung dengan lembah Garut. Dan itu sebenarnya berlangsung hingga era sekarang, di mana Papandayan telah dieksploitasi sebagai daya tarik wisata. Orang bisa melintasi Papandayan dengan kendaraan pribadi, mobil, hingga persis di bibir kawah, lalu melanjutkan perjalanan ke kawasan Ciwidey, Pangalengan, Bandung selatan, atau sebaliknya. Namun ada kejadian besar yang mengubahnya. Senin, 11 November 2002, aktivitas vulkanik Gunung Papandayan meningkat dalam skala yang besar setelah 60 tahun istirahat (letusan terakhir tahun 1923). Letusan pada hari itu menyemburkan debu pekat setinggi 5 kilometer ke angkasa dan longsor dahsyat pada sebagian dinding bukit Nangklak. Sekaligus mengubah wajah lembah tapal kuda dan terbentuknya beberapa kawah baru. Bersamaan dengan itu, jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat atau mobil yang menghubungkan kawasan

Papandayan di Samarang dengan Ciwidey dan Pangalengan pun putus. Wisatawan juga tidak bisa lagi melihat kawah Papandayan dari mobil mereka yang sebelumnya bisa parkir di bibir kawah. “Kalau kita perhatikan, ini kan bekas jalan mobil, campuran bebatuan dan aspal,” kata Toni sambil menunjuk sisa-sisa jalan bebatuan beraspal yang telah putus tertimbun bukit. Meski begitu, kami dapati beberapa pemuda mencoba memotong kawasan ini dengan menggunakan sepeda motor trail. Dan dari info yang kami peroleh, memang banyak penggemar sepeda motor trail gunung yang menggunakan kawasan ini sebagai tempat bertualang antarkawasan, Papandayan-Ciwidey. Itu mungkin kawan-kawan pendaki saya kerap menjuluki kawah Papandayan dengan Kawah Putih di Ciwidey sebagai “saudara”. Yang jelas, keunikan-keunikan inilah yang membedakan keindahan Gunung Papandayan dengan gununggunung api lainnya di Indonesia.

 EDELWEISS 17 HEKTAR Ketika hari telah terang, pendakian kami lanjutkan, membelah padang bebatuan dengan pepohonan yang merangas hitam. Sepintas, pemandangan di kiri-kanan jalan sama saja. Pantas, banyak pendaki tersesat di sini, karena jalan setapakpun sebenarnya agak samar, hanya warnawarni bebatuan dengan corak yang


mirip di sana-sini. Kemungkinan berbahaya memang bila cuaca gelap atau malam hari, karena selain berhadapan dengan dinding gunung menuju dataran yang lebih tinggi, juga jurang menganga ke dalam kawah di salah satu sisinya. Setelah mendaki dua jam lagi, kami pun tiba di Tegal Alun. Tempat ini adalah sebuah dataran dengan ketinggian 2.400 meter dpl. Sejatinya, Tegal alun adalah kawah yang telah lama mati akibat letusan abadabad sebelumnya. Di Tegal Alun, pepohonan edelweiss yang berbunga

33 WINGS MAGAZINE

MENCAPAI PAPANDAYAN Gunung Papandayan terkenal di kalangan para pendaki, khususnya pendaki pemula, karena relatif mudah didaki dan tidak terlalu tinggi. Pemandangannya pun indah, bahkan bila dilihat dari base camp pendakian, seperti memandang sebuah lukisan pemandangan alam gunung yang megah. Persisnya, Gunung Papandayan terletak di sekitar 25 km sebelah barat daya kota Garut. Untuk mencapainya, dari kota Garut sendiri, kita bisa berkendara kearah Samarang, jalan yang sama yang akan membawa kita ke Pameungpeuk, Garut selatan. Perlu sekitar 30 menit berkendara dari kota Garut untuk sampai di alun-alun Kecamatan Samarang. Dari sini jalan bercabang. Bila belok ke kiri, itulah jalan utama sekaligus jalur ekonomi ke Pameungpeuk, Garut Selatan, sementara bila lurus akan mengarah ke kawasan cagar alam Gunung Papandayan. Kalau mau diukur-ukur, menggunakan mobil pribadi hanya perlu berkendara tak sampai 10 menit untuk sampai ke base camp wisata gunung Papandayan dari sini. Sayangnya, jalanan berbatu itu rusak berat, sehingga waktu tempuh bisa menjadi 25 menit. Tentu, tidak disarankan untuk menggunakan mobil dengan ground clearance rendah seperti sedan.

SEPTEMBER 2011

membentang seluas 17 hektar dengan indahnya. Bunga-bunga romantis yang akrab dengan para penggiat alam bebas itu tumbuh dan hidup tak terusik, seakan abadi. Pukul sembilan pagi itu, ketika kami tiba di Tegal Alun, butir-butir embun masih menempel bak hiasan di daun dan bunga-bunganya. Hanya, ‘saking’ luasnya, padang edelweiss ini tidak bisa kami jelajahi semuanya. Cuaca pun berubah-ubah, sedikit terang, lalu tertutup kabut, lalu gerimis lagi, Kehadiran kami di Tegal Alun memang disambut oleh burung-burung dan monyet-monyet.


SEPTEMBER 2011

AUTOMOTIVE

WINGS MAGAZINE

34

efisiensi pada i20 Blue

Melaju 32 km per Liter Berbagai manufaktur mobil berlomba mencari jalan membuat mobil makin efisien dan ramah lingkungan, baik mobil listrik, hibrida dan mesin konvensional. Hyundai i20 Blue mengandalkan mesin konvensional yang di-engineered sedemikian rupa hingga emisinya sangat rendah, di bawah 100g/km.


SEPTEMBER 2011

B

35

menggunakan mesin 1.4 CRDi 90 hp. Untuk bisa meraih angka di bawah 100g/km, i20 Blue menempuh proses yang mengandalkan teknologi Intelligent Stop & Go (ISG), ban lowrolling resistance, suspensi belakang yang under cover dan deflektor roda belakang. Ban ‘low-rolling’ dimaksud telah mengurangi energi yang terbuang saat roda berputar, sehingga mengurangi rolling effort yang dibutuhkan. Dengan tambahan fitur-fitur itu, 120 Blue bisa mengurangi 12% dari emisinya. Hal itu bisa dibandingkan dengan mesin yang beredar sekarang pada di mana mengeluarkan emisi 111g/km. Bandingkan dengan yang sekarang. Dengan demikian, pengemudi tidak perlu terlalu sering mengisi bensin pula. Pasalnya mesin 1.4 CRDi 4-silinder ini sudah masuk katagori mesin bersih pada level Euro V. Mesin ini memang efisien,

Mesin ini memang efisien, mampu menggelindingkan mobil ini sejauh 32 km per liter bensin yang diminumnya! mampu menggelindingkan mobil ini sejauh 32 km per liter bensin yang diminumnya! Ini tercatat sebagai kemajuan 14% pada pola kombinasi saat dikomparasikan dengan model i20 1.4 CRDi Style. Perspektifnya bisa didetailkan, bila Hyundai i20 Blue ini tangki bensinnya diisi penuh, maka ia bisa melaju –ratarata—hingga 1.208 km saat bensinnya Gegen terakhir menetes!

WINGS MAGAZINE

erbagai metoda efisiensi dilakukan oleh berbagai manufaktur kendaraan untuk menghasilkan mobil yang irit dan ramah lingkungan. Ada dengan cara membuat mobil listrik dan mobil hibrida. Tapi ada pula yang tetap menggunakan pola ‘konvensional’ dengan mengandalkan mobil bermesin ‘internal combustion’ yang direkayasa khusus untuk lebih efisien. Yang paling ‘ekstrem’ mungkin Subaru, yang tampaknya tidak tertarik dengan mobil listrik atau hibrida. Tetap fokus pada mesin ‘internal combustion’. Meski belakangan Subaru membantahnya bahwa itu adalah soal teknik mempersiapkan mobil hibrida yang agak rumit diterapkan pada mobilmobil mereka yang berpenggerak all-wheel drive. Sementara, sebenarnya di jalur mesin ‘konvensional’ sudah banyak yang mengeksploitasinya agar irit dan ramah lingkungan. Audi, misalnya, melalui mesin-mesin FSinya. Nah, di jalur ‘konvensional’ ini juga ada debutan baru dari Hyundai --mesti menggunakan- mobil yang tidak sama sekali baru. Hyundai ikut ambil bagian dengan melansir i20 Blue. Pabrika Korea ini merilis i20 Blue yang mengeluarkan emisi (gas buang) CO2 di bawah 100g/km. Dengan emisi CO2 hanya 98g/ km, i20 Blue tercatat sebagai mobil keluaran Hyundai di Eropa yang paling rendah emisi gas buangnya. Model 120 Blue sendiri berbasis model i20 Comfort yang beredar sekarang,


HOT STUFF Kacamata Ski Dengan GPS Kecanggihan teknologi dewasa ini mengalami perkembangan yang begitu pesat, bahkan hampir memenuhi semua kebutuhan manusia. Dalam dunia olahraga, kecanggihan teknologi pun tersedia untuk mendukung aktivitas olahraga, seperti dihadirkannya sebuah kacamata ski yang dilengkapi dengan kecanggihan teknologi GPS, guna mempermudah dalam mencari arah yang tepat saat meluncur di atas tumpukan salju. Kacamata ski ini didesain layaknya helm pilot pesawat tempur yang disisi kanannya memiliki tampilan dashboard LCD. Selain itu juga berfungsi sebagai alat informasi yang dapat dilihat secara virtual, serta dilengkapi sensor gerak untuk melacak kecepatan maksimum dan rata-rata. Adapun fitur lain, memiliki built in stopwatch untuk mengukur kecepatan dan waktu yang diraih. Disertai lensa anti kabut dan anti sinar silau untuk mencegah cahaya yang masuk dalam pandangan mata, dengan sumber tenaga yang menggunakan baterai dan dapat diisi ulang.

SEPTEMBER 2011

Asus ROG Vulcan ANC

WINGS MAGAZINE

36

Mainan Mobil Tenaga Air Asin Sebuah inovasi kini makin banyak tercipta dengan kecanggihan teknologi, yang mana teknologi bukan hanya dikembangkan untuk perangkat gadget saja, namun menjalar ke sebuah mainan anak yang aman dan ramah lingkungan. Salt Water Fuel Cell, sebuah mobil mainan yang bahan bakarnya menggunakan air asin. Dengan Salt Water Fuel Cell, tak hanya sekedar bermain mobil-mobilan, tetapi juga mengajarkan anak untuk belajar akan bentuk energi baru yang bersih dan ramah lingkungan. Dengan menambahkan air asin, maka dapat bergerak dengan adanya energi yang didapatkan dari air asin. Konsep eco friendly ini tak lain memanfaatkan sumber energi dari mainan anak yang biasanya menggunakan tenaga baterai yang akan menyebabkan limbah jika sudah habis tak terpakai. Modul perangkat mainan ini mengubah pemindahan energi, dari cair menjadi energi listrik, sehingga dapat menggerakan turbin penggerak roda dan dapat bergerak sekitar 5-7 jam terus menerus.

ara pecinta game tentunya membutuhkan sebuah headset yang bisa memberikan kenyamanan dalam memainkan sebuah game. Untuk menjawab kebutuhan ini, kini telah hadir Asus ROG Vulcan ANC, merupakan sebuah headset gaming pro active-noise-cancelling dengan rancangan bebas merasakan suara yang murni tanpa ada gangguan maupun noise. Fitur baru active noise cancellation ini hingga 85% mampu menyaring frekuensi suara, seperti suara kipas pada komputer serta kebisingan suara. Selain sebagai headset dengan fitur yang canggih, para gamers juga dimanjakan dengan kenyamanan pada lingkaran telinga yang dilapisi dengan bantalan lembut dibungkus dengan kulit protein dari jepang, sehingga kenikmatan bermain game sangat dirasakan sepanjang hari. Selain itu, Asus ROG Vulcan ANC ini dibungkus dengan casing berdiameter 40 mm, sehingga memaksimalkan audio yang jernih, juga terdapat built mikrofon berbentuk pisau. Headset ini tentunya membuat para gamers menjadi fokus dalam bermain game.


Adhoc Canoe, Perahu Portabel

Timberland Radler Trail Camp Sepatu Yang Bisa Dilipat imberland yang merupakan produsen outdoor kini mengeluarkan sebuah inovasi terbarunya yaitu, sebuah sepatu yang dirancang untuk para backpackers maupun kegiatan outdoor lainnya. Inovasi tersebut adalah Timberland Radler Trail Camp Shoes Zip, tak lain merupakan sepasang sepatu yang mampu dilipat seperti membawa dompet wanita. Sepatu ini memiliki bahan yang lentur serta tahan terhadap air. Bagian telapaknya terbuat dari ripstop yang terbuat dari karet daur ulang 42 % dan tahan lama. Sepatu ini sangat cocok untuk perjalanan santai berlibur tapi tidak disarankan untuk kegiatan outdoor yang ekstrim. Untuk melipatnya terdapat resleting yang menjadikannya compact dan tipis, juga tidak memakan tempat ketika dimasukkan ke dalam tas.

Kebutuhan mouse dalam laptop atau PC merupakan komponen yang biasa digunakan untuk perangkat tersebut. Berhubungan dengan tulisan melalui sebuah pena ajaib ke dalam aplikasi perangkat tersebut, tentunya suatu hal yang cukup unik. Selain unik, jelas alat tersebut sangat mempermudah pekerjaan anda. Genius Wireless Pen Mouse didesain bergaya pena, mampu mengendalikan serta memberikan pengalaman baru untuk mengontrol kursor. Dengan teknologi wireless 2.4 GHz, mampu menghemat daya. Kontrol dan gerakan halus pada sensor optik hingga 1200 dpi, juga dilengkapi dengan travel casing yang mampu melindungi dan menyimpan dengan baik perangkat ini. Selain itu, perangkat ini juga didukung dengan port USB dan menggunakan USB dongle pada Pico Receiver. Memiliki built in satu baterai AAA dengan dimensi perangkat 21 x 16.3 x 133 mm dan bobot 17 gram.

37 WINGS MAGAZINE

Genius Wireless Pen Mouse Pengontrol Kursor

SEPTEMBER 2011

Untuk anda yang suka tantangan alam liar dan berpetualang di tengah derasnya arus air yang memacu adrenalin, tentu membutuhkan sebuah perahu atau paling tidak kano kecil untuk memenuhi hasrat tersebut. Secara umum, persiapan untuk melakukan kegiatan ini terbilang cukup rumit karena selain harus menyiapkan perlengkapan pengaman, kano yang disebut sebagai alat juga sangat panjang dan berbobot berat. Untuk itu, kini ada solusi praktis, yaitu dimunculkannya sebuah kano lipat berlabel Adhoc Canoe. Adhoc Canoe merupakan sebuah perahu kano lipat yang desain penggunaannya bisa dibongkar pasang, sehingga mudah dibawa kemanapun. Adhoc Canoe dirakit menggunakan frame yang berbahan serat karbon. Hanya membutuhkan waktu 5 menit saja untuk merakit menjadi kano dan memiliki bobot ringan 9 kilogram.


SPOT

Eungkot Paya Nikmatnya Ikan di Tanah Rencong SEPTEMBER 2011

Teks & Foto : Ristiyono

WINGS MAGAZINE

38

A

ceh, provinsi paling barat wilayah kepulauan Indonesia rupanya menyimpan beragam kuliner yang nikmat. Memang kurang afdol rasanya bila berkunjung ke suatu daerah tanpa berburu dan menikmati makanan khasnya. Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia ini menyimpan kekayaan ragam kuliner. Masing-masing daerah memiliki makanan khas. Bisa jadi bahannya sama, tapi cara pengolahan dan bumbu-bumbunya berbeda. Contoh, tentu kita mengenal makanan yang disebut soto bukan? Nah, di Indonesia ini ada berbagai macam soto diantaranya soto Betawi, soto Madura, soto Lamongan, soto Kudus, soto Bangkong, soto Banjar, ada pula sroto Banyumas dan masih banyak lagi. Itu baru soto, jadi bisa kebanyang gimana kayanya ragam kuliner di Indonesia ini kan? Kembali ke kuliner khas Aceh. Bagi kita yang pernah berkunjung ke kota ini pasti pernah mencicipi lezatnya mie Aceh. Apalagi mie kepitingnya

yang hmmm‌super lezat! Juga pasti pernah mencoba nikmatnya Ayam Tangkap, roti canai, ikan kayu, gulai Aceh, rujak Aceh dan penggemar kopi tidak bakal melewatkan nikmatnya kopi Aceh di Ulee Kareng. Nah, ini kali ke empat saya bertandang ke kota yang juga dijuluki Tanah Rencong pun juga dikenal sebagai Serambi Mekah. Sudah tentu seperti kunjungan sebelumnya, rugi rasanya bila melewatkan perburuan kuliner tuk memuaskan selera lidah. Apalagi yang harus saya coba untuk kunjungan kali ini? Beruntung, salah seorang teman member informasi ada makanan yang nikmat yaitu Ungkot Paya. Wah, penasaran juga untuk segera mencicipinya! Untuk makanan satu ini saya disarankan mencari kedai yang letaknya cukup jauh dari pusat kota Banda Aceh. Tepatnya di desa Lam Lhom – Lhok Nga ke arah pantai Lampuuk. Rasa penasaran membawa saya segera meluncur ke sana, apalagi juga diingatkan untuk tidak terlambat karena bisa kehabisan. Wah, senikmat dan seramai apa sih tempat ini?


SEPTEMBER 2011

39 WINGS MAGAZINE

Tempatnya sederhana, sesederhana Hj. Zubaidah sang pemiliknya. Ya, kedai yang menjual Eungkot Paya (ikan air tawar) ini sudah buka sejak 30 tahun lalu. Hj. Zubaidah yang dibantu Zulkarnain, anaknya ini menyiapkan sendiri menu istimewa. Tiap hari buka jam 11 dan rata-rata Eungkot Paya habis jam 2 siang. Padahal dalam sehari bisa menghabiskan lebih dari 12 kilogram ikan. Ikan yang dipakai adalah ikan gabus. Benar saja, makanan masih proses dimasak sudah banyak pelanggan yang menunggu. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya makananpun terhidang di meja. Sepiring Eungkot Paya, berupa potongan ikan gabus yang dimasak dalam kuah santan mirip gulai. Rasa rempah yang kuat menambah nikmat makanan ini yang di dalamnya juga terdapat jantung pisang, batang dan bunga kecombrang, cabai hijau dan daun temurui. Daging ikan yang gurih benar-benar pas berpadu kuah santan dan wanginya bunga kecombrang membuat suapan demi suapan tak berhenti hingga semua yang di piring ludes. Ikan gabus yang ukuran kecil disajikan dengan cara digoreng garing sebagai lauk pendamping. Dan siang itu, segelas es buah pepaya serut dicampur cincau dan sirup menjadi penutup yang menyegarkan. Hmmm‌yummy!


REFLECTION

Kilometer Nol OLEH: Jemy V. Confido

‘C, A minor, D minor, ke G ke C lagi’.

SEPTEMBER 2011

- Kuburan -

WINGS MAGAZINE

40

ayangkan situasi berikut ini. Dua buah mobil A dan B dengan tipe yang sama masingmasing memuat empat penumpang (satu di antaranya menjadi pengemudi) melaju dengan kecepatan yang sama. Kedua mobil tersebut berangkat pada saat yang bersamaan dari kota yang sama (sebut saja kota Derita) menuju ke tujuan yang sama (sebut saja kota Bahagia) yang berjarak 400 KM. Setiap dua jam, pengemudi mobil A dan mobil B harus diganti oleh salah satu dari ketiga penumpang lainnya. Kedua mobil tersebut berangkat dengan bahan bakar yang sama dan memuat perbekalan yang sama. Selama perjalanan, kedua mobil tersebut tidak berhenti kecuali untuk melakukan pergantian pengemudi. Baik para penumpang di Mobil A maupun para penumpang di Mobil B sama-sama tidak tahu jalan yang pasti menuju ke kota Bahagia. Mereka hanya mengetahui bahwa kota Bahagia berada di sebelah utara kota Derita. Bedanya, setiap kali berganti pengemudi, pengemudi di mobil A akan kembali ke titik awal perjalanan di kota Derita sedangkan pengemudi di mobil B akan meneruskan perjalanan ke arah utaran. Tentu saja pengemudi

di mobil B sesekali menyesuaikan arah berdasarkan informasi yang dimilikinya dan bahkan juga berdasarkan intuisi. Namun tidak pernah kembali ke arah awal perjalanan. Mereka tetap melaju ke utara. Manakah dari kedua mobil tersebut yang memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai kota Bahagia terlebih dahulu? Jawabannya jelas mobil B. Memang benar, mobil B tidak bisa dijamin juga akan bisa benarbenar mencapai kota Bahagia. Tapi yang pasti, mobil B memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan mobil A yang sudah pasti akan kembali ke titik awal perjalanan di kota Derita setiap kali dilakukan pergantian pengemudi. Kisah ilustrasi di atas merupakan filosofi dari kilometer nol. Apa pun yang terjadi, sejauh apa pun usaha dilakukan, tidak ada kemajuan yang bisa diperoleh karena setiap kali terjadi pergantian pemimpin (pengemudi), maka pemimpin baru tersebut akan merombak semua yang telah dilakukan pendahulunya. Baik yang sudah baik, apalagi yang masih jelek. Rumus kilometer nol sangat sederhana: pemimpin baru harus datang dengan gebrakan baru. Benarkah filosofi kilometer nol ini?

Dalam leadership, seorang pemimpin atau leader harus memiliki visi yang kuat dan mengarahkan setiap individu di dalam organisasi atau institusi yang dipimpinnya untuk mencapai kinerja terbaik mereka dalam rangka mewujudkan visi tersebut. Jadi singkatnya, ada dua ukuran praktis apakah seorang leader dinilai berhasil atau gagal. Yang pertama, apakah visi yang dicanangkannya mengarah ke tujuan yang tepat. Dan yang ke-dua, sejauh mana ia berhasil mencapai visinya tersebut. Sebagai contoh, Lee Kuan Yew dinilai berhasil karena ia dengan tepat membangun visi Singapura agar memiliki standar hidup seperti Swiss. Dan pada saat pergantian milenium Singapura menyatakan bahwa mereka telah mencapai visi yang dicanangkan empat puluh satu tahun yang lalu itu. Saat itu, Lee memang sudah tidak menjadi Perdana Menteri, tapi tidak diragukan lagi bahwa keberhasilan Singapura adalah karena peranannya yang sangat vital. Satu hal yang perlu digaris bawahi di sini, visi itu sendiri tidak perlu selalu berasal dari sang leader. Yang penting di sini adalah sang leader mempunyai


hal-hal yang telah dicapainya dan hal-hal yang sebaiknya dilanjutkan. Yang lebih buruk, leader lama bisa khawatir bila penggantinya dinilai lebih sukses demikian pula sang pengganti khawatir bila keberhasilannya nanti dianggap hanya meneruskan pekerjaan pendahulunya. Mungkin karena itulah muncul semacam keyakinan bahwa leader yang baru harus memiliki gebrakan baru. Seolah-olah apa pun yang ditinggalkan oleh leader yang lama harus dirombak baik yang sudah baik apalagi yang masih jelek. Akhirnya terjadilah leadership at zero kilometer. Setiap kali ganti pemimpin atau pejabat maka visi, strategi dan program akan berubah. Ya itulah, kembali lagi ke kilometer nol. Tentu, tidak semua yang ditinggalkan leader sebelumnya harus diteruskan. Tapi tidak semuanya

juga harus ditinggalkan bukan? Bagi seorang leader, membawa institusinya mencapai visi yang sudah dicanangkan bisa jadi lebih penting daripada hanya sekedar mencanangkan visi yang baru. Itulah sebabnya para calon executive di Jepang akan ’dimagangkan’ kepada pendahulunya selama paling tidak enam bulan sebelum benar-benar mengambil alih jabatan tersebut. Sebuah acara serah terima yang berlangsung selama satu jam dan lebih banyak diisi dengan seremoni tidak akan cukup untuk menggerakkan sang leader penerus agar tidak kembali ke kilometer nol. Lalu bagaimana seandainya visi di era leader yang lama memang benar-benar sudah tidak fit lagi dengan tantangan yang terjadi saat ini karena perubahan lingkungan? Tentu saja leader penerus memiliki hak perogatif penuh untuk mengubah visi tersebut. Asalkan jangan sebaliknya, ketika visi yang lama masih sangat relevan, leader yang baru melakukan perombakan-perombakan yang tidak perlu sehingga yang ia lakukan hanyalah kembali ke kilometer nol. Sebaliknya, leadership kilometer nol ini bisa juga terjadi ketika leader pendahulu tetap menahan leader penggantinya agar meneruskan visi dan programnya padahal lingkungan dan tantangan di sekitarnya telah berubah. Hal ini biasanya terjadi ketika leader pendahulu terlalu berkharisma sehingga ia memiliki pengaruh yang kuat meskipun sudah tidak lagi menduduki kursi kepemimpinan. Agar seorang pemimpin, baik yang baru maupun yang lama, tidak menjebak institusi yang dipimpinnya pada kilometer nol, dibutuhkan kebesaran jiwa dalam diri seorang leader. Tanpa kebesaran jiwa seperti itu, leader demi leader hanya akan membawa institusi yang dipimpinnya berputar-putar ke sana ke mari dan akhirnya kembali lagi ke C seperti www.jemyconfido.com sebuah lagu.

SEPTEMBER 2011

sangat mungkin diaplikasikan andai saja kedua leader tersebut mendiskusikan apa yang telah dilakukan, apa yang harus dilanjutkan dan apa yang bisa diperbaiki dari leader sebelumnya. Sayangnya, pilihan ini menjadi tidak mudah ketika kedua leader tidak saling melakukan pembicaraan yang serius dan tidak bersedia mengambil komitmen untuk melanjutkan pencapaian visi yang telah dicanangkan tersebut. Sangat jarang leader yang baru benar-benar bertanya kepada leader pendahulu untuk menjelaskan visinya serta

41 WINGS MAGAZINE

komitmen yang kuat terhadap visi yang benar. Persoalan mendasar antara seorang leader dan visi yang hendak dicapainya adalah karena seringkali leader tersebut menjabat dalam kurun waktu yang lebih singkat dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkan visinya itu. Kembali ke contoh Lee Kuan Yew tadi, ia memang menjadi perdana mentri selama tiga puluh satu tahun tahun namun untuk mewujudkan Singapura yang memiliki standar hidup seperti Swiss dibutuhkan waktu lebih lama. Lalu bagaimana mengatasi dilema tersebut? Ada dua pilihan praktis. Pilihan pertama adalah memberikan sang leader waktu yang cukup untuk mewujudkan visinya dengan asumsi sejak awal visinya tersebut telah disepakati dan diyakini memang paling tepat. Namun karena sang leader akan diberi waktu yang cukup lama, maka perlu dipastikan leader yang dipilih adalah leader yang benarbenar mumpuni secara intelektual, emosional dan spiritual. Persoalannya, leader seperti ini baru bisa terpilih setelah melalui serangkaian tes yang membutuhkan waktu lama. Dalam dunia bisnis, kita mengenal Jack Welch sebagai contoh leader yang lahir dari proses seperti ini. Sebelum Reginald Jones meletakkan jabatannya sebagai CEO, General Electrics menyeleksi sekitar seribu lima ratus orang kandidat dan melakukan berbagai tes sebelum akhirnya pilihan jatuh kepada Jack Welch. Jack Welch merangkak ke posisi puncak mulai dari vice president pada tahun 1972 hingga akhirnya menjadi CEO pada tahun 1981. Selama sembilan tahun Jack dikader tapi kemudian ia diberi kesempatan selama dua puluh tahun untuk memimpin GE. Pilihan yang kedua yaitu kesinambunban antara program kerja sang leader pendahulu dengan program kerja sang leader penerus. Secara teknis, saran ini sebenarnya


DESTINATION

PANTAI

BASIS PERANG DUNIA II

SEPTEMBER 2011

Teks & Foto : Ristiyono

WINGS MAGAZINE

42

B

isa jadi belum banyak yang tahu akan pesona wilayah paling timur Indonesia ini. Keterbatasan sarana transportasi dan mahalnya ongkos untuk menembus wilayah ini tidak menjadikan mudah setiap orang untuk berkunjung. Hollandia (nama yang diberikan untuk Papua pada masa pendudukan pemerinah Belanda) menyimpan berjuta pesona alam yang luar biasa indah. Ini menjadi potensi wisata yang bisa dikembangkan di Papua. Tidak salah jika kecantikannya ini akhirnya membawa seorang Ari Sihasale mengangkatnya dalam film berjudul Denias, Senandung di Atas Awan beberapa tahun lalu. Jayapura, Papua, provinsi paling timur wilayah kepulauan Indonesia ini pernah menjadi saksi sejarah Perang Dunia II. Karena itu di beberapa

lokasi dapat dijumpai sisa-sisa peninggalan Perang Dunia II ini berupa bangkai tank, kapal dan peralatan perang lainnya. Seperti tadi sudah dikemukakan, wilayah ini memang memiliki tempat-tempat yang mengasyikkan seperti pantai, sungai, laut, danau, gunung hingga adat dan budayanya yang mengundang decak kagum hingga ke manca negara. Ya, salah satu tempat wisata yang elok adalah pantai Base G (baca besji). Nama yang cukup aneh untuk sebuah pantai, kenapa Base G? Rupanya pantai ini dulu pernah dipakai sebagai salah satu Basis G (pusat logistik) oleh tentara sekutu pada masa Perang Dunia II. Hamparan pasir putih yang lembut, deburan ombak yang tidak begitu tinggi dengan garis pantai yang panjang dan landai serta air yang membiru menjadi pemandangan yang indah di pantai ini. Pantai ini terletak

di sebelah barat kota Jayapura, tidak memakan waktu lama dari pusat kota ditempuh dengan kendaraan pribadi. Pantai Base G ini terkenal masih alami, asli dengan keelokan pemandangan perpaduan dari hijaunya pepohonan yang rindang berpadu indah dengan hamparan pasir putih dan biru jernihnya air laut. Luar biasa! Tidak salah jika pantai ini seolah menjadi magnet yang mampu menarik perhatian masyarakat Jayapura untuk mengunjunginya. Pada hari libur atau saat-saat tertentu warga Jayapura berbondong-bondong berwisata kesini. Tapi jangan kaget jika hari Minggu pagi biasanya pantai ini cenderung sepi. Ya, soalnya sebagian besar warga Jayapura pada hari Minggu pagi masih beribadah di gereja. Nah, menjelang siang hingga puncaknya sore pantai ini bakal penuh pengunjung.


SEPTEMBER 2011

Seperti saya dengan beberapa kawan pagi itu menyempatkan diri meluncur ke pantai Base G. Benar saja tidak beberapa lama dari pusat kota Jayapura, saya disambut suasana teduh, rindang dengan pepohonan yang tumbuh di sepanjang pinggir pantai. Tentu saja hal ini menyejukkan mata. Angin pantai menelusup diantara pepohonan sepoi-sepoi membelai tubuh menjadikan tempat ini ideal untuk beristirahat sejenak. Bukan hanya sejenak, bisa-bisa kita terkantuk-kantuk dibuatnya jika berlama-lama di bawah pepohonan ini. Suasana pagi itu masih sepi, belum ada pengunjung. Wah, luar biasa! Hamparan pasir putih seolah tak rela dibiarkan lama-lama begitu saja tanpa ada yang membelainya. Serta merta kami langsung menceburkan diri di air pantai yang begitu jernih. Puas berenang, sesaat istirahat rebahan di hamparan pasir yang lembut.

Angin pantai menelusup diantara pepohonan sepoi-sepoi membelai tubuh menjadikan tempat ini ideal untuk beristirahat sejenak

Ada yang menarik perhatian dimana ada bapak dengan beberapa anaknya sibuk memasang jaring ikan dari pinggir pantai hingga agak ketengah. Sementara anak-anak yang lain bermain dengan ban dipinggir pantai sambil sesekali berlarian menceburkan diri ke pantai. Lucu juga mencermati polah tingkah mereka. Aktifitas warga sekitar pantai mencari ikan ini turut mewarnai keindahan pantai Base G di pagi hari. Rasa penasaran membawa saya akhirnya berinteraksi dengan mereka. Mencari

ikan menjadi rutinitas mereka tiap pagi. Hanya sekedar buat lauk pendamping sarapan mereka menjaring ikan, bukan untuk dijual. Mereka hidup dengan pola yang sederhana. Sagu sebagai makanan pokok tinggal tebang, ikan sebagai lauk tinggal jaring di pantai. Alam yang menghidupi mereka. Pantas, hanya menangkap beberapa ekor ikan saja buat mereka itu cukup. Ternyata pesona pantai ini bukan hanya memuaskan mata saja melainkan juga mampu menghidupi penduduk setempat.

WINGS MAGAZINE

43


TIPS

SEPTEMBER 2011

Makan Bijak Saat Idul Fitri

WINGS MAGAZINE

44

Idul Fitri datang. Dan itu identik dengan munculnya sajian makanan-makanan menarik yang sering tidak didapati sehari-hari. Semuanya enak-enak. Dari mulai segala makanan yang mengenyangkan hingga kue-kue. Dan kitapun tergoda untuk menikmatinya sampai susah untuk mengontrol diri kita untuk tidak mengonsumsinya dengan berlebihan. Tanpa disadari, makanan yang terlalu banyak kita konsumsi bisa mengakibatkan timbulnya lemak yang berlebihan serta kolesterol tinggi. Seperti kita ketahui, lemak dapat membuat bobot badan kita semakin besar, dan kolesterol tinggi serta tekanan darah tinggi menjadi pembunuh utama manusia. Kolesterol yang menumpuk bisa mencemari pembuluh darah, menyebabkan plak dan menyumbat aliran darah.

Untuk itu, kita harus bisa menyiasati pola makan saat Idul Fitri, seperti beberapa petunjuk di bawah ini : • Jangan terlalu banyak makan yang dingindingin, karena menurut riset dokter air dingin dapat menggandakan lemak yang ada dalam tubuh. • Boleh makan makanan yang berlemak, tetapi secukupnya. • Jangan lupa memakan buah agar pencernaan lancar dan semua makanan yang kita makan tidak seluruhnya menjadi daging di tubuh. Karena buah banyak seratnya. • Hindari makanan yang tidak boleh dikonsumsi banyak mengandung kolesterol, seperti telur, babat, gajih, kulit, kikil dan lain-lain. • Batasi makanan yang mengandung lemak seperti makanan yang mengenakan santan, mentega, keju, dan susu full cream.

• Batasi karbohidrat murni, yakni, gula pasir, soft drink, madu, sirup, dan lain-lain. • Perbanyak makanan yang mengandung vitamin B3, karena akan menurunkan kolesterol dan menurunkan gumpalan darah seperti, kacang tanah, tahu, tempe, dan ragi. • Perbanyak makanan yang berserat, karena makanan yang berserat akan menghambat penyerapan kolesterol seperti, kulit gandung, bubur, beras merah, kacang-kacangan, buah-buahan, rumput laut, cincau dan sebagainya. Dari petunjuk-petunjuk di atas, semoga bisa membantu Anda untuk menghindari jenis makanan yang mengakibatkan timbulnya lemak dan kolesterol yang tinggi serta dapat mensiasati pola makan anda. Semoga bermanfaat.


WINGS MAGAZINE

45

SEPTEMBER 2011


WINGS MAGAZINE SEPTEMBER 2011

ROUTE MAP

46


WINGS MAGAZINE

47

SEPTEMBER 2011


Selamat Datang... Apa yang harus anda ketahui

SEPTEMBER 2011

Tentang keamanan, kenyamanan dan keselamatan Anda didalam pesawat

WINGS MAGAZINE

48

PONSEL Semua ponsel dan peralatan elektronik yang menggunakan pemancaran radio tidak diperbolehkan selama berada didalam pesawat, hal ini sangat mengganggu sistem navigasi dan komunikasi dengan menara pengawas setempat. PERALATAN ELEKTRONIK Untuk penggunaan Laptop dan PDA boleh dipergunakan setelah fasten seatbelt “OFF” dengan menggunakan flight mode. Setelah fasten seatbelt “ON” untuk persiapan mendarat maka penumpang harus mematikan pengguna laptop dan PDA tersebut. BARANG -BARANG BERBAHAYA LAINNYA Barang- barang yang mudah terbakar (seperti korek api), meledak (petasan), material yang mengandung magnet, baterai, tabung gas, tidak diperbolehkan untuk dibawa. MEROKOK Peraturan Pemerintah melarang kegiatan merokok selama dalam penerbangan, Terdapat detektor asap disemua toilet dan akan dikenai sanksi bagi yang melanggar peraturan. PERJALANAN DENGAN ANAK-ANAK Wings Air tidak menyediakan makanan bayi untuk rute domestik dan popok tidak disediakan dipesawat. Wings Air hanya menyediakan air panas untuk susu bayi.

BAGASI Barang atau benda tajam harus di pak dalam bagasi dan tidak diperkenankan untuk dibawa kedalam bagasi kabin. Bawalah benda berharga dalam tas yang anda bawa sendiri. Perhatikan berat bagasi anda. • Bagasi untuk Rute Domestik Kelas Ekonomi : 25 kg - MD Series : 15 kg - ATR

UTAMAKAN KESELAMATAN • Sabuk pengaman harus selalu terpasang sewaktu take-off dan landing. Dianjurkan untuk selalu memasang seat belt selama penerbangan. •

Barang bawaan harus diletakan di atas kepala atau dibawah kursi di depan anda.

Silakan membaca kartu instruksi keselamatan yang terdapat di dalam kantung kursi. Di kartu tersebut anda bisa mengetahui pintu darurat dan letak jaket pelampung.

Perhatikan baik-baik demo keselamatan dan instruksi yang diberikan oleh cabin crew.


WINGS MAGAZINE

49

SEPTEMBER 2011


WINGS MAGAZINE

50 SEPTEMBER 2011


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.