S I L U N S NULI E R U T C I P N MOTIO
LOST IN TRANSLATION THE INSULT Bacaan ngabuburit Edisi Ramadhan 1439 H/ 2018 M
CC 4.0 Atribusi non-komersil berbagi serupa
foto cover: theredlist.com
SO MANY GOOD MOVI
H
ingar bingar film superhero selama kuartal pertama 2018 masih terus berlanjut. Setidaknya hingga bulan Mei ini dua film superhero rilisan Marvel, Black Panther dan Avengers: Infinity War berhasil menyedot animo penonton yang sangat banyak bahkan menjadi topik hangat di kalangan cinemagoers. Belum juga Avengers selesai merajai layar bioskop Indonesia (per 15 Mei 2018) tiga pekan pasca perdana tayang, Deadpool 2 sudah nangkring di daftar penjualan tiket. Bukti nyata tren positif Marvel yang terus memborbardir dengan film-film ciamik yang mampu bertahan lama. Infinity War tidak diperlakukan sebagai cash grab oleh Marvel, ulasan dengan rating tinggi dari kritikus film menjadi bukti shahih Marvel tidak bermain-main atau hanya sebatas membuat film fan service. Reputasi franchise Marvel
Cinematic Universe (MCU) dijaga dengan baik. Tak mau ketinggalan hype, skena meme lokal turut meramaikan dengan unggahan dalam skala masif. Peran mereka turut membantu kedua film tersebut terus populer. Imbasnya, film-film lain seolah tertelan, kurang mendapat publikasi atau ulasan, bahkan tidak mendapatkan jatah tayang di Indonesia demi lahan basah film superhero yang sangat menguntungkan.
Berbaga dan forum menyebut Lost in Tr merupakan through ka Scar
Kabarnya, berbagai rekor ‘terbanyak’ berhasil mereka pecahkan. Intinya Avengers: Infinity War menjadi mimpi basah pengelola bioskop. Tak ada yang dirugikan dari performa menakjubkan ini, semuanya untung, kecuali, tentu
IES, SO LITTLE TIME saja, sineas yang film nya tidak kebagian layar atau hanya mendapat jatah sebentar saja juga penonton yang kekurangan pilihan film karena kooptasi layar.
sia juga dirajai oleh Finding Nemo dan seri pertama Pirates of Caribbean langsung menjadi idola masyarakat. Bagi saya sendiri The Last Samurai masih menjadi salah satu Maka, sebagai penonton yang film terfavorit. Namun diantara merasa kekurangan judul-judul besar tersebut terselip variasi film ada satu film underrated (mengacu kebaiknya kembali pada bahasan umum film di Indomembuka koleksi nesia) Lost in Translation. lama yang belum Di Avengers, tokoh Black sempat ditonton. Widow yang diperankan Scarlett H i t u n g - h i t u n g Johansson menjadi salah satu yang penyegaran diten- paling banyak mendapat perhagah badai spoiler tian. Tapi bagaimana ketika nama layar tangkap insta Scarlett belum setenar sekarang? story yang dicacimaki oleh kalan- Berbagai media dan forum internet gan warganet Instagram. menyebutkan bahwa Lost In TransMenarik mundur ke 14 ta- lation merupakan film breakthrough hun silam, lineup film 2003 men- karir akting Scarlett. Disutradai jadi salah satu tahun rilisan film oleh Sofia Coppola film yang rilis favorit saya. Quentin Tarantino pada September 2003 ini menjadengan Kill Bill nya, Peter Jackson di pilihan saya kali ini. Kebetulan mengeluarkan seri ketiga The Lord juga sudah menjadi agenda watchof The Rings, layar bioskop Indone- list cukup lama.
ai media m internet tkan bahwa ranslation n film breakarir akting rlett.
ALL HAIL ChRISTOPHER
2001: A Space Odyssey disempurnakan (bukan remaster) dari format aslinya yang 70mm menjadi film UHD dan kembali tayang di layar lebar!
R NOLAN! ALIAS GRACE
DARK SEASON 1
BIG LITTLE LIES
9/10 NETFLIX
8/10 NETFLIX
9/10 HBO
Setelah sukses dengan The Handmaid’s Tale, novel karya Margaret Atwood kian banyak diminati. Kali ini giliran Netflix mengadaptasi Alias Grace, novel yang pertama kali terbit pada 1996. Cerita berpusat pada Grace, seorang pembantu rumah migran yang dipenjara karena dituduh membunuh majikannya sendiri. Dr. Simon Jordan -psikiater- ingin membuktikan kebenaran itu dengan langsung mewawancarai nya. Setiap hari Grace keluar dari sel nya untuk bekerja membersihkan rumah pimpinan lapas. Di rumah itu lah Grace dan Dr. Jordan bertemu. Cerita Grace pada Dr. Jordan sedikit demi sedikit membuka bagaimana kisahnya bisa sampai berada di penjara. Tentang cinta dan persahabatan, tentang bertahan hidup, tentang kepribadian ganda. Walaupun alur maju mundur, Anda tidak akan kesulitan mengikuti jalan cerita nya. Miniseries ini terdiri dari 6 episode dengan rata-rata durasi 1 jam per episode nya.
Banyak yang bilang serial Jerman membosankan, bahkan jika bertanya pada orang Jerman sendiri. Dark berhasil keluar dari stereotip tersebut. Alkisah di kota Winden (kota fiksi) dekat dengan pusat pengembangan nuklir, Erik Obendorf -seorang pengedar ganja di SMA- hilang. Selain mencari nya, orangorang tentu mencari ganja Erik. Jonas baru saja sekolah lagi setelah beberapa bulan sebelumnya ayahnya bunuh diri. Bertemu dengan kawan dan kecengannya di sekolah, mereka pergi ke hutan mencari tempat disembunyikannya ganja Erik. Hal aneh terjadi, Mikkel Nielsen hilang ketika sedang melarikan diri bersama Jonas. Mikkel ternyata menjadi time traveler dan kembali ke tahun 1986 ketika orangtuanya masih SMA. Sialnya dia tidak bisa kembali. Di timeline 2019 ayah Mikkel, Ulrich, Mencari kebenaran dimana anaknya berada. Kejanggalan Winden dibongkar satu persatu oleh kebenaran di luar nalar antara Mikkel, Jonas, dan Ulrich.
Jane dan anaknya Ziggy baru saja pindah ke Monterrey, California. Di hari pertama sekolah, HARI PERTAMA! walikelas Ziggy sengaja menahan semua murid di depan orangtua karena Anabella mengaku mendapatkan kekerasan. Anabella menuduh Ziggy sebagai pelakunya, entah mengapa semua orang percaya. Bisa dibayangkan bagaimana psikologi seorang anak kecil yang dituduh melakukan kekerasan terhadap teman sekelas dihadapan semua teman kelas dan orangtuanya. Kasus anak menyeret orang tua ini bukan lagi perihal masalah anak, namun juga harga diri dan persahabatan. Jane beruntung, dia menemukan Celeste dan Madeline yang bersimpati dan berkubu kepadanya. Konflik sepele yang seharusnya bisa diselesaikan pada hari itu juga menjadi kompleks. Seperti judulnya, semua permasalahan dibangun atas kebohongan, atas trauma dan semua masa lalu yang melilit kehidupan mereka.
THE INSULT DAN PERMASALAHAN SOSIAL DI LEBANON
“NO ONE H AS A MONOPO LY OF SUFFERIN G”
D
alam perhelatan Academy Award 2018, The Insult menjadi salah satu nominasi film berbahasa asing terbaik. Walaupun harus pulang dengan tangan kosong setelah A Fantastic Woman menggondol trofi. Mengangkat isu yang dianggap tabu, film ini menjadi penting untuk ditonton.
’T N O D U O “Y HAT W W O N K NG I R E F F U S IS” “THE TRUTH IS THEY’RE THE PRODUCT OF AN OLD WOUND THAT HAS NEVER HEALED”
Y
asser Abdallah Salameh (Kamel El Basha), seorang kontraktor bangunan sedang mengarahkan anak buahnya dalam proyek pembangunan di suatu pemukiman. Yasser merupakan seorang pengungsi Palestina di Lebanon. Siang itu nasibnya sedang sial, ia terguyur air yang berasal dari saluran pembuangan yang mengarah langsung ke jalan dari balkon rumah Toni Hanna (Adel Karam). Toni, loyalis Partai Kristen Lebanon yang sedang menyiram pot rupanya dengan sengaja melakukan hal tersebut. Sebagai pekerja bangunan Yasser tahu bahwa kucuran pembuangan yang mengarah ke jalan melanggar hukum Lebanon. Yasser lantas mengetuk pintu rumah Toni meminta ijin memperbaikinya karena merasa ini merupakan tanggungjawabnya. Toni dengan sinis menolak tetapi Yasser tetap memperbaiki secara cuma-cuma saluran air itu. Dengan alasan ranah privat (rumah) nya dilanggar, Toni menghancurkan paralon yang dipasang. Merasa tidak terima Yasser mengucapkan sumpah serapah kepada Toni sambil berlalu. Kejadian yang nampak sepele ini akhirnya membawa mereka berdua ke kasus yang lebih besar. Membawa serta
sentimen sektarian antara pengungsi Palestina di kubu Yasser dan Kristen Lebanon di kubu Toni. Segregasi sosial dan xenofobia berperan besar menyeret kasus ini ke politik identitas. Sentimen terhadap pengungsi Palestina di Lebanon. Membahas bagaimana konflik dalam film ini bisa terjadi tidak lepas dari bagaimana warga Palestina menjadi pengungsi di Lebanon. Bagi penonton yang kurang paham dengan latar belakangnya, dalam film tidak dijelaskan bagaimana pengungsi Palestina bisa masuk ke Lebanon dan seperti apa posisi mereka sekarang. Akan tetapi The Insult dengan apik membalut cerita tanpa perlu penonton terlebih dahulu harus mengetahuinya. Warga Palestina sudah menjadi pengungsi di Lebanon sejak tahun 1948. Pada awalnya dibagi kedalam beberapa kamp, saat ini sudah ada 12 titik kamp pengungsi Palestina di Lebanon. Kekalahan Ottoman pada Perang Dunia I berakibat adanya kekosongan otoritas di wilayah yang kini menjadi Yordania, Israel, dan Palestina. Untuk mengatasinya Liga Bangsa-bangsa memberikan mandat pada Britania Raya untuk mengambil alih administrasi di wilayah
tersebut. Mandat Britania di Palestina berlangsung selama periode 1920-1948. Wilayah Mandat Britania untuk Palestina ditempati oleh etnis Arab dan Yahudi. Selama periode ini tidak jarang terjadi ketegangan dan saling iri. Etnis Arab menilai Britania lebih mendahulukan kepentingan Yahudi. Salah satu yang terbesar adalah pemberontakan dan protes tahun 1936-1939. Perebutan Yerusalem yang menjadi kepentingan masing-masing kubu masih terus berlangsung hingga hari ini. Di samping itu Yordania terlebih dahulu merdeka pada 1946. Pasca Perang Dunia II, Perserikatan Bangsa-bangsa memutuskan resolusi pembagian menjadi tiga wilayah. Pendirian Negara berdaulat Arab (Palestina), Negara Berdaulat Yahudi (Israel), dan wilayah khusus Yerusalem. Resolusi PBB hanya menghasilkan penolakan dari pihak terdampak. Perang sipil pecah pada Desember 1947. Negara tetangga seperti Yordania, Mesir, Iraq, dan Suriah turut serta membantu Palestina. Mei 1948. Konflik meluas menjadi perang Arab-Israel. Pada akhirnya Israel memenangkan perang dan berhasil merebut banyak daerah yang seharusnya menjadi bagian Palestina. Warga yang terdampak akhirnya harus memilih untuk mencari penampungan sementara, beberapa diantaranya masuk ke Lebanon. Namun kampung halaman mereka tetap menjadi bagian dari wilayah Israel, para pengungsi terpaksa bertahan di Lebanon, sampai hari ini. Keberanian Ziad Doueiri Sutradara Ziad Doueiri tidak segan mengangkat isu sensitif dalam The Insult. Keberanian Ziad diperlihatkan melalui latar belakang karakternya. Toni adalah seorang anggota Par-
tai Kristen Lebanon yang hadir dalam setiap kampanye partainya. Berhaluan sayap kanan, Toni selalu mendengarkan propaganda yang mengecam kehadiran pengungsi Palestina. Singkatnya, sikap ketidaksukaannya terhadap pengungsi Palestina di Lebanon terpengaruhi propaganda partai. Sikap Toni bisa dianalogikan seperti ini: Jika yang menawari perbaikan saluran air bukan seorang imigran Palestina, atau katakanlah jika yang menawari nya adalah sesama Kristen Lebanon Toni pasti dengan senang hati menerimanya. Yasser yang asli kelahiran Palesti-
na mengungsi ke Lebanon karena kampung halamannya diduduki oleh Israel. Dia kemudian tinggal di tempat detensi bersama sekitar 500.000 orang pengungsi lainnya. Hak pengungsi Palestina untuk bekerja dibatasi, oleh karena itu status kepegawaiannya ilegal dan sangat riskan jika tersangkut kasus. Walaupun sudah berpuluh-puluh tahun berintegrasi menjadi bagian dari Lebanon, pengungsi Palestina belum mendapatkan kesempatan untuk menjadi warga negara Lebanon. Sebagai kelompok marjinal yang
hak-hak nya banyak ditanggalkan, atasan Yasser panik dan menyuruhnya agar segera meminta maaf. Pasalnya perusahaan ingin tetap mempertahankan Yasser karena gesit. Walaupun sempat enggan, Yasser akhirnya berkenan meminta maaf. Yasser yang datang ke bengkel Toni membatalkan niatnya karena di saat yang bersamaan Toni sedang mendengarkan propaganda anti-pengungsi Palestina. Toni memprovokasi dengan “kuharap Ariel Sharon menghapus kalian semua� , alih-alih meminta maaf Yasser memukul
Toni hingga dua tulang rusuknya patah. Kasus antara kedua orang ini berakhir di meja persidangan. Inti cerita banyak berkembang di persidangan hingga semakin kompleks bahkan menjadi isu nasionalisme. Meluasnya kasus ini tidak terlepas dari kedua pengacara di persidangan yang membawa agenda masing-masing. Pengacara Yasser pro pengungsi Palestina sedangkan pengacara Toni tidak suka jika pengungsi menang. Satu hal yang menarik bahwa kedua pengacara ini berasal dari
kalangan Kristen. The Insult mengambil latar waktu tahun 2016, digambarkan melalui keterangan Toni yang lahir pada 1970 berusia 46 tahun. United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) yang diwakili oleh Palestine in the Near East (UNRWA) adalah pihak yang menangani pengungsi Palestina di seluruh dunia. Dalam persidangan pengungsi Palestina berhak mendapat bantuan advokasi gratis dari UNRWA, namun tidak mencakup masalah kriminal. Maka tidak salah ketika Yasser menolak bantuan pengacara yang datang kepadanya dengan alasan tidak mempunyai dana. Pada titik ini posisi Yasser jelas terpojokkan. Bisa Anda bayangkan bagaimana ketegangan pengungsi Palestina (yang saat ini angkanya sekitar 500.000 atau 10% total populasi Lebanon), mereka bisa saja diusir dari Lebanon. Di sisi lain para pengungsi sudah lelah dengan hidup mereka dan menginginkan kondisi yang lebih layak serta terbukanya akses mata pencaharian. Hingga hari ini sudah banyak dari para pengungsi ini yang tidak pernah menapakkan kaki di Palestina karena lahir dan dibesarkan di Lebanon. Menghadapi isu sektarian seperti ini, membela sesamanya merupakan sebuah kewajiban. Kepiawaian Ziad dalam meramu tensi patut diapresiasi. Di tengah film, eskalasi konflik cenderung mengarah kepada minoritas vs mayoritas. Kondisi yang dibuat seolah-olah kelompok mayoritas yaitu warga negara Lebanon sendiri tersudut dan harus mengakui kesalahannya. Memperkarakan pengungsi Palestina bukan berita bagus jika tersebar ke khalayak internasional. Isu sejarah Palestina terus digoreng oleh pengacara Toni, di kubu Yasser kese-
tiaan Toni kepada Bachir Gemayel diargumentasikan sebagai penyebab semua ini terjadi. Gemayel memainkan peran penting dalam terbentuknya konflik Toni-Yasser, namun tentu dia tidak hadir dalam film. Lagi-lagi kepiawaian Ziad dalam meramu cerita. Kebencian Toni pada pengungsi Palestina bukan tanpa konteks, peristiwa berdarah meliputi masa kecilnya. Toni menjadi korban selamat dalam peristiwa pembantaian Damour 1976 yang salah satu kubu pelaku nya adalah orang Palestina. Maka tidak heran trauma masa kecil Toni menjadi kebencian seumur hidup terhadap Palestina. Sudah mulai terbaca polanya? Ya, keduanya mempunyai trauma masa kecil. Konflik antara mereka merupakan kontruksi yang dibangun oleh generasi sebelumnya. The Insult menjadi potret menarik bagaimana kondisi sebenarnya yang terjadi saat ini. Jutaan orang harus menerima nasib buruk dan saling benci karena kesalahan pendahulunya. Analogikan jika mereka tidak pernah tahu sejarah, apakah rasa saling benci akan muncul? Kemungkinannya kecil. Bukan berarti tidak baik mempelajari sejarah, justru dalam film ini dengan sangat baik pesan tersirat disampaikan, bahwa keduanya adalah korban sistem dan oleh karenanya tugas generasi sekarang lah agar mengakhiri semua sentimen yang tidak ada gunanya. Walaupun kondisi preseden mempengaruhi aksi seseorang, kekerasan dalam bentuk apapun itu, tetap tidak bisa dibenarkan.
“WHY ARE YOU DOING THIS?”, Say Yasser as he walk his lawyer, nadine, to her car. “BECAUSE YOU PEOPLE ARE OFTEN DEPRIVED OF YOUR RIGHTS”
Mildred Hayes geram. Kasus pembunuhan anaknya tidak kunjung dipecahkan oleh pihak kepolisian. Kebetulan dekat rumahnya ada tiga billboard yang sudah puluhan tahun terbengkalai. Tanpa pikir panjang ia menyewa ketiga billboard itu selama setahun dengan uang muka sebulan pertama. Siapa sangka nada pro-
Three Billboard Outside Ebbing, Missouri vokatif menagih Bill Willoughby agar segera mengusut tuntas menimbulkan pro dan kontra dan segera tersebar di penjuru kota. Tidak hanya sekedar seorang ibu yang mencari keadilan anaknya, namun juga kemarahan merasa polisi tidak becus. Disisipi komedi, film ini cocok ditonton bareng di kampus terutama bagi mahasiswa yang hendak menggelar aksi protes.
bersenang-senang. Lambat laun afeksi emosional antara keduanya terbangun. Ya ini memang film gay, tapi lebih dari itu ini tentang penemuan jatidiri Elio di masa coming of age alias ABG tanggung. Beruntung keluarga Elio tidak
Call Me By Your Name
mempermasalahkan
orientasi
seksual anaknya, mengingat set-
Apa yang lebih indah bagi pasangan muda-mudi
ting film ini di tahun 1983. Pada
selain menghabiskan waktu liburan musim panas
tahun itu membuka diri sebagai
bersama pasangan? kira-kira itulah yang dirasa-
seorang gay belum lazim.
kan Elio bersama Oliver. Datang jauh dari Amerika Serikat Oliver menghabiskan musim panas mengunjungi keluarga Perlman di Italia hanya untuk
atan yang dibuat di telepon genggam. Karena penasaran mereka memutuskan untuk bertemu. Oh tentu tidak secepat itu karena cerita indah tidak bisa mudah begitu saja diraih. Seperti hal nya mimpi, perpindahan ruh mereka
Kimi No Na Wa (Your Name) Pagi itu Mitsuha terbangun mendapati ruh nya berada di tubuh Taki, begitupun sebaliknya. Terperangkap di tubuh orang lain yang berbeda jenis kelamin saja sudah aneh. Belum lagi terpaksa melakukan kegiatan mereka sehari-hari agar tidak dicurigai. Melawan hukum ruang dan waktu, kejadian aneh ini terus berulang-ulang selang satu hari. Komunikasi antara keduanya hanya bisa lewat cat-
juga akan cepat terlupakan. Usaha untuk bertemu terganjal kenyataan masing-masing.
LOST IN TRANSL
KETIKA SENDIRI ORANG-ORANG CENDERUNG MENCARI PELARIAN, MENCARI SESUATU YANG BARU, MENCARI APA YANG SELAMA INI LUPUT DARI PERHATIAN. SOFIA COPPOLA MENGHADIRKAN ITU SEMUA.
LATION
Perhatian: Tulisan ini memuat banyak spoiler, jika kamu belum nonton Lost in Translation alangkah lebih baiknya nonton terlebih dahulu baru kembali kesini.
“For relaxing time, make it Suntory time!”.
S
aya tidak yakin apakah Lost in Translation sempat masuk bioskop Indonesia atau tidak, pun setelah bertanya kepada beberapa orang tidak ada yang ingat. Jadi anggap saja film ini tidak pernah tayang di Indonesia. Dengan asumsi tersebut tidaklah mengherankan jika tidak banyak yang tahu. Satu hal yang lebih dulu harus diketahui, Lost in Translation membuat Heidegger dan Sartre tersenyum di alam kubur. Film ini berhasil mengangkat krisis eksistensialisme hingga permukaan. Bob Harris (Bill Murray) dan Charlotte (Scarlett Johansson) terdampar di Tokyo dengan alasan yang berbeda namun mempunyai kesamaan. Mereka berdua merasa sendirian atau dalam tingkatan yang lebih ekstrem, terasingkan. Apakah karena gegar budaya? Bisa jadi... tapi tidak juga. Dalam film ini Sofia Coppola menghadirkan kisah dua orang yang kesepian dari Amerika Serikat secara kebetulan bertemu di tempat asing, baik budaya maupun kota. Premis menarik yang jika eksekusi nya kurang baik akan berakhir menjadi film yang biasa saja. Syukurlah Sofia Coppola merupakan orang tepat dalam menyutradarai film dengan premis sederhana seperti ini.
B
Pertemuan dan Perjalanan
ob jetlag ketika sampai di
Tokyo untuk urusan pekerjaan menjadi bintang iklan, belum lagi harus menjumpai kecanggungan ketika disambut di hotel. Charlotte harus ditinggal sendirian oleh pasangannya ke luar kota tanpa merencanakan agenda untuk mengisi waktu sendiri di Tokyo. Bob dan Charlotte mempunyai waktu luang tapi tidak tahu harus menghabiskannya seperti apa/ bersama siapa. Maklum, waktu itu media sosial belum menjadi rutinitas keseharian. Secara kebetulan mereka berada di satu hotel yang sama dan bertemu di bar.
karpet berwarna burundi, menun-
jukkan kemalasan Bob untuk meladeni istrinya. Mungkin Bob memang sudah mengalami midlife crisis sejak sebelum ia terbang ke Jepang.
Charlotte datang ke Jepang bersama suaminya. Walaupun belum lama menikah namun seolah tidak senang terhadap perilaku suaminya yang kerap meninggalkan dan kurang perhatian terhadapnya. Perasaan Charlotte digambarkan dalam adegan telepon ke temannya di Amerika dimana ia mengatakan tidak merasakan apa-apa dan tidak tahu menikah dengan siapa. AdeSetelah menikah selama pu- gan ini kejam sekaligus menyediluhan tahun, Bob tidak benar-be- hkan di saat yang bersamaan. Lanar bahagia, perdebatan sepele gi-lagi Bob dan Charlotte berada beberapa kali ditampilkan. Salah di situasi yang sama, capek, bosan, satunya adegan telepon memilih dan kesepian. Tentu ketika berada
Kisah klise pertemuan tidak sengaja biasanya berakhir dengan sex, Sofia Coppola menghindari adegan itu
di titik nadir setiap orang membu- membutuhkan waktu lama hingga tuhkan suasana baru. mencapai kesimpulan bahwa lawan Banyak yang mengatakan bicara anda senasib dengan anda bahwa ketika seseorang sedang dan untuk itu bisa menjadi kawan merasa tidak baik dia cenderung mengobrol yang baik? Ya kesan itmencari kawan senasib. Disinilah ulah yang muncul di “pertemuan letak jantung Lost in Translation. pertama� mereka. Tentu bukan yang Sedikit saja basa-basi sampai kedu- pertama, karena sebelum itu keduanya merasa mempunyai “keterika- anya sudah lebih dulu bertemu di tan� ketika menghabiskan waktu lift walaupun Charlotte tidak mendi bar. Bisa sedikit ditebak cerita yadarinya. Bob ingat betul melihat berkembang dari rentetan ketidak- Charlotte di lift. sengajaan yang menjadi anasir
hubungan Bob dan Charlotte.
Ketika bertemu di bar, Char-
lotte tidak peduli apakah Bob seKembali ke bar, pernahkah orang bintang terkenal atau buanda bertemu seseorang yang asing kan, Bob pun tidak peduli selama lalu ketika bercakap-cakap tidak ia mempunyai rekan yang bisa mengisi kesendiriannya.
Kisah klise pertemuan tidak sengaja biasanya berakhir dengan sex, Sofia Coppola menghindari adegan itu. Keduanya tidak disatukan oleh hasrat yang sama, melainkan perasaan. Sebuah twist sederhana yang menurut saya, sangat tepat dalam konteks kedua orang ini. Mereka justru berkeliling Tokyo mencoba hal-hal yang tidak mungkin dilakukan di Amerika, entah karena hanya ada di Jepang atau karena Bob yang seorang bintang terkenal akan menjadi buruan paparazzi jika ketahuan menghabiskan waktu dengan orang yang bukan istri nya. ***
memperbaiki perasaan mereka. Charlotte yang terlihat menikmati waktu di bar karaoke bahkan keluar dan merenung. Tidak lama kemudian Bob melakukan hal yang sama. Mereka kemudian diam seperti sedang memikirkan sesuatu yang jauh. Di titik ini pengertian dan kesamaan perasaan yang sedang mereka hadapi terkoneksi dengan baik. Mereka berdua jelas masih sangat menyayangi pasangan masing-masing. Bob menelepon istrinya agar bisa berbincang dengan anaknya, juga Charlotte merasa sedikit marah ketika John (Giovanni Ribisi) bertemu kawan lamanya Kelly (Anna Faris) di lobby hotel.
Kembali ke awal, mari saya Sofia sengaja membuat paparkan mengapa Sartre akan pengembangan karakter dibiarsenang menonton film ini. kan masing-masing. Dengan cara Pachinko, pesta narkoba, ini justru mengkorelasikan alasan klub striptease, hingga bar karaoke mengapa kedua orang ini harus sudah dilewati demi mendapatkan bertemu dan mengapa mereka pada “kesenangan�. Hasilnya? Semua akhirnya saling membutuhkan satu yang dilakukan hanyalah fana sama lain. semata, nyatanya tetap tidak bisa
Salah satu adegan krisis eksistensialisme Charlotte yang paling baik menurut saya ketika ia
anti-thesis terhadap perasannya pada John. Perjalanannya ke Kyoto menjadi self-help guna mencari esensi kehidupan. Detail kecil yang berpengaruh signifikan terhadap
perlihatkan pasangan yang akan menikah, terlihat bahagia. Di saat itu Charlotte hanya bisa diam menyaksikan, ia lalu mengunjungi kuil Buddha. Memang tidak diperlihatkan jelas apa yang dilakukannya di kuil Buddha.
jalan cerita. Sedangkan di adegan lain, Charlotte akan merokok jika sedang tidak tahu apa yang dicarinya.
Adegan di Kyoto secara tersirat memperlihatkan Charlotte yang disatu sisi mencari meaning of life di kuil namun di sisi lain mendapati pemandangan pasangan
Tapi pada intinya begini: Baik Bob maupun Charlotte menemukan sesuatu yang hilang itu ketika mereka bertemu. Sinergi saling membutuhkan menjadi simbiosis
seorang diri mengunjungi kuil di Kyoto. Adegan di Kyoto mem-
yang sedang berbahagia, sebuah
Merupakan perenungan besar ketika seseorang tidak lagi memahami dirinya sendiri.
mutualisme. Bagaimana tidak, di waktu mereka tidak bersama kefanaan dan krisis eksistensialisme itu muncul kembali. Saya tidak bilang ini sebuah ungkapan cinta platonik, tidak semudah itu mensimplifikasi perasaan keduanya.
benar pula. Tergantung Bob dan Charlotte menentukan apa yang benar. Tapi keduanya sepakat, yang benar adalah ketika mereka menghabiskan waktu bersama-sama.
Manusia bisa melakukan apa saja yang diinginkannya. Pilihan tersebut menghasilkan tanggungjawab. Jika manusia memilih kesenangannya sendiri, maka itulah tujuan hidupnya. Kebebasan ini yang dikalahkan oleh kegalauan Bob dan Charlotte.
asing di sisi lain juga membangkitkan mereka atas siapa mereka sebenarnya, tidak hanya bagi satu sama lain namun juga terhadap diri sendiri.
Menariknya, Tokyo yang membuat mereka menjadi orang
Manusia bisa melakukan apa saja yang diinginkannya. Pilihan tersebut menghasilkan tanggungjawab
Tokyo memang tempat yang asing. Tapi keterasingan ini membentuk kebutuhan. Tokyo seolah menjadi fasilitator kebutuhan mereka. Tokyo menjadi arena ekspresi, menjadi arena pencarian esensi apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar di saat yang
Contoh menarik adalah adegan Bob tidur bersama penyanyi bar. Hampa, perasaan bersalah, dan menyesal. Apakah Bob mengkhawatirkan istrinya? Tidak, dia lebih khawatir dan menyesal terhadap Charlotte. Tapi fase ini menjadi penting bagi Bob, fase ini menyadarkan Bob bahwa Charlotte adalah alasannya melewati fase midlife crisis nya dengan baik.
Lalu Apa Itu Lost in Translation?
M
erujuk definisi urban dictionary, “Lost in Translation� adalah: 1) terjemahan tidak sesuai dengan seharusnya sehingga pesan aslinya tidak tersampaikan, 2) ketika mengkonversi sesuatu ke medium lain (misal: film yang di adaptasi dari buku biasanya tidak menggambarkan keseluruhan isi buku). Jika mengambil arti film ini dari pandangan definisi pertama dengan harfiah, maka adegan pengambilan gambar Bob dalam iklan Suntory adalah jawabannya,
benar adanya maka terlalu mudah atau bahkan tidak tepat konteks judul film ini disematkan. Sungguh disayangkan tentu jika judul film didasarkan pada satu adegan literal, sedangkan penonton disuguhi kontemplasi imajinatif. Tetap merujuk pada pengertian pertama dengan pendekatan interpretatif, pengertiannya mencapai area yang lebih luas. Sepanjang film penonton sudah disuguhkan agar melakukan interpretasi sendiri. “Lost in Translation� diberikan pada penonton agar bisa me-
sutradara dan penerjemah yang nerjemahkan sendiri apa maksud sepertinya tidak sinkron. Jika itu yang hendak dicapai oleh film ini.
Apakah merasa kesepian dan tidak tahu arah di tengah kota megah tidak pernah tertidur ini? Ataukah bisikan Bob di akhir film yang membuat penonton bertan-
dar berada di tempatnya. Contoh “being” merujuk pada analogi air yang berada di gelas. Ada relasi antara air dan gelas, keberadaannya utuh. Tapi apakah Charlotte dan
ya-tanya apa kiranya yang ia ucap- Bob berada di dunia (dalam hal ini kan, masih misteri hingga hari ini. Tokyo)? Apakah tepat mengatakan Dengan alasan memperluas bahwa entitasnya berada di Tokyo? artikulasi antara judul dan konten Secara fisik tentu, tapi di luar itu film, maka saya coba terjemahkan mereka tercerabut dari realita yang dengan mengambil sebagian kecil ada. konsep “being” atau “dasein” -ada di disana-Martin Heidegger.
Mereka ada jika berinteraksi, menghabiskan waktu bersa“Disana” yang dimaksud oleh ma, bepergian, atau melepaskan Heidegger adalah dunia, berarti kebersamaan. Maka bisikan Bob menurut Heidegger dasein adalah merupakan manifestasi keberadaan kondisi ketika manusia secara sa- mereka. biarkan itu menjadi rahasia, atau “Lost in Translation”.
Art: Kreg Franco
#timesup
#metoo
T
idak menutup kemungkinan film yang pernah kamu tonton dalam proses produksi nya tidak menyenangkan bagi beberapa orang yang terlibat. Oktober 2017 lalu salah satu skandal terbesar di industri film terungkap. Lebih dari 80 perempuan yang bekerja di industri film membuka diri dan bersama-sama menuduh Harvey Weinstein sebagai pelaku pelecehan seksual. Weinstein dituduh melakukan pelecehan, kekerasan, dan pemerkosaan. Harvey Weinstein, salah satu produser film papan atas disinyalir telah melakukan pelecehan seks selama lebih dari 30 tahun. Weinstein kemudian dipecat dari pekerjaan dan semua organisasi yang ia terlibat. Belakangan, pada 25 Mei 2018 tuduhan terhadap Harvey Weinstein terbukti dan ia ditangkap oleh pihak kepolisian. Apa yang ia lakukan sebetulnya sudah menjadi rahasia umum, akan tetapi karena posisi nya sebagai salah satu orang kuat di industri film, tidak ada yang berani berterus terang. Di seluruh dunia, skandal ini berkembang menjadi gerakan sosial. Tagar #metoo digunakan para penyintas untuk membagikan pengalaman bahwa mereka pernah merasakan hal serupa. Tuduhan ini mengarah terutama kepada orang-orang yang memiliki posisi kuat. Aksi publik dan gerakan kolektif secara nyata telah mengubah industri film ke arah yang lebih baik. Gerakan ini tidak lagi hanya sebatas di industri film, lebih dari itu siapapun yang merasa mendapatkan pelecehan seksual atau pemerkosaan untuk berani keluar. Jika kamu merasa pernah atau saat ini menjadi korban pelecehan seksual, jangan takut. Kamu tidak sendiri, cari teman dan jangan sungkan meminta bantuan. Tidak ada tempat di dunia ini bagi penjahat seksual. Sudah saatnya kita semua memiliki lingkungan hidup dan kerja yang baik. Jangan diam! lawan! Hapus impunitas!