Majalah Edisi 51

Page 1



Lembaga Pers Mahasiswa

DIMENSI Pelindung Ir. Supriyadi, M.T. Penasihat Garup Lambang Goro, S.T., M.T. Pembina Drs. Khairul Saleh, M.S.I. Pemimpin Umum Dwiki Ilham Ramadan Sekretaris Umum Reza Annas Ma’ruf Bendahara Umum Anisa Ayu Lestari Pemimpin Redaksi Arum Ambarwati Redaktur Majalah Annissa Permanasari Redaktur Buletin Gatot Zakaria Manta Editor Irma Novita, Ninda Prastika Reporter Dewi Ristiana Palupi, Tri Mayasari Putri, Windi Agustina Dewi, Nailis Soraya, Hesti Ayu Ambarwati, Bangkit Ari Wijaya, Devi Oktavianingtyas, Tiara Wintriana Redaktur Foto M. Yanuar Nur Adi Fotografer Oka Mahendra, M. Haqqi, Aditya Utomo, Luthfi Desty A. Redaktur Artistik Ahmad Gozali Layouter Hilmi Imawan, Herlambang Setoaji, Afrizal Fajar, Ahmad Prabawanto Cyber Astri Dita Kumalasari, Sabrizal Ekky R. Ilustrator Uwais Qurni, Arien Maharani, Sapto Nugroho, Danu Eska, Yuli Pemimpin Litbang Badra Nuraga Kepala Divisi PSDM Anak Agung Maya Septanti Staf PSDM Nova Nur Anisa, Miftahudin, Nico Aldila Kepala Divisi Humas Fieryanti Kamaril Kusumawardhani, Staf Humas Nurtyana Tri Utami, Dinda Azis Aisyarahmi, Virgine Anindya Putri Kepala Divisi Riset Ika Putri Raswati Staf Riset Upik Kusuma, Reza Wahyu, Samuel Hono, Yuni Pambreni Pemimpin Perusahaan Anwar Hamid Zul Fauzi Bendahara Perusahaan Miftahul Jannah Pratiwi Putri Kepala Divisi Periklanan Maulida Artha Kepala Divisi Usaha Non Produk Eko Prabowo Mukti Staf Periklanan dan Usaha Non Produk Matahun Triastuti, Sabrina Aldila Puteri, Lisanti Dian, Fitri Nur Khasanah, Mugiyanti, Endah Purnamasari, Agus Wijayanto Kepala Divisi Produksi dan Distribusi Wira Ariffiansyah Staf Produksi dan Distribusi Miqdar Nafisi, Alden Mirza, M. Fiqqi Kepala Divisi Kreatif M. Nur Chafiddin Staf Produksi dan Distribusi M. Iftor Hilal, Dwiki Luthfi, Edo A. Kurniawan

COVER

ilustrasi : annissa permanasari Grafis : annissa permanasari

Salurkan Idemu ! Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. Redaksi berhak memilah karya yang masuk dan menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui surat elektronik di lpmdimensi_redaksi@ymail.com atau dikirim ke alamat kantor redaksi di: Gedung PKM Baru Kampus Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedharto Tembalang Selamat berkarya!


.DARI DAPUR. Hidup Pers Mahasiswa!!! Semangat itu akan masih dan terus menggema. Bergema bersama langkah kaki kami menyuarakan idealisme-idealisme, menyerukan harapan demi harapan akan sedikit perubahan di dunia. Tak terasa langkah kami telah sampai pada edisi yang ke lima puluh satu. Edisi yang cukup matang, namun selalu haus akan perjuangan untuk terus melanjutkan ke edisi-edisi selanjutnya. Dalam edisi ini kami mengangkat tema mengenai fenomena penyalahgunaan frekuensi tv yang kini tak sepenuhnya menjadi milik publik. Sungguh sangat miris memang jika kita melihat tayangan tv saat ini yang hanya mementingkan rating share saja. Akibatnya banyak remaja dan anak-anak yang menjadi korban. Gaya hidup, pola pikir, bahkan gaya bicara mereka pun telah melahap habis tayangan-tayangan yang setiap hari disuguhkan oleh televisi. Padahal kebanyakan tayangan tersebut jauh dari santun dan tatanan adat ketimuran yang kita anut. Jika bukan tayangan yang tak santun kebanyakan program televisi juga menyuguhkan tayangan-tayangan yang memprovokasi publik. Kampanye terselubung, penggiringan opini, melebih-lebihkan tokoh politikus tertentu, dan masih banyak lagi. Kenetralitasan dan independensi media ini patut untuk dipertanyakan. Benarkah frekuensi tv masih milik publik? Pada bagian liputan khusus, kami menyuguhkan reportase mengenai kualitas air minum isi ulang di Tembalang. Konsumsi tinggi dengan harga yang amat murah membawa kami pada penelusuran kualitas air minum berdasarkan suatu penelitian laboratorium. Selain dua sajian utama tersebut kami akan membawa Anda berpetualang ke Kebun Teh Kemuning dan Candi Cetho, di bumi Karanganyar, Jawa Tengah. Lepas itu kami akan mengajak Anda menyimak tradisi nyadran yang hingga kini masih dilestarikan salah satu desa di daerah Boyolali. Dari daerah selatan, kami akan membawa Anda melihat proses pengangkutan tebu di salah satu pabrik gula di daerah Kudus. Namun perjalanan Anda tak akan lengkap tanpa suguhan kuliner khas daerah. Oleh karena itu kami juga mengajak Anda mampir untuk sekedar mencicipi sate ambal khas kebumen atau petis tangkar dari Pati. Semua sajian tersebut dapat Anda simak dalam rubrik Travelougue. Terakhir di rubrik Incognito kami mempunyai resensi film mengenai usaha pelestarian situs budaya di daerah Jerman pada zaman kejayaan nazi. Ada pula resensi film animasi menarik tentang keberanian seorang gadis dan kisah sebuah kastil yang bergerak. Bagi Anda para penikmat sastra, kami menyisipkan dua sastra ringan di akhir majalah ini serta sekelumit kelakaran kami tentang hajat besar rakyat Indonesia beberapa bulan silam. Pada akhirnya, kami selalu menyadari bahwa apa yang kami sajikan di hadapan Anda ini masih jauh dai kata sempurna. Maka tentunya segala kritik dan saran selalu kami nanti dari balik meja redaksi demi kemajuan di edisi yang akan datang. Tak lupa terima kasih kami ucapkan kepada Anda yang telah sudi membuka lembar demi lembar majalah ini. Serta kepada seluruh pihak yang telah memberi sumbangsih dalam proses penerbitan majalah edisi kali ini. Selamat membaca.


.INDEKS . LAPORAN UTAMA

LAPORAN UTAMA

10. Antara Rating dan

LAPORAN KHUSUS

Kepentingan Masyarakat 12. Demi Rating, Orientasi Bisnis Lebih Diutamakan 13. Dampak Psikologis Tayangan Televisi 14. Rating Vs Kualitas 16. Polling : Menelisik Kelayakan Program TV Masa Kini 19. Tweet Up : Dandhy Berbicara 20. Skets Kang Prov

LAPORAN khusus

22. Sanitasi dan Hygienitas Air Minum Isi Ulang di Tembalang 24. Bahaya Air Minum dalam Kemasan 26. Jaga Air Minum Kita

KAMPUSIANA

34. Tradisi

: Nyadran : Menyambung Silaturahmi, Mengingat Mati 36. Backpaker : Melancong Ke Surakarta. 37. Kuliner : Petis Tangkar, Sajian Penggugah Selera. 38. Kuliner : Sate Ambal, Pilihan Kuliner dari Tanah Kebumen 43. Galery Foto : Kudus, Tak Melulu Soal Kretek. 46. Komunitas : Buku Untuk Papua, Merajut Papua Cerdas

INCOGNITO

TRAVELOGUE

tup Sementara 30. Dampak Ditutupnya Jalan Di Dalam Polines 32. PKL Dan Magang Dari Kewajiban Hingga Ajang Promosi.

travelogue

KAMPUSIANA

28. Tidak Sesuai Kriteria, Akselerasi Ditu-

INCOGNITO 50. Resensi Film : Howls Moving Castle. 51. Resensi Film : The Monuments Men. 52. Sastra : Hujan 56. Kelakar : Titik Balik Dalam Harapan 58. Iklan Layanan Masyarakat


NN | Akuntansi

M

elihat perkembangan fasilitas modern yang ada di Polines tentulah menyenangkan. Namun melihat fasilitas modern yang ada di Polines dirawat dan bisa bertahan lama tentu akan lebih menyenangkan. Saat pertama kali CCTV di pasang di lingkungan kampus Politeknik Negeri Semarang saya merasa senang karena manfaat yang akan dihasilkan dari CCTV tentunya akan sangat banyak, dapat merekam kejadian pencurian

CCTV Riwayatmu Kini misalnya. Lambat laun saya perhatikan CCTV yang terpasang di sudut ruangan, di tempat parkir dan tempat lain di lingkungan Polines hanya menjadi sebuah “Pajangan�. Bagaimana tidak menjadi “Pajangan� jika CCTV yang terpasang tidak menyala, sehingga tidak dapat merekam dan tidak memberi manfaat apapun kepada siapapun. Beberapa waktu lalu misalnya, teman sekelas saya kehilangan laptop di lingkungan perpustakaan namun tak dapat melapor karena

Surat Terlambat, Mahasiswa Terhambat

B

agian Administrasi dan Akademik Kemahasiswaan atau biasa disingkat BAAK merupakan salah satu bagian dalam kampus Polines yang memegang peranan penting untuk para mahasiswa. Pengurusan surat ijin magang atau surat ijin observasi adalah salah satu urusan yang sering diurus mahasiswa di BAAK. Salah satu pengalaman yang pernah saya alami pada saat mengurus surat ijin observasi di BAAK adalah sangat tidak menyenangkan. Surat permohonan ijin observasi

PAGE

6

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

yang saya masukan tidak bisa saya ambil keesokan paginya dan baru bisa diambil siang harinya. Padahal pada saat itu saya dalam keadaan mendesak dan harus segera memasukkan surat ijin observasi kepada perusahaan yang menjadi objek observasi saya. Saya tahu jika prosedur surat di BAAK memiliki waktu satu hari kerja, namun pada kenyataannya dua atau tiga hari baru bisa diambil. Hal tersebut sangat memakan waktu dan merugikan mahasiswa yang akan melakukan observasi

tidak memiliki bukti yang kuat terhadap kehilangan yang terjadi. Lagi, teman seangkatan saya juga kehilangan dua buah helm di tempat parkir yang notabene ada dua buah CCTV yang terpasang di tempat tersebut. Lantas untuk apa gunanya fasilitas keamanan yang menghabiskan dana selangit itu, apabila rasa aman tak jua dirasakan oleh mahasiswa?

NN | Akuntansi dengan segera. Jika kejadian tersebut terus terulang, maka akan ada lebih banyak mahasiswa yang proses akademiknya terhambat dan dirugikan karena ketidakdisiplinan pada peraturan pelayanan yang telah ditentukan.


Merchandise untuk wisudawan D3 Akselerasi NN | Akuntansi Angkatan 2011

A

cara wisuda periode April untuk mahasiswa D3 Akselerasi Politeknik Negeri Semarang (Polines) angkatan 2011 telah selesai digelar beberapa bulan yang lalu. Sebagai salah satu wisudawati saya merasa bangga bisa lulus dari kampus ini.

Acara yang diadakan di Ruang Serba Guna Polines ini terkesan sederhana. Berbeda dengan acara wisuda periode September yang meriah, acara kami terkesan alakadarnya, namun tidak mengurangi kehikmatannya. Acara yang dimulai dari pagi jam 8-an selesai sebelum dzuhur. Sama seperti acara wisuda lainnya saya mendapati beberapa jasa foto untuk mengabadikan momen yang sedang berlangsung. Sesampainya di kos saya merasa ada yang kurang dari acara wisuda tersebut. Setelah saya pikir-pikir, ternyata ada satu bagian yang terlupakan. Yaitu, tidak ada bagi-bagi merchandise untuk wisudawan. Hal ini memang aneh, karena saya tahu kalau acara wisuda pusat yang biasanya diadakan di Masjid Agung Jawa Tengah, setelah pulang para wisudawan diberi semacam merchandise. Saya merasa kecewa dengan UKM Koperasi Mahasiswa selaku penyelenggara hal tersebut.

edisi lima puluh satu

PAGE

Akhirnya saya penasaran dan tanya dengan teman satu kos yang juga merupakan demisioner UKM Koperasi Mahasiswa. Menurut teman saya, untuk wisuda D3 Akselerasi memang tidak diberi dari dulu karena tidak ada yang mengurusinya. Saya bertambah sedih dengan hal tersebut, karena saya selaku mahasiswa juga telah membayar iuran koperasi yang sama dengan mahasiswa lainnya. Sehingga saya mempunyai hak yang sama. Memang kalau satu tidak terasa akan tetapi coba bayangkan kalau dikali satu kelas, jurusan, bahkan setiap tahun. Saya harap hal ini di tanggapi secara serius agar adik kelas kami tidak merasakan hal yang kami rasakan. Terimakasih ď Š

majalah dimensi

7


Visit Us : Facebook LPMDimensi / Twitter @LPMDimensi / Website www.lpmdimensi.com



.LAPORAN UTAMA .

Antara Rating dan Kepentingan Masyarakat Oleh: Dewi Ristiana Palupi

"Kami sudah melakukan sidang penjatuhan sanksi untuk “x”. Hasil sidang adalah menjatuhkan sanksi pemberhentian program televisi “x” karena terbukti melakukan pelanggaran berat dengan melecehkan almarhum Benyamin Sueb," ujar salah satu komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Agatha Lily, dalam salah satu situs ­berita online tanggal 26/6/2014. Hukuman tersebut kemudian mulai berlaku per tanggal 28/6/2014. Pertelevisian Indonesia tengah mengalami masa di mana minat masyarakat sangat­ tinggi akan tayangan yang berbau hiburan. Hal tersebutlah yang dimanfaatkan orang-orang dalam industri ini untuk terus menaikkan rating dan meraih keuntung­ an. Akan tetapi frekuensi munculnya tayangan ini tidak dibarengi dengan pengaruh yang baik bagi masyarakat. Kasus di atas hanyalah salah satu celah yang didapatkan KPI untuk menghentikan penayangan program tersebut. Jika dievaluasi lebih lanjut, program televisi semacam ini sebenarnya lebih banyak membawa dampak negatif daripada dampak positif bagi masyarakat. Pemilik industri untung besar, masyarakat tanpa sadar rugi besar-besaran. Sesuai dengan ketentuan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) Pasal 24 ayat 1 mengenai Ungkapan Kasar dan Makian. Pasal 24 ayat 1 tersebut berbunyi “Program siaran dilarang menampilkan ungkapan kasar dan makian, baik secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan menghina atau merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok, mesum, cabul, vulgar, dan atau menghina agama dan Tuhan.” Karena ditayangkan secara langsung, permasalah­an ini pun menjadi tidak terhindarkan dan langsung tersebar ke khalayak ramai. Kasus pelecehan di atas juga membuktikan bahwa program acara semacam ini menggunakan berbagai siasat agar tayangannya menarik dan menghibur. Menge-

PAGE

10

edisi lima puluh satu

majalah dimensi


REC

sampingkan unsur edukasi bagi masyarakat dan lebih mengedepankan nilai-nilai hiburan 足(entertaiment) semata. Jelas, hal ini selain merugikan orang lain juga melanggar hukum.

edisi lima puluh satu

PAGE

Kasus di atas hanyalah salah satu dampak dari penyimpangan tayangan televisi yang ada. Jika tidak ada pengendalian yang baik antara pihak KPI, pemilik industri hiburan, dan masyarakat, tak menutup kemungkin足an akan muncul kasus-kasus serupa atau bahkan membawa dampak negatif bagi masyarakat awam yang kebanya足 kan tidak dapat menyaring informasi secara baik.

majalah dimensi

11


.LAPORAN UTAMA .

Demi Rating, Orientasi Bisnis Lebih Diutamakan Oleh: Tri Mayasari Putri

D

ewasa ini industri pertelevisian di Indonesia dinilai cukup memprihatinkan oleh sebagian besar masyarakat. Dominasi acara-acara dengan rating yang tinggi menyebabkan pertelevisian Indonesia mengalami krisis akan program acara yang berkualitas. Orientasi bisnis yang jauh lebih besar daripada orientasi untuk memenuhi fungsi penyiaran, menjadi salah satu alasan terjadinya hal tersebut. Hal ini menyebabkan semakin maraknya tayangantayangan yang kurang mendidik. Maraknya tayangan yang kurang mendidik menyebabkan dampak yang buruk bagi penontonnya. Banyaknya acara yang tidak mendidik (kekerasan, kriminal, dan sebagainya) akan mempengaruhi psikologi penonton (terutama anak-anak dan remaja). Televisi yang awalnya memiliki fungsi sebagai sarana rekreatif, sarana edukatif, serta sarana informatif ini kini tidak efektif dalam menjalankan fungsinya secara keseluruhan. Bahkan porsi rekreatif disuguhkan lebih banyak daripada fungsi penyiaran yang lain. Hal ini dikarenakan pertelevisian kini berlomba-lomba mengejar rating yang tinggi. Dengan upaya peningkatan rating, marak acara-acara yang memilki konsep yang mirip bah-

kan tidak sedikit yang menjiplak program acara dari stasiun tv lain maupun luar negeri.

masukan untuk perbaikan yang tidak baik meskipun itu menghibur.

“Memang kurang kreatif dengan menjiplak-jiplak seperti itu, tetapi karena itu sudah dikemas dengan gaya Indonesia juga sehingga menjadi menarik. Saya kira itu sudah mewabah di Indonesia, sehingga harus kreatif lagi dengan menciptakan program-program yang tidak sekedar meniru” ungkap Teguh Argari Bisono, Redaktur TvKU.

“Mahasiswa harus jadi motor penggerak untuk meningkatkan kekritisan itu, baik lewat generasi media atau apapun”, ungkap Mulyo Hadi Purnomo selaku Komisioner bidang Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah.

Tayangan-tayangan yang lebih mementingkan rating pun dibuat agar suatu program itu dapat dijual dan mendapat banyak iklan. Tak pelak dalam Industri Pertelevisian, iklan merupakan suatu unsur yang penting. “Rating share itu tetap perlu, kita coba buat program yang mendidik, tetapi kalau bisa juga bisa dinilai dengan rating share”, terang Agus Setiyono, Produser Eksekutif Kompas Tv. Disamping perilaku para penggiat industry televise, peran dari masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan suatu program acara. Semua masyarakat harus lebih kritis dan berani dalam menyampaikan masukan-

Semua awak media pun dituntut lebih kreatif, tidak hanya menduplikasi acara-acara yang sudah ada dan memiliki rating yang tinggi. Mereka juga harus memahami bahwa ada tujuan-tujuan lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan dalam suatu program siaran. Mulyo juga berharap bahwa masyarakat hendaklah menonton dengan kritis, mempertanyakan manfaat menonton program-program tersebut. “Semestinya kita menonton tontonan yang membuat kita lebih bijak, kita bisa belajar dari problem solving yang ditawarkan” lanjutnya. []


.LAPORAN UTAMA .

Dampak Psikologis Tayangan Televisi Oleh : Hesti Ayu Ambarwati

Dampak dari media sangat besar terhadap keadaan psikologi kita. Setiap hari kita disuguhi oleh ta-yangan yang tidak bermutu. Ta-yangan yang mengumbar kekerasan, kemewahan, caci-maki, serta tayangan yang tidak mendidik para penikmatnya. Tayangan-tayangan tersebut secara langsung atau tidak akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita sehari-hari. Dalam teori psikologi orang belajar banyak perilaku melalui meniru. Banyak orang beranggapan bahwa tayangan yang beredar saat ini telah mewakili gaya hidup masa kini. Kemudian mereka cenderung mengikuti gaya tersebut agar tidak disebut ketinggalan zaman. Lebih lanjut, tayangan televisi yang tidak berkualitas akan menyebabkan para penonton meng-alami yang namanya inhibition. Di mana terjadi suatu hambatan dalam otak kita. Otak akan mulai mengalami penurunan kemampuan untuk menanggapi isu atau kejadian. Selanjutnya terjadi

desensitization atau pengebalan saat kita melihat suatu kekerasan. Hal itu terjadi karena menurut otak kita, kekerasan merupakan hal lumrah yang sudah menjadi hal biasa. Bahkan hati kita tak tergerak saat melihat kekerasan itu terjadi. Memang ironis melihat dampak yang terjadi akibat perkembang-an media saat ini. Terutama bagi perkembangan anak-anak atau pun remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan. Mereka sering kali meniru artis idola mereka seba-gai acuan gaya hidup mereka saat ini. Hal ini kemudian berpe-ngaruh terhadap gaya hidup, pola berpikir, serta gaya berbicara me-reka. Lantas bagaimana cara kita untuk membendung arus perkembangan media yang tak sehat ini? “Yang perlu di endorse adalah bagaimana cara kita menjadi orang-orang yang cerdas media, tak hanya melek media saja�, terang Achmad M. Akung salah seorang dosen Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Kita sebagai penonton seharusnya menjadi penonton yang aktif, penonton yang peduli dengan situasi saat ini. Hendaknya kita dapat menyaring tayangan yang mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan sampai kita terbawa oleh tipu daya media yang berkedok menghibur, tapi sebenarnya malah membodoh-kan kita. Selain itu peran orang tua juga sangat dibutuhkan dalam hal ini, dalam hal

yang menyangkut pertumbuhan pola kembang anaknya. Mereka harus bisa mengontrol anaknya dengan baik. Memilihkan tayangan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan si anak. Memberikan tayangan yang memberikan manfaat bagi perkembangan pola pikir buah hatinya. Lalu sanggupkah pemerintah meminimalisir tayangan-tayangan yang hanya mengumbar kekerasan, caci-maki, hura-hura dan tayangan yang tak mendidik lainnya? Di sini pemerintah perlu membuat peraturan yang kuat tentang penyiaran untuk menghadapi tayangan-tayangan yang beredar saatini. Begitu juga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selaku lembaga penyiaran nampaknya juga tak cukup kuat menghadapi raksasanya kapitalisme dunia industri saat ini. KPI dituntut tak hanya berperan sebatas lembaga formalitas semata, melainkan harus diperkuat wewenangnya. Bahkan jika perlu harus dilengkapi dengan Undang-Undang yang kuat pula. Semua itu diperlukan untuk melindungi hak-hak masyarakat yang seharusnya mendapat tayangan yang positif dan bermanfaat. Mau menjadi orang yang hanya melek media atau cerdas media, itu semua kembali pada diri kita masing-masing. Lihatlah tayangan sesuai kebutuhan, jangan hanya menuruti keinginan semata. Karena kalau menuruti keinginan tak akan pernah ada habisnya. [] edisi lima puluh satu

PAGE

K

ita tidak dapat menutup mata, bahwa perkembang-an teknologi diiringi pula dengan berkembangnya pola kehidupan kita. Perkembang-an yang paling terasa adalah perkembangan media informasi. Entah sadar atau tidak, otak kita telah diisi oleh informasi-informasi yang senantiasa menuntun kita menjadi manusia yang pasif, manusia yang malas, atau sering disebut lazy mind.

majalah dimensi

13


.LAPORAN UTAMA .

g n i t a R VS

s a t i l Kua kti

: Astr Oleh

i Dita

u wo M Prabo o k E an

K. d

01 Bagaimana tanggapan dari mas Rofiudin mengenai tayang-an di televisi saat ini? Tidak di pungkiri ya kalau media massa berada di dua kaki, yaitu industri dan idealisme.

Rofiuddin Ketua AJI kota Semarang

S

eperti yang bisa kita lihat saat ini, ta-yangan di televisi mulai marak menyiarkan jenis acara yang dapat menghibur masyarakat. Namun apakah dengan acara yang cukup hanya menghibur saja dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat? Ataukah hanya sebagai hiburan sejenak untuk pelepas penat para pemirsa televisi? Lalu di mana letak edukasi yang diberikan dari tayangan-tayangan tersebut? Perihal problematika yang banyak tersebut, tim reportase LPM Dimensi mendapatkan kesempatan untuk me-ngetahui pandangan dari Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kota Semarang, mas Rofiuddin, mengenai masalah tersebut. PAGE

14

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

02 Lalu dengan kebanyakan tayangan saat ini,dari pihak media sendiri lebih menonjolkan perihal yang mana mas? Untuk saat ini media memang lebih banyak menonjolkan dari segi industri. Dikarenakan iklan yang datang juga lebih banyak bila menyajikan tayangan yang notabenenya sekadar menghibur.

03

Apakah nilai dari edukasi pada tayangan di televisi masih bisa di dapat oleh pemirsa bila hanya menonjolkan sisi hiburan saja? Tayangan yang memiliki unsur edukasi masih dapat dinikmati oleh masyarakat. Itu pun bergantung lagi pada pihak media bagaimana cara mengemas acara yang menghibur tapi juga mengandung nilai pendidikan.


04

07

Bila dari segi masyarakat atau pemirsa penikmat media massa, apakah tindakan/kesadaran mereka cukup berperan dalam menentukan kualitas produk dari tayangan di televisi?

Seperti apa seharusnya tayangan yang dikatakan sebagai tayangan yang berkualitas?

Kesadaran masyarakat dengan melek media yang juga harus menyajikan “kaki� dari idealisme media juga sudah mulai berkembang. Dan ini tentu saja bisa berdampak pada penyajian tayangan yang baik untuk di konsumsi.

05

Siapa sebenarnya penentu dari sebuah tayangan yang baik dan berkualitas namun tetap dapat menghibur masyarakat yang menyaksikannya? Media yang berjalan tentu saja bergantung lagi pada porosnya yaitu pemilik. Bila pemilik industri media hanya ingin menampilkan dari segi hiburan atau industri saja maka para pekerja media juga akan menampilkan hal demikian. Berbeda dengan keputusan bila pemilik media itu menginginkan suguhan tayangan yang memberikan efek kontrol sosial, pendidikan, dan berbagai elemen jurnalistik lainnya. Karena penggerak utama adalah dari pemilik daripada media itu sendiri.

06 Bagaimana peran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam hal menanggapi tayangan yang hanya mengedapankan atau mengunggulkan rating saja? Para pekerja media yang dituntut untuk bekerja guna mendongkrak rating juga tidak boleh melupakan undang-undang yang ada. Pihak KPI pun sejauh ini melakukan tindakan teguran pada pihak media tersebut. Sehingga KPI pun sudah berusaha melakukan tugas nya sebagai kontrol dari setiap tayangan di televisi.

Guna menghasilkan sebuah tayangan yang berkualitas, para pelaku media juga masih harus banyak belajar lagi. Tidak hanya serta merta mengangkat rating saja tanpa memikirkan dampak dari acara tersebut. Harus mengandung elemen jurnalistik.

08 Bagaimana bila selera masyarakat saat ini dirasa masih memberikan peluang pada tayangan rating baik tapi tidak memikirkan dampaknya dibanding dengan kebutuhan masyarakat pada tayangan yang berbobot? Bila kita lihat dari selera, ini kembali lagi dari segi terbuka dan meleknya masyarakat pada media. Menurut saya masyarakat saat ini sudah bisa memboikot acara-acara yang tidak tergolong berkualitas dengan tindakan. Tidak hanya berkicau di media sosial saja. Karena penikmat dan konsumen dari media juga berperan dalam menghasilkan sebuah tayangan.

09 Saran atau harapan apa yang mas inginkan untuk penyajian tayangan di televisi kedepannya? Saya harap dari rekan-rekan media juga jangan terbuai hanya dengan rating yang baik tanpa ada nilai moral di balik tayangan itu. Para pelaku media juga harus masih banyak belajar. Dan untuk masyarakat juga harus lebih bijak guna menentukan tayangan yang akan di konsumsinya.

edisi lima puluh satu

PAGE

Sebagai konsumen media yang bijak kita juga dapat menjadi penentu tayangan-tayangan apa yang baik untuk dinikmati dengan cara tegas dalam meresponnya. Pihak media jangan hanya menuruti pihak industri saja tanpa mengedepankan sisi jurnalisme. [ADK – EPM]

majalah dimensi

15


.INFOGRAFIS .

Menelisik Menelisik Kelayakan Kelayakan Program Program TV TV Masa Masa Kini Kini Oleh : Tim Litbang Televisi (TV) sudah bukan lagi media yang sulit untuk dijangkau. Dimanapun dan kapanpun kita berada, kita dapat dengan mudah menemukan TV. Hampir setiap rumah bahkan orang memilikinya. Jika dulu kita masih sering berebut remote TV karena hanya memiliki satu buah di ruang keluarga, kini TV bisa di akses melalui internet dan telepon genggam. Bahkan di setiap kamar dalam sebuah rumah mungkin sudah tersedia media audio visual ini. Media Televisi memang yang paling banyak digemari dan dicari. Semakin banyak jangkauannya tanpa batasan usia, tak terkecuali anak – anak di bawah umur sekalipun. Semakin banyak pula variasi program yang ditayangkan melalui media TV. Mulai dari program yang sifatnya mendidik hingga yang hanya sekedar hiburan semata semua tersedia 24 jam non stop. Namun apakah program – program tersebut benar – benar layak tonton? Apakah tayangan TV kini cukup mendidik untuk dikonsumsi masyarakat? Mengingat TV dapat dikonsumsi oleh segala kalangan dengan sangat mudahnya. Untuk mengetahui hal tersebut, tim Litbang LPM Dimensi melakukan riset dengan menggunakan metode random sampling terhadap 250 mahasiswa di kelima jurusan Politeknik Negeri Semarang.

Seberapa lama Anda menonton televisi dalam sehari?

Program TV apa yang sering Anda tonton?

Program TV yang paling sering ditonton oleh mayoritas mahasiswa adalah berita yakni sebesar 26%. Diikuti program komedi yang tidak terpaut jauh, sebesar 22%. Kemudian program sinetron / film TV (FTV) sebesar 17%, dan infotainment yang hanya 6% mahasiswa. Sisanya, 11% memilih opsi lainnya yaitu seperti program olahraga, kartun / anime dan sebagainya. 18% memilih abstain karena merasa menonton semua jenis program TV secara merata tiap harinya. Dari survey yang dilakukan LPM Dimensi, dapat diketahui bahwa mayoritas mahasiswa Politeknik Negeri Semarang menonton TV paling lama hanya 2 jam dalam sehari, atau bahkan tidak menonton TV sama sekali. Hal ini berarti mayoritas mahasiswa tersebut masih dalam batas normal konsumsi. Jumlah mahasiswa dengan konsumsi normal, yaitu menonton TV selama 0 – 2 jam/hari tersebut ditunjukkan dengan prosentase 55%. Sedangkan prosentase 45% menunjukkan jumlah mahasiswa dengan konsumsi berlebih yaitu menonton TV lebih dari 2 jam dalam sehari. PAGE

16

edisi lima puluh satu

majalah dimensi


Dari program yang sering Anda tonton tersebut, apakah sudah mendidik?

Ternyata menurut 59% dari mereka, program TV yang sering ditonton tersebut dirasa belum mendidik. Hal itu dikarenakan masih banyak adegan yang tidak layak tonton. Konten yang disajikan masih banyak yang mengandung unsur pembodohan publik seperti adegan tidak senonoh dan kekerasan, banyaknya berita kriminalitas, hingga informasi selebriti yang disetting. Alasan lain, kurang bijaksananya pemilihan waktu penayangan, yang harusnya disesuaikan dengan jenis tayangan dan kategori pemirsanya. Sebagai contoh, sinetron dan acara komedi yang notabene kini penontonnya adalah anak – anak, ditayangkan pada saat jam – jam efektif belajar. Sisanya, 41% yang menjawab program TV yang sering ditonton dirasa sudah mendidik karena mereka telah mendapatkan informasi terkini yang bermanfaat, seperti informasi kesehatan, dan informasi umum untuk menambah wawasan. Menurut mereka, sinetron/FTV mengandung pesan moral tersirat yang juga dapat dijadikan pelajaran di kehidupan sesungguhnya.

Menurut Anda, tayangan TV tidak mendidik dan tidak layak tonton karena terlalu banyak unsur :

edisi lima puluh satu

PAGE

Ditanya mengenai penyebab tayangan TV menjadi tidak mendidik dan tidak layak tonton, sebanyak 36% menjawab karena terlalu banyak mengandung unsur bullying (intimidasi dan candaan kasar). Sisanya yang menjawab karena didominasi unsur komersiil (mengejar rating & orientasi mencari uang) sebanyak 33%, unsur kekerasan fisik & verbal sebanyak 15%, unsur lainnya seperti pornografi sebanyak 5%, dan 11% tidak menjawab.

majalah dimensi

17


Menurut Anda, terhadap tayangan televisi yang tidak mendidik tersebut sebaiknya :

Mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan, 51% mahasiswa menginginkan pihak stasiun TV dapat memperbaiki pengemasan tayangannya. Hal ini misalnya dengan mengurangi unsur – unsur penyebab tidak mendidiknya tayangan TV seperti yang telah dijelaskan pada grafik sebelumnya. Selanjutnya 30% mahasiswa menginginkan program TV yang tidak mendidik tersebut dihapuskan. Sisanya sebanyak 18% menginginkan frekuensi penayangannya dikurangi, 1% tidak menjawab.

Jenis tayangan TV apa yang lebih Anda sukai dan Anda harapkan dapat mendominasi tayangan TV saat ini

PAGE

18

Sebanyak 35% mahasiswa berharap tayangan TV dapat didominasi dengan program – program yang educative (mendidik). Mendidik disini lebih dimaksudkan untuk pendidikan karakter anak bangsa sejak dini. Karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa konsumen TV paling banyak adalah kalangan anak dan remaja, mereka lebih mudah menerima pembelajaran melalui media yang menarik dan atractive seperti Televisi. Dari TV juga lah kehidupan sosial anak, remaja juga masyarakat dapat terpengaruhi bahkan terbentuk. Sebanyak 28% mahasiswa menginginkan tayangan TV yang informative (menginformasikan), hal ini untuk menambah pengetahuan umum dan wawasan. Sisanya 23% memilih tayangan TV yang entertaining (menghibur), dan 14% dari mereka abstain (tidak menjawab). edisi lima puluh satu

majalah dimensi

Jadi dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa mengharapkan tayangan TV yang mendidik dan layak untuk dikonsumsi masyarakat, tidak hanya menghibur dan menginformasikan saja seperti kebanyakan tayangan masa kini. Akan jauh lebih baik jika semua program apapun jenisnya baik itu berita, sinetron, infotainment, bahkan komedi sekalipun dapat menonjolkan sisi edukasinya. Tentu untuk mewujudkan semua ini dibutuhkan kerjasama dari semua pihak. Dimulai dari diri sendiri untuk bisa mengontrol dan memprioritaskan kebutuhan tontonan, orang tua juga perlu lebih memahami dan mampu mengarahkan anak – anaknya. Selain itu dari pihak stasiun TV hendaknya juga lebih bijak lagi terhadap program siarannya. Mereka hendaknya mampu membentuk dan menjaga keseimbangan terkait waktu, jenis, dan pengemasan tayangan hingga kategori pemirsanya. Hal yang tak kalah pentinga adalah pemerintah, perlu lebih bijak dan tegas terhadap peraturan pertelevisian dan program – program layak tayang. Semua itu semata-mata hanya untuk melindungi kualitas salah satu frekuensi publik tersebut. []


DANDHY BERBICARA

Dandhy Dwi Laksono, Salah satu jurnalis kawakan juga pernah membahas tentang penyalahgunaan frekuensi televisi yang akhir - akhir ini sering terjadi. Berikut beberapa kutipannya pada akun twitter @dandhy_laksono :

Penyalahgunaan frekuensi TV utk kepentingan pribadi / kelompok adlh pelanggaran hak publik dan justru menyalahgunakan kebebasan pers. Memonopoli frekuensi, konten tak ramah keluarga, dan mempraktikkan jurnalisme partisan. Saat diberi sanksi, teriak-teriak kebebasan pers.

Izin TPI adlh televisi pendidikan. Izin GlobalTV adlh saluran pengetahuan komunitas (muslim/ICMI). Semua diubah begitu saja & jadi komoditas Dokumenter spt Di Balik Frekuensi, Terpenjara di Udara, atau Linimassa 1-3 diproduksi sbg gugatan TV. Jadi gak ada kaitan dgn copras-capres.

1 2 3 4 5 6 7 8

Sejak 2012, KIDP menggugat UU Penyiaran ke MK yg isinya melarang monopoli kepemilikan, tapi praktiknya terjadi. Jadi bukan krn copras-capres Lihatlah Kuis Kebangsaan. Butuh 4 bulan bagi KPI dari menegur sampai menghentikan paksa. Bukti arogansi industri. Atau ‘Bukan Empat Mata’

Dengan dikuasai segelintir pemilik, para pekerja TV spt jurnalis tak punya posisi tawar. Karena mau pindah ke manapun, ketemunya org yg sama Lihatlah bagaimana TPI/MNC TV diperebutkan antara Tutut dan Hary Tanoe, seolah frekuensi TPI milik nenek moyang mereka.

“218 izin siaran TV hanya dikuasai oleh 5 kelompok usaha saja” (Amir Effendi Siregar). Bila menurut Anda ini sdh demokratis, mari lanjutkan.

Sejak Orde Baru tumbang, TV-TV ini dipindah tangankan spt barang dagangan. Dari keluarga Cendana ke para taipan & konglomerat. Ini momentum.

Jadi simpan saja argumen yang hendak membawa-bawa kebebasan pers untuk melindungi industri dan para pemilik TV.

Dari 10 TV swasta nasional yang ada, tidakkah kita geram ketika tak ada satu pun yang diberikan Negara utk saluran program anak-anak?

9 10

Kita punya 10 TV ‘nasional’ tapi isinya relatif seragam karena menyembah pada dewa yang sama: rating.

11 12 13 14 15

Atau kasus YKS yang akhirnya ditutup krn gerakan masyarakat. Lembaga Negara spt KPI tak dianggap, krn tangan-tangan industri hadir di sana.

Tentu peperangaan akan sengit. Dari kue iklan Rp120 triliun, 68% nya dinikmati TV. Jadi serdadunya pasti banyak.


PAGE

20

edisi lima puluh satu

majalah dimensi


PAGE

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

21


.LAPORAN KHUSUS .

Sanitasi dan Hygienitas Air Minum Isi Ulang di Tembalang

Reportase oleh: Arum Ambarwati, Fieryanti K.K., Nailis Soraya, Adhi Anggara, Heni.

B

eberapa dekade terakhir, Tembalang telah berubah menjadi daerah padat penduduk di Kota Semarang. Sebagian besar orang yang bermukim di sini adalah para pendatang, umumnya para mahasiswa. Bagaimana tidak, setidaknya terdapat dua perguruan tinggi negeri di Tembalang. Belum termasuk beberapa perguruan tinggi swasta lainnya. Keadaan ini tidak hanya membuat Tembalang padat akan penduduk, namun juga meningkatkan gerak roda perekonomian masyarakat sekitarnya. Mereka berlombalomba untuk membuka peluang usaha bagi para mahasiswa pendatang itu. Sebut saja usaha kos, kuliner, tempat hiburan, jasa laundry, jasa pesan antar, dan usaha lainnya kini berkembang pesat di Tembalang. Salah satu usaha yang laris manis di Tembalang adalah usaha air minum isi ulang. Pola hidup praktis dan konsumtif para mahasiswa membuat PAGE

22

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

mereka enggan untuk sekedar merebus air guna kebutuhan minum sehari-hari. Usaha isi ulang air minum menjadi usaha yang cukup menjanjikan. Maka tak heran jika terdapat banyak depot air minum isi ulang yang menyediakan air minum isi ulang siap minum di Tembalang. Sekitar 334 tempat pengisian ulang air minum atau yang disebut Depot Air Minum (DAM) telah berdiri di kota Semarang sepanjang tahun 2013, termasuk di Tembalang. Jumlah ini telah bertambah pesat dari tahun ke tahun. Cukup dengan merogoh kocek sebesar Rp 4ribu rupiah, konsumen dapat membawa pulang satu galon air minum yang dapat langsung dikonsumsi baik untuk minum atau memasak. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kualitas air minum tersebut? Apakah air tersebut memang benarbenar telah layak minum atau ternyata berbahaya untuk tubuh kita?


Tak dapat kita pungkiri bahwa kualitas air minum isi ulang memang tidak sebaik kualitas air minum yang kita rebus sendiri. Arina Mufida Ersanti, seorang alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang, telah melakukan sebuah penelitian guna mengetahui kualitas air minum kemasan isi ulang di daerah Tembalang. Dalam penelitian yang berjudul “Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang dan Higiene Sanitasi di Tingkat Produsen dan Konsumen di Tembalang Semarang� ini menguji kualitas air minum kemasan isi ulang dilihat dari segi hygiene dan sanitasi di tingkat produsen dan konsumen. Produsen adalah para pengusaha depot air minum isi ulang. Sedangkan konsumen adalah para pembeli yang sebagian merupakan

mahasiswa yang ada di daerah Tembalang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kualitas bakteriologi air minum kemasan isi ulang di tingkat produsen ternyata lebih baik dibanding di tingkat konsumen.

di Tembalang telah melakukan perilaku hygiene yang baik. Ini artinya hampir 70% depot air munum isi ulang di tembalang telah hygienis.

“Sebesar 95% kualitas air minum di tingkat produsen sudah memenuhi syarat, sedangkan di tingkat konsumen sebesar 66,7% telah memenuhi syarat dan selebihnya belum memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan�, jelas Arina.

Lain lagi dengan perilaku hygiene di tingkat konsumen. Hygienitas konsumen terhadap air minum isi ulang dapat dilihat dari lama penyimpanan, tempat penyimpanan, alat minum yang digunakan, mencuci tangan sebelum mengambil air minum, dan lain-lain. Hasilnya 63,3% konsumen telah melakukan tindakan yang higienis dalam memperlakukan air minum isi ulang.

Dari syarat bakteriologis, 95% depot air minum isi ulang telah bebas dari bakteri koliform. Bakteri ini merupakan bakteri yang sering ditemukan pada tinja manusia. Jumlahnya yang berlebihan di dalam tubuh kita akan memicu timbulnya kanker. Sedangkan di tingkat konsumen, secara bakteriologis 66,7% air minum telah bebas dari bakteri koliform. Tingkat kebersihan ini menurun dari produsen ke konsumen, sebagai akibat dari perilaku hygiene dan sanitasi baik produsen maupun konsumen.

Dari sisi sanitasi atau kebersihan lingkungan, 70% depot air minum telah baik. Hal ini dapat dilihat dari konstruksi bangunan depot yang baik, lantai depot yang tidak licin, kedap air, dan mudah dibersihkan, adanya ventilasi, jendela, dan lain-lain. Di tingkat konsumen sebesar 46,7% konsumen telah melakukan sanitasi yang baik. Misalnya dengan menyimpan air isi ulang di tempat yang terhindar sinar matahari langsung, menutup tempat penyimpanan, membersihkan mulut galon, dan sebagainya.

Higiene adalah tindakan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan diri, dalam hal ini adalah produsen dan konsumen. Perilaku hygiene yang baik di tingkat produsen misalnya seperti pembersihan tandon air baku dilakukan setiap tiga bulan sekali, pengisian air minum dilakukan dengan alat yang hygienis, pembersihan gallon dengan alat, menyediakan tutup gallon yang bersih, mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan pengisian gallon, dan lain-lain. Penelitian tersebut mengungkap bahwa 14 dari 20 depot air minum isi ulang

Penelitian ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kualitas air minum kemasan isi ulang khususnya di Tembalang memang tidak seratus persen bersih. Namun kita tidak dapat sepenuhnya menghakimi produsen bahwa merekalah yang telah menyebabkan pencemaran tersebut. Perilaku kita, para konsumen juga sangat mempengaruhi kualitas air minum yang kita minum. [Arum Ambarwati dan Nailis Soraya]

edisi lima puluh satu

PAGE

Kualitas suatu air minum dapat dilihat dari berbagi indikator. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum menyebutkan, kualitas air minum dapat dilihat dari empat indikator. Yaitu secara bakteriologis, kimia, radioaktifitas, dan secara fisik. Secara bakteriologis, air minum yang baik haruslah bebas dari kandungan bakteri dan mikroba apapun. Secara kimia, air minum yang baik harus terbebas dari zat-zat kimia berbahaya seperti besi, tembaga, air raksa, pestisida, dan lain-lain. Dari segi radioaktifitas, air minum harus bebas dari kandungan radioaktif yang mungkin dapat memberikan efek radiasi berbahaya tertentu bagi kesehatan. Sedangkan dari segi fisik, air minum yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.

majalah dimensi

23


.LAPORAN KHUSUS .

Bahaya Air Minum Dalam Kemasan oleh : Windi A Dewi dan Mugiyanti

A

ir adalah sumber kehidupan manusia. Air memiliki berbagai manfaat seperti untuk mandi, masak, minum, dan sebagainya. Sumber air sendiri secara umum berasal dari sumber mata air pegunungan dan air tanah. Berdasarkan Undang - Undang No 7 tahun 2004 estimasi konsumsi air oleh orang Indonesia untuk mandi dan minum kurang lebih 150 liter/hari, sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga minimal 10 m3/ bulan. Sekitar 144.000/68 % masyarakat Kota Semarang menggunakan air berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Semarang, sisanya lagi menggunakan air yang berasal dari air sumur dan tanah. Air minum untuk masyarakat kini pengelolaan PAGE

24

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

bermacam – macam. Salah satunya Air Minum dalam Kemasan (AMDK) yang beredar dipasaran dan menjadi sumber air minum utama masyarakat diberbagai kalangan. Berkaitan dengan AMDK, ada dua jenis yakni AMDK pabrikan dan air isi ulang yang dioperasikan oleh masyarakat umum. Sumber baku kedua air tersebut berasal dari air pegunungan, perbedaannya adalah bagaimana cara pengelolaannya. Pada industri besar memiliki sumber air sendiri sehingga mampu mengendalikan pengelolaan sumber air karena didukung oleh peralatan canggih. Sedangkan industri rumahan mengelola sumber air dari pegunungan dengan cara membuat instalasi sendiri kemudian difungsikan sebagai


filter dan alat untuk pengisiannya. Tetapi pengawasan terhadap mutu air yang dihasilkan tidak terjaga sehingga tentu saja menimbulkan keraguan atas mutu air itu sendiri. Meskipun dalam segi kualitas AMDK lebih higienis dari air minum industri rumahan namun masih ditemui beberapa kasus, seperti adanya kandungan bahan asing dalam botol kemasan. Sehingga berpotensi mendatangkan berbagai ancaman kesehatan apabila air tersebut dikonsumsi. Ditambah dengan adanya isu migrasi kemasan yang kian meresahkan. “Migrasi

dilakukan pengukuran dengan parameter sehingga diketahui jumlah mikroba dan kandungan logam berat didalamnya, yang jelas menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010 air minum dengan kualitas baik adalah tidak berasa dan tidak berbau”, tutur Joko Purwanto selaku Humas PDAM. Air dengan jumlah mikroba sangat banyak akan berubah warna menjadi hijau atau kuning dengan lendir jika diuji dengan parameter mikrobiologis. “Sedangkan air yang terkontaminasi logam berat dengan jumlah diatas ambang batas akan dapat terdeteksi oleh lidah ketika air tersebut dirasakan

kesadaran dari produsen untuk mengajukan penilaian ulang mutu terhadap produk yang dikeluarkan, apakah masih layak atau tidak untuk dipasarkan dan dikonsumsi masyarakat. “Hal ini merupakan tanggung jawab dari produsen untuk menyediakan makanan dan minuman baik untuk konsumen, apabila terjadi keracunan dari produk tersebut kepercayaan dari konsumen akan menurun drastis sehingga keuntungannya akan berkurang. Saya harap peran dari pemerintah untuk mengawasi air minum isi ulang lebih ditingkatkan lagi sehingga

ket kanan ke kiri: Alat pembersih galon, doc Adi Anggara Pengisian ulang galon, Adi Anggara

“Untuk membedakan bagus atau tidaknya mutu air, secara kasat mata memang sukar. Untuk mengetahuinya harus

atau diminum dengan ditandai adanya rasa metallic pada air tersebut”, tambah Fitriyono.

keamanannya tetap terjamin”, tutur Fitriyono Ayustaningwarno.[]

Kasus tersebut dapat merugikan konsumen, selain cemaran mikroba dapat menyebabkan diare dan sakit perut, efek logam berat dan polimer juga dapat mengakibatkan kanker ataupun tumor, yang berdampak hingga 5 - 10 tahun kedepan. Sangat disayangkan produk – produk berbahaya tersebut dapat beredar umum. Perlu adanya edisi lima puluh satu

PAGE

disebabkan oleh penempatan botol kemasan dimana secara langsung terkena sinar matahari sehingga menyebabkan polimer dalam kemasan tersebut bercampur dengan partikel air”, Ungkap Fitriyono Ayustaningwarno, salah satu dosen ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip).

majalah dimensi

25


.LAPORAN KHUSUS .

Jaga Air Minum Kita! Oleh: Arum Ambarwati dan Nailis Soraya

K

ondisi kesehatan suatu masyarakat tak hanya menjadi tanggungjawab diri sendiri. Pemerintah dan produsen juga memiliki peranan penting. Termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat. Kondisi lingkungan yang semakin hari semakin buruk menuntut kita untuk mencari sumber air minum lainnya. Pola hidup konsumtif dan praktis mendorong kita untuk mengonsumsi air minum isi ulang. Tak dapat dipungkiri, kualitas air minum isi ulang tak sebaik kualitas air minum yang kita rebus sendiri. Bahkan tak jarang beberapa orang mengeluhkan beberapa gangguan akibat mengkonsumsi air minum isi ulang. Contohnya Murningsih salah seorang mahasiswa Politeknik Negeri Semarang. Setiap hari ia mengkonsumsi paling tidak tiga liter air isi ulang untuk masak dan minum. Murni, begitu panggilan akrabnya, sering mengalami serak ditenggorokan yang diduga disebabkan karena mengkonsumsi air isi ulang tersebut. Diperlukan adanya kerjasama dari semua pihak untuk menjaga kualitas air minum tersebut. Produsen, pihak pertama yang menyediakan air minum ini perlu memperhatikan kualitas air yang mereka dapat, hingga mereka salurkan pada konsumen. Menurut prosedur standar, dalam proses pengolahan air isi ulang, pertama-tama air baku masuk ke tempat penampungan, lalu mengalir ke tabung filter danterakhir mengalir ke galon. Semua proses ini harus dilakukan pada tingkat higienitas dan sanitasi yang baik. Untuk menjamin itu semua terlengkapi maka di sini pihak Dinas Kesehatan khususnya Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten berperan penting. Pemeriksaan kualitas air isi ulang normalnya dilakukan setiap satu bulan sekali. “Kami pun juga memberikan pembinaan dan pengawasan depot-depot isi ulang di Kota Semarang, dari segi perilaku karyawan, kondisi depot, mobil tangki, dan galon, setidaknya selama enam

PAGE

26

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

bulan sekali,� tutur Wahyoto, salah satu staf di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Terakhir yang tak kalah penting adalah perilaku konsumen dalam memperlakukan air minum isi ulang. Lagi-lagi higienutas dan sanitasi sangat perlu untuk diperhatikan. Bagi Anda para pengonsumsi air minum isi ulang, perilaku-perilaku berikut dapat membantu dalam menjaga kualitas air minum isi ulang Anda. [] Tips menjaga air minum kemasan : 1. Gunakan tisu pembersih dari depot untuk membersihkan leher galon. 2. Simpan galon di tempat yang bebas dari sinar matahari secara langsung. 3. Simpan galon pada tempat yang bebas dari debu, tempat pembuangan sampah, barang bekas, beracun, dan berbahaya. 4. Simpan galon di tempat yang berventilasi dan sulit terjangkau binatang. 5. Pastikan dispenser, teko atau tempat penam pungan lain dalam keadaan bersih. 6. Gunakan penutup galon yang diperoleh dari depot air minum, bukan dengan gelas atau alat penutup lainnya. 7. Segera cuci gelas atau alat minum yang Anda gunakan. 8. Jangan simpan air minum isi ulang dalam jangka waktu yang lama. 9. Air minum isi ulang yang dapat langsung diminum adalah air isi ulang yang berumur tidak lebih dari 24 jam sejak pengisian. Apa bila air minum telah berumur >24 jam, maka rebus terlebih dahulu sebelum digunakan.


PAGE

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

27


.KAMPUSIANA .

Tidak Sesuai Kriteria, akselerasi Ditutup Semen Oleh: Dewi Ristiana Palupi

P

rogram Studi D3 khusus lulusan SMK Politeknik Negeri Semarang untuk sementara waktu akan ditutup. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga tahun terakhir, Ir. Supriyadi beserta jajarannya memutuskan untuk sementara waktu menutup pendaftaran mahasiswa baru dalam program kelas akselerasi tersebut. Keputusan ini mulai berlaku untuk pendaftaran mahasiswa baru angkatan 2014. Menurut S ­ upriyadi selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang, Program Studi D3 yang ditempuh selama 5 semester dan dikhususkan untuk lulusan SMK ini dinilai tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria dan desain awal kelas khusus SMK sendiri mulanya berasal dari Supriyadi sewaktu masih menjabat sebagai Pembantu Direktur 1 pada tahun 2010. Ia menjelaskan bahwa kelas akselerasi ini benar-benar harus dikelola secara khusus. Kalau bisa staf pengajar adalah para praktisi dan lulusan yang dicetak nantinya langsung dapat diterima bekerja di perusahaan-perusahaan tertentu. “Seharusnya kurikulum, staf pengajar, dan proses belajarnya berbeda. Ini kok sama saja dengan reguler,” tutur Supriyadi. Menurutnya, pihak jurusan tidak dapat menjalankan komitmen sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. “Silahkan mengajukan pembukaan kembali kalau sudah dapat memenuhi standar, tapi kalau belum ya baiknya ditutup dulu sambil dievaluasi,”

PAGE

28

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

tambah ­Supriyadi secara tegas. Setelah ini pelajar yang ber­asal dari lulusan SMK bisa tetap mendaftar, akan tetapi keseluruhan akan masuk ke dalam kelas reguler. Ditemui secara berbeda, Jusmi Amid selaku Ketua Jurusan Akuntansi juga mengemukakan pendapat yang sama. Ia mengakui bahwa hasil dari program akselerasi ini memang tidak sesuai dengan tujuan awal dibukanya program tersebut yaitu menghasilkan output yang lebih baik dan cepat mendapatkan pekerjaan. Pernyataan ini diterima dari beberapa konsumen, dalam hal ini adalah perusahaan yang mempekerjakan lulusan program akselerasi tersebut. Kebanyakan mengatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang berarti antara lulusan D3 reguler dengan D3 akselerasi. Jusmi Amid juga berpendapat bahwa penutupan sementara program ini akan lebih memudahkan mahasiswa. Tidak ada lagi sekelompok mahasiswa program akselerasi yang harus menerima jam perkuliahan lebih padat akan tetapi fasilitas, bahkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibebankan kepada mereka sama dengan mahasiswa reguler. “Setelah ini tidak akan ada lagi mahasiswa berstatus aksel yang harus mendapat matrikulasi capek-capek, makan waktu liburan, akan tetapi setelah lulus tidak jauh lebih baik dari


ntara mahasiswa reguler,” ucap Jusmi Amid.

edisi lima puluh satu

PAGE

Astri Setiana, mahasiswa kelas AK 2 aksel juga menyambut baik keputusan yang diambil oleh institusi kali ini. Ia menjelaskan bahwa waktu belajar 6 semester yang dipersingkat menjadi 5 semester ini membuat banyak materi perkuliahan tidak dikuasai dengan cukup baik. Kurikulum yang diterapkan sama, akan tetapi setiap harinya ia harus menjalani perkuliahan dari pukul 07.00 hingga 15.30 WIB. “Memang lebih cepat lulus, tetapi kalau perusahaan yang menerima itu mengatakan kurang puas ya sama juga bohong,” tutur Astri. Ia juga berpendapat bahwa dengan dihapuskannya kelas akselerasi ini dapat menghilangkan kesan deskriminasi yang sbelumnya ada. “Jadi semua reguler, anak SMK juga bisa belajar bersama anakanak yang lain,” tambah Astri.

majalah dimensi

29


.SPEAK UP .

Dampak Ditutupnya Jalan Di Dalam Polines Oleh : Ika Putri Raswati dan Edo A. Kurniawan

Dengan adanya peraturan baru, saat ini sudah sangat jarang atau mungkin hampir tak pernah kita jumpai lagi kendaraan bersliweran melewati jalan dalam Polines. Kendaraan bermotor pun tak ada yang parkir sembarangan lagi. Hal ini tentu saja membuat kampus terlihat lebih rapi, namun tentu saja dibalik sebuah kebijakan baru pasti ada pro kontra yang mengikutinya. Berikut tanggapan beberapa mahasiswa mengenai peraturan tersebut.

Ari Alwi Kholid Muazi LT 3A Prodi Listrik Jurusan Elektro Tahun 2011 Saya setuju kalau jalan yang ditutup untuk motor dan mobil, kalau yang ditutup cuma m 足 otor nantinya mahasiswa dan dosen beralih transport ke mobil. Kenapa cuma motor yang nggak boleh masuk sementara mobil boleh, terus kenapa masih ada dosen dan karyawan yang tetap masuk meski sudah ada larangan.

Annisa Prodi D3 Administrasi Bisnis (Khusus) Jurusan Administrasi Niaga semester 3 Tanggapan saya bagus dengan adanya peraturan itu ya lebih terihat polines itu sistemnya teratur dan terarah, dan pasti mempunyai tujuan tertentu kenapa bisa dibuat peraturan 足seperti itu. Kalau bisa sih ada jamnya motor/mobil di bolehkan atau tidak dibolehkan lewat situ, ya peraturan itu di buat karna dari semua orang yang melakukan aktivitas di Polines, tidak bisa memfungsikan jalan tersebut dengan baik. kalau jalannya dibebaskan sama aja dong yang terlihat nggak tertib aja. Juga mungkin pengguna jalan kaki juga agak nggak nyaman lewat jalan situ. Hehe

PAGE

30

edisi lima puluh satu

majalah dimensi


Novit Ade Perdana prodi d4 perbankan syariah akuntansi, semester 3 Ya untuk melancarkan arus lalu lintas di kampus polines. Karna selama ini tidak ada 足kejelasan jalur masuk atau jalur keluar. Makanya dibuat kayak gitu. Sepanjang jalan dikampus. Jadi nggak masalah kalau emang ditutup.

Burhan Khairul Hanam Prodi D3 Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin , Semester 3 Kalau lagi kbm harus ditutup., tapi agak sorean gitu gapapa boleh dibuka lagi, yaa ditutup kalaupas keadaan kbm, menghindari hal-hal yang nggak diinginkan misalkan curanmor. Kan udah banyak korban di mdh dan di lapangan hitam yang kehilangan helm.

Dicky Eka Setiawan Prodi D3 Akuntansi Jurusan Akuntansi Semester 6 Sangat setuju karna jadi bisa rapi, kecuali kalau saat kegiatan ormawa dibuka. Soalnya jadi ribet buat gerak kalau motornya ditaruhnya di parkiran TN.

Muh. Ifthor Hilal Prodi D3 Konstruksi Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Semester 6 Saya setuju kalo jalannya ditutup, karena kalo jalannya dibuka di depan kantin sipil banyak motor berlalu lalang dan itu membahayakan


.KAMPUSIANA . PKL Dan Magang dari Kewajiban Hingga Ajang Promosi Oleh : Windi Agustina Dewi dan Intan Ruhaeni

Memang seharusnya tempat PKL / Magang dipilihkan oleh ­institusi sendiri agar sesuai dengan bidang studi yang dipelajari.

’’ B

agi institusi vokasi, Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan magang tentu dipandang sebagai kebutuhan pokok yang wajib hukumnya untuk dipenuhi. Mengingat visi pendidikan vokasi yang menuntut lulusannya untuk lebih siap menghadapi dunia kerja. Secara garis besar, PKL dan magang memiliki beberapa persama-an. Salah satunya adalah sebagai sarana untuk mengaplikasi­kan ilmu pendidikan ke dalam dunia kerja. Demikian halnya dengan Politeknik Negeri Semarang ­(Polines), disetiap jurusan mewajib­kan setiap mahasiswanya untuk mengikuti PKL dan magang. PKL biasanya diterapkan pada mahasiswa reguler, sedangkan magang diterapkan untuk mahasiswa kelas kerjasama atau Kelas Khusus. Sedangkan pelaksanaannya pada saat libur semester 4, 5 atau 6 untuk mahasiswa D4. Magang dan PKL telah diatur dalam Rencana Strategi Politeknik Negeri ­Semarang tahun 2011-2015 ­(Renstra Polines).

PKL adalah pengenalan pertama mahasiswa terhadap lingkungan kerja sesungguhnya. PKL berperan penting sebagai langkah awal mahasiswa dalam mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Seringkali, PKL juga dijadikan ajang untuk menilik seberapa besar relevansi teori yang diperoleh semasa kuliah dengan realita sesungguhnya dalam dunia kerja. Hal ini kerap dijadikan acuan bagi para dosen untuk membenahi kembali materi perkuliahan, meskipun waktu pelaksanaan untuk PKL hanya sekitar 1-2 bulan. Sedangkan magang ditujukan agar mahasiswa lebih mengerti bagaimana pekerja-an yang dihadapi sesuai dengan bidang masing – masing, sehingga waktu yang dilaksanakan pun lebih lama yaitu 2-6 bulan. “Memang seharusnya tempat PKL/Magang dipilihkan oleh institusi sendiri agar sesuai dengan bidang studi yang dipelajari. Polines sendiri telah menjalin kerjasama dengan lembaga industri seperti Pertamina, PLN, Angkasa Pura, Perbankan, dan sebagainya, sehingga hal ini dapat meringankan mahasiswa jika membutuhkan ja-ringan untuk mencari tempat PKL/Magang”, tutur Akhmad Jamaah, selaku Wakil Direktur I. Pada dasarnya PKL dan magang memiliki manfaat tidak jauh berbeda. Keduanya sama-sama bersimbiosis mutualisme dengan pihak kampus, mahasiswa, maupun perusahaan. Bagi mahasiswa, selain keterampilan dan wawasan, pengalaman selama magang atau PKL juga dapat membentuk karakter seperti rasa tanggung ja­wab dan membangun kerjasama tim.

Hal ini jelas sangat berguna ketika mahasiswa terjun di dunia kerja sesungguhnya. “Harapan saya kemampuan mahasiswa nantinya dapat meningkat dan dapat dijadikan bekal untuk melamar pekerjaan. Belum tentu pintar itu yang nomor 1, yang penting tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesamanya”, tutur Marliyati selaku Kepala Prodi Akuntansi. Bagi perusahaan sendiri hadirnya mahasiswa program magang atau PKL tak pelak memberikan ke-untungan. Kebutuhan perusahaan terhadap tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya sedikitnya terpenuhi. Laporan dari hasil magang atau PKL juga dapat dimanfaatkan guna melihat performa perusaha-an secara umum. Belum lagi dari segi pembiayaan, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar tenaga mahasiswa. Meskipun pada praktiknya, banyak perusahaan pada akhirnya memberikan upah bagi para karyawan magang. Apalagi sebagian besar tempat PKL atau magang nantinya akan dipergunakan mahasiwa untuk observasi dalam pengambilan data tugas akhir. Sehingga tugas akhir mahasiswa juga akan bermanfaat bagi perusahaan karena dapat menjadi evaluasi tersendiri untuk sistem perusahaan tersebut. “Dengan adanya program kerja ini semoga wawasan mahasiswa dalam dunia kerja yang sesungguhnya lebih berkembang, dan ada ilmu untuk bekal menatap masa depan mereka”, ungkap Nur Setiaji, Kepala Program Studi Konstruksi Sipil.[]


PAGE

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

33


.TRADISI .

1

Nyadran :

Menyambung Silaturahmi, Mengingat Mati Oleh: Ahmad Prabawanto dan Yuni Pambreni

Nyadran berasal dari bahasa arab yaitu sodrun yang artinya dada. Maksudnya adalah dari hati untuk mengingatkan kepada orang untuk bersilaturahmi. Tradisi nyadran ini diperkenalkan oleh seorang wali bernama Sunan Kalijaga. Ia memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat melalui bidang-bidang kesenian, seperti grebek dan Maulid Nabi. Pada masanya, guna menarik perhatian masyarakat nyadran dilakukan dengan kegiatan mengaji bersama. Tradisi ini diawali dengan membawa makanan dari rumah menuju makam para keluarga. Makanan tersebut nantinya akan disantap bersama para keluarga atau dibagi-bagikan untuk dimakan di rumah. Banyak sekali warga yang datang

edisi lima puluh satu

PAGE

34

M

asyarakat Indonesia masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan budayanya. Hal ini terlihat dari masih terjaganya budaya-budaya tersebut. Seperti halnya masyarakat Jawa Tengah yang masih sangat menjaga dan melestarikan tradisi mereka. Misalnya tradisi nyadran. Salah satu desa yang masih mempertahankan dan melestarikan tradisi nyadran adalah desa Mliwis, Boyolali, Jawa Tengah. Di desa tersebut, nyadran biasanya dilakukan pada tanggal 15 bulan Sya’ban pada setiap tahunnya.

majalah dimensi


3

2 Foto : Ahmad Prabawanto

ke makam dari anak-anak sampai usia lanjut. Mereka semua masih antusias untuk meramaikan tradisi yang sudah melekat di desa mereka. “Habis dari sarean lalu mendatangi anak cucunya, bersilaturahmi dan mengingatkan agar jika nanti meninggal supaya didoakan”, ungkap warga sekitar. Bila mereka sudah selesai membaca do’a, maka mereka pun menyantap hidangan yang telah mereka bawa dari rumah. Makanan yang mereka bawa adalah makanan seperti jajanan pasar, buah-buahan serta makanan hasil kreativitas warga. Suasana ceria segera tercipta manakala mereka menyantap berbagai makanan tersebut sembari bercengkerama. Kemudian sesampai di rumah mereka saling bersiraturahmi ke tetangga-tetangga mereka layaknya seperti saat hari raya Idul Fitri.

4

“Kalau banyak tamu malah tambah senang, amergi banyak rejekinya”, ungkap bu Khomsatun, kepala desa setempat. Jika dipandang dari sudut pandang agama, unsur animisme, hindu, dan islam menyatu di dalamn tradisi nyadran ini. Hal tersebut membuktikan bahwa tradisi nyadran telah mengalami perkembangan yang evolutif sejak jaman pra Hindu-Budha hingga jaman Islam. Namun ada pula kontroversi yang muncul dari sebagian golongan. Beberapa pihak ada yang kontra dan menolak tradisi ini. Mereka menganggap tradisi nyadran mengandung bid’ah dan syirik sehingga mengancam iman mereka. Bagi pihak yang menjalani tradisi nyadran, tradisi ini justru dipandang sebagai alat syiar islam. Pro dan kontra tentang masalah ini hanyalah perbedaan sudut pandang, sehingga tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain. []

5 Keterangan Foto : 1. Menjinjing makanan ke makam 2. Pembacaan do’a 3. Makanan yang di bawa oleh warga 4. Berbagi bersama 5. Perjalanan pulang


.BACKPAKER.

MELANCONG KE SURAKARTA Oleh : Irma Novita dan Roudlotul Jannnah

S

urakarta atau Solo adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota yang terletak pada jalur strategis, yaitu pertemuan jalur dari Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali. Kota yang memiliki julukan “The Spirit of Java� merupakan kota penuh nuansa sejarah, budaya dan memiliki tradisi yang membanggakan masyarakatnya. Tata letak kota yang begitu rapih dan bersih, bangunan-bangunan tua bersejarah, jalanan yang rindang karena pepohonan, membuat kota ini begitu nyaman untuk menghilangkan kejenuhan sejenak dari aktivitas di Semarang. Banyak terdapat tempat wisata yang berada pada kota ini seperti keraton Surakarta, pasar tradisional dan beberapa museum yang terletak ditengah kota. Selain itu masih terdapat tempat wisata alam yang terletak tidak jauh dari kota Surakarta yang terletak di Karangayar. Dari Semarang, terdapat ber-

PAGE

36

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

bagai macam pilihan menuju kesana. Cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000 menggunakan bus safari dari Sukun Banyumanik akan mengantarkan ke terminal tirtonadi dengan waktu 2-3jam. Alternative lainnya bagi penakluk jalan raya, hanya dengan mengeluarkan uang bensin sebesar Rp. 18.000 dan dengan waktu tempuh 2.5jam sudah bisa menginjakan kaki di kota Surakarta. Namun perjalanan saya kali ini lebih memilih menggunakan mobil pribadi. Sekitar pukul 09.00 pagi bersama ke-enam teman kuliah saya bergegas meninggalkan Kota Semarang menuju kota Surakarta melalui jalan tol ungaran – bawen dengan suguhan pemandangan yang membuat mata tidak rela untuk terpejam dalam perjalanan ini. Setibanya di Solo sekitar pukul 10.55 WIB saya dan teman-teman langsung menuju Universitas Negeri Sebelas Maret untuk menghampiri tour guide yang

sekaligus teman dari Semarang. Sebelum melanjutkan perjalanan, saya bersinggah ke tempat makan langganan para mahasiswa UNS yang harganya terjangkau yaitu popeye. Tujuan utama kita adalah kebun teh kemuning yang terletak di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar dengan ketinggian 800-1.540 meter di atas permukaan laut. Cukup menempuh waktu sekitar 30-40 menit dari pusat Kota Karanganyar. Hanya satu jalan utama menuju Kebun Teh Kemuning yakni melalui jalur Solo-Tawangmangu. Sesampai di pertigaan setelah Terminal Karangpandan harus berbelok kiri menuju arah Ngargoyoso. Sepanjang perjalanan saya tidak bosan menikmati pemandangan yang disajikan hamparan sawah hijau yang terbentang. Tidak hanya itu, setelah memasuki kawasan perkebunan saya benar benar mensyukuri dan menikmati ciptaan Tuhan yang terbentang


Perjalanan dilanjutkan kembali menujju candi cetho yang kebetulan masih satu kawasan dengan kebun teh kemuning. Candi yang terletak di lereng kaki Gunung Lawu ini benerbener beda dengan candi-candi lain di Pulau Jawa, designnya yang unik dengan beberapa relief dan ornament-ornament yang tidak biasa bener-bener terlihat mencolok dan membedakannya. Tarif masuk Candi

Cetho ini cuma Rp. 3.000, dan jam bukanya mulai jam 07.0017.00. jalan menuju Candi Cetho lumayan lebih menantang dariopada perjalanan menuju kebun teh, karena candi ini letaknya lebih tinggi daripada kebun teh kemuning. Sekitar pukul 16.00 kami mulai meninggalkan candi dan kembali meneruskan perjalanan menuju kota Solo. Namun di perjalananpulang, kami kurang beruntung. Rem mobil yang kami naiki tidakberfungsi secara baik dan benar. Kebetulan kami merasakannya ketika mobil kami berhenti di depan kantor polisisektor ngargoyoso. Sembari menunggu memperbaiki rem mobil, kami menjalankan sholat Ashar di polsek ngargoyoso. Membutuhkan waktu sejam dalam memperbaiki rem mobil, keudian kami melanjutkan perjalanan menuju kota Surakarta. Malamnya, pukul 18.15 kami sampai kembali di Universitas

Sebelas Maret dan menjalankan solat Magrib di masjid kampus yang begitu megah itu. Dilanjut makan malam di angkringan modern “tiga tjeret� yang terletak tepat di depan Mangkunegara. Di sela-sela waktu makan dan senda gurau kita, keluarlah ide gila untuk melanjutkan liburan ke Jogjakarta. Kami putuskan untuk bermalam di rumah saudara teman kami di daerah Klaten. Pagi di Klaten cukup sejuk dan menyegarkan, disuguhi sate keong khas Klaten dan makanan pelengkap lainnya untuk kami santap sarapan pagi kemudian meninggalkan Klaten pukul 09.00 pagi. Liburan dilanjutkan perjalanan ke Jogjakarta tepatnya tempat tujuan wisata selanjutnya di salah satu pantai di Gunung Kidul. Kami tidak menghabiskan waktu yang lama di Gunung Kidul karena harus melanjutkan perjalanan kembali ke Semarang. [RJ]

edisi lima puluh satu

PAGE

luas di lereng gunung lawu ini. Alam hijau yang membentang seluas kurang lebih 438 hektar sangat sejuk udaranya. Tidak perlu mengeluarkan uang banyak, hanya perlu memarkirkan mobil atau kendaraan pribadi di tempat yang benar dan tidak menggangu pengguna jalan lainnya kami turun dari mobil kemudian menikmati sejuknya udara dan pemandangan kebun teh. Seakan tidak mau rugi, kami mengabadikan moment ini dengan berfoto-foto sepuasnya.

majalah dimensi

37


.KULINER.

Petis Tangkar, Sajian Lezat Penggugah Selera

Oleh : Fieryanti K Foto & Liputan : Ahmad Gozali

B

umi Mina Tani merupakan semboyan dari kota yang mayoritas penduduknya bekerja dalam bidang pertanian. Pati adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terkenal dengan hasil pertaniannya. Beras, gula, garam hingga kacang merupakan hasil pertanian terbesar di Pati.

Berjarak sekitar 75 kilometer dari Kota Semarang, Pati tak hanya terkenal dengan hasil pertaniannya namun juga kulinernya. Siapa yang tak tahu Bandeng Presto, Nasi Gandul atau Mangut Ndas Manyung khas Pati? pastilah semua tahu. Namun tak semua tahu dengan menu sajian bernama Petis Tangkar. Petis Tangkar bukanlah sajian petis yang disajikan pada tahu petis. Petis yang satu ini merupakan variasi masakan daging sapi yang hampir sama dengan gulai. Perbedaannya adalah, petis tangkar dicampur tepung jagung. Berbeda dengan Petis Runting, Petis Tangkar tidak menggunakan daging kambing. Namun menggunakan daging sapi, agar para penikmatnya tidak perlu takut terkena darah tinggi. Menurut Mbak Sri, salah seorang penjual Petis Tangkar yang berada di daerah Wedarijaksa, Tangkar adalah tulang sapi khas dalam yang masih muda. Menu yang berbahan dasar bawang merah, bawang putih dan rempahrempah ini sangat cocok disantap panas-panas disaat musim hujan bersama lontong atau sepiring nasi. Rasanya yang gurih karena terbuat dari kaldu sapi tentunya sangat menggugah selera makan. Meski terbuat dari daging sapi, pada umumnya satu porsi Petis Tangkar dijual dengan harga 5 ribu rupiah. Jadi tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk menikmati gurih lezatnya tangkar pada Petis Tangkar. []


Sate Ambal,

Pilihan Kuliner dari Tanah Kebumen Oleh: Badra Nuraga

Namanya sate ambal. Sate asli Kebumen ini mem­ punyai bumbu khusus yaitu dengan bahan dasar tempe. Tempe yang dipakai adalah tempe rebus. Kemudian ditumbuk halus dengan rempah yang digunakan untuk merendam daging. Ditambah dengan cabai dan bawang goreng, paduan bumbu ini menghasilkan rasa saus yang manis ­dengan sedikit pedas di akhirnya. Tekstur­nya mirip saus sate padang. Sate yang terkenal di Kebumen ini berbahan baku daging ayam. Setiap tusuk sate berisi 3-4 potongan daging ayam. Sebelum dibakar, daging ayam direndam dengan paduan 9 rempah selama 3 jam. Rempah tersebut adalah pala, merica, ketumbar, jahe, kunyit, bawang merah, bawang putih, garam dan gula. Wangi rempah yang keluar dari sate ini langsung menggugah

selera. Campuran rempah tersebut juga menghasilkan rasa manis dan gurih yang saling beradu dalam lidah, lezat. Makanan ini biasa disajikan dengan ketupat atau nasi. Anda hanya perlu mengeluarkan Rp 24 ribu untuk menikmati satu porsinya, bisa juga pesan setengah. Satu porsi berisi 20 tusuk sate plus semangkuk bumbunya. Untuk nasi atau ketupatnya didapat dengan harga Rp 5 ribu per porsi. Nama sate ambal berasal dari tempat asal sate tersebut, yaitu Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Anda dapat singgah di salah satu warung sate ambal Pak Kasman, yang sekarang dikelola oleh anaknya. Warung ini terletak di Jl. Deandels RT:04 RW:01 no. 15 Desa Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Patokannya adalah sebelah­ timur SMP N 1 Ambal dan Puskesmas 1 Ambal. Warung ini sudah berdiri sejak 1996 dan warung asli milik pak kasman. Warung ini juga me­nerima pesanan. Selamat berkunjung dan selamat mencoba. []

edisi lima puluh satu

PAGE

S

ate. Begitulah masyarakat menyebut untuk sebuah makanan yang terbuat dari potonganpotongan daging kecil yang ditusuk dengan lidi atau bambu. Makanan ini biasanya disajikan dengan bumbu kacang dan ketupat sayur. Tapi tahukah Anda bahwa ada sate dengan bumbu tempe?

majalah dimensi

39


! PROMOTE YOUR ADS HERE ! wira : +6285 742 700 230 PAGE

40

edisi lima puluh satu

majalah dimensi


PERHATIAN

Memberitahukan bahwa logo sapi blangkon adalah logo hak paten dari House Of Moo. Kami meminta maaf sebesar - besarnya dikarenakan memakai logo tersebut dipakai di iklan Mao Susu pada Majalah Edisi 50.

“

Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana.

“

!

Seno Gumira Ajidarma



Kudus,

.GALERI FOTO .

tak melulu soal kretek Oleh : Ahmad Prabawanto

S

elama ini kita mengenal kota kudus sebagai kota kretek. Namun tahukah Anda bahwa Kudus juga mempunyai sebuah pabrik gula? pabrik ini berlokasi di daerah Rendeng, Kudus. Beberapa waktu yang lalu kami berhasil mengabadikan beberapa gambar dalam proses pengangkutan batang tebu, bahan baku pembuatan gula murni. berikut beberapa hasil tangkapan lensa kami.[]

edisi lima puluh satu

PAGE

vv

majalah dimensi

43


2

1 3

4

5 PAGE

44

edisi lima puluh satu

majalah dimensi


6

7

edisi lima puluh satu

PAGE

Keterangan Foto : 1. Kawasan pabrik 2. Menempatkan kereta 3. Pemindahan batang tebu ke kereta 4. Pengecekan 5. Pendorongan awal 6. Mendorong tumpukan tebu 7. Merapikan barisan tebu

majalah dimensi

45


.KOMUNITAS . Buku untuk Papua, Merajut Papua Cerdas Oleh : Anwar Hamid Zul Fauzi

“Our passion isn’t collecting books, but distribute knowledge”

Tingginya angka buta huruf dan rendahnya pendidikan masih menjadi problematika di sebagian daerah nusantara, terutama di Papua. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat kehadiran guru karena faktor keterisolasian serta keterbatasan fasilitas di daerah terpencil. Dampaknya sebagian ilmu tidak tersampaikan dengan maksimal. Selama ini Papua terkenal dengan hasil kekayaan alamnya. Namun sayangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Papua tak seberuntung kekayaan alamnya. Setidaknya angka buta huruf yang sangat tinggi masih dialami masyarakat Papua. Berangkat dari hal tersebut, Dayu Rifanto, seorang putra yang terlahir dari bumi cenderawasih tergugah hatinya untuk mempelopori berdirinya organisasi Buku Untuk Papua (@bukuntukpapua). Buku Untuk Papua tak hanya sekedar mengumpulkan buku dari berbagai donator dan disumbangkan ke seluruh Papua. Namun pada hakikatnya mereka ingin menginspirasi, mengakomodir

PAGE

46

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

dan memfasilitasi perubahan wajah pendidikan di Papua melalui rumah baca dan ruang diskusi. Demi mencerdaskan pendidikan anak-anak Papua, 14 kota besar di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan sekitarnya ikut andil dalam kegiatan ini. Yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Solo, Jogja, Madiun, Purwokerto, Boyolali, Bogor, Makasar, Denpasar, Balikpapan yang juga merupakan titik drop off atau tempat pengumpulan buku. Berkat BUP setidaknya lebih dari 20 ribu buku sudah didistribusikan ke beberapa Kota di Papua. Terutama ke Rumah Baca, Sekolah, dan Universitas. Kini tercatat sembilan rumah baca baru didirikan di Nabire, Sorong, Biak, Manokwari, dan Timika. Antusias masyarakat untuk menyalurkan ilmu pun mulai tampak. Setidaknya komunitas BUP yang ada di Indonesia pun bertambah dan keikut sertaan mahasiswamahasiswa papua di perantauan meningkat. BUP mempunyai banyak cara untuk pengumpulan buku sampai distribusi ke rumah baca di seluruh Papua. 14 Titik drop off Buku telah tersebar di berbagai kota di Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali. Tujuh titik drop off dan pengelola rumah baca juga ada di Papua. Kesemua titik ini dimaksudkan untuk pengumpulan buku oleh masyarakat umum. Berbagai kerjasama pun telah dilakukan oleh BUP, baik dari dalam maupun luar negeri. Seperti lembaga PPI

dari Inggris, Komunitas Papua Melbourne, National Library Australia Embassy dan masih banyak lainnya. Di dalam negeri BUP melakukan kerjasama strategis dengan Mahasiswa Universitas Gajah Mada dengan mengadakan kegiatan 1 (satu) ton untuk Papua. Pengiriman buku ke Papua bisa juga buku dititipkan kepada rekan-rekan volunteer (sukarelawan) yang akan pulang kampung ke Papua. Dari beberapa buku yang terkumpul buku akan disortir. Karena sasaran dari BUP adalah anak-anak seusia sekolah dasar, maka kriteria buku yang BUP akan kirim ke rumah baca Papua adalah bukan buku pelajaran sekolah, komik, dan tidak bersifat sara. Di Semarang sendiri BUP baru berdiri pada bulan September 2013. BUP Semarang digagas oleh Dayu, salah seorang mahasiswa semester akhir jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Tak mau kalah dengan kota-kota lain BUP Semarang mengadakan acara “kelas cerdas” setiap satu bulan sekali untuk masyarakat umum. Dari acara tersebut partisipan disyaratkan membawa minimal 1 (satu) buku untuk donasi. Tidak hanya dalam event saja, BUP Semarang mempunyai beberapa sukarelawan untuk pengumpulan buku. []


PAGE

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

47


PLACE YOUR DESIGN HERE



.RESENSI FILM .

howl’s moving castle Judul Produser Penulis Skenario Sutradara Diangkat dari Novel Pemain

: Howl’s Moving Castle : Toshio Suzuki : Hayao Miyazaki : Hayao Miyazaki : Howl’s Moving Castle, Karya Diana Wynne Jones : Chieko Baisho, Takuya Kimura, dan Akihiro Miwa

Oleh: Fieryanti Kamaril K

D

iadaptasi dari sebuah Novel karya Diana Wynne Jones, Howl’s Moving Castle adalah sebuah film fantasi animasi Jepang. Film yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki, bercerita tentang gadis berusia 18 tahun bernama Sophie, seorang gadis pengrajin topi yang dikutuk oleh seorang penyihir menjadi nenek-nenek berusia 90 tahun. Sophie yang memiliki sifat gugup, penakut dan kurang percaya diri ini awalnya sangat cemas akan perubahan yang terjadi pada dirinya. Bertekad membebaskan diri dari kutukan penyihir, akhirnya sophie memutuskan untuk keluar dari tempat tinggalnya di sebuah toko topi ke tempat asing dimana para penyihir dibuang. Pada pejalanannya yang melelahkan, Sophie menemukan sebuah Kastil bergerak yang selalu berpindah dari satu tempat ketempat lain. Pemilik kastil bergerak adalah seorang penyihir bernama Howl. Howl adalah penyihir berbakat tampan yang diburu oleh Raja Penyihir karena ia dianggap akan menyalah-

gunakan kekuatan sihirnya untuk memberontak melawan Pemerintah. Kemenarikan film ini adalah Kastil bergerak milik Howl. Penggerak kastil bergerak adalah api iblis bernama Calcifer. Tak hanya menggerakkan, Calcifer juga melindungi kastil bergerak tersebut dari mata-mata Raja Penyihir dengan cahaya berkilaunya. Kemenarikan lainnya adalah Pintu kastil bergerak yang memiliki empat arah kunci yang pada setiap arahnya akan membawa orang di dalamnya ke tempat berbeda-beda yang telah Howl tetapkan. Howl tak tinggal sendiri dalam kastil bergerak, ada Marlk seorang anak kecil berusia 10 tahun yang ikut mengurusi kastil tersebut. Tak membutuhkan waktu yang cukup lama, ketampanan, kecerdasan, dan kebaikan Howl membuat Sophie jatuh cinta. Dan setiap saat ketika rasa cinta Sophie kepada Howl hadir, wujud Sophie yang berupa nenek-nenek berubah ke wujud seorang gadis seperti sedia kala secara tiba-tiba. Namun akan kembali ke wujud nenek-nenek

jika rasa cinta Sophie kembali dipendam. Film ini sangat menarik untuk ditonton disetiap kalangan, terutama para remaja. Lewat peran yang Sophie mainkan,para penonton akan termotivasi untuk lebih berani dan tidak mudah putus asa. Sophie yang dulu bersifat gugup, penakut dan kurang percaya pun berubah menjadi seorang pemberani yang ikut menjaga kastil bergerak dari mata-mata Raja Penyihir dan ikut membantu Howl untuk menghentikanpeperangan. Berlatar tahun 1960-an, Howl’s Moving Castle telahmendapatkan banyak pujian dari para kritikus dan banyak penghargaan.Salah satu penghargaan yang diterima film ini adalah Osella Awards for Technical Achievement pada Festival Film Venesia ke – 61 dan berhasil masuk menjadi nominasi untuk kategori Best Animated Feature pada Academy Awards ke – 78 tahun 2006 di California, Amerika Serikat. []


The Monuments Men Produser Penulis Skenario dan Sutradara Diangkat dari Novel Pemain

.RESENSI FILM .

: George Cloney dan Grant Heslov : George Cloney : The Monuments Men, Karya Robert M. Edsel : George Clooney, Cate Blanchett, Matt Damon, Bill Murray, Jean Dujardin, John Goodman, Hugh Bonneville, dan Bob Balaban.

Oleh: Fieryanti Kamaril K

D

iangkat dari Novel yang berjudul sama karya Robert M Edsel, film garapan George Cloney menceritakan tentang tujuh orang laki-laki yang bertugas untuk menyelamatkan dan mengembalikan karya seni yang dicuri oleh Nazi kepada para pemiliknya. Tujuh orang tersebut terdiri dari ahli sejarah dan seni serta kurator museum. Melakukan penyelamatan ribuan karya seni dalam situasi Perang Dunia ke – 2 tentu tidak mudah. Apalagi merebut karya-karya tersebut dari seorang pemimpin Nazi, Adolf Hitler. Adolf Hitler memang berniat mencuri karya-karya tersebut dari berbagai tempat untuk dibawa ke Jerman. Karya seni ciptaan seniman terhebat, salah satunya seperti Picaso akan mengisi museum terbesar di dunia yang akan didirikan­nya, yaitu Museum of Hitler.

semua karya seni yang dicuri jika dirinya kalah atau tertangkap. Berbekal kemampuan perang seperti me-nembak atau merayap, para seniman yang diperankan oleh Cate Blanchett, Bill Murray, Jean Dujardin, John Goodman, Hugh Bonneville, dan Bob Balaban ini berjuang dengan segenap hati untuk menyelamat­kan karya seni seperti lukisan, patung, dan benda lain yang menjadi saksi bisu sejarah dan kebudayaan. Film ini sangat memotivasidan sangat menarik untuk ditonton, karena film ini mengajarkan para penontonnya untuk peduli pada kebudayaan dan warisan nenek moyang. Jika karya seni yang pernah dibuat oleh nenek moyang kita dan para seniman hilang atau musnah, maka identitas peng­huni suatu negeri atau kaum dapat hilang juga.[]

edisi lima puluh satu

PAGE

The Monuments Men (julukan para pria penyelamat karya seni) harus bergegas menyelamatkan semua karya seni yang dicuri Hitler. Karena dalam janjinya Hitler menyatakan agar memusnahkan

majalah dimensi

51


.SASTRA .

HU

Oleh : Na

“Aku percaya…. Hari demi hari…. Tak hanya melihatmu Pun Merasakanmu… dan menyentuhmu… Akan segera datang…” Dia terlihat dari balik kaca setebal setengah centi­ meter. Dari lantai enam gedung bertingkat aku melihatnya, dengan jelas aku bisa mengenali siapa dia. Suaranya, baunya, dan bagaimana dia tiba disaat-saat yang diprediksi. Kebanyakan dari diriku terdiam tatkala berhadapan dengan ciptaan satu ini. Bagaimana bisa, pikirku. Begitu indah, segar dan melimpah ruah. Tidak henti-henti datang setiap tahunnya. Seperti serbuan melodi yang mengalun bagai sebuah mahakarya simfoni. Tercium bau khas mint yang menyegarkan, ia datang. Tubuhku merinding sampai tak kuasa ku menahan cairan dalam kelopakku. Meski seringkali sakit didada mencekam karena sukacita yang kurasakan. Sungguh aku merindukannya, ingin sekali dalam diriku menyentuhnya. Sebelum tiba keputusasaan ku. Sudah lama aku tak bisa menyentuhya, sewindu waktu yang tak bisa kubendung. Karena tubuhku ini yang tak

mampu untuk berjalan mendekat padanya. Aku lemah tak berdaya diatas didepan kerinduannku padanya seringkali kulimpahkan pada kanvas dan sketc. Dengan­merasakan goresan-goresan cat plakat menari - nari tanpa henti. Tak sampai satu jam, sebuah karya karena rindu yang sungguh tak bisa kudustai berhasil membuatku mengembangkan satu senyuman kecil. Meski itu tak bertahan lama dan sakit rasanya. Kadangkala, rasa tidak percaya ini menantangku, membuatku bergaya seperti seseorang dengan kepribadian yang tidak cocok untuk aku lakukan. Ini bukanlah hal yang biasa pikirku, melihatnya dari tumpukan-tumpukan buku yang baru minggu ini kulihatnya. Tidak peduli setebal apakah itu aku ingin melihatnya dari sudut pandang yang berbeda, namun hasilnya tetap sama. Aku selalu tertarik dengannya. Hanya mendengar namanya dari sebuah layar berwarna pagi ini. Senyumku selalu berkembang. Dikatakan oleh benda beraliran listrik itu, dia akan datang malam ini. Lagi. Aku bertanya-tanya, mengapa tuhan baik sekali ­denganku. Memberikan kesempatan untuk melihat dia di saat aku sudah tidak punya harapan lagi tentang detak ini. Selalu datang dan setiap hari sejak pertama kali aku tiba di sudut ruang ini. Namun malam ini aku berpikir dia tidak akan datang. Ada yang ingkar dalam hal ini. Kuyakini itu tatkala bulan merah merona muncul bersama bintang-bintang di langitsebersih ini. Ya, aku kecewa, sedih sekali, “Oh tuhan akankah dia juga mencintaiku?, sama seperti aku? entah mengapa, aku ingin selalu menyentuhnya sebelum terlambat”. Tiga jam sebelum operasi. Sebelum pisau tajam merobek kulitku. Sampai aku tak tahu untuk bertahan dengan ketidakpastian ini. Aku ingin bahagia dengan merasakannya. Memang tak lain adalah hujan, hal yang paling aku cintai. Setelah ayah dan ibuku tentunya. Perasaan ini muncul tatkala usiaku menginjak

PAGE

52

edisi lima puluh satu

majalah dimensi


RESENSI FILM

UJAN

ailis Soraya

angka delapan. Ketika itu tubuh mungilku terbang bebas. Setelah sekian lama hidup dengan selang dan kabel yang menyelimuti tubuhku. Aku terlahir dengan dibayangi Heart Valve Disease dan serentetan kelainan lainnya. Kata yang susah memang untuk diucapkan. Awal tahun menjadi tahanan dirumah sakit, dan selanjutnya hidup dengan kursi roda. Pendidikan, teman, masa anak-anak aku sama sekali tidak merasakannya. Komunikasi hanya aku dapatkan dari ibu, ayah, serta perawat yang berganti setiap tahunnya. Hal-hal sepele dan tidak dalam supaya tak perlu berpikir keras. Meski begitu aku patut memunajatkan syukur ini. Kepada Ilahi yang memberikan nilai lebih disetiap rezeki sehingga tentang materi tak perlu dipikirkan. Heart Valve Disease atau masalah pada katup jantung adalah keadaan dimana salah satu atau lebih katup jantung tidak bekerja dengan baik. Dalam beberapa kasus, orang-orang terlahir dengan masalah pada katup jantung sedangkan beberapa orang mendapatkan kelainan pada katup di masa hidupnya. Aku salah satunya. Sejak pertama memang sangat sulit bagiku yang terlahir sembilan puluh hari lebih dini dari semestinya.Ketidaksempurnaan tergambar jelas. Namun bagi ibu, ini sebuah keajaiban. Melihatku terus bertahan hingga menguatkan hati ditengah detak yang tak pasti dan pasti. Rasanya memang tidak mudah. Ketika hanya berjalan dengan kedua kaki, merasa terlalu sedih, telalu senang menjadi hal yang berharga dalam hidup yang sempit ini. Semuanya harus dikontrol, bahkan tertawa-

pun jarang aku rasakan. Aku mengingatnya, Sore hari tertanggal 5 januari 2009, pukul 04.17. Dokter mengijinkanku berjalan keluar rumah untuk pertama kalinya. Seraya memakai sandal berwarna biru laut yang sering kali hanya terparkir disudut ruanganku dan setelan baju tidur. Untuk pertama kalinya, Pelanpelan kakiku melangkah dengan didampingi perawat yang tak pernah lepas menggenggam tanganku. Aku menapakkan diri untuk pertama kalinya ditanah ini. Menghirup segarnya aroma udara sore hari. Merasakan panasnya matahari senja. Yang dulu hanya sebatas impian dibalik kaca setebal setegah centimeter di kamarku. “Bisakah aku sendirian saja� pintaku Kini aku duduk dilingkungan yang tak pernah aku jumpai. Rasanya ingin tertawa sekeras-kerasnya, menitihkan air dari pelupuk mata dengan hanya merasakan yang biasa dialami orang-orang. Tetapi bagiku ini berbeda. Emosiku harus tetap tenang meski senang memuncak dalam pikiranku. Setengah jam telah berlalu namun aku masih duduk di kursi yang sengaja kupinta diletakkan di tengah halaman rumahku. Dengan diawasi oleh perawatku tentunya.Angin berhembus sedikit lebih kencang. Lama kelamaan langit tiba-tiba menjadi gelap


dengan awan hitam yang bergulung dari arah selatan. Dengan cepat separuh lebih cahaya menghilang. Aneh rasanya kupikir. Aku menoleh kearah suster ani yang berdiri di jarak 3 meter dariku. “Kenapa dengan langitnya?” tanyaku heran. “Ini mendung, tandanya mau hujan.”Jawabnya singkat. Hujan? Sebuah kata yang pernah kudengar namun tak pernah mengerti secara mendalam. “Apa itu?” dia kutanyai lagi. “Hujan itu saat air turun dari langit, berkah tuhan juga turut serta, lebih baik kita masuk yuk?”, pintanya. Hujan akan segera turun, nanti baju dan badan kak dewi basah semua. Air? Berkah tuhan? Basah?, apa maksud dari semua itu? hoh, setetes air menerpa tanganku. Aku termenung memandangi nya. “aku ingin merasakannya,bisakah kita tinggal lebih lama?”pinta ku, “aku mohon” Ibuku yang sedari tadi berdiri didekat pintupun sudah berteriak memanggilku untuk segera masuk kedalam. Omongannya tidak kugubris sama sekali. Karena aku termangu dengan rentetan tetesan hujan yang semakin lama berkembang lebat. Aku berdiri dengan tangan menengadah. Kupejamkan mataku, dengan kepala yang mendongak kebelakang. Tanpa sadar senyum lebar berkembang dibibirku. Tanpa terasa jantungku berdebar lebih kecang. Peluhku membasahi pipi bercampur dengan dinginnya air. Lama kelamaan bulir-bulir air telah berhasil membasahi tubuhku. Aku menangis terharu, bahagia, entah mengapa. Baru pertama kali aku merasakan berkah turun dari langit. Berlimpah ruah dari tuhan. Inikah kado manis untuk tuhan dariku? Ibu yang sedari dulu membujukku untuk kembali kebingungan.Tanpa persetujuan akupun dibawa kedalam rumah.Sampai detik ini aku tak pernah melupakan hal itu. Berkah yang melimpah ruah ini tidak terbeli oleh apapun. Sungguh maha besar, Tuhan memberikannya

PAGE

54

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

dengan percuma. Malam ini pukul 7.30, langit tampak cerah. Dan aku sedih melihat itu. Bukannya aku tidak menyukai apa yang tuhan berikan saat itu. Karena itu berarti kemungkinan kecil aku melihat hal yang aku cintai. Padahal pembaca berita tentang ramalan cuaca meprediksi malam ini terjadi hujan yang cukup deras. Namaku Ramunia, lahir di sebuah kota metropolitan pada malam tanggal 19 mei tahun 1998. Sudah hampir dua bulan aku dirawat di sebuah rumah sakit ternama di daerah Jakarta Pusat. Satu kosong tujuh dilantai enam khusus penderita penyakit dalam. Ruangannya kedap suara dan tertutup. Kabel dimanamana dan beberapa menampel di dada. Sudah terjadwal di agenda aku masuk ruangan operasi untuk ke duabelas kalinya. Tiga jam kedepan adalah waktu sisa sebelum 20 persen keberuntungan berpihak padaku. Selama itupun aku berpikir akhir dari cerita ini. Sekilas dibenak ingin rasanya menyerah. Tetapi mungkinkah ini menjadi akhir bahagia dengan menyerah. Yang aku ketahui semua hal hidup pasti akan mati. Hanya saja bagaimana orangorang mengartikan kehidupan sebelum terjadi. Akankah bahagia, sedih, kecewa, marah, senang. Yang jelas ini bukan arti aku bunuh diri. Tidak


Yang menjadi titik teberatku adalah mereka yang selama ini menjadi titik tumpuanku. Tetapi, apakah yang dipikirkan ayah dan ibu sebenarnya? Jelas semua orang tua menginginkan buah hatinya bahagia. Dan aku bisa temukan itu di cinta pertamaku. Tanda yang akan diberikan jika tuhan merestui apa yang terbaik untukku. Dan ayah dan ibu akan mengerti. Sampai sepuluh menit sebelum operasi aku sudah menjalani tes terakhir. Sebelum akhirnya aku dibawa di

meja operasi. Aku dibawa menggunakan lift menuju gedung lainnya yang ada disebelah gedung yang biasa aku gunakan ketika dirawat.Ketika melewati koridor akupun mantap mengambil pilihan itu, tatkala angin berhembus, dan awan hitam menyelimuti bulan merah disusul dengan hawa dingin malam itu. Tanda dari tuhan telah datang. Ini restu yang diberikan tuhan ketika dia juga merindukanku untuk disisihnya. “Ayah ibu, kesempatan ini tidak aku sia-sia, melainkan jika aku melewatkan yang lainnya, aku takut ini akan berlangsung lama, aku cukup bahagia dengan 16 tahun hidupku, maafkan aku jika aku menerima tawaran tuhan tatkala cinta pertamaku menjemputku disaat seperti ini, aku berharap kalian mengerti� kalimat terkhir yang diucapkan yang tak kuat lagi menahan air mata, dia menangis sekencang kencangnya tetapi dengan senyum dipipinya. Meski sakit mencengkram jantung dan seluruh pembuluh darah. Ia berlari, menuju padang rumput. Tangannya mambentang, dengan berlutut meski tak kuasa menahan tusukan seribu pisau menikam seluruh tubuh dan jantung. Seketika hujan turun perlahan-lahan membasahi sekujur tubuhnya. Menjadi deras seperti halnya simphoni yang merdu seiring dengan menyambut senyum paling terindah yang pernah ia lakukan. Senyum itu ia miliki bersama berkah yang turun dali langit. Ayah ibunya heran melihat tingkah putrinya. Tetapi si ibu mengerti apa maksud dari putrinya. Dia menahan laju ayah.Dan berkata, “anak kita memilih bahagia dengan cinta pertamanya sampai akhir�. Ibu dan ayahnya pun tak kuasa menahan air mata. Tetapi bukan sedih melainkan bahagia dengan pilihan putrinya.

edisi lima puluh satu

PAGE

memberikan kesempatan ke dua belas bagi hidupku. Ini berbeda, karena banyak orang pasti tidak mengerti dengan apa yang aku pikirkan. Tapi tuhan tahu apa yang aku butuhkan untuk menjadi bahagia di akhir. Yaitu tanda yang diberikannya.

majalah dimensi

55


Titik Balik dal

Oleh : Dewi Risti

S

uaranya masih terdengar jelas, menggambarkan nuansa lama pesta demokrasi. Dikemas dengan cara baru, publikasi kini lebih banyak tampil di balik layar kaca. Dimana wajah-wajah baru menjadi penghias pemilu tahun ini. Namun kesan asingnya telah lama hilang. Karena hampir dua tahun sudah, mereka lalu lalang di layar kaca memupuk persiapan untuk berlaga. Kini perhelatan akbar di negara Bhineka Tunggal Ika telah mencapai tahap kedua. Memilih presiden dan wakil presiden baru menjadi acara puncaknya. Sudah hampir 14 tahun, pemilihan umum calon presiden dan wakil presiden menjadi perhelatan lima tahunan. Bagi sebagian kecil orang yang duduk di teras atas, pemilu ini merupakan ajang perebutan tongkat estafet kekuasan. Bahkan secara harfiah, beberapa kelompok menganalogikan pemilu sebagai perang pengaruh. Kesan transak-

PAGE

56

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

sional bagaikan asap pekat, saat koalisi mulai terbentuk. Setelah melalui negosiasi selama beberapa pekan, dua kubu besar akhirnya terbentuk dari 15 partai. Wacana besar dari masing-masing kubu dengan lantang disuarakan, untuk berbagai kepentingan yang saling beradu. Dengan berbagai dalih kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, berbagai cara ditempuh seakan berusaha mengaburkan kebenaran dan pembenaran. Namun, untuk sebagaian besar kalangan menengah ke bawah, pemilu adalah perhelatan dimana ada kesempatan untuk mereka menggantungkan harapan. Penghidupan yang lebih baik, mungkin hanyalah bagian kecil dari harapan perhelatan pemilu. Tapi untuk puluhan juta jiwa penduduk miskin di Indonesia, perbaikan kesejahteran sangat berarti banyak bagi mereka. Tidak hanya terpusat di satu pulau saja, jutaan harapan masih tersebar luas di seleuruh pulau negeri

jamrut katulistiwa. Kemiskinan masih menjadi permasalah utama yang menjerat penduduk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 28,04 juta jiwa penduduk Indonesia masih ber足 usaha keras merangkak keluar dari kelamnya kehidupan di bawah garis kemiskinan. Dan pemilu menjadi harapan besar bagi mereka yang masih meraskan pahitnya kemiskinan. Seperti mentari

Jutaan kekayaan alam y pulau, harusnya bisa ejahteraan yang menga yangga. Dimana anakbisa merasakan akred berkutat dengan tingg


. KELAKAR .

lam Harapan

iana Palupi

Saat bicara soal pendidikan, ke­ rancuan sistem bagaikan penyakit akut yang tidak kunjung terobati di negari ini. Mulai dari pendidikan murah yang disandingkan dengan

yang tersebar di ribuan menjadi sumber kesakar kuat sebagai pen-anak penerus bangsa ditasi “A”, tanpa harus ginya biaya pendidikan.

akreditasi sebagai kekuatan otoritas dana pembangunan yang mencekik rakyat. Sampai de­ ngan kurikulum pendidikan yang silih berganti bagaikan mengejar setoran penjualan buku paket sekolah. Dimana memunculkan kesan seolah sistem pendidikan di negeri ini seperti tanah garapan, yang harus diolah setiap saat untuk keuntungan sebagian orang.

Bagaikan titik balik perubahan, pemilu menjadi ekspektasi nyata suatu bangsa yang jauh lebih baik. Bangsa yang mengguncang dunia bukan karena luas wilayah dan jumlah kekayaan alamnya. Tetapi bangsa yang mengguncang dunia, karena kesejahteraan dan kemakmuran yang mengisi penuh seluruh sendi kehidupan setiap tumpah darahnya.

Jutaan kekayaan alam yang tersebar di ribuan pulau, harusnya bisa menjadi sumber kesejahtera­ an yang mengakar kuat sebagai penyangga. Dimana anak-anak penerus bangsa bisa merasakan akreditasi “A”, tanpa harus berkutat dengan tingginya biaya pendidikan. Dimana infrastruktur dibangun merata, menjadi pijakan kuat untuk merangkak keluar dari keruhnya kemlaratan. Kemiskinan yang disebabkan rusaknya mental dan moral para pemumpin bangsa.

edisi lima puluh satu

PAGE

di tengah kelamnya mendung, Infrastruktur yang merata dan memadai menjadi pijakan pen­ ting. Pendidikan menjadi bagian yang tidak terbantahkan, bagaikan sendi dan tenaga yang menopang setiap pergerakan untuk hari esok yang lebih baik.

majalah dimensi

57


PAGE

58

edisi lima puluh satu

majalah dimensi

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT INI DIPERSEMBAHKAN OLEH LEMBAGA PERS MAHASISWA DIMENSI POLITEKNIK NEGERI SEMARANG




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.