Edisi 53 | III | 2012 | www.lpmjournal.com
Surat Kabar, Dari Pabrik Hingga Perempatan Jalan Portrait Rere, Srikandi Fotojurnalistik
Dolan Kereta dan Setapak Braga
Edisi Khusus
Foto
Jendela Bidik
K
apan terakhir kalian membaca media cetak bernama D'Journal? Perkenankan LPM Journal meminta maaf terlebih dahulu sehubungan dengan menghilangnya buletin D'Journal tiga bulan terakhir. Dan kini kami kembali, dengan edisi khusus. buletin D'Journal Edisi Khusus Foto. Mulai dari Dolan, Tema, juga beberapa rubrik lain yang tidak kalah bergambar. Pada rubrik Portrait (tokoh), kalian akan mendapati pewarta foto bersosok perempuan. Tangguh? Rasanya tidak perlu diragukan. Sedang di rubrik Esai, kalian akan menemukan bukti bahwa menjadi pengedar mengharuskan kalian bangun lebih pagi daripada Mama Dedeh dan Abdel. Buletin edisi khusus ini memaksimalkan potensi Sub Divisi Fotografi yang selama ini kurang terlihat di buletin konvensional kami. Lalu, akankah muncul pertanyaan, “Bagaimana dengan buletin konvensional kalian?” Kami memperkosa teknologi digital, sebagai wahana yang sebenarnya tidak bisa dikatakan baru. Kalian bisa mengunduh Buletin D'Journal Edisi Penerapan Pendidikan Jurnalistik (PPJ) di www.lpmjournal.com . Kami mengucapkan selamat atas terselenggaranya berbagai acara oleh Organisasi Mahasiswa STMIK Amikom Yogyakarta. Dalam kurun waktu tiga bulan ini, banyak kesuksesan yang tidak sempat kami bubuhkan satu-persatu di kertas ini. Salam pers mahasiswa! I see your face every time I dream. On every page, every magazine. So wild and free, so far from me. You're all I want, my fantasy. ***
(Def Leppard – Photograph)
DITERBITKAN OLEH : LPM Journal STMIK Amikom Yogyakarta. PELINDUNG : Drs. M. Idris Purwanto, M.M. PEMBINA : Jaeni, S. kom. PIMPINAN UMUM : Ika Nurindah P. WAKIL PIMPINAN UMUN : Deni Dwi K. SEKRETARIS UMUM : Suguarti. BENDAHARA: Melinda Detya R. PIMPINAN REDAKSI : Ilham Bagus P. PIMPINAN PRODUKSI : Ferry Eka A. REDAKTUR : Tirta Hadi Pranata, Ilham Bagus P. REPORTER : Deni Dwi K., Ngaliman, Nurhapsoro Triyowibowo, Zani Noviansyah, Adam Ghifari, Ika Nurindah P., Fery Eka A., Tirta Hadi Pranata, Satrio Rizki D. FOTOGRAFER : Adam Ghifari, Ilham Bagus, Deni Dwi K, Tirta Hadi Pranata, Ngaliman, Ika Nurindah P. LAYOUTER : Fery Eka A. ALAMAT REDAKSI : Ruang sekretariat bersama, STMIK Amikom Yogyakarta, JL. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. EMAIL REDAKSI: redaksilpmjournal@gmail.com. WEBSITE : www.lpmjournal.com . TELP : (0274) 7013524 .
Mewartakan Realita
D’Journal
O2
Edisi Khusus Foto
Esai
Surat Kabar, Dari Pabrik Hingga Perempatan Jalan Siapa yang Berperan dan Berpenghasilan Foto : Journal | Adam
Udara terasa dingin, angin malam semilir berhembus. Waktu menunjukkan hampir sepertiga malam terakhir dan di saat seperti ini kebanyakan makhluk Tuhan sedang terlelap tidur. Namun tidak bagi pedagang koran. Inilah saat-saat mereka mulai menunjukkan geliatnya. Bersahabat dengan dinginnya pagi dan sisa-sisa kantuk mereka. Pukul dua dini hari. Kami menunggu di teras salah satu rumah makan sea food, di Jalan Laksda Adisucipto. Tepatnya di seberang gapura Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (Stipram). Sebuah mobil bak terbuka, berhenti dan meletakan beberapa ikat koran di teras rumah makan yang belum buka itu. Petugas hanya meletakannya dan pergi. Tak ada yang menjaga koran tersebut. Selang 20 menit berlalu, datang lagi sebuah mobil bak terbuka. Sama seperti mobil sebelumnya, pengemudi mobil dan rekannya menurunkan beberapa tumpukan koran di teras itu. Mobil itu berhenti tak lebih dari 10 menit. Lalu pergi. Pukul 02.35 datang dua orang bersepeda motor. Tanpa banyak bicara, koran yang teronggok di teras toko tersebut disusun. Mereka adalah agen yang mendistribusikan koran-koran tersebut ke sub agen dan para pengecer –biasa disebut loper. Setiap hari agen koran berkerja mulai pukul tiga sampai delapan pagi. “Tidak ada hari libur Mas, walaupun hari Sabtu dan Minggu,” ujar Deni. Memang tidak semua percetakan libur di akhir minggu. “Malah kalau hari Sabtu dan Minggu jumlah koran bisa tambah 30% dari jatah hari biasa,” imbuh pegawai di Rizquna Agency, salah satu agen koran di Yogyakarta tersebut.
Mewartakan Realita
Kawasan Sentral Berbeda di Jalan Laksda Adisucipto yang hanya terdapat satu agen koran, keramaian aktifitas distribusi koran sangat terlihat di depan kantor Kedaulatan Rakyat, Jalan Mangkubumi. Ada puluhan agen koran, dan tak hanya laki-laki yang berjualan. Dari para agen inilah koran berpindah tangan ke sub agen dan loper. Sama seperti Deni, Yeyet juga berperan sebagai agen koran. Ada banyak pengecer yang sudah berlangganan pada wanita berumur 43 tahun ini. Berbagai jenis koran tersedia di lapak Yeyet, mulai dari koran lokal hingga koran nasional. “Yang paling banyak laku itu koran lokal, Mas. Kalau koran nasional sedikit,” ujar Yeyet yang sudah lima tahun menekuni profesi ini. Dari agen, koran didistribusikan ke loper koran. Cukup datang dan mendaftar. Berapa mau mengambil koran, kemudian dicatat. Nanti setor hasil penjualannya,” jawab Yeyet ketika ditanya mengenai syarat menjadi loper. Keuntungan dari satu eksemplar koran agaknya menggiurkan. Walau mungkin masih tidak sebanding dengan terkurasnya tenaga dan waktu mereka. “Kalau untuk koran lokal, saya ambil dari agen Rp 1.900,00, tapi saya menjualnya sesuai dengan harga banderol (tertera Rp 3.000,00). Tapi kalau sudah sore saya jual Rp 2.500,00,” ujar salah satu pengecer yang enggan disebut namanya. Aksi Loper Siang hari di simpang empat Jalan Affandi, Ring Road Utara, cuaca terik. Kendaraan padat menunggu lampu hijau. Dari jauh terdengar teriakan “Koran-koran, seribu-seribu. Korannya, Mbak?” Itu adalah suara Agus-
D’Journal
O3
Edisi Khusus Foto
Esai
Foto : Journal | Fran
Foto : Journal | Fran
Mewartakan Realita
D’Journal
O4
Edisi Khusus Foto
Foto: Journal |Fran
Foto: Journal |Adam
dengan harga jual yang tertera di halaman depan koran. Santoso, ayah tiga anak yang berprofesi sebagai loper Untuk koran yang tidak habis terjual biasanya koran. Sudah sejak 1996 ia menjalani profesi ini. loper mengembalikan koran tersebut ke agen. Uang loper Koran merupakan media massa yang banyak dikembalikan sesuai harga belinya. Beberapa agen tidak memuat informasi, baik mengenai ekonomi, politik, mengenakan biaya potongan. olahraga hingga rumah Namun ada juga agen yang tangga. Agus mengatakan, “Kalau korannya habis lebih cepat memotong biaya pengembalian, isu nasional tidak lantas seperti halnya agen di tempat meningkatkan penjualan saya bisa pulang cepat, tapi kalau nggak, Agus mengambil koran. Setiap koran. saya bisa sampai sore atau kadang satu eksemplar koran yang Pekerjaan ini korannya saya titipkan di kios-kios kaki dikembalikan susut 10 hingga 15 membuat Agus tak lima,” % dari harga pengambilan loper. mempunyai hari libur. Lalu koran tak laku tersebut “Saya kerja dari jam lima tersebut dikembalikan lagi ke percetakan atau dikenal pagi hingga dua siang. Kalau korannya habis lebih cepat dengan istilah retur. saya bisa pulang cepat, tapi kalau nggak, saya bisa sampai Loper koran harus siap berjualan di tengah sore atau kadang korannya saya titipkan di kios-kios kaki panas dan hujan tanpa hari libur. Namun bagi Agus, lima,” ujar Agus ketika ditemui di sela-sela kesibukanya. menjadi loper koran bukanlah pekerjaan yang sulit. *** “Kadang ada yang ngasih lebih, terus kalau merasa jenuh Dalam satu hari agen bisa mengambil lebih dari ya saya bercanda saja dengan pengendara sepeda motor. 3.000 eksemplar koran dari beberapa perusahaan media. Saya ajak tos walaupun nggak beli koran saya. He he,” Sedangkan loper koran dapat mengambil lebih dari 100 ceritanya dengan santai. Fran | Adam eksemplar yang kemudian dijual kepada konsumen
Mewartakan Realita
D’Journal
O5
Edisi Khusus Foto
Eesai
Foto: Journal |Fran
Foto: Journal |Fran
Foto: Journal |Fran
Mewartakan Realita
D’Journal
O6
Edisi Khusus Foto
Tema Pembangunan Gedung Business Student Centre. Gedung Organisasi Mahasiswa.
Sisi Depan KLM Foto: Journal | Ika
Tangga Masa Depan Foto: Journal | Satrio
STMIK Amikom Yogyakarta membangun gedung baru, yaitu Business Student Centre (BSC). BSC adalah gedung untuk Organisasi Mahasiswa (Orma) yang dibangun di dekat Unit I. Waktu pembangunan selama 173 hari. Saat foto diambil (7/3) gedung ini sudah memasuki hari ke122 dalam tahap pembangunannya. BSC memiliki empat lantai. Lantai pertama terdiri dari Tergeletak Foto: Journal | Satrio
lima ruangan. Lantai kedua adalah ruangan tanpa sekat yang kemungkinan akan digunakan sebagai tempat pertemuan seperti Ruang Citra. Lantai ketiga terdiri dari 10 ruang untuk Orma. Lantai keempat juga terdapat 10 ruang untuk orma. Ukuran tiap ruang untuk orma adalah 7,2 x 3,75 meter. “Jadi lantai pertama itu untuk organisasi kemahasiswaan seperti Senat Mahasiswa (Sema), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan himpunan. Soal pembagian itu sudah saya tanyakan di dalam (lembaga –red), tapi pihak dalam juga belum bisa memberikan kepastian,” jelas Wasitya Dwi Anggoro, Ketua Sema Periode 2011/2012 (17/3). Bersambung Halaman 10..
Mewartakan Realita
Tenggat Waktu Foto: Journal | Ika
D’Journal
O7
Edisi Khusus Foto
Portrait Rere, Srikandi Fotojurnalistik
Sebelum Umur 30 Tahun Harus Bikin Buku Nama lengkap Tempat, Tanggal lahir Profesi Hobi Karya buku
: Regina Septiarini Safri (Rere) : Pariaman, 23 September 1983 : Fotografer Kantor Berita Antara : Nonton film, denger musik : Membidik Peristiwa Jadi Berita; Galangpress 2011
Sumber Foto: Regina Safri
Dewasa ini, fotografi sedang digandrungi banyak orang. Tetapi bagaimana dengan fotografi jurnalistik? Ada seorang perempuan yang bisa dibilang tangguh dalam menjalani profesi tersebut. Ditemui di Kedai Kopi Sabtu(10/03), D'Journal berkesempatan berbincang dengannya. Menarik mengikuti bagaimana “Srikandi� fotojurnalistik ini bekerja. Setidaknya ada semangat yang bisa kita dapatkan dari kisahnya, terutama bagi kita yang muda. Bagaimana Anda mengenal dunia fotografi? Ketika kuliah di Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, aku ambil jurusan Public Relations (PR), dan karena PR itu kerjanya berhubungan langsung dengan jurnalistik berarti aku harus tahu kerja wartawan. Harus belajar dunia jurnalistik. Kemudian belajar dari video, belajar nulis, ikut workshop dan seminar tentang jurnalistik. Hingga pada akhirnya aku belajar foto di LKBN Antara dan magang di sana. Aku langsung suka dan jatuh cinta pada dunia fotografi jurnalistik. Cara belajarnya otodidak. Awal 2004 belajar langsung disuruh liputan, dan langsung evaluasi. Setelah magang di Antara, aku ditawarin di Jogja dan aku langsung mau.
Mewartakan Realita
Ceritakan tentang perjalanan karir Anda? Aku cukup aktif dan sering berkegiatan di kampus. Ikut organisasi mahasiswa. Organisasi sangat berpengaruh penting. Sebelum menjadi pewarta foto Antara, menjadi freelance ketika kuliah sering mengirim esai di media lokal. Setelah lulus kuliah langsung menjadi pewarta foto dan nyambi menjadi wartawan tulis karena pewarta foto tidak hanya jago foto tapi bisa nulis juga. Aku juga ikut Pewarta Foto Indonesia (PFI) dan menjadi pengurus. Pengalaman Anda yang paling berkesan dalam meliput berita? Gempa bumi adalah liputan menyedihkan aku pertama menjadi jurnalis foto. Ketika aku ke Bantul di Puskesmas kecil yang ada suster cuma satu, dengan korban yang banyak dan mengerang kesakitan, berteriak. Pertama datang langsung shock, lalu motret. Rasanya gimana gitu. Gak terlalu lama aku motret. Lalu turun tangan membantu korban. Aku berusaha berguna meskipun aku harus motret. Itu pengalaman yang mengesankan. Menurutku setiap liputan ada kesan yang tertinggal. Ada yang bikin kesel, seneng, membanggakan, dan semua itu ada nilainya. Setiap-
D’Journal
O8
Edisi Khusus Foto
Foto: ANTARA |Regina Safri (2010)
Foto: ANTARA |Regina Safri (2010)
peristiwa ada yang bisa aku petik. Bagaimana perkembangan foto jurnalistik di Indonesia? Sangat maju, dan berkembang, banyak media baru. Unit Kegiatan Mahasiswa fotografi juga banyak. Ketika di era film aku harus lebih irit film. Sekarang era digital. Orang tidak perlu ngirit film. Aku berharap generasi sekarang lebih menghargai foto jurnalistik. Serba gampang, tidak lalu menyepelekan. Itu harapanku. Secara teknik lebih dimudahkan dengan digital, dan karena persiangan banyak, maka harus pintar lagi. Harus rajin mengikuti isu terbaru. Bisa cerita tentang buku “Membidik Peristiwa Jadi Berita� yang Anda tulis? Aku pengen sesuatu yang berguna buat orang, kepengen lebih dari hanya meliput berita. Semacam catatan harian fotografer wanita. Bukan teori-teori. Target motivasi harus dimiliki apalagi orang muda. Harus punya gairah bikin sesuatu. Kalau nggak punya motivasi, aku jadi orang tak berguna. Aku pengen membuat sesuatu yang mudahmudahan berguna. Allhamdulillah, sambutan positif.
Mewartakan Realita
Foto: ANTARA |Regina Safri (2007)
Ketika tidak memotret apa yang sering dilakukan? Aku suka nonton film, kumpul bareng teman, istirahat sudah pasti. Aku juga suka musik, kemana-mana aku dengerin musik. Target ingin dicapai kedepannya? Target aku sebelum umur 30 tahun harus membuat buku. Pameran orang hutan tahun ini harus diadakan. Sebelum 30 tahun aku harus keliling Indonesia. Kita harusnya punya target, dengan bergantung dengan mimpi. Apa rasanya menjadi pewarta foto perempuan? Sama aja seperti pewarta foto pria, perlakuan di lapangan sama. Resiko atau yang membedakan hanya ketekunan, sabar dan telaten. Jadi mood harus dilawan. Harus terus belajar, diskusi, melihat pameran, menghargai orang lain. Banyak orang jatuh karena tidak menghargai orang lain. Hidup cuma sekali. Sayangi hidup dengan profesi masingmasing. Mau sukses harus kerja keras. Ketika kalian beranjak naik, pasti banyak cobaan dan jangan menyerah. Zani | Ngaliman
D’Journal
O9
Edisi Khusus Foto
Tema
Beberapa persiapan yang dilakukan Sema menjelang pembangunan selesai berupa perancangan peraturan regulasi seperti untuk peminjaman ruang aula. “Dari pihak lembaga pun sudah mempersiapkan peraturanperaturan lain yang nantinya akan disampaikan pada pihak Orma,” tambahnya (17/3). Untuk antisipasi apabila pembangunan molor, Wasitya menjelaskan bahwa dia akan mengumpulkan semua Orma untuk mengetahui mengapa terjadi kemoloran. Hal tersebut dilakukan supaya dari pihak Orma tidak mengeluh di belakang dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi. “Biar mereka tahu dulu kendala dari pihak lembaga itu apa,” jelasnya
Peringatan Foto: Journal | Deni
(17/3). Ika | Deni | Satrio
Istirahat Foto: Journal | Deni
Saksi Bisu Foto: Journal | Ika
Mewartakan Realita
Bahan Bangunan Foto: Journal | Ika
D’Journal
10
Edisi Khusus Foto
Dolan
Kereta
k Bra dan Setapa
ga
Foto: Journal | Ilham
Apa yang terbersit di pikiran kalian ketika aku menyebut satu kata, Bandung? Bagi penikmat musik, itu akan berarti Koil, Burgerkill, Mocca, Puppen, Pure Saturday, Jeruji, Karinding Attack, Pas, Turtle Jr., Sarasvati, bahkan mungkin Peterpan. Bagi penikmat sepak bola, itu berarti Persib dan Vikingnya. Bagi penggila plastik belanja, itu berarti Dago, Paris van Java, Cihampelas Walk, tak ketinggalan Cibaduyut. Bagi akademia itu berarti Institut Teknologi Bandung (ITB). Lalu bagaimana dengan kalian? Bagiku, Bandung adalah perjalanan. (14/02) Yogyakarta-Menginjak 20.10 ketika aku menginjak halaman Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Setelah membayar parkir Rp12.000,00
Tarif dekat dan tarif jauh. Ditambah, dihapusnya tarif khusus anak-anak. Pukul 20.22, Kereta Kahuripan dengan warna
untuk tiga hari menginapkan kendaraan, aku menuju
biru dan oranye tiba. Aku dan kawan-kawanku yang
pintu masuk stasiun, lalu duduk di samping deretan
menunggu di Peron 2—setelah masuk ke dalam
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Aku bersama tujuh
stasiun beberapa menit sebelum kereta tiba—segera
orang kawanku sedang menunggu keberangkatan
berdesakan masuk kereta. Gerbong 2, kursi nomor
kereta Kahuripan. Kereta dengan tujuan Kediri-
19B. Tas bawaanku sudah duduk manis di tempat
Padalarang tersebut dijadwalkan tiba di stasiun
penyimpanan. Pukul 20.28 suara berisik kereta
Lempuyangan pukul 20.23. Tentu saja, kami sudah
semakin santer terdengar. Kereta Kahuripan telah
memegang tiket pulang-pergi. Keberangkatan hari ini
cukup beristirahat. Kami berangkat.
dengan jadwal pulang dua hari setelahnya. Untuk
Membicarakan kereta memang menarik. Selain
keberangkatan hari ini, aku harus membeli tiket sejak
sanggup mendudukkan 106 penumpang, gerbong 2
empat hari lalu, seharga Rp35.000,00. Ini terkait
memiliki beberapa hal. Kamar mandi yang entah
kebijakan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) yang
mengapa tidak bersih, pintu gerbong yang kerap tidak
mengharuskan penumpang kereta mendapatkan
terkunci, juga penumpang yang memilih tidur di
tempat duduk. Ini berarti calon penumpang harus
sambungan gerbong kereta. Selama perjalanan
memesan tiket jauh-jauh hari. Selain kebijakan
menuju Stasiun Kiara Condong—stasiun tujuan
tersebut, mulai 1 Januari 2012 hanya ada dua tarif.
pemberhentian kami—tidak sedikit penjaja aneka
Mewartakan Realita
D’Journal
11
Edisi Khusus Foto
Dolan
Foto: Journal | Ilham
Foto: Journal | Adam
barang yang hilir-mudik di dalam gerbong. Mulai dari
Foto: Journal | Fran
Pukul 13.43 aku dan ketujuh kawanku naik
nasi, kacang, oleh-oleh khas, air mineral, kopi, rokok,
angkutan umum jurusan Cicaheum-Ledeng. Hari
tisu, sampai pemotong kentang. Untunglah aku tidak
pertama di Bandung memuat agenda Pers Suara
membawa kentang. Peraturan “Dilarang Berjualan Di
Mahasiswa (SM), Universita Islam Bandung (Unisba)
dalam Kereta” adalah satu dari beberapa
sebagai tujuan pertama. Sejak didirikan tahun 15
peraturan—sudah tertempel—yang belum terealisasi.
November 1958, kampus ini sempat bernama Perguruan Islam Tinggi dan Universitas Kiansantang,
Kiara Condong, Unisba, Jl. Braga, Jl. Asia-Afrika (15/02) Kereta tiba di Stasiun Banjar pukul 02.53
sebelum mengukuhkan nama Universitas Islam Bandung. Berkunjung ke SM memberi kami banyak
pagi. Berturut-turut setelah Banjar adalah Stasiun
keuntungan. Bertukar pengalaman, bertukar
Ciamis, Awipari dan Tasik. Enam menit setelah
produk—SM menerbitkan tiga media cetak, satu buletin
meninggalkan Stasiun Tasik, listrik di dalam kereta
dan dua majalah. Keuntungan yang paling mendasar,
padam. Terhitung pukul 04.05 sampai pukul 04.57 lampu
kami tidak akan tersesat di Bandung.
dan alat pendingin kereta tidak berfungsi akibat
Menjelang sore, Ketua SM, Arfian Jamul
padamnya listrik. Dua jam kemudian, papan bertuliskan
Jawaami, mengantarkan kami berjalan kaki menuju
“Kiara Condong” mengucapkan selamat datang pada
Braga. Di Bandung, berjalan kaki tidaklah buruk,
penumpang. Aku dan kawan-kawanku lekas mengemasi
kecuali kamu berjalan kaki ke markas geng
barang dan turun bersama puluhan penumpang lain. Ya,
motor—yang tidak pernah habis dibicarakan di
akhirnya kami tiba di pemberhentian kami. Udara pagi
televisi—sembari menjulurkan lidahmu. Menurut Fian,
menyambut. Bandung tidak sedingin dulu.
tata kota di Bandung, khususnya jalan raya, berada-
Mewartakan Realita
D’Journal
12
Edisi Khusus Foto
Foto: Journal | Ilham
dalam kategori tidak rapi. “Berbeda dengan
Majestic sejak 2010. Nama ini mengacu pada nama
Yogyakarta,” akunya sambil tertawa. Kami beberapa
kedua setelah gedung berdiri, yaitu Majestic Theatre. Braga dinyatakan habis. Kami—aku, tujuh orang
kali berteduh di jembatan penyeberangan karena serangan hujan. Di sana, kami juga diserang pengemis
kawanku ditambah Fian—menikmati kuliner pinggir jalan.
berusia dini. Pukul 18.20 kami sudah disambut gelap di
Tahu Gejrot. Menikmati irisan tahu diguyur sambal rujak
Braga. Juga disambut sejarah masa lalu yang masih
di teras Gedung Merdeka. Gedung itu digunakan dalam
berdiri.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika pertama, Braga di malam hari itu menyuguhkan
hamparan bar dengan gaya lama. Turis asing menjadi
1955, sekaligus cikal bakal Gerakan Non-Blok. Perdana Menteri India masa itu, Jawaharlal Nehru dalam
penikmat utama. Gedung-gedung bernuansa art-deco
pidatonya mengatakan, Bandung adalah ibu kota Asia-
dengan sisi jalan bercahaya oleh sisa hujan yang
Afrika.
memantulkan sorot lampu kota. Sebelum Braga
Setiap kota adalah harta karun cerita. Begitu juga
diakhiri, ada sebuah tempat yang ditunjukkan Fian
dengan Bandung. Salah satu kota teraman di dunia
kepada kami. Jika kamu pernah mendengar tragedi
tahun 1990 berdasarkan survei majalah Time. Sebagian
AACC (Asia-Afrika Cultural Center), maka gedung
cerita di kota Kembang akan menjadi catatan ringan di
yang dimaksud—gedung AACC—berada di sini.
kepala. Sisanya beterbangan, bahkan mungkin tidak
Tragedi yang menewaskan 11 orang dalam konser
sempat tertangkap mata. Kalian tidak akan
peluncuran Against Ourselves, album pertama dari
mengetahuinya dalam sehari, kecuali kalian adalah buku
kelompok musik Beside, 9 Februari 2008. Namun tidak
Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap. Ilham
ada lagi nama AACC, setelah diubah menjadi New
Mewartakan Realita
D’Journal
13
Edisi Khusus Foto
Review
Holga 135PC ‘Kamera Jangan Goyang’ Sumber Foto: Lomography.com
Konon, Pinhole Camera (Kamera Lubang Jarum) adalah cikal bakal dari kamera yang sering kita jumpai sekarang ini. Sesuai dengan namanya, kamera lubang jarum tidak menggunakan lensa sebagai penangkap cahaya, namun hanya menggunakan sebuah aperture tunggal sekecil lubang jarum. Lubang ini yang nantinya akan mem-proyeksi-kan cahaya dan menghasilkan sebuah gambar . Lomography sebagai distributor kamera analog mainan mengeluarkan Holga 135pc sebagai salah satu varian Holga Pinhole. Kamera Lubang Jarum tersebut menggunakan format 135, format film yang masih mudah dicari di pasaran. Tidak seperti varian Holga 120 yang mengunakan format film 120. Efek yang sangat terlihat dari kamera tersebut adalah gambar yang dihasilkan akan terkesan lawas. Intensitas cahaya yang ada saat mengambil gambar sangat menentukan berapa lama exposure yang digunakan. Caranya, dengan terus menahan tombol shutter dengan perkiraan waktu tertentu. Kamera plastik ini sangat rawan untuk digunakan. Bahkan kamera ini hampir tidak memberikan toleransi untuk guncangan sedikitpun (shake) saat mengambil gambar, atau yang akan terjadi adalah gambar akan menjadi kabur. Namun hal ini lah yang akan memberi ruang kreatifitas bagi penguna. Seperti dalam buku panduan yang menerangkan bagaimana memotret dengan hasil obyek menjadi transparan seperti hantu. Holga 135pc juga memungkinkan untuk multi exposure —mengambil gambar dengan satu frame yang sama— hanya dengan kembali menekan tombol shuter tanpa menggeser Advance Wheel. Untuk menghasilakan gambar yang sempurna, pengguna harus sedikit merogoh saku untuk membeli tripod dan kabel shutter guna menghindari shake. Ferry
Agenda LOMBA FOTO WISATA & BUDAYA JAVA PROMO 2012 Java promo yang merupakan kerjasama antar kabupaten/kota yang berada di Jawa Tengah dan DIY menyelenggarakan lomba foto yang bertemakan wisata atau budaya yang berada dilokasi anggota java promo. - Foto di terima paling lambat 27 maret 2012 di kantor Bappeda kabupaten sleman - Penjurian dilakukan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2012 dan Pemenang diumumkan tanggal 30 Maret 2012. Info lebih lanjut hubungi : 081227019696 (Agus) Pameran Fotografi Analog "Dunia Seluloid" Waktu dan Tempat : 30 Maret - 5 April 2012, Misty Gallery [Cafe Bale] Jl.Kaliurang 5.8, [Belakang Rumah Makan Padang Sederhana, Depan Food Fezt] Acara -Pembukaan tanggal 30 Maret 2012 ,pukul 19.00 -Penutupan tanggal 5 April 2012 Mewartakan Realita
D’Journal
14
Edisi Khusus Foto
Lembaga Pers Mahasiswa Journal
Membagi imajinasi, hingga pada akhir yang membingkiskan pelangi.
Merajut rona yang entah mengapa belum bosan kugemari.
Berkelakar di jendela, beranda, juga di kurus pilar cemara.
Butir hujan riang merendah.
Belum reda takjubku, ketika senja melepas nafas yang riuh membasah.
Ilustrasi & Text :Journal | Ilham
Ilustrasi : Journal | Ferry