Lembaga Pers Mahasiswa
Jangan Takut Ibu Oleh : W.S. Rendra
Matahari musti terbit. Matahari musti terbenam. Melewati hari-hari yang fana Ada kanker payudara, ada encok, dan ada uban. Ada Gubernur sarapan bangkai buruh pabrik, Bupati mengunyah aspal, Anak-anak sekolah dijadikan bonsai. Jangan takut, Ibu ! Kita harus bertahan. Karena ketakutan meningkatkan penindasan. Manusia musti lahir. Manusia musti mati. Di antara kelahiran dan kematian bom atom di jatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, serdadu-serdadu Jepaang memenggal kepala patriot-patriot Asia, Ku Klux Klan membakargereja orang Negro, Teroris Amerika meledakkan bom di Oklahoma Memanggang orangtua, ibu-ibu dan bayi-bayi, di Miami turis Eropa dirampok dan dibunuh, serdadu inggris membantai para pemuda di Irlandia, orang Irlandia meledakkan bom di London yang tidak aman Jangan takut, Ibu ! Jangan mau digertak Jangan mau di ancam Karena ketakutan meningkatkan penjajahan Sungai waktu menghanyutkan keluh-kesah mimpi yang merangas. Keringat bumi yang menyangga peradaban insane menjadi uranium dan mercury. Tetapi jangan takut, Ibu Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati Rasi Bima Sakti berzikir di dahi Aku cium tanganmu, Ibu ! Rahim dam susumu adalahpersemaian harapan Kekuatan ajaib insan Dari Zaman ke Zaman
JOURNAL
Lembaga Pers Mahasiswa
Lembaga Pers Mahasiswa
JOURNAL
JOURNAL
A
Kit Manusi Memperkos
Ibuny
Penulis: AdiAriy_8
“Jika bumi adalah ibu, kita manusia memperkosa ibunya. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik. Jika laut adalah ibu, kita manusia memperkosa ibunya. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik.”
Dyfco Energy sebagai pemenang lelang WKP Gunung Talang – Bukit Kili. Penetapan ini melalui surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7257 K/30/MEM/2016. Konsorsium Hitay menang melawan satu peserta lelang lain yaitu PT Pertamina (Persero). Pada tahun 2017, perusahaan asal Turki tersebut memperoleh izin panas bumi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan surat izin No 2/1/IPB/PMA/2017 seluas 27.000 Ha dengan jangka waktu 37 tahun. Sebagai informasi, blok panas bumi Gunung Talang - Bukit Kili diperkirakan memiliki cadangan 65 MW. Sementara itu, kapasitas PLTP direncanakan sebesar 20 MW dengan target operasi pada 2022. Meskipun proyek Pemanfaatan Panas Bumi merupakan bagian dari Proyek Energi Nasional yang ditargetkan mencapai 35.000 MW, hak-hak masyarakat tidak boleh dilanggar dan aspek lingkungan harus diperhatikan. Berdasarkan UU No 21/2014 tentang Panas Bumi Pasal 65, masyarakat berhak untuk memperoleh informasi tentang pengusahaan panas bumi. Peran serta masyarakat juga dijamin dan dilindungi berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Tidak ada acara menghasilkan atau mengubah energi Lirik lagu berjudul Bebal dari Sisir Tanah yang menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia tanpa menggambarkan perilaku manusia. menimbulkan dampak Manusia di muka bumi ini langsung atau tidak “Pasal 10 ayat (1) UU No 32/2009 tentang Perlindungan keberadaannya digambarkan langsung terhadap dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai malapetaka bagi keberlangsungan lingkungan. Eksploitasi yang menyatakan bahwa masyarakat memiliki ekosistem. Padahal tanpa adanya manusia, energi panas bumi juga pohon, terumbu karang dan lainnya masih hak dan kesempatan yang sama berdampak terhadap bisa tetap tumbuh. “Ada, tak ada manusia, lingkungan. Meskipun, dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam mestinya pohon-pohon itu tetap tumbuh.” eksploitasinya diklaim perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.” Lanjut lirik Bebal. sebagai sumber energi terbarukan yang ramah “ A p a k a h d e n g a n m e n i n g k a t n y a p o p u l a s i , lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil. Para ahli mencatat mengharuskan kita mengekploitasi alam demi kebutuhan banyak bahwa eksploitasi panas bumi dapat menyebabkan polusi udara, orang?” seperti itulah pertanyaan yang ada dibenak kita. Ataukah polusi air pemukaan, polusi unsur kimia, gempa minor, pembuangan objek pada pandangan kita saat ini adalah alam? Salah satu guru limbah padat, polusi bawah tanah (underground pollution), pernah berkata bahwa jika sesuatu itu objek, maka objek tersebut penurunan muka tanah, kebisingan yang tinggi, serta konflik sosial akan terjadi eksploitasi. Hal itu sebagai representatif pada masa budaya. Areal panas bumi di Gunung Talang berada di kawasan hutan pembangunan saat ini. Sekarang tidak hanya manusia yang menjadi dengan status hutan lindung. Berdasarkan UU No 41/1999 tentang korban eksploitasi sistem kapitalisme, namun juga lingkungan. Kehutanan, hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan Akumulasi modal dijadikan peningkat hasrat, maka untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, anugerah pada alam itu kini berubah menjadi sebuah kutukan. mencegah intrusi laut, dan memelihara kesuburan tanah. Pegunungan bukanlah areal kosong yang hampa tanpa manusiamanusia disekitarnya. Banyak manusia-manusia yang Sekarang apa? menggantungkan kehidupannya dari keberadaan gunung itu. Beberapa tahun belakangan ini, eksploitasi alam gencar dilakukan di Sekarang apa? Memasrahkan semuanya berjalan begitu beberapa titik di Indonesia. Kita coba melirik ke Masyarakat saja? para investor yang bekerja sama dengan pemerintah hampir Salingka Gunung Talang yang saat ini ketenangannya terusik. selalu menggunakan logika ekonomi. Hasil reklamasi, untungnya berapa ya? Dalam pengembangan kajian penghitungan kerugian Seperti yang dikutip dari https://www.change.org/p/joko-widodo- ekologis reklamasi. Logika ekonomi dilawan dengan logika tolak-pembangunan-panas-bumi-di-gunung-talang-stop- ekonomi juga. Dengan cara ini setidaknnya dapat digunakan sebagai kekerasan-kriminalisasi-masyarakat. pembanding terhadap cara berpikir pemerintah yang memang sudah ganjil. Awal Juli 2017, masyarakat di Nagari Batu Bajanjang dihentakkan oleh berita yang tiba-tiba dikabarkan oleh Wali Nagari Mungkin juga, perlu dilakukan sosialisasi kesadaran (setara dengan Kepala Desa) bahwa ada proyek pengembangan publik melalui propaganda terus menerus. Kaum intelek yang berasal panas bumi (geothermal) di Gunung Talang. Sebelumnya, dari kampus seharusnya bisa mendorong, upaya untuk Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperlihatkan bahwa ada satu isu yang perlu disikapi. (ESDM) menetapkan Konsorsium PT Hitay Daya Energy dan PT
Mahasiswa dan Jasa Seorang
‘Ibu’ Penulis: Bahrum Pena
Kampus merupakan tempat produsen wacana keilmuan dari berbagai sudut. Entah itu dari segi ekstakta, non eksakta maupun pelbagai disiplin ilmu lainnya. Tak salah jika kampus dikatakan sebagai ladang wacana, kawah opini dan pabrik pemikiran yang dilempar kepada khalayak umum. Dan pelaku pabrikasi dan publikasi wacana intektual tersebut tak lain dan tak bukan adalah mahasiswa itu sendiri. Yah, mahasiswa dalam peristihan saya adalah sekelompok orang dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa atau setinggat lebih tinggi dari siswa, mempunyai tugas yang multitasking, kalau kita meminjam bahasa milenial, atau orang-orang yang dibebankan tidak hanya pada satu visioner saja. Kalau memang disedari dari awal, tugas mahasiswa bukan hanya pergi kuliah, tapi ada tugas mulia yang jauh melampaui itu. Labelisasi agent of change, control of social, iron stock, moral force dan sederet peristilahan keren lainnya bukan hanya lem perekat saja tapi betul-betul harus merembes kesisi kejiwaan kita. Yang menarik adalah sejarah panjang mahasiwa, dimana-mana dalam setiap aktivitas mahasiswa, baik aktifitas akademik maupun aktifitas organisasi atau aktifitas sosial lainnya, simbolisasi mahasiswa yang paling jelas terlihat adalah almamaternya. Sebuah jas yang beragam warna sesuai dengan warna kampusnya. Dengan memakai jas almamater seakan-seakan mempresentasikan mahasiswa lebih akademis dibanding siswa, lebih ilmiah dan lebih ideologis dibanding masyarakat umum. Memakai jas almamater dirasa mempunyai psikologi ego tersendiri ditengah-tengah struktur sosial masyarakat. Tapi pernahkah sang mahasiswa tersebut, duduk sejenak sambil minum kopi sembari memikirkan tentang almamater tersebut?. Sedikit merenungi, almamater itu apa sebenarnya, sejarahnya bagaimana, asal muasalnya dari mana dan pada awalnya almamater diperuntukkan untuk apa?. Kalau melihat kondisi mahasiswa jaman now, sedikit meminjam istilah kekinian atau peristilahan sosiologisnya mahasiswa era milenial, kita berani berasumsi bahwa masih sangat sedikit mahasiswa yang mengetahui tentang hal itu. Hanya ada segelintir dari sekian banyak mahasiwa itupun kesyukuran luar biasa kalau ada. Perbandingannya mungkin, jika dikalkulasi secara statistik hanya ada tiga sampai empat orang diantara seratus yang paham tentang almamater. Mari kita sejenak berjalan kebelakang, berjalan kebelakang yang saya maksud disini bukan untuk mengenang masa lalu yang berakibat susahnya untuk move on terhadap sesuatu, bukan pula untuk memberhalakan sejarah karena akan menjebak kita pada konservatif dan kejumudan wacana sehingga kreatifas dan pembaharuan pemikiran sulit untuk diaktualisasikan. Berjalan kebelakang yang saya maksud disini adalah berefleksi, berkontemplasi dan menganalisa ulang segala sesuatu yang sempat hadir dilintasan pikiran kita. Almamater itu sendiri berasal dari bahasa latin yang secara harpiahnya berarti “ibu susuan”. Almamater itu sendiri selalu
terikat dari kata sekolah yang berasal dari bahasa latin juga yaitu “scolae, skholae, scola atau schola” yang artinya waktu senggang atau waktu luang. Dan juga almamater sering bersinggungan dengan akademik, yang dinama akademik diambil dari salah satu pahlawan Yunani yaitu “Academos” yang juga diambil oleh Plato sebagai nama sekolahya. Mengenai almamater ini, di Yunani dulu para orang tua untuk mengisi waktu luang anak-anaknya dengan cara mengunjungi suatu tempat unuk mempelajari sesuatu untuk kebutuhan mereka. Disana mereka bermain dan belajar berbagai hal mengenai kehidupan. Namun seiring waktu banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan sehingga mengikis waktunya untuk anak-anak mereka. Maka dititipkanlah anak-anak mereka kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan untuk mengisi waktu luang anak-anaknya yang kemudian anak-anak mereka diasuh dan diberi bekal pengetahuan. Orang-orang (pengasuh) tersebut diistilahkan dengan “alma mater” yang berarti ibu pengasuh atau ibu yang memerikan ilmu yang sampai saat ini kita kenal dengan istilah almamater dalam lingkup perguruan tinggi. Terus timbul dibenak kita kemudian yang bertanya bahwa apa keterhubungan ibu dengan mahasiswa?. Jelas bahwa mahasiswa itu sendiri karena telah melekat erat almamater ditubuhnya berposisi sebagai orang tua ketika anak atau tiap individu dititipkan padanya. Maksudnya ialah mahasiswa harus menjadi ibu yang melahirkan, merawat dan mejaga tradisi intelektual, forum diskursus, ruang-ruang kajian, siklus ilmiah dalam lingkup kampus maupun diluar kampus. Ibu itu menjadi sekolah pertama setiap anak, jadi mental dan pengetahuan pertama terbentuk dari ibu, begitu pula dengan kampus dan mahasiswa, harus menjadi madrasah dan bengkel terhadap banyaknya kepala yang tertampung di dalamnya. Ibu juga punya kepekaan dan rasa peduli begitu tinggi terhadap anaknya begitu pula mahasiwa harus punya kepekaaan dan kesadaran terhadap realitas masyarakat sekitar yang begitu kompleks. Ada tanggun jawab besar yang dipikulnya, memberi bekal pengetahuan pengetahuan sekaligus mengasuh, begitulah seharusnya aktivitas dan semangat gerakan mahasiswa jaman now. Di moment-moment hari ibu ini, yang tertancap tanam dalam benak kita, bahwa ibu itu segala-galnya buat kita. Dia yang melahirkan kita, mengasuh dan membesarkan tanpa beban sedikitpun. Dan kemudian ibulah tempat kita kembali ketika segudang masalah menampar kita. Selalu dan selalu kita ingat bahwa jasa seorang ibu tidak akan pernah bisa kita balas dengan apapun dan sampai kapanpun. Maka dari itulah mahasiswa sekrang harusnya berefleksi untuk memperingati hari ibu, bukan hanya peringatran seremonual belaka, posting status hari ibu di akun-akun medsosnya, tapi harus jauh melampaui itu. Kecintaan yang tulus terhadap ibu bukan dibuktikan di dunia maya yang serba terbatas tersebut, tapi tindakan kongkret karena mahasiswa bukan hanya berbakti kepada ibunya, tapi mahasiswa juga adalah ibu terhadap zamannya sendiri.