Lembaga Pers Mahasiswa Journal
D’Journal Mewartakan Realita
Edisi 47 | II | 2011 | www.lpmjournal.com
Mengendus Dana yang Hangus
Tidak Akan Ada Jurusan Multimedia
Kunjungan Amikom Semakin Marak euy...!!
Salam Redaksi Sepertinya harus ada kesepakatan untuk memaknai kata 'transparansi'. Karena masing-masing orang memiliki parameter sendiri untuk bisa mengukur seberapa mudah suatu permasalahan dapat terlihat. Apa yang harus disampaikan, kepada siapa saja sebaiknya hal itu tersampaikan dan prosedur-prosedur penyampaiannya, memiliki standar transparansi yang berbeda-beda ketika dihadapkan oleh dua pihak yang lain kepentingannya. Sosialisasi alokasi dana UKM, asal kucuran dana beserta prosentase pembagiannya menurut lembaga sudah cukup sebagai bentuk transparansi kepada organisasi mahasiswa. Bahkan data-data tersebut bisa diakses oleh tiap mahasiswa. Namun itu ternyata belum cukup menjelaskan kepada organisasi mahasiswa tentang satu hal: kemana larinya dana-dana sisa yang tak terpakai? Karena nyatanya orma tidak bisa menagih dana tersebut untuk periode selanjutnya. Tentu organisasi mahasiswa punya alasan bagus atas ketidakpuasan mereka. Bahasan tentang hal tersebut tidak ikut tersampaikan dalam sosialisasi dana orma. Apalagi ada yang mengklaim pernah mempertanyakan hal itu dalam Dialog Lembaga Mahasiswa, dimana lembaga belum cukup gamblang menjelaskan perihal dana sisa tersebut. Bagaimana penyampaian transparansi tersebut, sekali lagi harus ada dialog bagi lembaga dan mahasiswa. Tentu bukan dialog yang berakhir pada pertanyaaan dan jawaban normatif terencana, akan tetapi harus ada jawaban yang solutif, yang cukup adil atas apa yang masing-masing pihak merasa benar. Salam pers mahasiswa, semoga bulletin D'journal bisa terus menjadi wadah wacana kritis mahasiswa.
pers mahasiswa mencoba mengabarkan saat semuanya tertidur. mencoba menggugat ketika semuanya menyangka dirinya aman.
Dipersembahkan oleh: Lembaga Pers Mahasiswa Journal STMIK Amikom Yogyakarta
Diterbitkan oleh : LPM Journal Pelindung Drs. M. Idris Purwanto, M.M. Pembina Jaeni, S.Kom Pimpinan Umum Ngaliman Wakil Pimpinan Umum Ika Nurindah P Sekretaris Umum Af Idatun Khoiriyah Bendahara Meilinda Detya Rensi Pimpinan Redaksi Arleta Fenty Pimpinan Produksi Sugiarti Redaktur Pelaksana Ika Nurindah P Redaktur Af Idatun Khoiriyah, Sugiarti, Riris Tri Harini Reporter Arleta Fenty, Risky Asward Arbie,Ngaliman, Nurhapsoro Triyowibowo, Zani Noviansyah Fotografer Adam Ghifari Nuskara Layouter R. Arka Kaloka Alamat Redaksi Ruang sekretariat bersama III, STMIK Amikom Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta Email
2
lpmjournal@gmail.com Website www.lpmjournal.com Cp 085747946912
Topik Utama
Mengendus Dana yang Hangus Di lingkungan untuk delegasi mahasiswa Amikom, ternyata tidak yang dikirim ke luar kota. semua organisasi mahasiswa Pertanyaan timbul ketika (orma) menghabiskan jatah ada beberapa orma yang dana tahunan yang kebingungan dengan status dialokasikan Lembaga. Lalu, kemana larinya dana dana sisa yang ternyata tidak tersebut? Kesempatan bisa diambil lagi untuk periode perbincangan dengan berikutnya. Himpunan Suyatmi, Sekretaris (12/02/2011). (Journal/Adam) Mahasiswa Jurusan Teknik Pembantu Ketua (Puket) III, Ilustrasi transparasi dana di STMIK Amikom Yogyakarta. Informatika (HMJTI) misalnya. menjelaskan bahwa tidak ada Menurut Ketua HMJTI, I Made alasan untuk mengembalikan sisa dana ke lingkaran alokasi dana orma. Dana Deni Artika Kurniawan, dana HMJTI pun sering sisa. yang berlebih akan kembali ke Lembaga untuk Deni juga berharap ada kejelasan mengenai sisa diinvestasikan ke hal yang lain. “Untuk investasi dana tersebut. Paling tidak ada laporan sehingga yang lain, misalnya gedung, wall Mayapala. Karena bisa menerangkan kegunaan dari dana mahasiswa wall itu punya Lembaga bukan punya Mayapala. tersebut dipakai untuk apa saja. Jadi kalau nggak habis atau nggak diambil kembali lagi ke Lembaga,” ungkapnya. (02/04) Menurut Deni, Lembaga hanya Hal ini menarik karena alokasi untuk mensosialisikan alokasi total dana yang diterima investasi seharusnya sudah jelas. Untuk hal ini pada tiap orma, dana lain-lain dan juga dana Suyatmi memiliki alasan tersendiri, “Ya iya sih. Tapi cadangan. Sedangkan untuk transparansi dan masa' ini (karena dana orma, -red.) sisa, sosialisasi itu yang tidak ada sejak dulu. “Ada uang ditambahkan untuk orma, enggak itu.” Ia cadangan 20 juta misalnya. Nah sosialisasi yang menjelaskan bahwa dana orma per tahun memiliki disebut tidak ada itu, 20 juta itu masih ada atau perhitungan tersendiri yang dirumuskan melalui tidak. Kalau masih ada di mana, apakah bisa rapat pembina orma. Rumus terakhir yang dipakai diambil juga prosedurnya seperti apa. Tapi kalau adalah jumlah mahasiswa baru yang registrasi sudah tidak ada, itu dipakai untuk apa dan oleh dikali Rp 105.000,-. Rumus ini sudah melalui siapa,” ujarnya. sejarah metode-metode perhitungan sebelumnya, Deni juga mengungkapkan keinginannya yang menurutnya sudah ideal. untuk mempertanyakan transparansi keuangan Sebagaimana diketahui mahasiswa yang tersebut kepada Lembaga. Tetapi ia pesimis aktif di orma bahwa sebagian dari uang registrasi pertanyaan-pertanyaan itu pasti akan mental. mahasiswa akan kembali lagi ke mahasiswa berupa Dalam artian, sebelum bersosialisasi, Lembaga dana untuk kegiatan mereka. Jumlah mahasiswa di tentunya melakukan persiapan tentang pertanyaan kampus ini terus meningkat setiap tahunnya. yang mungkin timbul. “Misalnya ketika mahasiswa Melihat rumus di atas, jelas bahwa semakin tinggi bertanya begini, jawabnya harus ini,” ujar Deni. jumlah mahasiswa, semakin banyak pula alokasi Bahkan, menurutnya mahasiswa terbiasa didoktrin dana untuk orma. Dana tersebut dibagi dalam bahwa Amikom telah cukup sukses, “Amikom berbagai kelompok yang berbeda seperti orma dulunya kecil dengan gedung yang imut sekarang yang bergerak di bidang keilmuan, minat dan bakat, sudah besar. Ketika didoktrin itulah kita menjadi serta hobi. Selain dana inti pada masing-masing tidak kritis lagi dengan uang.”(02/01) orma, ada pula dana cadangan yang digunakan Deni berharap Amikom paling tidak punya 3
Topik Utama laporan mengenai masuknya mahasiswa per tahun juga total dana yang dikeluarkan pertahun. “Tidak perlu sedetail mungkin, cukup berikan bayangan aja tentang keuangan tersebut,” ujarnya.(02/01) Panji Tri Nur Trisno, Ketua Senat Mahasiswa (Sema), mengaku mengetahui status sisa dana tersebut. “Dana tersebut digunakan untuk inventaris kegiatan LPM tanpa mengurangi dana tahunan orma itu sendiri.” (02/01) Panji juga berpendapat bahwa seharusnya Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dari Lembaga diumumkan ke mahasiswa. “LPJ itu mungkin logikanya ada, tapi transparansinya itu yang dipertanyakan. Dalam artian LPJ-nya harus ditransparansikan pada mahasiswa. Selama ini belum pernah ada mengenai hal tersebut (transparansi, -red.),” ujarnya. (02/01) Menanggapi hal tersebut, Suyatmi berpendapat bahwa orma lah yang harus membuat LPJ, “Pertanggungjawaban berupa LPJ nanti ke pimpinan bukan ke mahasiswa,” ujarnya (02/04). Menurutnya tidak perlu ada laporan pertanggung jawaban keuangan dari Lembaga ke mahasiswa. “Kan masing-masing sudah tau,” tambahnya (04/02). Berbeda dengan Panji maupun Deni, Tri Suaprizal Fahri, Ketua UKM Tae Kwon Do, mengungkapkan ketidaktahuannya mengenai alokasi dana tersebut. Ia mengetahui alokasi dana tersebut beserta prosentasenya hanya dari Sema, bukan dari Lembaga. Dia juga mengatakan bahwa baru pada tahun ini mendapat undangan mengenai sosialisasi dana. “Tahun ini pernah, tahun sebelumnya nggak pernah dapat undangannya yang di ruang Puket III itu. Itupun saya tidak datang karena lupa. Biasanya hanya di sekber aja, itupun tanpa ada dari pihak Lembaga,” ungkapnya. (02/01) Disinggung mengenai transparansi dana orma, mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2007 tersebut mengungkapkan ketidaktahuannya, “Dan yang nggak jelas lagi UKM atau orma yang ada sisa dana itu nggak jelas uangnya kemana karena di
4
tahun kepengurusan baru juga nggak bertambah.” Bahkan menurutnya ketidakjelasan tersebut juga pernah dibahas dalam Dialog Lembaga Mahasiswa (DLM) beberapa tahun yang lalu namun pihak Lembaga sendiri belum memberikan jawaban yang sesuai dengan harapan perwakilan dari UKM Tae Kwon Do tersebut. Mengenai metode pengalokasian dana orma, Erik Hadi Saputra, Kabag Humas Amikom memiliki pendapat sendiri. Menurutnya, metode Amikom dalam alokasi dana sudah cukup baik. “Mana ada kampus lain yang memberi dana ke orma? Justru kelemahannya, mahasiswa jadi kurang kreatif untuk mencari dana. Malah ada UKM yang dikasih dana tapi kegiatannya nggak ada,” ungkapnya (04/02). Pernyataan ini ternyata berbeda dengan kenyataan di kampus lain. Sebagai contoh, Mohamad Jepry Adisaputro, Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa Himmah Universitas Islam Indonesia dalam perbincangan dengan Journal menceritakan perihal alokasi dana untuk unit-unit kegiatan mahasiswa di UII. Menurutnya, dana untuk orma dikelola oleh mahasiswa sendiri, melalui Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Dana tersebut diperoleh dari dana iuran mahasiswa tiap bulan yang berbeda jumlahnya tiap angkatan. Setelah dikurangi dana taktis sebesar 10%, dana tersebut dibagi menjadi dua. Sebanyak 27,8% dialokasikan untuk kegiatan mahasiswa tingkat universitas seperti DPM dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM). Sedangkan sisanya sebanyak 72,2% untuk kegiatan tingkat fakultas. LPM Himmah sendiri mendapat jatah 38% dari keseluruhan alokasi untuk Lembaga khusus. Tak jauh berbeda dengan sistem di STMIK Amikom, semua kegiatan orma memberikan LPJ. Dalam hal ini, orma di UII menyampaikan LPJ-nya ke DPM. Menurut Jepry, seharusnya DPM menyampaikan LPJ saat forum Keluarga Mahasiswa (KM) UII sebagai bentuk transparansi, namun saat ini tidak dilaksanakan. Tetapi apabila ada yang meminta LPJ maka DPM akan memberitahukannya. RGD
Karya Ngelantur
Sluman dan Slumun
5
Wacana
Membuka Ruang Kemajuan suatu organisasi tidak akan jauh dari evaluasi. Hal ini disebabkan karena akan adanya proses yang berjalan perlahan atau cepat untuk mencapai tujuannya. Fase-fase yang dilalui terkadang menyakitkan dan membuat organisasi itu hampir kehilangan semangat untuk melanjutkan apa yang mereka sepakati bersama. Ruang-ruang diskusi di STMIK Amikom Yogyakarta kini sudah mulai tergerus oleh teknologi yang mampu memanjakan penggunanya. Mulai dari jejaring sosial, tugas kuliah, catatan dalam jaringan (blog), dan mengunduh beberapa berkas yang diperlukan. Dan kini semua tanpa batasan ruang yang jelas. Keterbukaan informasi sangat diperlukan sebagai media kontrol terhadap kebijakan yang akan diambil kedepannya. Dan budaya ini sudah mulai dikesampingkan dalam kegiatan berorganisasi, baik organisasi mahasiswa ataupun Amikom sendiri. Beberapa kali sempat terpikirkan untuk mengetahui kemanakah uang mahasiswa yang setiap semesternya diberikan untuk kegiatan dan faktor-faktor pendukung dalam pendidikan, mulai dari fasilitas hingga kegiatan mahasiswa. Organisasi mahasiswa kini sedang sibuk dengan dirinya sendiri dan melupakan darimana sebenarnya uang yang mereka dapatkan untuk menjalankan kepengurusan. Mendapatkan kepercayaan dari pihak lembaga untuk mengelola uang mahasiwa sebagai salah satu faktor pendukung dalam belajar dan bertanggung jawab, baik itu dalam hobi dan pendidikan. Mungkin tidak dapat dinyatakan ini sebuah kesalahan dari organisasi, namun terdapat kekeliruan yang sudah mendarah daging sehingga menjadi sebuah kebiasaan dalam setiap periode. Ruang refleksi sesama organisasi juga hanya dilakukan dalam setahun sekali dan sekali lagi hanya memikirkan organisasinya bukan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa yang sadar bahwa kuliah bukan hanya duduk , mendengarkan, pulang, mengerjakan tugas, nilai bagus dan lulus. Tetapi ada makna yang lebih dari kata “maha� yang secara bahasa berarti besar atau tak tertandingi. Sedangkan siswa adalah pelajar pada akademi. Jadi mahasiswa juga dapat dikatakan sebagai pelajar yang tak tertandingi, namun kenyataannya masih sangat jauh dari harapan. Hal ini mungkin juga dapat diindikasikan karena memang di Amikom sendiri hanya melakukan koreksi keuangan secara keseluruhan diawal dan diakhir tahun ajaran. Mungkin akan lebih baik jika diadakan evaluasi 3 atau 6 bulan sekali. Ini dimaksudkan apabila terjadi kekurangan dan kelalaian dalam menjalankan amanat dapat dinetralisir sebelum terlalu jauh. Ffhaq
6
Liputan
Tidak Akan Ada Jurusan Multimedia Belakangan ini santer terdengar desasdesus dikalangan mahasiswa bahwa multimedia akan dijadikan salah satu jurusan di STMIK Amikom Yogyakarta. Hal ini dibenarkan oleh Ainul Yaqin, S1 TI 3B saat kami temui di basement 5 kemarin. Ainul menyatakan pertama kali mendengar kabar tersebut saat acara makrab Komunitas Multimedia Amikom (KOMA) bulan Desember kemarin.(7/2) Menurut Ikha Widya Shafira, mahasiswa kelas S1 TI 3M yang akrab di sapa Ira pun menyatakan hal yang sama.”Saya mendengar kabar tersebut dari teman saya,Anggar Hermadhani,” ungkapnya.(9/2) Saat ditemui di ruang Pembantu Ketua (Puket) III, Erik Hadi Saputra selaku Kabag Humas Amikom menanggapi hal tersebut. ”Saya malah belum pernah mendengar isu tersebut,” kata Erik.(4/2) M. Suyanto selaku ketua Amikon yang pada saat wawancara juga berada di sana menjelaskan tentang kabar tersebut. “Rencana Amikom akan menjadi universitas, yang untuk mewujudkannya kita akan menambah beberapa program studi yang salah satu basisnya adalah multimedia. Tetapi tidak akan ada jurusan multimedia. Karena sampai saat ini untuk jurusan multimedia sendiri tidak ada di dalam Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) yang merupakan standarisasi dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti),” jelas Suyanto. “Kalau tidak ada jangan diadaadakan,” imbuh Erik. (4/2) Walaupun multimedia tidak dijadikan jurusan, akan tetapi semua prodi di Amikom ada basis multimedianya. Karena memang Amikom sendiri menyisipkan multimedia,e-commerce dan entrepeneurship dalam semua prodinya. Hal ini bisa dilihat dari mata kuliah konsentrasi yang ditawarkan, salah satunya ada pilihan multimedianya. Bagi Ainul dan Ira, tidak masalah sebenarnya multimedia jadi jurusan atau tidak. Semuanya tergantung niat masing-masing mahasiswanya. Ira menegaskan “Banyak temenku yang cuma lulusan SMA bisa expert dibidang multimedia. Nggak harus kuliah jurusan multimedia dulu. ”
source foto : http://www.google.com Ilustrasi wacana jurusan multimedia.
Lain halnya dengan Ainul. Menurutnya untuk mata kuliah dibidang multimedia sendiri masih kurang. Karena yang diajarkan hanya dasardasarnya saja. Sedangkan untuk pengembangannya kita disuruh cari sendiri di internet. “Kalau semua bisa dipelajari lewat internet, buat apa kita kuliah?,” ungkap Ainul menirukan celetukan salah satu temannya. Menurut Suyanto sendiri materi multimedia di Amikom sudah cukup. Untuk program S1 diajarkan sampai perancangan film kartun dua dimensi. Sedangkan untuk program S2 sampai pada teknologi media digital. Gie
7
Foto Journal
Ketika PRT Menyerukan Aspirasinya Berbagai tuntutan disampaikan oleh para Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang menggelar aksinya di simpang empat Kantor Pos Yogyakarta dalam rangka Hari PRT yang jatuh pada 15 Februari. Mereka ingin kehidupannya dilihat dari berbagai aspek lebih layak lagi. Berita lengkap dapat dibaca di www.lpmjournal.com. (Adam/Ngaliman)
Pengunjuk rasa menggelar orasi pantomim yang menggambarkan ironi kehidupan seharihari mereka
8
Berbagai tuntutan yang berdasarkan pada hak dan perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
Foto Journal
Selain keselamatan kerja yang terjamin, mereka menginginkan hak sosial juga dipenuhi. Mereka mengeluhkan tidak adanya batasan beban kerja yang layak. Masalah ini berdampak pada akses bersosialisasi yang hanya sedikit.
Wujud perlindungan hukum yang mereka inginkan adalah segera disahkannya Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
Bukan spanduk biasa. Mereka menggunakan kain serbet yang disambungsambung dan bertuliskan tuntutan-tuntutan mereka.
9
Liputan
Kunjungan Amikom Semakin Marak euy...!! Kunjungan di Amikom semakin marak. Mulai dari anak TK sampai Perguruan Tinggi (PT). Dari paling barat dari Universitas Iskandar Muda Aceh sampai paling timur SMA N 2 RAHA Sulawesi Tengggara. Bahkan Seong Deok Middle School Gwangju, Korea Selatan. Semua berbondongbondong mengunjungi “Kampus Ungu” ini. “Saya tidak tahu mereka tahu Amikom darimana, tapi mereka mungkin tahu dari iklan, website atau webometrics, mereka tahu bahwa Amikom sebagai model contoh private Entrepreneur dari UNESCO” kata Erik Hadi Saputra.[01/02] Amikom tidak pernah mengundang para pengunjung, akan tetapi mereka lah yang ingin datang. Kedatangan mereka mempunyai tujuan berbeda-beda. Untuk SMK, mereka ingin tahu bagaimana perkembangan Information od Technology (IT) terbaru, mulai dari 3D Animation sampai perpustakaan. Mereka ingin melihat langsung seperti apa Amikom ini. Karena dirasa memiliki standar yang bagus. SMK ingin siswanya melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Amikom dan menginginkan Amikom sebagai penguji kompetensi saat pelulusan Tugas Akhir (TA). Lain halnya dengan PT, mereka datang ke Amikom hanya untuk studi banding. Kedatangan mereka pun sudah dijadwalkan. Hanya pada hari Rabu dan Kamis saja mereka bisa berkunjung. “Misalkan ada yang meminta selain hari itu pastilah kami tolak,” jelas Erik. Manfaat kunjungan ini untuk Amikom adalah bisa share teknologi. Misal PT, mereka memiliki pengelolaan mahasiswa dan alumni yang lebih bagus, persiapan model-model skripsi, tukarmenukar pelajar yang bisa mengambil skripsi di Amikom dan sebaliknya. Memperluas paradigma sendiri, bahwa Amikom besar bukan karena merasa besar tetapi karena ada yang dibandingkan. Tidak sedikit pula dari mereka yang minta dibuatkan website sekolah. Bagi Amikon, bermanfaat untuk menambah visibiliti dan link web. Dengan semakin banyaknya sekolah binaan, secara Tri Dharma PT yakni pengabdian pada masyarakat sudah terpenuhi. Setiap kunjungan pasti ada jadwal keliling Amikom atau istilahnya showing. Standar pertama yakni perpustakaan. Perpustakaan tidak hanya sebagai pengolah buku, akan tetapi juga resource.
10
(17/02/2011). (Journal/Adam) Kunjungan STMIK Amikom Yogyakarta.
Standar kedua, paling tidak dari 11 lab dari 12 lab harus dikunjungi. Pemilihan lab ini tergantung pada jurusan sekolah, misal mereka jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) mereka mengunjungi lab Cisco. Jurusan Multimedia mereka mengunjungi lab multimedia. “Maraknya kunjungan ini tidak mengganggu kegiatan perkuliahan. Menurut saya so far so good lah. Antusias mahasiswa kita cukup bagus kok” kata Erik. Halnya Martina Widyaningsih kelas D3MI-3B dan Rizkianto Hendrawan Priambudi D3TI-3C mengaku tidak terganggu atas kunjungan ini. “Justru malah bagus tuh, saya tidak terganggu” kata Martina. [13/02] Ind|Arbie
Wawancara
Orma dan Dana Syamsul A. Syahdan, Ir, M.Kom dosen Analisi Desain Informasi semester 5 jurusan teknik informatika ini sebenarnya merasa enggan ketika diminta pendapatnya tentang sistem transparasi dana terhadap organisasi mahasiswa (orma) akan tetapi beliau mau memberikan sedikit komentar yang hanya sekedar sharing ilmu yang dimilikinya. Berikut cuplikan wawancara singkat reporter LPM Journal, Triyowibowo Nurhapsoro dengan Syamsul A. Syahdan yang di temui disela-sela mengajar. Bagaimana sebenarnya bentuk dari pemberian dana yang baik/ideal bagi sebuah kampus, selaku penyokong dana untuk orma? Anggaran atau badget kepada ukm idealnya diberikan setiap 3 bulan bukan 1 tahun seperti umumnya di karenakan di amikom orma masih merupakan sarana pembelajaran bagaimana mengatur pendanaan organisasi merka sehingga bila ada kegiatan tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengajukan proposal dan sebagainya. Kadang dana yang telah dibagikan terhadap orma ternyata sisa bagaimana pendapat anda?
Lihat kondisi, artinya lihat kondisi ukm itu sendiri ada kalanya dana itu harus dikembalikan dan dipergunakan untuk organisasi yang lain yang membutuhkan jika dana ukm lain tidak mencukupi. Apakah dosen ataupun karyawan perlu diajak rembuk dalam pengalokasisan dana? Dosen diibaratkan supervisi dikarenakan kadang kala kegiatan-kegiatan tertentu melibatkan dosen, di dalam proses pembelajaran tidak ada salahnya melibatkan dosen ataupun karyawan juga dalam pengalokasian dana di karenakan mahasiswa masih dalam proses pembelajaran. Di amikom sendiri, bagaimana transparasi keuangannya menurut anda? Khususnya kepada pelaku orma? Saya tidak bergitu mengerti di karenakan saya bukan dosen tetap di Amikom. Closing statement anda? Transparasi kadang berbeda sudut pandangnya, yang kehendak siapa? Mahasiswa atau kampus kah makanya perlu adanya supervisi seperti dosen yg terlibat yang dapat melakukan monitoring.
Nama Lengkap : Syamsul A. Syahdan, Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 25 Juni 1970 Hobi : music, membaca, olahraga/sport Pekerjaan : Igroup Asia Pacific Limited (Information Soecialist Consultan), MDC Edu & Training IT-Engineering-mgt
Syamsul A. Syahdan, Ir, M.Kom source foto: http://dosen.amikom.ac.id
11
Seputar Teknologi Informasi
Teknologi yang Ramah dan “Hijau” Produk teknologi kini makin beragam, produk yang ramah lingkungan bisa dijadikan pilihan bijak selain perihal teknis semata. Seperti mouse buatan Fujitsu yang berlabel M440 Eco. Mouse ini adalah mouse pertama yang selubungnya bisa didaur ulang 100 persen. Berbahan pastik biodegradable (terurai secara biologis) Arbofom dan Biograde yang merupakan bahan baku dari sumber yang terbarukan sehingga mudah teruai. Arbofom tebuat dari lignin produk sampingan dari industri kertas dan biograde berasal dari serat kayu. Fujitsu juga memastikan kabel mouse bebas dari Polivinil klorida (PVC). Tentu kekurangannya pada komponen utama dari mouse seperti sirkuit, Printed Circuit Board (PCB) dan sensor optik yang masih mengandung unsur logam. Lain mouse, Netbook Acer TravelMate Ilustrasi Timeline X TM8172 dinyatakan paling baik berdasarkan hasil dari Greenpeace Electronics Survey 2010. Karena paling sedikit menggunakan material PVC, Brominated Flame Retardant (BFR), Antimony, Phtalate, serta Beryllium yang merupakan material berbahaya . Dalam perihal konsumsi energi dan lifecycle, produk ini termasuk unggul. Dunia desktop pun tak ketinggalan, masih berdasarkan hasil Greenpeace Electronics Survey dua produk yang ramah itu adalah HP Compaq 6005 Pro Ultra Slim dan Fujitsu Esprimo E9900. Teknologi desktop HP memiliki keunggulan dari bahan material yang bebas dari PVC dan BFR, namun belum terbebas dari Beryllium, Antimony, dan Phtalate. Desktop Fujitsu memiliki keunggulan
12
dalam penggunaan daya terutama energi Off Mode, Sleep Mode, dan Idle Mode, walau materialnya masih kurang. Keduanya berkategori Energi Star B yang berarti baik. Untuk Notebook sendiri Asus UL30A paling tinggi skornya namun masih berbahan PVC dan BFR. Meski begitu produk ini dikatakan berbahan material paling aman dan paling hemat energi dibanding dengan kelas sejenisnya seperti Toshiba Portege R700 dan Dell Latitude Z. Keunggulannya terdapat pada konsumsi energi, yang menurut greenpeace berkategori A. Greenpeace mengatakan, Asus adalah salah satu vendor yang telah menerapkan analisis siklus produk untuk mengetahui energi yang dihabiskan untuk membuat notebook. Jadi, energi dari source foto : http//www.google.com mendapatkan materi hingga mengirimkan barang diketahui. MacBook Pro MC 374 buatan Apple bisa jadi pesaing Asus menurut analisis grenpeace, namun Apple tidak menyertakan produknya dalam survey ini. Sekedar informasi, untuk memilih produk ramah lingkungan, hasil dari survei organisasi lingkungan Greenpeace bisa dijadikan pertimbangan. Greenpeace secara rutin melakukan survey terhadap teknologi /produk untuk menilai seberapa hijau produk-produk yang dipasarkan. Faktor material, lifecycle produk, konsumsi energi, dan faktor inovasi produk inilah yang menjadi pertimbangan untuk memilih produk yang lebih “hijau”. Zn
Pojok Sastra
Mushola Tua tu, Bagian satu Permulaan Nyala lampu badai yang disapu angin nampak berkelok-kelok, malam itu masih dengan suarasuara penuh semangat memenuhi seisi ruangan. Lantunan ayat Alqura'an terdengar sayup-sayup dari kejauhan. Ayahku sembari menunggu waktu sholat isya tiba ia duduk bersama orang tua lainya, dengan berbagai perbincangan yang aku sendiri tak tau apa yang sedang dibicarakan mereka, karena aku harus mengaji jadi tak peduli dengan perbincangan ayahku tadi. Ibuku bilang “Nak ngajinya harus khatam ya� , itulah pesan beliau ketika aku pergi ke mushola untuk mengaji. Ayah yang tahu diri bahwa ia tidak lebih pandai dari guru ngaji anaknya rela selalu mengantar dan menungguiku ngaji, Kini ketika umurku tak sebelia dulu, semuanya telah berbeda jauh. � ya resiko nang� ujar ayahku, ia tak bisa seperti dulu setia setiap saat ketika aku perlu. Sepintas dalam bayangan masa kecilku bangunan tua yang ketika malam hari tetap ramai dengan suara-suara bocah yang dikala itu tak peduli akan masalah bangsa ini, bangunan tersebut diberi nama Mushola An-Nur, dari mushola itulah pernah aku dapatkan petuah berharga bagi hidupku, aku harus menghargai lingkungan, menjaga kerukunan dan jangan putus asa. Waktu itu listrik tak terbagi rata di kampungku, hingga bangunan tua yang luar biasa itu cukup terang dengan cahaya lampu badai berbahan bakar minyak tanah, langit-langit bangunan yang sudah kusam semakin pekat karena asap lampu, walau begitu tetap saja anak-anak di kampungku mau kesana untuk sekedar duduk dan melantunkan hafalan dan menunggu giliran untuk membacakan iqra' , suratsurat pendek, juz ama, atau bacaan sholat, maklumlah guru ngajinya tak mau kompromi, akupun pernah dijewernya karena salah melafalkan ayat Alqur'an. Guru ngaji yang galak bikin semua santrinya menuruti tutur katanya,walau dengan terpaksa akhirnya berusaha mau mengerti apa yang dikaji. Hal kecil yang sering dilakukan ketika aku mengaji yaitu membaca berulang-ulang hingga hafal surat-surat pendek untuk sholat maupun bacaan iqra', Syukurlah semua itu pernah aku alami mungkin kini adikku sendiri tak bisa mengalami masa kecil seperti aku dulu. Biasanya sore hari sehabis sholat ashar sebelum mengaji dan cuacanya cerah aku dan temanteman sebayaku memanfaatkan waktu untuk bermain petak umpet, ingklik, gobak sodor, kasti atau bermain klereng tak beda anak cewek atau cowok semua bermain dan berkompetisi dengan permainan klasik itu, nampkanya permainanpermainan semacam itu saat ini di kampungku sendiri sudah jarang dimainkan anak-anak, walau kampungku di pelosok desa tapi dampak perkembangan jaman yang serba mesin ini nampak jelas hingga ke pelosok desa. Bersambung, -Imaen13
Pojok Sastra
Istimewa Menerawang kedepan dengan kebimbangan Mencari apa yang diimpikan atau serius konsentrasi Tuntutan perubahan tak pelak jadi beban pikiran Kadang dikala jenuh, hati gundah tak tau arah Apakah hanya berdiam diri melihat saja Kreatif, inisiatif, aktif, bahkan produktif Tetapi banyak agenda padat merayap Tugas berjibun Ekplorasi diri dibatasi Hingga serasa dikekang dan dikandang Apakah belajar hanya harus diruang saja Apakah indikator baik, buruk, pandai dan kurang mampu Dilihat dari abjad alfabet saja Apa hanya gelar yang dicari Ada juga upaya dibatas-batasi agar tak luas ruang geraknya Anehnya kualitas malah dipertanyakan Baik dipandangan orang tapi lalai berbenah diri Fasilitasi dan motivasi itu penting Makanya bukan hanya teori Kriteria-kriteria pengemong juga sesuai untuk standar kualitas Setidaknya bukan hanya terucap dilisan Apa malah dibiarkan saja asal administari tercukupi Dunia orang muda penerus bangsa memang penuh warna Ada yang bilang kita ini mahasiswa, kita ini agen perubahan, kita ini kita itu Ada yang diam saja, bahkan ada yang mencari-cari untuk kebaikan diri Ya begitulah proses Belajar selagi nyawa belum melayang Tapi belajar itu tak tentu dimana dan apa Jangan mau kalah dengan kebohongan Karena sejatinya jujur itu mulia -Imaen-
Agenda Haunted House Feestival (Onegai Shelter Exindo Pratama)
Mega Bazaar Computer 2011
Penyelenggara : Onegai Tanggal : 11 maret 2011-11 April 2011 Tempat : Babarsari Expo Land (depan hotel Sahid Raya)
Penyelenggara : Dyandra Promosindo Tanggal : 09 Maret 2011 – 13 Maret 2011 Tempat : Jogja Expo Center (JEC)
Referensi
Mistisisme Jawa, Ideologi di Indonesia Judul : Mistisisme Jawa, Ideologi di Indonesia Penulis : Neils Mulder Penerbit : LKiS Yogyakarta ISBN : 979-8966-77-5 Tahun terbit : 2007 Kategori : Sastra dan ideologi Teks : Bahasa Indonesia Jumlah Halaman : 270 Halaman Mistisisme Jawa, Ideologi di Indonesia Neils Mulder seorang antropolog dari Belanda yang memiliki empati besar mengamati jawa dengan buku ini membahas mengenai anggapan mistisisme adalah sesuatu yang dekat dengan kerahasiaan dan urusan pribadi, dimana menyentuh keyakinan dan religius seseorang. Kembali ke- kejawen (Jawanisme) sebagai mana ditunjukkan dengan mistisisme kebatinan di masa-masa sesudah perang merupakan titik balik kebangkitan kultur jawa. Dalam buku ini ada dua pola pemikiran mengenai pemikiran mistik jawa dan pemikiran yang tampaknya menyokong rakayasa kultur nation building di Indonesia dimana pengaruh pemerintahan dalam upaya alih-alih pembangunan. Rezim orde baru memproyeksikan diri sebagai sebuah orde kultural dengan justifikasi atas nama “tradisi� . Rezim ini mencitacitakan pembangunan sebuah negara pancasila berisikan manusia indonesia seutuhnya yang berbudaya dan sarat sekali dengan investasi dalam pendidikan nilai-nilai. Imaen
Amalan Hati : Menjernihkan Jiwa, Menyegarkan Amal Judul Penulis Penerbit ISBN Tahun terbit Kategori Teks Jumlah Halaman
: Amalan Hati : Menjernihkan Jiwa, Menyegarkan Amal : Ibnu Taimiyah : Penerbit Pena :: Juli - 2007 : Islam : Indonesia : 228
Nama aslinya adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdul Salam bin Abdullah bin Taimiyyah. Lahir di Harran pada 10 Rabiul Awal 661 H dan dibesarkan di Damsyiq, Suriah. Ibnu Taimiyyah dibesarkan dalam lingkungan keilmuan. Ia memiliki ingatan yang begitu kuat. Ia mampu berfatwa sebelum mencapai umur 20 tahun dan selama hidupnya telah menulis lebih dari 500 judul buku. Seorang ulama berkomentar mengenai Ibnu Taimiyyah, "Kalau berbicara tentang tafsir, maka beliau tiada tandingannya. Bila berfatwa tentang fiqih, beliaulah yang sangat memahami tujuannya. Bila berbicara tentang hadits, beliaulah pemilik ilmu dan perawinya. Bila berbicara tentang perbandingan agama dan mazhab, tidak akan ada siapa pun yang sebanding dengannya." Ibnu Taimiyyah meninggal pada 20 Zulqaidah 728 H di satu penjara di Damsyiq setelah dua tahun berada di dalamnya. Meimei
15
lpmjournal.com mewartakan realita
Lembaga Pers Mahasiswa Journal STMIK Amikom Yogyakarta lpmjournal@gmail.com | lpmjournal.com