LUMINAIRE Vol. 3

Page 1


Success is where preparation and opportunity meet. - Bobby Unser

SAMBUTAN KETUA REDAKSI

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa untuk segala kebaikan-Nya yang berhasil mempertemukan kesempatan Luminaire Vol. 3 untuk terbit dengan persiapan menyenangkan (dan menegangkan) yang kami semua alami. Terimakasih kepada semua narasumber, Keluarga Mahasiswa Manajemen Institut Teknologi Bandung, dosen dan civitas akademika SBM ITB, serta semua orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Luminaire Vol 3. Kurang dari empat bulan, setiap anggota dari setiap divisi bekerjasama dan berintegrasi untuk menghasilkan majalah dengan tema “Specialpreneurship” ini. Sukses. Satu kata tersebut mewakili hasil kerja keras kami dengan terbitnya majalah ini. Sebagai edisi Luminaire pertama yang masuk dapur cetak, kami berharap Luminaire Vol. 3 dapat benarbenar secara nyata menginspirasi pembacanya melalui sajian yang ada di majalah ini. Selain itu, besar harapan kami atas antusiasme pembaca Luminaire yang semakin tinggi dengan diterbitkannya versi printed maupun digital dari Luminaire Vol 3. Specialpreneurship merupakan tema yang kami pilih melihat mulai banyaknya bisnis-bisnis berbasis Ecopreneurship dan Sociopreneurship inspiratif di sekitar kita. Menariknya lagi, bisnis ini banyak sekali digandrungi oleh anak – anak muda. Bisnis – bisnis ini layak dan “special” untuk diangkat karena tidak hanya memikirkan keuntungan pribadi, namun bisnis – bisnis ini juga dengan mulianya memiliki visi yang lebih besar: memiliki dampak positif untuk pihak lain. Diharapkan dengan Specialpreneurship sebagai special theme edisi ini, pembaca dapat terinspirasi untuk memanfaatkan peluang yang ada dari bidang-bidang tertentu, seperti bidang sosial dan lingkungan. Sebagai pelengkap, Luminaire juga menyuguhkan artikel mengenai apa itu Ecopreneurship dan Sociopreneurship, serta kiat-kiat untuk masuk ke bisnis ini. Kami berharap, di masa depan Luminaire dapat terus menjadi majalah inspiratif yang terus berinovasi dalam berbagai hal. Oleh sebab itu, kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun agar Luminaire dapat terus berkembang menjadi lebih baik hingga edisiedisi mendatang.

Rachel Nevi Febriana dan Karina Yusanta A. Pimpinan Redaksi Luminaire 2015/2016 dan Ketua Penerbitan Vol.3


Nadine Zamira

The Body Shop

Hey Startic

Go - Box

Bank Sampah

Focal Point

Don’t Wait for A Move Saung Angklung Udjo

Segoan Jamur

Growbox

Progressio CG

Enigami

Ecopreneurship

DA FTAR ISI Urban Farming

Soulplant


NADINE ZAMIRA

Collaboration with

MENGHIDUPKAN TAMAN KOTA DI JAKARTA LEWAT KAMPANYE HIDDEN PARK by Dior Asning Kosyu


B

anyak orang peduli lingkungan? Iya, mungkin. Tapi yang beneran berbuat sesuatu untuk lingkungan? Hmm, beberapa saja. Kebanyakan anak muda lebih memilih nongkrong di mal-mal ternama, dibanding menghidupkan taman kota mereka. Menutup mata lihat kondisi Ruang Terbuka Hijau yang dianggap tidak lebih nyaman dari AC di gedongan. Tapi tidak dengan Nadine Zamira. Miss Indonesia Earth 2009 satu ini mendirikan Leaf Plus, sebuah lembaga konsultasi lingkungan. Dari Leaf Plus tersebut, Nadine menginisiasi kampanye Hidden Park, sebuah gerakan kreatif urban untuk aktivasi taman kota dan Ruang Terbuka Hijau. Tahu kan gimana kondisi taman di sekitar kota kamu? Bahkan mungkin kalian sendiri gak tahu taman kota di mana aja kan? Gak salah juga sih, kondisi taman kota atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) mungkin gak seberapa bagus untuk tempat jalan-jalan. Mau berakivitas juga jadi males. Nadine yang lulusan dari jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini memang tidak pernah lepas dari yang namanya lingkungan. Dari kecil, Nadine sudah sering diajak kedua orang tuanya untuk mencintai lingkungan. Ketika lulus kuliah pun, Nadine juga tidak bisa lepas dari aktivitas berbau lingkungan. Hal ini dibuktikan dari pekerjaannya sebagai Social and Environmental Executive di The Body Shop. Setelah itu, pada tahun 2010 Nadine bersama temantemannya mendirikan perusahaan konsultasi, Leaf Plus. Bergerak bidang jasa pendidikan lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan dan public relation lingkungan. Program pertama dari Leaf Plus, yaitu Hidden Park yang berfokus kepada aktivasi kembali taman kota sudah memasuki tahun ketiga. Hidden Park berawal dari tujuan untuk membangun awareness dan kepedulian

masyarakat terhadap taman-taman. Hidden Park aktif menggelar event terkait art, education, environment, dan entertainment untuk menjaring masyarakat ke tamantaman kota. Hidden Park setiap tahun setidaknya ‘mempromosikan’ satu taman kota. Pada tahun pertama, Hidden Park menggarap Taman Langsat Barito dan Taman Tebet pada tahun kedua. Dan pada awal bulan ini, Hidden Park berkampanye di Taman Tanjung, jalan TB Simatupang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Nadine menjelaskan, bahwa sebenarnya taman kota atau RTH tidak hanya sebagai penyonkong kehidupan kota. Selain itu, taman kota bisa menjadi tempat kreatif masyarakat, tidak hanya fungsi lingkungan yang terangkat tetapi juga fungsi sosial. Idealnya, RTH setiap kota besar adalah 30%, 20% RTH publik dan 10% privat. Sekarang ini, di Jakarta banyak RTH yang menjadi salah sasaran, dijadikan perumahan, pusat perbelanjaan, atau dijadikan kawasan industri. Ketika banyak RTH yang berada di kota-kota besar, potensi lokal juga akan terangkat. Masyarakat sekitar taman kota / RTH bisa memanfaatkan sebagai tempat rekreasi, wisata, edukasi, kreasi serta bersosialiasi. Pada tahun 2013 lalu, Hidden Park berkampanye di taman kota Tebet dan sukses mendapat perhatian masyarakat. Nadine sukses meyakinkan masyarakat, bahwa rekreasi di Jakarta gak hanya di mal atau kafekafe, tetapi taman-taman kota juga layak untuk dijadikan rekreasi, bareng keluarga. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana keadaan taman kota setelah kampanye Hidden Park? Semua tergantung kita, mau tetap memanfaatkan taman kota sebagai layaknya taman kota, atau malah kita mengotori dan sok gak peduli? Atau kalian ingin jadi Nadine di kota kalian masing-masing?


Kepedulian Membawa Kesuksesan The Body Shop

A

dalah Anita Roddick yang pertama kali merintis bisnis kosmetik ini pada tahun 1976. Ibu dengan dua anak ini memulai bisnis The Body Shop dari sumber daya yang sangat sederhana. Pada Januari 1986, The Body Shop terdaftar di London Stock Exchange dengan harga saham hanya 820 penny. Nama The Body Shop terus menanjak hingga pada tahun 1991 nilai perusahaan telah mencapai 350 juta Euro! Salah satu hal yang membuat The Body Shop unik adalah inovasinya untuk memulai diri sebagai perusahaan yang peduli dengan lingkungan dan sosial. Seperti yang dijabarkan pada website The Body Shop Indonesia (www.thebodyshop.co.id), The Body Shop percaya bahwa kecantikan yang sesungguhnya berasal dari hati. Kecantikan meliputi juga rasa nyaman dan perbuatan yang baik. The Body Shop membuat produk dengan cinta dan kepedulian. Bahan baku yang digunakan juga merupakan bahan terbaik di seluruh dunia yang dipadukan dengan kearifan para petani lokal. The Body Shop juga melakukan perdagangan dengan adil sehingga komunitas lokal juga dipastikan mendapat keuntungan. Menariknya, The Body shop tidak pernah melakukan uji coba pada hewan dan seluruh produk bersifat 100% vegetarian! The Body Shop secara sungguh – sungguh berkomitmen mengkampanyekan berbagai isu yang dekat dengan masyarakat dan selalu menempatkan manusia, hewan, dan bumi sebagai perhatian utama. Hal ini selaras dengan prinsip The Body Shop yaitu “Beauty with Heart.” Setelah mencoba mengulik dan mencari tahu informasi kontak The Body Shop Indonesia, team Luminaire akhirnya berhasil mendapatkan informasi tersebut dan langsung mendapatkan respon positif dari The Body Shop! Team Luminaire berkesempatan untuk mengajukan beberapa pertanyaan via email kepada Ibu Rika Anggraini

selaku GM Corporate Communication The Body Shop. Ternyata target pemasaran The Body Shop Indonesia bukan hanya remaja perempuan, loh! Kepada team Luminaire, Ibu Rika menjelaskan bahwa target pemasaran The Body Shop sebenarnya tidak hanya berkisar di antara kaum wanita saja, tetapi juga kaum pria. Pangsa pasar yang ditargetkan merupakan konsumen dengan kisaran usia dari 18 sampai 40 tahun di seluruh Indonesia. Lebih jauh lagi, Ibu Rika mengatakan bahwa The Body Shop juga menargetkan orang – orang yang concern terhadap keamanan produk dan menyukai produk – produk natural untuk kebutuhan kosmetik dan perawatan tubuh. The Body Shop masuk ke Indonesia bukan hanya karena adanya peluang untuk perkembangan pasar kosmetik dan perawatan tubuh, melainkan juga karena berkembangnya masyarakat kelas menengah yang peduli pada produk – produk natural dan aman. Menjadi salah satu pelopor perusahaan yang peduli pada lingkungan dan sosial tentu bukan hal yang mudah, apa saja sih yang dilakukan The Body Shop untuk masuk ke market di Indonesia? Banyak banget! Tentu saja pertama – tama dengan melakukan ekspansi di kota-kota utama dan secondary cities di seluruh Indonesia. Kemudian, The Body Shop juga melakukan recruitment member, mengembangkan e-commerce dan digital marketing yang tentunya menjadi


Jika berbicara tentang perusahaan ramah lingkungan, tentu salah satu perusahaan yang akrab di telinga kita (terutama kaum hawa) adalah The Body Shop. Perusahaan franchise terbesar kedua di dunia yang berasal dari Inggris ini ternyata sudah memiliki lebih dari 2000 gerai di lebih dari 60 negara. Edisi Luminaire 3 kali ini berhasil mengulik sedikit tentang salah satu pelopor pergerakan perusahaan berbasis ramah lingkungan ini, loh!

salah satu metode marketing di era modern ini. Selain itu, The Body Shop pun turut serta mengembangkan value dan loyal relevance-nya, salah satu caranya adalah menjalin kerjasama dengan NGO (Non-governmental Organization) di dalam negeri. Sebagai sebuah perusahaan peduli lingkungan dan sosial, Ibu Rika menerangkan bahwa The Body Shop sangat memegang teguh prinsipnya. Sebagai bukti, The Body Shop termasuk donator dalam pengembangan episkin— sebuah media sintesis yang bereaksi sama dengan kulit manusia sebagai pengganti hewan—untuk mendukung value The Body Shop sebagai perusahaan yang Against Animal Testing! Selain peduli terhadap hewan, The Body Shop juga menerapkan bentuk kepedulian terhadap bumi dengan menggunakan packaging yang sangat ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan value The Body Shop juga untuk memproteksi bumi kita. Tidak hanya itu, The Body Shop juga membuka telinga lebar – lebar terhadap berbagai isu sosial. Defend Human Rights, ialah salah satu value yang juga dibawa The Body Shop. Pada awal berdirinya, The Body Shop juga sering berkampanye perihal Hak Asasi Manusia. Hal ini diperkuat juga dengan fakta bahwa human trafficking merupakan isu penting (2 juta orang diperdagangkan tiap tahun!) yang masih minim dukungan masyarakat luas. Ibu Rika menambahkan bahwa misi lingkungan dan sosial adalah prioritas utama The Body Shop. Saat ini, The Body Shop Indone-

sia tengah mendata penggunaan energi, jumlah sampah, listrik, transportasi, kerelawanan, dan hal – hal lain yang menunjang Sustainable Business yang efisien dan terukur. Ketika ditanya tentang pendapat pribadi-nya, Ibu Rika meyakini jika setiap orang mampu berdampak positif terhadap sosial dan lingkungan hidup. Apalagi pengusaha yang punya kontrol terhadap produksi, sumber daya manusia dan profit. Sosial dan Lingkungan bahkan bisa menjadi opportunity dalam pengembangan bisnis. Kedepannya, Indonesia pasti membutuhkan banyak ecopreneur dan socialpreneur agar bisa menjadi negara yang memproduksi dan bukan semata mengkonsumsi. Belajar dari The Body Shop, yang bermula dari garasi rumah sampai menjadi suatu brand besar, merupakan contoh nyata sebuah usaha yang sukses. Semua kesuksesan itu bisa terjadi jika perusahaan tersebut memiliki pemimpin berjiwa visioner dan leadership yang kuat. Terakhir, Ibu Rika berpesan bahwa menjadi entrepreneur dapat dilakukan oleh siapapun. Tetapi untuk menjadi entrepreneur yang sukses diperlukan suatu kemauan untuk terus belajar dari manapun, tidak gampang puas, dan harus dapat mengikuti tren perkembangan jaman. Semangat kepedulian terhadap sosial dan lingkungan yang ditanamkan oleh The Body Shop sejak awal berhasil membuahkan hasil nyata berupa kesuksesan yang positif. The Body Shop menunjukkan kepada dunia bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. (Achel/ Adrian)


HEYSTARTIC

B

ila mendengar kata sampah, maka yang pertama kali terlintas di benak seseorang adalah suatu hal yang tidak berguna serta tidak lagi dibutuhkan. Sampah kerap dianggap sebagai material sisa yang sudah tidak terpakai lagi. Hal ini membuat sebagian besar orang akan berpikir dua kali jika ingin mengelola sampah menjadi suatu hal yang bernilai lebih. Namun, apa jadinya jika sampah tersebut mampu disulap menjadi sebuah anugerah berupa keuntungan? Perusahaan yang satu ini punya jawabannya!

Beberapa Prestasi Heystartic Global Young Social Entrepreneur dari Singapore International Foundation Produk Indonesia WOW dari Hermawan Kartajaya INACraft Award dari Kementerian Perdagangan Kartini Next Generation Award dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Juara 2 Wirausaha Muda Mandiri Nasional Industri Kreatif

Perusahaan yang dimaksud adalah HeySTARTIC. Perusahaan yang dikembangkan oleh Vania Santoso ini merupakan sebuah brand development untuk ecopreneurship. HeySTARTIC merupakan akronim dari Stylish Art in Ecopreneurship, sedangkan Hey sendiri adalah kata imbuhan sebagai ajakan pada masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan. Dengan nama tersebut, Vania ingin menunjukkan bahwa produk-produk daur ulang sampah juga bisa menjadi sesuatu yang bernilai “wah”. Salah satu produk HeySTARTIC adalah tas dalam berbagai bentuk model dan bahan. Sebagai Duta Lingkungan Hidup AsiaPasifik, Vania dan sang kakak, Agnes Santoso memulai kegiatan peduli lingkungan dengan membuat klub lingkungan pemuda AV Peduli pada tahun 2005. Pada saat itu, isu lingkungan belum semarak sekarang sehingga orientasi komunitas tersebut adalah mewadahi pemuda-pemudi yang cinta lingkungan dan ingin berkontribusi positif. Lalu seiring berjalannya waktu, ternyata realita di lapangan terkait masalah sampah semakin memburuk. Vania melihat bahwa ketertarikan orang dalam mengolah sampah masih sangat kurang. Kalaupun ada, hal itu masih bersifat ala kadarnya. Hal ini membuat orang-orang enggan memakai produk olahan sampah, apalagi untuk

kebutuhan fashion. Sejak saat itu, Vania terinspirasi untuk membuat produk berbahan daur ulang sampah yang tetap fashionable dan bisa membuat orang bangga memakainya. Proses produksi HeySTARTIC sendiri dibantu oleh masyarakat binaan yang berusaha diberdayakan oleh Vania. Bahan baku pembuatan tas dari brand ini merupakan hasil pengumpulan sampah melalui sistem bank sampah yang sudah ia terapkan di komunitas. Sampah-sampah yang ada kemudian dipilih berdasarkan tingkat kesulitan untuk dikurangi produksinya, misalnya plastik. Salah satu jenis sampah tipe tersebut yang cukup unik untuk bahan tas adalah sak semen. Menurut Vania, pembangunan yang membutuhkan semen setiap hari terus ada, sementara sampah sak semen dibuang begitu saja tanpa manfaat. Menariknya, sak semen biasa mampu mewadahi puluhan kilo dengan kuat. Hal ini menjadi pondasi ide Vania bahwa sak semen bisa menjadi aset untuk membuat tas yang daya tahannya kuat. HeySTARTIC yang sejak 2007 merupakan social project untuk pemberdayaan masyarakat ini ternyata sudah mendapatkan banyak apresiasi mulai dari nasional hingga internasional. Pada tahun 2011, bisnis ini terpilih mewakili Indonesia dapat penghargaan Ecopreneurship Make A Difference dari Hong Kong. Sejak saat itu, brand ini mendapat label pelopor Ecofashion di Indonesia. “Pencapaian bagi saya nggak cuma dari penghargaan, tapi juga kepuasan batin melihat reaksi orang yang terkagumkagum saat tahu produk HeySTARTIC. Nggak jarang lho, mereka memuji: “Wah nggak nyangka ini produk daur ulang” atau “Wah seperti kulit yah! Modelnya keren-keren”. Puas sekali rasanya,” tutur mahasiswa S1 Manajemen Universitas Airlangga ini.


Menyulap Sampah Menjadi Anugrah Kepada team Luminaire, Vania mengungkapkan jika perasaan bangga tersebut menjadi besar karena memang dari awal ia fokus untuk membuat produk daur ulang dengan desain trendi. Ia pun berusaha menambahkan kelebihan tas HeySTARTIC dari segi kualitas dengan memberikan garansi sehingga customer tidak ragu membeli brandnya. Baginya, HeySTARTIC bukanlah bisnis yang bukan hanya menjual nilai sosial, melainkan juga harus terbukti memiliki produk berkualitas. Kebahagiaannya bertambah ketika mendengar sharing dengan warga binaan tentang komentar positif dari banyak pihak. “Sukacitanya mereka itu doubling sukacita kita langsung! Karena pencapaian terbesar itu memang saat kita bisa bermanfaat bagi orang lain,” ujar Vania. Raihan yang gemilang tersebut tentunya pernah melalui rintangan dan hambatan pula. Salah satu kendalanya adalah respon pasar (domestik khususnya) yang kurang menghargai handmade product dengan stigma yang salah. “Beberapa ada yang berkomentar, “ini kan dari sampah, kok harganya mahal?”. Oleh sebab itu, kita berinovasi dengan kombinasi kain etnik Indonesia (batik, songket, dll) dan kulit asli juga untuk meningkatkan nilai jualnya,” sambung wanita yang telah beberapa kali menjadi pembicara Ecopreneur ini. Kendala lain yang dialami Vania dan timnya adalah permodalan. Hal ini disebabkan kebutuhan dana yang cukup besar untuk memberikan pelatihan gratis dalam memberdayakan masyarakat secara berkesinambungan. Permodalan juga begitu diperlukan untuk sistem konsinyasi dalam memasarkan produk mereka. Lantas, apa yang ingin mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan diatas? Rencananya, HeySTARTIC bermaksud melakukan ekspansi untuk pemberdayaan masyarakat marjinal lain, supaya lebih banyak orang yang mendapat manfaatnya. Untuk menuju hal tersebut, Vania berserta timnya sudah mengadakan pelatihan Ecopreneurship untuk membangun pioneer-pioneer baru di masa mendatang. Selain itu, ia berharap dapat berkolaborasi dengan para pengrajin daur ulang lain, supaya bisa menghasilkan produk unik dan lebih memaksimalkan dampak lingkungan yang bisa dicapai, termasuk lini bisnisnya juga. Wah, semoga harapannya tercapai ya! (Karin/Adrian)

Kiprah Vania Santoso dalam menjadi Youth Ecopreneur

Youth A Young Leader for Indonesia 2014 -entitled by McKinsey Company, who has founded AV Peduli, youth-led environmental NGO since 2005. Currently working on population as a part of Youth Advisory Panel of United Nations Population Fund, who Co-authored “Investing in Young People” book. Being covered as Asians of the Year 2009 by Channel News Asia - Singapore TV, Apa Kabar Indonesia TV One, Permata Bangsaku Metro, etc

Ecopreneur A grantee of One Young World Ambassador in USA for Global Business, presenting her social entrepreneurship on fashionable upcycled products. The only young awardee as “O”ptimist Marketer W-O-M-A-N Champion, by Hermawan Kartajaya, President of World’s Marketing Association. Despite of her international achievements, the most prestigious one for her is from the Indonesian President, Satyalencana Wirakarya for her real contributions for society when she was just 19 -mostly recipients are elderly.

Speaker International Summer School DREaM 2014 with UNDP Ambassador Douglas Broderick in Universitas Gadjah Mada Green Jobs in Asia Regional Conference 2012 by International Labor Organization Plenary session of TUNZA International Youth Conference in Germany 2007 by United Nations Environment Program


S

iapa yang tidak familiar dengan kata GO-JEK? Jenis layanan baru yang memudahkan pengguna menggunakan ojek dengan sistem online ini memang marak dibicarakan akhir-akhir ini. Apalagi, PT GO-JEK Indonesia selaku pemilik bisnis ini dari awal berkomitmen untuk memberdayakan tukang ojek yang ada di cakupan wilayah tersedianya GO-JEK. Tak hanya menggunakan jasa mereka, PT. GO-JEK turut memberikan training penting seperti bagaimana melayani pelanggan dengan baik, juga mengajarkan para tukang ojek ini mengenai cara menggunakan ponsel android untuk menunjang keikutsertaan mereka di GO-JEK. Tak heran jika Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, seperti yang ditulis dalam situs media online Warta Ekonomi, menilai GOJEK sebagai sociopreneurship yang memberi dampak yang baik kepada tukang ojek yang bergabung. Bagi pengguna ojek pun usaha ini memberikan benefit karena mereka tidak perlu susah payah mencari ojek kapan pun. Dampaknya, nama GO-JEK semakin melambung dan pengguna aplikasi mereka terus meningkat setiap harinya.

(Pengantaran Barang), Transport (Jasa Angkutan), Shopping (Belanja) dan Corporate (Kerjasama dengan perusahaan untuk jasa kurir). Layanan baru ini menyediakan jasa sewa mobil box yang tersedia di empat kota, yaitu : Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali.

Tidak puas dengan hal itu, PT. GO-JEK Indonesia baru-baru ini meresmikan bentuk layanan baru bernama GO-BOX. GO-BOX merupakan pengembangan jasa dari PT GO-JEK Indonesia, yang sebelumnya sudah memiliki beberapa layanan jasa seperti Instant Courier

Meskipun mempunyai konsep yang sama, sistem yang diterapkan di GO-BOX sedikit berbeda dengan GO-JEK pada umumnya. Untuk mendaftar menjadi driver, GO-BOX mewajibkan sang pelamar untuk memiliki salah satu dari mobil box, mobil pick-up atau truk engsel lengkap dengan surat-surat resmi seperti SIM B. Pelamar yang berminat kemudian akan diberikan training dan pelatihan mengenai bisnis terkait, misalnya cara menggunakan aplikasi saat ada pesanan dan sosialisasi aturan-aturan yang perlu dilakukan saat bergabung dengan GO-BOX. Pembagian profit bagi driver adalah sebesar 75%, sedangkan 25% sisanya untuk pihak GOBOX.

Beruntung, tim redaksi LUMINAIRE mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara dengan Operations Manager GO-BOX regional Bandung, Mahatma Waskitadi alias Gaga. Menurutnya konsep bisnis GO-BOX sama dengan GO-JEK yang menekankan pada social business. “Sama dengan GO-JEK, konsep GO-BOX sendiri adalah social business dalam penyediaan jasa angkutan besar yang membantu meningkatkan penghasilan sopir mobil box konvensional. Selama ini kan jasa sewa mobil box masih mengandalkan pangkalan mereka, sedangkan nggak semua yang butuh sewa mobil box tahu dimana mereka biasanya mangkal. Maka dari itu, PT GO-JEK mengembangkan layanan sewa mobil box yang dapat memudahkan kedua belah pihak, baik supir mobil box atau pelanggan,� jelas alumni SBM ITB ini.


FOR YOUR

BIGGER

NEEDS



GO-BOX sendiri memasang tarif 10.000 per kilometer ditambah dengan uang jalan. “Uang jalan ini terdiri dari biaya-biaya kebutuhan umum untuk mobil pengangkut, seperti misalnya uang bayar tol atau uang bayar parkir. Uang jalan sendiri murni digunakan untuk keperluan itu dan tidak termasuk hitungan pembagian profit 75-25%. Tarif yang diterapkan juga sudah termasuk asuransi barang sebesar 10 juta rupiah,” terang Gaga. Sejatinya, usaha untuk menarik hati sopir mobil box pangkalan tidak semudah itu. Untuk memenuhi kebutuhan GO-BOX, Gaga dan tim operasionalnya sebanyak 16 orang rela blusukan ke daerah-daerah pangkalan mobil box untuk mengajak mereka bergabung. Beberapa pangkalan bersikap kooperatif, namun ada juga yang skeptis. Untungnya, jumlah pangkalan mobil box lebih sedikit dibanding pangkalan gojek sehingga dapat meminimalisasi resiko terjadinya konflik. Reputasi GO-JEK yang sedang naik daun juga mem-

bantu mereka untuk mengajak mereka bekerjasama. Hasilnya, untuk wilayah Bandung, GOBOX siap melayani berbagai keperluan angkut logistik dengan kurang lebih 400 armada. GO-BOX baru saja melakukan soft launching pada 21 September 2015 dan muncul di aplikasi pada 5 Oktober 2015 lalu melakukan pemasaran jasa yang hampir sama dengan GO-JEK, yaitu pemasangan tarif flat sampai dengan periode tertentu. GO-BOX juga menambahkan promosi berupa coba gratis untuk konsumen pada awal launching hingga awal Oktober lalu. “Promosi ini berupaya memperkenalkan konsumen bahwa GO-JEK nggak cuma ada ojek atau keperluan skala kecil lho, tapi juga menyediakan jasa angkut logistik antar kota. Untuk promo gratis, konsumen benar-benar dapat merasakan gratis kemana saja dan kapan saja dalam rentang waktu dua minggu. Cukup isi formulir booking,” kata alumni SBM ITB yang baru saja lulus Maret lalu ini. Lantas, mengapa pihaknya

berani memberikan promosi gratis? “GO-JEK, GO-BOX dan fitur-fitur layanan jasa yang lain sebenarnya niatnya sama, yaitu membangun customer relationship yang baik dengan pelanggan. Jadi untuk PT GO-JEK Indonesia yang bisa dibilang start up business, value tersebut memang yang paling diutamakan. Seberapa customer bisa memulai membangun hubungan dengan bisnis kita secara baik dan full experience. Maka dari itu, jenis-jenis layanan jasa di GO-JEK juga makin banyak dan berorientasi kesana. Mungkin ke depannya bakal lebih banyak GO- GOlainnya yang sesuai dengan kebutuhan customer yang semakin banyak,” tutup Gaga.

(Karin/Adrian)


ayo menabung sampah “Sampah? Kok ditabung, sih?�

M

endengar kata ‘sampah’, pasti banyak hal negatif yang muncul di benak kita. Kenapa? karena sampah identik dengan sisa, yaitu sesuatu yang sudah tidak berharga dan sering dibuang begitu saja. Nah, bagaimana cara mengubah sampah menjadi barang yang memiliki nilai guna sehingga dapat diuangkan? Dengan menggunakan konsep bank yaitu simpan & pinjam (kredit & debit), sebuah desa di Yogyakarta yaitu di Desa Badegan, Kabupaten Bantul menginisiasi sebuah sistem pengolahan sampah yang modern. Mereka mendirikan sebuah Bank Sampah yang diberi nama Bank Sampah Gemah Ripah yang sistem kerjanya dengan mengkredit sampah dan mendebit uang. Perlu kalian ketahui, sejarah berdirinya Bank Sampah ini ditenggarai dengan wabah DB menyerang Kabupaten Bantul pada tahun 2006. Daerah terparah yang terkena dampaknya berada di wilayah Desa Badegan. Salah satu faktor penyebab berkembangnya wabah DB ini adalah keadaan lingkungan sekitar yang kotor sehingga bibit penyakit dengan mudah menyebar. Selain itu, masyarakat yang tidak menerapkan pola hidup sehat juga ditenggarai sebagai penyebabnya. Berawal dari keprihatian

ini, salah satu masyarakat di Desa Badegan, Bambang Suwerda, menggagas sebuah ide untuk pengolahan sampah untuk menanggulangi bencana penyakit tersebut. Pada awalnya, sistem pengelolaan sampah dilakukan secara sederhana, yaitu dengan mengumpulkan dan mengolah sampah. Seiring berjalannya waktu, konsep dari sistem pengelolaan sampah tersebut berubah dengan mengadopsi sistem kerja dari bank konvensional dengan tujuan untuk menarik minat masyarakat dalam mengolah sampah. Mendebit Sampah dan Mengkredit Uang Bank Sampah Gemah Ripah merupakan bank sampah pertama di Indonesia. Sistem yang ada di bank sampah ini seperti di bank konvensional pada umumnya. Perbedaannya terletak pada bentuk setorannya, yaitu berupa sampah. Masyarakat bisa mendebit sampah, yaitu dengan cara menabung sampah. Selain itu masyarakat juga bisa mengkredit uang di bank sampah tersebut. Nasabah di Bank Sampah Gemah Ripah terdiri dari masyarakat Desa Badegan Mereka dapat menabung sampah dengan cara menyetor sampah. Sebelum disetor, sampah harus dipilah terlebih dahulu sesuai dengan jenisnya.


Sampah yang telah dipilah selanjutnya dibawa ke bank sampah untuk disetorkan. Di sana, sampah ditimbang dan dihargai sesuai dengan jenisnya. Pencatatan dilakukan dengan sistem yang sama seperti di bank konvensional. Terdapat slip setoran yang harus diisi terlebih dahulu oleh nasabah setelah menimbang sampah mereka. Untuk pencatatannya, disediakan buku tabungan dan nomor rekening. Penarikan uang dapat dilakukan setelah nasabah menabung selama tiga bulan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar uang yang terkumpul dirasa cukup banyak dan lebih terlihat jumlahnya. Selain dalam bentuk uang, nasabah juga dapat menukarkannya dalam bentuk pulsa. Tentunya sampah yang ditukar harus sesuai nilainya dengan harga pulsa. Menambah Penghasilan dari Sampah Tidak semua sampah yang terkumpul di Bank Sampah Gemah Ripah diserahkan kepada pengepul. Beberapa anggota Bank Sampah yang rata-rata adalah ibu rumah tangga, juga mengolah sampah menjadi barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti taplak meja dan tas. Hasil dari kerajinan ini, akan dijual di sebuah distro yang letaknya tidak jauh dari lokasi Bank Sampah Gemah Ripah. Pengrajin menghargai sendiri barang yang mereka buat berdasarkan bahan tambahan dan tenaga yang mereka keluarkan.

Perkembangan Bank Sampah di Indonesia Konsep pengelolaan sampah melalui Bank Sampah telah diadopsi oleh Kementrian Lingkungan Hidup dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 13 Tahun 2013. Keberadaan Bank Sampah juga menjadi salah satu syarat penilaian Kota Adipura. Sebagai Bank Sampah pertama di Indonesia, Bank Sampah Gemah Ripah melakukan pendampingan untuk pembangunan bank sampah lain di Indonesia. Dengan adanya program ini, keberadaan bank sampah semakin mudah ditemui di berbagai kota. Dengan diadakan Rakornas, diharapkan dapat memperkuat dan memperluas keberadaan bank sampah di Indonesia. Rakornas sudah terlaksana sebanyak tiga kali di kota yang berbeda. Rakornas pertama diadakan di Yogyakarta, Rakornas kedua di Malang, dan Rakornas ketiga di Makassar. Saat ini, sistem administrasi di Bank Sampah juga telah berbasis android. Sebuah aplikasi SMASH GENETIC diciptakan untuk menginput data adimistrasi Bank Sampah. Dengan aplikasi ini, diharapkan dapat memudahkan sistem administrasi bank sampah di Indonesia dan lebih banyak lagi masyarakat yang bergabung dengan bank sampah. Sebagai masyarakat yang peduli lingkungan, sudah selayaknya kita juga turut andil dalam pengelolaan sampah yang ada di sekitar kita, misalnya dengan membuang sampah pada tempat sampah sesuai dengan jenisnya, yaitu sampah organik dan anorganik. Simple bukan? (Fanniya/ Sarifudin)


LET’S ROUND UP AGAIN!

D

alam Focal Point 2015 ini, konsep piknik dipilih dengan pertimbangan piknik adalah sesuatu yang entertaining dan fresh sehingga dapat dengan mudah diterima oleh kalangan muda. Selain itu, saat ini piknik juga menjadi fenomena yang trending di masyarakat. “Karena kalau nonton konser musik seperti di Sabuga, biasanya penonton hanya berdiri, gelap-gelapan, dan joget-joget bareng teman lalu pulang. Mereka hanya dapat menikmati musiknya saja,” ujar Kevin Putra Sinarya, ketua panitia Focal Point Bandung 2015. Band yang dipilih sebagai bintang tamu juga disesuaikan dengan tema piknik, yaitu band-band indie. Menurut Kevin, musik indie yang ringan selaras dengan tema piknik yang diusung Focal Point 2015. Selain itu, band-band indie juga memiliki fanbase yang dapat dijadikan target penonton. Musik indie yang dihadirkan dalam focal point ini adalah Littlelute, Mustache and Beard, Sore, The Trees and Wild, Efek Rumah Kaca, dan ditambah penampilan puncak dari Hi-Vi. Dalam event kali ini, banyak kendala yang berhasil dihadapi panitia. Salah satu kendala yang memberikan pelajaran penting adalah komunikasi untuk meratakan informasi. Total panitia Focal Point Bandung 2015 adalah 131 orang dan angka ini adalah jumlah kepanitiaan terbesar di SBM. Oleh karena itu, dibuatlah sistem penyebaran informasi, yaitu dari ketua panitia - BOD - panitia 2013 panitia 2014. Walaupun terbilang kepanitiaan terbesar, belonging antar panitianya tetap didapat. “Semua panitia suka dengan konsepnya. Perform mereka

PENGISI ACARA FOCAL POINT

littlelute

kacau dan enjoy,” ujar Kevin. Walaupun ada berbagai kendala, acara ini sama sekali tidak ngaret! Menurut Kevin, rahasia kesuksesan Focal Point Bandung 2015 adalah disiplin dengan timeline. Jika ada yang terlambat, harus dipush untuk segera diselesaikan. Eventnya sendiri dibuat agar penonton fully entertain dan acaranya remarkable di benak penonton. Tujuannya adalah ketika penonton ditanya “Apa acara paling keren tahun 2015?”, jawabannya adalah “Focal Point Bandung 2015!”. Selain itu, kesuksesan event ini juga berkat promotion. Awalnya menguatkan promotion internal terlebih dahulu, semua mahasiswa SBM harus tahu acara Focal Point 2015 dengan cara menyebar informasi melalui official account LINE KMSBM. Untuk promosi eksternal, prioritasnya adalah secara online melalui digital marketing Instagram. Setiap panitia wajib menyebarluaskan informasi mengenai Focal Point Bandung 2015 melalui instagram pribadi. Selain itu, juga bekerjasama dengan bazar-bazar untuk merepost info mengenai Focal Point Bandung 2015. Caption yang digunakan di dalam instagram menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa yang interkatif. Tujuannya, agar ketikan orang membaca, seolah-olah caption tersebut ingin dijawab. Promosi eksternal juga dilakukan melalui ask.fm dan baliho yang dipasang di jalanjalan strategis. Menurut Kevin, kesan yang ia dapat sebagai ketua panitia dalam penyelenggaraan acara ini adalah collaborate panitia yang sangat membaur. Harapan Kevin untuk Focal Point kedepannya, “Tidak ada guidline Focal Point tahun depan, yang penting Focal Point tahun depan harus lebih baik dari sekarang.”

(Fanniya)

mustache and beard

S


Sore

Let’s round up again! Yap, Focal Point Bandung 2015. Acara ini diselenggarakan oleh KMM pada tanggal 30 Agustus 2015 di Bumi Sangkuriang, Bandung. Kali ini Focal Point 2015 mengambil konsep yang berbeda dari konser musik biasa, yaitu menggabungkan antara musik dengan piknik dan kuliner. Nah, bagaimana sih cerita dibalik suksesnya acara Focal Point Bandung 2015?

trees and wild

efek rumah kaca

hiVi


KMM : Di Balik Jargon Rangkaian kegiatan pemilihan Ketua KMM untuk periode 2015/2016 telah berakhir pada 15 Juni 2015 lalu. Pasti sudah tahu kan siapa Ketua KMM sekarang? Yap! Afwan Rifqiya, atau biasa dipanggil Afwan. Nah, bagaimana kisah dibalik terpilihnya Afwan ini? Yuk, ikuti ceritanya.

D

engan mengusung visi “Mewujudkan KMM yang Dinamis dan Berperan Aktif dalam Pembentukan Kepribadian Anggota”, Afwan berhasil meraih suara terbanyak dari lima calon ketua himpunan yang lain. Minat alumni SMAN 1 Bandung ini untuk mencalonkan diri menjadi ketua himpunan, dimulai dari keprihatinannya terhadap kondisi KMM. Menurut Afwan, KMM tidak berjalan dalam track yang seharusnya dilalui, yaitu sesuai dengan AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) yang ada. Hasilnya, arah gerak KMM sebagai sarana kemahasiswaan menjadi kurang jelas. “Padahal menurut gue, KMM merupakan himpunan yang sangat potensial dan juga disupport penuh dari prodi. Tapi masa masih jalan gini-gini aja?” ujar Afwan.


Don’t Wait For A Move Afwan memulai kepemimpinannya dengan melakukan revitalisasi fundamental dari KMM. Revitalisasi yang dimaksud adalah untuk mengembalikan KMM sesuai pada jalurnya, yaitu pemenuhan kebutuhan anggota sebagaimana tercantum pada AD/ART. Selain itu, dia beserta seluruh badan pengurus berupaya memperbaiki sistem organisasi menjadi lebih baik dan juga menjalankan program kerja dengan benefit yang terukur. Nah, bagaimana caranya?

2016 adalah tuntutan pembuatan himpunan baru program studi kewirausahaan yang pada prosesnya mengharuskan perubahan bentuk organisasi KMM. Namun ia selalu berprinsip “lebih baik terasa sulit di kepengurusan kali ini tetapi ke depannya semua akan berjalan lebih baik dibanding kita menunda-nunda tanpa kepastian. Toh beban yang akan dijalankan akan sama saja atau bahkan bisa menjadi lebih besar jika dilakukan di periode mendatang.”

Afwan mencanangkan periodisasi 4 tahap untuk mencapai tujuan tersebut. Periode pertama yang dijalankan adalah kaderisasi. Periode ini bermaksud mengarahkan masa SBM 2018 untuk mengenal dan menanamkan sense of belonging terhadap KMM sebagai himpunan mereka. Periode selanjutnya adalah periode internal, dimana periode ini berupaya untuk membentuk rasa kekeluargaan dengan bonding antar sesama komponen KMM. Periode ini diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging yang semakin berkurang akhir-akhir ini. Setelah masa periode internal berakhir, akan ada periode eksternal. Periode eksternal bertujuan untuk menunjukkan eksistensi KMM pada wilayah eksternal. Contohnya adalah mengirimkan wakil-wakil lomba nasional dan internasional dari divisi baru, Champion Club, atau memperluas jaringan klien untuk divisi Consulting Group (CG).

Afwan berharap semua visi misi serta program yang ada dapat berjalan lancar dan sesuai dengan KMM, tidak hanya saat masa kepemimpinan nya saja, tetapi juga hingga tahun-tahun berikutnya. Selain itu, ia berharap kaderisasi mahasiswa baru dapat menemukan suatu sistem ideal yang dapat diterapkan dalam jangka panjang dimana pada kepengurusan periode 2015-2016 akan menargetkan terealisasinya Garis Besar Program Kaderisasi (GBPK). Yang paling penting, tingkat kepedulian dan engagement masa terhadap KMM juga dapat meningkat pesat dibanding sebelumnya. “Beberapa orang beranggapan bahwa akademik itu lebih penting. Gue setuju hal itu, tapi akademik doang nggak cukup. Dengan punya kepedulian buat ambil bagian di himpunan bakal bikin kita nggak hanya belajar manajemen dari teorinya, tapi juga secara prakteknya dalam hal pengalaman. Jadi, nggak ada ruginya untuk punya keterikatan dengan himpunan kita, KMM,” tutup Afwan.

Afwan mengakui, untuk menjalankan periodisasi tersebut terdapat beberapa kendala, yang paling besar adalah kendala internal, khususnya sumber daya manusia yang ada. Untuk memotivasi agar semua program berjalan lancar, akhirnya munculah jargon Don’t Wait for a Move yang dapat kita temukan di setiap publikasi KMM saat ini. ”Move atau gerak ini sendiri menurut gue mencakup gerak internal, gerak eksternal kampus dan gerak eksternal ke luar. Maka dari itu, buat apresiasi mereka-mereka yang mampu bergerak ke eksternal kampus atau pun eksternal luar ITB, kita bakal masang nama mereka di sarana publikasi nya KMM,” terang Afwan. Adapun sebuah tantangan yang harus dilalui oleh kepengurusan 2015-

(Karin/ Fanniya)


Saung Angklung Udjo Memberdayakan Masyarakat dengan Budaya


Sejarah Saung Angklung Udjo Siapa sih yang tidak kenal dengan yang namanya angklung? Alat musik bambu yang berasal dari Jawa Barat ini cukup sering dimainkan oleh orang. Penetapan angklung sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia dari UNESCO sejak November 2010 semakin memantapkan eksistensi dari instrumen yang dimainkan dengan cara digoyangkan atau digetarkan ini. Ada beberapa komunitas yang bertujuan untuk mengajarkan kesenian Angklung, salah satu yang paling terkenal adalah Saung Angklung Udjo (SAU). Didirikan oleh Udjo Ngalagena pada tahun 1966, pria yang akrab disapa Mang Udjo ini menyulap rumahnya menjadi tempat bagi orangorang (kebanyakan anak-anak) untuk belajar Angklung. Rumah kecil inilah yang akan menjadi cikal bakal dari Saung Angklung Udjo. Tujuan dari sosok yang sangat cinta dengan kesenian angklung ini mendirikan perkumpulan ini adalah untuk mengajarkan kesenian Angklung kepada masyarakat. Pada awalnya, animo masyarakat untuk belajar angklung masih sangat rendah. Oleh karena itu, Mang Udjo mulai membuat terobosan-terobosan guna menarik perhatian masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan beberapa pagelaran dan juga arak-arakan dengan menampilkan kesenian Angklung. Mang Udjo memanfaatkan anak-anaknya untuk menjadi penampil dalam pagelaran itu. Ternyata cara ini cukup berhasil, masyarakat mulai tertarik untuk belajar kesenian angklung. Sejak saat itu, peserta yang ingin belajar di Saung pun bertambah banyak. Setelah memiliki banyak pelajar, Mang Udjo mulai memikirkan cara untuk membuat terobosan baru. Jika hanya menjual Angklung saja, menurutnya bisnis ini akan susah untuk bertahan dan berkelanjutan. Maka dari itu, Mang Udjo pun mulai membuat pertunjukan rutin setiap harinya dengan menampilkan talent SAU yaitu anak-anak yang belajar di Saung Angklung Udjo yang beralamat di Jalan Padasuka No.118, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat ini. Sejak saat itu, mulailah banyak pengunjung yang berdatangan. Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, tetapi ada juga yang berasal dari mancanegara. Keadaan ini membuat proses pembangunan SAU dimulai dan dikembangkan, mulai dari fasilitas hingga manajemen perform pertunjukan. Perkembangan SAU menyebabkan pertumbuhan pengunjung yang drastis setiap tahunnya. Terhitung pengunjung pada tahun 2014, SAU menerima sebanyak 350.000 pengunjung. Jumlah ini tidak termasuk dengan pengunjung pada pertunjukan yang dilakukan di luar lokasi SAU, seperti eventevent di Indonesia dan bahkan di luar negeri Hingga saat ini, fasilitas Saung Angklung Udjo sudah berbeda jauh dibandingkan fasilitas saat awal didirikan. SAU memiliki Teater yang berkapasitas 100-200 orang sekali pertunjukan, pabrik yang terpisah dari lahan SAU, toko souvenir, kantin, musholla, guest house, hingga area parkir. Untuk pegawai, SAU memiliki sekitar 130 pegawai yang tersebar di beberapa divisi. Divisi yang dimiliki SAU antara lain Finance, Marketing, Production, Corporate Secretary, JRO (Front Office), Rumah Tangga, dan Divisi Pertunjukan yang mengurus keseluruhan manajemen pertunjukan mulai pendaftaran penampil hingga pertunjukan setiap harinya.


Kegiatan dan Prestasi Saung Angklung Udjo Berbicara tentang kegiatannya, SAU memiliki dua kegiatan besar, yaitu pertunjukan dan produksi. Kegiatan pertunjukan meliputi perekrutan talent baru, pelatihan, dan pertunjukan itu sendiri. Kegiatan produksi meliputi produksi bambu, produksi angklung, dan penjualan souvenir. Untuk kegiatan pertunjukkan, SAU mulai membuka pendaftaran pada awal tahun dan menerima 250 talent anak-anak baru setiap tahunnya. Setelah diterima, talent-talent baru ini akan mendapat pelatihan intensif selama kurang lebih tiga bulan yang dilakukan secara berkelanjutan. Para penampil ini akan dibagi ke dalam kelompok kecil sebanyak 15-20 anak yang akan belajar dengan satu guru. Setelah progress latihannya sudah memadai, talent yang direkomendasikan akan diapresiasi dengan cara diikutkan dalam pertunjukan harian SAU. Nah, untuk talent yang tampil, SAU akan memberikan kompensasi berupa beasiswa yang akan diberikan kepada orang tua talent. Beasiswa tersebut lebih bertujuan kepada apresiasi atas pencapaian kemampuan talent dalam memainkan kesenian angklung ini. Untuk pertunjukannya sendiri, divisi pertunjukan akan mengatur jalannya pertunjukan harian. Setiap hari, regulernya SAU akan memainkan pertunjukan pada sore hari pukul 15.30 WIB. Namun jika ada pesanan (dan kebetulan setiap hari ada), SAU akan memainkan pertunjukan tambahan pada pagi, siang dan malam. Dalam sekali pertunjukan, biasanya mereka memakai hingga 80 talent yang akan dirotasi setiap pertunjukan, sehingga minimal setiap talent mendapat kesempatan untuk tampil di pertunjukan. Kegiatan pertunjukan di SAU ini hanya libur sekali pada hari pertama lebaran. Setiap tahunnya, SAU bisa menampilkan hingga 15002000 pertunjukan!

Berlanjut ke kegiatan SAU lainnya yaitu proses produksi, divisi produksi SAU memakai konsep hulu ke hilir dengan community-based development yaitu dengan memberdayakan warga sekitar dalam proses produksinya. Konsep hulu ke hilir lebih ditekankan kepada pengawasan di setiap tahap produksi. Dimulai dari proses produksi bambu, SAU memiliki beberapa pengrajin bambu yang berada di beberapa kawasan seperti Tasikmalaya dan Sukabumi. Pengrajin-pengrajin ini akan mendapat pelatihan-pelatihan dan berlanjut ke pengawasan dari manajemen SAU itu sendiri. Setelah itu, di bagian produksi bambu, SAU memiliki 25 kepala pengrajin Angklung yang memiliki 5-6 orang anggota per-setiap kepala pengrajin. Kepala pengrajin ini tersebar di beberapa daerah seperti Tasikmalaya hingga kawasan Padasuka di dekat lokasi SAU. Kepala-kepala pengrajin ini juga akan diberi pelatihan dan diawasi langsung oleh SAU. Salah satu caranya adalah dengan melakukan gathering rutin setiap kepala pengrajin untuk membahas masalah-masalah yang muncul. Proses terakhir di bagian produksi adalah penjualan. Selain penjualan angklung, SAU juga menjual souvenir-souvenir bambu dengan bekerja sama dengan UKM-UKM kecil sekitar lingkungan SAU. Perlu diketahui, produksi angklung SAU adalah produksi angklung terbesar di dunia dengan stok sekitar 50.000 angklung di pabrik! Dengan proses hulu ke hilir yang dilakukan oleh divisi produksi SAU, pada tahun 2012 SAU mendapat penghargaan Upakarti dari Presiden SBY. Selain prestasi di bidang manajemen, SAU juga banyak mendapat prestasi di bagian pertunjukan. Selain sudah sering tampil keluar negeri, SAU juga sering memecahkan rekor.


Rekor yang terbaru adalah rekor MURI dengan memainkan 20.000 angklung secara bersamaan di Bandung. Selain itu SAU juga pernah memecahkan rekor di luar negeri, yaitu di Washington DC dengan mementaskan 5.182 angklung, di China dengan mempertunjukkan 5.383 angklung dan yang terakhir di Australia dengan menampilkan permainan 6.358 angklung. Kendala dan Planning Kedepan Kendala yang paling menjadi perhatian dari SAU adalah bagaimana membuat orang-orang akan terus mengapresiasi angklung sebagai alat musik tradisional. Karena faktanya, angklung merupakan alat musik tradisional dan kebanyakan orang zaman sekarang sudah mulai melupakan kesenian tradisional. Jadi kendala ini merupakan tantangan penting bagi manajemen SAU untuk mengemas pertunjukan angklung ini menjadi menarik tanpa menghilangkan aspek-aspek budaya yang dibawa oleh alat musik angklung ini. Selain itu, banyak kendala lain yang SAU hadapi dari mulai kendala internal dan eksternal. Untuk internal sendiri, SAU memiliki lahan parkir yang terlalu kecil ditambah akses Jalan Padasuka yang terbilang cukup sempit sehingga setiap weekend saat banyak pengunjung yang datang, SAU akan kewalahan dalam mengatur pengaturan parkir di kawasan SAU. Untuk eksternal, SAU juga menghadapi beberapa kompetitor yang mulai bermunculan. Oleh karena itu SAU harus mulai memikirkan terobosan-terobosan baru, seperti yang telah SAU lakukan yaitu membuat angklung towel yang tinggal di pencet tanpa harus digoyangkan. Untuk perencanaan kedepan, pihak SAU akan melakukan proyek perluasan lahan, terutama untuk lahan parkir. SAU ingin membeli beberapa lahan baru untuk dibuat menjadi lahan parkir. Selain itu SAU juga membuat rencana untuk membuka jalan baru untuk mengurangi kemacetan di Jalan Padasuka yang disebabkan oleh pengunjung SAU.

Selain perluasan lahan, bagian pertunjukan SAU merencanakan akan berkolaborasi dengan beberapa musisi. Seperti yang sudah direncakan yaitu Tulus dan beberapa musisi lainnya baik musisi nasional maupun internasional. Selain itu, SAU juga sedang proses mempersiapkan perayaan 50 tahun SAU dan juga pertunjukan angklung di kota tempat pengukuhan angklung sebagai warisan dunia, Paris. Detail mengenai pertunjukkan di ibukota Prancis ini masih dirahasiakan oleh pihak SAU. Disamping itu semua, SAU mempunyai plan yang tak kalah pentingnya berupa cita-cita lama untuk mendirikan museum angklung. SAU berpendapat bahwa perlu adanya sarana bagi masyarakat untuk lebih mengenal sejarah-sejarah dari angklung itu sendiri. Museum yang dimaksud akan berfungsi seperti halnya museum Batik yang sudah banyak di Indonesia. Intinya, SAU ingin membuat museum angklung pertama di Indonesia. Cita-cita mulia dari SAU ini selaras dengan tujuan mereka sebagai socio-preneur yang ingin memberdayakan masyarakat melalui budaya angklung. Pemberdayaan masyarakat ini dimulai dengan memberdayakan masyarakat di sekitar tempat SAU. Salah satunya adalah dengan mengutamakan anak-anak yang berasal dari daerah Padasuka sebagai talent atau penampil.Pada hakikatnya, SAU berupaya melaksanakan dual hal, yaitu membudayakan angklung dan memberdayakan masyarakat. Apa yang telah dilakukan oleh SAU membuktikan bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang bermanfaat bagi budaya dan masyarakat sekitar. (Kiky/ Adrian)


Menelisik Tapak Jejak Progressio: Consulting Group KMM

K

onsultasi bisnis dibutuhkan dalam pengembangan bisnis. Semua pebisnis tentu ingin usahanya berkembang dengan baik. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang membutuhkan jasa konsultasi bisnis. Di Institut Teknologi Bandung, tepatnya pada jurusan Manajemen, Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, terdapat sebuah kementerian konsultasi yang bernama Progressio Consulting Group. Sebenarnya, apa itu Progressio Consulting Group? Apa saja yang dilakukan? Yuk, kenal lebih dekat dengan mereka! Progressio CG merupakan bentuk aplikasi keprofesian di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM). Progressio CG mulai dibentuk pada tahun 2012 dengan Presiden pertamanya yaitu Bayu Ramadhan. Selanjutnya, pada saat Wisnu Aryo menjadi Presiden, Progressio CG mengalami reboot berupa pembuatan sistem baru yang lebih jelas mulai dari susunan internal Progressio CG hingga proses penanganan klien. Kegiatan menangani klien juga dirubah dari yang awalnya hanya memberi pilihan solusi menjadi ikut serta dalam implementasi kegiatan klien yang sedang mereka tangani. Saat ini, kepemimpinan Progressio CG Progressio sebagai bagian dari KMM ITB dipegang oleh Annisa Aulia Syam atau Sasha. Progressio CG masih terbilang baru, oleh karena itu masih merupakan badan semi otonom dibawah organisasi KMM. Selain itu, karena pada dasarnya Progressio CG merupakan buah pikiran dan pengaplikasian misi KMM, maka belum ada pikiran untuk menjadi badan hukum sendiri yang lepas dari KMM.


Kegiatan Internal dan Eksternal Progressio CG Mengenai kegiatannya, divisi internal Progressio CG akan memulai menentukan Presiden baru setelah ketua himpunan terpilih. Presiden dipilih dari staf ahli yang sudah menjadi anggota selama setahun. Setiap calon harus melakukan serangkaian test seperti interview, essay dan presentasi hingga akhirnya satu orang terpilih menjadi Presiden. Setelah itu baru akan dibagi fungsi internal dari staf-staf ahlinya. Setelah fungsi staf ahli dibagi, maka mulailah Progressio CG merekrut anggota dari SBM angkatan 2014. Kriteria yang ditetapkan untuk menjadi anggotanya yaitu berpikir kritis, mempunyai communication skill yang bagus dan hal terpenting adalah mau belajar. Setelah bertemu dengan anggota terpilih yang masuk Progressio CG, mereka akan mulai melakukan kegiatan awal yang bernama Proses Pintar Bersama. Agenda ini merupakan rangkaian kegiatan seperti sharing session dengan staf-staf ahli terdahulu maupun tamu-tamu consultant ternama. Kegiatan ini dilakukan sebelum mereka keluar menangani klien, karena setiap anggota dari Progressio CG akan masuk ke tim yang terdiri dari 6 orang untuk menangani 1 klien (terlepas dari posisi mereka di internal seperti finance, marketing, dan lain-lain). Jadi, pada saat berhadapan dengan klien, mereka bukanlah lagi sebagai fungsi internal Progressio CG, namun mereka semua adalah seorang konsultan. Setelah internal Progressio CG terbentuk, mereka akan beralih ke kegiatan eksternal. Di tahap ini, mereka akan mulai menangani klien. Untuk proses pencarian klien sudah dilakukan seiring berjalannya sharing session. Untuk semester 1 mereka menangani klien pada awal bulan Oktober hingga akhir November (2 bulan). Sedangkan di semester 2, mereka akan menanggulangi klien pada awal Maret hingga akhir April (2 bulan). Lalu, bagaimana Progressio CG mendapatkan klien-nya? Proses mencari klien mereka lakukan dengan cara membuat presentation kit yang akan dipresentasikan ke perusahaan. Kebanyakan, pihak Progressio CG juga mendatangi owner-owner perusahaan start-up. Disini mereka akan menjelaskan apa saja yang ditawarkan Progressio CG, kelebihan Progressio CG, pengalaman Progressio CG, tools yang digunakan dan testimoni dari sejumlah klien

yang pernah mereka tangani. Dalam mencari klien pun ada 2 produk yang mereka tawarkan yaitu Growth Hacker dan Scale & Sustain. Growth Hacker merupakan produk yang ditawarkan khusus untuk bisnis yang baru mulai berdiri, seperti start-up dan juga UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Harga yang ditawarkan berkisar di antara Rp. 450.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 tergantung dengan masalah yang dihadapi kliennya. Contoh start-up yang pernah mereka tangani adalah DAPP, Quicky Burger, Delicieux, dan Aloza Hijab. Untuk semester pertama, Progressio CG menargetkan untuk mendapatkan 3 start-up di produk growth hacker dan di semester kedua, mereka menargetkan 2 start-up di produk growth hacker. Produk selanjutnya adalah Scale & Sustain. Produk ini ditujukan untuk perusahaan yang sudah lama berdiri namun memiliki persoalan di internalnya. Harga yang ditawarkan berada di kisaran Rp. 1.500.000 sampai dengan Rp. 2.500.000. Contoh client yang pernah mereka tangani adalah Siete. Produk ini hanya ditawarkan di semester 2 dan hanya mempunyai 1 kuota dalam satu periode Progressio CG.

prosedur kerja progressio 1. Analisa problem Dalam proses ini Progressio CG akan memakai beberapa metode untuk mendapat permasalahan utama seperti problem tree, depth interview, field observation dan internal data collecting (data-data seperti profit, revenue). Data-data internal ini akan dirahasiakan sesuai dengan nota kesepahaman atau persetujuan antara kedua belah pihak. 2. Menentukan permasalahan Di tahap ini, Progressio CG akan mencari yang permasalahan yang paling menonjol dari tools atau metode sebelumnya.

Harapan dan Tantangan

3. Propose solution

Sasha sebagai Presiden CG berharap bahwa Progressio CG akan tetap berkelanjutan kedepannya. Ia berpikir bahwa kita tidak akan pernah tahu kapan suatu organisasi tidak efektif lagi. Selain itu, Sasha ingin sekali adik-adik tingkat nya mengerti kalau visi Progressio CG itu untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di SBM ITB agar tidak hanya sekedar nilai di atas kertas saja.

Setelah menemukan titik permasalahan, Progressio CG akan menawarkan serta memberi beberapa alternatif kepada klien.

Ketika ditanya mengenai pandangan terhadap eco-preneur dan sosio-preneur, Sasha mengaku tertarik. Mahasiswa SBM ITB 2013 ini berpendapat bahwa pelaku sociopreneur dan ecopreneur membuat bisnis yang bukan hanya memperkaya diri sendiri, tapi juga memberi dampak bagi lingkungan sekitarnya. Progressio Consultant Group sangat membuka kesempatan untuk bisnis bisnis tersebut menjalin kerjasama dengan Progressio. “Pasti akan jadi tantangan sendiri,� ujar Sasha menutup pembicaraan.

(Kiky/ Adrian)

Untuk informasi lebih lanjut bisa dikontak melalui

www.progressiocg.weebly.com

4. Membuat action plan Setelah klien menerima salah satu alternatif yang ditawarkan oleh Progressio CG, maka tindakan untuk pemecahan masalah pun direncanakan. 5. Implementasi action plan Tahapan ini merupakan bagian yang baru ada semenjak tahun lalu dan dalam proses implementasinya, anggota Progressio CG akan terjun langsung ke lapangan dan lebih meluangkan waktu serta tenaganya untuk langsung mewujudkan solusi mereka. 6. Evaluating Setelah solusi diterapkan, Progressio CG akan melakukan step evaluasi dengan meminta rate of satisfaction, feedback dan lain-lain kepada klien.


Selama ini, jika membeli sebuah makanan, maka kita kerap membeli makanan yang sudah jadi atau siap untuk dimakan. Namun, pernahkah terlintas di benak kita untuk menanam, menyiram sekaligus memanen makanan milik kita sendiri? Tentu saja hal ini akan menambah sensasi berupa kepuasan ketika memakan tanaman yang kita panen sendiri. Jika kamu tertarik untuk menumbuhkan makanan milikmu sendiri, maka kamu harus mulai mengenal Growbox, nih!

growbox Tanam dan Panen Makananmu Sendiri!



G

rowbox adalah sebuah kotak, berisi bibit jamur tiram, yang bisa ditumbuhkan dimana saja dan kapan saja sesuai dengan asal kalimat-nya, yaitu: Growing out of the box. Produk yang ber-tagline “Grow your own food� ini ingin mengajak orang-orang yang tinggal di kota untuk menumbuhkan makanan-nya sendiri dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Growbox diinisiasi pada tahun 2012 oleh Aldi, Robbi, dan Addi dari Arsitektur ITB 2007 dan Annisa dari IESP Unpad 2008. Ternyata, tidak ada yang suka bertani diantara mereka semua loh!. Semuanya berawal ketika mereka diajak oleh ayah dari salah satu mereka untuk meninjau suatu tanah keluarga di daerah Lembang. Sesampainya di sana, mereka terkejut, karena ternyata ada pohon duren yang dihasilkan akibat ayah teman mereka membuang biji duren ke tanah begitu saja. Hal ini merubah pola pandang mereka untuk tidak menjadikan tanah kosong sebagai bangunan, karena walaupun harga naik, tetapi tanahnya tidak akan produktif lagi.

Ketika jalan-jalan di Yogyakarta, mereka makan di sebuah restoran yang menyajikan segala jenis makanan dari Jamur. Mereka pun ingin membudidayakan jamur ini di Bandung. Sepulang dari Jogjakarta, mereka belajar semua tentang jamur, kemudian melakukan riset 2 bulan, membuat prototype, tes konsumen, dan pada Oktober 2012 mereka membawa hasil purwarupa Growbox ke World Architecture Festival 2012 di Singapura. Ternyata tanggapan yang didapat positif dengan habisnya 20 Growbox yang dibawa. Sebagai produk perintis, tidak mudah mengedukasi masyarakat akan manfaat yang didapat ketika menumbuhkan makanan kita sendiri. Segala bentuk promosi yang dilakukan juga semuanya oleh mereka sendiri, karena belum ada contoh sebelumnya yang menjual produk seperti ‘Growbox’.


x bo w ro G uk

Growbox Jamur Tiram Kuning

Pleurotus citrinopileatus

Growbox Jamur Tiram Biru

od pr n ria Va

Growbox Jamur Tiram Putih

Pleurotus ostreatus

Pleurotus columbinus

Growbox Jamur Tiram Pink

Pleurotus flabellatus

Growbox Jamur Kuping/ Jelly Mushroom

Auricularia auricula

Growbox Jamur Coklat

Pleurotus sajor-caju

Pengalaman tak terlupakan bagi mereka adalah ketika mereka baru mempunyai 1 petani untuk berkolaborasi dan permintaan konsumen meningkat tajam. Ketika itu juga sedang terjadi perubahan iklim dari panas ke dingin sehingga banyak media tanam yang terkontaminasi. Konsumen pun harus menunggu sekitar 3 bulan. Namun sekarang, Growbox sudah bekerja sama dengan 3 petani, sehingga tidak ada masalah lagi dalam persediaan barang. Growbox memilih jamur tiram dan kuping karena keduanya merupakan jamur yang cukup kuat dan bisa tumbuh di berbagai ekosistem. Selain itu, jamur tiram adalah salah satu “super food” di dunia karena di dalamnya mengandung gizi 4 sehat 5 sempurna. Cara pembudidayaan Growbox juga sangat mudah dan tidak terlalu lama, hanya dengan rutin menyemprot-nya 2 sampai 3 kali sehari dengan air biasa, maka dalam 2-4 minggu jamur sudah bisa dipanen. Harga yang dipatok untuk produk Growbox adalah sebesar Rp. 40.000 (Growbox Putih) dan Rp. 75.000 (Growbox Warna). Pembelian secara online dapat dilakukan melalui situs www. halogrowbox.com. Sedangkan untuk offline store, Growbox baru tersebar di sekitaran Bandung dan Jakarta. Di Bandung, booth Growbox terdapat di Siete Cafe, Toko Organik dan Baker Street. Selanjutnya di Jakarta, pembelian Growbox secara langsung dapat dilakukan di The Goods Dept Store (Pacific Place, PIM 2, Lotte Shopping Avenue).

Untuk target pemasarannya, Growbox menyasar ke dua pangsa pasar, yaitu: anakanak sebagai konsumen dan orang tua sebagai pelanggan. Penjualan Growbox kepada anakanak bertujuan sebagai bahan edukasi untuk mereka. Sedangkan untuk pelanggan, Growbox menyasar kepada orang tua yang mampu mengeluarkan uang untuk membeli produk mereka. Walaupun menjual produknya kepada anak-anak, namun Growbox sama sekali tidak menaruh media jamur ke tempat yang berbentuk mainan untuk menarik perhatian anak-anak. Desain jujur yang mereka tawarkan ini dikarenakan mereka bermaksud menjual pengalaman kepada anak-anak, bukan mainan. Kini, Growbox telah memiliki 20.000 petani urban yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Growbox juga sudah tersebar di berbagai negara di belahan dunia seperti Singapore, Inggris, China, Hungaria, Korea Selatan, Jerman, Norwegia, Jepang dan Islandia. Konsumen yang berasal dari luar negeri biasanya adalah para turis asing yang membawa Growbox sebagai oleh-oleh dari Indonesia. Cara perawatan yang mudah dan menyenangkan serta harga yang terjangkau ini membuat Growbox semakin berkembang pesat menjadi produk berbasis lingkungan yang layak untuk dicoba. Tertarik untuk menjadi salah satu petani Growbox? (Indi/ Adrian)

“Stop making bigger things, let’s start making better things.” -Annisa-


J

ika mendengar kata ecopreneurship, apa yang ada di benak kalian? Ya! Bisnis yang ramah lingkungan (ecofriendly). Lebih jelasnya, ecopreneurship merupakan pengelolaan bisnis dengan prinsip yaitu harus memiliki kepedulian terhadap kondisi lingkungan pada saat ini dan masa yang akan datang. Sistem manajemen lingkungan menjadi perhatian utama bagi pelaku bisnis ecopreneurship ini.

ECOPRENEURSHIP Solusi Bisnis Ramah Lingkungan Sebuah prinsip bisnis yang lebih berkembang, sustain, dan tentunya ramah lingkungan dari Melia Famiola Hariadi, PhD

Banyak kegiatan bisnis konvensional yang telah terbukti berbahaya bagi lingkungan dan bahkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan besar-besaran, seperti perubahan iklim, deforestasi, polusi udara, maupun pencemaran air. Oleh sebab itu, konsep ecopreneur dinilai menjadi salah satu solusi yang dapat menjembatani kesenjangan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan. Konsep bisnis konvensional bersifat linier, sedangkan bisnis ecopreneurship bersifat circle. Nah, apa sih maksudnya? Konsep bisnis konvensional yaitu mengolah raw material menjadi produk akhir dan akan selesai sampai di situ. Namun dalam konsep bisnis ecopreneruship, kita perlu memikirkan bagaimana energi sisa produksi bisa dimanfaatkan kembali atau diolah sehingga tidak akan mencemari lingkungan. Triple helix (planet, people, profit) haruslah menjadi dasar value, knowledge, dan behavior perusahaan berbasis ecopreneurship. Dalam bisnis yang dijalankan, kepedulian terhadap planet diwujudkan dengan tidak membuat kondisi bumi kian memburuk. Kepedulian terhadap people diwujudkan salah satunya dengan implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) seperti charity dan empowerment. Hal ini dapat mendorong masyarakat untuk berperan aktif, peduli, dan sadar mengenai isu lingkungan. Selain itu, pemberdayaan ini dapat membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan menerapkan konsep ecopreneurship, perusahaan akan mendapatkan banyak manfaat khususnya di sisi sustainable development.


Sistem alami di bumi sebenarnya sudah berbentuk circle process, misalnya rantai makanan. Tumbuhan dimakan oleh hewan herbivora. Kemudian hewan herbivora dimakan oleh hewan karnivora. Ketika hewan karnivora mati, maka akan terurai dan masuk ke dalam tanah menjadi pupuk bagi tumbuhan. Dalam berbisnis diharapkan mampu menerapkan circle process untuk menjaga keseimbangan alam. Setiap bisnis ecopreneurship memiliki cara yang berbeda-beda dalam pengelolaannya. Namun, tetap harus berpegang pada prinsip ecopreneurship yaitu 3R (recycle, reduce, reuse). Nah, bagaimana cara menerapkan prinsip ecopreneurship dalam bisnis? Recycle Memanfaatkan produk yang dapat digunakan kembali untuk bahan baku produk lain, misalnya mengolah kertas bekas menjadi kertas recycle. Reduce Merancang sistem proses produksi yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar dan energi yang tidak ramah lingkungan. Sisa energi dari proses produksi juga diharapkan tidak merusak dan memberi pengaruh buruk kepada

masyarakat dan lingkungan. Misalnya, menggunakan panel surya sebagai salah satu energi utama dalam proses produksi. Penggunaan panel surya juga menghemat biaya produksi karena energi yang digunakan adalah energi alam yaitu energi dari panas matahari. Reuse Waste (buangan dari proses produksi) diolah kembali menjadi barang yang lebih bernilai. Selain itu juga bisa diberikan kepada pelaku bisnis lain yang membutuhkan sebagai bahan baku utama produksinya. Misalnya, perusahaan yang memproduksi mebel kayu memberikan kayu-kayu sisa yang berukuran kecil kepada pelaku bisnis mainan anak-anak berbahan dasar kayu. Manfaat utama yang didapatkan dari penerapan prinsip ecopreneurship adalah efisiensi produksi. Selain itu juga dapat menghemat biaya produksi, dan bahkan dapat mengurangi alur produksi.

produk sayur dan buah organik dibandingkan dengan produk dari pertanian konvensional. Walaupun harganya lebih mahal, tetap saja banyak orang yang mengonsumsinya karena demand dari konsumen itu sendiri. Ketika awareness dan trend serta gerakan masyarakat peduli pada lingkungan sudah terbangun, hal tersebut dapat dijadikan celah business opportunity karena bisa membentuk sistem demand dan supply yang saling berkaitan. Suatu bisnis dapat dikategorikan sebagai ecopreneur bila mencakup konsep triple helix (planet, people, profit). Gerakan peduli lingkungan yang sekarang banyak menjamur hanyalah sebuah gerakan ramah lingkungan saja jika tidak terdapat unsur bisnis (profit) di dalamnya (Achel/ Fanniya)

Tren ecopreneurship dapat diciptakan oleh pelaku bisnis maupun terbentuk dengan sendirinya di kalangan masyarakat. Contoh terbentuknya kepedulian di kalangan masyarakat adalah orang barat yang saat ini lebih senang mengonsumsi

Nah, jika tren peduli lingkungan belum menjadi concern utama masyarakat, bagaimana cara membangun mindset masyarakat untuk mendukung eksistensi bisnis ecopreneurship? Berikut beberapa caranya :

1

Orang-orang yang memiliki power dan peduli pada isu lingkungan harus melakukan sosialisasi secara bersama (campaign).

Kepedulian terhadap lingkungan harus ditularkan kepada masyarakat lainnya. Biasanya, perilaku masyarakat akan berubah bila mereka sudah merasakan suatu manfaat. Hal ini dilakukan dengan community movement berupa environment movement, yaitu sebuah gerakan peduli lingkungan. Sebagai mahasiswa, kita bisa ikut berpartisipasi dalam hal ini.

2

Setelah masyarakat sadar dan paham akan pentingnya menjaga lingkungan, pelaku bisnis dan elemen masyarakat dapat mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang lebih ketat. Hal ini bertujuan untuk mendorong perusahaan agar lebih menekankan isu ramah lingkungan pada proses produksinya serta menerapkan AMDAL (analisis dampak lingkungan). Hal ini juga harus disertai dengan implementasi dan penegakan hukum yang baik demi mewujudkan pergerakan ecopreneurship ini.


Pasca ajang tersebut, Sarudi mengikuti kelas entrepreneur yang diadakan oleh Dompet Dhuafa. Berbekal pengetahuan dari sana, Sarudi terinspirasi untuk lebih mengembangkan bisnis enigami nya di bidang sosial. Hal ini, diwujudkan melalui kegiatan yang mengajak peran serta masyarakat melalui pemberdayaan sehingga Enigami Papers dapat dikategorikan green & social business. Sesuai dengan visinya, Enigami ingin mencerdaskan anak bangsa dan juga menyelamatkan bumi Indonesia. Untuk mencapai visi tersebut, enigami memiliki misi yang tertuang dalam empat programnya , yaitu Edukasi BH (Budaya Hijau), MCK (Mandiri, Cerdas, Kreatif), Poligami (Produk Olahan Enigami), dan Selingkuh (Sedekah Lingkungan Hijau). Bagaimana sih penjelasan mengenai program-program tersebut?

Boneka Kreasi Hewan (Bakwan) Tempat ATK

Program pertama adalah Edukasi BH (Budaya Hijau). Kegiatannya berupa seminar dan workshop pengolahan limbah kertas. Mereka menyampaikan edukasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Dalam kegiatan ini, mereka ingin mengajak masyarakat untuk sadar dengan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh perumahan. Kegiatan ini dilanjutkan dengan workshop pembuatan kreasi dari limbah kertas yang bertujuan untuk memberikan bukti langsung bahwa sampah yang dihasilkan oleh perumahan masih bisa dimanfaatkan. Program kedua adalah MCK (Mandiri Cerdas Kreatif) yang dilakukan secara langsung di rumah-rumah penduduk. Selain diedukasi, masyarakat juga diajari untuk membuat produk yang layak jual. Pelatihan diadakan secara rutin hingga masyarakat mampu membuat produk. Setelah itu, masyarakat akan diajak kerjasama dalam penjualan produk nya. Dengan demikian, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mandiri dari perekonomian, cerdas dalam menjaga lingkungan, dan lebih kreatif dalam berkarya.

Mereka juga mendirikan komunitas yang tertuang dalam program Poligami (Produk Olahan Enigami), yaitu sebagai wadah apresiasi bagi para kreator enigami. Komunitas tersebut dinamai Sanggar Enigami. Sebagian besar anggota sanggar ini adalah mahasiswa. Berkarya menjadi kegiatan utama di sanggar ini. Karya-karya anggota akan dimasukkan ke web dan media sosial enigami. Untuk lebih mengenalkan kepada masyarakat luas, kreasi enigami juga ditampilkan dalam kegiatan pameran atau bazar. Program terakhir adalah Selingkuh (Sedekah Lingkungan Hijau) yang mengajak masyarakat untuk bersedekah. Bukan sedekah dalam bentuk uang, tetapi sedekah dalam bentuk sampah kertas. Sampah yang sudah disedekahkan akan diintegrasikan ke program MCK (Mandiri Cerdas Kreatif) yang akan membantu masyarakat binaan enigami. Melalui sedekah sampah, juga diharapkan bisa meminimalisir polusi akibat sampah. Selain itu, Enigami akan mendapat pemasukan yang akan digunakan untuk menggerakkan anggota sanggar dalam bentuk kegiatan peduli lingkungan. Dalam menjalankan bisnis enigami ini, Abdullah Rofiq dan Muhammad Sarudi sempat mengalami pasang surut. Pada awal dibuat, enigami yang dibuatnya kurang dihargai oleh teman-temannya. Ada beberapa anggota tim yang tidak lanjut dan memilih jalan lain karena perbedaan nilai. Nilai yang ditanam dalam enigami adalah usaha yang baik itu seharusnya punya banyak manfaat, bukan hanya memberi keuntungan pribadi tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

“Passion is energy. Feel the power that comes from focusing on what excites you.� -Oprah WinfreySelain masalah keanggotaan, mereka juga mengalami kendala dalam menjalankan program-programnya. Salah satunya adalah dalam program MCK yang harus mengajarkan hal baru kepada masyarakat dan membuatnya menjadi paham. Dalam pelaksanaannya, program MCK membutuhkan kesabaran dalam melatih masyarakat binaan nya. Mereka juga mengalami kesulitan dalam hal time management, yaitu membagi waktu kuliah dengan pelaksanaan program-program Enigami ini. Pembinaan juga sempat berhenti karena perputaran keuangan yang belum stabil. Mereka banyak belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut hingga menjadi bisnis eco-preneur seperti sekarang. Walaupun banyak kendala yang dihadapi, mereka merasa sangat beruntung bisa diterima masyarakat dan mengajarkan ilmu mengenai pengolahan sampah kertas. Apalagi jika ilmu atau pengetahuan yang disampaikan

mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Mereka juga akan lebih bangga jika melihat ada masyarakat yang mencoba untuk berkarya sendiri. “Kita harus memantapkan niat untuk ber-entrepreneur dan selalu beristiqomah dalam menjalankannya meskipun banyak kendala yang bakal dihadapi. Kita harus menemukan passion yang sesuai dengan diri kita masing-masing karena ketika kita sudah mempunyai passion, maka kita akan semangat untuk mengerjakannya. Lebih bagus lagi, jika kita bisa menemukan soulmate yang satu visi dengan kita untuk menjalankan bisnis bersama,� begitulah pesan Rofiq sebelum mengakhiri perbincangan dengan Luminaire. (Kiky/ Sarifudin)


Enigami SEJUTA IMAJINASI DARI LIMBAH KERTAS

T

ahukah kalian, untuk memproduksi 1 rim kertas dibutuhkan 1 batang pohon berusia 5 tahun? Namun, saat ini kertas menjadi salah satu limbah yang tidak dapat diurai dan banyak dibuang manusia. Akibatnya, limbah kertas semakin hari semakin menumpuk. Seiring dengan berkembangnya teknologi, muncullah beberapa gagasan untuk mengolah limbah kertas. Salah satu organisasi eco-preneur yang mengolah limbah kertas ini adalah Enigami Papers. Apa sih Enigami Papers itu?

Enigami berasal dari dua kata, yaitu Eni dan Gami. Eni merupakan spelling kata any dalam bahasa Inggris yang berarti “apa saja/apapun�. Gami dalam bahasa jepang artinya kertas. Jadi, bisa dibilang enigami berarti kertas apapun atau kreasi yang menggunakan aneka macam kertas terutama kertas yang sudah tidak terpakai (limbah kertas). Yang lebih unik lagi, cobalah membaca kata “enigami� dari belakang. Nah, yang muncul adalah kata imagine! Kata ini memiliki makna segala sesuatu yang dibuat di sini berawal dari imajinasi.

Berawal dari keisengannya, Abdullah Rofiq mendirikan Enigami Papers. Ia merupakan salah satu lulusan UIN Syarif Hidayatullah jurusan akuntansi angkatan 2009. Saat masih duduk di semester satu, ia mulai mengenal teknik pengolahan kertas yang jarang dikenal di Indonesia. Ia pun mengajak teman sekelasnya, Muhammad Sarudi, untuk bekerjasama dalam hal desain. Dari kerjasama tersebut, mereka mulai menerima pesanan khusus (custom) kreasi yang dipesan konsumen. Saat semester dua, mereka membawa bisnis enigami nya untuk mengikuti sebuah kompetisi dan berhasil menjadi pemenang. Hal itu, membuat mereka semakin yakin untuk mengikuti ajang-ajang serupa yang lebih besar. Salah satunya adalah Bank Indonesia Preneur dan Green Preneur dari Unesco. Dari kedua ajang tersebut, mereka lolos 10 besar dan mendapat pelatihan, pengarahan, serta pengetahuan yang berkaitan dengan dunia bisnis. Mindset mereka mengenai bisnis semakin tajam dan juga mereka mendapat insight mengenai bisnis yang ramah lingkungan.


A

da do’a setiap petani jamur di setiap gigitannya. Yap! Begitulah tagline Sego Njamoer yang terinspirasi dari kehidupan hemat, praktis, dan simpel ala mahasiswa. Sego Njamoer sendiri adalah makanan dengan bahan utama nasi dan jamur yang dibentuk seperti onigiri. Sego Njamoer ini dirintis oleh sekelompok mahasiswa ITS, Rizky dan timnya untuk mengikuti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) pada tahun 2009. Walaupun dalam lomba tersebut mereka belum berhasil, tetapi Rizky dan teman-temannya tidak menyerah untuk terus mengembangkannya. Saat ini, bisnis tersebut sudah memiliki banyak gerai yang dijadikan franchise, yaitu di Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Sebelum mereka mengikuti PKM, Rizky dan teman-temannya sudah pernah bekerja sama dengan sebuah pondok pesantren untuk mengajarkan para santri berwirausaha. Di sekitar pondok pesantren tersebut, banyak petani jamur yang kesulitan memasarkan hasil panennya. Dari situlah, tercetus ide membuat makanan dengan bahan utama jamur yang diolah menyesuaikan dengan target market mereka, yaitu mahasiswa. Nama Sego Njamoer sendiri memiliki arti unik loh! Nama tersebut diambil dari bahasa jawa yang berarti nasi basi. Tidak ada filosofi khusus di balik nama ini, mereka hanya ingin menggambarkan Sego Njamoer sebagai suatu ajakan kepada orang-orang untuk cepat membeli dan cepat pula memakannya. Tetapi untuk sekarang, nama Njamoer lebih dipakai untuk menggambarkan bahan dasarnya yaitu jamur. Ada cerita menarik mengenai asal mula bentuk Sego Njamoer. Ketika salah satu founder Sego Njamoer, Kak Ega yang saat masih kanakkanak sempat mengalami susah makan. Untuk mengatasi masalah ini, orang tua Kak Ega membentuk nasi seperti kepalan kecil agar terlihat menarik dan meningkatkan selera makan Kak Ega. Inilah yang menjadi inspirasi bagi mereka untuk membuat Sego Njamoer dalam porsi kecil, agar orangorang membeli lagi karena belum puas jika hanya makan satu saja.

ADA DOA PETANI JAMUR DI SETIAP GIGITANNYA

Sego nJamoer

Inovasi Sego Njamoer terus dikembangkan. Rencananya, di Bandung akan ada fasilitas delivery seperti outletoutlet yang berada di Surabaya. Akan ada mini café yang bernuansa santai dan juga menjual cemilan-cemilan best seller Sego Njamoer untuk gerai di Surabaya. Cemilan tersebut adalah pentol jamur yang berupa bakso kecil tanpa kuah ditusuk dengan tusukan sate dan siomay jamur.

dikarenakan kebanyakan orang mengira bisnis franchise adalah investasi. Mereka lebih memilih franchise makanan gerobak karena lebih murah daripada franchise lain seperti franchise restoran. Padahal, kenyataannya franchise ini 50% investasi dan 50% turun tangan. Pemilik franchise harus sering-sering memantau SDM, mengambil omzet, dan sebagainya. Oleh karena itu, kebanyakan akan memilih untuk menutup franchise saat kondisi kurang baik.

“Memulai bisnis baru untuk mahasiswa tidaklah sulit asal dapat memanfaatkan kesempatan dengan baik”

Untuk menyuplai jamur, outlet Sego Njamoer di Surabaya telah menghimpun petani di area Surabaya. Namun, untuk kota-kota lain suplainya dipilih dari tempat yang paling dekat dengan kota tersebut. Hal ini dilakukan untuk memastikan jamur tersebut dalam keadaan segar. Sementara, bumbubumbu dan saos dibuat di pabrik Sego Njamoer yang berada di Surabaya supaya kualitas dan rasa tetap konsisten.

-Rizky.Walaupun terbilang sukses, bukan berarti bisnis Sego Njamoer tidak menghadapi kendala. Masalah yang sering mereka hadapi biasanya adalah SDM, seperti penjaga booth yang izin, sakit, atau resign dengan tiba-tiba. Kekurangan tenaga kerja di booth sangat menghambat dalam mencapai target omzet harian. Terkadang, ada pula franchise Sego Njamoer yang tidak laku dan akhirnya tutup. Hal ini,

Modal utama bisnis bukanlah uang, karena uang bisa dicari dengan cukup mudah seperti memanfaatkan berbagai perlombaan misalnya. Yang terpenting ketika memulai bisnis adalah ide, keberanian membuat proposal, membuat produk, mengambil foto produk secara menarik, mempunyai konsep, serta pengembangan dan perhitungan yang baik. Setelah mendapat ide dan modal, realisasikan ide tersebut secepat mungkin. Dalam bisnis kuliner, kita dapat memanfaatkan keberadaan teman-teman untuk mencari tahu respon target customer yaitu melalui tester. “Yang paling penting untuk diingat adalah jangan takut untuk memulai. Namun, tidak ada gunanya jika tidak takut untuk gagal tetapi tidak berani untuk memulai”, pesannya.

(Caca/ Rifqi)


P

upusnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup berdampak langsung pada isu alam seperti pemanasan global dan pencemaran lingkungan. Oleh karenanya, dibutuhkan pendidikan moral dan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sejak dini. Peran anak-anak merupakan aset yang berharga di masa depan untuk kelestarian lingkungan. Masa anak-anak identik dengan dunia mainan, diperlukan sebuah media pembelajaran untuk menanamkan kepedulian lingkungan melalui mainan dan inilah yang dilakukan oleh Soul Plant. Soul Plant merupakan mainan edukasi anak-anak untuk umur 4-12 tahun dalam bentuk growing kit (peralatan untuk menanam) yang dilengkapi dengan storybook (buku cerita). Dengan tagline “It’s Fun and Easy to Grow”, Soul Plant bertujuan untuk memberikan pengalaman yang asyik dan mudah dalam menanam berbagai jenis tumbuhan. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan anakanak terhadap alam dan lingkungan sekitar. Selain itu, Soul Plant juga ingin menyampaikan pelajaran-pelajaran moral dan edukasi anak melalui story book yang disertakan pada setiap produknya. Story book berisi cerita moral dengan karakter-karakter lucu dari tanaman yang akan ditanam. Melalui permainan ini, quality time antara orang tua dan anak juga akan semakin meningkat karena adanya parent’s card di setiap produk. Parent’s card tersebut berisi instruksi mendetail tentang cara menanam serta penyampaian pelajaran moral dalam buku cerita yang akan dibawakan oleh orang tua untuk anak-anaknya. Awalnya ide membuat growing kit ini ditemukan oleh 4 orang mahasiswa Prasetya Mulya yang memang telah berteman sejak awal masuk kuliah, yaitu Dhydhy, Patrick, Dami dan Ester. Seiring berkembangnya waktu, tim Soul Plant bertambah menjadi 9 orang untuk mendukung bagian desain, pemasaran, dan lain sebagainya. Dengan mengusung nilai Triple Bottom Line, mereka ingin mengangkat issue planet, people, dan profit yang menghasilkan kolaboratif langsung dengan masyarakat pada bisnis yang dibangun. “Melalui Soul Plant, kami ingin menyampaikan nilai pendidikan moral dan juga kesadaran

lingkungan bagi anak – anak dengan cara yang mudah dan menarik. Dengan berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan di zaman yang serba instan ini, Soul Plant melihat peluang untuk memperbaiki masa depan melalui penanaman mental akan kecintaan terhadap lingkungan sejak dini,” ujar Dhyannisa Rizkyandhini, selaku Chief Marketing Officer dari eco-produk untuk anak ini. Didirikan pada Januari 2015, Soul Plant telah meraih pencapaian yang membanggakan. Ide eco-business ini berhasil memenangkan 2 penghargaan dari lomba bisnis, yaitu UPH business week 2015 sebagai juara 3 dan menempati juara pertama di ISES 2015 ( international student energy summit) yang kemudian membuat mereka mendapatkan funding untuk produksi Soul Plant. Produk ini bahkan berhasil masuk ke consignment store The Children Store Pacific Place & Senayan City. “Senang sekali produk Soul Plant tidak hanya hadir untuk mendapatkan profit, namun juga bisa dihargai oleh orang lain dan juga menjadi kebanggan tersendiri bagi kamit,” tambah Dhyannisa. Sebagai bisnis start-up yang dibangun oleh sekumpulan anak muda, awalnya tim Soul Plant sempat ragu untuk masuk ke market anak-anak dan orang tua. Padahal, pebisnis seumuran mereka kebanyakan memilih target market yang luas, contohnya di bidang food and beverages atau bidang fashion. Kesulitan untuk masuk ke market anak-anak cukup disadari oleh mereka, terlebih karena Soul Plant tidak hanya harus menarik hati anak-anak dengan karakter produk yg lucu, namun juga harus meraih hati orang tuanya. Tim nya juga harus meyakinkan orang tua bahwa produk tersebut tidak beracun dan aman untuk dimainkan oleh anaknya. Setelah melakukan beberapa kali penyesuaian

Soul Plant

terhadap permintaan pasar dan menanamkan value-value yang menarik untuk anak, akhirnya Soul Plant mampu merebut hati banyak orang tua. Ke depannya, Soul plant berencana untuk membuat produk development sehingga bisnis mereka dapat memiliki beberapa macam lini produk. Tentunya tetap berupa tanaman yang menarik dan mudah ditanam. Soul Plant juga ingin melakukan ekspansi melalui konsinyasi dan juga media online yang dinilai lebih efektif agar mudah dijangkau oleh konsumen di luar Jabodetabek. Tim mereka juga berupaya melakukan ekspor jika memungkinkan. “Kami melihat bahwa semakin kesini kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin besar. Apalagi orang tua yang pendidikannya semakin tinggi, akan semakin peduli dengan lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan di sekitar anak-anak mereka. Bisnis-bisnis yang mengangkat green issue juga semakin banyak berkembang. Selain itu kami juga mengidentifikasi besarnya peluang bisnis dari peningkatan d​emand mainan anak dari tahun ke tahun serta m​ arket size “​toys and games” yang juga terus meningkat. Hal ini membuat kami yakin bahwa Soul Plant memiliki prospek yang baik di masa depan,” pungkas Dhyannisa. (Karin/ Sarifudin)

Play and Care for the Environment


URBAN FARMING CARA TEKNOLOGI MENDEKATKAN KITA PADA ALAM by Debby Utomo

M

asih ingat tidak memori ketika zaman sekolah dasar, pelajaran berkebun dan bercocok tanam menjadi pelajaran yang cukup diminati. Biasanya kita senang karena dari pelajaran tersebut kita bisa mendapatkan pengalaman baru serta biasa menyatu dan mencintai alam.

Tapi in fact, saat ini kondisinya terbatas. Lahan kosong yang biasanya menjadi tempat bercocok tanam, tempat dimana tumbuhan hijau tumbuh dengan subur kini digantikan dengan gedung pencakar langit. Berderet-deret gedung besar berdiri, tanah lapang pun hampir tak ada. Ironis kan, kalau malah perkembangan teknologi menjauhkan kita dari “menyentuh� bumi. Sebenarnya, berkebun itu tak harus dilakukan di sebuah lahan besar dan menggunakan media tanah. Kita bisa bercocok tanam dengan menggunakan berbagai media. Tren ini disebut sebagai “Urban Farming�. Urban farming muncul sebagai jawaban atas kegelisahan kita dalam menyikapi semakin terbatasnya lahan di kota-kota besar. Tingkat polusi yang makin tinggi dan tidak diimbanginya sebuah kawasan hijau membuat kota semakin terasa gersang dan panas.

Collaboration with


Martin Bailkey, seorang dosen arsitektur lanskap di Wisconsin-Madison, AS, membuat definisi Urban Farming sebagai rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan dengan metode using dan re-using sumber alam dan limbah perkotaan. Namun, menanamkan rasa suka pada bercocok tanam di masyarakat perkotaan saat ini agak sedikit sulit. Masyarakat tidak ingin repot berkotor-kotor ria, masyarakat saat ini sangat ingin segalanya lebih ringkas. Nah, jangan salah! Urban farming juga bisa mengubah mindset bahwa bercocok tanam itu menyenangkan. Urban farming pun bisa menggunakan media tanam apa saja, salah satunya dengan teknik hidroponik, sebuah solusi bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan sebagainya.

sebenarnya sangat mudah, menyenangkan, dan dapat dilakukan di mana saja. Lalu, ada juga Growbox yang diinisiasi oleh kawankawan alumni ITB dan UNPAD di Bandung, sebuah kotak sederhana berisi jamur tiram yang bisa dibudidayakan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Dengan kemasan berbentuk kotak yang simpel dan menarik, Growbox menawarkan pengalaman baru dalam kegiatan urban farming. Jamur pada umumnya tumbuh di daerah bersuhu 2330 derajat Celcius dengan tingkat kelembaban lebih dari 70 persen, sama halnya seperti suhu ruangan kamar. Salah satu co-founder Growbox, Aldi, menyampaikan bahwa masalah yang nggak terlihat seperti masalah, justru adalah yang paling berbahaya. Semakin urban, semakin canggih teknologi dalam hidup kita, nggak seharusnya juga diiringi dengan semakin jauh dengan alam dan kesadaran agrikultural dan lingkungan. Anak muda sekarang nggak boleh sekedar tahu jadi, makan tinggal makan, lupa petani, dan kurang menghargai bumi.

“Semakin urban, semakin canggih teknologi dalam hidup kita, nggak seharusnya kita semakin jauh dengan alam dan kesadaran agrikultural dan lingkungan.� Salah satu contoh nyata adalah yang dilakukan oleh Venta Agustri, pemilik kebunsayur.co.id dari Surabaya. Ia mengembangkan urban farming dengan teknik hidroponik, berbekal lahan seluas 600 meter persegi dengan model pot talang panjang. Venta membudidayakan berbagai jenis selada hingga 10 jenis, di antaranya, leaf lettuce, iceberg, butterhead, dan endive. Hasilnya pun memuaskan, dalam waktu enam minggu tanaman siap dipanen, hasilnya bisa sampai 2 ton sayur. Selain itu Venta juga memberikan edukasi gratis mengenai urban farming yang

Kalau di luar negeri, nggak sekadar mempopulerkan urban farming, tapi sudah terbentuk pasar untuk beternak secara urban! A whole new level sih, kayak Urban Chickens dan My Pet Chickens ini. Jadi gimana caranya orang-orang kota bisa menghasilkan bahan makanan sendiri, gak sekadar protein nabati kayak kalau urban farming dengan berkebun, tapi juga protein hewani yang organik dari ayam dan telurtelurnya. Dengan solusi teknologi urban farming ini, sebenarnya sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak berkebun jika berkebun ternyata bisa dilakukan dimana saja bahkan di sebuah kamar. Selamat berkebun!


Fadhila Rizky R.

Karina Yusanta A.

Rachel Nevi F.

Indi Auliana

Altriko Wicaksono

Audina Sheila

Konten

Pimpinan Redaksi

Desain Layout

Ketua Penerbitan

Konten

Konten


Husna Hapsari

Fuadur Rifqi

M. Adriansyah

M. Sarifudin

Marketing

Editor

Editor

Editor

LUMINAIRE TEAM Fanniya Editor



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.