ARTS
Dari Bali dengan Iman: Ketut Lasia & Nyoman Darsane
Kali ini Redaksi Coconut tidak menampilkan satu, melainkan dua seniman yang sama-sama berasal dari Bali, dan dikenal akan lukisan Kristiani yang mengakar pada budaya setempat.
Ketut Lasia Masa muda pria kelahiran tahun 1945 ini diisi dengan pergulatan batin, hingga seorang pastor Belanda memberinya sebuah gambar lukisan Anak yang Hilang. Lukisan tersebut membawa langkah kaki Ketut ke kelas katekisasi, membentuk gaya lukisannya khasnya dan mengubah
hidupnya selamanya. Setiap kali ia membaca kisah baru di Alkitab, ia melukis tiap individu di sana sebagai orang Bali karena ia mengimani Tuhan yang dekat dengan masyarakat setempat. Menurut Lasia, Yesus sendiri hadir dan mengajarnya di Bali.
Nyoman Darsane Seniman Bali kelahiran 1939 ini sempat diasingkan keluarga dan rekan sedesanya ketika menjadi seorang Kristen di usia 17 tahun – namun rekonsiliasi terjadi ketika mereka melihat lukisan-lukisannya, sebuah penanda bahwa Darsane ternyata tidak meninggalkan identitas budayanya;
Coconut
EDISI JUNI/2017
ia tetap 100% Bali asli. Satu hal yang menjadi ciri khas lukisan-lukisan Darsane adalah sosok Kristus yang dinamis, dalam gerakan tubuh seorang penari Bali. Pictures courtesy of Asian Christian Arts, The Retired Parson, Seruni, The Jesus Question, & OMSC
1 1
SPORTS
Sudden D e at h in Sports Oleh: dr. Yuvi Wahyudi
Meninggal mendadak di saat sedang menjalani suatu pertandingan atau latihan olahraga kerap kali kita dengar dalam berita-berita. Sebut saja pesepakbola Marc-Vivien Foe, Miklos Feher, Serginho yang meninggal saat membela negaranya, atau artis kenamaan di Indonesia seperti Adjie Massaid dan Ricky Jo yang meninggal mendadak saat tengah bermain futsal. Kira-kira apa yang menjadi penyebabnya? Menurut laporan tim medis, mereka meninggal tiba-tiba akibat Sudden Death Syndrome atau Sindroma Meninggal Mendadak. Umumnya yang menjadi penyebab utama adalah cardiac arrest atau serangan jantung yang mengakibatkan berhentinya kerja jantung secara mendadak. Oleh karenanya, terkadang SDS juga bisa disebut Sudden Cardiac Death Syndrome, atau Sudden Arrythmic Death Syndrome, jika penyebab utama terhentinya kinerja jantung akibat kacaunya irama elektrikal jantung. Fenomena ini biasanya dipicu oleh aktivitas fisik yang berlebihan atau terlalu berat. 2
Jadi, bagaimana cara kita mencegah agar kejadian tersebut jangan sampai terjadi? • Pelajari riwayat hidup keluarga kita, apakah ada yang memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung, atau kematian mendadak. Lakukan cardiac screening (check-up jantung) agar kita tahu lebih jelas sebelum melakukan olahraga • Hindari aktivitas olahraga yang terlalu berat atau berlebihan • Bila sudah tidak kuat, beristirahatlah dahulu sebelum melanjutkan olahraga tersebut • Jaga pola hidup sehat
EDISI JUNI/2017
Coconut
H EALT H
Tamu tak Diundang yang Kedua Kalinya Dulu, penyakit akibat virus macam cacar atau gondongan hanya terjadi sekali seumur hidup. Tetapi belakangan di jumpai kasus-kasus medis dimana pasien bisa terkena gondongan untuk kedua kalinya! Bagaimana bisa begitu? Redaksi Coconut berbincang dengan dr. Yuvi Wahyudi dari GKI Kelapa Cengkir. Penyakit seperti Gondongan (Mumps) atau Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, yang hanya menginfeksi manusia sekali dalam seumur hidupnya. Karena, saat terkena infeksi virus tersebut, daya tahan tubuh kita akan membentuk imunitas terhadap virus tersebut yang berlaku seumur hidup. Umumnya, hampir tidak pernah ada kejadian berulang pada penyakitpenyakit tersebut. Namun, sempat tercatat dalam beberapa dokumentasi adanya infeksi kedua pada penyakit semacam itu, meskipun persentase kejadian tersebut sangat-sangat langka. Ada alternatif lain, yakni jika si penderita dalam hal ini memang
Coconut
EDISI JUNI/2017
mempunyai daya tahan tubuh yang sangat lemah (misalnya pada penderita HIV/AIDS). Selain itu, kemungkinan lain adalah misdiagnosis atau kesalahan diagnosa. Ada banyak penyakit yang gejala dan keluhannya menyerupai Cacar Air dan Gondongan, sebut saja Herpes (Zooster), Erythema Multiforme, Pemphigoid Bullosa, dan masih ada beberapa lagi penyakit yang menyerupai Cacar Air. Atau Limfadenitis, Limfadenopati, Tumor/ Kista Parotis yang dapat menyerupai Gondongan (Mumps). Jadi, sebelum memastikan bahwa kita terkena Cacar Air atau Gondongan yang kedua kali, ada baiknya kita memeriksakan diri kita ke dokter agar jangan sampai salah diagnosis dan terapi. 3 3
PAR E NT I NG
Menjadi Sahabat untuk ABK Oleh: Cherie Rachel (social pedagogic worker, simpatisan GKI Kelapa Cengkir)
Jika pernah atau sedang menjadi pengasuh untuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), mungkin Anda sudah akrab dengan perasaan bingung, frustasi atau bahkan putus asa. Redaksi Coconut berbincang dengan Cherie Rachel seputar topik ini. Bagaimana pengamatan ibu mengenai fenomena penanganan ABK di Indonesia? Setelah 6 tahun di Indonesia dan keluar-masuk berbagai jenis sekolah, saya masih sering mendapati lingkungan sekolah, tetangga, bahkan orang tua sendiri yang belum bisa 4
menerima kondisi anak tersebut. Banyak yang frustasi karena merasa tidak siap; memang menjadi orangtua ABK itu tidak ada sekolahnya, tetapi menjadi orangtua mainstream juga tidak ada, kok. Jadi, jangan merasa putus asa. Jika Tuhan percayakan seorang ABK lahir dalam keluarga Anda, artinya Dia yakin Anda mampu menanganinya. Jadi, apa yang pertama-tama harus dilakukan? Faktor utama pertumbuhan anak adalah dari keluarga, jadi semua dimulai dari penerimaan keluarga EDISI JUNI/2017
Coconut
G REEN L I V I NG
dulu. Orang tua harus bangga dengan ABK-nya, kalau tidak bangga berarti malu. Kalau sudah bangga, baru ABK bisa mulai proses bertumbuhnya. Kalau papa dan mama sudah menerima, ABK tidak akan mempan sekalipun di-bully tetangga atau teman sekolahnya. Terapinya di psikolog maupun fisioterapis pun bakal jadi lebih sukses. Masalahnya, bagaimana jika yang belum bisa menerima si anak malah kakek dan neneknya? Kalau begitu jangan bawa si kecil bertemu mereka. ABK memiliki inderawi yang luar biasa peka, sekalipun Anda bohongi, mereka bisa mencium emosi sesungguhnya dari sang kakek dan nenek. Dari pengalaman yang saya dapati, anakanak ini ‘lebih sempurna’ dari banyak orang dewasa lain yang bisanya menghakimi orang. Banyak orangtua saat ini sibuk bekerja, bagaimana menyeimbangkan pengasuhan ABK dengan kesibukan kantor? Making choice! Masalahnya saya sering dapati orang tua yang menyibukkan diri di kantor dalam rangka ‘melarikan diri’ dari anaknya. Pulang kerja, tetaplah sediakan waktu bersama si kecil, toh di Indonesia saya sering dapati anak-anak masih bangun hingga jam 10 malam. Ingat, mereka bertumbuh bukan dari fasilitas sekolah yang bagus atau terapis yang mahal, tapi dari waktu berkualitas kalian di rumah. Kesuksesan anak dalam bertumbuh adalah kesuksesan orang tua juga. It’s not about finance,
Coconut
EDISI JUNI/2017
but pure love.
TIPS
Hubungan Berkualitas dengan ABK di Rumah • Tetap terapkan disiplin – berikan peraturan yang jelas mengenai apa yang boleh dan tidak, kalau perlu gunakan lagu/video jika itu lebih mudah diserap si kecil. Ingat, ia akan terjun di masyarakat kelak. • ABK sangat peka – bahkan saya banyak melihat kasus dimana mereka sudah gelisah sebelum gempa bumi atau peristiwa besar lainnya terjadi. Maka jangan cobacoba memanipulasi mereka. • Saat ABK tantrum atau mengamuk, itu artinya mereka berupaya berkomunikasi, “Tolong aku! Aku butuh mama!” Mereka kan punya hak menunjukkan perasaannya, hanya kita orangtua yang belum mengerti. Peluklah dengan penuh kasih. • Ajak dia berpikir positif mengenai dirinya sendiri. Beri motivasi. Misalnya jika anak sedang hobi menyanyi, ajaklah menyanyi bersama di rumah. • Saat mengobrol, hindari penggunaan closed questions yang hanya memiliki jawaban ya dan tidak (contoh: kamu sudah makan?). Ajukan pertanyaan yang mengundang respons anak, seperti “Apa yang kamu lihat/rasakan di sini?” Tunjukkan interest pada dunia mereka, maka mereka akan balik bercerita. 5 5
COCOK I D S
GALERI KARYA ANAK SEKOLAH MINGGU
6
EDISI JUNI/2017
Coconut
MAI N TOP I C
Reuni Acong, Djoko dan Sitorus oleh: Yodi Iwan, simpatisan GKI Kelapa Cengkir photos courtesy of Youtube & Pixabay
Masih ingat dengan tiga sekawan yang tampil di iklan layanan masyarakat pasca kerusuhan 1998? Ada Acong, kemudian Djoko dan Sitorus, yang membawa pesan persatuan dalam keberagaman, dan mewakili tiga kelompok etnis di Indonesia (Jawa, Batak sebagai perwakilan suku di luar Jawa, serta keturunan Tionghoa). Buat para millennials, silakan cari di Youtube ya supaya paham siapa mereka. Setelah nyaris dua dekade berpencar, mereka bertemu kembali dalam reuni sekolah. Memasuki usia dewasa, tema memilih pasangan hidup dan berbagai rencana untuk masa depan menjadi sering mereka
Coconut
EDISI JUNI/2017
perbincangkan. Sebagai pria, mereka kelak akan menjadi imam dan memimpin keluarga masing-masing, tentunya dengan nilai-nilai budaya yang mereka bawa sejak mereka dibesarkan. Prinsip apa yang mereka pegang, apa yang mereka cari dan akan mereka temukan? Djoko: Sing paling penting dalam mencari calon pasangan, ada 3B. Harus seiman tentu, ora iso beda agama, dan tiga hal sing dadi tuntunan dalam menjalani hidup yakni: Bibit - Keluarga yang harmonis, serta keturunan atau silsilah yang jelas, Bebet - punya kekayaan, serta memiliki nama baik, dan Bobot status atau reputasi di masyarakat. 7 7
SHAR I NG
Kadang ada juga yang masih percaya Primbon, menurut aku, kalau soal pekerjaan, apa saja yang penting halal dan cocok dijalani dan ditekuni aja sih, Bang, pasti sukses. Prinsipnya orang Jawa, kaya njagakake endhoge si blorok (seperti menunggu ayam bertelur); ojo ngarep ayam bisa bertelur warnawarni, artinya usaha sing pasti-pasti wae, mesti sabar, karena kita tidak bisa menebak atau memaksa kapan ayam bertelur dan berapa jumlahnya, juga belum tentu semua menetas, juga nanti bisa ada yang pecah. Yang penting, dipelihara dengan baik dan sabar menunggu hasilnya, begitu Koh… Sitorus: Hampir sama kita, lae… eh, Mas. Kami punya prinsip 3H, punya keluarga bahagia, banyak anak, khususnya cowok sebagai penerus marga – Hagabeon; sukses dan punya kekayaan – Hamoraon; makanya kami harus kerja keras, soalnya bikin pesta dan bayar sinamot, wuuiiihh mahal kaliii…. dan punya nama baik, status, jabatan atau pengaruh – Hasangapon; Prinsip kita seperti lirik lagu Anak Medan: Pohon pinang tumbuh sendiri, tumbuh tinggi menantang awan; artinya harus mandiri dan punya cita-cita tinggi. Atau ibarat hanya kambing di kampung sendiri, tapi jadi macan di perantauan. makanya banyak Halak Hita yang pengen bisa masuk pemerintahan, macam PNS, TNI atau Polri, atau masuk politiknya lah kita supaya jadi pejabat, atau penegak hukum. Kalau Koh Acong, bagaimana? Acong: Wah, ternyata mirip-mirip 8
ya Mas, kalau di keluarga ngai dulu, ada kepercayaan dari filsafat Cina dan ajaran Tao, kemudian dijadikan sosok dewa, namanya san xing, tiga dewa bintang sebagai pembawa keberuntungan, namanya Fu, Lu, Shou. Yang pertama, gendong anak, Fu, melambangkan keluarga, kebahagiaan, punya keturunan. Kedua, dewa duit yang kalau di mal ada yang pakai kostum saat Imlek, suka bagi-bagi coklat berbentuk uang logam, itu Lu, dewa kemakmuran dan hokki, dan yang satu lagi, Shou, berjenggot putih dan botak sambal bawa buah persik sebagai lambang panjang umur. Kalo ungkapan pakai binatang, gue orang juga punya: Daripada terusterusan jadi buntut naga, lebih baik jadi ayam tapi jadi kepala. Ujungujungnya buat kita orang yang penting bisa dagang, walau kecil tapi milik sendiri, merintis atau nerusin usaha atau buka toko yang nanti diwariskan ke anak, begitu sih, Bang. *** Perbincangan mereka pada intinya adalah apa yang dicari setiap orang selama hidup. Dari Psikologi Humanistik, Abraham Maslow menjelaskan untuk mencapai tahap aktualisasi diri, setiap orang harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan fisik (cukup makan, pakaian dan tempat tinggal), baru kemudian merasa aman, kemudian baru mengembangkan rasa ingin disayangi dan menyayangi, baik dalam mencari pasangan atau secara luas, dan merasa berharga atau esteem, inilah yang terbentuk dari pengakuan atas prestasi, membangun status serta membentuk reputasi yang pada EDISI JUNI/2017
Coconut
SH ARI NG
puncaknya adalah self-actualization.
Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu. (Amsal 24: 27) * Ingin kaya, punya pasangan yang menarik, lalu banyak anak, kemudian punya pengaruh yang besar. Itu semua keinginan yang sangat manusiawi; dan itulah yang sebenarnya ada di balik setiap sosok berhala, yang sering disebut di berbagai kisah Perjanjian Lama. Coba kita simak, dan bandingkan seperti apa ritual pemujaan berhala di jaman modern. Ada patung lembu emas dari kepercayaan Mesir yang menjadi sandungan umat Israel saat Musa memimpin mereka keluar menuju Kanaan, yang merupakan sosok Hathor; disembah sebagai dewi kesuburan, pelindung kelahiran anak, sekaligus pelindung anak hewan ternak yang baru lahir, digambarkan sebagai wanita dan bisa berubah wujud sebagai lembu. Ada dewa dari Kanaan bernama Baal, atau setara dengan Marduk dari Babilonia, yang sosoknya memegang petir, sebagai pemberi hujan, dan bagi masyarakat agaris, itulah yang mereka inginkan, agar ladang subur, panen berhasil, punya banyak makanan dan pakan untuk ternak, sehingga bisa terus berkembang biak dan ujungujungnya jadi kaya. Itulah spirit materialisme! Pasangan Baal, dewi kesuburan dengan berbagai nama, Asyera atau Asytoret, berbentuk patung wanita telanjang sebagai simbol sensualitas, kenikmatan seks dan kesuburan; dengan ritual menari di seputar tiang
Coconut
EDISI JUNI/2017
pemujaan, serta praktek sundal bakti (peziarah membayar para imam wanita pemuja di kamar dalam kuil dewi Ishtar – nama lainnya di Babilonia, untuk hubungan seks sebagai ritual ibadah), yang di jaman modern merupakan cikal-bakal tari erotis atau pole dancing, pelacuran dan praktek promiskuitas, seks bebas, one night stand atau bertukar pasangan (perzinahan) antar para pemujanya. Ada juga Molokh, dewa berkepala banteng, yang juga dipuja dengan ritual serupa dan menuntut agar anak hasil hubungan dari ritual (di luar ikatan pernikahan), untuk dijadikan korban bakaran dengan dipaksa berjalan atau dilempar ke tungku api yang merupakan bagian dari badan patungnya; yang di jaman modern mirip dengan praktek aborsi kan?
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2) Itulah bedanya umat Allah dan bangsa-bangsa lain. Allah ingin umat-Nya kudus, artinya dipisahkan dari berbagai praktek yang sangat bertentangan dengan Taurat. Allah menghendaki manusia hidup dengan rasa syukur dengan berkecukupan, memiliki pasangan yang diberkati dalam pernikahan yang kudus untuk kemudian bisa menjadi sarana menghadirkan kehidupan serta generasi baru (anak-anak) yang takut akan Tuhan.
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, 9 9
M AI N TOPI C
imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. (1 Petrus 2:9) Jelas bedanya, bukan hanya sekedar bahagia, punya pasangan, punya anak, punya banyak harta dan punya kekuasaan atau status. Tanpa berkat dan penyertaan Tuhan, dengan kerja keras, bermodal warisan, pakai koneksi, mengandalkan modal tampang keren atau pintar bicara, melalui pengetahuan serta pendidikan, atau hingga berbagai
10
cara curang, kesuksesan serta hal-hal tersebut bisa diraih juga. Sekarang pilihan buat kita, mau ikuti cara dunia, atau menjadi berhasil karena berkat dan penyertaan Tuhan?
Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu. (Ulangan 30:19) * Dari perbincangan ketiga teman kita, sebenarnya yang diinginkan semua manusia, apapun suku dan
EDISI JUNI/2017
Coconut
MAI N TOP I C
latar belakang budayanya, sama-sama saja. Apa saja sih, serta bagaimana cara mencapai semua itu? Simpel, ikut Tuhan dengan sungguh-sungguh, artinya hidup kudus dan taat sesuai prinsip Firman Tuhan, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi, serta memiliki hikmat yang bukan berasal dari prinsip duniawi atau pikiran manusiawi, melainkan dari tuntunan Roh. Nah, mulai sekarang, kita samasama ikut tuntunan Tuhan yuk, supaya tiga prinsip yang selama ini dicari semua suku bangsa, bisa kita peroleh karena berkat Tuhan.
Coconut
EDISI JUNI/2017
Prinsip Bibit, Bebet, Bobot, atau paralel dengan nilai Hagabeon, Hamoraon, Hasangapon, yang dalam tradisi kepercayaan Tiongkok dipersonifikasikan menjadi sosok tiga dewa Fu, Lu, Shou; merupakan nilainilai yang berlaku universal. Di setiap latar belakang budaya, sebutannya saja yang berbeda. Namun, jika kita berpedoman pada Firman Tuhan, ketiga hal tersebut terangkum dalam Amsal; silakan membuka Amsal 3: 1 – 18. Š Yodi Iwan
11 11
M AI N TOPI C
Bincang Bhinneka: Dari Bandung, Semarang hingga Yogyakarta Merespons berbagai persoalan bangsa, dari Temu Raya Pemuda GKI Mei lalu di Semarang, Semiloka Kebhinnekaan di Yogyakarta, sampai Pembinaan Krisis Kaum Muda di Bandung, Redaksi Coconut mengumpulkan berbagai opini yang mencerahkan dari para tokoh yang hadir di acara tersebut.
12
EDISI JUNI/2017
Coconut
MAI N TOP I C
Bisa dimengerti jika hasil Pilkada DKI Jakarta menyisakan pertanyaan cemas/gemas/takut bahwa merebut kekuasaan dengan cara seperti itu bisa difotokopi. Kami di Jawa timur merapatkan barisan agar jangan sampai terjadi di sini. Polisi bersama NU (GP Ansor & Banser) sangat membutuhkan dukungan kita semua dalam menghadapi kobaran kebencian di media sosial. Agama saat ini menjadi alat pembodohan alias proxy war; merusak pikiran, padahal pikiran itu seperti parasut, harus mengembang/ terbuka untuk bisa terbang jauh. Kalau mingkep/tertutup, maka akan jatuh. Seperti perkataan seorang filsuf, Ludwig Wittgenstein, ‘Jika yang kau miliki hanya palu, segala sesuatu tampak seperti paku.’ Kita wajib bersedih untuk dunia pendidikan, di saat kita merasa ‘hebat sendiri’ karena sekolahsekolah Kristen jadi favorit, di luar sana PAUD sampai kampus menjadi tempat produksi ajaran radikalisme. Independen penting, tapi di interdependensi lebih penting; di atas mandiri, kita perlu juga saling bergantung. Today to be religious, tomorrow to be inter-religious. Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk membangun jejaring dengan teman-teman dari berbagai latar belakang yang berbeda: • Tulus Jangan pura-pura, apalagi oportunis • Kesetaraan Sadarilah kesetaraan kita semua,
Coconut
EDISI JUNI/2017
jangan punya pemikiran arogan • Kesadaran Sadarlah bahwa masalah bangsa adalah masalah kita bersama • Mau Susah Bersedialah untuk disusahkan; kalau gereja nggak mau susah, jangan jadi gereja • Terakhir, jangan lupa kita hidup untuk sesama, bukan hanya hidup bersama sesama. Pdt. Simon Filantropa – GKI SW Jatim
Lanskap Indonesia 10 tahun terakhir diisi dengan meningkatnya insiden intoleransi (kekerasan berbasis agama), perda-perda yang berbasis mayoritas/minoritas, dan meningkatnya kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan. Politik harusnya mengenai kebijakan publik yang terbaik, tapi saat ini hanya jadi alat mendapatkan kekuasaan; akibatnya populisme tumbuh, kelompok kekerasan jadi punya celah. Kita jadi susah membedakan antara: • Intoleransi vs terorisme • Hate-speech vs freedom of speech • Hak konstitusional vs harmoni sosial Kondisi ini diperparah dengan kelas menengah sebagai silent majority yang maunya hanya hidup nyaman. Perhatikanlah fenomena di berbagai negara, semua muncul narasi populisme yang senada; pesannya sama, hanya beda kelompok mayoritas dan minoritasnya. Bahan bakunya 13 13
adalah ketakutan dan keinginan menguasai. Maka, akan selalu ada pihak yang membentuk nilai-nilai di masyarakat. Pertanyaannya, siapa yang akan melakukannya di Indonesia? Alissa Wahid – Jaringan Gusdurian
Survey Kementerian Agama pada 2015 menyatakan wilayah paling toleran di Indonesia adalah: NTT, Bali dan Maluku sementara yang paling intoleran adalah Bogor dan Bekasi. Maka inilah saatnya bergerak, membuka jaringan dengan lingkungan kita. Jaringan Gusdurian hadir kok di tiap-tiap kota, termasuk di tempat Anda sekalian. Lakukanlah hal-hal ini di tempat Anda: • Bangun tim inti/penggerak yang terdiri atas 3-4 orang • Rancang program tahunan yang berbasis kabupaten/klasis/sinwil, misalnya: early warning system, pluralism youth camp, kelas pemikiran Gus Dur, dll • Merespons bersama isu-isu aktual • Menggagas konsep ‘city of tolerance’ • Menyiapkan kader penggerak damai sebanyak mungkin • Menulis dan menyebarkan Aan Anshori – Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Tebuireng
Kebebasan memberi kita pilihan, membuat kita cerdas. Tidak ada seorangpun yang bisa membebaskan dirinya sendiri, maka Tuhan yang melakukannya – tapi, ada 14
lanjutannya: kita diminta untuk berdiri teguh, karena manusia gampang jatuh. Manusia ingin bebas, namun adakah kebebasan? Mari balik pertanyaannya: menjadi hamba siapakah kita selama ini? Pikirkanlah kebebasan yang bertanggung-jawab, yang tidak merugikan sesama kita. Sudah saatnya kita tidak lagi berdiam diri karena merasa ‘itu bukan urusan saya’ Ingatlah titik berangkat kebebasan kita: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Pdt. Addi S Patriabara – LPPS Sinode
Politik Salib adalah menggunakan diri kita untuk menolong sesama. Lawan dari Politik Salib adalah minority syndrome dan arogansi superioritas. Meng-Indonesia sendiri bagi saya berarti berproses menjadi, menyatakan, dan mengaku Indonesia. Jati diri GKI adalah berciri khas budaya Indonesia, gereja yang merakyat dan menjadi mitra Allah dalam melayani di berbagai bidang. GKI sudah berkembang dari awalnya gereja kesukuan menjadi multietnis seperti hari ini. Maka lingkup pelayanannya harus menyentuh lingkungannya juga, minimal RT dan RW. Pemuda GKI jangan hanya hadir di acara gereja sendiri, tapi hadirlah di acara agama lain karena kita inklusif dan setuju sila ke-3. Kita harus jadi penggerak persatuan bangsa, berwawasan kebangsaan di tengah masyarakat multicultural. Gereja harus menjadi • Gereja yang merakyat & tanpa
EDISI JUNI/2017
Coconut
tembok (inklusif) • Gereja yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat • Membangun jejaring dengan apparat, Pemda, GMKI, PGIW dan FKUB • Berdiakonia melalui pelayanan kesehatan dan beasiswa • Hal yang selama ini menjadi hambatan kita: • Kurang komunikatif dengan orang sekitar • Tidak aktif hadir di acara lingkungan • Pemahaman Injil sempit • Sudah takut duluan/bereaksi berlebihan • Abai dengan aparatur/perijinan • Kurang paham perasaan warga sekitar Cita-cita dan pergumulan masyarakat Indonesia menjadi pergumulan kita juga, meski gereja terpisah dari negara dan tidak berpolitik praktis, tidak mengKristenisasi dan tidak ada niat menguasai. Pdt Paulus Lie – GKI Gejayan
Ketika negara ini didirikan, ada tiga orang Tionghoa di dalamnya, salah satunya orang GKI. Sehingga kita harus sadar, kita turut membidani lahirnya negara ini. Saat kamu memperjuangkan keadilan, orang tidak akan lihat latar belakang kamu; mereka akan bela kamu mati-matian. Kadang kita terlalu gerejawi sehingga kurang ‘duniawi’ – kita terang di
Coconut
EDISI JUNI/2017
dalam saja. Pendidikan membuat kita menjadi manusia yang normatif. Dulu orang mengira Uni Soviet akan dihancurkan Amerika, ternyata kan mereka hancur sendiri karena tidak bisa menjaga keberagamannya. Politik itu membutuhkan Anda semua, jangan menghindarinya. Politik itu tidak kotor, yang kotor adalah oknumnya. Indonesia itu identitas kita, tapi kita tidak pernah ‘dibaptis’ dalam ke-Indonesiaannya. Ingatlan dwi-kewarganegaraan kita: WNI sekaligus Warga Kerajaan Allah. Mari berefleksi, sudahkah program kita menyentuh isu HAM, korupsi, dan ekologi? Ayolah, kita harus agak ‘gila’ sedikit! Pdt. Albertus Patty. – GKI Maulana Yusuf
Jangan mewariskan keterancaman, kebencian kepada anak-cucu kita. Secara rasional memang ada faktorfaktor politik yang menjadikan hubungan antara Islam dan Kristen itu penuh ketegangan. Ketika Indonesia menjelang merdeka, sudah terjadi perdebatan yang luar biasa antara para bapak bangsa, negara ini mau dibuat seperti apa. Indonesia waktu itu 90 persen Muslim. Toh waktu itu Indonesia akhirnya tidak menjadi negara Muslim, bayangkan kalau waktu itu yang muncul tokohtokoh yang seperti sekarang. Untung para pendisi negara kita adalah orang-orang yang memiliki wawasan agama yang baik dan tidak hanya memikirkan egonya sendiri tapi negara ke depannya. Kita bisa menjadi 15 15
orang Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara itu tidak muncul dengan tiba-tiba. Anda harus bergandeng tangan dengan kelompok-kelompok yang jelas ideologi kebangsaannya. Sekarangsekarang ini banyak tokoh yang malah main aman; dulu terkenal pluralis, tapi belakangan menerima kelompok radikal karena popularitasnya naik. Hanya ingin mencari selamatnya sendiri. Implikasinya, ke depan justru bisa mengorbankan bangsanya. Tapi di pihak lain, jangan terlalu cengeng dengan situasi seperti ini. Memang ini situasi yang sulit, tapi kita pasti bisa mengatasinya sebagai bangsa yang bersatu. Rumadi Ahmad – Nahdlatul Ulama
Isu SARA harusnya sudah selesai di bumi Indonesia yang merdeka. Maka saya miris sekali jika SARA dijadikan komoditas politik di Jakarta. Kalau kita tidak sadar dan mawas diri, bisa jadi mengarah seperti Uni Soviet nanti. Jangan ada lagi omongan ‘saya orang agama A, tidak berteman dengan agama B’ Isu inilah yang ingin saya titipkan pada kalian semua. Sebarkanlah virusvirus cinta kasih. Presiden berkata bahwa Indonesia akan mencapai masa emasnya pada 28 tahun lagi – 2045. Kawan-kawan pemuda di sini yang akan memimpin bangsa saat itu. Mari kita isi diri kita dulu dengan hal-hal yang positif. Pertahankan idealisme kita, tambahkan kreativitas. Terus terang, melihat kondisi 16
bangsa saat ini, kami yang di daerah Semarang jadi miris. Kami adalah bagian dari warganegara yang ikut galau juga. Saya yakin dengan komunikasi yang intensif, Semarang tidak akan jadi seperti Jakarta. Sudah 3 tahun ini, umat Kristen dan Katolik di Semarang merayakan Paskah bersama keliling kota. Atas hal itu, saya sempat diprotes beberapa kyai, yang mana saya menjawab, “Maaf Pak Kyai, kita Muslim juga ada perayaan seperti itu, namanya Dugderan. Umat Hindu di Semarang juga kita fasilitasi Pawai Ogoh-Ogoh. Tidak ada yang saling menghalangi. Jika ada yang ceritanya merasa Islam banget sampai nggak mau berteman dengan yang lain, silakan pergi saja ke luar negeri, ke Arab misalnya. Demikian juga sebaliknya.” Walikota Semarang Hendrar Prihadi
Krisis adalah time for decision, sebuah persimpangan jalan . Kita sering terjebak pada pemikiran binerdualistis: hitam-putih, gelap-terang (padahal siapa sesungguhnya yang ‘terang’?) dan politik identitas dimana orang ingin sekali menampilkan identitas keagamaannya (Contohnya: stiker ‘Happy Bethany Family’ atau huruf Arab di mobil, menyapa orang dengan ‘shalom’ - trend ini mulai muncul setelah orang Kristen ‘naik haji’ ke Yerusalem dan ingin melakukan Ibranisasi di Indonesia). Dengan demikian, identitas yang ada hanya Kristen/non-Kristen padahal identitas seseorang bisa multispektrum; contohnya saya: Jawa, EDISI JUNI/2017
Coconut
keturunan Cina, asli Madiun, pecinta pecel, dll. Identitas itu multi-layer, tapi kita nggak peduli dan hanya ambil satu, lalu menjadikannya ‘kita vs mereka.’ Pemuda GKI dulu sangat aktif di dunia politik, kultural dan sosial, kritis dengan kebijakan pemerintah dan akrab dengan agama lain. Sekarang kita semua sebaliknya. Cek saja tematema persekutuan/kebaktian pemuda saat ini yang melulu bertumbuh/ berakar/berbuah dalam Kristus. Kalaupun ada kegiatan sosial sifatnya mediocre alias nanggung. Extreme problems need extreme solutions. Kita minum panadol terus padahal bangsa ini sakit tumor. Pandanglah gereja sebagai workshop, tempat kita berlatih untuk keluar. Dan lakukanlah dua hal ini: • Educate Yourself Apakah kita sudah tahu, bagaimana harus bersikap ketika berkunjung masuk ke masjid, harus seperti apa tata krama berkunjung rumah orang Hindu? Ada berapa surat dalam AlQuran? • Calling Pertimbangkan lagi panggilan hidup Anda. Tanah Perjanjian itu bukan Israel, tapi Indonesia, tempat kita lahir. Allah memanggil Anda untuk jadi apa? Pdt, Joas Adiprasetya – STT Jakarta
Seratus ribu orang terkaya dunia ada di India, tapi 10 juta orang termiskin dunia juga ada di sana; kita tidak mau Indonesia seperti itu. Indonesia sudah
Coconut
EDISI JUNI/2017
on the right track dalam pertumbuhan ekonomi – saat ini kita berada di peringkat pertumbuhan ekonomi ketiga setelah Tiongkok dan India; dan saya seperti bicara ini bukan karena saya pembantu Presiden. Kita berusaha semaksimal mungkin untuk pemerataan dan keadilan ekonomi. Kita tidak bisa menyatakan NKRI itu satu jika harga di Papua berbeda di Jawa. Itu sebabnya tol laut dan infrastruktur jadi prioritas. Memang yang masih jadi masalah adalah pertumbuhan ekonomi tidak setara dengan pemerataannya. Kesenjangan antara kaya dan miskin makin besar. Radikalisme memang muncul karena kesenjangan ekonomi yang luar biasa. Di kampus muncul gerakan-gerakan yang eksklusif, seperti Campus Crusade kalau versi Kristen. Pembiaran ini telah terjadi sekian tahun sejak reformasi – UI, ITB, IPB, semua punya kecenderungan mahasiswanya jadi militan dengan kelompok tertentu. Gereja harus paham soal politik, meski tidak berpolitik. Setelah almarhum Pdt Eka Darmaputera, yang kami sebut ‘pendeta Pancasila,’ saya ada harapan pada pendeta-pendeta muda yang bisa membawa generasi kita lebih baik. Saya tidak setuju jika gereja adalah menara gading. Warga gereja, terutama pemuda, bangkitlah! Negara memanggil saudara! Saudara harus berani mengambil risiko untuk itu. Tidak ada yang lebih baik selain hidup di negara ini, dan negaraini telah memberikan begitu banyak hal yang 17 17
telah kita nikmati. Keluarlah dari comfot zone. Ketika saya ditunjuk menjadi Menteri Perdagangan, perintah Presiden sederhana: Serap produksi dalam negeri, jaga neraca perdagangan, bangun pasar rakyat & sembako. Saya harus berhadapan dengan mafia perdagangan. Saya bertekad memotong harga gula agar menjadi 12.500 semua merk, setelah berbulan-bulan tidak jalan. Saya keluarkan peraturan dan paksa. Tapi tahukah, ternyata keuntungan yang saya potong dari para mafia ini mencapai lebih dari 10 triliun. Dan ironisnya, mafia-mafia yang harus saya hadapi ini justru saudarasaudara seiman saya.
18
Maka saat ini, saya mau tahu; apakah pemuda GKI mau peduli dengan nasib bangsa ini? Apakah saudara mau keluar dari comfort zone? Kalau mau PA dan ibadah cukup di gereja saja, dimana tanggung jawab saudara sebagai generasi muda pada nasib bangsa kita? Doa saya hanya satu saat ini, Ya Tuhan, selama saya hidup jangan ijinkan saya menyaksikan negara ini terpecah. Tidak salah kok jika saudara hanya mau berkiprah di bidang profesional, tapi pesan saya tiap pagi tolong berkaca dan tanyakan apa yang bisa kamu buat untuk negara ini. Enggartiasto Lukita – Menteri Perdagangan Republik Indonesia, jemaat GKI Pondok Indah
EDISI JUNI/2017
Coconut
100%G KI
Bacaan
GKI! Mitra GKI
Ignite
Berslogan: Edukatif, Komunikatif dan Inspiratif, Mitra GKI adalah majalah terbitan Sinode Wilayah Jawa Tengah yang bertujuan memperlengkapi jemaat dengan informasi. Konten khasnya adalah artikel in-depth dari pendeta di lingkungan SW Jateng yang pastinya bernas dan relevan sesuai perbincangan warga GKI saat ini. Edisi fisiknya secara teratur dikirim ke gereja kita, tentunya dengan kopian terbatas. Tidak perlu kuatir, edisi onlinenya bisa diunduh di gkiswjateng.org. Majalah ini juga menerima sumbangan artikel dari kita semua, loh!
Kalau Ignite sebaliknya, lebih ditujukan pada para pembaca muda. Media ini mulanya terbit sebagai bentuk majalah fisik pasca Temu Raya Pemuda pertama di Bandung – hingga ia bergulir menjadi akun Instagram @ignitegki dan situs web w w w . i g n i t e g k i . c o m . Layaknya majalah, ia hadir dengan tema bulanan namun artikel diupdate beberapa kali dalam seminggu. Ignite sendiri bermakna ‘in GKI we unite.’ Selama ini tim intinya mayoritas dari pemuda Jatim, meski pembaca terbesarnya berasal dari Jakarta. Setelah TRP Semarang Mei lalu, mereka mulai bergerak untuk memunculkan ‘sel-sel’ redaksi di wilayah lain juga.
Coconut
EDISI JUNI/2017
19 19
Peziarahan Kristen di Bumi Jawa Tengah Setelah membaca sebuah buku, saya terinspirasi untuk mengunjungi GKJ ini. Akhirnya beberapa bulan lalu, kesempatan itu tiba juga – saya berkesempatan tak hanya berkunjung, tetapi juga menginap semalam ini pondokan retreat yang memang ada di kompleks gereja tersebut. Satu hal yang unik mengenai keKristenan di sini terletak pada fakta bahwa masyarakat Jawa waktu itu memilih keyakinannya justru bukan karena pengaruh Zending Belanda (misionaris) – sebaliknya, justru saat itu orang Belanda memandang sebelah mata kehadiran rakyat Jawa di gereja karena memakai baju surjan dan ikat, dan hal itu dianggap kurang sopan oleh mereka. *** 20
Kepada Redaksi Coconut, Abraham Nugroho (anggota GKI Kelapa Cengkir) membagikan pengalamannya mengunjungi GKJ Karang joso, yang merupakan GKJ tertua di Pulau Jawa. Biografi Kyai Sadrach sendiri, sosok pendiri GKJ Karangjoso, sudah banyak di internet. Satu hal yang ingin saya ceritakan di sini adalah sudut pandang beliau yang unik. Konteksnya kala itu, Perang Diponegoro baru usai, menyisakan kejatuhan mental yang luar biasa di kalangan masyarakat – bahkan wibawa Keraton pun turut terkena dampaknya karena dianggap antek VOC. Terjadi kelimbungan massal, orang-orang mencari pegangan, termasuk Sadrach. Pencarian batinnya mempertemukan ia pada Kristus, yang ia pandang sebagai sosok Guru Sejati (seperti budaya masyarakat lokal waktu itu). Jika berkunjung ke GKJ Karangjoso, Anda akan menjumpai gereja ini dibangun dengan konsep arsitektur
EDISI JUNI/2017
Coconut
SH ARI NG
yang sangat kental dengan budaya Jawa – kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan dengan saut pendopo besar. Selain gereja, ada museum (bekas tempat tinggak Kyai Sadrach), dan padepokan. Makam beliau juga terletak tak jauh dari sana, dan uniknya sering dikunjungi peziarah baik Kristen maupun umat kepercayaan lain. Di sana, saya bertemu dengan keturunan dari cucu angkat Kyai Sadrach (beliau tidak memiliki anak kandung) yang merawat tempat tersebut. Berbagai cerita sejarah menarik mengenai tempat itu ia tuturkan; ternyata, lokasi berdirinya GKJ ini dulu dipandang sebagai tempat angker oleh warga, namun justru dipilih untuk menjadi lokasi gereja oleh Kyai Sadrach. Kemudian setelah tempat ini berdiri pun, ada saja orang yang datang dengan niat kurang baik, ingin menantang Kyai Sadrach; waktu itu, adalah hal yang wajar jika seseorang yang mendalami spiritualitas juga mempelajari ilmu bela diri. Sang penantang datang dalam kondisi ‘panas’, namun oleh Kyai Sadrach hanya diajak minum bersama. Setelah minuman habis, malah orang itu berbalik ingin menjadi murid! Selain itu, perlindungan Tuhan juga nyata pada gereja tersebut. Beberapa kali terjadi insiden perampokan yang gagal di sana. Salah seorang diantaranya menuturkan, ketika datang malam hari untuk merampok harta gereja, ia justru mendapati gereja tersebut seperti dikelilingi
Coconut
EDISI JUNI/2017
air yang dalam sehingga tidak bisa dijangkau. Pengalaman yang saya rasakan secara pribadi ketika bermalam di pondokan retreatnya, dini hari sekitar jam 4, saya dibangunkan oleh sebuah suara- sangat keras dan jelas- yang menyuruh saya ke kapel untuk doa pagi. Akhirnya saya turuti panggilan itu meski tidak tampak sosok siapapun kecuali teman sekamar saya (yang tidak terbangun sama sekali!). Usai doa pagi, saya berpapasan dengan teman sekamar saya yang sedang berjalan meninggalkan kamarnya menuju kapel. Alasannya sama: ada yang membangunkan untuk doa pagi! Selain Kyai Sadrach, tanah Jawa juga mengenal sejumlah tokoh iman lainnya yang bukan berasal langsung dari program misionaris Belanda: • Ibrahim Tunggul Wulung Dia adalah ‘senior’ dari Kyai Sadrach yang warisannya kini dikenal sebagai GKMI. Ibrahim tidak mengenal keKristenan dari zending, melainkan justru dari pencerahan yang ia dapat saat dalam pertapaan. • Paulus Tosari Paulus Tosari adalah ‘ayah’ dari GKJW yang dikenal akan karyanya, ‘Serat Rasa Sejati’, sebuah gending berisi penghayatan pribadi akan sosok Yang Maha Kuasa. Masyarakat Jombang kala itu memang terbiasa melantunkan serat sebelum tidur, semacam doa pengantar istirahat.
21 21
LI B R ARY
Baca Apa Bulan Ini? • Dr. Oen: Pejuang dan Pengayom Rakyat Kecil Orang Solo pasti kenal nama dokter legendaris ini. Buku biografinya mengulas perjalanan hidup Dr. Oen yang melintasi lima zaman sekaligus legacy-nya yang masih lestari sampai saat ini: Suatu bentuk perjuangan di masa revolusi dalam bidang kesehatan yang dilakukan dengan saksama, tanpa lelah melayani berbagai kalangan yang membutuhkan pertolongan kesehatan, baik rakyat kebanyakan sampai dengan golongan ningrat di Puro Mangkunegaran.
• Jalan Pulang Maria Hartiningsih, wartawan senior Kompas, melakukan satu hal setelah pension: Berjalan kaki ratusan kilometer dalam peziarahan Camino Santiago! Buku yang menghanyutkan kita dalam perjalanan spiritual Maria yang unik ini akhirnya membawa kita pada satu pemahaman baru bahwa setiap langkah adalah doa. Inilah salah satu buku paling inspiratif dari penerbit KPG!
• Kala Segalanya Tidak Oke Rico Villanueva adalah salah satu peneliti Kristen yang justru berfokus pada Mazmur-Mazmur ratapan. Penelitian itu ia rangkumkan dalam buku saku ini, yang mengajar tanpa menggurui agar kita jujur di hadapan Allah dan manusia, saat segalanya tidak seperti yang kita harapkan. Ya, karena hidup tidak mungkin selalu oke-oke saja.
Fasilitas Perpustakaan Cengkir buka setiap hari Minggu di lobi gereja dengan sistem self-service.
22
EDISI JUNI/2017
Coconut
KONSULTASI
Seputar Pentakosta Pada Ibadah Pentakosta lalu, yang diisi oleh Pdt Joas Adiprasetya, jemaat dan simpatisan diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaannya seputar Roh Kudus. Inilah jawaban dari sejumlah pertanyaan yang masuk ke redaksi. TENTANG BAHASA LIDAH Saya jemaat GKI Klaten. Saya kuliah di Bandung dan ikut ibadah di Gereja ‘Karismatik.’ Saat itu ada event retreat dan ada sesi ‘Baptisan Roh Kudus’ dimana para pastur menumpangkan tangan dan beberapa orang terjatuh, menangis, dan berkata-kata dalam bahasa yang saya tidak mengerti. Pertanyaan saya: 1. Apakah ini Bahasa Roh? 2. Apakah Bahasa Roh bisa diucapkan dengan lancar dalam hidup sehari-hari? (David)
Coconut
EDISI JUNI/2017
Saudara David, membaca pertanyaan Anda, tampaknya memang gereja yang Anda sebutkan itu menganut pemahaman bahwa bahasa lidah adalah kriptolalia, yaitu bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia mana pun di planet Bumi ini. Apakah dapat diucapkan dengan lancar dalam hidup sehari-hari? Sebagian dari penganut paham ini mengatakan bisa, yang lain mengatakan tidak. Namun kalau kita
23 23
menganut pemahaman bahwa bahasa lidah memang bahasa sesehari, maka seharusnya dia menjadi bahasa kita yang dengan lancar kita ucapkan, karena itu Bahasa Indonesia. Pak Joas, apakah itu artinya murid Yesus sebenarnya tidak bisa berbahasa Aram & Yunani. Tapi pada waktu Roh Kudus dicurahkan, mereka menjadi bisa berbicara dalam kedua bahasa itu? Terima kasih. (GWT). Saudara GWT, dalam pemahaman diglosia yang saya pahami, para murid menguasai dengan fasih bahasa Yunani dan/atau Aram, sebab kedua bahasa tersebut memang menjadi bahasa semua orang yang hidup di negara-negara yang dikuasai kerajaan Partia atau Romawi. Apa yang dilakukan Roh Kudus bukanlah memberikan bahasa baru, namun memberi kekuatan dan keberanian untuk mempersaksikan Kristus yang bangkit dengan bahasa sesehari, bukan dengan bahasa tinggi (Ibrani), dan melakukannya di luar Bait Allah dan bukan di dalam Bait Allah. Untuk keberanian ini, Petrus dan Yohanes ditangkap dan dibawa ke Mahkamah Agama Yahudi (Kis. 4:1-22). Apa atau bagaimana hubungan antara bahasa roh dan istilah karunia lidah? Thanks. (NN) Apa hubungan bahasa lidah dan karunia Roh? Di dalam Alkitab jelaslah bahwa bahasa lidah adalah salah satu karunia Roh. Karunia -karunia Roh (charismata) adalah pemberian Roh agar misi Allah dapat berlangsung dengan baik. Yang menarik dari
24
beberapa daftar karunia Roh yang ada dalam Alkitab (Ro. 12:6-8; 1Kor. 12:810), bahasa lidah menempati urutan terakhir atau malah tidak muncul sama sekali. Jadi, sebenarnya, bahasa lidah dianggap tidak terlalu penting. Bagaimana sikap kita kalau ada yang tanya kenapa kita nggak pakai Bahasa Roh (gereja sebelah)? Kemudian kalau sedang ada yang pakai Bahasa Roh, kita harus bagaimana? (Dina Sabathia) Saudara Dina, jika ada yang bertanya mengapa GKI tidak mempraktikkan bahasa lidah dalam arti kriptolalia atau xenolalia, maka jelaskan dengan baik bahwa GKI sangat memahami bahwa Allah memakai bahasa wajar untuk menjangkau semua orang. Kriptolalia bersifat elitis, karena tidak semua orang Kristen dapat memanfaatkannya. Jika ada teman yang berbahasa lidah, maka biarlah dia dengan kebebasan melakukannya. Kita tidak berhak melarang atau mempersalahkan mereka, sama halnya mereka tidak berhak menganggap kitalah yang keliru atau salah. PENTAKOSTA Pada saat turunnya Roh Kudus adalah Pentakosta keberapa (Kis 2:1)? Bila demikian, kapan Pentakosta yang pertama? Diperingati sebagai peringatan apa? (Hendra) Saudara Hendra, pertanyaan Anda sangat menarik. Memang, pentakosta artinya hari yang kelima puluh. Istilah ini tampaknya berasal dari Imamat 23:16. Namun, Hari Raya Pentakosta
EDISI JUNI/2017
Coconut
yang terjadi di dalam Kisah Para Rasul 2:1 mulanya tentu saja bukan perayaan Kristen, sebab agama Kristen sendiri belum muncul saat itu. Hari itu adalah perayaan Yahudi, yaitu Hari Raya Tujuh Minggu, satu dari tiga perayaan terpenting selain Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun (bdk. Ul. 16:10; Kel. 34:22). Hari Raya Tujuh Minggu ini adalah perayaan syukur atas hasil bumi, yang diadakan tujuh minggu (49-50 hari) setelah panen pertama. Di kemudian hari, gereja mengadopsi perayaan Yahudi ini dan memberinya makna baru yang berpusat pada Kristus dan Roh Kudus. Pentakosta kemudian dipahami oleh gereja sebagai hari kelimapuluh setelah Paskah, yang ditandai oleh turunnya Roh Kudus. Namun tradisi panen itu tetap dipelihara dan bahkan diberi makna baru. Itu sebabnya banyak gereja yang menghiasi ruang ibadah dengan hasil-hasil bumi pada Hari Pentakosta. Teman saya mengajarkan saya untuk selalu mengambil keputusan dengan “bertanya” kepada Roh Kudus. Apapun yang kita doakan/minta, harus ditanyakan dulu kepada Roh Kudus. Apakah hal itu benar? (Carolline) Saudara Carolline, apa yang teman Anda katakan itu memang adalah dalam disiplin spiritual Kristen, namanya menguji Roh (spiritual discernment atau discretio spirituum). Istilah ini diambil dari 1 Yohanes 4:1, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-
Coconut
EDISI JUNI/2017
roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Maksudnya bukan lalu secara harfiah “bertanya” kepada Roh, namun bahwa dengan sangat serius kita selalu mempertanyakan apakah keputusan kita sesuai dengan kehendak umum Allah. Selain itu, makna lainnya adalah bahwa kita harus menyadari bahwa keputusan kita sangat mungkin keliru, karena itu kita tidak boleh memutlakkannya. TRITUNGGAL Allah yang esa kenapa harus ada Allah Tritunggal? Tritunggal adalah Allah Bapa, Allah Putera, Roh Kudus. Bukankah Tritunggal bila kita menyebutkan salah satu berarti menyebut ketiganya? (NN) Keyakinan bahwa Allah itu esa membuat kekristenan sama dengan dua agama dunia lain, yaitu Yudaisme dan Islam. Namun doktrin Tritunggal membuat kekristenan berbeda dari keduanya dalam hal bagaimana memahami ketunggalan Allah tersebut. Doktrin Tritunggal tidak meninggalkan doktrin keesaan namun justru menjelaskan dengan gamblang cara kerja dan cara hadir Allah yang esa tersebut, yang kita kenal sepenuhpenuhnya di dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus. Doktrin Trinitas mengajarkan bahwa Allah bukan sekadar satu hakikat dan satu pribadi, namun tiga pribadi dalam satu hakikat yang tak terpisahkan satu dengan yang lain. Sedemikian eratnya persekutuan Bapa, Anak, dan Roh Kudus hingga
25 25
KONS U LTAS I
kita tak bisa tidak mengatakan bahwa kita percaya pada satu Allah. Sayang khotbah pengajaran pada momen Pentakosta ini berbicara mengenai Roh Kudus dan bukan mengenai Trinitas, sehingga saya tidak bisa menjelaskan lebih jauh mengenai hal ini.
kita lantas gagal menghayati bahwa seluruh kenyataan ini ada sebuah kesatuan yang dirangkul oleh Allah (“the law of one”), sekaligus menjadi indah karena kemajemukan yang ada di dalamnya (“the law of three”).
Bagaimana agar “the law of one” bisa berubah menjadi “the law of two” atau bahkan “the law of three”? Apakah harus ada perubahan persepsi? Mungkinkah seorang non-Kristen memiliki persepsi ‘the law of two/three’? (Herdiana)
Bolehkah saya meminta copy pengajaran bapak pada kotbah minggu 4 Juni 2017 di GKI Cengkir? Pengajaran bapak sangat menarik buat saya. Thank you Pendeta Joas! (Rudy)
“The law of two” adalah cara saya menjelaskan cara memahami kenyataan secara biner dan oposisi. Ada baiknya cara ini, yaitu memampukan kita untuk bersikap kritis. Namun, cara ini berbahaya jika dipakai terus-menerus, sebab
26
LAIN-LAIN
Terima kasih untuk apresiasinya. Sayang sekali saya tidak mencatat secara detil khotbah kemarin. Mungkin dapat ditanyakan kepada Majelis Jemaat apakah ada rekaman khotbahnya. Saya dapat dihubungi di jadiprasetya@gmail.com.
EDISI JUNI/2017
Coconut
CH URCH NEWS
Persekutuan Wilayah Sekarang, ada yang berbeda dengan Persekutuan Wilayah GKI Kelapa Cengkir! Yap, tahun program ini menandai dimulainya kerjasama antara Komisi Dewasa selaku penyelenggara perwil dengan Komisi Pembinaan selaku penyusun konten persekutuan. Pastikan Anda sudah follow Instagram @gkikelapacengkir untuk memantau jadual perwil berikutnya!
Coconut
EDISI JUNI/2017
27 27
S HAR I NG
Uluran Kasih untuk Jawa Tengah Beriringan dengan misi GKI Kelapa Cengkir untuk membantu eksistensi pendidikan Kristen di Jawa Tengah, sudah beberapa tahun belakangan ini Komisi Kesaksian dan Pelayanan mengadakan program bantuan untuk sejumlah sekolah Kristen di wilayah tersebut. Salah satu program yang dilakukan berkelanjutan adalah revitalisasi SDK Wonosobo. Bagaimana kelanjutannya?
Bulan Maret lalu, tim Kespel mengadakan kunjungan ke Wonosobo bersama Edu Guide – selain meninjau perkembangan sekolah SDK 3 Wonosobo dan program pelayanan di Weleri, tim juga bertemu dengan para orangtua dari anak-anak asuh yang selama ini didukung melalui program beasiswa. Untuk yang mungkin belum mengetahui, EduGuide adalah sebuah organisasi non-profit yang bergerak sebagai ‘konsultan’ untuk memandirikan sekolah-sekolah Kristen yang berada dalam krisis. Realitanya, 80% sekolah Kristen di Jawa Tengah memang sedang dalam kondisi kolaps – dan sekolah tersebut adalah sekolah Kristen terakhir yang di wilayahnya. Kembali ke SDK dan SMPK Wonosobo – setelah bantuan berupa renovasi fisik tuntas dan beasiswa murid telah berjalan regular, kini 28
tiba saatnya bantuan KesPel GKI Kelapa Cengkir memasuki tahap baru: peningkatan kualitas dan kapasitas guru-guru di sekolah tersebut. Diharapapkan dengan demikian, program bantuan yang selama ini dijalankan dapat menjadi paripurna, tuntas merevitalisasi sekolah tersebut sehingga dapat terus bergulir menjadi berkat di kotanya. Tujuan program ini sendiri adalah sekolah memiliki program unggulan dan arah sekolah agar bisa bersaing dan menjadi sekolah pilihan. Dukungan fasilitas yang telah dilakukan dalam program pelayanan ini menjadi dorongan untuk kualitas pembelajaran siswa juga. Pada OSN (Olimpiade Sains Nasional) 2017 lalu di Riau, SDK 3 Wonosobo melalui utusannya Roberto, meraih medali perak dalam cabang Matematika tingkat SD.
EDISI JUNI/2017
Coconut
SH ARI NG
Anak Asuh dan Orangtuanya
Aula SMPK Wonosobo yang sudah direnovasi dengan bantuan dari GKI Kelapa Cengkir
Anak Asuh SDK 3 Wonosobo
Perkembangan dari SDK Purworejo Bagaimana dengan SDK Purworejo, yang kita dukung melalui persembahan APP lalu? Setelah rangkaian Masa Raya Paskah usai, utusan panitia dan perwakilan jemaat kembali ke kota mungil tersebut untuk menyerahkan bantuan. Puji Tuhan, kebutuhan 10 unit komputer untuk mendukung kegiatan pendidikan di SDK Purworejo bisa terwujud; ruang kosong itu kini telah bersalin-rupa menjadi sebuah lab komputer yang
Coconut
EDISI JUNI/2017
Pertemuan orang tua, anak asuh dan kespel GKI Kelapa Cengkir
Aula SMPK
Kunjungan ke rumah Anak Asuh
Gedung SDK 3
tentunya juga akan meningkatkan daya saing sekolah tersebut. Penyerahan bantuan disaksikan oleh bendahara yayasan dan kepala sekolah. “Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan ini, yang telah mendorong kembali spirit kami untuk bangkit dan meluncurkan kembali programprogram kreatif untuk pengembangan sekolah ini,” ujar Pdt. Henny Yulianti dari GKI Purworejo. “Syukur kepada Tuhan, untuk kelulusan tahun ini SD Penabur Wacana Purworejo mendapat peringkat ke-2 tingkat Kecamatan dan peringkat 8 tingkat Kabupaten.” 29 29
C HU BI B LE QU I ZR C H N E W S
30
EDISI JUNI/2017
Coconut
CH URCH NEWS B I B L E QUI Z
MENDATAR:
21. Negara juara Piala Konfederasi 2017; 25. Saudari Musa dan Harun 28. Kitab yang memuat mengenai “Pendengar atau pelaku Firman” 30. Nama salah satu anak Musa 32. Lawan kata ‘Keras’ (Dibalik) 33. Jauh (Bhs. Inggris) 36. Diselamatkan hanya karena iman, Sola … 37. “Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun … (Matius 11:30) 38. Jenis buah yang ada di es teler 40. Ibukota Latvia 42. Istilah kuliner, merebus Spaghetti tidak terlalu lembek, sehingga masih terasa renyah saat dikunyah, … dente; 43. Nama kota dan juga danau di Papua
MENURUN:
dan kecoklatan yang juga nama jenis batu permata 24. Penyanyi Bani Lewi yang juga menulis beberapa bab Mazmur 26. Fenomena cuaca, air turun ke bumi yang berasal dari uap air di awan (Bhs. Inggris) 27. Tokoh pemilik bar dalam serial animasi The Simpsons 29. Kota di Spanyol yang merupakan pusat komunitas etnis Basque 31. Salah satu dari tiga sahabat yang berbincang dengan Ayub 34. Anak sulung Daud 35. Anak kedua Ismael, setelah Nebayot 39. Ada dalam DNA, sebagai pewaris sifat pada keturunan 41. Apabila (Bhs. Inggris)
1. Yang mendirikan Mezbah “TUHAN itu Keselamatan” di kota Ofra 4. Karena pendek, ia memanjat pohon untuk melihat Yesus 9. Bangsa Israel pernah berdosa karena menyembah patung … emas 11. Paulus pernah menyuratinya mengenai panggilan ikut tenderita sebagai prajurit Kristus 14. Pohon yang menjadi kering karena tidak berbuah setelah perkataan Yesus 15. Tinta (Bhs. Inggris) 16. Tim sepakbola yang terkenal karena lagu “You’ll Never Walk Alone” 18. Injil yang menyebutkan Yesus adalah Gembala yang baik 1. Kota perbatasan Yerikho dimana Tuhan menghapuskan cela Mesir dengan perintah sunat kedua kali kepada Yosua 2. Redup (Bhs. Inggris) 3. Satu (Bhs. Spanyol, dibalik) 5. Terkenal dengan konserto biola “Empat Musim”, … Vivaldi 6. Hewan laut berukuran besar 7. Bersama Paulus, berdoa dan menyanyikan pujian hingga terbebas dari penjara 8. Pernah memukul mati seribu orang Filistin dengan tulang rahang keledai 10. Keledai yang ditungganginya berhenti karena dihadang Malaikat Tuhan 12. Pembersih yang digunakan untuk mandi 13. Biasanya berupa cacing untuk memancing ikan 17. Air yang beku (Bhs. Inggris) 19. Hari ini (Bhs. Spanyol) 20 Disebut juga Kota Daud. 21. Ibukota Indonesia berasal dari nama pangeran ini 22. Nomor identitas nasabah Bank 23. Perpaduan warna kuning keemasan
Coconut
EDISI JUNI/2017
© Yodi Iwan
31 31
C HU R C H NE WS
Kebersamaan Staf Gereja Tepat pada HUT Jakarta 22 Juni lalu, untuk pertama kalinya digelar kebersamaan karyawan GKI Kelapa Cengkir. Acara siang itu dibuka dengan makan bersama di McDonald’s Ancol, dan setelah sesi doa & sharing, rombongan mungil ini bergeser ke Dunia Fantasi!
Persidangan XVIII Majelis Klasis Jakarta 1
Pada 14-15 Juli di Hotel Santika Kelapa Gading, GKI Kelapa Cengkir menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Sidang Klasis Jakarta 1. Selama dua hari penuh peserta bersidang, puji Tuhan semua agenda boleh berjalan dengan baik dan lancar.
Together We Can
Ini dia libur Lebaran ala Komisi Remaja! Pada 24-25 Juni lalu, sebuah bis berisi anak-anak remaja GKI Kelapa Cengkir meluncur ke D’Jungle Camping Ground, Ciburial, Puncak. Acara yang difasilitasi oleh Binawarga ini menjadi momen yang penuh kesan untuk semua pesertanya. Acara berlangsung sehari semalam
32
EDISI JUNI/2017
Coconut