Panitia Paska GKI Kelapa Cengkir
KABAR PASKAH Apa itu Rabu Abu? Setiap tahun kita merayakannya– sudahkah jemaat sekalian memahami makna di baliknya? Rabu Abu adalah hari pertama pembuka masa Prapaskah, yang dimengerti sebagai masa pertobatan, perkabungan, introspeksi diri, pendekatan diri kepada Tuhan dan berpuasa. Ibadah Rabu Abu memiliki beberapa tujuan, antara lain:
  
Menyadari betapa besarnya dosa kita, sehingga konsekuensinya adalah kematian. Mengingat bahwa manusia berasal dari debu dan akan kembali kepada debu. Mengajak umat untuk bertobat, sebab hanya melalui pertobatanlah kematian berhenti menguasai kita
Makna Abu Debu ditaburkan pada dahi untuk menyadarkan umat, betapa fananya hidup ini. Menurut tradisi Israel, abu melambangkan kefanaan manusia, manusia berasal dari debu dan kembali kepada debu (Kejadian 3 : 19, 18:27). Abu yang kita gunakan diambil dari daun palem yang dikeringkan sejak Minggu Palma setahun lalu, yang kemudian dikumpulkan sama-sama sejak dua minggu sebelum Rabu Abu. Palem yang mengering di rumah kita setahun ini melambangkan pertobatan sebagai ritus pribadi. Ya, abu juga melambangkan pertobatan. Karena ketika umat Israel bertobat dari dosa-dosanya, mereka menaburkan abu di kepala mereka sebagai tanda penyesalan.
MENGENAL IBADAH TAIZE Doa dengan Nyanyian dari Taizé Salah satu bentuk ibadah harian yang digunakan di Indonesia adalah ibadah meditatif. Saat ini doa dengan nyanyian dari Taizé merupakan salah satu ibadah meditatif yang mulai dikenal dan digunakan banyak gereja. Doa dengan nyanyian dari Taizé pertama kali diperkenalkan oleh suatu komunitas ekumenis bernama komunitas Taizé. Komunitas ini terdapat di desa kecil bernama Taizé, Perancis yang didirikan oleh seorang bruder bernama Brother Roger pada tahun 1940. Banyak orang, khususnya orang muda dari berbagai negara dan denominasi gereja datang untuk melakukan peziarahan iman di desa Taizé ini. Komunitas Taizé menekankan tiga tema teologis yaitu perdamaian, kebebasan, dan kepercayaan dalam Kristus yang diwujudkan salah satunya melalui ibadah. Komunitas Taizé melahirkan ibadah harian yang bersifat meditatif, yang di dalamnya menekankan kesederhanaan melalui doa dan nyanyian. Ibadah harian di Taizé menggunakan doa dan nyanyian dengan berbagai macam bahasa. Hal ini hendak menekankan ekumenisme ibadah tersebut. Dalam rangkaian ibadah, akan selalu ada doa yang dinyanyikan, dibacakan, dan didaraskan. Kesederhanaan ibadah harian di Taizé terlihat dari nyanyian-nyanyiannya, yaitu hanya menggunakan kalimat singkat yang sederhana dan mudah dimengerti, serta dinyanyikan secara berulang-ulang. Pada umumnya syair nyanyian diadaptasi dari ayat-ayat Mazmur dan teks-teks Alkitab lainnya yang diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa.
Syair nyanyian Taizé sederhana, namun indah dan menyentuh hati umat. Nyanyian Taizé biasanya diiringi oleh iringan musik yang sederhana namun dapat menciptakan harmonisasi yang mendukung suasana ibadah meditatif. Beberapa alat musik yang umumnya digunakan adalah keyboard/organ, gitar, biola, saksofon, flute, dsb. Ciri khas lainnya dalam doa dengan nyanyian dari Taizé adalah hening yang dilakukan setelah umat mendengarkan pembacaan Firman dan meresponnya dengan nyanyian. Sebelum umat masuk ke dalam saat hening, suatu nyanyian dinyanyikan sebagai pengantar. Umumnya hening dilakukan selama kurang lebih 10-15 menit. Hening merupakan waktu untuk setiap orang dapat merasakan kehadiran Allah, menjadi wadah seseorang untuk dapat berdoa, merasakan kasih Allah dalam kesyahduan, menenangkan hati dan pikiran, waktu untuk seseorang dapat mencurahkan perasaan serta pergumulannya kepada Allah dalam keheningan. Keheninganpun didukung oleh ruang ibadah yang dirancang dengan sederhana yang menciptakan suasana meditatif. Beberapa simbol dan ikon digunakan untuk mendukung terciptanya suasana yang sederhana, syahdu, dan tenang. Salah satu ciri khas tata ruang ibadah di Taizé adalah menggunakan kain kuning, merah dan orange, lilin dan cahaya secukupnya atau minimalis untuk mendukung ibadah. —Dina Elisye Siahaan (disarikan dr materi yg dipersiapkan penulis utk Simposium Nasional Pelayan Ibadah di STT Jakarta, Agt 2014)
Makna Pemadaman Lilin Dalam Ibadah Minggu Prapaskah I – VI kita akan mengadakan pemadaman lilin. Pemadaman lilin-lilin Prapaskah melambangkan perjalanan ke arah kegelapan, makin mendekatnya saat “kematian di salib”. Enam Minggu menjelang Paskah, kita akan menyalakan 6 lilin. Lima Minggu menjelang Paskah kita akan mematikan 1 lilin sehingga hanya 5 lilin yang menyala. Empat Minggu menjelang Paskah kita akan mematikan 1 lilin lagi sehingga hanya 4 lilin yang menyala, demikian seterusnya sehingga pada Minggu Palma tinggal 1 lilin saja yang menyala. Di akhir ibadah Kamis Putih, 1 lilin yang menyala akan disembunyikan sebagai simbol ketidakhadiran Kristus. Pada Jumat Agung tak ada lilin yang menyala. Kegelapan ini akhirnya dikalahkan oleh karena Sang Terang itu sendiri sudah bangkit, dilambangkan dengan satu lilin Paskah (melambangkan Kristus). Semoga seluruh anggota jemaat secara pribadi maupun bersama-sama mengingat dan menghayati kembali perjalanan penebusan Kristus, sang Terang yang telah menjelma menjadi daging itu.
Siklus Paskah
Siklus Paskah berlangsung selama 90 hari. Masa ini dibagi menjadi tiga periode: Periode Persiapan (40 hari), Puncak Perayaan (Hari Paska) dan Masa Sukacita (50 hari) yang berakhir pada hari Pentakosta. Periode Persiapan (yang biasa disebut Masa Prapaska), dimulai dari Rabu Abu, berlangsung selama enam minggu Prapaska dan berakhir di Sabtu Sunyi. Di GKI, ibadah Sabtu sunyi digabung dengan ibadah Paskah Subuh, di mana umat berkumpul di gereja sebelum matahari terbit.
40 hari = 6 Minggu Prapaskah? Perlu diingat bahwa perhitungan 40 hari ini tidak termasuk hari Minggu, sebab umat Tuhan tidak pernah berpuasa pada hari Minggu. Tiap hari Minggu adalah peringatan hari kebangkitan Tuhan. Dengan demikian, masa Pra Paskah jumlahnya adalah 6 minggu (6 x 6 = 36 hari) ditambah empat hari. Itu sebabnya hari pertama masa Pra Paskah jatuh pada hari Rabu. Inilah yang diperingati sebagai Rabu Abu (Ash Wednesday).
Mengapa 40 Hari? Paskah Kristiani berasal dari dari Paskah Yahudi. Di jaman Perjanjian Lama, Paskah merupakan peringatan keluarnya bangsa Israel dari Mesir setelah mereka mengorbankan seekor anak domba dan darahnya diusap di pintu rumah. Dalam tradisi Israel, Masa Paskah diawali 40 hari masa persiapan yang dimulai dengan Hari Penebusan (Yom Kippur). Empat puluh hari melambangkan 40 tahun perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Perayaan Paskah Kristiani mengikuti pola Paskah Yahudi, sebab kita pun mengenal anak domba Paskah yang dikorbankan dalam diri Yesus Kristus. Bagi kita, makna 40 hari ini dihubungkan dengan masa persiapan Yesus menjelang pelayananNya, dengan berpuasa 40 hari lamanya di padang gurun. (Matius 4:2). Angka 40 juga diambil dari beberapa kisah Alkitab, yakni perlambang masa pengujian dan persiapan. 40 hari lamanya Musa berada di Gunung Sinai (Keluaran 34: 28), 40 hari penduduk Niniwe berpuasa menyesali dosa (Yunus 3: 1 – 10).
Mengapa Umat Kristen Berpuasa/Berpantang? Tradisi puasa dalam kehidupan gereja Tuhan sesungguhnya telah terentang sejak gereja tampil di atas muka bumi. Bahkan secara teologis, gereja Tuhan telah mewarisi tradisi puasa dari umat Israel sebagaimana disaksikan oleh Alkitab Perjanjian Lama.
Membantu menjalani masa pertobatan dan pemeriksaan diri sebelum Paskah
Lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan berlatih pengendalian diri
Ungkapan kepedulian sosial kita Mempertajam spiritualitas dan iman
Tips Berpuasa/Berpantang
Jalani bersamaan dengan kehidupan doa yang intens
Di awal puasa, rumuskan apa tujuan kita puasa dan tentukan target keberhasilan puasa. Tanpa motivasi yang jelas, kita tidak akan mendapatkan apaapa selain rasa lemas dan lapar. Bayangkan kita seperti sedang berlatih bina raga (body building) dimana kita dapat menetapkan berapa target beban yang mampu kita angkat pada awal-awal masa latihan dan kemudian menambah beban latihan kita sesuai dengan perkembangan kemampuan kita.
Beberapa pilihan pantang:
Berpantang makan daging/ produk susu/makanan favorit Berpantang merokok.
Berpantang terhadap hal-hal yang menyebabkan kehilangan kontrol diri (bermain komputer game, mabuk).
Berlatih / berjanji mengendalikan emosi yang tak terkontrol, seperti marah.
Berlatih / berjanji membuat keputusan yang benar, misalnya menolak tawaran KKN.
Berlatih / berjanji berlaku lebih ramah (berterima kasih, mengucapkan: tolong, dll.), sopan dan hormat kepada orang-orang sekitar.
Beberapa pilihan puasa :
Puasa dilakukan penuh selama sehari, namun masih diperbolehkan minum (air putih)
Puasa penuh selama sehari (mulai matahari terbit sampai matahari terbenam, mulai +/- pk. 06:00 s.d. +/- pk. 18:00). Beberapa orang saudara yang mempraktekkan puasa model ini biasanya menetapkan makan terakhir pada pk. 22:00 (sebelum tidur), setiap hari tanpa putus selama 40 hari.
Puasa pada hari-hari tertentu selama sehari (mulai matahari terbit sampai matahari terbenam, mulai +/- pk 06:00 s.d. +/- pk. 18:00), misalnya pada hari Sabtu (seminggu sekali) atau 2 hari seminggu atau 3 hari seminggu atau hari-hari tertentu sesuai preferensi masing-masing.
REMINDER Panitia Paskah menyediakan kantong Aksi Puasa Paskah. Melalui kantong ini kita akan melatih kepekaan diri dengan menyisihkan sebagian uang yang biasanya kita belanjakan untuk makan, minum, hobi, dll.
Kantong akan dipersembahkan pada Ibadah Paskah dan disalurkan untuk memfasilitasi SDK/SMPK milik GKI Wonosobo, sebuah lembaga pendidikan yang pernah menjadi sekolah unggulan, dan kini membutuhkan kepedulian kita agar dapat terus memberi terang pendidikan pada anak-anak Tuhan.