Panitia Paskah GKI Kelapa Cengkir
KABAR PASKAH Daun Palma... Kenapa Harus Dibawa Pulang? Minggu Palma adalah Minggu terakhir sebelum Paskah– sebuah momen titik awal kita menghayati sengsara Kristus. Dalam ibadah Minggu Palma, kita diperhadapkan pada dua elemen yang kontras: sukacita menyambut Kristus yang memasuki Yerusalem sebagai raja, sekaligus pemahaman akan pengorbanan-Nya yang makin menjelang. Saat Tuhan Yesus memasuki Yerusalem, Dia disambut dengan lambaian daun palma karena itulah minggu itu disebut dengan Minggu Palma. Daun palma menjadi simbol utama yang kita lambailambaikan dalam prosesi. Daun yang digunakan dalam prosesi biasanya dibawa pulang oleh jemaat dan disembatkan di salib di rumah. Tahun depan, daun akan dibawa lagi ke gereja, untuk dikumpulkan akan dibakar menjadi abu dan digunakan dalam ibadah Rabu Abu . Daun Palem ini bisa kita gantungkan di dinding ataupun diletakkan di suatu tempat yang mudah kita lihat, ini akan mengingatkan kita sepanjang tahun bahwa kita adalah bagian dari suatu komunitas yang telah mengalami kasih Allah. Setiap kali kita melihatnya, akan mengingatkan kembali bahwa sebagai umat yang telah diselamatkan kita harus terus memperbaharui diri lewat pertobatan dan terus berpengharapan hanya kepada Tuhan saja. Tapi ingat, daun palma tidak boleh disimpan sebagai jimat, atau untuk alasan terapeutik ataupun yang bersifat magis untuk mengusir roh-roh jahat, atau hal-hal lain yang merujuk pada takhayul.
Happy Easter or Happy Passover ? Paskah merupakan puncak karya Kristus demi menyelamatkan umat yang dikasihiNya. Maka sudah selayaknya apabila sukacita itu juga diungkapkan dengan ucapan selamat. Dalam bahasa Inggris, ucapan ‘Selamat Paskah’ sering diterjemahkan dengan ‘Happy Easter.’ Namun beberapa studi dan tulisan belakangan ini menganjurkan kita—dan mengingatkan kembali—untuk lebih menggunakan ‘Happy Passover’ ketika hendak menyampaikan ucapan dalam bahasa Inggris. Mengapa demikian?
hari Paskah oleh umat Israel yang tradisinya masih terus dipegang sampai zaman Yesus hidup. Lukas 2 : 41 menyampaikan bahwa tiaptiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah (passover, paskha).
Menjelang akhir masa hidup dan pelayananNya di dunia, Yesus pun tetap memegang tradisi ini. Matius 26 : 17 mencatat: Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepadaNya dan berkata: “ Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagiMu?” Kata Paskah di ayat ini dalam bahasa Ibrani dutulis sebagai Paskah Dalam Alkitab paskha dan dalam bahasa Inggris Keluaran 12 : 27 tertulis: ... maka (KJV) ditulis sebagai passover. haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang Easter melewati rumah-rumah orang Israel Lalu mengapa sampai ada kata di Mesir, ketika Ia menulahi orang easter? Kata easter tercatat dalam Mesir, tetapi menyelamatkan rumah Alkitab bahasa Inggris KJV dalam -rumah kita.” Lalu berlututlah Kisah Para Rasul 12 : 4 saat Petrus bangsa itu dan sujud menyembah. ditangkap oleh Raja Herodes Dalam bahasa Ibrani, kata Paskah sebagai berikut: And when he had dan melewati dalam ayat tersebut apprehended him, he put him in adalah Pesakh dan Pasakh, atau prison, and delivered him to four dalam bahasa Inggris (King James quaternions of soldiers to keep Version / KJV) ditulis sebagai him; intending after Easter to bring passover dan passed. him forth to the people. Namun demikian dalam bahasa aslinya Peristiwa itulah kemudian dianggap Yunani, kata Paskah tersebut tetap sebagai awal mula dirayakannya ditulis sebagai paskha.
Sampai saat ini belum terdapat penjelasan yang mendasar mengapa kata Paskah dalam ayat tersebut versi bahasa Inggris (KJV) ditulis sebagai Easter. Terdapat dugaan bahwa kata easter dipilih sebagai gaya bahasa dalam terkait dengan subjek kalimatnya yaitu Raja Herodes yang diduga terkait dengan paganisme, yaitu semacam religi kontemporer, di mana dalam konteks paganisme tersebut, kata easter dikaitkan karena kemiripan bunyi dengan Dewi Isthar, dewi kesuburan yang dikisahkan turun dari bulan dalam telur bulan raksasa. Dan anak yang dilahirkannya, Tammuz dikenal menyukai kelinci, sehingga binatang ini sering dikaitkan dengan kesuburan dan perayaan Paskah, sedemikian juga dengan simbol telur. Beberapa studi kemudian menyampaikan bahwa antara kata Easter dan Isthar hanya merupakan kemiripan bunyi semata. Easter dikatakan berasal dari akar kata Eostur, musim kebangkitan atau musim semi. Atau bisa juga mengacu pada kata Ost (bahasa Jerman) atau East (bahasa Inggris) yang berarti timur, tempat sang matahari terbit bangkit dari kegelapan malam. Iman Terhadap Kristus Yang Bangkit Kemudian bagaimana sebaiknya kita menanggapi hal tersebut? Sebagai umat beriman, kita tidak perlu mendebatkan perihal asal usul kata terlalu mendalam. Kita seharusnya hanya lebih fokus pada iman bahwa
Kristus telah bangkit mengalahkan maut bagi kita. Itulah Paskah bagi kita. Kita memahami Paskah tidak lagi semata memperingati peristiwa Tuhan melewati (menyelamatkan) umatNya ketika menulahi orang Mesir pada perbudakan, namun lebih kepada momen Kristus bangkit dari maut. Dengan pemahaman seperti itu, maka seharusnya kita tidak perlu dipusingkan dengan ucapan selamat apa yang pantas, selama pemberi dan penerima ucapan selamat Paskah paham betul bahwa sukacita itu karena Kristus telah bangkit. Memang sebaiknya kita menggunakan ucapan yang membuat orang lain memahami makna yang sesungguhnya. Jadi apa ucapan selamat yang sebaiknya kita sampaikan? Happy Easter or Happy Passover? Apapun itu yang penting pesannya tersampaikan dengan baik dan benar. Kristus bangkit! Kristus telah bangkit! Amin.
Oleh: Simon Priambudi Dharmawan Referensi: http://www.sarapanpagi.org dan berbagai sumber lainnya.
Mengenal Triduum Trihari Suci = Triduum = Tiga Hari Suci Paskah. Sudahkah kita memahaminya? ”Istilah Triduum (Latin: tiga hari) menunjukkan bahwa pada prinsipnya ibadah yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut itu (mulai dari Kamis Putih sampai Paskah Subuh) merupakan satu kesatuan. Satu ibadah, bukan tiga ibadah yang terpisah-pisah. Jadi Trihari Paskah adalah ibadah 3 hari terpadu di mana gereja merayakan penyaliban, pemakaman dan kebangkitan Tuhan Yesus. ”
Kamis Putih Umat berkumpul pada Kamis malam untuk mengenang peristiwa Perjamuan malam terakhir. Ada yang menandainya dengan mengadakan ritual pembasuhan kaki. Ada beberapa peristiwa yang terikat menyatu pada hari terakhir sebelum Yesus ditangkap yang diperingati dengan berbagai cara dalam pelayanan ibadah. Termasuk perjamuan malam terakhir, yang kemungkinan adalah makan Paskah Yahudi, perintah untuk perjamuan bersama, pembasuhan kaki para murid, peristiwa pengkhianatan Yudas, dan Yesus yang berdoa di taman Getsemani sementara para murid tertidur. Pada Kamis Putih kali ini kita memperingatinya dengan pembasuhan kaki sebagai penyampaian pesan bahwa Kristus adalah Raja, utusan Allah, berkuasa, mulia, namun bukan dalam cara yang dibayangkan oleh manusia yang sering mengasosiasikannya dengan gemerlap keagungan duniawi. Juga kita akan mengenangkan betapa hebat pergumulan Yesus pada waktu berdoa di taman Getsemane. Dan di akhir ibadah diadakan ritual pembersihan altar dari simbol-simbol liturgis, sehingga pada hari Jumat Agung umat beribadah dalam kekosongan simbol sebagai tanda Kristus yang mati disalib terpisah dari umat.
Jumat Agung Ibadah Jumat Agung dirayakan agar umat menyadari betapa besar arti kematian Kristus bagi mereka. Pada hari ini Gereja memperingati hanya satu peristiwa saja, yakni sengsara dan wafatnya Kristus. Gereja biasa merayakannya dengan membacakan kisah sengsara Kristus. Atau dengan merenungkan 7 perkataan terakhir Yesus. Ada beberapa macam pelayanan ibadah pada hari Jumat Agung, semuanya bertujuan agar para peserta ibadah menghayati perasaan ‘sakit’ (pedih), penghinaan dan akhir perjalanan di kayu salib. Umumnya, ibadah Jumat Agung adalah serangkaian bacaan, renungan singkat, waktu untuk meditasi dan doa. Karena ibadah hari ini adalah memperingati kematian Yesus, dan bahwa Perjamuan Kudus adalah suatu perayaan, maka Perjamuan Kudus tidak dilaksanakan pada hari Jumat Agung. Umumnya dalam ibadah pada hari ini, gambar, ornamen dan salib ditutup dengan kain hitam, taplak altar diganti dengan warna hitam, lilin altar juga dimatikan. Peserta ibadah meninggalkan ruangan ibadah dalam suasana gelap dan hening.
Sabtu Sunyi Setelah kebaktian Jumat Agung berakhir, umat tetap menjaga keheningan dengan ibadah. Secara tradisi hari ini adalah hari meditasi hening di mana para Kristen berkontemplasi akan kegelapan dunia tanpa masa depan dan tanpa harapan terpisah dari Allah dan anugerahNya. Trihari Paskah berakhir pada Sabtu malam, saat dirayakan kebaktian Malam Paskah (atau bagi gereja-gereja yang tidak merayakan Malam Paskah, melangsungkan ibadah yang sama pada Paskah Subuh), di mana umat berkumpul di gereja untuk berjaga-jaga dan menunggu saat-saat kebangkitan Kristus.
Malam itu, sampai saat Kebangkitan Kristus, umat merenungkan pelbagai bacaan diselingi doa, kotbah dan renungan pribadi. Tema pokok renungan adalah seluruh karya penyelamatan Allah, yang memuncak dan digenapi dengan kebangkitan Kristus. Ibadah Malam Paskah biasanya dilaksanakan menjelang tengah malam dan hal ini berlangsung hingga saatnya menyambut sukacita Paskah pada subuh saat kebangkitan Kristus.
Paskah Subuh  Ibarat berlalunya malam, datanglah matahari di fajar kebangkitan (Paskah), yang menandakan bahwa hidup dalam kegelapan telah berlalu, sekarang umat hidup dalam Terang Kristus yang bangkit*. Ibadah Paskah diawali dengan liturgi cahaya, dimana ‘lilin Kristus’’ akan dinyalakan dan apinya dibagikan kepada jemaat. Ini adalah tanda bahwa Sang Terang itu sudah menang sehingga jemaat dapat turut hidup dalam kemenangan. Paskah Subuh menjadi puncak peringatan kebangkitan Kristus. Dengan bangkitNya Kristus, bangkit pula orang-orang baru yang bersedia menjadi murid Kristus. *Momen ini sering diambil untuk melayankan Baptis Dewasa / Sidi. Mereka sudah mati bersama Kristus, sekarang mereka bangkit bersama Kristus. Setelah dibaptis, anggota jemaat baru langsung diajak untuk mengikuti Perjamuan Kudus bersama dengan seluruh jemaat.
Aksi Puasa Paskah Panitia Paskah menyediakan kantong Aksi Puasa Paskah. Melalui kantong ini kita akan melatih kepekaan diri dengan menyisihkan sebagian uang yang biasanya kita belanjakan untuk makan, minum, hobi, dll. Kantong akan dipersembahkan pada Ibadah Paskah dan disalurkan untuk memfasilitasi SDK/SMPK milik GKI Wonosobo, sebuah lembaga pendidikan yang pernah menjadi sekolah unggulan, dan kini membutuhkan kepedulian kita agar dapat terus memberi terang pendidikan pada anak-anak Tuhan.
MAKNA PEMBASUHAN KAKI OLEH YESUS BAGI KEHIDUPAN KITA
penyucian dari dosa, memang diharapkan dapat dilakukan secara terus menerus di dalam sebuah komunitas.
Komunitas GKI Kelapa Cengkir seharusnya juga perlu mengetahui makna pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus dan menjadikan ini sebagai tradisi dalam kehidupan kitaberjemaat. Karena pada jaman sekarang menjadikan gereja sebagai tempat bertumbuh dan menjalin kekeluargaan dengan orang lain bukanlah hal yang mudah. Dengan melakukan Tradisi pembasuhan dalam sebuah gereja secara terus menerus, saya rasa akan tercipta hubungan yang harmonis di dalam struktur maupun gereja secara John Christoper Thomas dalam bukunya yang berjudul keseluruhan. “Footwashing Within the context of the Lord’s Supper”berusaha menjelaskan dan memaknai lebih dalam tentang pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus saat John Christoper Thomas dalam bukunya yang berjudul malam perjamuan terakhir sebelum Yesus dihukum mati. “Footwashing Within the context of the Lord’s Supper”membagi penjelasanya dengan tiga pertanyaan: Saya teringat betul sewaktu saya masuk Asrama Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Jogjakarta pada awal tahun. Kakak tingkat saya angkatan 2004 mengadakan pembasuhan kaki diakhir masa orientasi mahasiswa angkatan baru. Pembasuhan bukan dilakukan dalam masa paskah. Pembasuhan ini memang tradisi yang ada di asrama UKDW sejak asrama tersebut ada. Namun bukan berarti tidak memiliki makna. Kakak tingkat kami menjelaskan bahwa pembasuhan ini berarti angkatan baru dan angkatan lama yang ada di asrama tersebut duduk sejajar dalam satu atap asrama. Selisih angkatan bukanlah penghalang, dan diharapkan kita dapat saling melayani di dalamnya. Berangkat dari pengalaman masa lalu ini, saya melihat bahwa tradisi pembasuhan kaki tidak terbatas pada masa raya Paskah saja. Begitu juga dengan pemaknaan , apakah pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus pada masa itu, dapat dimaknai secara baru pada jaman sekarang? Pembasuhan kaki memang bukan budaya orang Indonesia pada umumnya, apalagi pada jaman sekarang. Namun Thomas menurut saya berhasil mengangkat tradisi pembasuhan kaki sebagai tradisi yang universal, dimana semua orang di belahan dunia manapun juga dapat melakukan tradisi ini. Karena Yesus yang memerintahkan dan sekaligus memberikan contoh pembasuhan kaki ini untuk dilakukan oleh semua orang.. Dari Tulisan Thomas saya semakin menyadari bahwa Yesus merupakan seniman liturgi terbaik yang pernah dimiliki oleh dunia ini. Karena Yesus dapat menerapkan tradisi pembasuhan kaki yang biasanya untuk penyambutan tamu ke dalam perjamuan terakhir. Thomas dalam bukunya berusaha menyadarkan bahwa pembasuhan kaki merupakan unsur yang penting dalam rangkaian detikdetik penyaliban Yesus di kayu salib. Karena pembasuhan yang dilakukan Yesus sebagai contoh yang sangat jelas bagaimana nantinya para murid dapat melayani orang lain dengan kerendahan hati setelah ditinggal oleh sang Guru. Selain itu makna pembasuhan sebagai simbol
Teologi seperti apakah yang dapat dijelaskan dalam ritual pembasuhan kaki?
Dasarnya ada di Yohanes 13:14-17
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Bagi Injil Yohanes pembasuhan kaki lebih mengarah kepada perintah untuk saling melayani. Bahkan Yesus memerintahkannya dengan melakuakan sendiri pembasuhan kaki terhadap para muridnya. Ada alasan yang membuat para pembaca dapat melihat “contoh”(hupodeigma)ini sebagai unsur pendukung di dalam perintah pembasuhan kaki. hupodeigma dimaknai lebih oleh penulis, tidak sekedar contoh tapi merupakan contoh yang sangat spesifik, yang jelas!
Selain itu tentang status guru dan murid atau antara Tuhan dan pengikutnya ini menjadi unsur yang penting juga. Karena apa yang dilakukan oleh seorang Guru akan dicontoh juga oleh seorang murid. Yesus tidak ingin hanya sekedar teori saja yang diketahui oleh murid-muridnya. Tapi juga tidakan nyatanya. Dengan demikian pembasuhan kaki ini diharapkan dapat berjalan terus menerus.
para murid sebagai bentuk hubungan yang berkelanjutan dengan Yesus dan mengambil bagian dalam misinya di dunia ini. Hal ini menjadi sama dengan fungsi dari bapt san , dimana diri kita dibersihkan dari dosa.
Apakah hubungan pembasuhan kaki Pembasuhan kaki merupakan simbol merendahkan diri. Saat kita melakukan pembasuhan kaki ini, maka yang dengan jamuan makan malam terjadi adalah tidak ada perbedaan status lagi. Tuhan? Apakah makna dari pembasuhan kaki?
Pembasuhan kaki merupakan keinginan Yesus. Pertama
Saat jamuan makan malam adalah saat dimana orang berkumpul, sebuah komunitas berkumpul. Dan makna yang terdalam dalam pembasuhan kaki adalah, dimana Yesus yang duduk bersama adalah setara dengan para murid yang ikut makan dalam satu meja
Maria membasuh kaki Yesus dengan minyak narwastu
Dengan begitu semakin jelaslah makna pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus bagi kehidupan kita. Menjadikan Pembasuhan kaki sebagai sebuah tradisi dalam kehidupan bergereja saya rasa perlu dilakukan. Tidak perlu bahwa Yesus mempersiapkan murid-muridnya menunggu moment paskah setahun sekali. Tetapi dapat dilakukan di berbagai kesempatan. Pembasuhan kaki menghadapi kepergiannya. Ketiga dalam Yohanes 13:1 menjadi jembatan yang penting dalam kehidupan berjedikatakan bahw a masa Tuhan telah tiba. maat. Karena di dalam tubuh Kristus tidak ada hirarki, yang ada adalah kesetaraan. Tugas dan tanggung jawab kita satu dengan yang lain sama pentingnya.tidak ada yang Sesuatu yang tidak lazim di pembasuhan kaki� pembashan lebih dan tidak ada yang kurang. Kiranya kita dapat semakin memaknai masa Raya Paskah pada tahun ini. justru dilakukan Yesus di tengah-tengah acara makan Tuhan memberkati. malam, bukan pada penyambutan tamu.Tradisi sebagai bentuk persiapan untuk pengkuburannya. Kedu tempat pembasuhan dan acara perpisahan menandakan
masyarakat pada jaman itu, pembasuhan kaki adalah bagian dari penyambutan tamu atau anggota keluarga yang datang memasuki rumah. Pembasuhan dilakukan karena perjalanan sebelum memasuki rumah dipenuhi dengan debu dan pasir. Maka pembasuhan kaki adalah bagian dari pelayanan tuan rumah terhadap tamunya. Pembasuhan kaki, berarti menjadi bagian dari orang yang membasuhnya. Dalam konteks makan malam dengan para murid, Yesus melakukan pembasuhan dalam rangka membagikan perasaannya yang akan disalib. Dengan melakukan pembasuhan, Yesus menunjukan bagaimana dirinya merendahkan diri di hadapan para murid,sekaligus menunjukan kerendahan dirinya di kayu salib. Jadi makna pembasuhan sendiri bagi Yesus merupakan hal yang s a n g a t p e n t i n g . Pembasuhan sebagai simbol pembersihan (Penyucian). Pembasuhan sebagai tanda persiapan kepergian Yesus. Maka pembasuhan menandakan penyucian spiritualitas
Oleh: Winner Pananjaya
IBadah PASKAH Itu 2x! Di hari Minggu Paskah. 5 April 2015, ada tiga kali ibadah di GKI Kelapa Cengkir: “Kristus yang Bangkit Tidak Membedakan Orang” Pdt Simon Filantropha—GKI Ngagel
Paskah Subuh (pk 05.00) Baptis, Sidi, Perjamuan Kudus
Paskah Siang (pk 09.00) Perjamuan Kudus “Kuasa Kebangkitan Kristus, Kuasa yang Mengubahkan” Pdt Simon Filantropha—GKI Ngagel
Paskah Sore (pk 18.00) Perjamuan Kudus
Kenapa tema Paskah pagi dan sore berbeda? Pada momen Paskah Subuh kita akan napak tilas suasana pagi di kubur Kristus melalui drama (lanjutan drama Jumat Agung). Pada Paskah Sore kita akan menghayati kisah Dua Murid di Emaus melalui drama juga. Keduanya memiliki liturgi dan pesan yang berbeda, sehingga kami merekomendasikan jemaat untuk hadir pagi dan sore. Sampai bertemu! :)