Indonesia Match Magazine

Page 1

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH


Dari Redaksi

Indri Ariefiandi - Maman Gantra - Surya Paloh - Jeffrie Geovanie - Noorca M. Massardi

Perubahan Dengan IM edisi no 14 ini, kami telah menemui Anda selama lebih dari setahun. Bisa jadi belum terlalu banyak. Dan, kami pun baru melakukan sedikit perubahan, baik ke dalam maupun ke luar. Toh, apa pun, harus diakui, situasi dan kondisi kerap berubah. Sementara, pengalaman dan bacaan pun sering tak mampu memberi jawaban atas perubahan itu. Karena itulah, kami tak boleh berhenti mencari untuk menemukan sesuatu yang lebih baik dari kondisi hari ini. Dengan semangat perubahan dan perbaikan itulah, kini Anda bisa menikmati apa yang telah kami lakukan. Bila Anda membuka lebih mendalam, halaman demi halaman majalah ini, akan terasa salah satu perubahan itu: Foto kian mendapat tempat. Apa boleh buat. Maraknya televisi dan internet, membuat kami harus menyiasati bahwa, zaman visual itu semakin nyata. Puisi semakin kongkret. Sama nyatanya dengan persoalan demi persoalan yang menimpa bangsa ini. Karena itulah, keruwetan sebuah gagasan dan wacana, harus dihindari. Meskipun demikian, kami percaya, perubahan itu tak berarti kita akan kehilangan poese, jarak, dan saat permenungan. Pesan hanya berubah ujud. Citra tak akan menjauhkan substansi. Dan, perubahan ujud, format, bentuk, dan isi, itu pun tak akan mengingkari niat kami untuk menghadirkan sebuah media yang cerdas, kritis, nikmat dilihat, nyaman dibaca, membanggakan setiap

orang, sekaligus memberikan kemaslahatan bagi sesama – dan karena itu untuk semua – sekecil apa pun itu. Dan, cita-cita untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik itu pulalah kiranya, yang disepakati Surya Paloh, Ketua Umum Organisasi Kemasyarakatan Nasional Demokrat. “Sebagai majalah Ormas Nasional Demokrat, misi IM telah berakhir dengan baik. IM telah berhasil menyampaikan gagasan-gagasan besar Ormas Nasional Demokrat kepada masyarakat pembaca di tingkat pengambil kebijakan,” kata Surya Paloh. Dengan kata lain: Mission Accomplished. “Ke depan, kita membutuhkan media yang lebih intens, lebih cepat, dan lebih luas dalam menyampaikan gagasan dan cita-cita Nasional Demokrat. Sebuah media yang mampu mengkritisi dan manganalisis keadaan dengan cerdas dan elegan, namun dilakukan oleh organisasi media yang ramping dan efektif,” kata Surya Paloh pertengahan Juni lalu. Maknanya? Majalah Bulanan IM edisi no 14 yang Anda baca ini, merupakan penerbitan kami yang terakhir. Sebagai gantinya, kita akan berjumpa kembali dalam bentuk, format, isi, dan periodisasi terbit yang berbeda. Seperti apa gerangan penerbitan baru dengan semangat perubahan itu? Insya Allah, kami akan menjawabnya dalam satu-dua bulan ke depan. Terima kasih atas perhatian dan sambutan Anda atas keberadaan IM selama ini. Salam dan Sampai Jumpa Lagi! n

REDAKSI

2

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

3


Daftar Isi

Edisi 14 Juni - Juli 2011

22

30

90 26

12

03| 04| 06|

SIMPUL UTAMA

Negara Gawat Pancasila

Pancasila itu bukan saja lenyap dari level afektif. Tapi, di tingkat kognitif pun kata itu seakan ikut tergerus.

Dari Redaksi Daftar Isi Surat Pembaca

PERISTIWA 08| Awal Keruntuhan Partai Demokrat 12| Pucuk Dicinta Pramono Tiba 16| Berburu Perempuan Tersangka Lupa 20| Ruyati Dipancung Presiden Lancung 22| Agum Gumelar : Menanti Sanksi FIFA URBANISME 26| Sarana Membutut Komuter Menuntut INSPIRASI 30| Leo Kristi : Singa Pejalan di Panggung WACANA 36| Patrice Rio Capela

50| 52| 54| 56| 58|

Merdeka

Ketua Umum Partai Nasdem “Semangat Restorasi di Partai Nasdem”

72

86

58

NIKA - NIKI 40| Angelina Sondakh : Meminta Uang 42| Andi Nurpati : Mafia Pemilu 44| Wa Ode Da Nurhayati : Mafia Anggaran 46| Martin Manurung : Memberi Solusi 48| Andy Nurvita : Hakim Gugat

Johan Budi SP : Pimpinan KPK Arumi Bacshin : Akhir Petualangan Samuel Wattimena :Peduli Budaya Soimah Pancawati : Sinden Nyasar Syahrini : Professional

SELERA BANGSA 60| Soto Nusa Soto Bangsa Soto Bahasa Kita KEARIFAN LOKAL 66| Memancing Ludah Burung Layang Layang PUSAKA 72| Topeng Nusantara : Dari Ritus ke Estetika SENI 76| Gandrung Midah Dedi Luthan INDONESIAKU 80| Rahasia Dari Rahim Muaro Jambi PUSTAKA 86| Pandangan Keislaman Sureq I Lagaligo SIMPUL UTAMA 90| Negara Gawat Pancasila 96| 97| 98|

Katanyatanya & Barometer Kartun Esai Redaksi : Negara dalam Bahaya

Inisiator dan Deklarator Nasional Demokrat

Inisiator dan Deklarator Nasional Demokrat

Surya Paloh • Sri Sultan Hamengku Buwono X • Prof. Dr. Syafii Maarif • DR. (Hc) Ir. H. Siswono Yudo Husodo • H. Syamsul Mu’arif, B.A • Dra. Khofifah Indar Parawansa • Prof. DR. Didik J. Rachbini • Prof. Dr. Soleh Solahuddin • Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A • Prof. Dr. T. Bahri Anwar •Prof. Dr. Fredrik L. Benu, M.Si, Ph.D • Prof. Dr. Thomas Suyatno • Prof. Dr. Tarnama Sinambela • Anies Baswedan, Ph.D • Rizal Sukma, Ph.D • Eep Saefulloh Fatah • H. Sayed Fuad Zakaria, S.E • Danny P Thaharsyah • Jeffrie Geovanie • Drs. H.M. Ade Surapriatna, S.H, M.H Erik Satrya Wardhana Drs. Enggartiasto Lukita Budi Supriyanto, S.H,

M.H • Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M. Phil. • A. Malik Haramain, M.Si • Ir. H. Zulfadhli • Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M • Edison Betaubun, S.H, M.H • Ir. A. Edwin Kawilarang • Drs. Akbar Faizal, M.Si • Ir. Ahmad Rofiq • Paskalis Kossay, S. Pd., M.M • Ilham Arif Siradjudin, M.M • Drs. Zulfan Lindan • Ferry Mursyidan Baldan • Patrice Rio Capella, S.H • DR. Poempida Hidayatulloh, B. Eng. Ph.D. DIC • Samuel Nitisaputra • Melkiades Laka Lena •Sugeng Suparwoto • Drs. Djaffar H. Assegaff • Meutya Viada Hafid, B. Eng • Romy H. R. Soekarno • Frangky Sahilatua • Willy Aditya, S. Fil., MDM • Martin Manurung, S.E, M.A

4

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

5


Surat Pembaca

I

N

D

O

N

E

S

I

itu merupakan bagian dari fasilitas yang disediakan perusahaan tempat saya bekerja. Dan “drama kartu kredit Citibank” itu pun dimulai sejak 1995-an, ketika saya semakin aktif memanfaatkan fasilitas tersebut. Baik dalam hal pembelian barang maupun memanfaatkan fasilitas pinjaman tunai yang ditawarkan Citibank. Saya tegaskan soal penawaran tersebut, karena memang demikianlah faktanya: Petugas Citibank seakan tak pernah letih menawarkan fasilitas tersebut. Sampai-sampai, saya “menyerah” kepada rayuan mereka. Padahal, jangankan memanfaatkan fasilitas pinjaman tunai, untuk membeli barang atau jasa lainnya pun saya hanya sesekali memanfaatkan kartu kredit tersebut. Hanya dalam keadaan darurat. Lain tidak. Masalah timbul, ketika 1997 saya terkena PHK. Keuangan sayapun terguncang.

A

MATCH MANAJEMEN

REDAKSI Pemimpin Redaksi Noorca M Massardi Sidang Redaksi: Heryus Saputro Indri Ariefiandi Maman Gantra

Pelayanan Angkutan Umum

Desain & Grafis Leonhard Sekretariat Lily Fachry Keuangan Khairul Syarif Distribusi Hadi Joko Subiyanto Alamat Redaksi Jl Wahid Hasyim No 194 Kampung Bali Tanah Abang, Jakarta 10250 Telp. 021-3160681

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Sebagai seorang komuter, saya sangat tergantung kepada KRL Bogor-Kota. Namun, beberapa bulan terakhir ini saya merasakan kualitas pelayanan KRL yang kian anjlok. Tak semata menyangkut kapasitas muatan, yang membuat penumpang tetap harus berjejalan. Tapi, juga soal jam datang atau berangkat. Beberapa waktu lalu, saya pernah tertahan di Stasiun Depok sampai… dua jam. Dan, itu bukan karena soal teknis perkeretaapian atau KRL. Melainkan karena faktor manusia: Para karyawan PJKA melakukan gerakan slowdown. Pedihnya, selain masalah kebijakan transportasi publik yang tak jelas, aksi slowdown para buruh keretaapi itu terkait dengan macetnya SPO untuk sejumlah BUMN – termasuk PTKA. Pertanyaan saya, masihkah kita akan menambah ruwet persoalan dengan hal-hal teknis seperti itu? Sampai kapan para pejabat negeri ini, yang notabene digaji dengan uang rakyat, melakukan aksi slowdown dan ke-bloon-an lainnya itu? Joe Fakih Nazamudin Jl. Kebonpedes, Bogor

Ujian Masuk RSBI Ketika surat ini saya tulis, 21 Mei 2011, anak kedua saya tengah mengikuti ujian masuk sebuah SMA negeri di Jakarta Pusat. Yang menarik, dan ingin saya sampaikan di sini, adalah prosedur dan ragam ujian masuk tersebut: Selain test narkoba, si calon juga harus mengikuti test akademik, TOEFL, ujian

6

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

komputer, test IQ, dan wawancara. Melihat ragamnya ujian tersebut, secara berkelakar, salah seorang teman saya nyeletuk: “Enggak ada test lari sprint 100 meter sekalian? Kok, masuk SMA saja ribet banget?” katanya. Saya menyadari, kompetisi yang ada memang sudah sedemikian ketat. Namun, seperti diisyaratkan teman saya itu: Tak bisakah test tersebut lebih disederhanakan? Misalnya, dengan menjadikan hasil Ujian Nasional sebagai acuan? Artinya, TOEFL, ketrampilan komputer, dan segala macamnya itu cukup diujikan semasa SMP. Ujian masuk SMA cukup dengan wawancara atau hal lain yang lebih praktis, tanpa mengurangi substansi tujuan sebuah ujian masuk – termasuk menjaring calon-calon siswa yang memang berkualitas.

Maria Gunawati Jl. Cempaka Putih Raya Jakarta Pusat

Pelayanan Kartu Kredit Citibank Mengikuti kasus penggelapan yang dilakukan pegawai Citibank, Malinda Dee, saya teringat pada pengalaman saya dan keluarga dengan kartu kredit bank tersebut. Setelah sempat menjadi nasabah mereka sejak 1988, saya menghentikan keanggotaan kartu kredit tersebut pada 1990. Saya membuka kembali keanggotaan tersebut pada 1991, karena

Foto wartaindonesia.info

Foto tindaktandukarsitek.wordpress.com

Pemimpin Umum/ Pemimpin Perusahaan Jeffrie Geovanie Wakil Pemimpin Umum Sayed Fuad Zakaria Joice Triatman Wakil Pemimpin Perusahaan Muhammad Surya

Usaha yang bermodalkan pesangon belum membuahkan hasil, sejumlah kewajiban pun – termasuk membayar cicilan kredit – terganggu. Teguran dari Citibank pun datang bertubi-tubi. Berbeda dengan cara mereka kala menawarkan pinjaman yang demikian manis, sehingga saya yang saat itu pada dasarnya tak terlalu membutuhkan kredit pun luluh karenanya. Namun, kala penagihan dilakukan, mereka tak hanya menggertak dan mengancam saya. Tapi, juga keluarga saya di luar kota. Sampai di situ, saya masih diam. Saya sadar, karena kesulitan keuangan, saya tak bisa memenuhi kewajiban tepat waktu. Namun, yang membuat saya mangkal: Saya dipermalukan di depan relasi-relasi saya. Yakni, ketika saya menjamu mereka di sebuah restoran dan, ketika pembayaran dilakukan, pihak kasir menyebutkan bahwa kedua kartu saya ditolak. Padahal, saat itu, seluruh

Pesawat Buatan Cina Menyimak kasus kecelakaan pesawat M60 di Kaimana, Papua, saya benar-benar prihatin. Tak semata karena kecelakaan tersebut memakan korban jiwa dan harta, tapi juga melihat keberpihakan pemerintah dan BUMN kita, dalam hal ini maskapai Merpati, terhadap produk dalam negeri. Kenapa kita tak memilih pesawat buatan PT Dirgantara? Terlebih, menurut para ahli, harga dan spesifikasi pesawat buatan Cina itu sebanding dengan salah satu jenis pesawat produk lokal. Bahkan, kalaupun soal harga dan spesifikasi pesawat itu berbeda, tak bisakah PT Dirgantara memproduksinya? Saya tentu tidak anti dengan produk impor. Tapi, bila kita tergantung terus kepada produk impor, apa jadinya dengan industri dalam negeri kita? Bagaimana dengan para ahli dan pekerja lokal kita? Industri dalam negeri

tak mungkin berkembang bila kita sendiri tak ikut mendorongnya. Dan itu, menurut hemat saya, tak lain dengan membeli dan memakainya. Bisa jadi, produk lokal memiliki banyak kelemahan. Namun, itu tak harus menjadi alasan untuk meninggalkannya sama sekali. Saya percaya, bila semua pihak memiliki niat baik, termasuk “nasionalisme”, profesionalisme pun akan tumbuh: Pihak industri bekerjakeras untuk memperbaiki kinerja dan kualitas produknya. Atau, janganjangan, kita memang sudah tak memiliki niat baik itu? Yusuf Suhardiman Jl. Jaksa Jakarta Pusat

kewajiban sudah saya penuhi. Saya sempat complain kepada pihak Citibank atas perlakuan tidak adil itu. Pertama, kewajiban melakukan cicilan sudah dipenuhi – termasuk kewajiban yang sempat tertunda. Kedua, kalaupun kewajiban tadi belum dipenuhi, pihak bank sebenarnya sudah mendapatkan keuntungan dari pembayaranpembayaran sebelumnya. Ketika itu, dari 24 kali angsuran, saya sudah memenuhi 19 atau 20 angsuran. Artinya, pihak Citibank sebenarnya sudah mendapatkan pengembalian pokok plus sedikit bunga. Ketiga, kalaupun saya tidak melakukan kewajiban tersebut, kredit tersebut sudah direasuransikan. Keempat, masih dengan asumsi kewajiban tersebut tidak saya laksanakan, plafond kredit saya jauh lebih tinggi dibandingkan seluruh utang saya. Kelima, faktanya saya sudah menjalankan kewajiban saya – lengkap dengan membayar denda karena keterlambatan dan penundaan tadi. Cilakanya, penolakan seperti itu terjadi lebih dari dua kali. Saya mengalami penolakan pula ketika menjamu keluarga di sebuah restoran lain, sekitar sebulan sejak saya melaporkan penolakan di restoran pertama. Istri saya pun, yang memegang kartu tambahan, mengalami hal serupa. Kartu saya baru “normal” kembali setelah saya melakukan complain yang ketiga kali. Lebih cilaka lagi, setelah agak lama tak memanfaatkan kartu tersebut, penolakan itu kembali terjadi pada 2000. Itu benar-benar aneh. Sebab, sejak kasus penolakan pada 1995 itu, praktis saya hanya membayar iuran tahunan tanpa pernah memanfaatkan fasilitas yang melekat di dalamnya. Jengkel dengan pengalaman itu, akhirnya saya menghentikan keanggotaan saya. Saya merasa sudah cukup dipermalukan arogansi bank raksasa tersebut.

Rahim K. Muslihat Jl. Ratulangi , Makassar

Kirim Surat Pembaca Surat pembaca dikirimkan melalui email ke redaksi.and@gmail.com. dengan dilampiri fotokopi KTP atau identitas lainnya. Harap mencantumkan nama dan alamat email yang jelas. Redaksi berhak mengedit setiap surat yang dimuat.

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

7


PERISTIWA POLITIK

Awal Keruntuhan

Partai Demokrat Dan, skandal itu tak hanya menggerogoti para pemilih mereka. Tapi, juga meletupkan perpecahan yang sudah tersemai sejak kongres lalu.

teks Indri Ariefiandi, Rubayyi Astari & Winda Destiana

Foto vibizdaily.com

C

itra dan nasib Partai Demokrat, rupanya, sedang meruntuh. Survei oleh Lingkaran Survei Indonesia membuktikan hal itu. Menurut survei yang dilakukan akhir Mei silam, itu Partai Demokrat (PD) telah ditinggalkan 20 persen pemilihnya. Sehingga, posisi PD tak lagi berada di posisi pertama. Para politisi partai itu boleh saja menuduh survei tersebut hanya akal-akalan dan pesanan partai pesaing. Namun, faktanya, hasil survei tersebut konsisten dengan survei sejenis yang dilakukan lembaga lain sebelumnya. Pun dengan survei serupa yang dilakukan LSI. Dan, melorotnya popularitas PD itu cukup masuk akal, tak semata karena Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono yang lamban dan tidak tegas. Kasus korupsi yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazarudin pun dinilai ikut andil. Para pemilih, rupanya, kecewa dua kali pada partai itu. “SBY itu kurang apa? Mayoritas rakyat memilih dia. Parlemen pun diamankan oleh koalisi. Tapi, prestasinya benar-benar memble,” kata Lili Mustopa, warga Kramatjati, Jakarta Timur. Cilakanya, kasus korupsi yang menuding ke Nazarudin, itu juga membuka borok lain partai tersebut: Keretakan di kalangan elitenya. “Kalau kita amati, setidaknya ada dua faksi yang cukup tajam perbedaannya,” kata Hanta Yuda, pengamat politik dari The Indonesian Institute (TII). “Pertama faksi yang mengambil posisi agar Nazaruddin diberikan hukuman semaksimal mungkin, dan dikaitkannya kedekatan Nazaruddin dengan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum. Sementara faksi yang lain bersemangat sekali ingin meminimalkan hukuman bagi Nazaruddin, dan cenderung membela. Kelompok itu berasal dari para pendukung Anas Urbaningrum di Kongres Bandung,” kata Hanta. Tak pelak, keretakan di tubuh PD itu terkait kubu Anas Urbaningrum di satu pihak, dan kubu Andi Mallarangeng di pihak lain. Kita tahu, ketika kongres PD berlangsung, keduanya bersaing ketat memperebutkan kursi Ketua Umum, dan dimenangi Anas Urbaningrum. Dan, kini, ketika kasus Nazarudin mencuat, perpecahan itu kembali terbuka.

KETUA DEWAN PEMBINA PARTAI DEMOKRAT : Susilo Bambang Yudhoyono

8

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

9


Foto M.IRFAN/MI

Bahkan, tak sedikit pihak yang menyebut: Mencuatnya kasus Nazarudin itu justru dipicu persaingan sisa kongres tersebut. Terlebih, seperti disampaikan Hanta, di tengah kekisruhan itu muncul suara-suara yang menginginkan adanya Kongres Luar Biasa (KLB), yang ditengarai dilontarkan barisan pendukung Andi Mallarangeng. Sementara, Nazarudin sendiri dipastikan berada di Singapura, konon, untuk berobat. Sehingga, dua panggilan KPK yang dialamatkan ke rumahnya di Jakarta dalam kapasitasnya sebagai saksi, tak dipenuhinya. Sikap PD memang “santun”: Semata mencopotnya dari jabatan Bendahara Umum, dan tidak sekaligus memecatnya dari jabatan anggota DPR.Selebihnya, adalah silaturahmi antarsesama anggota partai. Sutan Bhatoegana, misalnya, mengaku telah ditelepon langsung Nazaruddin. Dalam percakapan melalui telepon itu, Nazaruddin mengaku dia masih sakit dan perlu berobat intensif. Pada kesempatan itu, Sutan mengimbau agar Nazaruddin senantiasa memberi kabar. Tidak lebih. Padahal, aib yang dituduhkan kepada Nazaruddin bukan hal kecil: Dituduh terlibat skandal penyuapan proyek pembangunan Wisma Atlet di Palembang. Adalah Mindo Rosalina Manulang, salah seorang petinggi PT Anak Negeri, pelaku penyuapan yang dibekuk petugas KPK di Kantor Menegpora Andi Mallarangeng, yang juga Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat. Kata orang KPK, PT Anak Negeri itu adalah perusahaan milik Nazaruddin, yang menggunakan alamat palsu. Padahal bersama PT Duta Graha Indah milik pengusaha muda sukses Sandiaga Uno, perusahaan itu pernah mendapat tender proyek Kementerian Kesehatan. Sedangkan PT DGI sendiri, sebelum diributkan, nyaris dapat tender pembangunan gedung baru DPR yang sangat mahal, yang proyeknya ditandatangani Marzuki Alie, Ketua DPR merangkap pimpinan BURT (Badan Urusan Rumah Tangga), dan juga Wakil Ketua Dewan Pembina PD.Dan, skandal itu tak hanya menggerogoti para pemilih mereka. Tapi, juga meletupkan perpecahan yang sudah tersemai sejak kongres lalu. Meskipun, isu perpecahan itu ditepis Ketua DPP PD Kastorius Sinaga. “Perpecahan itu tidak ada. Kasus Nazarudin ini sekarang sudah merupakan kasus hukum. Kita (partai) di sini sangat mendukung proses hukum terhadapnya,” kata Kastorius. Menurut K astorius sulitnya menghadirkan Nazruddin untuk memenuhi panggilan KPK, itu bukan berarti PD melindungi atau itu atas instruksi dari Cikeas. Menurut Kastorius, itu lebih karena partai tak memiliki wewenang atau mekanisme memaksa seseorang agar

10

MATCHMANTAN Juni - JuliBENDAHARA 2011 I

N

D

O

N

E

S

I

A

UMUM PARTAI DEMOKRAT: M.Nazaruddin

memenuhi panggilan penegak hukum. “Yang penting, Partai Demokrat mendukung proses yang dijalankan KPK,” kata Kastorius. n Kader PD Tersandung Korupsi RE Siahaan,

1 Bekas Wali Kota Pematang Siantar

Tersangka korupsi APBD 2007. Ia ditahan KPK sejak 8 Juni 2011. 2 Djufri, anggota DPR RI

Ditahan Kejaksaan Tinggi (Kejati) karena kasus korupsi pengadaan tanah semasa menjabat Wali Kota Bukittinggi (2007). 3 Amrun Daulay, anggota Komisi II DPR RI

tersangka KPK dalam korupsi impor sapi dan mesin jahit saat menjabat Dirjen Bantuan dan Jaminan Sosial di Kementerian Sosial. 4 As’ad Syam, anggota DPR RI

Mahkamah Agung memutus kasasinya dengan empat tahun penjara karena terbukti korupsi proyek pembangunan jaringan listrik PLTD Sungai Bahar,

Muarojambi (2004).

5 Jhoni Allen Marbun. Wakil Ketum PD

terganjal kasus suap dana stimulus proyek infrastruktur di wilayah timur Indonesia. Ia pernah diperiksa KPK sebagai saksi untuk Abdul Hadi Djamal terpidana kasus suap tersebut. Jhoni membantah menerima uang Rp1miliar dari pengusaha Hontjo Kurniawan. Kasusnya masih diselidiki KPK. Agusrin Najamudin,

6 Gubernur nonaktif Bengkulu dan Ketua DPD PD:

Divonis bebas oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas kasus korupsi dana pajak Rp 21 miliar. Belakangan, Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut ada sejumlah kejanggalan dalam vonis itu, pasca tertangkapnya Hakim Syarifuddin Umar, ketua majelis hakim dalam perkara Agusrin. KPK didesak untuk menyelidiki vonis bebas itu. Muhammad Nazaruddin,

7 bekas Bendahara Umum PD:

saksi perkara dugaan korupsi di Kementerian Pendidikan Nasional dan suap proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang. Nama anggota DPR RI dari PD, Angelina Sondakh, juga disebut-sebut dalam kasus itu. ■

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

11


PERISTIWA KSAD

Pucuk Dicinta

Pramono Tiba

“Secara normatif, tentara tidak boleh berpolitik, tapi juga tidak dilarang untuk meraih jabatan-jabatan sipil. Meskipun demikian, secara pribadi saya belum melihat adanya upaya sistematis untuk mempersiapkan Pramono Edhie Wibowo menggantikan SBY,� kata Indria Samego, pengamat politik LIPI. teks Indri Ariefiandi dan Rizkita Sari

Foto M.IRFAN/MI

S

esungguhnya tak ada yang aneh dari pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 Juni lalu. Di hadapan para peserta pertemuan Indonesian Young Leaders 2011, di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, itu Presiden SBY menegaskan bahwa ia, istri serta anak-anaknya, tak akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2014. Menurut SBY, 2014 merupakan tahun di mana ia harus lengser dan digantikan wajah-wajah baru. Tak aneh, karena sesuai konstitusi, SBY memang tak bisa menjadi presiden untuk ketiga kalinya. Sementara, pada 21 April 2011, dalam sebuah talkshow di RRI Pro2 FM, Ny. Ani Yudhoyono pun mengaku tak akan mencalonkan diri dalam Pilpres 2014. Saat itu, Ani menyatakan, ia merasa sudah cukup menjadi ibu negara selama 10 tahun. Mendampingi Presiden, kata Ani, tugasnya tak kalah mulia. Persis seperti ia sampaikan kala bertemu para siswi SMA Taruna Nusantara Magelang, pada 28 Desember 2009.

PANGLIMA KOSTRAD : Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo

12

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

13


Foto M.IRFAN/MI

Pramono Edhi Wibowo dalam acara serah terima KSAD , 2008

14

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

15

PERISTIWA KSAD

Kendati keluarga inti SBY tak akan maju, trah Cikeas tak tinggal diam. Seraya terus menggenjot Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, mereka terus mendongkrak karir Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo. Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), itu disebut-sebut sebagai calon kuat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), menggantikan Jenderal TNI George Toisutta. Arahnya cukup jelas: Setelah menjabat KSAD, ia akan segera diangkat menjadi Pangab. Dan kelak, ketika waktunya tiba, pada Pilpres 2014, adik Ani Yudhoyono itu bisa diturunkan sebagai salah satu calon presiden. Benarkah begitu? “Secara normatif, tentara tidak boleh berpolitik, tapi juga tidak dilarang untuk meraih jabatanjabatan sipil. Meskipun demikian, secara pribadi saya belum melihat adanya upaya sistematis untuk mempersiapkan Pramono Edhie Wibowo menggantikan SBY,” kata Indria Samego, pengamat politik LIPI. Toh, analisis yang menyebutkan Pramono dipersiapkan sebagai putra mahkota bukannya tak berdasar. “Dari trah Cikeas, selain Ani Yudhoyono, Pramono memang calon kuat untuk pilpres mendatang,” kata Hanta Yuda, pengamat politik The Indonesia Institute. Selain ipar Presiden, Pramono juga memiliki modal lain: Putra almarhum Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, mantan Komandan Jenderal RPKAD (sekarang Kopassus) pad a 1965. Ditambah eskpose-nya di pelbagai jabatan militer, semua itu mungkin akan membantunya melicinkan jalan. Itu, bila ia memang sungguh-sungguh ambisius, atau benarbenar didorong oleh Dinasti Cikeas, untuk meraih kursi RI-1 pada pilpres 2014. Apalagi, mengingat kekisruhan yang menimpa PD sekarang ini, plus melorotnya wibawa SBY sebagai Ketua Dewan Pembina, PD praktis sudah kehilangan daya tarik. “Kalau mau solid, pada 2014, Partai Demokrat harus mengusung Pramono Edhie Wibowo,” kata Susilo Utomo, pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang. Mendahului waktu? Siapa tahu...! n


PERISTIWA KORUPSI

Dikenal sebagai perempuan aktif dan pengusaha, Nunun menjadi saksi kunci dalam suap menyuap berjamaah itu. teks Maman Gantra & Indri Ariefiandi

16

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto M.IRFAN/MI

K

ekuatan sihir apa gerangan yang dimiliki Nunun Nurbaeti Daradjatun? Panda Nababan, pun 25 anggota dan mantan anggota DPR lainnya, sudah duduk di kursi pesakitan. Termasuk Agus Tjondro, si peniup pluit kasus suap cek lawatan terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang dimenangi Miranda Gultom itu. Bahkan, sebagian di antara mereka sudah lama divonis. Namun, sampai kini, Nunun masih belum muncul di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan. Padahal, tak main-main. Tak kurang dari Ketua KPK Busyro Muqoddas yang mengumumkan status tersangka istri mantan Wakil Kapolri Adang Daradjatun itu. Tempatnya pun, di kawasan paling mulia di negeri ini: Gedung DPR-RI, di hadapan majelis Rapat Dengar Pendapat Komisi III dengan KPK, 23 Mei lalu. Adakah justru semua itu menunjukkan kekuatan sihir Nunun? Wallahualam. Hanya, Kepala Biro Humas KPK Johan Budi membantah bila waktu dan tempat pengumuman status tersangka Nunun itu ada udang di balik batu. Semua itu semata kebetulan. Sebab, menurut Johan, status tersangka itu sudah disandang Nunun sejak Februari lalu. “Dan, itu dilakukan setelah melalui rapat pimpinan KPK,� kata Johan. Kapan dan di mana pun status tersangka itu diumumkan, sejatinya, memang tak terlalu penting. Terutama dibandingkan keberadaan Nunun sekarang ini. Nunun, kelahiran 28 September 1950, nenek enam orang cucu, itu sebelum dinyatakan sebagai tersangka, berstatus sebagai saksi dalam kasus

Miranda Gultom dan Nunun Nurbaeti

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

17


Foto M.IRFAN/MI

Panda Nababan dan Agus Tjondro

18

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

19

PERISTIWA KORUPSI

tersebut. Ia memang sempat beberapa kali memenuhi panggilan saksi. Yakni, ketika kasus itu masih dalam tahap penyidikan. Namun, sejak perkara itu naik ke pengadilan, Nunun tiba-tiba diserang penyakit aneh: Lupa. Setidaknya, itulah pengakuan dia dan keluarganya – lengkap dengan surat dokter yang mendukungnya. Tentu saja, hal itu sulit dipercaya. Dikenal sebagai perempuan aktif dan pengusaha, ia menjadi saksi kunci dalam suap menyuap berjamaah itu. Dalam dakwaan para terdakwa disebutkan, sejumlah cek perjalanan diberikan Nunun melalui stafnya yang bernama Arie Malangjudo. Namun, Nunun tak bisa hadir. Bahkan, keberadaannya pun bisa disebut simpang siur. Semula, ia disebutkan di Singapura. Belakangan, ia dikabarkan tetirah di Negeri Gajah Putih, Thailand. Sehingga, saking kesalnya, KPK pun meminta bantuan Polri untuk menghadirkan perempuan kelahiran Sukabumi itu. Dan polisi pun, nyaris sama puyengnya dengan KPK. Sampai-sampai, mereka hanya mampu meminta Interpol menerbitkan edaran red notice bagi pemilik sejumlah perusahaan itu. Kita tahu, jenis edaran itu tergolong hebat: Hanya ditujukan kepada tersangka yang diduga melakukan kejahatan berat. Dulu, pada dekade 1980-an, Interpol kerap menerapkan edaran itu bagi tersangka terorisme dan narkotika. Toh, terbitnya edaran gawat darurat itu tak berarti persoalan usai. Alih-alih bisa menghadirkan Nunun, pencantuman nama Nunun di situs Interpol pun dianggap tidak serius. Soalnya, nama yang bersangkutan diembel-embeli dengan kata “Daradjatun”. Dan, itu menurut Hikmahanto Juwana, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, bisa mempersulit Interpol untuk menangkapnya. “Kalau di Indonesia mungkin tidak masalah. Kalau di luar negeri pasti menimbulkan kesulitan. Sebab, yang dicari Interpol itu Nunun Daradjatun, sedang di paspornya tertera Nunun Nurbaeti,” kata Hikmahanto. Toh, kecemasan Juwana itu ditepis Johan Budi SP. Menurut Humas KPK itu, meski nama Nunun diembel-embeli dengan Daradjatun, tak akan jadi masalah. Sebab, selain nama, red notice itu dilengkapi foto wajah Nunun. Walhasil, Interpol tak akan kesulitan menangkapnya. Apalagi sampai salah tangkap. Tapi, bagaimana kalau tiba-tiba Nunun lupa siapa gerangan dirinya? n


PERISTIWA TKI

Ruyati Dipancung Presiden Lancung “Kalau Bapak saya dulu, menelepon langsung Raja Arab Saudi. Makanya banyak TKI yang selamat,” kata Yenny Wahid, putri mendiang Presiden yang sangat fenomenal itu.

teks Indri Ariefiandi Foto bobby ranggadipura

K

isah kelabu Tenaga Kerja Indonesia kembali terjadi. Sabtu, 18 Juni lalu, Ruyati binti Sapubi, 54 tahun, TKI asal Bekasi, Jawa Barat, yang bekerja di Arab Saudi, menjalani hukuman pancung di negeri itu. Ia dituduh membunuh istri majikannya, dan pengadilan memutuskan vonis mati untuknya – dengan cara dipancung. Keruan saja, eksekusi terhadap Ruyati itu memicu (kembali) kekesalan sejumlah pihak terhadap kinerja pemerintah. “Sejak awal, Maret lalu, kami sudah mengingatkan pemerintah agar melakukan langkahlangkah pendampingan dan bantuan hukum,” kata Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, LSM yang menyoroti para TKI. “Eksekusi Ruyati merupakan bentuk keteledoran diplomasi perlindungan pekerja migran Indonesia. Dalam kasus ini, publik tidak pernah mengetahui proses hukum dan upaya diplomasi apa yang pernah dilakukan pemerintah Indonesia,” kata Anis. Karenanya, pihak Anis meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengusut tuntas keteledoran itu. “Migrant Care juga mendesak agar dilakukan evaluasi kinerja dan jika perlu pencopotan para pejabat yang terkait dengan keteledoran kasus itu, seperti Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Luar Negeri, Kepala BNP2TKI, dan Duta Besar RI untuk Arab Saudi,” kata Anis. Tak jelas, adakah desakan Anis itu akan berbuntut semacam class action atau hanya kecaman yang dilontarkan di media massa seperti selama ini. Yang pasti, agak berbeda dengan Anis, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Sjafi’i Ma’arif justru menyayangkan sikap pemerintah Saudi. Buya menilai, hukuman pancung terhadap Ruyati sebagai tindakan yang biadab karena Pemerintah Arab Saudi tidak pernah memberitahu sebelum pelaksanaan eksekusi terhadap ‘pahlawan devisa’ kita itu. “Seharusnya pemerintah Arab melaporkan kasus itu ke Konjen Indonesia di sana, bukan member tahu setelah eksekusi dilakukan. Sudah meninggal, sudah dipancung, baru diberitahu... itu biadab!” kata Buya Syafi’i.Apapun, hukuman pancung terhadap Ruyati, juga TKI lainnya, kemungkinan bisa dibatalkan

20

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

seandainya Presiden SBY mau bersusah payah turun tangan langung melobi Raja Arab Saudi. Kemujaraban diplomasi tingkat tinggi itu sudah ada presedennya: Diplomasi Presiden Abdurahman Wahid kala menyelamatkan Sumiati pada 2003. “Kalau Bapak saya dulu, menelepon langsung Raja Arab Saudi. Makanya banyak TKI yang selamat,” kata Yenny Wahid, putri mendiang Presiden yang sangat fenomenal itu. Aksi menelepon Raja seperti itu, juga dilakukan almarhum Gus Dur kepada Raja dan PM Malaysia. “Sehingga, banyak TKI di sana yang selamat dari hukuman mati,” kata Yenny. Kalau pun enggan berguru kepada Gus Dur, SBY juga bisa berkaca kepada Qori Aquino. Semasa menjabat Presiden Filipina, dan ada warga negerinya yang diancam hukuman mati, Presiden Qori menyempatkan diri sowan kepada Raja Fahd, memohon agar rakyatnya tak dihukum mati. Hasilnya, seperti yang terjadi pada telepon Gus Dur: Permintaan Aquino itu dikabulkan. Persoalannya, kapan Presiden SBY menemui Raja Arab Saudi? Sebab, selain Ruyati, masih ada 26 TKI lainnya yang tengah menjalani proses hukum. Sekiranya kurang sigap, bisa-bisa, kitapun kembali kehilangan nyawa manusia. Yang terdekat, adalah Darsem, TKI asal Subang, Jawa Barat. Kendati pihak keluarga majikan yang dibunuhnya sudah memaafkan dia, Darsem harus membayar denda Rp 4,6 miliar agar bisa bebas. Bila tidak, pada 7 Juli ini, ia harus merelakan lehernya ditebas pedang. Adakah nyawa Darsem, juga TKI lainnya yang menghadapi ancaman serupa, bisa selamat? Atau, pidato SBY di sesi ke-100 Konferensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) di Jenewa, 14 Juni lalu, yang menyinggung tentang perlindungan buruh migran yang bekerja di sektor domestik, semata pepesan kosong? Dan, boleh jadi, sebagaimana sikapnya selama ini, SBY mungkin akan berlindung di balik ‘mantera saktinya’: “Urusan hukum saya tidak akan ikut campur, itu merupakan kewenangan lembaga hukum!” n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

21


PERISTIWA SEPAKBOLA

AGUM GUMELAR

Menanti Sanksi FIFA

Jenderal Agum merasa sedih dan terhina. Kongres PSSI dihentikan tanpa hasil.

Foto /ROMMY PUJIANTO /MI

teks Indri Ariefiandi dan Rizkita Sari

KETUA KOMITE NORMALISASI PSSI : Agum Gumelar

22

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

23


PERISTIWA SEPAKBOLA

Foto AGUNG WIBOWO/MI

George Toisutta dan Arifin Panigoro

”S

aya Agum Gumelar, Jenderal TNI Purnawirawan, sebagai Ketua Pepabri (Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) mengimbau ini dihentikan.” Begitu kata Agum Gumelar, Ketua Komite Normalisasi PSSI, terkait informasi adanya keterlibatan anggota TNI dalam pengumpulan mosi tidak percaya kepada komite yang dipimpinnya itu. Sikap Agum dalam menghadapi ancaman mosi tidak percaya dinilai tidak bijaksana oleh Budiarto Shambazy, pewarta dan pengamat sepakbola senior. Menurut Budiarto

24

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

tidak semestinya Agum membawa-bawa pangkat kemiliteran dan Pepabri karena terkesan Agum menyeret TNI AD ke ajang Kongres PSSI. Tak aneh bila Brigadir Jenderal TNI Wiryantoro NK, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat kemudian menegaskan, pencalonan Jenderal TNI George Toisutta sebagai Ketua Umum PSSI sama sekali tidak melibatkan institusi maupun organisasi TNI. Kekisruhan kongres itu juga membuktikan bahwa ada atau tidak adanya Nurdin Halid di kepengurusan PSSI, bukan merupakan faktor atas terjadinya rusuh di dalam Kongres Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Sebagaimana diketahui, kongres PSSI mengalami deadlock sehingga Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar terpaksa mengakhiri sidang tanpa hasil. Sebagai pimpinan sidang, Agum mengaku sedih dan juga terhina dengan pernyataan yang menyebut dirinya bodoh. “Seumur hidup baru saat itu saya dihina dengan cara seperti itu,” kata Agum. Sejatinya, kongres yang digelar Komite Normalisasi di Hotel Sultan, 20 Mei itu merupakan solusi atas gagalnya Kongres 26 Maret 2011, di Hotel Premiere, Pekanbaru, Riau. Namun, kisruh di “kongres Premiere” malah memuncak di

“kongres Sultan.” Gagalnya kongres dan melebarnya kisruh dikhawatirkan bisa menjadi alasan bagi FIFA untuk memberikan sanksi kepada PSSI. Hukuman terberatnya adalah: pasukan Merah Putih dilarang tampil di ajang internasional. Tak hanya tim nasional, bahkan klub tingkat senior hingga anak-anak pun bakal terkena dampak. Buntutnya, persepakbolaan Indonesia akan kian terpuruk. Asa masih ada, Kongres Luar Biasa PSSI, 9 Juli nanti di Solo akan menjadi kesempatan terakhir dari FIFA untuk PSSI memilih pengurus barunya. (IA) n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

25


URBANISME

Sarana MEMBUTUT Komuter MENUNTUT Tapi, itulah nasib kita sejauh ini. Kita hanya menjadi bulan-bulanan ketidakseriusan para elite. teks Indri Ariefiandi dan Rizkita Sari

Para Komuter di atas tunggangan mereka

26

MATCH Juni Foto LEONARDUS WISNU I

N

D

O

N

E

S

I

A

- Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

27


28

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto LEONARDUS WISNU

api pemerintah Hindia Belanda, Staats Spoorwegen sejak 1917, diwujudkan dan dioperasikan di Batavia pada 1930. Itulah penanda dimulainya sistem angkutan umum massal ramah lingkungan, yang merupakan salah satu sistem transportasi paling maju di Asia pada zamannya. Sayangnya, status perintis Asia itu tidak dipelihara dengan baik. Seperti dilaporkan media massa, kualitas pelayanan dan kualitas gerbong malah makin memburuk. Setiap hari, para komuter harus bersesak dalam gerbong jorok yang butut dan lantainya penuh sampah. Tak mengherankan, penumpang meluber dari mulut pintu kereta hingga atap gerbong. Memang , kapasitas gerbong yang dioperasikan saat ini untuk wilayah Jabodetabek hanya 326 unit, dari 386 unit yang dimiliki. 60 unit lainnya sudah tua namun masih dioperasikan untuk kereta ekonomi nonpendingin. Kapasitas itu tentu tidak memadai untuk mengangkut komuter kereta yang setiap hari mencapai 500 ribu orang. Penambahan gerbong sejak 2009 hanya dilakukan untuk kereta ekonomi ber-AC. Kenyataan itu lebih buruk lagi karena rel yang dilintasi masih warisan Belanda. Besi-besi dan baut butut yang berusia tua, itu menjadi paduan sempurna dengan roda kereta yang tak lagi kuat daya cengkeramannya. Tak aneh bila cerita kereta anjlok bisa kita temukan setiap saat. Pemerintah sendiri mengklaim telah melakukan pelbagai upaya mengatasi masalah transportasi massal. Antara lain, penambahan KRL AC, gardu, peningkatan frekuensi, kapasitas, dan realisasi e-ticketing. Renovasi dan sterilisasi stasiun juga menjadi bagian dari program meningkatkan pelayanan kepada komuter. Fasilitas lainnya yang dikembangkan adalah C-Care, C-Track, C-Point, dan C-Web untuk memberikan informasi layanan KA ke komuter. Namun seperti biasa, sebagian besar program baru berupa rencana alias masih jauh panggang dari api n

Dari Pintu Sebuah KRL

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

29

URBANISME

S

arana dan prasarana transportasi ke dan dari tempat kerja para komuter di kota besar, memang bikin pening. Tak hanya dialami para pengguna saat mereka berdesakkan di bus kota atau kereta api. Pemerintah pun tampaknya terus dipusingkan persoalan pelayanan moda transportasi kerja jarak dekat yang tak kunjung terselesaikan itu. Selain karena volume penumpang tak pernah sukes diimbangi kapasitas armada, pemerintah juga tampak setengah hati mencari solusi sekaligus menjalankan kewajibannya: menyediakan angkutan massal murah meriah bagi para komuter (pengguna kendaraan ke dan dari tempat kerja). Sikap ragu-ragu itu terlihat dari dipilihnya moda MRT (mass rapid transportation) yang sampai kini belum jelas juntrungannya. Selain, pilihan tersebut dinilai banyak pengamat malah bisa mendatangkan masalah baru. Tapi, itulah nasib kita sejauh ini. Kita hanya menjadi bulan-bulanan ketidakseriusan para elite. Bila di Eropa, persoalan kemacetan kota akibat laju komuter dengan mudah dipungkas lewat layanan kereta api, di Indonesia soal itu terus menuai perdebatan. Mulai dari prasarana yang sudah uzur, kekurangan armada, pelayanan yang tidak memuaskan, kenaikan tarif, bahkan soal penumpang yang tidak disiplin. Belakangan, saling tuding kesalahan terjadi antara komuter dengan pengelola sarana transportasi, dan pemerintah sebagai pemilik. Masyarakat yang selama ini mengecam pelayanan kereta rel listrik (KRL), belakangan balik disemprot dengan cat, bahkan dihadang palang penampar di sepanjang jalur, untuk memaksa mereka tak naik atap kereta. Keruan saja upaya itu berbuah bentrok antara petugas dan komuter. Sementara di sisi lain, para komuter pengguna kereta api yang kebanyakan terdiri dari pekerja jelata, juga merasa punya alasan sendiri untuk tidak disiplin. Padahal, menurut riwayatnya, moda transportasi bagi komuter di Jakarta pernah menjadi lambang bagi kebangkitan industri perhubungan di Asia. Itu terjadi ketika wacana elektrifikasi jalur Kereta Api (KA) di Indonesia, yang didiskusikan para pakar kereta api perusahaan kereta


Leo Kristi INSPIRASI

Singa Pejalan di Panggung Merdeka Di Gedung Miss Tjitjih, dalam usia 62 tahun, Leo tampil menghentak-hentakkan gitar kopongnya. Itulah Leo. Singa yang tak pernah berhenti mengaum di sepanjang jalan. teks HERYUS SAPUTRO

A

Foto SELO SUMARSONO

nak kedua dari empat bersaudara ini lahir di Surabaya pada 8 September 1949. Kenal musik sejak kecil, ayahnya, Raden Ngabehi Imam Soebiantoro, pegawai negeri yang tiap lepas Subuh selalu memainkan alat musik gesek di hadapannya. Saat di Sekolah Rakyat (kini SD) Kristen, meski seorang muslim, Leo aktif menyanyi di gereja, sebagai bagian dari kegiatan ekstra-kulikuler sekolah. “Musik adalah sahabat, menyambut nyanyian sebagai kecintaan,� kata Leo suatu kali. Kecintaannya pada musik itu mendorong Leo Imam Sukarno, masuk Kursus Musik Dasar asuhan Tino Kerdijk di masa SMP, selain belajar menyanyi pada Nuri Hidayat dan John Topan. Ketika sang ayah menghadiahinya gitar kopong, Leo pun ikut kursus gitar pada Poei Sing Gwan dan Oei Siok Gwan, dua gitaris bersaudara yang cukup mempengaruhinya.

30

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

31


32

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto BOBBY RANGGADIPURA

INSPIRASI

Awal dekade 1960an, irama rock n’ roll tengah mewarnai minat bermusik para remaja Indonesia. Bersama sesama siswa SMA Negeri 1 Surabaya – Andre Muntu, Harry Darsono (kini desainer), Karim, Ratno, dan Soen Ing – Leo membentuk grup “Barata” yang menyanyikan lagu-lagu milik The Beatles. Grup itu lumayan terkenal sebagai band lokal Surabaya. Toh, jiwa patriotism arek Surabaya itu tak lantas luntur hanya karena menyanyikan lagu ngak-ngik-ngok dari Barat itu. Sebagai siswa SMA misalnya, ia tak luput dari kewajiban baris-berbaris di pelbagai kesempatan, sembari menyanyikan lagu-lagu perjuangan di bawah Tugu Pahlawan. Aktivitas ekstrakulikuler itu menurut Leo, amat mempengaruhinya saat menjelajahi rimba musik. Selulus SMA (1967), Leo kuliah di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik ”Institut Teknologi Sepuluh Nopember” Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya. Tapi tak selesai, karena ‘gimmick’ musik kadung menyihirnya. Pada 1971 misalnya, Leo sering ngumpul di Jl Sindoro 23 Surabaya, dimana ia kerap ngomong soal musik contemporary folk dan folkrock. Di masa itu, ia dan Franky Sahilatua sempat membentuk grup Vraliyoka. “Cuma sebentar,” kata Leo, karena Franky hijrah ke Jakarta dan lalu beken lewat Franky & Jane. Leo kemudian menggaet Gombloh membentuk kelompok rock progresif Lemon Trees, yang gaungnya bahkan sampai ke publik musik Jakarta. Sayang karena perbedaan pilihan estetik dan artistik, grup itu juga mati dini. Gombloh bersolo karir. Sementara Leo, memilih menjadi troubadour alias musisi-penyair yang berkeliling, dan dengan menggandeng Mung, Naniel, penyanyi Tatiek dan Yayuk, mendeklarasikan grup “Konser Rakyat” Leo Kristi. Mendiang Franky Sahilatua, Gombloh, maupun Leo Kristi, adalah para biduan progresif Indonesia yang memilih meneriakkan balada di tiap lagu karyanya. Namun, berbeda dengan kedua almarhum sahabatnya, itu Leo lebih memposisikan diri sebagai musisi pengelana. Sementara dalam pencapaian popularitasnya, Franky dan Gombloh memilih ‘mendarat’ di satu tempat - dengan tetap bersuara lantang tentang alam, cinta dan dinamika sosial kemasyarakatan - Leo lebih memilih ‘jalanan’ sebagai ajang bermusiknya. Sebab, ia merasa menemukan ‘pengembaraan’ musikalnya lewat perjalanan panjang menjelajah Nusantara, dalam konser-konser terbuka yang seringkali gratis. Bagi Leo, “Konser Rakyat” Leo Kristi (KRLK) adalah sebuah konsep atau wadah di mana ia berkreasi. “Ibaratnya, ini sebuah grup terbuka,” katanya. Artinya, siapa pun pemusik dan penyanyi, bisa bergabung melalui proses inisiasi, latihan panjang dan intensif, sebelum pentas di suatu lokasi. Itu bisa dilihat dari formasi grup yang secara dinamis terus berubah. Bila formasi awalnya adalah Mung, Naniel, Tatiek dan Yayuk, misalnya, lantas berobah menjadi Mung, Ote, Komang, Cok Bagus, serta Yana dan Nana van Derkley bersaudara. Formasi itu terus berubah hingga penampilannya yang terakhir.

Leo Memposisikan sebagai musisi pengelana

Bagi Leo, itu justru merupakan situasi yang patut disyukuri. “Ada suatu saat seseorang punya waktu dan pemahaman yang sama untuk ngumpul dan kerja bareng. Tapi, juga ada saat di mana kita harus meninggalkannya, karena ada hal lebih penting untuk dijangkau. Enggak masalah. Yang penting, kita tetap menjalin silaturahmi dengan baik,” kata Leo. Dengan ‘konsep’ itu Leo Kristi bertahan dan eksis. Dalam perjalanannya, KRLK bahkan mendapat julukan spesial sebagai grup “tujuhbelas-agustusan”, kerena sejak 1975, nyaris tak pernah absen tampil di Jakarta (di Taman Ismail Marzuki atau di Gedung Kesenian Jakarta), dalam pentas memperingati HUT Kemerdekaan 17 Agustus. Grup ini memang lebih banyak menyanyikan lagulagu balada dalam genre folk dan country. Beberapa album ditelorkan Leo Kristi, dengan lagu-lagu berlirik puitis,

tentang semangat cinta bangsa, atau tentang potret kegigihan masyarakat melakoni hidup di pelbagai pelosok Indonesia, sebagaimana terangkum dalam album Nyanyian Fajar (1975), Nyanyian Malam (1976), Nyanyian Tanah Merdeka (1977), Nyanyian Cinta (1978), Lintasan Hijau Hitam dan Potret Kecil Citra Negeriku (1984), Biru Emas Bintang Tani (1985), dan Catur Paramita (1993). Minyimak lirik lagu-lagunya, tak bisa disangkal: Leo adalah penyair andal. Jiwanya selalu gelisah, kritis melihat dan menyikapi ketimpangan sosial masyarakat. Tapi yang menarik, ia selalu mampu mengungkap kepedihannya itu dalam bahasa sederhana. Protesnya kepada pemerintah misalnya, disampaikan dengan cermat, tanpa harus ada pihak yang tersinggung. Dan, semua itu terjadi pada zaman rezim Orde Baru yang amat represif. Simak misalnya, tembang bertajuk Salam Dari Desa ini:

Kalau ke kota esok pagi Sampaikan salam rinduku Katakan padanya Padi-padi telah kembang Ani-ani seluas padang Roda giling berputar-putar Siang malam Tapi bukan kami punya Anak-anak kini telah pandai Menyanyikan gema merdeka Nyanyi-nyanyi bersama-sama Di tanah-tanah gunung Tapi bukan kami punya Bukan kami punya

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

33


Foto SELO SUMARSONO

melakoni ‘profesi’ lamanya sebagai pengasong buku terbitan Groliers American Books, dan jadi karyawan pabrik cat Texmura di Surabaya. Antara tahun 1974 – 1975, Leo juga pernah jadi penyanyi tetap di restoran ”China Oriental” dan ”Chez Rose”, plus sesekali memenuhi undangan menyanyi di ” Goethe Institute, Surabaya. K ehidupan k awan-k awannya juga setali tiga uang. Seorang anggota senior kelompok itu misalnya, hingga beberapa tahun lalu masih nyambi hidup sebagai penjual jagung bakar di kakilima Surabaya. Sementara tiap kali harus pentas ke Jakarta, Leo tetap harus putar otak bagaimana bisa beli tiket kereta api kelas ekonomi bagi anggota grup yang harus berangkat. Bisa jadi, Leo memang tak menjadikan kemampuannya bermusik sebagai ajang penopang hidup. Baginya, rekaman album lebih merupakan paket dokumentasi perkembangan musik mereka. Seperti penyair, bermusik adalah jalan hidup yang ingin terus ia lakoni sepanjang langkah dan nafas. Syukur bila dari bermusik, ada rewards dari Allah Swt berupa rezeki. “Apa yang saya dapat dari penjualan album rekaman, dari honor pentas, itulah rezeki saya. Alhamdulillah, itu cukup,” kata Leo. Kehadiran Leo Kristi dengan gitar bolongnya itu memang menggembirakan, sekaligus mengharukan. Bila musisi balada lain saat itu, seperti Franky Sahilatua dan Gombloh, atau generasi di bawahnya semisal Iwan Fals dan Doel Sumbang, telah dengan sadar berdamai dengan pasar, hingga secara finansial lebih dari berkecukupan, namun Leo Kristi, merasa menemukan “pengembaraan” musikalnya lewat perjalanan panjang menjelajah Nusantara, menggelandang dan bersentuhan langsung dengan kehidupan rakyat jelata dalam proses kreatif penciptaannya. Dengan lagu balada sarat patriotisme dan cinta, ia tetap menggelorakan semangat juang. Tak peduli berapa pun uang di tangan. Ia berkelana dari satu tempat ke tempat lain, bersama kelompoknya ataupun seorang dir i. Per nah ia mengabarkan tengah bermukim di satu desa di Sulawesi. Lain waktu, ia bilang tinggal di Bandung bersama anak-istrinya. Terakhir ia mengaku

sudah tenteram tinggal di Bali. Tapi yang pasti, di mana pun berada, ia tetap bermusik. “Ruangku ada di manamana,” pengakuannya, tanpa maksud bersombong diri. Leo memang bisa membangun pentas di mana saja. Di lapangan terbuka, di gedung auditorium, atau sekadar di sebuah warung. Sabtu malam, 20 Mei silam misalnya, KRLK tampil di Gedung Kesenian Miss Tjitjih, yang nyempil di gang sempit di perkampungan padat Cempaka Putih, Jakarta Pusat. “Iki gaweane arek-arek LKers,” ucap Leo, tertawa lepas. Itu adalah kerjaannya anak-anak LKers. LKers adalah sebutan bagi komunitas penggemar lagu-lagu Leo Kristi. Mereka ‘ bantingan’ mengumpulkan dana, mengupayakan ajang pentas bagi KRLK. “Kebetulan ada anggota ulang tahun. Ya, sudah, sekalian temu kangen sama Mas Leo,” ungkap seorang aktivis LKers. Di Gedung Miss Tjitjih itu, dalam usia 62 tahun, Leo tampil menghentakhentakkan gitar kopongnya, diperkuat formasi Lilik (biola), Sena (perkusi), dan Wiyana (bas), didampingi penyanyi muda bernama Dhisa untuk mengimbangi suara Leo. Performa yang hangat dan guyub, karena nyaris di sepanjang pertunjukan dua jam malam itu, para LKers di bangku penonton, mendadak hadir sebagai ‘paduan suara’, ikut bernyanyi sepanjang Leo bernyanyi. Konser memang tak lagi syahdu seperti dulu. Semua syair menggelitik yang dilantunkan Leo, tertimbun oleh ‘paduan suara’ para LKers. Termasuk lagu baru semisal Negeri Mainan AnakAnak yang mengkritisi hiruk-pikuk dunia politik dan sepak bola negeri ini, yang ibarat negeri mainan anak-anak. Tapi agaknya, itu bukan soal bagi Leo. Ia lebur di dalamnya. Juga saat konser ditutup dengan acara foto bareng, dan bersama-sama menyanyikan dua lagu ‘kebangsaan’ Leo Kristi: Gulagalugu Suara Nelayan, serta Salam Dari Desa. Itulah Leo. Ia tak pernah berhenti mengaum. n

Sempat melakoni profesi lama sebagai pengasong buku

34

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

35

INSPIRASI

Foto SELO SUMARSONO

Kegembiraan dan sikap kritis Leo dengan gitar bolong di pangkuannya, itu memang melenakan sekaligus mengharukan. Lagu-lagu Leo Kristi kerap menjadi gumam banyak orang yang setuju bahwa ketimpangan sosial di masyarakat Indonesia saat itu, bahkan saat ini, memang harus disuarakan. Dan, Leo bersama kelompoknya tak pernah berhenti menjadi bagian dari semangat restorasi yang selama ini menggumpal di tiap dada warga negara. Karena itu, kalangan kampus misalnya, rajin mengundang KLRK untuk manggung. Uniknya, popularitas itu tak sertamerta menjadikan hidup Leo Kristi dan kawan-kawan jadi makmur. Bahkan, di kalangan perusaaan perekam lagu beredar kredo, bahwa album KRLK susah dipasarkan, walau nyatanya album bajakannya beredar luas di masyarakat. Leo Kristi dan kawan-kawan memang tetap hidup sederhana, sebagaimana sebelum mereka populer. Pada 1990an misalnya, di jeda panjang saat tak ada order manggung, Leo Kristi tetap


WACANA

Patrice Rio Capella

Ketua Umum Partai Nasdem

“Semangat Restorasi di Partai Nasdem” teks Indri Ariefiandi Foto LEONARDUS WISNU

36

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

37


Bagaimana sikap Nasional Demokrat di daerah? Nah, kalau di daerah umumnya mereka ingin mempercepat pembentukan parpol. Bahkan untuk menjadi ketua di daerah itu tidak jadi soal. Ada memang yang masalah, tapi lamalama mereka bisa memahami. Itu tinggal pilihan-pilihan saja. Anda tetap mau di ormas, atau Anda mau di partai, semua terserah. Ada Nasdem, ada Nasional Demokrat. Isunya sama mengangkat mengenai restorasi. Bagaimana pandangan dan pendapat inisiator? Inisiator, kan ada Bapak Surya Paloh dan Sri Sultan. Saya pikir selaku tokoh bangsa tentu beliau mengapresiasi ide kami. Soal kenapa ada begini pasti ada pertanyaan. Itu soal biasa. Tapi ini kan orang berjuang kok ditahan-tahan? Pak Surya Paloh itu pejuang dari bawah, Sultan itu keluarga pejuang, jadi orang berjuang untuk Gerakan Perubahan. Kecuali saya mengebom di mana-mana, ya jangan. Kalau sepanjang perjuangan itu untuk memperbaiki negeri ini, untuk melakukan yang terbaik, kenapa harus dilarang? Kalau untuk perbaikan bangsa kenapa tidak? Itu saja prinsipnya. Jadi, para inisiator itu memberikan restu...? Restu, iya. Tapi, kalau izin kan berbeda? Bisa iya bisa juga tidak. Nanti kalau tidak diizinkan bagaimana, dong? Restu iya, restu kepada inisator kami minta, kepada rakyat Indonesia pun kami minta restu bahwa kami akan mendirikan sebuah partai politik.

P

artai Nasional Demokrat (Nasdem) telah resmi mendaftar sebagai salah satu peserta Pemilu 2014. Kasubdit Hukum Tatanegara Departemen Hukum dan HAM, Josi B Sugiarto mengungkapkan, partai ini telah mendaftar pada 6 April 2011. Pendaftarannya bukan atas nama Surya Paloh, Ketua Umum Organisasi Kemasyarakatan Nasional Demokrat. Melainkan, Patrice Rio Capella dan Ahmad Rofiq yang masing-masing menjabat Ketua Umum dan Sekjen Partai. Keruan saja, kemunculan Partai Nasdem tersebut mengagetkan banyak pihak. Sebab, sejauh ini, kendati dugaan dan wacananya sudah lama berlangsung, tak ada instruksi atau keputusan resmi dari pihak Ormas Nasional Demokrat untuk membentuk partai politik. Bahkan, Rapimnas Organisasi Kemasyarakatan Nasional Demokrat, Januari lalu, jelas menyebutkan: organisasi ini akan tetap menjadi ormas dan tak akan menjadi atau berubah jadi partai. Pun membentuk atau melahirkan partai. Lalu, apa, siapa, dan bagaimanakah Partai Nasdem

38

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

sesungguhnya? Berikut petikan wawancara Indri Ariefiandi dari IM dengan Patrice Rio Capella, Ketua Umum Partai Nasdem. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Partai Nasdem? Saya menangkap sinyal bahwa rakyat Indonesia menghendaki adanya perubahan yang signifikan terhadap bangsa ini ke depan. Kemudian, setelah satu tahun berjalan, saya melihat ormas Nasional Demokrat yang memiliki tagline “Gerakan Perubahan,� perjuangannya tidak akan maksimal jika tidak punya alat politik untuk memperjuangkan ide Restorasi jika hanya melalui ormas. Perjuangan politik tentu harus dilakukan melalui partai politik. Dengan begitu kita dapat melakukan gerakan perubahan melalui jalur konstitusional yakni melalui Pemilu 2014 yang akan datang. Tetapi dalam setiap kesempatan Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat, Surya Paloh selalu mengatakan Nasional Demokrat tidak akan menjadi parpol?

Iya, karena ormasnya sudah dikatakan tidak akan menjadi partai politik, Maka kami mengambil inisiatif untuk mendirikan partai politik yang membawa nilai-nilai yang diperjuangkan oleh ormas Nasional Demokrat. Sehingga, wajar saja jika partai kami menggunakan nama Partai Nasdem. Apa tantangan utama ketika akan membuat partai Nasdem, terutama dari dalam Ormas Nasional Demokrat sendiri? Tantangan itu datang dari luar dan dalam. Dari dalam tentu tidak semua bisa memahami terbentuknya partai ini. Ada yang mengatakan, sejak awal kita janjinya tidak jadi partai, jadi tantangan dari dalam itu, karena tidak ada kesepahaman ide dan semangatnya tidak sama. Teman-teman terdiri dari bermacam latar belakang. Ada yang dari partai politik, akademisi, pegawai negeri. Tapi ada juga yang menghendaki itu jadi partai politik. Keriuhan itu wajar, karena memang tidak ada rapat resmi yang mengatakan itu akan menjadi parpol, karena ormas tidak melahirkan parpol, kami yang bersemangat membuat partai.

Sebagian masyarakat mengharapkan ada figur pemimpin baru pada 2014. Apakah Partai Nasdem sudah melirik figur? Atau dari Partai Nasdem sendiri? Masih terlalu pagi kalau kita bicara masalah figur. Sekarang ini kami sedang menyiapkan agar partai ini bisa lolos pemilu. Yang pasti, kami memerlukan figur itu dengan satu kriteria: Figur yang mampu dan kredibel untuk membawa perubahan bagi bangsa ini lebih baik dari yang kemarin. Jadi, figur itu yang kami cari, dan pasti akan ketemu. Kapan rencana launching partai ini? Tanggal 26 Juli 2011, di Jakarta. Lalu, Insya Allah, 27 Juli kami akan mendaftar secara resmi dengan membawa berkas. Kalau kemarin itu kan cuma mendaftarkan nama saja. Persyaratannya kan belum masuk... n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

39

WACANA

Ada juga yang mengatakan kenapa namanya Nasdem? Lo, kenapa memangnya kalo Nasdem? Kan itu bukan Nasional Demokrat? Namanya kok mirip? Memang isu yang kami bawa sama: restorasi, semangat perubahan. Ya, sebenarnya tidak harus Nasdem. Bisa dibuat partai lain juga, kok. Gerakan Restorasi akan sempit jika hanya dibawa oleh Nasdem. Kalau dibawa oleh ormas, ya keliru. Harusnya semua orang membawa isu tentang perubahan. Itu bagi kami maknanya positif saja, namanya dinamika lama-lama akan hilang sendiri.


Foto DOK.BINTANG

Angelina Sondakh NIKA NIKI

MEMINTA UANG teks Indri Ariefiandi

elakangan ini nama Angelina Sondakh sering dikaitkan kasus dugaan suap dan korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang. Bahkan Mantan Putri Indonesia 2001 bernama lengkap Angelina Patricia Pingkan Sondakh, itu sempat mengaku enggan bicara soal itu. Terlebih, perempuan 33 tahun itu pernah membantah keterlibatannya dalam aib tersebut. Namun, pada 30 Mei lalu, ibu dari Keanu Jabaar Massaid, itu menjelaskan bahwa ia sudah menyiapkan dokumen untuk menjawab panggilan KPK, walau janda mendiang Adjie Massaid, itu mengaku KPK belum menjadwalkan pemeriksaan atas dirinya. “Yang pasti, saya sudah siapkan data-data,” kata anggota Komisi Olahraga dan Badan Anggaran DPR itu di gedung DPR, Jakarta. Perempuan yang mengawali karir model sebagai Juara III Puteri Ayu Manado pada 1995, itu sebelumnya disebut-sebut sebagai koordinator badan anggaran untuk pembangunan wisma atlet Sea Games. Ia juga ditengarai meminta jatah dari PT Duta Graha Indah, pemenang tender proyek tersebut, sebesar 13 persen. Uang itu konon akan dibagikan kepada anggota Komisi Olahraga DPR. Namun, soal itu, perempuan yang akrab disapa Anggie itu membantah keras. “Sudah cukup dijelaskan bahwa saya tidak pernah meminta uang. Tapi nanti saya akan jelaskan lebih lanjut kalau dipanggil KPK,” kata lulusan Fakultas Ekonomi Pemasaran dari Unika Atmajaya Jakarta itu. n

Nama: Angelina Patricia Pingkan Sondakh ■ Lahir: Australia, 28 Desember 1977 ■ Prestasi: ● Outstanding effort in maths, textile & design and scripture, Presbyterin Ladies Collage, Sidney (1993) ● Certificate of merit in chemsitry, Armidale Public High School Armidake, NSW (1994) ● Juara III Puteri Ayu Manado (1995) ● Juara I dan Juara Favorit Puteri Pixy Manado (1995) ● Juara I dan Favorit Cewek Keren Manado (1995) ● Juara I dan Puteri Intelegensia, Puteri Kencana Manado (1995) ● Juara I Puteri Pantai Manado (1995) ● Juara I dan Puteri Intelegensia, Puteri Simpatik Manado (1995) ● Juara I Wulan Minahasa (1995) ● Juara I, Favorit dan Busana Terbaik, Puteri Cempaka Manado (1995) ● Juara I Noni Sulut (1996) ● Miss Novotel Manado (1999) ●Miss Novotel Indonesia (2000) ● Puteri Indonesia Tingkat Sulawesi Utara (2001) ● Puteri Indonesia (2001) ● Penghargaan Satya Karya Kemerdekaan dari Menteri Sosial Republik Indonesia (2002) ● Anggota DPR 2004-2009 & 2009 – 2014 ●

40

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

41


NIKA NIKI

Andi Nurpati

MAFIA PEMILU teks Indri Ariefiandi Foto Leonardus Wisnu

S

alah seorang anggota Partai Demokrat yang bermasalah adalah Andi Nurpati, 45 tahun. Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat, itu dilaporkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD ke kepolisian, 12 Februari 2010. Ia diduga memalsukan putusan MK dalam sengketa calon anggota legislatif (caleg) DPR RI Dapil Sulsel I. Menurut laporan Mahfud, kasus bermula dari munculnya surat MK palsu teranggal 14 Agustus 2009. Itulah surat yang digunakan KPU untuk menentukan kemenangan Dewi Limpo. Kemudian MK membuat surat yang benar dan asli tertanggal 17 Agustus 2009. Surat asli itu diterima Andi Nurpati. “Tapi saat mengambil keputusan akhir, KPU tetap menggunakan surat palsu, karena Andi Nurpati tak menyampaikan surat asli MK itu,” kata Mahfud. Menurut Mahfud, pihaknya telah menegaskan kalau surat yang dipakai KPU salah. Namun ternyata KPU tetap menggunakan surat MK palsu sebagai bahan rujukan. Masih menurut Mahfud, pihak MK telah melakukan investigasi atas kasus itu pada 2010 lalu. “Tim dipimpin Prof. Mukhtie Fadjar,” kata Mahfud. “Hanya, hasil investigasi itu tak diumumkan kepada publik,” tambah dia, tanpa menyebutkan sebab musababnya.

Dan kini, selain menghadapi urusan dengan polisi, Andi juga harus berurusan dengan Panitia Kerja Mafia Pemilu yang dibentuk Komisi II DPR. Ciutkah nyali Andi? “Terkait pembentukan Panja, saya menghormatinya. Kalau saya dipanggil atau diundang atau diminta, saya akan hadir. Insya Allah, saya akan memberikan penjelasan,” ujar perempuan kelahiran Macero Wajo, Sulawesi Selatan itu. Bagi Andi, yang kini menjabat Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat, kontroversi rupanya sudah menjadi garis hidupnya. Dulu, ketika ia meninggalkan KPU untuk bergabung dengan Partai Demokrat, banyak pihak menuduh ibu tiga anak itu melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. Bahkan, sebagian kalangan berspekulasi bahwa ia hengkang dari KPU karena balas jasa Partai Demokrat dalam Pemilu 2009. n

Nama: Andi Nurpati Baharudin ■ Lahir: Macero Wajo, Sulawesi Selatan, 2 Juli 1966 Pendidikan: Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah, UIN Alaudin Ujung Pandang (1992) ■ Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Lampung (2006) ■ Master Teacher Programme Deakin University Melbourne, Australia pada tahun 2000. ■ Karir: PNS guru pembina Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Model Kota Bandar Lampung-Provinsi Lampung ■ Dosen luar biasa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Lampung, IAIN Raden Inten Bandar Lampunåg ■ Anggota Panwaslu Provinsi Lampung pada Pemilu 2004 ■ Ketua Panwas Pilkada Kota Bandar Lampung tahun 2005 ■ Sekretaris Perludem (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi) Lampung (2004-2008) ■ Anggota Perludem Pusat (2004-2008) ■ Anggota KPU Pusat periode (2007-2012) ■ Organisasi: ■ Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ■ Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Senat Mahasiswa, Nasyiatul Aisyiah ■ Ketua Lembaga Hukum dan HAM PW Muhammadiyah Lampung ■ Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat periode 2010-2015. ■

42

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

43


NIKA NIKI

Wa Ode da Nurhayati

Mafia Anggaran teks Indri Ariefiandi & WINDA DESTIANA

B

isa jadi, salah seorang bintang DPR periode ini adalah Wa Ode Ida Nurhayati, 30 tahun. Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional, itu dengan lantang memaparkan praktik mafia anggaran yang terjadi dalam alokasi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) 2011. Menurut anggota Komisi VII itu, ada 120 kabupaten/ kota dan 10 provinsi yang menghilang dari alokasi DPID 2011. Padahal, dalam rapat dengan pemerintah, semua daerah itu tercatat sebagai penerima dana tersebut. “Ke mana dan siapa yang menghilangkan daftar tersebut?” kata Wa Ode. Sontak, pernyataan perempuan kelahiran Wakatobi, itu dibantah rekan-rekan sejawatnya. Menurut mereka, yang terjadi justru sebaliknya: Wa Ode ditagih sejumlah kepala daerah yang dijanjikan mendapatkan alokasi DPID – tentu saja setelah melakukan setoran kepadanya. Namun, janji itu rupanya tak bisa dipenuhi. “Maka, berteriaklah dia,” kata seorang anggota DPR. Persoalan kian seru manakala beberapa utusan kepala daerah mengadu kepada Badan

Anggaran DPR RI. Sosok istri dari M. Arif M itu pun kian kontroversial. Terlebih, setelah Ketua DPR Marzuki Alie melaporkan Wa Ode ke Badan Kehormatan DPR. Menurut Marzuki, pernyataan Wa Ode – yang menyebut-nyebut pimpinan DPR, pimpinan Badan Anggaran, dan Menteri Keuangan harus bertanggungjawab atas perkara itu – telah melanggar kode etik anggota DPR. Sementara, Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) melaporkan Wa Ode ke KPK. Mereka menuduh Wa Ode sebagai calo anggaran. Toh, satu-satunya politisi PAN yang lolos dari dapil Sultra, itu tidak gentar. Ia mengaku siap dipanggil jika BK memerlukan keterangannya. Sementara, laporan MAKI ke KPK dinilai Wa Ode sebagai wujud sakit hati, setelah tidak ditemukan bukti keterkaitan dirinya dengan praktik percaloan itu. “Biarlah KPK menganalisis kelayakan barang buktinya. Saya siap dipanggil,” katanya. Tanpa rasa takut. n

Nama: Wa Ode Ida Nurhayati S. Sos ■ Lahir: Wakatobi, Sultra, 6 November 1981 ■ Partai: Partai Amanat Nasional ■Daerah Pemilihan: Sulawesi Tenggara ■ Pendidikan: STIA Karya Dharma ■ Anggota Komisi VII, Anggota Badan

Foto M.IRFAN/MI

Anggaran. ■

44

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

45


Martin Manurung

Nama: Hasoloan Pahala Martin

MeMBERI SOLUSI

Yudi Manurung ● Lahir: Jakarta,

teks Indri Ariefiandi Foto Leonardus Wisnu

31 Mei 1978 Pendidikan: SD Tarakanita II, Jakarta (1990) ● SMP Tarakanita I, Jakarta (1993) ● SMAN 37 Jakarta (1996) ● Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (2001) ● School of Development Studies, University of East Anglia, Norwich, Inggris (2007) ● Prestasi: Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (2000) ● Bea siswa The British Chevening Awards untuk program Master (2005-2006) ● Pekerjaan: President Director, PT Sekurindo Gada Patria ● Executive Director, Institute for Welfare Democracy ● Deputy Chairman of Supervisory Board, Institute for International Peacebuilding ● Deputy Secretary General of Nasional Demokrat General Chairman of Garda Pemuda Nasional Demokrat .●

46

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

S

elain lelet, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang pandai berkilah. Tinggal dua tahun pemerintahannya, ia baru meluncurkan Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Lebih dari itu, belum apa-apa, ia malah menyebut-nyebut kendala yang bisa menjegal program tersebut. Karuan saja, hal itu membuat politisi muda Martin Manurung sewot. “Seorang pemimpin harusnya memberi solusi. Program belum jalan, alasan sudah dicari,” kata Wakil Sekjen Perekonomian dan Sumber Daya Nasional Ormas Nasional Demokrat itu. Dengan dikedepankannya hambatan yang ada, maka jika program MP3EI gagal dijalankan, SBY dengan mudah akan menyalahkan bawahannya. Baik level menteri maupun birokrat di bawahnya. Bahkan, peraturan daerah, undang-undang, dan politik yang tidak sehat pun bisa jadi kambing

hitam. “Harusnya SBY berkata, saya mencanangkan MP3EI ini untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sekian persen, kemisikinan sekian persen, pengangguran sekian, dan sebagainya,” kata Martin, yang meraih Master of Arts bidang Studi Pembangunan, di Sekolah Studi Pembangunan Universitas East Anglia, Norwich, Inggris (2007) itu. Dan, untuk mencapai hal tersebut, kata Martin, 33 tahun, Presiden harus memerintahkan aparatnya untuk membuat undangundang yang mendukung sekaligus membatalkan undang-undang yang menghambat kelangsungan program kerja itu. “Saya perintahkan Mendagri untuk membatalkan 300 Perda yang hanya akan menghambat. Saya minta menteri Pendayagunaan Aparatur Negara memeriksa seluruh performance. Birokrasi yang tidak bisa mendukung program kerja ini, segera diganti! Nah, itu baru tercapai,” kata Ketua Garda Pemuda Nasional Demokrat itu. n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

47


HAKIM GUGAT teks Indri Ariefiandi

G

emas karena independensi kekuasaan kehakiman dan kemandirian peradilan direcoki banyak pihak, Andy Nurvita, 32 tahun, menggagas grup Rencana Peserta Aksi Hakim Indonesia Menggugat Presiden dan DPR RI di jejaring social Facebook. Tak mainmain. Langkah pertamanya, grup itu akan memohon judicial review atas UU tentang Keuangan Negara yang dinilai melemahkan kedudukan lembaga yudikatif. “Saya sebagai Hakim diberi kewajiban oleh UU tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 3, untuk menjaga kemandirian peradilan,” kata Raden Roro Andy Nurvita. Sarjana Hukum dari Universitas Atmajaya Yogyakarta yang senang berpuisi dalam blognya itu berpendapat, saat ini Presiden dan DPR tidak mendukung independensi kekuasaan kehakiman. Hal itu, tercermin dari kebijakan maupun produk politik di bidang yudikatif. Akibat pernyataannya itu Andy pun diperiksa

hakim pengawas selama 4,5 jam di ruang Bawas MA. “Keberadaan UU tentang Keuangan Negara itu melemahkan kedudukan lembaga yudikatif, padahal kemandirian anggaran merupakan hal tak terpisahkan dalam kesedarajatan hubungan antara legislatif - eksekutif - yudikatif,” kata hakim di PN Salatiga yang pernah bertugas di PN Lubuk Basung, Agam, Sumatera Barat itu. Karena itulah, ibu seorang anak ini menolak jika sikapnya dan sikap rekanrekan seprofesinya itu sekadar ingin meningkatkan kesejahteraan mereka. Menurut Andy, lembaga legislatif dan eksekutif telah mengangkangi lembaga yudikatif habis-habisan sejak lama. Dan, pengakuan konstitusional UUD 1945 atas kekuasaan kehakiman yang merdeka secara organisatoris, administrasi maupun finansial, harus segera diwujudkan, katanya. Mantap. n

Nama:Raden Roro Andy Nurvita ■ Lahir: 1 November 1978 ■ Pendidikan: Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

48

Foto KOL.PRIBADI

NIKA NIKI

Andy Nurvita

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

49


Johan Budi SP

Pimpinan KPK teks Indri Ariefiandi & RUBAYYI ASTARI Foto Leonardus Wisnu

P

udarnya citra Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) rupanya membuat bursa calon pimpinan komisi itu sepi peminat. Tak pelak, hal itu memaksa awak KPK saat ini – mulai dari pimpinan, deputi, penasihat, bahkan juru bicara – ramai-ramai mendaftarkan diri. Sehingga, hari terakhir pendaftaran calon Pimpinan KPK jilid III pun, Senin, 20 Juni lalu, diwarnai pendaftaran oleh keluarga besar KPK. Kedatangan penasihat ahli KPK Abdullah Hehamahua, memang tak tercium awak media. Namun, tidak demikian dengan Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Chandra M Hamzah, Deputi Penindakan KPK Ade Rahardja, dan Juru Bicara KPK Johan Budi. Sebelumnya, Deputi PIPM KPK Handoyo Sudrajat sudah terlebih dulu mendaftar. “Ini merupakan bentuk kepedulian saya terhadap KPK. Saya merasa KPK belum selesai menjalankan tugas-tugasnya,” kata Johan Budi menjelaskan aksi daftarnya itu. Mantan pewarta tangguh itu mengaku cukup prihatin atas segala peristiwa yang menimpa KPK sekarang ini. Ia melihat kriminalisasi terhadap institusi KPK (2009) mengakibatkan kinerja KPK menjadi kontra produktif. Meskipun, menurut Johan, saat ini KPK telah kembali kepada kinerjanya yang dulu. “Saya kira, sedikit demi sedikit KPK telah mulai kembali ke performance semula. Memang perlu waktu untuk bisa kembali seperti pada 2008,” kata lulusan Teknologi Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia (1992) itu. Menjadikan KPK sebagai organisasi yang sesuai dengan jalurnya -- membasmi koruptor, melaksanakan pemberantasan dan melakukan pencegahan korupsi -- merupakan misi Johan sebagai pimpinan KPK nanti. Dan, untuk mencapai itu, Johan berjanji akan berkoordinasi dengan pihak lain. “Yang disebut dengan pencegahan, itu meliputi perbaikan sistem dan pendidikan antikorupsi,” kata calon pimpinan termuda KPK yang belum terkontaminasi busuknya birokrasi, politik, dan penegakan hukum di negeri ini. Modal utama untuk menjadi orang terkuat dalam pemberantasan korupsi. n

50

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Nama: Johan Budi SP ■ Lahir: Mojokerto, Jawa Timur, 29 Januari 1966 ■ Pendidikan: Teknologi Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia – 1992 ■ Pengalaman: Pewarta Majalah Berita Forum Keadilan (19951999) ■ Pewarta Majalah Berita Tempo (1999 – 2005) ■ Juru Bicara / Humas KPK (2005 – sekarang). ■

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

51


NIKA NIKI

Foto RAMDANI/MI

Arumi Bacshin

AKHIR PETUALANGAN teks Indri Ariefiandi

S

elama tujuh bulan kabur dari rumah, Arumi Bachsin, 17 tahun, mendapat perlindungan dari Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK). Selama itu pula, artis yang ikut bermain dalam film Bestfriend? (2008), itu selalu mendapatkan pengarahan dari psikolog Seto Mulyadi, yang juga menjabat pembina KPAI. Tak aneh bila putri dari pasangan Rudy Bachsin dan Maria Lilian Pesch, itu kemudian bercita-cita menjadi seorang psikolog. Kembalinya Arumi ke pangkuan keluarganya, itu tak lepas dari bantuan seniman-politisi Eros Djarot. Dan, Eros pun mengamini cita-cita perempuan berdarah Palembang-Bengkulu-Jerman-Belanda itu. Pada saat yang sama, Eros juga mafhum mengapa perempuan yang sejak usia 12 tahun sudah terjun ke dunia modelling itu kabur dari rumah. “Memang, itu masa-masa sulit untuk remaja,� kata Eros tentang perempuan yang mengawali karirnya di sinetron Azizah itu. Petualangan tujuh bulan gadis sampul majalah Cosmo Girl (Februari 2007) yang menghebohkan, itu pun berakhir pada 22 Mei lalu. Ketika itu, model produk Elith dan Miraton itu dipertemukan dengan keluarganya di kediaman Ny. Linda Gumelar, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dan, peluk serta tangis antara anak dan ibu pun terjadi di depan kamera para pewarta. Selesai? Mudahmudahan. n

Nama: Arumi Bachsin Lahir: Jakarta, 19 Februari 1994 Film : Bestfriend? (2008) Pocong Jalan Blora (2009) Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets (2009) 18+ (2010) Not For Sale (2010) 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010) Pocong Jumat Kliwon (2010) Heart 2 Heart (2010) BaikBaik Sayang (2011) Sinetron : Azizah Kawin Muda Chelsea . Dia Bukan Cinderella .Karissa Sumpah I Luv U.Cintaku. Dia Bukan Anakku.

52

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

53


Samuel Wattimena

PEDULI BUDAYA teks Indri Ariefiandi Foto Leonardus Wisnu

D

unia seni tak mengenal batas. Pun agama. Simak saja keterlibatan perancang mode yang lebih mengedepankan mode-mode warisan tradisional, Samuel Wattimena, 50 tahun. Mengerjakan kostum para pemain Di Bawah Lindungan Kabah, film religi adaptasi dari novel klasik Di Bawah Lindungan Kabah kar ya sastrawan sekaligus ulama, Buya Hamka, ia tak sedikit pun merasa rikuh. “Banyak aspek

budaya yang masyarakat Sumatera Barat sendiri ternyata nyaris tidak memahaminya,” kata Samuel, tentang film produksi MD Pictures yang rencana tayangnya Lebaran 2011 itu. Perancang yang sempat menangani kostum beberapa penyanyi top Indonesia, itu menilai film Di Bawah Lindungan Kabah mengandung pendidikan budaya dan sejarah. Sehingga melalui film itu, ia berharap penonton akan mengetahui nilai-nilai budaya masyarakat Minangkabau pada 1920-an, dan pemikiran bangsa kita yang saat itu sudah maju. Untuk itu, Sammy, panggilan akrab Samuel, telah menghabiskan waktu dua tahun ketika meriset busana yang dikenakan masyarakat Minang masa itu. Toh, ia tidak sulit mengaplikasikan hasil risetnya itu. “Yang tersulit justru mencari asesoris yang harus ditambahkan pada busana itu,” kata Sammy, di rumahstudionya di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan. Karena itulah, pemilik World of Maluku (WOM) Magazine, itu tak lupa berterimakasih pada perkembangan teknologi dan jaringannya, yang telah mempermudahnya dalam mewujudkan rancangan busana film itu. n

Nama: Samuel Wattimena ● Lahir: Jakarta, 25 November 1960 ● Penghargaan: Juara I Lomba Perancang Mode - LPM I (1979) ● Upakarti untuk Pengembangan Tenun Timor-Timur dan Tanimbar, Maluku Tenggara (1990) ● Kostum Film: Pacar Ketinggalan Kereta (Teguh Karya-1989) ● Telegram (Slamet Rahardjo - 2001) ● Cinta dalam Sepotong Roti (Garin Nugroho - 1992) ● Surat untuk Bidadari (Garin Nugroho - 1994) ● Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (Garin Nugroho 2002) ● Opera Jawa (Garin Nugroho - 2006) ● Betina (Lola Amaria - 2006) ● Nagabonar Jadi 2 (Deddy Mizwar – Cassandra Massardi - 2007) ● May (Viva Westi - 2008) ● Kostum Sinetron: Arjuna Mencari Cinta ● Pulang ● Gatot Kaca ■

54

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

55


NIKA NIKI

Soimah Pancawati

SINDEN NYASAR teks Indri Ariefiandi

J

ika tak nyasar jadi sinden, wajah ayu dan suara kenes Soimah Poncowati, 31 tahun, tak akan menggoda penonton acara bincang-bincang Sedap Malam di ANTV. Ibu dua anak itu mengaku kesasar menjadi sinden sejak duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Yogyakarta (1995). “Awalnya ingin masuk jurusan Tari, tapi karena penuh, aku pun masuk Karawitan. Di situlah aku mengenal gendinggending Jawa dan diajarkan nyinden,” kata istri Herwan Prandoko yang “baru saja pulang job di Amerika.” Dunia seni tradisional memang telah diakrabinya sejak kecil. Rumah orang tuanya di Banyutowo, Pati, Jawa Tengah, kerap dijadikan “markas” ketoprak tobong yang berpentas di dekat rumahnya. Ibu Soimah, yang berjualan makanan, menjadi langganan para pemain ketoprak. “Berawal dari situ, almarhum bapakku meperkenalkan aku pada dunia seni, bahkan bapak sempat ikut kethoprak di kampungku,” kata penyuka jatilan dan reog itu. Toh, yang berjasa menemukan bakat seni Soimah adalah bibinya, Ngatini, salah seorang cantrik di Padepokan Tari Bagong Kussudiardjo, Yogyakarta. “Waktu pulang kampung ke Banyutowo, bulik-ku sempat melihat aku menari di hajatan tetanggaku. Nah, dari situlah bulik menyarankan aku agar selepas SMP meneruskan sekolah di Yogyakarta,” kata Soimah. Soimah mengaku, sesungguhnya ia merasa masih belum pantas meraih gelar sinden. Tetapi karena publik terlanjur mengenalnya sebagai sinden, “yo wis aku manut aja,” kata perempuan yang sempat mengecap pendidikan di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta hingga semester VI itu. n

Nama: Soimah Pancawati ■ Lahir: Pati, 29 September 1980 ■ Prestasi: ● Juara I Bintang Televisi Jawa Tengah (2001) Juara I Bintang Karaoke Se-DIY-Jateng (2002) Juara I Bintang Sinetron (2003) ● Wakil Yogyakarta dalam Parade Tari Daerah se-Nusantara (2007) ● Wakil Yogyarkarta dalam Parade Tari Daerah se-Nusantara (2008) ● Pengisi acara Sedap Malam

Foto BOBY R.

dan Segerrr (2009) Bintang tamu di sejumlah acara televisi (2011). ●

56

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

57


PROFESIONAL teks Indri Ariefiandi

T

engah tampil di acara Bukan Empat Mata, 25 Mei silam, penyanyi Syahrini tiba-tiba terkulai jatuh. Lajang 29 tahun itu segera dilarikan ke rumah sakit Medistra dan dirawat di instalasi gawat darurat. Tukul, pemandu acara tersebut, yang kemudian menengok ke rumah sakit, menyatakan Syahrini mencerminkan sosok profesional tulen. “Padahal, menurut keluarganya, hari itu seharusnya Syahrini istirahat karena kecapekan,” kata Tukul. Benar saja. Hanya selang tiga hari, Syahrini sudah tampil di Makassar. Komentar miring terkait fotofoto mesranya bersama penyanyi Glenn Fredly dan VJ Daniel Mananta di internet seakan tak berbekas. “No comment yah teman-teman,” kata Sarjana Hukum lulusan Universitas Pakuan, Bogor, itu setiap kali ditanya perkara foto-foto tadi. Selebihnya, ia melayap dari panggung ke panggung. Menjalani panggilan hidupnya. Toh, banyak gosip seputar sakitnya itu. Konon, perempuan yang besar di Sukabumi dan banyak menghabiskan anggaran untuk merawat seluruh tubuhnya, itu pura-pura sakit demi menghindari pertemuan dengan Anang di televisi lain, sehari setelah ia jatuh pingsan. Bahkan, disebutkan pula, sejak berpisah duet dengan Anang, anak kedua dari tiga bersaudara itu jadi sakit-sakitan. Dan semua itu, dengan mudah ditepisnya pecan lalu. “Aku memang kecapekan. Semua itu tak ada hubungannya dengan Mas Anang,” kata Syahrini. Tentu. n

Foto DOK.BINTANG

NIKA NIKI

Syahrini

Nama: Syahrini ● Lahir: Bogor, 1 Agustus 1982 ● Pekerjaan: Penyanyi ● Album : OST Coklat Stroberi (2007) ● My Lovely (2008) ● Single : Pusing ½ Mati (2009) ● Cinta Terakhir Duet with Anang (2010) ● Kau yang Memilih Aku (2011) ■

58

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

59


SELERA BANGSA

SOTO NUSA SOTO BANGSA SOTO BAHASA KITA teks Heryus Saputro Foto Leonardus Wisnu

Boleh dibilang, nyaris tak ada wilayah sub-etnik di Indonesia yang tak kenal soto. Dari matahari terbit hingga bulan tenggelam, dari Merauke hingga Sabang, soto dikenal orang!

SOTO DANSA

. Begitu tertulis pada spanduk yang terpampang di deretan pedagang kakilima di Kota Manado. Tulisan provokatif itu tentu saja menggugah rasa ingin tahu. Siapa mengira, spanduk di kios soto yang ramai pengunjung, itu ternyata cuma salah tulis. Sebab sebenarnya, dua kata yang dicetak dengan huruf kapital itu masih ada sambungannya, berupa rangkaian kata dengan huruf yang ukurannya lebih kecil sebagaimana tertera di bawahnya, yakni: “Te Kambing.” Kejadian itu bisa mengindikasikan betapa sajian kuliner khas Indonesia yang bernama soto, itu memang amat sangat populer di masyarakat. Tengok saja ke pelbagai sudut negeri ini. Di keheningan desa maupun di keriuhan kota, dari kakilima hingga resto representatif hotel bintang lima, bahkan dalam jamuan kenegaraan, soto dari pelbagai belahan negeri dijual dan dinikmati banyak orang. “What is Soto?” Agak repot juga ketika kita dituntut mendefinisikan “Apa itu soto?” Terlebih kepada tamu asing yang kritis bertanya: Apa beda soto dengan gulai, tongseng, atau Empal Gentong dari Cirebon? Apakah sama dengan Coto, Sroto ataupun Tauto? Soto Kudus

60

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

61


Soto biasa dinikmati dengan hidangan berkarbohidrat semisal nasi, lontong, ataupun ketupat. jagung rebus. Di beberapa daerah, soto malah biasa dinikmati dengan jagung, pisang, ubi dan talas rebus, atau kasuami semacam getuk singkong tawar. Beberapa daerah menyebut soto dengan istilah lain. Dalam budaya Bugis-Makassar misalnya, soto disebut coto. Masyarakat Kebumen dan Banyumas menyebutnya sroto, sementara orang Pekalongan mengenalnya sebagai tauto. Antropolog Universitas Gadjah Mada, Dr Lono Simatupang, menyebut budaya soto Indonesia sebagai lahir dari campuran pelbagai tradisi lokal d a n b u d ay a l a i n . Penggunaan mi atau so-un pada pelbagai j e n i s s o to, m i s a l nya , berasal dari tradisi Cina, negeri pertama yang memiliki teknologi membuat mi dan so-un. Soto juga kemungkinan mendapat pengaruh budaya India, mengingat ada beberapa soto menggunakan kunyit seperti kari India. Denys Lombard, sejarawan Perancis yang dikenal sebagai ahli Indonesia, dalam buku Nusa Jawa: Silang Budaya, menyebut soto berasal dari kata caudo, makanan berkuah asal Cina, yang populer di kawasan Nusantara lewat wilayah Semarang. Kata caudo lambat laun berpiuh

menjadi soto, coto, sroto maupun tauto. Boleh dibilang, nyaris tak ada wilayah subetnik di Indonesia yang tak kenal soto. Dari matahari terbit hingga bulan tenggelam, dari Merauke hingga Sabang, soto dikenal orang! Dengan kuah yang sudah dimasak terlebih dulu, dan siap disiram ke mangkok atau pinggan atau piring, campuran bahan utama disiapkan berupa irisan sayur-mayur, bahan pangan olahan seperti tahu misalnya, dan juga daging. Kadang unuk beberapa jenis soto, bahan daging justru dimasak bersama kuah hingga serupa dengan gulai. Tak cuma sapi dan ayam, di pelbagai daerah juga ada soto dengan daging hewan lain. Sebut misalnya Soto Bebek (Tegal), Soto Seudati (itik) di Kabupaten Pidie (Naggroe Aceh Darussalam), Soto Kelinci (Lembang), Soto Kalong berbahan baku daging kerbau (Indramayu), Soto Kepiting (Banjarmasin), Soto Sotong (Banten), Soto Bandeng (Bangkalan), Soto Belibis (SinderengRappang, Sulawesi Barat), Soto Hiu dan Soto Udang (Pangandaran), Soto Siput (Garut), Soto Bekicot (Kediri), Soto Rusa (Flores), bahkan Coto Kuda (Jeneponto, Sulawesi Selatan). Intinya, setiap daging ternak bisa dan enak dijadikan bahan utama soto. Bahkan, banyak soto populer karena

memanfaatkan bagian-bagian lain dari ternak. Di Betawi misalnya, ada Soto Tangkar yang menggunakan iga sapi muda. Ada pula Soto Kikil, Soto Sumsum, Soto Babat, Soto Ceker, bahkan di Surabaya populer Soto Kriyuk yang menggunakan ‘kerupuk’ ceker ayam. Soto juga tak melulu berbau daging atau elemen lain yang dekat daging ternak. Soto Mie misalnya, mengedepankan unsur karbohidrat (mie kuning) sebagai bahan utama sajian, sementara unsur protein (berupa sandunglamur ataupun daging tetelan) hanya sampiran pada kuah. Demikian halnya dengan Soto di wilayah budaya Banyumas dan Kebumen,

“Soto is Indonesian soup, with chicken or beef meat, vegetable, usualy mung bean sprouts, coconut sauce, and lemon grass spice,� begitu kata seorang ahli kuliner Indonesia pada acara Kuliner Indonesia di Den Haag, Belanda, sekali waktu. Definisi itu bisa jadi tak persis benar. Tapi cukup bisa memberi gambaran kepada orang asing, seperti apakah soto itu. Soto adalah semangkok hidangan berkuah yang semua bahannya disajikan dalam satu mangkok/pinggan/piring. Hidangan semangkok atau one dish meal, begitu istilahnya. Bedanya dengan gulai? Kuah soto selalu dimasak tersendiri. Dituangkan ke dalam rangkaian isinya, semisal daging, mie, kentang, bawang goreng, dll.

62

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

63


SELERA BANGSA

Tak jarang, soto juga dipopulerkan berkait suara yang timbul sebagai efek aktivitas berdagang. yang mengedepankan bihun atau mi-putih sebagai bahan baku utama. Bahkan masyarakat budaya Banyuwangi punya kuliner khas, yakni Rujak Soto. Bahan baku yang disajikan di mangkok nyaris sama persis dengan Rujak Cingur di Surabaya. Cuma di Banyuwangi, ‘Rujak Cingur’ itu disiram kuah soto, jadilah Rujak Soto. Nyaris setiap etnik di Indonesia mengenal kuliner soto dan punya resep sotonya sendiri. Beberapa yang populer berkait etnik, semisal Soto Betawi, Soto Madura, atau Coto Makassar. Lainnya dikaitkan dengan nama kota asal resep kuliner tersebut, semisal Soto Bandung, Soto Banjar, Soto Bogor, Soto Jakarta (nama lain Soto Betawi), Soto Karangasem, Soto Kudus, Soto Lamongan, Soto Medan, Soto Padang, Soto Palembang, Soto Semarang. Ada juga Soto Lombok, dan Soto Sabang. Jangan kaget, keduanya sama sekali tak berkait dengan Pulau Lombok maupun Kota Sabang. Disebut Soto Lombok misalnya, karena bercitarasa amat pedas dan pertama kali diperkenalkan di Jalan Lombok, Semarang. Dari kota Semarang juga ada soto yang merambah ke berbagai kota di Indonesia, yakni Soto Bangkong yang pertama diperdagangkan di Jalan Bangkong, Semarang. Demikian pula dengan Soto Sabang, yang beken lewat Jalan Sabang di Jakarta Pusat. Dalam perkembangannya, soto Nusantara memang sangat fleksibel menangkap demand pasar. Di Jakarta dan sekitarnya misalnya, ada banyak pedagang soto dengan merk Soto Kumis. Tak jarang, soto juga dipopulerkan berkat suaranya. Misalnya “Soto Grombyang” yang populer di Surabaya, karena penjualnya biasa menyajikan dengan ‘iringan musik’ ber-grombyang-an yang sengaja ditimbulkan peracik soto di dapur. Demikian pula dengan “Soto Gebraak...!” di Jakarta, yang warungnya selalu diimbuhi suara-suara gebraak...!-an saat peracik menyajikan sotonya kepada pelanggan. Sila menikmati!berbagai daerah. Tak jarang, soto juga dipopulerkan berkait suara yang timbul sebagai efek aktivitas berdagang. Sebut misalnya “Soto Grombyang” yang populer di Surabaya, karena penjualnya biasa menyajikannya kepada calon pembeli, dengan ‘iringan musik’ berupa suara-suara ber’grombyang’an yang sengaja ditimbulkan peracik soto di dapur. Demikian pula dengan “Soto Gebraak...!” di Jakarta, yang warungnya selalu diimbuhi suara-suara ber’gebraak...!’an saat peracik penyajian soto kepada pelanggan. Soto nusa soto bangsa, silakan pilih, sama enaknya...! n

Soto Kaki Sapi Bogor

64

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

65


KEARIFAN LOKAL

Memancing Ludah

Burung Layang-layang Entah mengapa “si peluncur udara� itu selalu bersarang di tempat-tempat yang sulit dijangkau

teks Riki Dhamparan

S

Burung Walet

66

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto MAHAKAMPHOTO.COM

ejak lama masyarakat Jawa mengenal khasiat sarang burung walet. Menurut cerita rakyat Kebumen, sarang walet yang bertebar di goa-goa karang yang sulit dijangkau di pantai selatan Jawa, adalah milik Nyi Roro Kidul. Suatu hari, seorang tabib bernama Kiai Surti ditugasi kerajaan Mataram Kartasura mencari obat untuk permaisuri yang sedang sakit. Dalam perjalanannya, Kiai Surti tiba di Pantai Karang Bolong dan bertapa di situ. Dalam pertapaannya ia didatangi Dewi Suryawati salah seorang laskar Nyi Roro Kidul. Sang dewi memberikan petunjuk bahwa obat yang dicari itu adalah sarang burung walet yang ada di dalam goa Karang Bolong.

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

67


68

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto MAHAKAMPHOTO.COM

KEARIFAN LOKAL

Pantai Karang Bolong Kebumen memang terkenal dengan goa-goa waletnya. Masyarakat sekitar punya tradisi memanen sarang walet pada bulan ke Sembilan penanggalan Jawa. Dalam upacara itu digelar pertunjukan wayang kulit. Uniknya, dalam lakon yang dimainkan tidak boleh ada yang gugur atau mati. Karena hal tersebut dapat menyebabkan musibah kepada pemetik sarang burung walet. Dalam upacara itu disiapkan beberapa sesaji yang terdiri dari kain lurik hijau gadung, udang wulung, selendang, kasur, dan bantal putih serta makanan sesaji yang dipercaya disenangi Nyi Roro Kidul. Puncak upacara ditutup dengan syukuran beserta pagelaran Tari Tayub. Setelah upacara selesai baru keesokan harinya acara memetik sarang burung walet diselenggarakan. Dengan menggunakan tangga-tangga bambu yang tidak stabil dan tali, pemanen sarang walet akan menuruni gua-gua di tebing-tebing curam pantai Karang Bolong. Pekerjaan yang sangat berbahaya bagi mereka yang tidak terlatih melakukannya. Salah-salah, karangkarang tajam dan ombak besar menunggu di bawah. Entah mengapa “si peluncur udara� itu selalu bersarang di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Seakan-akan burung yang juga disebut sebagai burung layang-layang itu tahu betapa berharganya sarang yang terbuat dari air liurnya itu. Bayangkan harga satu kilogram sarang walet putih di pasaran bisa mencapai Rp 27-30 juta per kilogram. Satu kilogram kira-kira berasal dua ratus sarang. Bila bisa memproduksi 5 sampai 6 kilogram saja dalam sebulan, alamat tajirlah si pemanen. Ta k a n e h , s e j a k 1 9 8 0 - a n , u p a y a membudidayakan walet semakin digalakkan dan menjadi primadona usaha para investor berkantong tebal. Maklum, memindahkan walet dari habitat aslinya di alam bebas ke rumah walet bukanlah perkara mudah. Selain membutuhkan modal awal belasan juta rupiah untuk satu rumah walet paling sederhana, dibutuhkan pula ketekunan dan ketelitian merawatnya. Apalagi teknik budidaya walet merupakan model peternakan yang baru berkembang di Indonesia. Menurut Agromedia Indonesia, sarang burung walet mulai dibudidayakan pada 1980 di pulau Jawa oleh seorang bernama Tohir Sukarama, saat ia pulang ke kampung Sedaya, Gresik setelah beberapa tahun tinggal di Mekkah. Saat itu, ia mendapati rumahnya telah menjadi tempat bersarang wallet, dan kemudian berinisiatif menjadikan hal itu

Sarang Burung Walet

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

69


Sebuah bagian dari �superblock� sarang burung walet di Cirebon, Jawa Barat

70

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto VASAKAKAP.CO.ID

sebagai usaha. Keberhasilannya itu lalu ditiru masyarakat sekitar. Pada akhir 1980-an para ilmuwan pun mulai melakukan penelitian mengenai walet dan teknik-teknik merumahkannya. Sejak itulah teknik budidaya walet mulai banyak dipublikasikan lewat buku panduan manual, pelatihan, seminar, dan agen-agen konsultan. Indonesia merupakan pemasok 80 persen sarang burung walet yang dikonsumsi masyarakat dunia. Selama 2001 saja, Indonesia sudah mengekspor lebih dari 400 ton sarang burung walet dengan harga rata-rata US$ 3 juta setiap ton. Produksi itu terutama berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tapi tunggu dulu, angka itu tidak serta merta mencerminkan kemakmuran masyarakat di daerah penghasil sarang walet. Karena, pasar walet yang utama ternyata dikuasai Hongkong dan Cina yang bukan produsen utama. Para petani walet kita yang mengambil sarang secara tradisional, menjualnya kepada para eksportir dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran. Apalagi dalam industri perwaletan, itu para pemodal besar tentu lebih mendominasi. Sementara kebanyakan warga lokal biasanya hanya tergolong pengusaha kelas tiga atau karyawan. Sebagaimana di sektor lainnya, pemerintah sendiri memilih cara yang praktis: Menyerahkan sepenuhnya pengelolaan aset itu kepada para investor atau pengusaha berkantung tebal. Mereka tak mau repot membangun infrastruktur walet, katakanlah bangunan berongga berlantai tiga, yang kemudian bisa diusahakan atau dikelola masyarakat sekitar. Bahkan, sistem lelang goa-goa alam, pun kerap merugikan rakyat sekitar yang sejak lama mengusahakan walet di situ. Demi mengejar target pendapatan asli daerah (PAD), pemerintah daerah hanya mau mengutip berbagai pajak dari industri itu, yang hasilnya belum tentu kembali kepada rakyat. n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

71

KEARIFAN LOKAL

Mereka tak mau repot membangun infrastruktur walet, katakanlah bangunan berongga berlantai tiga, yang kemudian bisa diusahakan atau dikelola masyarakat sekitar.


PUSAKA

Topeng Nusantara:

Dari Ritus ke Estetika Nama yang mirip dan ritual topeng serupa, menegaskan adanya benang merah kebudayaan dari sebuah rumpun budaya yang sama. Dengan demikian, seni topeng dapat menjadi penanda identitas nasional yang diekspresikan dalam kreasi lokal yang kaya.

Foto KASKUS.US

teks Riki Dhamparan Putra

72

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

enurut Museum Nasional, Jakarta, topeng telah hadir sekurang-kurangnya sejak 1900 sampai 2100 tahun silam. Itu berdasarkan temuan penutup muka mayat berbentuk oval daun pada situs manusia purba di Gilimanuk, Bali. Sementara itu, dalam penggalian yang dilakukan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (1973) di Pasir Angin, Bogor, ditemukan pula penutup muka mayat yang memiliki alis, hidung, serta masker mulut. Pada 1972 di Makasar dan Jawa Timur pernah ditemukan pula penutup muka mayat yang masih utuh. Topeng-topeng itu diduga merupakan penggambaran naturalis atas ekspresi si mayat tersebut. Banyak pengkaji seni berpendapat, estetika topeng purba memang jauh lebih rumit dipahami ketimbang topeng sebagai karya seni rupa zaman sekarang. Topeng-topeng emas berasal dari zaman prasejarah misalnya, diduga merupakan sarana spritual untuk melanggengkan tubuh yang sudah mati. Meskipun jasad hancur dimakan tanah, dengan topeng, itu diharapkan raut wajah tetap utuh sehingga arwah si

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

73


Hoda Hoda Batak

74

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto BOBY R.

PUSAKA

mayat dapat dipanggil sewaktu-waktu. Jadi dalam teori itu, topeng menggantikan peran balsam pada budaya mumi, sebagai usaha melanggengkan si mati. Pada masa pengaruh Hindu dan Islam, topeng-topeng etnis kita lebih banyak dibuat dari bahan tumbuhan. Kadang-kadang dikombinasi dengan tulang, kulit binatang, bulu dan lain-lain. Fungsi topeng sebagai sarana ritual yang berhubungan dengan makhluk gaib tampaknya masih bertahan di samping fungsi kesenian. Bedanya mungkin, topeng etnis pada masa kebudayaan Hindu dan Islam digunakan dalam peristiwa kesenian yang lebih bervariasi. Ia dipakai oleh orang hidup, dan pesan-pesan di dalam seni topeng itu juga ditujukan bagi yang hidup. Tak semua etnis di Indonesia memiliki topeng dan seni topeng. Di pulau Sumatera, misalnya, sejauh ini topeng hanya ditemukan pada etnis Batak. Disebut toping dalam bahasa Batak Karo, topeng dipakai para datu dalam upacara penguburan. Selain itu di Batak Karo juga dikenal jenis toping yang disebut kuda-kuda atau hoda-hoda dalam bahasa Batak Toba. Itu adalah topeng yang menirukan bentuk kepala kuda, dan burung yang merupakan binatang mitologis keramat dalam kepercayaan Batak kuno. Hoda-hoda Batak itu juga terdapat pada suku Dayak di Kalimantan Tengah berupa hudoq, topeng berbentuk burung dan dipakai pada upacara menanam, mengundang roh jahat dan roh baik. Suku-suku yang diketahui menggunakan topeng Hudoq sebagai sarana ritual adalah Dayak Bahau, Dayak Modang dan Dayak Apo Kayan.Berbeda dengan spirit topeng etnis pada suku-suku Dayak tadi, topeng di Jawa bukanlah representasi etnis atau suku, melainkan lebih didominasi ekpresi capaian kesenian yang dinamis. Bahkan tak jarang sebuah cerita dalam pertunjukan seni topeng mengandung pula

Tari Topeng Indramayu.Banyak Ragamnya

dimensi politis dan kekesatriaan kalau dilihat dari riwayat penciptaan ceritanya, sebagaimana dalam kisah-kisah Panji pada seni Topeng Panji di Jawa Barat dan beberapa daerah lain di Jawa. Dengan cara itu, seni topeng di Jawa terus mengalami mengalami perkembangan dan modifikasi. Perubahan budaya dari masa Hindu ke Islam misalnya, telah menginspirasi seniman topeng untuk menceritakan karyakarya baru sesuai semangat peralihan itu. Di beberapa suku Nusantara, nama yang mirip dan ritual topeng serupa, menegaskan adanya benang merah kebudayaan dari sebuah rumpun budaya yang sama. Dengan demikian, seni topeng dapat menjadi penanda bagi identitas

budaya nasional kita, yang diekspresikan dalam kreasi lokal yang kaya. Pada masa yang lebih modern, seni topeng tidak lagi terpaku pada pertunjukan yang bersifat ritual dan sakral. Ia ditampilkan sebagai bentuk kepiawaian seni dan karena itu lebih dominan capaian estetikanya ketimbang fungsi-fungsi lain. Hal itu terlihat pada perkembangan seni topeng di pulau Jawa, Bali dan Lombok, yang sejauh ini dianggap sebagai destinasi budaya topeng paling utama di wilayah Nusantara, lantaran banyaknya ragam seni topeng di daerah-daerah itu. n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

75


SENI

Gandrung Midah Dedi Luthan

Sampai kini Gandrung telah menjadi identitas Banyuwangi. Gandrung Semi bahkan telah berkembang menjadi bermacam gandrung seperti Gandrung Misti, Gandrung Soyat dan Gandrung Miyati. teks Riki Dhamparan

B

76

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Foto GRAJAGAN.COM

erpuluh lagu akan ditampilkan sesuai permintaan pemaju atau para tamu. Gerak tarian pun berlangsung spontan sesuai tema dan irama. Apabila lagu Keok-keok yang dibawakan, pemaju pun akan meniru gerak ayam jantan yang sedang kasmaran, dan penari akan berperan sebagai betina. Lagu-lagu dari Bali, itu akan diikuti gerakan tari gaya Bali. Begitu pula ketika lagu Jaran Dhawuk dinyanyikan, maka goyang jaran alias goyang kuda pun ditarikan. Dalam suasana itu, spontanitas menjadi sumber kreasi yang lancar. Ngrepen, bagian paling hot dari pertunjukan Gandrung, memang merupakan babak yang paling ditunggu. Saat itulah hasrat erotik dilepaskan dengan tetap terkontrol, berdasarkan aturan-aturan seni pertunjukan asal Banyuwangi itu. Pertunjukan itu bisa berlangsung semalam suntuk dan seluruh tamu hanya dilayani seorang penari. Konon, sekitar 1895 di desa Cungking, seorang perempuan miskin bernama Midah bernazar: kalau si Semi, anak perempuannya, sembuh dari

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

77


Gandrung Misati. Metamorphosis ke sekian dari tari Gandrung Banyuwangi

sakit parah; ia akan dijadikan penari Seblang: “Kadung sira mari, sun dadekna seblang / kadung sira sing mari, ya using.� Dalam kepercayaan tradisional orang Banyuwangi, nazar seperti itu biasa diucapkan apabila seseorang mengalami sakit yang sangat parah dan sukar disembuhkan. Tak lama, si Semi benar-benar sembuh dan Midah pun membayar nazarnya. Midah yang sebenarnya tak pernah belajar tarian Seblang secara khusus, bertindak sebagai pengudang

78

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

atau orang yang mengajar Semi lagu-lagu seblang. Ia mengasapinya dengan kemenyan sehingga Semi pun kejiman. Dalam keadaan tak sadar itulah ia menari-nari sehingga penduduk terpesona. Warga pun sepakat membelikan pakaian yang lebih bagus buat Semi, gadis sepuluh tahun itu. Tapi rupanya, pakaian tersebut bukanlah busana yang seharusnya dipakai seorang Penari Seblang. Melainkan busana untuk

penari Gandrung. Gandrung sendiri sebelumnya adalah pertunjukan keliling yang penarinya adalah laki-laki. Karena itu ia disebut Gandrung Lanang. Tapi sejak Semi menarikan Gandrung dengan gaya Seblang, maka Gandrung Semi itulah yang berkembang, karena gerakannya lebih menarik dan instrumen musik pendukungnya juga lebih kaya dari Gandrung Lanang yang sudah menghilang sejak 1890. Begitulah. Sampai kini Gandrung telah menjadi

identitas Banyuwangi. Gandrung Semi bahkan telah berkembang menjadi bermacam gandrung seperti Gandrung Misti, Gandrung Soyat dan Gandrung Miyati. Selain itu, ada juga gandrung aduan yang disebut Gandrung Caruk. Karena itulah, tak aneh bila koreografer Dedi Luthan tiada henti menggali misteri dan pesona Gandrung, dalam karyakaryanya sepanjang dekade terakhir ini. n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

79


INDONESIAKU

Rahasia dari Rahim

MUARO JAMBI Segudang rahasia Indonesia kuno masih tersimpan di rahim Muaro Jambi, komplek situs candi terluas di Dunia teks & FOTO HERYUS SAPUTRO

L

ebih dari satu jam ber-ketek menyusuri aliran Batanghari, sungai terpanjang di Sumatera, meninggalkan dermaga kapal ketek di tepian Pasar Angsaduo – Kota Jambi, meretas arus sepanjang 26 kilometer ke bagian hulu, dan menepi di kawasan Desa Danaulamo, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia. Sebuah kawasan sepi di pinggir ‘hutan’ duku dan durian, di mana di antara keteduhannya, itu tampak puluhan menapo. “Ada puluhan menapo di sini. Sebagian bergunduk jelas di ladang dan pekarangan penduduk. Tapi para ahli purbakala menyebut masih banyak menapo belum tertemukan di tepi Batanghari bagian sini, karena tertimbun semak dan belukar hutan,” ungkap Ridwan, tukang perahu ketek, yang tanpa diminta tampil sebagai pemandu wisata. Menapo adalah sebutan warga lokal untuk gundukan bukit kecil yang banyak di sekitar situ. Beda dengan umumnya bukit, di dalam ‘rahim’ menapo selalu ditemukan serpihan keramik, sebagai indikasi menapo bukanlah bukit alami, tetapi bukit jadian yang terbentuk akibat bencana alam (letusan Gunung Kerinci, mungkin!). Sehingga, yang benda-benda keramik buatan manusia tempo doeloe di situ, tertimbun tanah dan membentuk bukit berselimut rumput dan semak. Benda-benda keramik (semisal susunan bata, perlengkapan gerabah, patung) serta artefak purbakala, ditemukan warga saat mereka menggali tanah di gundukan menapo, yang ternyata merupakan Situs Purbakala Candi Muara Jambi. Terbesar di Sumatera

80

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

81


Komplek Candi Muaro Jambi. Sedikitnya ada 85 menapo di areal ini

Kompleks Percandian Muaro Jambi. Berlokasi pada koordinat Selatan 01* 28’32” Timur 103* 40’04”, komplek percandian itu merupakan mutiara tersembunyi kepurbakalaan Indonesia. Luasnya lebih dari 12 kilometer persegi atau sekitar 260 hektare, menghampar sejauh 7 kilometer di tepi aliran Batanghari, menjadikan komplek candi terbesar dan paling terawat di Sumatera, itu sebagai situs paling besar se-Indonesia, bahkan juga se-dunia. Besar kemungkinan, komplek candi dari abad ke-11, itu merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Keberadaannya dilaporkan pertama kali pada 1823 oleh S.C. Crooke, letnan Inggris yang tengah melakukan pemetaan daerah aliran Batanghari untuk kepentingan militer. Kala itu ia menemukan kawasan situs yang sudah amat rusak. Elemen candi runtuh dan teronggok di manamana. Baru pada 1975, Pemerintah Indonesia mulai melakukan

82

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

pemugaran serius dipimpin R. Soekmono. Areal tersebut masih serupa saat Crooke menemukannya. Elemen candi tak utuh. Sebagian materialnya telah dimanfaatkan penduduk untuk keperluan rumah tangga. Syukurlah masih banyak menapo yang utuh, tak terusik, bahkan sebagian tertimbun di semak hutan. Setidaknya, ada 61 candi ditemukan di situs purbakala tersebut. Sebagian besar di rahim menapo, gundukan tanah yang belum diokupasi atau dikupas. Dalam kompleks percandian terdapat pula beberapa bangunan berpengaruh agama Hindu. Dari temuan yang ada itulah restorasi diupayakan. Tak hanya candi-candi, di dalam kompleks juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam penampungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Sedikitnya ada 85 buah menapo di areal situs tersebut, yang saat ini masih dimiliki penduduk setempat. Selain tinggalan berupa bangunan, dalam kompleks juga

ditemukan arca prajnyaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Ada pula perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga perunggu besar, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Di kompleks juga terdapat gundukan tanah (gunung kecil) buatan manusia, yang oleh masyarakat setempat disebut Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak. Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada beberapa lempeng temuan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs itu baru sembilan bangunan bercorak Buddhisme yang telah dipugar. Yakni, Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari sekian banyak temuan, arkeolog Junus Satrio

Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan jadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik dari Persia, China, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan ”wajra” pada beberapa candi yang membentuk mandala. Tak harus menyusuri Batanghari, kini pelancong bisa menjangkau kawasan situs itu lewat darat yang relatif mulus. Sayangnya, belum ada trayek bus atau angkutan umum bermotor yang melayani rute tersebut. Dari Kota Jambi, pelancong kudu sewa mobil, melaju sejauh 40 kilometer arah timur Kota Jambi, menyeberangi jembatan Batanghari, melewati semak dan hutan sekunder, dan area yang kosong melompong. Dengan fasilitas seadanya itu, tak aneh bila Situs Muaro Jambi sepi pengunjung. Sepi dan senyap juga meruap di lokasi yang seperti hutan duku dan durian. Ada guesthouse, museum dan pos jaga di pintu masuk. Selebihnya hanya

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

83


Stupa di Komplek Candi Muaro Jambi

84

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

85

INDONESIAKU

onggokan batu, stupa-stupa dan bangunan batamerah di antara kehijauan amparan rumput. Syukurlah pengelola menyewakan beberapa sepeda bagi pelancong yang ingin berkeliling. Berbeda dengan beberapa candi di Jawa, di situ batamerah ditumpuk membentuk bangunan candi, beberapa membentuk stupa seperti layaknya candi Buddha lain. Ukuran batamerah candi lebih besar dibandingkan umumnya batamerah masa kini. Kekerasan tanah liat bakar itu juga lebih baik sehingga terasa lebih kokoh. Keunikan lain, tak seperti candi-candi di Tanah Jawa, candi-candi di Muaro Jambi itu nyaris tak memiliki ruang dalam. Artinya, candi dibangun cuma berupa tumpukan batu bata dengan berbagai figur bentuk. Juga, tidak semua candi bisa dilihat keutuhannya. Ada beberapa candi yang masih rusak berat. Ada wacana, mengusulkan Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk bisa menjadi bagian dari world heritage atau warisan dunia. Untuk itu telah hadir Masyarakat Peduli Candi Muarojambi (The Society of Muarojambi Temple/The SOMT) yang coba memperjuangkan agar situs Candi Muarojambi di Kabupaten Muarojambi dapat dikenal sekaligus menjadi warisan dunia. Kegiatan pengenalan situs candi dilakukan sejak setahun lalu melalui berbagai program, ter masuk beker ja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. Kerja sama juga dilakukan dengan Pemerintah India, khususnya wilayah Nelanda yang memiliki kesamaan, sebab di sana ada prasasti tentang ajaran agama Buddha yang juga terdapat di situs Candi Muarojambi tersebut. Kedua belah pihak sudah melakukan saling kunjungan ke negara masing-masing, termasuk ke Nelanda, India, beberapa waktu lalu. Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi terus merestorasi diri untuk lebih dikenal. Ada banyak rahasia sejarah Indonesia masih tersembunyi di rahim menapo yang belum tertemukan, tersebar di hutan sekitar dan bahkan di tebing-tebing aliran Batanghari. Semua harus diungkap untuk masa depan Indonesia yang lebih baik! n


PUSTAKA

Pandangan Keislaman

Sureq I Lagaligo teks Riki Dhamparan

Mendapat sentuhan dan pandangan keislaman dalam proses penyempurnaan ceritanya. I Lagaligo mulai ditulis pada abad 1,3 saat Islam sedang mencapai kejayaannya, dan menjadi faktor integratif terpenting dalam budaya Nusantara.

86

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Sureq I Lagaligo didomninasi kisah suku Bugis

Foto MW.NL

Foto MW.NL

K

onon, ini adalah karya mitologi tertulis berbentuk puisi yang terpanjang di dunia dalam bahasa Luwu dan Bugis. Penerjemahannya dalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan pada 1987 oleh Salim, seorang penekun lontaraq Bugis kelahiran Sidenreng Rappang atas biaya Universitas Leiden. Namun, sanjungan dan keajaiban tradisi tulis yang melahirkan sureq itu baru terjadi setelah La Galigo diapresiasi di Eropa lewat sutradara Robert Wilson (2004). Jumlah naskah yang telah ditemukan sebanyak 7 ribu manuskrip. Sebanyak 2 ribu di antaranya tersimpan di Sulawesi, dan sebagian besar lainnya disimpan di museum perpustakaan Leiden, Belanda. Tak diketahui kapan Lagaligo mulai ditulis. Namun, sureq (lontarak) itu dipercaya berasal dari abad 13-15, kala Islam mulai disebarkan di Sulawesi. Penyalinan dan pengawetannya dalam bahasa Bugis kuno baru dilakukan pada 1811. Pada 1860, Arung Pancana, Tanete, Siti Aisyah Wetenriolle menyusun 12 bab serpihan sureq Lagaligo atas permintaan B.F Mathes. Sejauh ini, naskah salinan Siti Aisyah itu merupakan salinan terpanjang Lagaligo yang pernah ada, sampai-sampai ada yang percaya kalau Siti Aisyah adalah pengarang Lagaligo. Walaupun hingga hari ini citra tentang Lagaligo lebih didominasi suku Bugis, wiracarita itu sesungguhnya mencakup cerita rakyat yang berkembang hampir di seluruh suku di Sulawesi, dan juga di masyarakat pesisir Indonesia Tengah dan Timur. Tokoh Sawerigading yang muncul di awal cerita, diangap

sebagai raja pertama yang meletakkan sumber-sumber peradaban masyarakat budaya Luwu, Buton, Muna, Bugis dan beberapa etnik lain di kawasan Celebes. Selain itu, tokoh Sawerigading itu juga menghubungkan mitos asal usul orang Sulawesi yang tidak berbeda

dengan mitos asal-usul masyarakat Melayu lain di daerah semenanjung Malaysia dan Johor. Sawerigading berarti “orang yang menetas dari pohon bambu�, suatu esensi yang tidak berbeda dengan moyang raja-raja Melayu lainnya. Pendapat itu semakin meyakinkan manakala kita membaca Tuhfat Al Nafis, karya pujangga Raja Ali Haji, yang merunut keturunan raja-raja Melayu dan Bugis dari

akar yang sama. Sir Stamford Raffles, orang pertama yang memperkenalkan Lagaligo kepada masyarakat Eropa, dalam The History of Java menyebutkan bahwa, Lagaligo merupakan satu-satunya wiracarita asal bumi Celebes yang memiliki nama pengarang: Lagaligo, yang juga menjadi tokoh dalam wiracarita itu. Karena itulah sampai sekarang sureq panjang yang dikeramatkan

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

87


negeri asal Sawerigading. Sementara Sawerigading sendiri pernah berjanji bahwa ia tak akan menginjak tanah ibunya lagi. Singkat kata, pekerjaan itu diambilalih oleh putra mahkota, Lagaligo. Ia pun kembali ke Luwu untuk mengambil syarat obat bagi kesembuhan saudarinya itu. Ayahnya berpesan, agar sesampai di Luwu nanti, Lagaligo menemui ibu tirinya yang berjumlah 70 orang. Ia harus

menginap di rumah setiap ibu tirinya itu masing-masing lima hari lima malam. Lagaligo pun menempuh perjalanan yang sangat berbahaya hingga akhirnya sampai di Luwu. Seluruh angka keramat yang muncul dalam petikan cerita Lagaligo di atas, menurut para tetua di bumi Celebes mempunyai makna khusus. Jumlah 70 adalah angka keramat dalam peribadahan orang Islam. Itu adalah jumlah istighfar yang selalu dilakukan Nabi Muhammad SAW. Demikian pula,

hitungan lima, merupakan rukun Islam dan simbolisasi dari jumlah shalat orang Islam sehari semalam. Karena itulah, para pengkaji lontaraq Lagaligo mengatakan, cerita itu telah mendapat sentuhan dan pandangan keIslaman dalam proses penyempurnaan ceritanya. I Lagaligo mulai ditulis pada abad 13 saat Islam sedang mencapai kejayaannya, dan menjadi faktor integratif terpenting dalam budaya Nusantara. n

Foto MW.NL

orang Celebes itu disebut sebagai Kitab I Lagaligo. Dalam salah satu versi Lagaligo, dikisahkan Sawerigading sedang bermuram durja di Cina rilau, lantaran seorang putrinya menderita sakit gagu. Ia hanya bisa disembuhkan dengan upacara khusus yang menyertakan Genrang ’Mpulaweng yang memiliki 70 utas tali pengikat dan 70 tali gantungan dari emas murni. Sayangnya, jumlah emas sebanyak itu tidak terdapat di Cina rilau, dan hanya bisa diambil di Luwu

Pentas I Lagaligo Karya Robert Wilson. Menempuh Perjalanan berbahaya sebelum sampai di Luwu

88

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

89


SIMPUL UTAMA

R

Seorang Buruh Ibukota. Pembudayaan Pancasila harus bersifat wajib bagi penyelenggara negara

Negara Gawat Pancasila

Gawat! Pancasila itu bukan saja lenyap dari level afektif. Tapi, di tingkat kognitif pun kata itu seakan ikut tergerus. teks Maman Gantra & Sulaiman Djaya Foto bobby ranggadipura

90

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

atusan peserta Kongres III Pancasila, di Surabaya, 31 Mei-1 Juni silam, menyatakan Indonesia sudah dalam kondisi “Gawat Pancasila.” Itu, tak semata karena praktik politik kita sekarang lebih mirip sebuah festival, ketimbang komunikasi subtantif dan partisipatif yang membebaskan. Melainkan karena bahkan sektor pendidikan, ekonomi, sosial, dan kultural pun menafikan Pancasila dalam setiap langkah dan nafasnya. “Ada 11 butir rumusan hasil kongres, ditambah dua rekomendasi, dua agenda aksi, dan lima butir Deklarasi Surabaya,” kata Listyono Santosa, Sekretaris Panitia kongres tersebut. Peserta kongres menilai, kegawatan tadi dipicu oleh perubahan sistem norma setelah terjadi amandemen UUD 1945 yang di dalamnya tinggal 25 pasal yang asli dengan 174 pasal baru. “Itu menimbulkan kekacauan sistem kelembagaan. Lembaga yang ada tak berfungsi secara optimal, malfungsi, disfungsi, dan akhirnya terjadi tumpah tindih tugas, sementara ada tugas yang telantar,” kata Listyono, mengutip rumusan kongres. Karena itulah, kongres menilai diperlukan suatu lembaga yang bisa melakukan pembudayaan ideologi. Juga mempunyai fungsi pendidikan, pengkajian Pancasila, dan kontrol kebijakan atas peraturan hukum yang tak sesuai nilai-nilai Pancasila. Dasar hukum bagi pendirian lembaga tersebut tak harus dengan UU baru, melainkan cukup dengan Inpres disertai petunjuk teknis pemasyarakatan dan pembudayaan Pancasila dan UUD 1945. Peserta Kongres III Pancasila juga menegaskan, Pancasila harus memimpin dan mengarahkan bangsa dalam situasi gawat sekalipun. Artinya, sebagai dasar statis dan bintang petunjuk arah negara dan bangsa. Karena itu, pembudayaan Pancasila harus bersifat wajib bagi penyelenggara negara, partai politik, masyarakat pers, dunia usaha, dan seluruh warga. Sehingga, dalam rekomendasinya, kongres mendesak pembudayaan Pancasila dilakukan melalui pendidikan, pendekatan budaya, keteladanan para penyelenggara negara. Untuk itu, Presiden harus segera membentuk Dewan Nasional Pembudayaan Pancasila dan UUD 1945.

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

91


92

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

SIMPUL UTAMA

SIMPUL UTAMA

Kecemasan sirnanya Pancasila dari kehidupan kita, tentu tak hanya dilihat dan dirasakan para peserta Kongres III Pancasila. Tapi, juga dari tokoh-tokoh muda semisal Puan Maharani, Jeffrie Geovanie, Yudi Latif, sampai tokoh-tokoh senior seperti mantan Presiden BJ Habibie, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat Surya Paloh, mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah Prof. Syafii Maarif, dan Ketua PBNU Hasyim Muzadi. Dalam rumusan yang berbeda, nada dasar mereka sama: Pancasila telah sirna dari kehidupan kita sehari-hari. Lihat saja: Kemacetan di sejumlah kota kian menjadijadi. Sejumlah danau di Jabodetabek, yang seyogianya menjadi penampung air sekaligus reservoir, terus melenyap dari muka bumi. Para komuter harus rela berdesakdesakan di kereta api atau bis kota. Mineral di perut bumi tak henti dikuras dan dijual ke luar negeri. Biaya sekolah kian mencekik. Anak muda bertolak pinggang di depan bapaknya. Sekolah emoh melakukan upacara bendera. Kaum minoritas kerap menjadi sasaran kekerasan kelompok mayoritas tertentu. Tak hanya itu. Gawat Pancasila itu bukan saja lenyap dari level afektif. Tapi, di tingkat kognitif pun kata itu seakan ikut tergerus. Itu, tak hanya menimpa Soni Galing, remaja pengangguran di kawasan Galur, Jakarta Pusat, yang dengan gagah berkata: “Pancasila? Apaan, tuh?” ketika ia ditanya soal itu. Tapi, juga para peserta pemilihan Abang None Jakarta Barat 2011, Mei silam: Lebih dari 50 persen peserta kontes pemuda-pemudi ibukota itu gugur karena... tak hapal Pancasila. “Dalam tes lisan, peserta wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya dan hapal Pancasila,” kata Kepala Suku Dinas Pariwisata Jakarta Barat, Arie Fatah kepada pers. “Banyak yang gagal ketika ditanya Pancasila,” kata Arie. Lebih gawat lagi, survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), Oktober 2010-Januari 2011, menyebut 49 persen pelajar yang jadi responden penelitian itu menyatakan: setuju atas aksi-aksi radikal yang belakangan terjadi. Sementara, terkait langsung Pancasila, 25, 8 persen siswa menganggap ideologi itu ak lagi relevan sebagai dasar negara. “Yang mencengangkan, sikap radikal dan tidak toleran itu tak hanya dimiliki para siswa, tapi juga guru agama,” kata Bambang Pranowo, guru besar Universitas Islam Jakarta yang juga Direktur LaKIP, tentang survei yang berniat meneliti “radikalisasi” di kalangan pelajar itu. Dilakukan di 59 sekolah swasta dan 41 sekolah negeri di kawasan Jabodetabek, survei tak menyertakan satu pun sekolah agama alias madrasah. Dan, saat ditanya apakah mereka bersedia terlibat dalam aksi kekerasan terkait agama dan moral,, 48,9 persen siswa menyatakan bersedia. “Yang paling mengagetkan: belasan siswa menyetujui aksi ekstrem bom bunuh diri,” katanya. Sementara, 63,8 persen siswa juga bersedia terlibat dalam penyegelan rumah ibadat penganut agama lain. “Mereka juga mengenal pendiri Al Qaida, Abdullah Yusuf Azzam dan Osama bin Laden,” kata Bambang.Menggenapi “radikalisasi” tadi, nir-Pancasila juga terjadi dalam bentuk ketidakmauan dua sekolah di Jawa Tengah untuk melakukan upacara bendera – lengkap

Penjaja Koran Berseragam Sekolah. elite politik, hanya dipercaya oleh 3 persen responden

dengan pembacaan teks Pancasila dan penghormatan terhadap Sang Saka Dwi Warna. “Bila terjadi pada masa Orde Baru, kelakuan sekolah di Jawa Tengah itu, pasti membuat Bupatinya cekat-cekot,” komentar seorang warga sekitar. Cilakanya, “gawat Pancasila” itu tak hanya menimpa kaum muda dan masyarakat awam. Seperti dikatakan Buya Syafii Maarif, para pejabat sekarang pun sudah “alergi” Pancasila. Alergi tak semata ditunjukkan dengan kebijakan dan prestasi publik yang tak mencerminkan Pancasila. Tapi, sekadar menyebut nama Pancasila pun mereka enggan melakukannya. “Pejabat sekarang jarang bicara Pancasila, karena mereka `alergi`. Itu karena Pancasila memang pernah ada selama 20 tahun, namun Pancasila dijadikan alat

pembenar kekuasaan,” kata Buya, di sela-sela Kongres III Pancasila. Walhasil, sangat masuk akal bila peserta kontes Abang None banyak yang tak hapal sila-sila dalam ideologi negara. Pun munculnya radikalisasi di kalangan pelajar. Masuk akal pula bila mantan Presiden BJ Habibie menyebut-nyebut soal Pancasila yang berlakon di lorong sunyi. Pancasila sebagai dasar negara makin jarang dibahas dan dikutip dalam berbagai forum kehidupan. Pascareformasi, katanya, Pancasila seperti tersandar di lorong sunyi di tengah kehidupan bangsa yang makin hiruk-pikuk oleh politik. Benarkah kita sungguh abai pada Pancasila? Tidak juga. Survei oleh Badan Pusat Statistik belum lama ini

menunjukkan: Dari 12 ribu responden, 79,26 persen menyatakan Pancasila penting dipertahankan. “Sementara 89 persen berpendapat timbulnya permasalahan bangsa, itu disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan nilainilai Pancasila,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, melansir hasil survei itu dalam pidato di Gedung MPR, 1 Juni lalu. Survei tersebut juga menyarankan sejumlah solusi. Khususnya dalam mensosialisasikan ideologi negara itu. 30 persen responden menyebut pendidikan, 19 persen lainnya berharap pada contoh pejabat negara, dan 10 persen mempercayai ceramah keagamaan.Sedangkan siapa yang mendidik soal Pancasila, “Sebanyak 43 persen menjawab

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

93


menjadi indoktrinasi,” kata Jafar. Selain kurikulum “pendidikan yang efektif” tadi, contoh dan teladan nyata pun sangat diperlukan. Terutama dari kalangan elite dan pemimpin. “Soalnya, saya sering bingung melihat penampilan para anggota DPR kita. Situs-situs mereka tak ragu menampilkan foto mereka yang sedang bermain golf, misalnya. Sadarkah, mereka bahwa olahraga itu masih dianggap mewah oleh sebagian besar rakyat kita?” kata Edu, seorang mahasiswa di Jakarta Pusat. “Kalaupun korupsi tak bisa dibendung lagi, mbok mereka juga jangan memamerkan hasil korupsinya itu. Menurut saya, itu sangat tidak Pancasila-is, dan jauh dari memberi teladan,” kata Edu lagi. Ahmad Doli Kurnia, Ketua KNPI, mengomentari perkara sosialisasi dan edukasi Pancasila itu dengan lebih lugas. Menurut Doli, bangsa ini tengah mengalami kr isis kepemimpinan. Tentu, tak berarti sekarang ini kita tak memiliki pemimpin. Tapi, kata Doli, kewibawaan para pemimpin kita saat ini terus tergerus. “Presiden saja sudah menjadi objek hujatan dan cemoohan. Ulama, tokoh masyarakat, juga tidak lagi dipandang oleh pengikutnya,” kata Doli. Dan itu, masih kata Doli, tak lain karena para pemimpin tadi tak lagi menghayati nilai-nilai dan semangat Pancasila. “Tak aneh kalau Buya Maarif menyebut pejabat kita alergi dengan Pancasila. Karena, nilai dan semangat itu sudah mereka tinggalkan,” kata Doli. Karena itu, selain perbaikan kurikulum pendidikan, para elite kitalah yang pertama kali harus memperbaiki kualitas ke-Pancasila-an mereka. Sebab, lewat merekalah karakter kita sebagai sebuah bangsa mewujud. Baik berupa pernyataan, tindakan, maupun kebijakan-kebijakan yang dihasilkannya. “Sudah saatnya seluruh elemen bangsa mengembalikan Pancasila sebagai filosofi kehidupan masyarakat kita. Pancasila harus benarbenar ditempatkan sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,” kata Doli. Mantap. n

Kemacetan Ibukota. Mereka juga harus cerdas. Jangan sampai kurikulum pendidikan itu tidak efektif

94

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

95

SIMPUL UTAMA

SIMPUL UTAMA

dosen dan guru bisa dipercaya untuk memberikan pendidikan Pancasila, 20 persen oleh badan khusus yang dibentuk pemerintah,” kata Presiden. Sementara, elite politik, hanya dipercaya oleh 3 persen responden sebagai pendidik Pancasila. Seakan melengkapi hasil survei, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri pun meminta pelajaran Pancasila kembali ditanamkan di sekolah-. Ia mengingatkan, pemahaman dan internalisasi Pancasila bukan produk sekali jadi, melainkan sebuah proses panjang. “Karena itu, sosialisasi dan institusionalisasi Pancasila sebagai salah satu pilar kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi tanggung jawab lembaga-lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun daerah,” ujar Megawati. Pendidikan dan pengajaran Pancasila di sekolah-sekolah wajib dilakukan. Syukurlah, gagasan terakhir itu diamini Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh. “K ami siap melaksanakan itu. Bahkan, Kemendiknas sudah lebih dulu melakukannya. Sekarang, sedang disusun kurikulum pendidikan Pancasila itu,” kata Muhammad Nuh. Meskipun, tentang itu, tak sedikit yang mengajak kita untuk tetap waspada: Jangan sampai kurikulum itu meleset menjadi indoktrinasi ala Orde Baru lagi. “Kami mendukung upaya Kemendiknas itu. Tapi, mereka juga harus cerdas. Jangan sampai kurikulum pendidikan itu tidak efektif,” kata Ketua Umum DPP Majelis Dakwah Islamiyah Deding Ishak. “Perumusan kurikulum Pendidikan Pancasila dimaksudkan sebagai usaha mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sejak dini hingga perguruan tinggi. Karena itu metodenya harus menarik, tepat dan efektif, sesuai kondisi para peserta didik,” kata Deding. Di level pendidik, para guru berharap penyusunan kurikulum Pancasila itu “tak terlalu mengada-ada.” “Jangan seperti pendidikan kepramukaan: Walau tidak wajib, tapi siswa diharuskan membeli seragam pramuka. Intinya jangan lagi membebani guru dan orangtua murid,” kata Jafar Fakrurozi, pengajar di sebuah sekolah swasta di Bogor. Menurut Jafar, pola P4 (Pendidikan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada masa Orde Baru, sebenarnya sudah cukup baik. “ Yang kurang dari program itu adalah metodenya, juga para mentor yang terlalu bersemangat sehingga


katanyatanya

Barometer Meningkat

Menurun

Naik Turun

Ketua MK, Mahfud MD Katanya Malinda Dee perempuan kaya raya, bahkan memiliki beberapa buah mobil mewah Nyatanya biaya operasi radang payudara tersangka penipuan nasabah Citibank itu dibebankan pada Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) -fasilitas untuk rakyat tak mampu.

Katanya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD mengaku telah melaporkan Andi Nurpati, mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), ke polisi pada 12 Februari 2010 terkait dugaan pemalsuan putusan MK tentang pemilukada Toli-Toli, Sulawesi Selatan, yang dilakukan Andi semasa menjadi anggota KPU. Nyatanya hingga kini kasus dugaan penggelapan dokumen negara itu masih belum ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian.

Katanya Nunun Nurbaeti Daradjatun, tersangka kasus dugaan suap cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom pada 2004, resmi menjadi buronan internasional. Wajah istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun itu pun telah terpampang di situs resmi interpol sejak Selasa 14 Juni 2011. Nyatanya di situs itu, nama yang tertulis adalah Nunun Daradjatun, bukan Nunun Nurbaeti. Sedangkan kategori tindak pidananya tertulis “fraud” alias penggelapan atau penipuan, sementara Nunun adalah tersangka penyuapan atau “bribery”.

Setelah mengungkap upaya suap yang dilakukan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengungkap pemalsuan surat putusan MK yang diduga dilakukan Andi Nurpati, mantan anggota KPU yang sekarang menjadi pengurus Partai Demokrat. Salah satunya dalam penetapan awal caleg Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Dewi Yasin Limpo untuk dapil Provinsi Sulawesi Selatan. Keputusan itu akhirnya dianulir setelah MK menyampaikan surat keputusan yang asli bahwa pemenang yang sah di dapil tersebut adalah caleg Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Mestariyani Habibie. Nama terakhir itu kemudian ditetapkan sebagai caleg terpilih yang sah. Sayangnya pihak Kepolisian terkurung dalam formalitas laporan, sehingga dugaan pemalsuan yang dilakukan Andi Nurpati itu tergolek di tangan polisi hampir 15 bulan sejak 12 Februari 2010.

Mendiknas, M. Nuh Siami dan Irma adalah dua ibu yang mengungkapkan telah terjadi kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional SD di sekolah tempat anak mereka menuntut ilmu. Putra mereka diarahkan dan diorganisasi oleh guru untuk melakukan kecurangan dengan membagikan jawaban soal ujian kepada teman-temannya. Putra Siami bersekolah di SD Gadel II Surabaya sedangkan putra Irma bersekolah di SD 06 Petang Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kedua kasus tersebut terjadi karena sistem pendidikan kita menjadikan hasil Ujian Nasional sebagai penentu segalanya. Proses terabaikan, dan sekolah-sekolah menghalalkan segala cara agar murid mereka lulus semua. Termasuk dengan melanggar kejujuran dan menghancurkan moral anak didik.

Katanya Partai Demokrat (PD) resmi memberhentikan Muhammad Nazaruddin dari posisi Bendahara Umum Partai Demokrat pada 23 Mei lalu. Nyatanyadalam daftar hadir peserta diskusi bertema “Proyeksi & Perencanaan Investasi: Energi Nasional” di DPP Partai Demokrat 14 Juni 2011, nama Muhammad Nazaruddin masih terdaftar sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat dan berada di nomor urut 9.

96

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

Lagi, satu tenaga kerja Indonesia dihukum mati di Arab Saudi pada Sabtu, 18 Juni 2011. Hukum pancung terhadap perempuan bernama Ruyati binti Satubi, 54 tahun, itu menambah panjang daftar pekerja asal Indonesia yang harus mengakhiri hidupnya di negara tempat mereka mencari nafkah. Pemancungan Ruyati betulbetul memperlihatkan carut marutnya tata kelola tenaga kerja di luar negeri di bawah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigras, pimpinan Muhaimin Iskandar. Kasus-kasus TKI yang tak pernah surut sudah menjadi bukti nyata kegagalan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu dalam memimpin Kemenakertrans.

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

97

Illustrasi Widro Mansoer

Menakertrans,Muhaimin Iskandar


Esei Redaksi

Negara dalam Bahaya Harus ada tekad kuat me-restart mesin penggerak bangsa ini ke posisi awal, sebelum kerusakan makin parah!

Illustrasi Widro Mansoer

ESEI Noorca m. massardi

B

angsa Indonesia tak hanya telah kehabisan kata-kata. Tapi juga air mata. Kita sudah 66 tahun merdeka, tapi perjalanan menuju bangsa sejahtera , bar ulah sampai di ujung wacana. Padahal telah jutaan janji ditaburkan, dari waktu ke waktu, dari rezim ke rezim. Namun yang kita panen bukanlah kisah nyata, yang penuh pesona dan kaya makna, melainkan cerita berpeluh dusta, berbalut nestapa, dan bersarung malapetaka. Para pembesar negeri memang telah berganti. Dari masa ke masa. Dari suku ke suku. Tapi wajah-wajah mereka tetaplah satu. Wajah raja dan ratu yang harus dipuja dan disembah. Bukan pesona para hamba bagi rakyatnya, bukan rona para pelayan bagi pemberi mandat dan kedaulatan. Pelbagai teori memang sudah dicoba. Sejumlah prakarsa telah pula dilaksanakan. Namun semua hanya seolah-olah. Seolah untuk kepentingan rakyat, demi bangsa, dan bagi Negara. Namun pada hakikat dan tujuannya, semata demi kekayaan keluarga , untuk kelangsungan jabatan, bagi melanggengkan kekuasaan, untuk kemaslahatan seluruh dinasti, tanpa perlu rasa iba dan kasihan, kepada rakyat dan kepada bangsa yang terus bersusah dan berpayah. Negeri ini lama sudah berharap perubahan. Tak cuma ihwal pergantian

98

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011

rezim, atau perubahan kepemimpinan, bahkan peralihan kekuasaan. Melainkan p e r u b a h a n ya n g p e nu h s e l u r u h . Sebab, tanpa perubahan sistem, tanpa perubahan mentalitas, tanpa perubahan kebudayaan, tanpa perubahan pola pikir, Negeri ini tetap akan berjalan di tempatnya sekarang yang becek dan busuk. Dan, negeri ini akan tetap dikuasai para penjahat, para koruptor, serta para mafia hukum dan politik. Intinya: kita harus memformat ulang, me-reset atau me-restart mesin yang menggerakkan bangsa dan Negara kita ini, ke titik awal, atau ke posisi sebelum kita mengalami kerusakan parah. Asasinya: kita harus menyusun kembali Konstitusi kita, menata ulang dengan penuh kearifan dan kenegarawanan Undang Undang Dasar 1945 yang telah tiga kali mengalami perubahan itu. Kita harus menggali kembali dasar-dasar kekayaan kebudayaan kita, yang dulu pernah ditemukan intisarinya, dalam apa yang disebut ideologi bangsa, atau jalan kehidupan, yang telah terbukti mampu memperkaya dan mempersatukan seluruh rumpun wilayah, kebudayaan dan agama di negeri ini: Pancasila. Sebuah penemuan puncak kebudayaan bangsa yang kini entah ada di mana dan disimpan oleh siapa. Yang pasti, selama tigabelas tahun terakhir ini Pancasila menghilang dari muka bumi Indonesia, kita telah menjadi bangsa dan negeri yang celaka. Perilaku para pejabat dari tingkat rukun tetangga sampai presiden, dari lurah sampai gubernur, dari prajurit sampai jenderal, dari rakyat sampai cendekiawan, dari awam sampai agamawan, telah dicekam dan dicengkeram oleh perilaku korup yang bersimaharajalela. Pola tindak, pola pikir, pola rasa, dan pola kebudayaan kita, tak lagi ditentukan oleh berapa kualitas dan nilai yang dimiliki seseorang, tapi hanya oleh berapa kuantitas dan harga yang dipunyai orang seorang.

Proses dan perjuangan tak lagi penting dan tak mendapat tempat. Yang lebih diutamakan adalah hasil dan terobosan saat ini. Dan, karena itu ia akan langsung mendapat rewards yang nyata dan dalam real time. Dengan begitu, esensi dan nilai bukan lagi sesuatu yang menentukan kualitas hidup dan kehidupan. Tetapi uang, jabatan, dan kekayaanlah yang menjadi patokan bagi keberhasilan atau kegagalan seseorang. Dan, semua tuntutan dan tantangan duniawi itu, hanya bisa dilakukan dan dihasilkan dengan mengaburkan dan menguburkan nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap sila dari Pancasila. Karena apabila setiap pikiran, ucapan, tindakan, dan karya manusia Indonesia semata didasarkan kepada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menerangi dan memberikan energi kepada seluruh sila lainnya di dalam rumusan Pancasila, nisacaya kita tidak akan pernah melihat, mendengar dan membaca tentang betapa curangnya manusia Indonesia. Tentang betapa miskinnya anak-anak bangsa sehingga harus mencari nafkah di negeri orang. Tentang betapa hinanya manusia Indonesia yang bisa dipancung setiap saat di negeri orang. Tentang betapa liciknya partai dan kekuasaan yang memanipulasi hasil pemilu yang demokratis. Tentang betapa durjananya para wakil rakyat di daerah dan di pusat, yang merampok uang rakyat dan uang Negara secara berjamaah. Tentang betapa para maling dan koruptor Indonesia bisa lenggang kangkung di luar negeri, tanpa upaya serius dari aparat penegak hukum untuk menangkap dan mengadilinya. Atau tentang seorang presiden yang setiap menit dihujat rakyatnya karena kegagalan dan ketidakmampuannya, tapi ia merasa telah mendapat mandat yang harus dituntaskannya sampai akhir. Betapa pun kondisi dan derita rakyat, bangsa, dan negaranya hari ini. Pancasila? n

Juni - Juli 2011

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

99


100

I

N

D

O

N

E

S

I

A

MATCH

Juni - Juli 2011


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.