OKTOBER - NOVEMBER - DESEMBER 2020 VOL.7 NO.28
MAJALAH SAINS, BUDAYA DAN SPIRITUALITAS
www.majalahmataair.com
Untuk terbanglah sayap itu diberi Maka penuhi haknya dan terbanglah tinggi Dengannya dapat dilalui hambatan tak terlampaui Anatomimu terbebas dari segala ucapan dan bunyi
17
GANGGUAN JIWA ATAU SPIRITUALITAS TINGGI?
24
MEMBANGUN ISTANA PENGETAHUAN
46
AKU INGIN MENJADI MATA AIR
DAFTAR ISI
28
Edisi
SPIRITUALITAS 04 ARTIKEL UTAMA . M. Fethullah Gülen
OKTOBER - DESEMBER 2020
Keistikamahan Kalbu
28 BUKIT-BUKIT ZAMRUD KALBU Syukur 49 TANYA - JAWAB
Bagaimana seharusnya kita memahami hadis: “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaknya mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak mampu juga, hendaknya mengubah dengan hatinya. Dan itu merupakan selemahlemahnya iman.”
BUDAYA 13 KULINER . Haerul Al Aziz, B.A. Si Cabai yang Menjadi Sambal
24 KELUARGA . Matt Alley
Membangun Istana Pengetahuan
41 RESONANSI . Kerem Umar Puncak Persaudaraan: Menjadi Seorang Ansar 46 HIKMAH . Baginda Perwira Indra Teja Aku ingin Menjadi Mata Air
SAINS 08 KESEHATAN . Prof. Dr. Atıf Y. dan Dr. Kamil Mert Memandang yang Haram Merusak Otak NEUROSAINS . Dr. dr. H. Taufiq Pasiak M.Pd.I., M.Kes. Gangguan Jiwa atau Spiritualitas Tinggi?
17
21 KESEHATAN . Khalaf Ahmad Mahmud Abu Zaid Obat itu Bernama Tawa
32 SERI BUDI & ANEKA SATWA . Prof. Dr. Irfan Yılmaz Hai Budi.... Ini Aku Elang Si Raja Burung 37 KIMIA . Mahir Martin, M.S Molekul Raksasa Polimer
52 KESEHATAN - ILMU PENGETAHUAN - TEKNOLOGI
• Sebagaimana Salamander, Dimungkinkan Adanya Peremajaan Tulang Rawan pada Manusia • Semesta ini Mungkin Memiliki Banyak Eksoplanet Menyerupai Bumi • Kehadiran Daun Artifisial Menuntun pada Penemuan Bahan Bakar Karbon Netral Berkelanjutan
EDITORIAL Salam Redaksi… Beberapa tahun lalu Majalah Mata Air mendapat kesempatan mengadakan acara bedah buku dan workshop kepenulisan di Universitas Syiah Kuala, Aceh. Sejak persiapan awal, pelaksanaan acara, hingga penutupan workshop semua panitia tampak bersemangat dan di antara anak-anak muda itu ada satu pemuda yang juga tampak tak kalah sibuknya. Ulet, penuh semangat, dan terlihat sangat antusias. Tak ada yang bisa lebih menggelorakan sepoi literasi sebuah negeri selain melihat para pemuda-pemudinya, anak-anak bangsa penggenggam obor masa depan berada pada energi besar untuk menggiatkan usaha membaca dan menulis bagi tunas-tunas muda di sekitarnya. Anak muda itu kemudian mengenalkan diri dan menceritakan bahwa tak hanya acara tersebut, mereka juga membuat klub membaca Mata Air di Aceh. Bagi redaksi Mata Air kabar ini tentu saja sangat menggembirakan dan menjadi semacam serum semangat di sela keletihan menjalankan laju majalah yang kita sayangi ini. Selang beberapa waktu kemudian, datang kabar bahwa pemuda penuh semangat tersebut ternyata telah berpulang ke Rahmat-Nya setelah sebelumnya menderita sebuah penyakit yang cukup parah. Redaksi lalu mendapati tulisan menyentuh bertajuk “Aku Ingin Menjadi Mata Air” yang dibuat oleh almarhum beberapa bulan sebelum kepergiannya. Ketika tulisan itu dibacakan pada rapat redaksi tak ada yang bisa berkomentar selain bening air mata yang tampak mewakili perasaan siapa saja yang hadir saat itu. Maka adalah sebuah kehormatan bagi Mata Air untuk bisa menyajikan curahan pikiran almarhum seiring harapan semoga ini akan menjadi amal jariyah bagi beliau. Edisi ini juga akan mengetengahkan tak hanya asupan otak, tapi juga bagi ruhani dan jiwa. Ada dua artikel bidang neurosains yang akan membuat kita terperangah tentang betapa teliti dan rumitnya Sang Maha Pencipta menghadirkan sebuah organ teristimewa bernama otak. Sekiranya ada usaha besar di masa ini untuk merusak otak manusia maka harus ada pula cara istimewa untuk menggagalkan hal ini, karena pikiran yang hadir dari otak yang sehat akan membuat manusia mampu melakukan tindakan teratur dan tertib. Setelah itu nikmati pula tahap-tahap penyusunan satu per satu batu bata dari bangunan istana pengetahuan anak. Tak lupa khazanah Nusantara akan hadir kali ini dalam sebuah tulisan kuliner Nusantara. Yang terpenting di atas segalanya adalah setelahnya, kita akan mendapati bahwa “Keistikamahan Kalbu” adalah anugerah bagi siapa saja yang bisa meraihnya. Mari akhiri tahun 2020 yang penuh perjuangan ini dengan sebuah keyakinan dan harapan baik, sembari membaca Mata Air… membaca kehidupan.
ARTIKEL UTAMA
M. Fethullah Gülen
M
anusia senantiasa membutuhkan Allah Subhanahu wa ta’ala. Jika dibandingkan kenikmatan materi, manusia sejatinya lebih membutuhkan inayah (pertolongan, ihsan) dan pemeliharaan dariNya. Ya, manusia memang membutuhkan air, udara, dan berbagai kenikmatan materi lainnya, namun sejatinya mereka lebih membutuhkan keistikamahan rohani dan nutrisi bagi jiwanya. Seorang hamba yang tulus harus senantiasa memohonkan adanya keistikamahan kalbu dan rohani dari Tuhannya. Berbagai pemikiran seorang hamba seperti, “Bagaimana pun juga selama ini aku telah menjaga diri agar senantiasa berada pada garis lurus”, seakan mengisyaratkan ketidakbutuhannya
4
Mata Air
Oktober - Desember 2020
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Perilaku semacam ini merupakan sebuah kekeliruan yang sama sekali tidak boleh tebersit dalam benak seorang Mukmin, karena dapat berakibat pada ilhad (penyimpangan atau rusaknya iman). Padahal sesungguhnya, semua makhluk sangat membutuhkan-Nya di setiap waktu. Meski seandainya manusia telah melaksanakan ibadah dan ketaatan seribu tahun lamanya sekalipun, namun belum tentu semua itu dapat menjadikannya berada dalam keistikamahan. Di atas segalanya, yang perlu dilakukan adalah berlindung kepada Allah Yang Maha Kuasa pada setiap perilaku, sikap, dan kata-kata; seraya meminta keikhlasan dan keistikamahan dari-Nya. Hal ini harus dilakukan dengan tulus dan
berasal dari lubuk hati terdalam. Seandainya seseorang bisa mencapai usia 60-70 tahun, dan jika selama itu ia telah menjalani kehidupan yang bisa membuat iri banyak orang sekalipun, namun tetap saja ia bisa terjatuh pada kesalahan bahkan berbuat kekhilafan. Oleh karenanya, seorang yang beriman harus selalu bertawajuh kepada Allah Subhanahu wa ta’ala sepenuh hati seraya berkata, ‘’Ya Rabbi.. jangan pisahkan hamba dari hidayah-Mu, meski hanya sedetik pun. Janganlah Engkau jatuhkan kata-kata, perilaku, pembicaraan, langkah kaki dan gerak tangan, bahkan mimik muka hamba sekalipun pada kesalahan, meski hanya sekecil atom.” Bahkan seorang hamba harus mampu berkata: “Ya Tuhan, andai hanya sedetik pun hamba akan melakukan kesesatan, maka kumohon segera ambillah amanah (nyawa) yang telah Engkau anugerahkan ini.” Misalnya, saat kita tengah m e m b a c a Al-Qur’an dengan suara keras, yang bermula dengan keikhlasan tanpa riya. Namun kemudian jika tebersit dalam benak, ‘’Mungkin bagus juga bila orang yang di luar juga bisa ikut mendengar bacaan ini’’. Seandainya kita masih memiliki suara kalbu, maka hendaklah segera berhenti dan mengatakan “Betapa munafiknya hal ini!” kepada dirinya sendiri seraya menundukkan kepalanya untuk kemudian bersujud dan beristighfar. Tidak sepatutnya ia memasukkan keretakan niat sekecil apa pun dan pembelokan arah sesedikit apa pun ke dalam ibadahnya. Karena ketaatan dalam ibadah hanya dilakukan demi Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebisa mungkin, semua ibadah, khususnya ibadah yang selain fardu, haruslah tidak diperlihatkan atau diperdengarkan pada orang lain. Namun jika pada saat ia beribadah ada orang yang terlanjur melihat atau mendengarnya, maka itu bukan menjadi tanggung jawabnya. Hanya saja dia tetap
perlu berkata dalam hatinya, “Andai saja mereka tidak melihat atau mendengarnya”. Dalam hal meminta keistikamahan dalam hidup dan agar tidak terjatuh dalam kesalahan, seorang hamba harus berdoa dan meminta perlindungan dari Allah subhânahu wa ta’âla selayaknya seorang mudhthar yaitu orang yang benar-benar tak berdaya dan berada dalam kesulitan. Begitu pula saat beribadah seseorang sepatutnya melakukannya seperti seorang hamba yang benar-benar tak berdaya (mudhthar). Dalam buku ‘’Al-Lama’at’’ karya Ustaz Badiuzzaman Said Nursi disebutkan bahwa ketika Nabi Yunus Alaihi salam dilemparkan ke dalam lautan dan ditelan ikan besar, beliau berada di tengah-tengah lautan berbadai serta terdesak dalam kegelapan dan terputus dari berbagai harapan. Semua sebab pertolongan seakan membisu. Saat malam, lautan, dan ikan besar seolah bersepakat melawannya bersamasama, maka beliau pun berbisik, bermunajat pada satu-satunya Dzat yang mampu menguasai ketiganya seketika di bawah titah-Nya, yang bisa mengeluarkannya menuju pantai keselamatan. Saat Nabi Yunus melihat dengan ‘ainulyakin bahwa tidak ada tempat kembali selain Sang musabibul asbab, Dzat Yang Maha Kuasa, maka Beliau pun lalu berlindung kepada-Nya. Seketika rahasia keesaan dalam cahaya ketauhidan pun terkuak ke permukaan. Begitulah adanya, seorang hamba yang tulus harus menyebut “Allah” dan mengarah kepadaNya dengan perasaan bahwa apa pun yang ada di sekelilingnya tidak mampu menjadi penolong dan obat bagi permasalahannya selain Allah. Tentu saja, tidak boleh ada maksud dan tujuan lain dalam penyebutan asma Ilahi tersebut. Jika orang yang berputus asa dari segalanya berpaling ke arah satu-satunya pintu yang diharapkannya dapat terbuka, maka rahasia keesaan dalam cahaya ketauhidan akan tersibak baginya.
Manusia memang membutuhkan air, udara, dan berbagai kenikmatan materi lainnya, namun sejatinya mereka lebih membutuhkan keistikamahan ruhani dan nutrisi bagi jiwanya
Mata Air
Oktober - Desember 2020
5
Lagipula, dengan segala keagungan yang dimilikinya, Al-Qur’an telah menyatakan hakikat tentang: Siapakah yang mengabulkan doa orang yang berada dalam kesulitan (mudhthar)? (QS. An-Naml [27]: 62) Siapakah yang menjadikan nyata doa mereka yang tak berdaya? Siapakah yang menjadi penyelamat saat bala musibah menghimpit mereka? Pada saat kita kembali membuka lembaran kenangan masa lalu, pada saat kita seringkali berada dalam kesempitan dan meminta pertolongan dari-Nya dengan berucap “Duhai Tuhanku...”, lalu Dia hadir dengan pertolongan-Nya, maka dengan segenap hati kita semua akan menjawab pertanyaan di atas dengan jawaban “Allahlah yang melakukan semua itu”. Ya, insan manusia harus senantiasa mengontrol diri dan melihat kekurangan dan kesalahan-kesalahan dirinya. Saat berusaha membenahi kesalahan-kesalahan itu, kita harus lebih mengandalkan Allah dan percaya kepadaNya lebih daripada niat, tekad, dan usaha kita sendiri. Hendaknya kita tidak lupa bahwa jika berada dalam sebuah pekerjaan tetapi terdapat tujuan dan maksud lain selain rida-Nya, maka
sejatinya hal itu telah terkoyak dan ternodai oleh riya. Seorang manusia haruslah hidup dalam kehati-hatian. Ia harus mengatur sedemikian rupa fondasi pijakannya, memastikan agar jalan ibadahnya lurus tak berbelok, tak memberi kesempatan kepada setan untuk menggodanya, serta mengatur langkahnya dengan ungkapanungkapan bermakna kehati-hatian seperti, “Tidak, hal ini mungkin memang terlihat kokoh, namun sewaktu-waktu ia bisa saja roboh. Ia bisa membuat kakiku terpeleset dan membuat setan menemukan jalannya untuk mengotori pikiranku’’. Misalnya, seperti yang telah saya ungkapkan sebelumnya, ketika seseorang berada dalam gelap dan heningnya malam, di sebuah tempat yang sepi seraya berujar, “Ya Rabbi!” sambil menangis, lalu jikalau tebersit di hatinya perasaan: “Mungkin sesaat lagi akan ada orang yang datang dan mendengar tangisku lalu melihat betapa ikhlasnya diriku”. Kiranya terlintas pikiran semacam ini, maka orang itu harus segera menghentikan pinta dan tangisnya, karena daripada ia harus mengotori lembaran suci doa itu, lebih baik ditinggalkan
Jika manusia berada dalam sebuah pekerjaan, tetapi terdapat tujuan dan maksud lain selain rida-Nya, maka sejatinya hal itu telah terkoyak dan ternodai oleh riya
6
Mata Air
Oktober - Desember 2020
dahulu meski belum selesai sepenuhnya. Demikianlah, jika kita telaah kehidupan para salafussalih, maka akan dapat kita lihat banyak contoh senada dalam takaran yang sama. Misalnya saja pada sosok Ibrahim bin Yazid AnNakha’i. Jika ada orang yang mengetuk pintunya saat beliau tengah membaca Al-Qur’an, maka hal pertama yang dilakukannya adalah menghentikan bacaanya, menempatkan Al-Qur’annya ke rak sebelum ia membuka pintu tersebut. Saat anggota keluarganya bertanya mengapa beliau melakukan hal itu, beliau pun menjawab, ‘’Jika mereka melihatku dalam keadaan demikian, maka bisa saja mereka beranggapan bahwa diriku senantiasa membaca Al-Qur’an setiap waktu’’ dan hal itu pun dianggap olehnya sebagai bentuk riya. Bisa saja kita beranggapan bahwa kesensitifan ini sebagai sebuah bentuk rasa waswas yang berlebihan. Namun yang patut dipahami oleh mukmin sejati adalah bahwa beramal hanya demi rida Allah ta’ala merupakan sebuah permasalahan kehormatan. Dalam hal mengkhususkan Allah di setiap ibadah dan ketaatannya, seorang yang yakin pada Allah dan akhirat harus bertindak
sangat sensitif dalam hal ini hingga ke tingkatan waswas dan menganggap hal ini sebagai sebuah kehormatan. Bahkan saat mengatakan kata-kata baik sekalipun, jika dalam kata-kata indahnya tercampur aroma riya yang karenanya terinfeksi oleh perkataan dan perbuatan yang mengandung kesyirikan, maka dia harus segera menghentikan pembicaraannya. Sebagaimana juga pada saat goresan pena menuangkan gubahan sajak seindah mizmar Nabi Daud ‘Alaihis salam sekalipun. Jika dalam niatnya terdapat noda, maka saat itu pula ia harus mematahkan penanya. Harus dipatahkan, karena ia menginginkan keabadian. Seseorang yang menginginkan kehidupan abadi haruslah berusaha menjaga kemurnian pikiran dan perasaannya sepanjang hidup demi tujuan yang luhur dan mulia ini.
Penulis adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim yang dinobatkan sebagai 100 orang paling berpengaruh versi Majalah Foreign Policy, aktif menulis buku dan artikel di berbagai media internasional. Hingga kini tercatat lebih dari 70 buku telah beliau tulis dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
7
MEMANDANG
yang
HARAM MERUSAK OTAK KESEHATAN Prof. Dr. Atıf Y. dan Dr. Kamil Mert
K
hususnya pada abad ke-21 ini, penggunaan objekobjek yang menarik perhatian syahwat dalam dunia perfilman, klip musik, maupun konten-konten yang bertebaran di internet atas nama mode, iklan, olahraga, maupun seni meningkat drastis.1 Internet, misalnya, telah menjadi sarana untuk menyebarkan gambar-gambar asusila dengan sangat cepat. Gambar-gambar tersebut disiarkan di berbagai media, mulai dari toko buku, teater, bioskop, papan reklame, hingga surat kabar yang menjangkau hampir setiap segmen masyarakat yang sebagian besarnya disebarkan melalui internet. Studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 66 % pria dan 41% wanita disibukkan dengan konten asusila setidaknya satu kali dalam satu bulan.2 Sekitar 50 % dari lalu lintas internet digunakan untuk mengakses konten-konten tersebut.3 Statistika yang mengerikan ini menunjukkan bahwa efek negatif dari gambar asusila telah tersebar luas pada semua lapisan masyarakat.
8
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Ironisnya, kecanduan ini tidak hanya terbatas pada manusia semata. Pada penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini, monyet Makaka jantan mengabaikan jus buah yang diberikan kepadanya sebagai imbalan, karena monyet jantan itu lebih memilih untuk menonton gambar monyet betina dalam pose tak biasa.4 Dalam Islam, “memandang yang haram”, yaitu menyaksikan gambar-gambar tidak senonoh serta menjadikannya kebiasaan merupakan sebuah dosa. Selain itu, sudah umum diyakini bahwa “memandang yang haram dapat menjadi sebab bagi melemahnya daya ingat.” Ada banyak ulama yang memeringatkan bahwasanya pandangan yang haram dapat merusak fungsi-fungsi otak. Terdapat pula ayat yang secara makna memerintahkan “jauhilah zina” dan hadis “Pandangan yang haram adalah panah beracun setan.” Hadis tersebut kemudian dilanjutkan dengan kalimat: “Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya, yang terasa manis dalam kalbunya”5. Hal ini menjadi prinsip-prinsip penting yang kiranya dapat mencegah kaum muslimin dari perbuatan tercela tersebut. Otak dan Konten-Konten Asusila Sebuah penelitian dilakukan pada mereka yang sering mengakses gambar-gambar asusila di internet dengan hipotesis bahwa hal tersebut dapat meninggalkan pengaruh buruk bagi fungsi dan struktur otak sebagaimana pengguna narkoba yang mengalami peningkatan rasa ketidakpuasan, menampilkan perilaku-perilaku buruk yang mencederai kemanusiaan mereka, serta berpengaruh negatif bagi kerukunan sosial. Simone Kühn dan Jürgen Gallinat bekerjasama dengan para ahli di bawah arahan Departemen Perkembangan Manusia dan Kesehatan Psikologi dari Max Planck Institute di Berlin, Jerman menitikberatkan penelitiannya pada apa saja pengaruh gambar asusila pada otak manusia.6 Penelitian yang dilakukan pada para lelaki Swedia ini membuktikan bahwa pria menunjukkan minat yang lebih besar pada konten-konten menyimpang tersebut.7
Serupa dengan teori dari penelitian-penelitian tentang kecanduan, ternyata gambar-gambar asusila merangsang sistem penghargaan alami dalam otak, dan ketika situasi ini berlanjut pada tingkat yang lebih tinggi, maka proses respons di jaringan neuron otak akan melemah, atau bahkan tidak lagi responsif. Oleh karena proses stimulasi kepuasan pada otak melemah, maka seperti halnya pengaruh narkotika, ia akan mulai berkeinginan untuk meningkatkan dosis yang dapat mendorongnya pada tindakan asusila.8 Setelah diketahui bahwa terdapat perubahan di berbagai pusat otak tertentu pada kasus kecanduan obat dan alkohol, maka diketahuilah bahwa neuron yang mengeluarkan dopamin (sel saraf) di otak tengah, bagian depan dahi pada tengkorak (korteks prefrontal), dan daerah yang disebut striatum merupakan daerah tempat otak merasakan perasaan dihargai atau kepuasan.9-10 Sejumlah penelitian menemukan bahwa sebagaimana terdapat perubahan neurobiologis dan volumetrik pada striatum pecandu narkoba, demikian pula dengan korteks prefrontal akan serupa seperti kondisi tersebut pada saat nafsu syahwat sedang berlebihan.11-12 Dalam sebuah penelitian terhadap 64 pria sehat dengan rentang usia 21-45 tahun, dikatakan bahwa hasil pencitraan resonansi magnetik (MRI: Magnetic Resonance Imaging) yang dipasang pada mereka bekerja di atas rata-rata, bahkan sebelum pembahasan tentang konten asusila dimulai. Penyebab mengapa hanya diambil sampel dari pria saja adalah karena mereka yang terlibat pada penelitian ini telah terpapar gambargambar serupa sejak usia belia bila dibandingkan dengan wanita. Prinsip penelitian ini adalah mengajukan pertanyaan tentang hal-hal asusila dan menunjukkan gambar semacam itu secara berkala saat pemindaian MRI otak dilakukan, sembari memerhatikan perubahan apa saja yang terjadi pada otak. Pada jeda yang ditentukan selama satu minggu, hasil aktivitas menonton gambar-gambar seperti ini menunjukkan terjadinya penyusutan pada materi abu-abu (grey matter) yang dibuktikan melalui deteksi MRI dan ditampilkan dalam bentuk grafik. (gambar 1.)
Mata Air
Oktober - Desember 2020
9
Ketika gambar dan grafik itu diteliti, terlihat bahwa terdapat hubungan antara paparan gambar asusila dengan penurunan lapisan materi abuabu pada otak. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa volume materi abu-abu di bagian kanan posterior wilayah striatum otak terlihat lebih kecil pada mereka yang sangat sering menonton gambar-gambar asusila. Otak dan sumsum tulang belakang yang menyusun sistem saraf pusat tersusun dari dua lapisan warna berbeda yang disebut dengan materi putih dan abu-abu. Bagian yang dikenal sebagai materi abu-abu atau kelabu ini, sebagian besar terdiri dari badan-badan sel saraf, dendrit (serabut-serabut pendek) dan sel-sel glia (penghubung antar neuron).
Gambar-Gambar yang Meracuni Dapat dipahami jika zat-zat seperti alkohol dan narkotika dapat meracuni otak karena komposisi di dalamnya dapat mengakibatkan kematian sel, tapi bagaimana gambar-gambar asusila yang hanya dilihat mata dapat merusak otak? Pemahaman ilmu materialis tidak akan mampu mengungkap hal ini. Namun, perangkat pencitraan dan berbagai alat pengukuran dengan jelas menunjukkan adanya hubungan pada penyusutan volume materi abu-abu ketika seseorang menyibukkan diri melihat gambargambar asusila. Tampak bahwa saat seseorang melihat gambar tersebut, volume dan jumlah neuron lapisan materi abu-abu di otaknya menjadi
Konsumsi pornografi, jam/ minggu: Interaksi dengan gambargambar asusila pada waktu-waktu tertentu dalam satu minggu
Probabilitas Volume Materi Abu-Abu pada Nukleus Kaudatus Kanan A- Grafik yang menunjukkan hubungan antara volume materi abuabu dengan keterpaparan oleh materi asusila
B- Gambar MRI yang menunjukkan penyusutan volume materi abu-abu otak yang dibuktikan dengan kadar oksigen pada darah ketika terjadi perubahan intensitas syahwat di saat seseorang terpapar oleh gambar-gambar asusila.
10
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Peta konektivitas fungsional kerusakan pada korteks prefrontal lateral kiri sebelah atas dan wilayah striatum kanan otak ketika seseorang terpapar dengan gambargambar asusila pada waktu-waktu tertentu dalam satu minggu.
berkurang. Ketika durasi konsumsi gambargambar haram itu meningkat, maka laju penurunan materi abu-abu akan meningkat dan kerusakan pun menjadi lebih tinggi. Pada kriteria-kriteria tes yang diuji berdasarkan durasi kunjungan ke situssitus prostitusi dan gambar-gambar asusila di internet, terdapat 21 responden yang berada pada ambang batas risiko kecanduan syahwat dan pandangan haram, tetapi belum berada pada taraf ketagihan. Pada saat yang sama, berdasarkan tes yang digunakan untuk mengukur kerusakan yang disebabkan oleh konsumsi alkohol, 21 responden tersebut ditemukan juga mengalami depresi. Ketika nilai-nilai ini dianalisis bersama, tampak bahwa sebagaimana racun alkohol dan narkotika merusak otak, kerusakan yang serius juga muncul akibat pandangan haram dan gambar-gambar asusila. Di sisi lain, muncul pertanyaan: “Ketika seseorang berhenti memandang pada yang haram, apakah otak dapat mengganti bagianbagian yang telah hilang?” Sayangnya, dalam jangka pendek tidak tampak pemulihan materi abu-abu tersebut. Ketika terjadi erosi pada struktur dasar otak yang terpapar oleh konten-konten tidak senonoh dan perlambatan dalam performa fungsinya, maka pembangkitan dorongan syahwat oleh stimulus tak alami pada otak membuatnya selalu merasa butuh untuk mencari asupan materi asusila yang lebih lagi. Reseptor-reseptor dopamin di area striatum otak seorang pecandu narkotika amat rendah jumlahnya. Ternyata kondisi yang sama juga tampak pada mereka yang terbiasa memenuhi syahwatnya melalui caracara haram. Hingga saat ini belum ada jawaban atas pertanyaan: “Apakah rendahnya reseptor dopamin pada otak menyebabkan seseorang cenderung pada pornografi, atau seiring bertambahnya dosakah yang menyebabkan kekurangan ini pada otak?” Maka dalam penelitian lebih lanjut hendaknya pengaruh pornografi dapat diamati lebih awal, dan diperhatikan apa saja perubahan-perubahan yang terjadi di otak. Dengan demikian, barulah dapat diklaim bahwa apakah hal tersebut merupakan sebuah kekurangan. Setiap manusia mungkin memiliki kelemahan yang berbeda-
beda, misalnya emosi tak terkontrol, ketamakan, keserakahan, temperamenal, harta benda, maupun nafsu syahwat. Manusia diuji melalui sisi lemahnya. Akan tetapi, manusia tidak bisa mengelak dengan berkata: “Itu adalah bagian dari fitrahku. Tak ada yang bisa kulakukan kan?” Pada prinsipnya, agama diturunkan untuk membangun karakter kedua bagi manusia. Melalui kriteria halal-haram dalam agama, dengan masa tarbiah yang menyeimbangkan rasa takut dan cinta kepada Allah jalla jalaluhu, kecenderungan pada keburukan dapat dicegah, sehingga kita akan menerima imbalan pahala atas usaha tersebut. Sebagaimana pengguna narkoba berisiko menambah dosis obat yang dikonsumsinya hingga ajal menjemput, orang yang terpapar konten asusila pun dapat mengurangi dan melawan intensitas dan kuatnya keinginannya dengan menggunakan jalan-jalan fitrah pada aktivitas di lingkaran yang terlegitimasi (dengan jalan pernikahan dan cara yang halal). Dengan kata lain, menyibukkan diri dengan gambar asusila bagaikan menghilangkan haus dengan meminum air asin. Oleh karenanya, mereka yang menghindarkan diri dari hal yang haram akan dapat pula menjalankan aktivitas-aktivitas ini secara lebih sehat dan dalam jangka waktu lebih lama di dalam lingkup keluarga yang terjaga dan dalam lingkaran yang terlegitimasi, sehingga mereka akan mampu pula menjalani masa tua yang lebih seimbang sebagai sebuah unsur penyempurna ketenangan keluarganya. Pada penelitian ini, sebagaimana halnya gambar-gambar asusila dapat merusak area korteks prefontal dan striatum otak yang dapat memicu kecanduan, maka ketergantungan pada internet juga diperkirakan memiliki dampak serupa. Penelitian terdahulu tentang ketergantungan internet memberikan informasi bahwa ia menyebabkan penipisan area korteks prefrontal. Hal serupa juga tampak pada penderita kecanduan produk-produk seperti kokain, metamfetamin, dan alkohol yang juga memberikan pengaruh pada area-area otak tersebut.16 Dari sisi kesehatan masyarakat, pengaruh paparan konten-konten asusila pada materi
Mata Air
Oktober - Desember 2020
11
abu-abu otak yang diamati dalam penelitian ini harus dipertimbangkan secara sangat serius. Berdasarkan penelitian yang mengevaluasi pengaruh kerusakan yang hanya disebabkan gambar-gambar asusila -meski tak ada zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, yakni otak tidak diracuni dengan zat neurotoksik-, maka harus direncanakan pula penelitian-penelitian lanjut untuk meneliti efek serupa pada otak mereka yang ketagihan video game, perjudian, pacuan kuda, dan permainan berbasis peluang lainnya. 17-18 Ketika penelitian-penelitian berbasis ilmiah mengungkap hikmah dari perintah-larangan dalam agama Islam serta pengaruhnya terhadap kesehatan kian bertambah, maka hal itu akan memudahkan hati dan jiwa kita untuk lebih merasakan pentingnya memenuhi hak penghambaan dalam setiap aktivitas kita. Semoga dengan makrifat dan mahabbah-Nya, kita akan terjauhkan dari bahaya-bahaya serius semacam itu. Catatan Kaki: 1. Dopamin : senyawa kimia organik yang berfungsi sebagai hormon dan neurotransmiter yang berperan penting dalam tubuh dan otak. 2. Metamfetamin : sebuah bahan sintetik yang mampu meningkatkan kesadaran dan membuka jalan menuju beragam halusinasi penggunanya. 3. Neurotoksik : toksin yang memberikan pengaruh racun pada sel-sel saraf.
12
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Referensi : 1. Gunter, B. (2001). Media Sex: What Are the Issues?, London: Routledge. 2. Paul, P. (2007). Pornified. New York: Times Books. 3. Mc Nair, B. (2002). Striptease Culture. London: Routledge. 4. Deaner, R.O., Khera, A.V., Platt, M. L. (2005). Monkeys pay per view: adaptive valuation of social images by Rhesus macaques. Biol. 15(6). 543–548. 5. Hakim, Mustadrak, 4/314; Mundziri, At-Targhib Wa At-Tarhib, III, 63. 6. Kühn, S., Gallinat, J. (2014). Brain Structure and Functional Connectivity Associated with Pornography Consumption the Brain on Porn. JAMA Psychiatry, cilt 71, sayı 7. s. 827–834. American Medical Association. 7. Svedin, C.G., Åkerman, I., Priebe, G. (2011). Frequent users of pornography: a population based epidemiological study of Swedish male adolescents. J Adolesc. 34 (4). 779–788. 8. Struthers, W.M. (2010). Wired for Intimacy. Downers Grove: Inter Varsity Press. 9. Volkow, N., Li, T.-K. (2005). The neuroscience of addiction. Nat Neurosci. 8 (11). 1429–1430. 10. Kalivas, P.W.,Volkow, N.D. (2005). The neural basis of addiction: a pathology of motivation and choice. J. Psychiatry. 162 (8). 1403–1413. 11. Hyman, S.E., Malenka, R.C.,Nestler, E.J. (2006). Neural mechanisms of addiction: the role of reward-related learning and memory. Rev. Neurosci. 29: 565–598. 12. Ersche, K.D., Barnes, A., Jones, P.S., Morein-Zamir, S., Robbins, T.W., Bullmore, E.T. (2011). Abnormal structure of frontostriatal brain systems is associated with aspects of impulsivity and compulsivity in cocaine dependence. Brain. 134 (pt7). 2013–2024. 13. Karama, S., Lecours, A.R., Leroux, J.-M. ve ark. (2002). Areas of brain activation in males and females during viewing of erotic film excerpts. Brain Mapp. 16(1).1–13. 14. Redouté, J., Stoléru. S., Grégoire. M. C. ve ark. (2000). Brain processing of visual sexual stimuli in human males. Brain Mapp. 11(3). 162–177. 15. Stark, R., Schienle, A., Girod, C. ve ark. (2005). Erotic and disgust-inducing pictures: differences in the hemodynamic responses of the brain. Psychol. 70(1). 19–29. 16. Jacobsen, L.K., Giedd, J.N., Gottschalk, C., Kosten, T. R., Krystal, J.H. (2001). Quantitative morphology of the caudate and putamen in patients with cocaine dependence. J. Psychiatry. 158(3). 486–489. 17. Van Holst, R.J., van den Brink, W., Veltman, D.J., Goudriaan A. E. (2010). Brain imaging studies in pathological gambling. Psychiatry Rep. 12 (5). 418–425. 18. Kühn, S., Romanowski, A., Schilling, C. ve ark. (2011). The neural basis of video gaming. Psychiatry. 1(11). e53.
YANG MENJADI
SAMBAL KULINER Haerul Al Aziz, B.A.
“Soya, Gengber, Loock en Ritsjes Maeckt de maegh wel scharp en spitsjes” (Kacang kedelai, jahe, bawang putih, dan cabai membuat perut mulas karena rasa pedas)
B
ait di samping merupakan gubahan Aernout van Overbeke kala menggambarkan racikan sambal dan rasa pedasnya yang membuat perutnya melilit. Dari mana orang Belanda ini mengenal sambal dan apa yang membuatnya tertarik untuk menyantapnya? Konon dirinya mengaku bahwa ia tak pernah luput menaruh sambal di setiap hidangan makanannya. Lantas, bagaimana sejarah sambal pertama kalinya masuk ke Indonesia dan apa yang menyebabkan si pedas ini digemari oleh hampir seluruh orang, baik lokal maupun mancanegara sekalipun? Cabai yang merupakan bahan baku utama sambal, ternyata memiliki catatan sejarah yang panjang dan rumit. Dalam laporan yang berjudul “Starch Fossil and
Mata Air
Oktober - Desember 2020
13
the Domistication and Disperial of Chili Peppers (Capsicum spp. L) in the Americas,” Linda Perry yang menjabat sebagai kepala penelitian menyatakan bahwa ternyata cabai telah digunakan semenjak 6000 tahun silam. Suku Indian Zapotec ketika itu menggunakan cabai sebagai bumbu bagi beraneka-ragam hidangan makanan. Bukti ini ditemukan di tujuh lokasi yang berada di kepulauan Bahama hingga bagian selatan Peru. Sementara sambal ditemukan sebagai hidangan makanan pada tahun 1500-1000 SM. Sambal pertama di dunia ini merupakan hasil racikan dari bumbu cabai yang dicampur dengan bahan lainnya dan digunakan sebagai pelengkap makanan Tortilla, sejenis roti pipih yang terbuat dari jagung atau gandum giling. Kabarnya, cabai yang saat itu dipopulerkan oleh Christopher Columbus saat melakukan ekspedisinya ke Amerika, ia bawa sebagai hadiah persembahan bagi Ratu Isabella di Spanyol. Meski lada hitam kala itu memiliki nilai yang tinggi, tetapi hal itu tidak menghalanginya untuk menyebar hingga ke berbagai penjuru Eropa. Sementara itu, perjalanan cabai hingga mendarat di perairan Indonesia dinyatakan sebagai hasil dari ekspedisi bangsa Portugis pada abad ke-16. Namun, seorang arkeolog bernama Titi Surti Nastiti dalam bukunya yang berjudul “Pasar di Jawa Masa Mataram Kuno Abad VII-XIV” mengatakan bahwa teks Ramayana abad ke-10 telah menyebutkan cabai sebagai salah satu contoh jenis makanan pangan. Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa sambal sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1814 M. Hal tersebut dikarenakan namanya yang sudah muncul pada Serat Centhini yang merupakan manuskrip berisi pengetahuan tentang keagamaan, kesenian, ramalan, sulap,
14
Mata Air
Oktober - Desember 2020
hingga makanan dan minuman tradisional Jawa. Di dalamnya disebutkan beberapa macam jenis sambal seperti sambal kluwak, sambal gocek, sambal trancam, dan sebagainya. Meski kala itu nama sambal sebenarnya belum tersebar ke seluruh pelosok negeri. Kosa kata sambal yang berasal dari bahasa Sunda ini memang memiliki sejarah yang unik hingga digemari oleh kebanyakan orang. Kepopulerannya di masa kini tidak lepas dari jasa Catenius van der Meidjen dan baboe atau pembantunya, ia adalah salah satu ahli kuliner yang cukup berpengaruh di masa kolonial. Dengan bukunya yang berjudul “Groot nieuw volledig Oost-Indisch kookboek” yang berisi kumpulan beberapa resep makanan, ia pun tak luput mencantumkan resep sambal ke dalamnya. Buku keduanya ini terbit pada tahun 1942 M, setelah sebelumnya ia menulis buku lain yang berjudul “Makanlah Nasi” di tahun 1922 M. Resep sambalnya yang terkenal adalah sambal oeloek (ulek) dan sambal telur. Selain itu, ada juga sambal serdadoe yang kala itu khusus disiapkan untuk bekal para serdadu pada saat ekspedisi atau bertempur. Nama lain dari sambal terasi ini juga memiliki kisah lain berasal dari kerajaan Siliwangi, yang saat itu Prabu Rajagaluh sangat menyukai bubukan udang rebon, sehingga tak jarang ia meminta satu pikul bubukan rebon gelondongan sebagai pajak. Terasi diambil dari kata terasih yang berarti menyukai. Sedangkan sambal bajak dinamakan sesuai dengan bentuknya yang kasar, persis seperti sawah yang baru dibajak. Catenius yang merupakan nyonya menir, yang
dibantu oleh beberapa baboe-nya kala itu, ingin memberikan hidangan terbaik bagi keluarganya. Racikan cabai yang ditambahkan garam sebagai perasa yang kemudian dihancurkan dengan cobek batu memberikan sensasi yang berbeda dan membuat si Tuan menggemarinya, meski matanya terbelalak karena harus merasakan sensasi rasa pedas. Hal ini memberikan nilai tersendiri bagi mereka yang mahir dalam meraciknya. Karena tak jarang, tuan-tuan Belanda yang pulang ke negerinya membawa serta baboenya yang pandai membuat sambal. Mereka yang ahli dalam membuat sambal juga berkesempatan untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Bahkan, para perempuan Belanda yang akan berkunjung ke wilayah Hindia Belanda, mereka merasa wajib membawa dan mempelajari buku resep Catenius itu sebagai pegangan. Di saat yang sama, sambal menjadi bagian dari risjttafel yang merupakan set hidangan komplit berisi nasi, lauk pauk, dan sajian khas Indonesia yang terkenal mewah dan mahal saat itu. Selain itu, tidak sedikit dari orang Indonesia yang lebih memilih sambal dibandingkan selai untuk mereka oleskan di atas roti yang akan disantapnya. Salah satu sebab yang menjadikan sambal seolah menjadi hidangan tambahan yang wajib, khususnya bagi orang Indonesia, adalah karena hidangannya yang sebagian besar bersifat koud eten (hidangan dingin). Rasa pedas cabai tidak hanya memberikan sensasi yang menggugah selera, namun juga memiliki fungsi sebagai pengganti temperatur panas. Selain itu, bagi orang Indonesia sambal bukan hanya sekedar rasa, tapi dapat juga direfleksikan secara historis sebagai
sebuah unsur pusaka dalam pembentukan cita rasa kuliner Indonesia. Dengan berbagai macam bentuk dan jenis yang dimilikinya, kata sambal seolah menjadi pemersatu bagi bangsa ini. Terbukti dengan adanya 322 macam sambal di Indonesia yang digunakan untuk masakan dan hidangan. Misalkan sambal terasi -yang memiliki aroma kuat karena menggunakan udang atau rebon yang telah difermentasikan- akan sangat menggiurkan jika disantap bersama dengan lalapan, tempe goreng, ayam goreng, ikan, serta sayur asem. Bagi mereka yang sering memakan masakan Padang pasti tahu sambal ijo. Sambal ini serasi jika dimakan bersama dengan rendang dan para prajuritnya. Sambal dabu-dabu khas Manado, yang memiliki ciri khas berbeda karena bumbunya yang dipotong dan diiris kecil-kecil sangat cocok dihidangkan dengan ikan bakar. Rasa asam pedas yang dimiliki sambal pencit alias mangga muda sangat nikmat sebagai cocolan untuk bebek goreng. Selain digunakan untuk memasak, cabai juga memiliki banyak kegunaan lain. Selain vitamin A, B, C, zat besi, dan antioksidan, kandungan bioflavonoids yang tekandung di dalamnya dapat membantu menyembuhkan radang akibat udara dingin dan juga meredakan penyakit polio. Kandungan capsaicin tidak hanya membuat cabai memiliki rasa pedas, namun juga memiliki efek anti-kanker. Bagi pencinta burung, kandungan ini juga bisa dimanfaatkan untuk mempertajam lidah burung dan ocehannya serta dapat memperindah bulu burung hias. Selain itu, minyak asiri atau capsicol dapat dimanfaatkan untuk mengganti fungsi minyak kayu putih yang berkhasiat mengurangi rasa pegal, rematik, sesak napas, dan gatal-gatal. Di sisi lain, dahulu asap cabai digunakan sebagai disinfektan sekaligus anti serangga yang konon amat mujarab. Lebih dari itu, tumbukan cabai juga pernah digunakan sebagai senjata perang. Bahkan di zaman kolonial Belanda, cabai juga digunakan sebagai salah satu cara hukuman.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
15
Perjalanan sejarah cabai memberikan sensasi tersendiri, sama halnya ketika ia telah diracik menjadi secobek sambal yang diulek ala Indonesia. Berbeda dengan piri-piri dari Afrika Selatan, sriracha dari Thailand dan salsa dari Meksiko, sambal yang terdapat di Indonesia memiliki sejarah unik yang disesuaikan dengan kondisi lidah penggemar setiap daerahnya yang hampir seluruh makanannya bersifat hidangan dingin. Selain itu, keanekaragaman sambal juga menjadi unsur pemersatu yang melekatkan satu sama lain. Kearifan lokal yang kita miliki ini sepatutnya kita ketahui lebih rinci, karena selain akan menambah kenikmatan saat kita menikmati sambal, hal tersebut juga bisa kita gunakan untuk mengenalkannya kepada dunia mancanegara. Referensi : • Daras, Roso (Ed). 2016. Indonesia Poenja Tjerita. Bentang Pustaka • Perry, Linda dkk. 2007. Starch Fossils and the Domestication and Dispersal of Chili Peppers (Capsicum spp. L.) in the Americas. Science Magazine. Vol. 315(5814)., hal. 986-988 • Rahman, Fadly. 2016. Rijsttafel : Budaya Kuliner Di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942. Gramedia. • Setiadi, Ranutiyo. 20 Juni 2011. Khasiat dan Manfaat : Kandungan, Kegunaan dan Manfaat Cabai. Kompasiana • Suyanti, Suyanti. 2018. Membuat 6 Olahan Cabai. Penebar Swadaya
16
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Ganguan Jiwa atau Spiritualitas Tinggi
?
D
alam ilmu jiwa, spiritualitas pada manifestasinya bisa bersifat patologi. Hal ini dibahas oleh Nicky Crowley and Gillie Jenkinson dalam Pathological Spirituality yang diterbitkan oleh The Royal College of Psychiatrists (2009. p.255). Anggapan bahwa spiritualitas dan religiusitas adalah problem atau gangguan jiwa berakar pada beberapa pendapat ahli jiwa yang membangun fondasi ilmu jiwa. Sigmund Freud, dokter ahli saraf yang mendirikan aliran psikoanalisa, melihat religi atau agama sebagai sistem yang mengakumulasi gangguan jiwa manusia. Dalam Future of an Illusion Freud bahkan menyebut agama sebagai sistem bagi halusinasi dan ilusi manusia. Dalam karya yang lain Civilization and its Discontent, Freud semakin mengurangi ‘pengalaman oceanik’ dari pengalaman spiritualitas yang dianggapnya sebagai ‘ketakberdayaan infantil’ dan ‘regresi ke narsisisme primer’.
NEUROSAINS Dr. dr. H. Taufiq Pasiak M.Pd.I., M.Kes.
Pada tahun 1976 dalam tulisan bertajuk ‘Mysticism: Spiritual Quest or Psychic Disturbance oleh kelompok pengikut Freud yang menamakan diri Group for the Advancement of Psychiatry (GAP) mendefinisikan agama sebagai regresi, pelarian diri dan proyeksi dari keadaan infantil. Albert Ellis, psikolog yang menyusun Rational Emotive Therapy, sebuah bentuk pendekatan perilaku kognitif, menyatakan bahwa solusi terapetik yang elegan untuk masalah-masalah emosional adalah menjadi orang tidak religius. Bagi mereka ketiadaan religiusitas adalah kondisi yang lebih sehat secara emosional. Selain itu B.F. Skinner, psikolog pionir yang memahami perilaku sebagai hal yang bisa dimodifikasi dengan terapi perilaku, melihat spiritualitas dalam konteks stimulus-respon. Sayangnya para ahli seperti Skinner tidak memberikan perhatian terhadap pengalaman-pengalaman internal manusia. Maka, kekurangpahaman terhadap dinamika spiritual, sebagaimana diwariskan oleh para pengikut Freud, akhirnya telah mereduksi pengalaman spiritual itu sebagai fenomena psikopatologi semata.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
17
Kekurangpahaman terhadap dinamika spiritual, sebagaimana diwariskan oleh para pengikut Freud, akhirnya telah mereduksi pengalaman spiritual sebagai fenomena psikopatologi semata.
Merevolusi Pemahaman tentang Otak Jackson dan Fulford (1997) menyatakan bahwa pengalaman spiritual dan gejala psikotik tidak dapat dibedakan hanya dengan melihat pada bentuk atau isi gejalanya saja, seperti apa yang ada dalam psikopatologi tradisional. Begitu pula keduanya tidak dapat dibedakan berdasarkan hubungannya, baik dengan gejala lain atau dengan gejala-gejala patologis penyebabnya (seperti dalam klasifikasi psikiatri), atau hanya dengan mengacu pada kriteria deskriptif penyakit mental yang tersirat oleh model medis. Oleh karena itu, perlu untuk menilai seberapa besar nilai dan keyakinan yang ada pada individu yang mengarahkan tindakannya secara konstruktif atau destruktif (Jackson M, Fulford, 1997: 41-65). Sebenarnya, ada dua bentuk hubungan ‘Pengalaman Spiritual’ (mistik) dan fenomena Psikotik. Yang pertama adalah pengalaman spiritual dengan ciriLobus Frontal ciri psikotik, dan yang kedua adalah gangguan psikotik dengan ciri spiritual (Lukoff, 1985: 156). Kemajuan teknologi dalam ilmu kehidupan dan kedokteran saat ini telah mengubah pemahaman kita tentang otak, sementara disiplin ilmu saraf sosial, kognitif, dan afektif yang muncul terus mengungkapkan hubungan fungsi kognitif yang lebih tinggi dan keadaan emosional yang terkait dengan pengalaman religius dengan keadaan otak yang mendasarinya. (McNamara, 2009: hlm.1). Pada penderita gangguan jiwa Skizofrenia, delusi1 positif dengan konten keagamaan tampaknya terkait dengan situs disfungsi saraf tertentu. Pemeriksaan dengan SPECT (Single
18
Mata Air
Oktober - Desember 2020
photon-emission computed tomography) mengungkapkan peningkatan serapan di wilayah temporal kiri, serta penurunan serapan di korteks oksipital, terutama di sebelah kiri (Puri, Lekh, Nijran, Bagary, & Richardson, 2001) dan kurangnya asimetri anatomis normal antara belahan kanan dan kiri otak (McNamara, 2009: 96). Ada peningkatan religius yang pasti pada pasien skizofrenia. Laporan tentang pengalaman religius lebih sering terjadi pada populasi penderita skizofrenia daripada populasi umum, terutama pada pasien dengan gejala positif (McNamara, 2009: p.94). Menurut Newberg (2001), terdapat penurunan tingkat aktivasi di lobus parietal dan peningkatan tingkat aktivasi di lobus frontal selama kegiatan meditasi dan doa yang dilakukan oleh biarawati. Tampak juga peningkatan aktivasi pada gyrus cingulate secara bilateral dan thalami. Mereka menyarankan bahwa karena wilayah parietal telah terlibat dalam somesthesia2, Lobus Parietal maka gangguan skema tubuh, dan rasa diri, serta hipoperfusi3 di wilayah parietal menghasilkan pembubaran batas-batas diri dan pengalaman religius yang lebih intens (Newberg, 2001). Studi pada 295 pasien penderita skizofrenia di Vilnius Mental Health Center di Lithuania menunjukkan bahwa 63,3% di antara pasien tersebut melaporkan adanya delusi agama. Kandungan delusi agama yang paling sering ada pada wanita adalah keyakinan bahwa mereka adalah orang suci sementara pada pria adalah perasaan membayangkan diri sebagai Tuhan (Palmire et al., 2008: 44). Austin (2001) melaporkan lebih banyak halusinasi visual dan tidak mengancam dalam pengalaman spiritual
(jalur mistik) dan lebih banyak pendengaran dan dapat mengancam pada Skizofrenia (Austin, 2001: 31). Pasien tua dengan delusi agama telah memulai pengobatan neuroleptic4 pertama mereka lebih awal, menderita stres psiko-sosial yang tidak terlalu akut, dan menunjukkan fungsi global yang lebih buruk selama setahun terakhir dibandingkan pasien tanpa delusi agama. Selain itu, mereka menerima skor SAPS7, total BPRS dan kelompok psikotik BPRS8 yang lebih tinggi dan dirawat dengan jumlah rata-rata neuroleptik berbeda yang lebih tinggi selama rawat inap. Delusi agama tidak terkait dengan kelompok diagnostik mana pun (Raja M. Azzoni, et.al., 2000). Waham Agama Delusi adalah ciri utama dari penyakit psikotik, ada pada sekitar tiga perempat orang dengan diagnosis spektrum skizofrenia (Appelbaum wt al., 1999; Garety PA, 1991). Tema religius umum di seluruh kategori dan tipe delusi, dengan antara seperlima dan dua pertiga dari semua delusi mencerminkan konten religius (Cannon et al., 2012). Untuk digolongkan sebagai delusi agama, keyakinan itu harus bersifat idiosinkratik atau khas hanya pada individu tertentu, dan tidak diterima dalam budaya atau subkultur tertentu (WHO, 1993). Keyakinan yang dipegang kuat dan dimiliki bersama dalam konteks religius atau spiritual yang ada, tidak akan dianggap sebagai delusi agama. Misalnya, keyakinan dapat mendengar suara Yesus bukanlah hal yang aneh dalam masyarakat Kristen sehingga tidak diklasifikasikan sebagai delusi agama. Sebaliknya, mempercayai diri dihuni oleh roh yang berperang dari beberapa dewa interspatial akan dianggap sebagai khayalan agama. Waham agama umumnya terdiri dari tiga tipe yaitu persecutory (sering berkaitan dengan setan), grandiose (melibatkan pesan-pesan mesianistik atau menjadi orang suci dan juru selamat), dan belittlement (mengandung kepercayaan tentang dosa yang tak terampuni). Studi oleh Robel et al (2013) dan Gretty, et al. (2001, 2007, 2013) dengan Model Kognitif psikosis mengidentifikasi faktor-faktor pemelihara psikologis spesifik delusi. Hal yang paling menonjol adalah adanya pengalaman tak biasa yang bertahan lama, ada bias penalaran, proses afektif, dan penyesuaian yang buruk terhadap psikosis akibat keyakinan
pribadi tentang penyakit, pengobatan dan pemulihan. Delusi agama secara masuk akal dapat dikaitkan dengan meningkatnya kesulitan di semua bidang ini dengan ciri sebagai berikut: - Pengalaman yang tidak wajar Ini mungkin dianggap memiliki signifikansi religius (misalnya, komunikasi dari kekuatan yang lebih tinggi) dan dengan demikian secara khusus diperhatikan, dilibatkan dan bahkan dengan sengaja dibujuk. Pengalaman anomali yang sering memberikan bukti berulang untuk mempertahankan delusi. - Bias penalaran Delusi dianggap muncul dan dipertahankan oleh bias serta kesalahan dalam penalaran dengan dasar bukti. Hal ini sama saja dengan membuat keputusan berdasarkan data terbatas dan ketidakfleksibelan keyakinan yang terdiri dari kesulitan menyesuaikan keyakinan dalam menanggapi bukti yang kontradiktif; kesulitan mempertimbangkan kemungkinan salah dan kesulitan mengidentifikasi penjelasan alternatif yang masuk akal. Keyakinan, pada dasarnya bergantung pada fondasi selain basis bukti yang sistematis, berkembang, dan wawasan religius atau spiritual cenderung didasarkan pada wahyu, peristiwa dramatis, atau keyakinan batin daripada proses pengujian hipotesis. Hal ini umum, dan dalam beberapa agama, bahkan diinginkan. Keyakinan agama dijunjung tinggi, ada kepastian kebenaran, dan tanpa alternatif. Jika fitur-fitur keyakinan agama ini sama-sama mencirikan delusi dengan konten religius, bias penalaran mungkin sangat menonjol, dan dengan demikian berkontribusi pada keparahan, ketekunan, dan tingkat keyakinan yang lebih tinggi. - Gangguan afektif. Proses afektif terlibat dalam permulaan dan pemeliharaan delusi oleh dampaknya pada proses perhatian, persepsi, interpretatif, memori, dan melalui koping
Mata Air
Oktober - Desember 2020
19
Menezes dan Moreira-Almeida membuat revisi sampel pembeda pengalaman spiritual dan gangguan mental, yang menunjukkan bahwa pengalaman spiritual dianggap bukanlah penyakit jiwa jika memenuhi beberapa kriteria tertentu.
maladaptif serta memengaruhi strategi regulasi (Freeman, 2013). Delusi agama, menurut definisi, menyangkut tema impor eksistensial universal, dan oleh karena itu kemungkinan besar terkait dengan pengaruh yang kuat, dengan konsekuensi kognitif-persepsi dan perubahan perilaku yang dapat bertindak untuk lebih meningkatkan keparahan delusi (Freeman et al., 2003). - Keyakinan tentang penyakit, pengobatan dan pemulihan. Bagaimana seseorang memahami perubahan yang terkait dengan psikosis penting untuk penyesuaian mereka dan keterlibatan mereka dengan pengobatan (Watson et al., 2006; Freeman et al., 2012). Delusi agama bisa jadi sangat mungkin melibatkan alasan yang bertentangan dengan tradisi empirisme psikiatri Barat yang menjadi ciri layanan kesehatan mental di Inggris. Ketidakcocokan model penjelasan ini mungkin mendukung asosiasi delusi agama dengan keterlibatan yang buruk dengan pengobatan dan layanan (Ghane et al., 2010)
kapasitas untuk memahami sifat yang tidak biasa dari pengalaman dipertahankan. • Kesesuaian pengalaman dengan beberapa tradisi agama: pengalaman individu dapat dipahami dalam konsep dan praktik beberapa tradisi agama yang mapan. • Tidak adanya komorbiditas psikiatrik: tidak ada gangguan jiwa lain atau gejala lain yang mengarah pada gangguan jiwa selain yang terkait dengan pengalaman spiritual. • Kontrol atas pengalaman: individu mampu mengarahkan terjadinya pengalamannya pada waktu dan tempat yang tepat. • Hidupnya menjadi lebih bermakna: individu mencapai pemahaman yang lebih komprehensif tentang hidupnya sendiri. • Individu peduli dengan membantu orang lain: kesadaran yang diperluas mengembangkan hubungan yang dalam dengan manusia lain. Maka melihat berbagai ciri di atas, setelah ini kita akan lebih memiliki wawasan dan tidak terkecoh lagi membedakan individu yang Perbedaan Diagnosis mengalami gangguan jiwa tapi tampak religius Menezes dan Moreira-Almeida (2009) dengan individu benar-benar religius yang membuat revisi sampel dari kriteria yang mengalami kondisi spiritualitas khusus. diusulkan dalam literatur untuk diagnosis banding Penulis adalah ilmuwan di bidang Neuroanatomi dan Neurosains, terutama dalam membedakan pengalaman spiritual dan mempelajari Neurosains terkait dengan Perilaku Spiritual. Beliau mengajar di FK UNSRAT Manado dan pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Anatomi-Histologi gangguan mental, yang menunjukkan bahwa FK UNSRAT dan Kepala Pusat Studi Otak dan Perilaku Sosial LPPM UNSRAT. Beliau dan menulis sejumlah artikel dan buku terkait Neurosains dan Perilaku pengalaman spiritual dianggap bukanlah penyakit meneliti Spiritual Manusia. jiwa, jika: • Tidak ada penderitaan psikologis: individu Referensi: 1. Delusi adalah pikiran tidak berdasar, biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan; tidak merasa terganggu karena pengalaman khayal yang dialaminya. 2. Somesthesia diartikan sebagai semua jenis sistem sensoris pada kulit dan jaringan tubuh lain yang bertanggungjawab untuk merasakan sentuhan• Tidak ada hambatan sosial dan pekerjaan: tekanan, hangat dan dingin, nyeri, gatal, dan juga posisi dan gerakan tubuh. pengalaman tidak membahayakan hubungan 3. Hipoperfusi adalah istilah kedokteran yang digunakan untuk menjelaskan kurangnya asupan nutrisi yang diperlukan oleh organ atau jaringan tubuh dan aktivitas individu. dikarenakan penurunan aliran darah pada organ tertentu. 4. Neuroleptik adalah obat penenang utama yang memiliki mekanisme • Durasinya pendek: pengalaman tersebut menghambat aktivitas berlebih dopamine. Dopamine adalah neurotransmitter pada otak yang jika terlalu aktif akan menimbulkan gejala-gejala yang memiliki durasi yang singkat dan kadangberhubungan dengan mental seperti delusi, halusinasi, dan sejumlah gejala lainnya. kadang saja, tidak memiliki karakter invasif 5. Tingkat keparahan penyakit pasien dapat diketahui dengan menggunakan dalam kesadaran dan aktivitas sehari-hari skor Simplified Acute Physiology Score (SAPS) dengan menilai; umur, denyut jantung, tekanan darah, suhu, oksigen darah, jumlah produksi urin, dll. individu. 6. BPRS adalah instrumen yang digunakan untuk mengkaji gejala pada pasien gangguan jiwa dan mengukur tingkat keparahan gejala gangguan jiwa • Ada sikap kritis tentang pengalaman:
20
Mata Air
Oktober - Desember 2020
KESEHATAN Khalaf Ahmad Mahmud Abu Zaid
T
ertawa dianggap sebagai sebuah perangsang psikologis yang besar. Para psikolog menganggapnya sebagai sebuah objek penghilang racun jasmani dan juga rohani. Hal ini diyakini karena ia dapat membantu menghilangkan ketegangan yang disebabkan oleh kesedihan, kekhawatiran, dan kegelisahan yang dialami seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Para peneliti mengisyaratkan bahwa tawa berperan penting dalam menekan efek stres yang merugikan manusia, yakni dengan cara mengurangi perasaan frustrasi dan mengosongkan emosi pikiran yang tertekan. Telah dibuktikan secara ilmiah bahwa tawa bekerja seperti katup pengaman yang mengurangi keluarnya hormon stres. Ketika kita tetawa, maka kekebalan tubuh akan bertambah seiring bertambahnya sekresi protein gamma interferon yang dapat melawan penyakit, pada sel pertahanan tubuh yang menjaganya terhadap serangan berbagai penyakit. Selain itu dengan tertawa tampak juga adanya pertambahan oksigen dalam darah, perbaikan sirkulasi darah,
Mata Air
Oktober - Desember 2020
21
Jumlah tawa yang cukup dapat menghindarkan diri dari bahaya penyakit jantung, depresi, dan kondisi patologis yang disebabkan oleh stres dan kecemasan berlebihan.
bertambahnya konsentrasi immunoglobulin dalam air liur, aktivitas perlawanan terhadap infeksi pernapasan, bertambahnya produksi endorphin dan zat penghilang rasa sakit yang disekresi oleh otak, serta kekuatan menyimpan informasi dalam otak yang semakin bertambah kuat. Jika demikian, ternyata aktivitas tertawa dapat meringankan kita dari beban kehidupan, memperbaiki tekanan darah, memperkuat kekebalan tubuh, menenangkan rasa sakit, mengurangi kegelisahan, menurunkan stres, merelaksasi otak, memotivasi kita untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, menginspirasi adanya berbagai penemuan, sebagaimana ia juga dapat meningkatkan kondisi kerohaniahan kita. Intinya, tertawa sangatlah baik, sebuah obat penghilang racun rohani. Olahraga Tawa Tertawa merupakan olahraga yang penting. Darinya, udara bersih akan masuk ke dalam paru-paru dan menjadikan otot tubuh berada dalam kondisi yang sangat rileks. Ia juga dapat membantu memperbaharui aktivitas dan menghadirkan perasaan sehat dengan memunculkan relaksasi pada pikiran kita. Penelitian ilmiah menegaskan bahwa aktivitas tawa memiliki efek kesehatan yang setara dengan olahraga berat seperti mendayung dalam waktu yang lama. Suara yang keluar akibat tawa, seperti pekikan atau teriakan, memiliki kekuatan yang setara dengan kekuatan yang keluar dari hasil melakukan latihan olahraga. Ia dapat menambah aliran darah dalam arteri, menambah kecepatan pernapasan, dan meningkatkan konsumsi tubuh terhadap oksigen. Semua kondisi ini merupakan aktivitas yang membantu menguatkan organ vital manusia.
22
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Tertawalah Demi Hatimu Ada sebuah ungkapan terkenal yang berbunyi, “Tertawalah dari hatimu”. Namun di artikel ini saya ingin mengatakan juga untuk: “Tertawalah demi keselamatan jantungmu”. Telah dibuktikan secara ilmiah bahwa tawa dapat mengurangi potensi terkena serangan jantung. Pada bulan Maret tahun 2005, sekelompok ilmuwan dari Universitas Maryland untuk pertama kalinya mengumumkan bahwa tawa benar-benar dapat menyebabkan pelebaran lapisan dalam pembuluh darah, yakni sesuatu yang dapat menambah aliran darah, dan ini merupakan sesuatu yang baik bagi kesehatan jantung manusia. Ketua dari kelompok penelitian tersebut, Dr. Michelle Miller, menyimpulkan bahwa secara umum para penderita penyakit jantung menjalani kehidupannya dengan lebih sedikit tersenyum dan, atau tertawa bila dibandingkan dengan orang-orang yang sehat jantungnya. Sebagaimana ilmuwan lain menyimpulkan bahwa kemungkinan terserang penyakit jantung pada orang-orang yang selalu optimis dan berpikir positif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang pesimis. Para peneliti telah mampu membantu mengarahkan aliran darah pada arteri humerus bagi 160 kondisi. Aliran darah tersebut bertambah 95 % pada orang yang menyaksikan film komedi dan 75 % aliran darah akan berkurang pada orang yang menyaksikan film bertema peperangan. Rata-rata pertambahan aliran darah pada saat
Tertawa merupakan olahraga yang penting maka tertawalah demi keselamatan jantungmu
tertawa adalah 22 % dan akan menurun sejumlah 35 % pada saat dalam kondisi mental yang tertekan. Jejak itu terus berlanjut selama 30-45 menit setelah selesai menyaksikan film. Dr. Miller menafsirkan hal itu dengan mengatakan bahwa: “Lapisan dalam pembuluh darah membawa reseptor bagi endorfin yang mengaktifkannya, sehingga menyebabkan reaksi yang memicu terjadinya vasodilatasi. Sedangkan tekanan mental dapat menyebabkan pelepasan hormon stres seperti kortisol yang berperan dalam mengurangi pelepasan oksida nitrat dari sel-sel endotelium yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada pembuluh.” Inti dari semua penjelasan ini adalah sebagaimana yang diucapkan oleh William Frey, profesor pengobatan psikologi fakultas kedokteran Universitas Stanford, “Jumlah tawa yang cukup dapat menghindarkan diri dari bahaya penyakit jantung, depresi, dan kondisi patologis yang disebabkan oleh stres dan kecemasan yang berlebihan.” Tertawa Hingga Menangis Terkadang kita seringkali mengalami sebuah kondisi tertawa terbahakbahak yang membuat kita sampai meneteskan air mata di pipi. Kondisi ini dikenal dengan istilah “tertawa hingga menangis”. Penjelasan ilmiah terhadap kondisi ini adalah terhentinya kedut otot yang mengonsumsi tegangan dalam jumlah yang besar. Jika gerakan ini terus berlanjut dan tawa tidak mampu menguras ketegangan, maka jejak gelitik akan berpindah ke otot viseral dan merangsang beberapa kelenjar, khususnya kelenjar air mata, sehingga akan mengubah
tawa menjadi tangisan. Ketika hal itu terjadi, maka ia akan merelaksasi otot dan menenangkan tubuh. Kedokteran mata telah memastikan bahwa kondisi tawa seperti ini bertindak sebagai sebuah pembersih dan disinfektan bagi lensa mata pada tingkat transparansi dan akurasi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya membuat mata menjadi lebih jernih. Di masa kini, para ilmuwan mulai menggunakan tawa sebagai sebuah strategi pengobatan yang disebut geloterapi. Pada prinsipnya pengobatan ini menggunakan teknik relaksasi, yoga, serta dengan cara mengetahui refleks pernapasan dan latihan khusus. Selain itu, banyak pula rumah sakit di Eropa dan Amerika Serikat yang menggunakan jasa badut untuk menghibur pasien mereka dan melipur hati mereka yang tengah lara. Meski pada kenyataannya hal ini tidak secara langsung dapat mengobati penyakit yang diderita, namun setidaknya dapat membantu pasien melupakan penyakit dan rasa sakit yang dirasakannya walau hanya sejenak. Selain itu cara ini memberi dukungan moral yang membantu mereka bangkit dari ranjang pesakitan. Khalaf Ahmad Mahmud Abu Zaid adalah seorang penulis dan peneliti dari Mesir
Mata Air
Oktober - Desember 2020
23
MEMBANGUN KELUARGA Matt Alley
K
ehidupan manusia diawali dengan energi, antusiasme, dan motivasi yang besar. Tak lama setelah bayi memasuki kehidupan dunia, maka ia pun akan mulai beraksi. Ia kini berada di dalam dunia baru, yang benar-benar berbeda dari rumah
24
Mata Air
Oktober - Desember 2020
lama yang ditempatinya selama sembilan bulan sebelumnya. Bayi akan mulai mengeksplorasi dan menjelajahi sekelilingnya. Bahkan penemuan tentang anggota badan terdekatnya, yakni tangan dan kakinya sekalipun adalah sesuatu yang didapatinya setelah sebuah periode eksplorasi dilakukan. Ia akan segera sadar bahwa dirinya dapat melakukan banyak hal yang tak dapat dilakukannya saat masih berada dalam kandungan sang ibu. Beginilah petualangan pembelajaran sepanjang hayat diawali. Bayangkanlah jumlah volume pembelajaran yang harus terjadi ketika perjalanan dari sebuah ruang yang gelap nan sempit dengan luas hanya beberapa inci saja menuju dunia penuh kecanggihan, yang bahkan berada jauh di atas pemahaman para manusia cendekia paling cerdas dan berpendidikan sekalipun. Akan tetapi untungnya, -entah bagaimana caranya- bayi diberikan modal motivasi yang sangat besar sehingga memungkinkannya untuk memulai perjalanan dalam petualangan ini. Masalah terbesar pembelajaran terjadi selama beberapa hari atau pada masa bulan-bulan pertamanya, dan itu pun terjadi hampir tanpa bantuan dari orang-orang dewasa yang ada di sekitar bayi itu. Rangkaian pembelajaran awal ini mungkin tidak dapat disamakan dengan hal lain apapun dalam periode kehidupan setelahnya. Motivasi dan rasa keingintahuan yang dimiliki bayi membuat pembelajaran cepat menjadi mungkin terjadi, tetapi jangan lupa, ia juga dibekali dengan anugerah luar biasa berupa komputer mengagumkan dengan prosesor dan memori berkapasitas besar yang disebut sebagai otak manusia. Semua hal ini merupakan sumber utama bagi anak ketika telah berada pada fase saat orang-orang dewasa mulai ‘ikut campur’ (atau perlu kita katakan ‘mengganggu’?) pada proses pembelajarannya. Terdapat dua kemungkinan utama, bagaimana orangtua, pengasuh, guru, dan orang dewasa lainnya dapat memengaruhi proses pembelajaran anak: • Pertama adalah dengan mengoptimalkan penggunaan dua modal yang telah disebutkan di atas, serta membentuk jalan
bagi pembelajaran berkelanjutan dan bermanfaat yang telah berjalan sukses sejak lahir. • Kedua adalah dengan mencampuri perkembangan alami ini melalui upaya-upaya tanpa tujuan, dan terkadang dengan paksaan, untuk menjejali anak dengan berbagai informasi. Para orangtua atau pengasuh mungkin tidak menyadari dampak luar biasa dari pendekatan yang mereka gunakan ini, terutama di saat perjalanan petualangan anak baru saja dimulai. Selain itu, pendekatan yang mereka pilih ini akan memengaruhi kebiasaan pikiran seorang anak secara signifikan. Mari kita ilustrasikan hal ini dengan sebuah analogi. Jika kita berpikir bahwa setiap stimulus atau rangsangan yang didapatkan oleh anak adalah ibarat kepingan lego, maka tugas yang ada di hadapannya adalah menyambungkan kepingan-kepingan tersebut dalam sebuah cara yang bermakna. Tujuannya bagi seorang anak adalah untuk terus membangun sebuah “Istana Pengetahuan” mengagumkan yang terdiri dari kepingan-kepingan lego tersebut. Secara alami, tentu hanya formasi lego yang mengarah pada tujuan bermakna, masuk akal, dan menginspirasilah yang akan bermanfaat dan bernilai kognitif. Dengan mengikuti analogi yang sama, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua hal utama yang dapat orang dewasa lakukan secara bermakna bagi perkembangan anak dalam membangun istana pengetahuannya tersebut: a. Pertama adalah dengan mengenalkan anak pada aneka ragam kepingan-kepingan lego dalam jumlah besar, sehingga istana yang dibangunnya tidak akan menjadi konstruksi sempit, membosankan, dan tidak menginspirasi. Ini semua dapat dicapai dengan cara menyediakan bagi anak contoh paling komprehensif dari dunia yang akan mereka jalani dan alami. Sebuah contoh yang haruslah sebisa mungkin mencakup objek-objek, fenomena, pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan yang merefleksikan gambar utuh dunia kita.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
25
b. Kedua adalah dengan menjadi teladan dan membantu anak menghubungkan kepingankepingan lego itu, sehingga anak dapat belajar untuk terus membuat koneksi antara stimulasi atau rangsangan yang dilewatinya. Dengan melakukan hal ini, maka orang dewasa akan membantu anak menyambungkan kepingankepingan lego itu dengan penuh makna, yang terus-menerus berkembang dan senantiasa berupaya untuk mempercantik istana pengetahuannya. Jika tidak, maka rangsangan itu akan ditinggalkannya tanpa diproses dan tanpa dihubungkan, sehingga akan berakhir menjadi tanpa makna, sekadar mengacaukan pikiran seorang anak. Lebih buruk lagi adalah jika anak akan menjadikan kebiasaan menimbun rangsangan tak bermakna sebagai kebiasaan buruk bagi pikirannya. Sebuah ketidakteraturan pikiran pada gilirannya akan membahayakan perkembangan pikiran holistik dan koherennya secara signifikan, sehingga akan merusak daya nalar dan kemampuan anak dalam memecahkan masalah. Diskusi lebih lanjut terkait hasil yang tak diinginkan ini jauh berada di luar cakupan pembahasan artikel ini. Orang dewasa dapat memfasilitasi pembelajaran anak yang sesungguhnya dengan sebuah kombinasi berhasil dari dua fungsi yang disebutkan di atas. Berusaha untuk menjaga keingintahuan anak tetap berada pada tingkat yang tinggi tetapi tidak menyediakan kepingankepingan lego dalam jumlah memadai sama sekali tidaklah membantu. Begitu pula membanjiri mereka dengan banyak kepingan lego tetapi tidak peduli apakah mereka sudah terhubungkan dengan benar atau tidak oleh anak, juga sama tidak berartinya. Pada saat membimbing anak menghubungkan kepingan-kepingan lego tersebut, orangtua, pengasuh, guru, dan orang dewasa harus senantiasa menjaga motivasi dan rasa keingintahuan anak, tentunya dengan cara yang penuh makna. Hal ini hanya akan berhasil dengan cara membiarkan mereka menikmati setiap pembelajaran dengan gaya mereka sendiri. Dengan kata lain, orang dewasa tidak seharusnya
26
Mata Air
Oktober - Desember 2020
“
Orang dewasa tidak seharusnya mencoba untuk mendirikan istana pengetahuan bagi anaknya
mencoba untuk mendirikan istana pengetahuan bagi anaknya. Begitu pun, tidak seharusnya pula orangtua meninggalkan anak sendiri hanya bersama kepingan-kepingan legonya. Sebaiknya mereka bertindak sebagai contoh suri teladan bagi pembelajaran dan membiarkan anak untuk menjadi arsitek bagi istana pengetahuannya sendiri. Prinsip-prinsip bimbingan ini, meski terlihat sederhana, namun memiliki implikasi yang
sangat besar bagi perkembangan anak. Hal-hal seperti bagaimana sebuah rumah diatur, mainan apa yang dipilihkan orangtua untuk anak dan aktivitas mendesain ruang kelas memiliki dampak yang amat signifikan tentang bagaimana seorang anak akan belajar. Di sini hanya akan diberikan dua contoh yang berkaitan dengan hal ini secara ringkas. Kamar anak atau bahkan keseluruhan rumah, haruslah dapat menjadi surga bagi penjelajahan atau eksplorasi yang dipenuhi dengan banyak ragam mainan atau objek yang menjadi replika mini terhadap apa yang terjadi dan yang ada di dunia ini. Khususnya di awal masa eksplorasinya, anak harus disediakan sebuah menu lengkap dari berbagai bahan materi, aktivitas-aktivitas, permainan, hobi, dll., sehingga ia bisa mendapat kesempatan untuk membayangkan bagian-bagian berbeda dari istana pengetahuan masa depannya sebanyak mungkin. Untuk menyajikan materi yang akan dipelajari sembari tetap menjaga rasa keingintahuan anak,
orang-orang dewasa harus mengizinkan mereka merasakan sensasi lezatnya belajar. Dalam hal ini, pengaturan ideal bagi pembelajaran adalah dengan cara menyajikan sebagian besar materi terkait topik pembahasan tersebut sembari tetap memberikan ruang bagi anak untuk melakukan penyelidikan atau investigasinya sendiri. Demikian halnya, anak-anak juga harus dibimbing untuk melakukan refleksi diri setelah mereka memproses sebuah materi bahan, sehingga memungkinkannya untuk meraih kesimpulan dan penafsiran sendiri. Ini merupakan cara yang efektif bagi anak agar bisa menghubungkan kepingan-kepingan lego tersebut, mempercantik, serta memperluas istana pengetahuannya. Perlu diingat pula bahwa anak datang ke dunia ini tanpa memiliki preferensi atau kebiasaan kognitif sebelumnya. Oleh karenanya, penerapan sukses yang berkelanjutan dari pendekatan yang disajikan di atas akan membentuk dan mempertahankan cara berpikir serta pembelajaran yang baik dalam pikiran anak. Setiap upaya yang dikerahkan untuk mempergunakan strategi ini akan menghadirkan sebuah pikiran cemerlang, yang akan selalu siap untuk meniti setiap pembelajaran sesungguhnya.
Sebuah ketidakteraturan pikiran, pada gilirannya akan membahayakan perkembangan pikiran holistik dan koheren secara signifikan, sehingga akan merusak daya nalar dan
kemampuan anak dalam memecahkan masalah Mata Air
Oktober - Desember 2020
27
BUKIT-BUKIT ZAMRUD KALBU
M. Fethullah Gülen
Syukur D
alam Bahasa Arab, kata syukur (alsyukr) berarti “al-imtinân” yakni berterima kasih dan rida terhadap kebaikan, apapun bentuk kebaikan tersebut. Adapun secara terminologis, syukur berarti menggunakan anugerah yang diterima manusia berupa perasaan, pikiran, anggota badan, dan organ tubuh sesuai tujuan penciptaannya masingmasing. Sebagaimana halnya syukur dapat dilakukan dengan hati dan lidah, ia juga dapat dilakukan menggunakan semua anggota tubuh. Syukur dengan lisan dilakukan dengan mengakui bahwa sumber berbagai macam kelembutan dan nikmat semuanya datang dari Allah ta’ala, serta menafikan sumber kekuatan, kekuasaan, dan ihsan selainnya. Ya, sebagaimana sesungguhnya Allah-lah yang telah menetapkan segenap kebaikan serta menyiapkan jalan sebab baginya dari awal sampai akhir, maka Dia pula yang telah mengirimkannya pada waktu yang tepat. Sesungguhnya Allah-lah yang mendistribusikan, mengalirkan, mewujudkan, dan menciptakan semua itu di tempatnya, lalu Dia menyediakan itu di depan kita sebagai anugerah hidangan samawi. Itulah sebabnya, Allah adalah yang paling berhak atas segala bentuk syukur dan terima kasih kita. Jadi, sikap seakan lupa kepada Allah subhânahu wa ta’âla lalu justru menyandarkan diri hanya pada asbâb (ikhtiyar yang hanya menjadi sebab) untuk kemudian hanya berterima kasih kepada sebab-musabab yang kita tempuh, adalah sikap yang mirip dengan seseorang
28
Mata Air
Oktober - Desember 2020
yang menuduh pelayan yang telah menyiapkan dan menghidangkan makanan ke hadapannya sebagai pelaku suap dan melupakan semua yang telah ia siapkan untuk kita. Amat cocoklah baginya isi ayat yang berbunyi: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. al-Rum [30]: 7). Ya, orang-orang semacam itu adalah orang-orang dungu, jahil, dan ingkar yang hanya melihat pada sebab-sebab namun tak mampu melihat lebih jauh berdasarkan pengetahuan dan makrifatnya. Syukur dengan hati merupakan makrifat, yakni mengetahui bahwa semua bentuk nikmat, baik yang bersifat lahir maupun batin, adalah dari Allah subhânahu wa ta’âla, dan memanfaatkan nikmat ini dalam hal bermanfaat, kemudian hidupnya diarahkan dan ditegakkan mengikuti pemahaman ini. Di saat yang sama, syukur hati semacam ini juga akan melandasi syukur yang dilakukan dengan lisan dan anggota tubuh lainnya, sebagaimana yang termaktub dalam ayat: “dan (Allah) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS. Luqman [31]: 20). Ayat ini menunjukkan dimensi kualitas nikmat yang Allah berikan, sedangkan ayat yang berbunyi: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim [14]: 34), menjelaskan dimensi kuantitas nikmat Allah subhânahu wa ta’âla yang tak terhingga jumlahnya. Adapun yang dimaksud syukur dengan anggota tubuh adalah menggunakan setiap
anggota tubuh dan setiap lathifah sesuai dengan tujuan penciptaannya, serta melaksanakan semua bentuk ubudiah dan ketaatan bagi masing-masing anggota tubuh tersebut. Ada pula yang berpendapat bahwa syukur lisan adalah dengan bacaan wirid dan zikir; syukur hati adalah dengan keyakinan serta sikap istiqamah; sementara syukur anggota tubuh adalah dengan ibadah serta ketaatan pada Allah. Dikarenakan syukur berhubungan erat dengan iman dan ibadah, maka para ulama menyatakan tentang kekomprehensifan syukur: bahwa syukur adalah setengah dari iman, sementara kesabaran adalah setengah bagian lainnya; mereka biasa menyandingkan kedua sifat ini bersama-sama. Allah subhânahu wa ta’âla telah memerintahkan manusia untuk bersyukur melalui firman-Nya yang mulia pada banyak ayat dalam kitab-Nya. Bahkan Allah menganggap syukur sebagai tujuan dari perintah dan penciptaan, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya: “...supaya kalian bersyukur.”1 Allah subhânahu wa ta’âla berjanji kepada orang-orang yang bersyukur akan memberi mereka balasan yang baik, sebagaimana Dia berjanji akan menghukum mereka yang durhaka. Hal ini tercantum pada ayat: “...dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran [3]: 144). Dan ayat: “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7). Selain itu, Allah juga menyebut diri-Nya dengan nama “al-Syakûr”2 serta menghubungkan jalan menuju sumber segala nikmat dengan syukur. Allah subhânahu wa ta’âla bahkan memuji para jawara dalam hal syukur ini dengan menyebut Sayidina Ibrahim alaihi salam dalam firman-Nya: “yang menyukuri nikmat-nikmat Allah.” (QS. alNahl [16]: 121); dan menyebut Sayidina Nuh alaihi salam dengan firman-Nya: “Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS. al-Isra [17]: 3). Meskipun syukur merupakan perbuatan mulia dan menjadi suatu modal yang berharga, tapi sayangnya tak banyak orang yang mengamalkannya secara hakiki. Hal ini
dinyatakan dalam firman-Nya: “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.” (QS. Saba` [34]: 13). Meskipun ada orang-orang yang menjadikan syukur sebagai kebiasaan mereka, bahkan senantiasa melewati umur mereka dengan bersyukur seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tidakkah patut jikalau aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?”,3 hanya saja sayangnya jumlah mereka sangatlah sedikit. Ya, Rasulullah yang menjadi pahlawan kesyukuran kebanggaan alam semesta, memang selalu menjadi yang terdepan dalam mempraktikkan tindakan yang sangat mulia, tetapi sangat sedikit yang mengamalkan hal ini. Semasa hidupnya, Beliau selalu bersyukur dalam berdiri maupun duduknya dan selalu berpesan kepada siapapun yang mendatanginya untuk bersyukur. Doa bercahaya yang selalu Beliau panjatkan setiap pagi dan petang adalah: اَللَّ ُه َّم أَ ِع ِنّي عَ لَى ِذ ْك ِر َك َو ُش ْك ِر َك َوحُ سْ ِن ِعبَا َد ِت َك “Tuhanku, tolonglah aku untuk dapat mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan melaksanakan ibadah pada-Mu dengan baik.”4 Ya, jika syukur berarti sikap berterima kasih seorang manusia kepada sang Pemberi nikmat yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepadanya, diiringi dengan tawajuh kepada-Nya dengan penuh cinta serta pengakuan bahwa semua anugerah berasal dari Allah semata, maka sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas menjadi kalimat paling singkat sekaligus paling tepat untuk menjelaskan tentang makna syukur. Ada orang yang bersyukur atas anugerah roti dan makanan, atas anugerah anak dan keluarga, atau atas anugerah tempat tinggalnya. Ada pula yang bersyukur atas semua yang sudah dialaminya, atau atas kesehatan dan kesejahteraan. Bahkan ada orang-orang yang selangkah lebih maju dari yang lain, yaitu mereka yang bersyukur atas nikmat iman, irfan, kedalaman nikmat rohani (al-dzauq al-rûhâniyyah), dan ketenangan yang didapatkannya. Ada pula orang yang bersyukur kepada Allah berkat kesadaran atas anugerah-Nya berupa perasaan yang dimilikinya. Jika seseorang dengan pemahaman seperti ini, masuk ke dalam wilayah syukur yang
Mata Air
Oktober - Desember 2020
29
Orang-orang yang selangkah lebih maju dari yang lain, yaitu mereka yang bersyukur atas nikmat iman, irfan, kedalaman nikmat rohani, dan ketenangan yang didapatkannya
berkesinambungan (al-dâirah al-shâlihah) dengan menjadikan kelemahan dan kefakirannya sebagai modalnya yang utama, maka ia akan menjadi salah satu di antara orang-orang yang berhasil bersyukur dengan sebenar-benarnya syukur. Seperti yang telah diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi Daud alaihi salam bertanya kepada Allah: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bersyukur kepada-Mu jikalau bahkan syukurku pada-Mu saja juga adalah merupakan nikmat dari-Mu?” Allah menjawab: “Maka, sekarang kau sudah bersyukur kepada-Ku.”5 Sepertinya inilah yang dimaksud oleh ungkapan yang berbunyi: َ َما َش َكرْ َن ُاك َح َّق ُش ْك ِر َك يَا َم ْش ُكور “Kami belum bersyukur kepada-Mu dengan syukur yang sebenar-benarnya, wahai Dzat yang harus disyukuri.” Sesungguhnya syukur yang sebenarbenarnya hanya dapat terwujud jika diiringi dengan pengetahuan yang sempurna atas nikmat, karena sumber nikmat dan pujian yang baik bagi sang Pemberi Nikmat berhubungan erat dengan pengetahuan atas nikmat. Yang selalu menegaskan hal itu adalah anugerah dariNya berupa iman, Islam, dan penjelasan tentang Al-Qur`an yang menjadi garis penghubung antara pengetahuan atas nikmat dengan sikap menerima nikmat dengan baik; sebagaimana ia
30
Mata Air
Oktober - Desember 2020
juga menjadi garis penghubung antara orang yang bersangkutan dengan Allah subhânahu wa ta’âla. Ya, sesungguhnya kelembutan Allah subhânahu wa ta’âla terhadap kita akan lebih mudah diketahui dan lebih jelas dengan adanya cahaya iman, serta dengan pelaksanaan ajaran Islam, akan menjadi suatu kondisi yang lebih mudah dirasakan. Ketika itu terjadi, maka akan jelas terlihat bahwa semua itu adalah anugerah Allah subhânahu wa ta’âla sebagai rahmat atas kelemahan dan kefakiran kita, serta diberikan disebabkan kebutuhan kita, sebagai anugerah hanya dari Allah subhânahu wa ta’âla tanpa ada yang lain. Pada tahap selanjutnya, semua ini tentu akan memicu munculnya kesadaran untuk memuji sang Pemberi Nikmat disebabkan berbagai nikmat yang telah Dia berikan itu. Kita pun akan melaksanakan kewajiban untuk bersyukur dan memuji yang secara emosional muncul di kedalaman jiwa kita, demi mengimplementasikan esensi dari perintah Ilahi: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebutnyebutnya (dengan bersyukur).” (QS. al-Dhuha [93]: 11). Pada hakikatnya, dalam diri tiap-tiap insan terdapat perasaan untuk berterima kasih kepada siapapun yang berbuat baik kepadanya. Akan
tetapi manusia seringkali tidak dapat menyadari ataupun merasakan nikmat berlimpah yang datang kepadanya, persis seperti ikan yang hidup di laut yang tak menyadari pentingnya air hingga datang saat ketika kesadaran itu muncul, barulah ia akan menghadapkan wajahnya kepada sang Pemberi Nikmat. Alih-alih bersyukur, justru yang banyak terjadi adalah ketika berbagai nikmat melimpah itu hadir justru seketika seakan tak terlihat disebabkan berbagai hal remeh yang ada di sekitarnya. Jadi, jika kita menyebut ketidakmampuan melihat nikmat yang melimpah di sekitar kita dengan istilah buta, bisu, atau tidak berperasaan, maka pengabaian dari nikmat tak terhitung yang kita terima sehinga menjadi penyebab kebutaan dan kebisuan yang tidak ada lagi perasaan di dalamnya -tidak diragukan lagiadalah sebuah penyimpangan dari kebenaran. Sabda Rasulullah yang menyebutkan bahwa: “Siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, niscaya tidak akan mensyukuri yang banyak;”6 atau “Siapapun yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah azza wa jalla;”7 mengarah pada bagian pertama hal ini serta mengingatkan pada kita betapa pentingnya syukur. Adapun bagian yang kedua dijelaskan oleh beberapa ayat suci yang mengingatkan pada tauhid sejati, yaitu: “dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.” (QS. al-Baqarah [2]: 152), dan “dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” (QS. alAnkabut [29]: 17). Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa jika kita tilik dari beberapa elemen yang membentuknya, syukur terkandung di dalam tiga bagian berikut ini: 1- Syukur terhadap nikmat yang diterima oleh semua orang, baik yang awam maupun khawas, baik muslim maupun non-muslim, dan mereka semua menyukai nikmat itu. Inilah jenis syukur yang sangat jelas dan tidak ada sesuatu apapun yang akan menunda-nunda pelaksanaannya. 2- Syukur terhadap hal-hal yang secara lahir tampak tidak disukai, atau secara lahiriah hal-hal tersebut terasa berat dan tidak menyenangkan. Untuk bersyukur terhadap hal-hal semacam ini amatlah sulit, kecuali bagi orang-orang yang
pandangannya mampu menembus ke balik tirai semua kejadian, karena ini adalah bagian dari kasih sayang Ilahi yang akan mewarnai siapapun yang mampu menyukurinya dengan sifat rida dan siap menerima apapun dari-Nya. 3- Syukur yang dilakukan orang-orang yang mencurahkan seluruh hidup mereka dalam orbit cinta kepada Allah. Mereka tidak pernah melihat nikmat, selain dari perspektif Dzat yang memberi nikmat tersebut. Mereka sangat peka terhadap kasih sayang dan nikmat-Nya dengan segala keagungan-Nya, hidup dalam ketinggian khas dari kesaksian pada Allah, sehingga ibadah yang mereka lakukan menjadi senandung dzauq tersendiri. Kehidupan spiritual kalbunya menjadi laksana gelombang badai kerinduan dan cinta kepada Allah. Hubungan mereka dengan Allah alHaqq sangat erat dalam kesaksian mendalam di tengah keteguhan yang kokoh. Mereka senantiasa mengikat segala yang maujud dan memburu yang mereka rasa hilang tak berwujud. Setiap saat mereka mewarnai limpahan kebijaksanaa suci dan yang paling mulia yang mereka terima, sembari meraih kedalaman di tengah perjalanan yang mereka tempuh, ikatan pandangannya pun kian tajam untuk melihat limpahan aneka nikmat Allah pada tiap waktu, memburunya, berkelana, hingga mampu meraih limpahannya. Wahai Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang mukhlash, dicintai, dan didekatkan kepada-Mu. Limpahkanlah selawat kepada sang pemimpin orang-orang yang mukhlash, dan kepada segenap keluarga serta Para Sahabat Beliau.
Referensi : 1. Lihat: QS. al-Baqarah [2]: 185, 56, 52; QS. Ali Imran [3]: 123; QS. al-Maidah [5]: 89, 6; QS. al-Anfal [8]: 26; QS. al-Nahl [16]: 78, 14; QS. al-Hajj: 36; QS. alQashash: 73; QS. al-Rum: 46; QS. Fathir: 12; dan QS. al-Jatsiyah: 12. 2. Lihat: QS. Fathir: 34, 30; al-Syura: 23; al-Taghabun: 17. 3. Al-Bukhari, al-Tahajjud 6; Muslim, al-Munafiqin 79 - 81; al-Tirmidzi, al-Shalah 187. 4. Al-Nasa`i, al-Sahw 60. 5. Al-Jâmi’ li-Ahkâm al-Qur`ân, al-Qurthubi 1/398; 9/343; Tafsir al-Qur`an al-Azhim, Ibnu Katsir 2/541, 3/350. 6. Al-Musnad, Imam Ahmad 4/278, 375. 7. Abu Daud, al-Adab 11; al-Tirmidzi, al-Birr 35; al-Musnad Imam Ahmad 2/258, 295, 388, 3/32, 74.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
31
HAI BUDI, INI AKU
SERI BUDI & ANEKA SATWA Prof. Dr. İrfan Yılmaz
H
ai Budi... perkenalkan, aku elang. Aku berdiri di hadapanmu dengan penuh kebanggaan dan kedudukan istimewa di antara hewan-hewan predator, karena aku dianggap sebagai salah satu burung yang paling kuat. Mungkin inilah alasan mengapa aku dijuluki sebagai “raja predator”, karena sejak dahulu kala dan masih hingga saat ini, dengan sayapku yang amat kuat, cakarku yang sangat tajam, paruhku yang melengkung lancip, dan juga gaya terbangku yang penuh wibawa, aku sering menjadi pusat ketakjuban bagi banyak orang. Kedudukanku di Antara Makhluk Hidup Lainnya Kami elang, terbagi menjadi 75 jenis dan 300 macam. Jika dilihat dari ukuran tubuh, Kami terbagi menjadi dua spesies: besar dan kecil, Cathartidae, Accipitridae, dan Falconidae. Spesies Falconiformes merupakan jenis yang berukuran besar dan paling kuat di antara burung-
32
Mata Air
Oktober - Desember 2020
burung predator siang. Burung elang dan rajawali merupakan yang paling kuat dan berukuran besar serta berafiliasi pada keluarga Accipitridae yang berbeda dari kami berdasarkan sayap dan gaya terbangnya. Jenis ke-20 dan ke-75 spesies yang berafiliasi pada keluarga elang tidak semuanya benarbenar elang. Kita dapat membaginya lagi menjadi empat macam sesuai ukuran, gaya makan, dan juga gaya terbang. Ada elang yang hidup dengan memakan ular atau serangga, elang laut, dan elang hutan. Sebagaimana elang asli memiliki keistimewaan dari segi paruh juga bulunya. Keistimewaan dan Gaya Terbang Kerongkongan kami tidak memiliki pita suara sebagaimana burung-burung berkicau. Oleh karenanya, untuk dapat bersuara kami bergantung pada tekanan udara dalam lubang bola bulat di dalamnya. Bagian yang dekat dengan dasar paruh membawa sebuah potongan lunak padat berkilau, dan secara umum terdapat lubang pada hidung kami. Tulang kami yang berongga membantu kami terbang sebagaimana halnya pada burung-burung lainnya. Kami adalah burung yang berburu di siang hari. Tekanan udara yang meninggi bersamaan dengan tingginya suhu udara memungkinkan kami menjadi kuat dan memudahkan kami untuk terbang seperti menunggangi udara tersebut di ketinggian. Dengan begitu, kami dapat menerkam mangsa dari atas dengan penuh kemudahan dan kecepatan. Kami memberi perhatian lebih pada bulu kami dan menjaganya agar senantiasa bersih. Alasannya adalah agar kami tidak mendapat masalah saat terbang atau berburu. Kami terbang dengan kecepatan 120-130 km/jam. Kebersihan bulu kami sangatlah penting agar terhindar dari pengaruh air dan udara yang berbahaya. Oleh karenanya, Sang Pencipta -dengan penuh kasih
dan cinta-Nya- menciptakan bagi kami sebuah potongan lemak kecil di ekor yang berfungsi menyortir lemak yang dapat kami ambil dengan paruh dan kami gunakan untuk meminyaki bulubulu kami. Elang yang asli, memiliki keistimewaan dengan bulu lebat yang terbagi menjadi 33 macam. Yang paling besar dari segi ukuran tubuh adalah dari keluarga Aquila. Jarak antara sisi sayap elang gurun (Aquila Chrysaetos) saat mengepak adalah 220 cm. Panjang satu sayapnya saja bisa mencapai 75-88 cm. Hal ini melebihi bentangan sayap pada Aquila Heliaca yang mencapai 210 cm dan pada elang lembah (Aquila Nipalensis) sepanjang 260 cm. Kami memiliki kekuatan super dalam hal manuver yang tidak dimiliki oleh teknologi pesawat tempur termutakhir manusia sekalipun. Manuver ini dapat memberi keamanan tekanan kecepatan, sehingga kami tidak menabrak batu saat mengepakkan sayap, membantu kami untuk mengerem agar dapat menggenggam mangsa dalam keadaan hiduphidup, dan kembali terbang menuju ketinggian. Kalian tahu bahwa semua keistimewaan dan keunggulan yang kusebutkan tadi sama sekali di luar pengetahuan dan usaha kami. Akal kami bahkan tak mampu memikirkan dan merenungkan semua itu. Setiap hewan bergerak dalam kehidupannya sesuai takdir Ilahi. Dengannya, mereka dapat bergerak menuju rezekinya, bagaimana cara mendapatkannya, bagaimana mengobati diri saat sakit menyerang, dan menyesuaikan diri dengan kehidupan yang harus dihadapinya. Macam-macam Burung dan Habitatnya Elang laut terbagi menjadi 10 jenis, yang paling terkenal adalah elang besar berkepala putih yang dijadikan Amerika Serikat sebagai lambang negara mereka. Elang ini memulai hidupnya dengan kepala berwarna gelap. Lalu
Mata Air
Oktober - Desember 2020
33
otot dan cakar
sedikit demi sedikit warna gelap itu akan berubah menjadi cerah dan putih secara keseluruhan. Hal itu terjadi saat ia berumur 3 tahun. Elang ini membangun sarangnya di antara bebatuan tinggi. Ia memiliki paruh besar yang melengkung dan jemari kaki berpunuk yang dapat menggenggam ikan atau mangsa yang licin sekalipun. Elang ini terkadang memburu hewan hidup dan ikan, meski sebenarnya dia adalah pemakan bangkai. Terkadang ia juga mencuri ikan dari elang saingannya (Pandion Haliaetus) yang panjangnya mencapai 79-94 cm dan bentangan sayapnya mencapai 230 cm. Sayangnya, elang laut berkepala abu-abu ini berlindung di benua Amerika dan hampir akan punah di benua Asia. Elang pemangsa ular dan serangga terbagi menjadi sekitar 16 jenis. Ia memiliki bentuk tangkai kaki pendek yang didesain untuk dapat mencengkeram ular dan mangsanya. Elang jantan ini akan keluar dari sarang untuk berburu. Saat telah mencengkeram, maka ia akan membunuh mangsa dan membawanya ke sarang untuk diberikan kepada betina dan anak-anaknya. Secara anatomi, elang jenis ini dianugerahi kekebalan terhadap bisa ular yang dimangsanya. Ilmu Allah yang Maha Melingkupi, asma-Nya AlMushowwir (Maha Membentuk), dan Al-Mudabbir termanifestasikan pada elang ini. Ia menutupi kaki elang ini dengan skala yang tebal dan kuat yang tahan terhadap gigitan ular bahkan bisanya. Elang pemangsa ular membangun sarangnya pada pepohonan besar atau bebatuan tinggi. Tinggi elang ini mencapai 63-64 cm dan bentangan sayapnya mencapai 190 cm. Elang hutan hidup di tengah dan selatan benua Amerika. Ukuran tubuhnya yang sangat besar berhak untuk dimasukkan ke dalam daftar rekor dunia. Berat
34
Mata Air
Oktober - Desember 2020
paruh
sayap
badan standarnya 4,5 kg. Elang jenis ini terdapat di sebuah kebun binatang di Amerika dengan berat 12,3 kg. Berat standar elang tua jenis ini bisa mencapai 9 kg dan dapat berburu kera dengan berat 9 kg secara mudah. Kawan kami dari jenis ini tidak menyusahkan dirinya dengan berburu hewan kecil yang berat badannya kurang dari 5 kg. Ketajaman Penglihatan Semua telunjuk tangan akan menunjuk kepada kami ketika ada yang bertanya “Hewan apakah yang memiliki penglihatan paling tajam?” Elang gurun misalnya, dapat membedakan gerakan kelinci dari jarak 2 km dan dapat terbang menuju kelinci itu dalam kecepatan penuh untuk menerkamnya. Tidakkah ini sebuah kenikmatan yang diberikan kepada kami? Jika tidak, bagaimana bisa kami berburu dan makan untuk menjaga kekuatan kami? Ini hanya satu kenikmatan dari segi penglihatan saja, mungkin kita dapat menyempurnakannya dengan pembahasan tentang keagungan penciptaan Ilahi pada cakar, sayap, paruh, otot, kemampuan bermanuver, dan gaya terbang kami? Penciptaku telah menganugerahkan selaput tipis pada kelopak mata kami yang berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya. Selaput ini dapat bergerak ke depan-belakang tanpa menghalangi pandangan mataku. Mataku memiliki kekuatan super menyerupai kekuatan hipnotis. Sekali kupandang mangsaku, maka seakan ia terjebak dalam kelumpuhan. Meski kekuatan penglihatanku 8 kali lebih tajam daripada kalian, manusia, tetapi ukuran otakku lebih kecil bila dibandingkan punya kalian. Jika memang tugas penglihatan berkaitan dengan besarnya ukuran otak, maka sudah pasti mata kalian seharusnya
Meski kekuatan penglihatan elang delapan kali lebih tajam daripada manusia, tetapi ukuran otakku lebih kecil bila dibandingkan otak kalian jauh lebih tajam daripada mataku. Karena otak kalian membentuk 2-2,5 % dari tubuh kalian. Sedangkan otakku hanyalah 0,6 % dari tubuhku. Ini membuktikan bahwa otak bukanlah satusatunya faktor untuk melihat. Oleh karena Allah yang Maha Esa, satu-satunya pemilik kekuatan hakiki dan agung nan sempurna. Maha Suci Zat yang membuat indah segala hal yang diciptakanNya. Elang jantan akan hidup sepanjang hidupnya bersama dengan satu betina saja. Ini merupakan hal yang lazim di antara kami, para elang. Kami melangsungkan hidup dalam satu sarang yang kami bangun di ketinggian yang susah dicapai manusia. Elang jantan akan menjaga elang betina saat tengah mengerami telur-telurnya. Dia akan memenuhi segala yang dibutuhkannya saat proses pengeraman berlangsung. Setiap hari elang jantan akan keluar untuk berburu demi mendapat makanan bagi dirinya dan betinanya yang tengah bersiap menjadi ibu bagi anak-anaknya. Siklus pertumbuhan dan perkembangbiakan kami berbeda-beda tergantung jenis dan ukurannya. Ada elang yang dalam setahun dapat bertelur 7 butir, sesuai dengan ukuran dan berat tubuhnya. Induk elang akan mengerami telurnya selama 2860 hari dan akan tinggal di sarangnya bermingguminggu, bahkan 2 tahun lamanya. Kami membangun sarang sesuai dengan ukuran tubuh kami. Tahukah Kau Budi, telah ditemukan sebuah sarang burung elang laut berkepala putih yang berumur lebih dari 45 tahun dengan berat 3 ton dan berdiameter 2,9 meter di kedalaman 6 meter. Betina elang ini bertelur 1-3 butir saja dan mengeraminya dalam waktu 35 hari. Elang jenis ini menetaskan telurnya di tempat yang mudah dilihat. Mereka akan memerhatikan anak-anaknya hingga berumur dewasa. Elang jantan akan datang membawa buruannya,
sedangkan elang betina akan memotongmotong dengan paruhnya untuk menyuapi anakanaknya. Anak-anak elang itu akan dapat terbang dan mandiri saat telah berumur 12-13 minggu, namun mereka masih belum dapat terbang jauh dari sarangnya dan akan tetap dekat dengan keluarganya hingga berumur 1 tahun. Setelah ceritaku yang panjang ini, jangan Kau pikir bahwa semua aktivitas di atas adalah atas kehendak dan rencana kami sendiri. Bukan! karena itu semua adalah takdir dan petunjuk Ilahi yang telah digariskan kepada kami, sehingga Ia mudahkan kami mendapatkan rezeki dalam kehidupan ini. Maha suci Zat yang Maha Mengetahui dan Menguasai segala hal. Beberapa Kabar Burung tentang Kami Banyak kabar burung tersiar terkait diri kami, elang. Ada yang benar, ada pula yang dilebihlebihkan. Di negara Swedia, misalnya, dikatakan bahwa elang laut berkepala putih menculik monster yang berat tubuhnya mencapai 680 kg. Sedangkan di Norwegia dikatakan bahwa elang berekor putih (Haliaeetus Albicilla) menculik gadis berumur 14 tahun ketika tengah berada bersama keluarganya dan terbang sejauh 1600 meter. Untungnya gadis itu dapat diselamatkan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan tertimpa suatu keburukan. Beberapa elang (khususnya elang gunung) memburu domba dan memakannya. Kalian tahu,
Mata Air
Oktober - Desember 2020
35
Aquila Chrysaetos
Pandion Haliaetus
sebenarnya kalian lah penyebabnya. Kalian merusak alam, memerangi kehidupan hutan, serta berlebihan dalam mengeksploitasinya dengan perburuan brutal, sehingga tidak meninggalkan kami pilihan selain memburu apa yang kami temukan di hadapan kami. Elang petarung (Polemaetus Bellicosus) yang hidup di Afrika memang memiliki cukup kekuatan untuk memburu anak antelop dan serigala, namun dia tidak memburu mangsa selain hewan hyrax. Di sini Aku ingin sedikit berbicara tentang nikmat obat pencegahan yang diilhamkan Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui segala hal. Kami menyikatkan sebuah tumbuhan aromatik di sekitar sarang kami guna mengusir parasit dan serangga untuk melindungi telur-telur kami. Mungkin umur rata-rata elang di alam liar adalah 30 tahun dan 80 tahun ketika di kebun binatang. Tetapi jika ditanya, aku lebih memilih untuk berumur 30 tahun saja tapi bebas di alam liar daripada berumur 80 tahun tapi terperangkap dalam kurungan kebun binatang. Umur dewasa pada elang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Saat elang memiliki ukuran yang besar, maka akan semakin lambat pula pertumbuhannya menuju kedewasaan. Aktivitas berkembang biak dan melipatgandakan telur, serta memilih tempat yang tepat untuk membangun sarang bergantung pada jumlah kesediaan makanan di sekitar kami. Elang yang berukuran kecil berkembang biak dengan skala yang besar. Karena dia mampu
36
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Aquila Nipalensis
Haliaeetus Albicilla
menemukan banyak serangga kecil untuk ia makan. Tetapi tidak demikian dengan elang besar, ia berkembang biak dengan skala kecil karena hanya dapat menemukan sedikit saja makanan. Dengan asma Ar-Razzaq, Allah telah menyediakan rezeki untuk kami sebagaimana Ia juga telah menyiapkan rezeki untuk setiap makhluk di semesta ini. Dengan asma Al-Muqshit, Ia jadikan segala rezeki sesuai takaran dengan penuh keadilan, tak kurang dan tak lebih. Dengan asmanya Al-Mudabbir, Ia mengatur rezeki kami agar saling berkaitan satu sama lain dengan penuh keajaiban. Dengan asma Al-Quddus, Ia jadikan kami saling berhubungan demi keseimbangan alam dan kebersihannya melalui perburuan kami pada hewan-hewan kecil yang lemah dan ringkih. Dengannya, kami pun berpartisipasi dalam menjaga keseimbangan alam semesta ini. Di sini Aku telah berusaha untuk berbicara tentang diriku dan elang-elang lainnya. Aku menghadap sebagai hamba kepada Tuhannya dan berbicara tentang Asmaul Husna dengan harapan agar kalian tidak lupa bahwa kita semua diliputi oleh berbagai kenikmatan amat besar yang berasal dari kelembutan Allah dan kekuasaan-Nya. Kini pertanyaannya adalah ‘’Apakah kita telah dapat benar-benar bersyukur atas nikmat-nikmat itu dan sungguh-sungguh dalam beribadah sepenuhnya?’’. Prof. Dr. Irfan Yılmaz adalah seorang profesor dalam bidang biologi di Universitas Dokuz Eylul, Izmir.
KIMIA Mahir Martin, M.S
MOLEKUL RAKSASA
POLIMER P
ernahkah kita berpikir tentang bendabenda yang ada di sekitar kita? Pernahkah kita berpikir apa komposisi zat penyusun benda tersebut? Ternyata, baik makhluk hidup maupun benda mati semua tersusun dari partikel-partikel kimia, baik dalam bentuk unsur, senyawa maupun campuran. Partikel-partikel tersebut tersusun dari atom-atom, ion-ion maupun molekul-molekul yang bergabung dan berikatan membentuk molekul raksasa yang disebut makromolekul. Jika kita mulai memikirkan tentang ciptaan Tuhan tersebut maka akan ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari molekulmolekul raksasa ini. Pada dasarnya zat penyusun molekul raksasa ini terdiri dari partikel-partikel sangat kecil yang tidak mungkin dilihat dengan kasat mata manusia, bahkan dengan bantuan mikroskop sekalipun. Jutaan partikel kecil ini bergabung dengan begitu indahnya membentuk sebuah molekul raksasa yang bisa kita nikmati manfaatnya. Pada makhluk hidup, molekul raksasa ini biasa disebut sebagai biomolekul. Karbohidrat, protein dan lipid (minyak atau lemak) adalah beberapa contoh biomolekul yang memiliki peran sangat penting pada metabolisme tubuh kita. Benda-benda tak hidup yang ada di sekitar kita pun ternyata tersusun dari molekul-molekul raksasa. Baju yang kita pakai, bahan-bahan plastik pada barang-barang rumah tangga, bahan-bahan elastik yang terbuat dari karet untuk membuat ban mobil, karet gelang dan balon-balon mainan yang biasa kita gunakan pada hari ulang tahun, semuanya tersusun dari molekul-molekul raksasa yang berasal dari bahan dasar beraneka ragam.
Polimerisasi Reaksi pembentukan molekul-molekul raksasa tersebut dikenal dengan nama reaksi polimerisasi. Reaksi polimerisasi menghasilkan sebuah makromolekul yang secara umum dikenal dengan sebutan polimer. Kata polimer itu sendiri berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari gabungan dua kata, yaitu poli dan mer. Poli yang berarti banyak, mer artinya bagian. Polimer merupakan gabungan dari bagian-bagian kecil. Bagian kecil itu disebut dengan monomer. Dalam hal ini mono berarti satu. Maka, polimer juga bisa diartikan sebagai penggabungan dari bagian monomermonomer melalui reaksi polimerisasi (Gambar 1). Kata polimer diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli kimia Swedia bernama J.J. Berzelius. Berzelius meneliti tentang pembentukan polimerpolimer alami yang ada di alam. Belajar dari alam, Berzelius pada akhirnya berhasil memahami proses reaksi polimerisasi yang terjadi dan mulai mensintesis molekul-molekul raksasa yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan.
Gambar 1
Reaksi polimerisasi, yakni pembentukkan polimer dari beberapa monomer Sumber: https://fsagung.blogspot.com/2018/12/2-macam-reaksi-polimerisasi.html
Mata Air
Oktober - Desember 2020
37
Dikenal ada dua jenis reaksi polimerisasi, reaksi polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Reaksi polimerisasi adisi pada umumnya terjadi pada monomer yang memiliki ikatan rangkap (Gambar 2). Ikatan rangkap dua pada monomer akan putus membentuk radikal baru yang sangat reaktif sehingga bisa menyerang monomer yang lain. Reaksi ini bisa dianalogikan seperti pembentukan rantai dengan menggabungkan mata rantai yang terbuka dan terus bisa memanjang. Mata rantai yang paling ujung bisa terus –menerus mengikat mata rantai lain sehingga membuat sebuah rantai yang panjang dan berkelanjutan. Contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi adalah polietena (PE) yang biasa digunakan untuk membuat kantong plastik, dan botol plastik, dan juga polivinil klorida (PVC) yang biasa digunakan untuk membuat pipa paralon.
Gambar 2 Reaksi polimerisasi adisi Sumber: http://www.nafiun.com/2013/10/jenis-jenis-polimer-dan-kegunaannya.html
Pada polimerisasi kondensasi terjadi proses kondensasi, yaitu suatu proses pelepasan molekul kecil seperti air, amonia atau hidrogen klorida. Contoh terkenal dari polimerisasi kondensasi adalah polimer nilon. Polimer nilon banyak digunakan sebagai bahan pembuatan benang, tali, jala, parasut dan material pembuat tenda. Ada beberapa pendapat mengenai asal muasal kata nilon. Ada yang berpendapat bahwa kata nilon berasal dari gabungan huruf NY (New York) dan Lon (London). Namun, yang paling banyak diyakini adalah pendapat yang mengatakan bahwa nilon itu berasal dari asal frasa “No Run” yang disesuaikan bunyinya, dimana kata “run” diartikan sebagai rantai senyawa yang terurai. Penelitian tentang nilon dikembangkan tim peneliti di DuPont pada tahun 1935. Jenis nilon yang paling terkenal adalah nilon-6,6 yang dibuat dari gabungan dua monomer berbeda, yaitu asam adipat dan 1,6-diaminoheksana dengan mengeluarkan molekul air setelah terjadi reaksi polimerisasi kondensasi. Nomor 6,6 pada
38
Mata Air
Oktober - Desember 2020
penamaan nilon menunjukkan jumlah karbon pada dua monomernya. Karet Alam Polimer bisa diklasifikasikan berdasarkan asalnya menjadi dua, polimer alami dan polimer sintetik. Polimer alami adalah polimer yang terdapat di alam, sedangkan polimer sintetik adalah polimer yang dibuat di pabrik atau laboratorium dan tidak terdapat di alam. Polimer biomolekul seperti karbohidrat, protein dan lipid dikategorikan sebagai polimer alami karena berasal dari makhluk hidup. Polietena, polivinilklorida dan nilon-6,6 adalah contoh dari polimer sintetik. Karet alam adalah salah satu polimer alami yang banyak digunakan dan menjadi komoditas penting dari negara kita. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia. Karet alam banyak digunakan dalam produksi ban mobil. Monomer dari polimer karet alam adalah isoprena, molekul yang memiliki lima karbon dan satu ikatan rangkap. Karet alam berbeda dengan polimer alami pada umumnya yang mengalami polimerisasi kondensasi. Adanya ikatan rangkap pada monomer isoprena menyebabkan terjadinya polimerisasi adisi pada pembentukan karet alam (poliisoprena). Karet alam memiliki sifat meleleh dan lentur ketika dalam kondisi panas dan mengeras dan rapuh ketika dalam kondisi dingin. Untuk bisa digunakan lebih baik, karet alam perlu melalui proses vulkanisasi. Proses ini ditemukan oleh Charles Goodyear pada tahun 1839. Proses vulkanisasi dilakukan dengan penambahan belerang, S8, dan zat aditif lain. Dengan adanya proses vulkanisasi ini karet alam tidak akan meleleh jika panas dan tidak keras maupun rapuh jika dingin. Sifat ini terjadi karena terbentuknya ikatan silang (crosslinking) atom sulfur di antara rantai polimer yang terbentuk (Gambar 3).
Polimer sintetik buatan manusia masih meninggalkan dampak negatif yang perlu dipikirkan bagaimana memperbaikinya. Hal ini ini,menjadi menjadibukti buktikelemahan kelemahandan dan kekurangan manusia.
Gambar 3 Proses vulkanisasi Sumber: http://www.nafiun.com/2013/10/jenis-jenis-polimer-dan-kegunaannya.html
Limbah Plastik Plastik menjadi produk polimer yang paling banyak dan luas penggunaannya. Maraknya inovasi dalam teknologi plastik dengan memanfaatkan konsep reaksi polimerisasi tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Komposisi plastik yang tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme menjadi masalah besar dalam pengelolaan limbah plastik. Berdasarkan sumber yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia yang di perbaharui pada 15 Juli 2016, diketahui bahwa sampah terbanyak disumbang dari rumah tangga, dan data sampah yang berhasil dikumpulkan oleh petugas kebersihan di Indonesia hanya sekitar 18,84 juta ton per tahun dari setiap provinsi. Sisanya, sampah yang tidak terkumpul oleh petugas dinas terkait terhitung sekitar 81,16 juta ton per tahun setiap provinsi. Diketahui bahwa sampah rumah tangga banyak mengandung unsur limbah plastik. Usaha-usaha preventif dan represif sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat. Usahausaha ini dikenal dengan proses 3R, yaitu reduce, reuse, recycle (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang). Salah satu usaha pencegahan yang dilakukan oleh beberapa
pemerintah daerah yaitu dengan cara membuat peraturan daerah untuk membatasi (reduce) penggunaan plastik di supermarket. Sementara usaha represif bisa dilakukan dengan melakukan daur ulang (recycle), dan penggunaan ulang (reuse). Usaha represif untuk mengurangi sampah plastik juga dilakukan dengan teknik insinerasi dan landfilling. Insinerasi adalah proses pembakaran limbah plastik, tetapi sayangnya proses ini dapat melepaskan zat berbahaya ke atmosfer. Landfilling adalah teknik membiarkan sampah terurai di lubang-lubang tanah, tetapi hal ini pun mendapatkan kendala bahwa ruang untuk membangun landfills semakin hari semakin terbatas. Salah satu cara yang banyak ditempuh untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan pembuatan plastik biodegradable. Sebenarnya istilah plastik biodegradable merujuk pada plastik yang dibuat dari petrochemical dengan metode polimerisasi yang didesain agar mudah diuraikan. Ironisnya, masih ditemukan usaha pembuatan plastik biodegradable yang justru didesain untuk tahan lebih lama dengan tidak memperhatikan dampaknya bagi lingkungan. Perhatian masyarakat yang besar terhadap lingkungan pada akhirnya menghidupkan kembali asa untuk membuat plastik biodegradable yang lebih cepat terurai. Bioplastics atau plastik yang dibuat dari polimerisasi bahan alami menjadi pilihan menarik dalam rangka membuat plastik yang lebih ramah lingkungan. Bioplastics bisa dibuat dari lemak dan minyak nabati, tepung jagung, jerami, woodchip ataupun sisa-sisa makanan. Berdasarkan studi tentang bagaimana mengelola sampah plastik yang dilakukan pada tahun 2017 oleh seorang peneliti India bernama Priyanka Gupta, ditemukan beberapa teknologi terbaru yang bisa digunakan untuk mengelola sampah plastik. Dalam studi itu disebutkan 4 teknologi sebagai berikut: 1. Pemanfaatan limbah plastik di kiln semen Mata Air
Oktober - Desember 2020
39
manusia dianugerahkan akal oleh Sang Pencipta. Akal yang bisa gunakan untuk terus mengamati, berpikir, dan belajar dari alam semesta. Ketika kita mulai belajar, membaca, memaknai dan memahami alam semesta dengan baik, maka kita akan terus bisa membangkitkan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan manusia. Manusia diciptakan untuk terus belajar. Proses belajar dimulai sejak seorang manusia membuka matanya ke dunia, sampai kelak nanti ketika kembali ke hadirat-Nya. Sebuah longlife learning yang membuat manusia tetap hidup dan terus berusaha memberikan kehidupan bagi masyarakat sekitarnya. Alhasil, mengenal dan mempelajari molekul raksasa polimer mengingatkan kembali akan tugas kita sebagai manusia untuk terus belajar dan mengingatkan kembali betapa lemahnya, betapa kecilnya, dan betapa tidak sempurnanya kita di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi kewajiban kita untuk terus bertawadhu, merendahkan diri dan tidak menunjukkan Refleksi Polimer Sudah seharusnya kita bisa mengambil kesombongan di hadapan-Nya. pelajaran dari indahnya sebuah sistem di alam Penulis adalah seorang pendidik bidang kimia di SMAN Banua Kalimantan Selatan, semesta yang diajarkan Tuhan Yang Maha Esa yang aktif menulis di berbagai media. kepada kita. Memahami proses bersatunya Referensi: monomer-monomer kecil yang membentuk 1. Purba, M., Sarwiyati, E. 2016. Kimia untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Erlangga. AH., Kurniawati, D., Juniastri, M. 2016. Kimia untuk SMA/MA kelas XII sebuah molekul polimer raksasa sangat memiliki 2. Watoni, kelompok peminatan Matematika dan Imu-ilmu Alam. Bandung: Yrama widya. arti penting dalam kehidupan kita. Perhatikan 3. Sudarmo, U. 2018. Kimia untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Erlangga. Feldman (2008) Polymer History, Designed Monomers and Polymers, bagaimana proses bergabungnya monosakarida- 4. Dorel 11:1, 1-15, DOI: 10.1163/156855508X292383 monosakarida pembentuk karbohidrat ataupun 5. https://en.wikipedia.org/wiki/Polymer_science 6. https://www.4muda.com/inilah-jenis-dan-sumber-limbahsampah-di-dunia/ bergabungnya asam amino yang membentuk 7. https://www.explainthatstuff.com/bioplastics.html https://en.wikipedia.org/wiki/Bioplastic protein di alam, semua berpolimerisasi secara 8. 9. http://www.nafiun.com/2013/10/jenis-jenis-polimer-dan-kegunaannya.html sempurna tanpa meninggalkan cacat dan efek 10. http://www.infometrik.com/2009/08/karet-material-andalan-ekspor-di-bawahharapan-dan-ancaman/ samping apapun. Sebaliknya polimer-polimer 11. Gupta, Priyanka. (2017). Management of plastic waste: a step towards clean environment. International Journal of Renewable Energy Technology. 8. 387. sintetik buatan manusia masih meninggalkan 10.1504/IJRET.2017.10009914. banyak dampak negatif yang perlu untuk terus 12. Panda, A.K., Singh, R.K. and Mishra, D.K. (2010) ‘Thermolysis of waste plastics to liquid fuel: a suitable method for plastic waste management and dipikirkan bagaimana untuk memperbaikinya. manufacture of value added products – a world prospective’, Renewable and Sustainable Energy Reviews, Vol. 14, No. 1, pp.233–248. Sesungguhnya kenyataan akan hal ini, menjadi 13. Hidayat, Yosi & Kiranamahsa, Saskia & Zamal, Muchammad. (2019). A study of bukti kelemahan dan kekurangan manusia. plastic waste management effectiveness in Indonesia industries. AIMS Energy. 7. 350-370. 10.3934/energy.2019.3.350. Dari segala kelemahan dan kekurangannya, sebagai bahan bakar: limbah plastik dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif di kiln semen. 2. Plasma pyrolysis technology (PPT): proses ini menggabungkan sifat termokimia (Panda et al., 2010) dari plasma dengan proses pirolisis, dimana dihasilkan panas hebat yang memiliki kemampuan untuk membuang semua jenis sampah plastik. 3. Jalan aspal campuran polimer: dalam teknik ini, jalan fleksibel dibuat dengan menggunakan limbah plastik. 4. Pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan bakar dan bahan baku alternatif, biasa disebut alternative fuel and raw material (AFR): pengelolaan bersama (co-processing) sampah plastik menghasilkan penggantian bahan bakar primer dan bahan baku untuk industri seperti semen, produksi kapur atau baja, dan pembangkit listrik.
40
Mata Air
Oktober - Desember 2020
RESONANSI Kerem Umar
Puncak Persaudaraan:
MENJADI SEORANG ANSaR P
ada masa tersulit di Mekkah, terdapat sebuah peristiwa penting bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang membuat Beliau seakan sejenak menghirup napas lega dan takkan dilupakan hingga kiamat kelak. Peristiwa perkenalan Beliau dengan perwakilan pertama kaum Ansar yang kelak akan menjadi sahabat seperjuangannya. Beberapa pemuda Madinah menempuh perjalanan jauh datang ke Mekkah, lalu bertemu dengan Beliau di sebuah tempat sunyi di antara perbukitan luar kota Mekkah. Para pemuda itu telah letih dengan perang antar kabilah dan pergolakan di Yatsrib. Mereka mencoba mencari jalan keluar; tetapi setiap solusi pastilah ada bayarannya. Membantu seseorang yang mengumumkan kerasulannya pada saat itu adalah seperti menghabiskan mawar yang tumbuh di gurun seraya menanti datangnya burung bulbul. Pada penantian ini ada penderitaan dan kesulitan yang harus ditempuh. Walau mengetahui konsekuensi ini, para pemuda itu tetap mengulurkan tangannya dan berbaiat pada Rasulullah. Dengan tindakannya ini mereka telah melampaui bukit besar Aqabah. Yakni
berhasil meraih kewajiban sebagai “Ansar” dalam sebuah misi bersejarah. Al-Qur’an memuliakan penduduk Madinah Munawarah dengan sifat “Ansar”. Secara terbuka ayat-ayat memuji kaum Ansar: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang (Ansar) yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 74) Apa Artinya Menjadi Seorang Ansar? Dalam Bahasa Arab kata ansar berarti “yang membantu, para penolong”. Kata ini kemudian menjadi sebuah tanda pengenal bagi sebuah komunitas setelah peristiwa Hijrah dan menjadi istilah khusus. Makna tambahannya selain menjadi orang yang membantu dakwah agama Allah dan Rasulnya, bermakna pula sebagai orang-orang yang menjadi penolong dan bertanggung jawab atas orang-orang Muhajirin yang datang ke Madinah. Ketika Sahabat Ansar mengundang Rasulallah Mata Air
Oktober - Desember 2020
41
shallallahu ‘alaihi wasallam dan Para Sahabat datang ke kota mereka dari Mekkah; membagi rumah dan kebun miliknya, maka ini berarti juga mereka memilih sebuah jalan yang tak ada jalan kembalinya, yakni akan ada risiko berhadapan dengan musuhnya pula. Hanya dalam waktu singkat mereka berhasil meraih derajat yang begitu tinggi hingga seakan bisa menyamai tingkatan Para Sahabat yang telah menyertai Rasulullah selama 13 tahun perjuangan di Mekkah sebelumnya. Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak Para Sahabat bermusyawarah sebelum perang Badar, adalah Sa’ad bin Muadz, tokoh dari kalangan Ansar berkata: “Jika Engkau memerintahkan kami masuk ke lautan kezaliman pun, kami akan memasukinya, Engkau akan memperjalankan kami dengan keberkahan dari Allah!” Tiga orang yang pertama maju memukul mundur kaum Quraisy pada perang Badar adalah dari kalangan Ansar yang selalu menjadi penolong atas segala hal. Kebanyakan syuhada Badar pun dari kalangan mereka. Begitu pula jenazah dari 70 rumah datang bersama angin Uhud berasal dari tapak kaki para Ansar. Puncak Ufuk Persaudaraan: Persaudaraan Ansar-Muhajirin Penduduk Madinah yang masuk Islam setelah baiat Aqabah pertama dan kedua adalah mawarmawar terindah dari taman Ansar. Sementara burung bulbul dari taman ini tak lama kemudian akan mengambil jalan dari Penguasa Gua Tsur menuju Kuba, memuliakan negeri terpuji pada suasana hari raya yang ditiupkan oleh kaum Ansar. Mereka bahkan telah menunjukkan keansarannya sejak kali pertama, sembari membentuk tentara penjaga. Mereka memudahkan masuknya Sang Penguasa Kalbu shallallahu ‘alaihi wasallam ke dalam kota, setelah sebelumnya harus menunggu selama dua minggu di Kuba karena dikhawatirkan keselamatannya. Lima bulan setelah hijrahnya, Rasulullah menjadikan setiap 45 Muhajirin dan Ansar dalam satu kelompok, lalu mengumumkan persaudaraan bagi tiap satu Muhajirin dengan satu Ansar. Hal ini menjadi dasar penerapan bagi kaum mukmin yang menjadikan persaudaraan AnsarMuhajirin hingga kiamat kelak.
42
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Dengan wasilah ini 185 orang dari 45 keluarga diumumkan menjadi saudara. Khalid bin Zaid (Abu Ayyub Al-Ansari) membuka pintu rumahnya bagi Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang lain pun mengikuti berbagi rumah dengan kaum Muhajirin. Hal ini menjadikan Sahabat Said bin Zaid dari golongan al-asyaratul mubasyarah dengan Rafi ibnu Malik, dan Salman al-Farisi dengan Abu Darda sebagai saudara. Persaudaraan ini begitu penting hingga Ansar dan Muhajirin dapat saling memberi warisan (Q.S. al-Anfal:72). Kondisi ini berlangsung setelah perang Badar berakhir hingga kemudian dibatalkan dikarenakan sebuah ayat turun (Q.S. Al-Anfal:75). Ketika Tunas Menjadi Buah Persaudaraan Ansar-Muhajirin (Al-muakhat) telah menjadikan persatuan masyarakat Islam dan memudahkan pemecahan permasalahan sosial, budaya dan ekonomi di masa itu. Hal ini membantu kaum Muhajirin yang terasing dari kampung halamannya, menghilangkan kesedihan, dan membuat mereka lebih akrab dengan Madinah maupun penduduknya. Keindahan lain dari hal ini adalah ketika dukungan materi diupayakan, di saat bersamaan ada pula dukungan moril dari sebuah persaudaraan sehingga tak menimbulkan perasaan tertekan akibat bantuan yang diterimanya. Kaum Muhajirin yang hingga saat itu telah berpengalaman saat berada dalam masa sulit, menjadi mursyid bagi orang-orang Ansar, begitu pun Ansar menjadi semacam murid bagi mereka sehingga sebuah gerakan pendidikan dimulai, hal ini membuat adanya aktivitas bersama dengan peran seimbang di antara Para Sahabat yang memiliki kemiripan karakter. Setengah dari Itsar1-Istighna2 Meskipun penduduk Madinah yang selalu menunjukkan kedekatan dengan tamu-tamunya ingin membagi harta bendanya dengan kaum Muhajirin, namun keinginan ini tidak serta merta diterima. Maka perasaan itsar yang dimiliki Ansar berlomba dengan istighna yang dimiliki Muhajirin. Sebagai contoh, Abdurrahman bin’Auf yang ditawarkan setengah harta saudara Ansarnya justru secara halus menolak dengan mendoakan kebaikan atas saudaranya tersebut dan mengatakan: “Berikan
padaku seutas tali lalu tunjukkan padaku jalan menuju pasar.” Suatu ketika Kaum Muhajirin dan Ansar akan berbagi hasil panen kurma, beberapa Ansar sengaja mengatur tangkai kurma penuh dedaunan agar tampak rimbun dan banyak padahal kurmanya hanya sedikit pada bagiannya, sementara kaum Muhajirin yang berpikir bahwa Ansar lebih berhak atas panen tersebut sebagai pemilik asli kebun, sengaja memilih tumpukan kurma yang tampak sedikit, sehingga tanpa sadar sebenarnya mereka telah mendapatkan bagian kurma yang lebih banyak. Suatu ketika Ansar yang menghargai sikap Muhajirin yang tak mau menerima apapun secara gratis tanpa bayaran mengatakan: “Biarkan mereka (kaum Muhajir) mengairi kebun-kebun itu, agar mereka tidak merasa berhutang budi”. Padahal pada masa itu, yang lebih paham tentang pekerjaan bercocok tanam bukanlah orang-orang Mekkah, tetapi para Ansar penduduk Madinah. Akhirnya Rasulullah mengumumkan bahwa kepemilikan properti tetap pada Ansar sementara Muhajirin akan mendapatkan pembagian berdasarkan kerja kerasnya, sehingga kedua pihak bekerja sama dan berbagi hasil yang didapatkan. Kebalikan dari perasaan kaum Muhajirin yang merasa dirinya berhutang budi dan ingin membayarnya, keinginan untuk selalu membantu yang dimiliki kaum Ansar justru semakin bertambah dan menjadi prioritas baginya untuk memenuhi kebutuhan saudara-saudara Muhajirinnya (itsar) bahkan melupakan kemiskinannya sendiri (Q.S. Hasyr: 9). Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpulkan terlebih dahulu Sahabat Ansar untuk mendapat bagian dari tanah Bahrain, mereka justru melepaskan hak bagiannya dengan berkata: “Wahai Rasul Allah, sekiranya Engkau belum memberikan bagian lebih banyak dari tanah ini pada saudara-saudara Muhajir, maka jangan berikan apapun pada kami.” Sikap yang sama juga mereka tunjukkan saat ganimah3 Bani Nadr akan dibagi. Bantuan, dukungan, dan pelepasan hak yang diberikan Ansar bagi Muhajirin pada bingkai persaudaraan ini juga telah menjadi wasilah tumbuhnya sifat iqtishad (hemat) orangorang Madinah bagi kaum muslimin. Nilai-nilai
perdagangan Islam pada pasar Muslim yang dibangun dengan bantuan kaum Muhajirin pun diterapkan, dan hasil dari hal ini adalah berkurangnya pengaruh ekonomi Yahudi atas Ansar. Beberapa Sahabat yang ditautkan dalam ikatan persaudaraan seperti Sahabat Umar dengan Itban bin Malik menyampaikan apa pun yang dipelajarinya dari Rasulullah sepanjang siang pada saudaranya yang harus bekerja dan baru pulang pada malam harinya. Dengan cara ini lah dimensi persaudaraan yang mereka bina meluas hingga aspek ilmu dan spiritualitas. Maka dapat dikatakan bahwa keindahan bingkai persaudaran pada masa Sahabat ini menjadi contoh teladan bagi semua Muslim pada generasi selanjutnya. Pembicaraan Umat tentang Ansar Semua Sahabat Mulia radiyallahu anhum adalah contoh teladan bagi kita. Pada suatu ketika, Rasulullah menegur beberapa anak muda yang tampak menginginkan ganimah yang akan dibagi pada pihak lain, sambil menyatakan pujiannya pada kaum Ansar yang dikumpulkannya: ‘’Apakah aku tak cukup untuk kalian?’’ dengan perkataannya ini sekali lagi Beliau menyanjung mereka. Bahkan setelah penaklukkan Mekkah, Beliau tidak meninggalkan Sahabat-Sahabat setianya dan lebih memilih meninggalkan kota Mekkah yang amat dicintainya untuk tinggal di tanah Ansar hingga akhir hayat. Abu Haitsam al-Tayyihani dan putra terkecilnya Abu Talha, Sa’d ibnu Muadz serta banyak lagi yang lainnya adalah kenangan terbaik teladan dari kalangan Ansar pada ufuk yang berbeda. Mereka mengajarkan pada umat Islam konsep pemahaman bagaimana bersikap menjadi Ansar saat berhadapan dengan mereka yang terpaksa meninggalkan tanah airnya, tak hanya di dunia tetapi hingga kiamat kelak, dan membuat buku catatan amalnya akan selalu terbuka karena telah menjadi wasilah pembuka jalan bagi sebuah kebaikan. Predikat keansaran Sahabat selain menunjukkan kebersetujuan mereka pada ketinggian fadhilah Hijrah, selain itu juga menjadi simbol bagi keindahan tertentu, terutama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang keutamaan hijrahnya tak tertandingi oleh siapa Mata Air
Oktober - Desember 2020
43
pun. Dalam sejarah Islam ada banyak insan manusia yang mendapat kewajiban untuk menjalankan tugas ini. Mereka membagi tanah kelahirannya dengan tamu yang datang dan tidak memedulikan fitnah yang dilontarkan Ibnu Salul: ‘’Dahulu kalian seperti singa, tapi di tangan mereka sekarang kalian menjadi domba.’’ Jiwa-jiwa halus dan peka yang menganggap bahwa setelah menginjakkan kakinya ke tanah suci, adalah sebuah bentuk ketidak setiaan jika tak berkunjung ke kampung halaman Rasulullah, kala mengenang Beliau dan Para Sahabat pada jalanan di Madinah, saat menapaki rumah Abu Ayyub al-Anshari tempat Rasulullah bermalam pertama kali, mendapati tempat Bani Said berbaiat pada Sahabat Abu Bakar ra., melihat kebun milik Abu Talha ra. yang saat ini tepat berada pada pintu utama masjid berkubah enam dan masih banyak lagi tempat-tempat lain yang tak hanya membuat mereka terpaut pada buku-buku yang menceritakannya tapi lebih dari itu mampu meraup jejak napak tilas sebuah agama yang sangat nyata. Di antara jejak-jejak ini, ingatan tentang kaum Ansar pun mendatangkan sebuah kenikmatan yang menentramkan. Menjadi Ansar saat Tengah Menjadi Muhajirin Pada pandangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keutamaan seorang Ansar sangatlah besar, sehingga Beliau memuji mereka dengan bersabda: “Sekiranya aku bukan seorang Muhajir, pastilah aku menjadi seorang Ansar”. Tak lama setelah peristiwa hijrah, beberapa Muhajir dinasibkan Allah subhânahu wa ta’âla menjadi seorang Ansar pula. Seperti Sahabat Ansar sebelumnya, mereka menggunakan sedikit harta yang dimiliki di jalan kebaikan tanpa menyisakan apa pun bagi dirinya, membantu Muhajirin baru yang datang dan berusaha bekerja keras agar bisa mandiri di tanah perantauan baru tersebut. Bagai kunang-kunang yang selama beratus tahun berterbangan di sekitar pendar cahaya, di Madinah Munawarah pun telah terbentuk sekumpulan masyarakat yang amat mencintai Rasulullah hingga rela mengorbankan nyawanya
44
Mata Air
Oktober - Desember 2020
sekalipun. Begitu banyak yang datang ke sana untuk menghabiskan sisa hidupnya, merelakan jiwanya di tanah mulia tersebut sembari menantikan syafaat yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di padang Mahsyar kelak bersama-sama para ahli kubur yang telah mendahului mereka. Dengan wasilah ini mereka menjadi tetangga ber-mujawarah4 bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, siapa yang bertetangga dengan Beliau shallallahu alaihi wasallam disebut sebagai mujawir.5 Mujawarah atau bertetangga pun menjadi sebuah konsep penting di dalam kehidupan umat, siapa yang berada pada kondisi ini dipandang sebagai tamu-tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sepanjang sejarah Islam, terdapat para mujawir yang berasal dari beraneka bangsa, menghirup napas pada udara Madinah, menghabiskan sisa usianya pada sebuah lingkaran kesalehan di sana. Pada abad XX tokoh-tokoh Anatolia yang paling dikenal berada pada lingkaran seperti ini adalah Ali Ulvi Efendi, Minnatullah Efendi, Haji Husnu Efendi, Zekeriya Buhârî Hazretleri dan Mihr Ali Efendi.6 Dari mereka seorang arsitek bernama Ömer Kirazoğlu Beyefendi yang beruntung ditakdirkan dapat merestorasi kembali Masjid Kuba. Ada pula beberapa orang yang hampir menjadi mujawir dengan kedatangannya ke Madinah Munawarah dan mengetuk pintu rumah kaum Ansar, namun kebanyakan dari mereka tak ditemukan di sana kemudian. Mereka, yang hampir saja mendapatkan kehormatan sebagai Ansar bersama-sama dengan kaum Muhajir ternyata pergi ke tempat lain dan di sana pun Allah jalla jalalahu akan mentakdirkan Ansar lain bagi mereka. Ada banyak sekali mujawir yang mengalami keadaan mereka ini, yang pada akhirnya ditakdirkan menjadi Ansar pula meski sebelumnya berstatus Muhajirin. Merekalah yang telah benar-benar memerhatikan dan menolong dari dekat siapa saja yang datang ke tanah suci tersebut. Manusia-manusia mulia yang dengan uangnya selalu berusaha memenuhi kebutuhan mereka yang fakir, senantiasa membantu di manapun ada Muhajirin yang membutuhkan bantuan, hingga menjadi hamba-hamba beruntung yang diberi tugas layaknya kaum Ansar. Pada masa selanjutnya, para keturunan Fatih Sultan Mehmet yang melanjutkan ekspansi ke kawasan Balkan
disambut dengan hati terbuka oleh penduduk lokal. Allah yang telah menakdirkan para Ansar bagi Mehmet Akif7 dan Mustafa Sabri Efendi8 di Mesir, bagi Abdurrasyid Ibrahim9 di Jepang; begitu pula orang-orang Tatar di Kosturma, Emin seorang penjual teh di Kastamonu, dan Mehmet Ceylan di kota Emirdağ yang menjadi Ansar bagi Ustad Badiuzzaman Said Nursi, telah menjadi pelipur lara bagi kesedihan yang tergambar di wajah para “Muhajirin”nya. Sementara itu, begitu banyak ‘’Ansar’’ yang telah membuka kalbunya pada para relawan pendidikan yang berhijrah ke berbagai belahan geografi berbeda di dunia pada masa-masa sekarang ini, dan tidak berlebihan jika kita katakan bahwa kisah-kisah mereka takkan habis dicatat pada berlembar-lembar jilid buku, kebaikannya takkan pula bisa digambarkan dengan kata-kata. Penutup Masa ketika Para Sahabat hidup disebut sebagai Al-’Asr Al-Sa’adah karena masa itu dimuliakan oleh kehadiran insan paling indah, Beliau shallallahu alaihi wasallam yang semua keindahannya masih tersimpan di balik tirai dan akan terlihat hingga hari Kiamat kelak. Keutamaan Ansar dan persaudaraaan Ansar-Muhajirin telah dibahas dengan berbagai detailnya oleh para ulama sirah. Tak hanya tentang hal tersebut, tetapi tulisan ini ingin juga menekankan bagaimana agar bentuk persaudaraan seperti ini dapat pula diwujudkan dalam kehidupan sekarang. Pada masa ini dapat kita jumpai banyak orang berpindah ke negara lain, memulai kehidupan barunya dengan niat baik untuk meraih bagian penting dari hijrah. Jika kita lihat dari masa dahulu hingga sekarang, seseorang yang ditakdirkan meniatkan dirinya berhijrah akan pula dipertemukan dengan mereka yang menjadi Ansarnya. Dengan ayat: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan merekapun rida kepada Allah” (QS. Taubah: 100), Allah jalla jalalahu menyejajarkan Ansar dengan Muhajirin, dan membuka pintu-pintu kebaikan bagi kaum mukmin pada masa sekarang untuk meraih derajat Ansar setelah Muhajirnya. Ada yang bisa memberikan pekerjaan, memberi makanan, bahkan membuka pintu rumahnya bagi mereka yang berhijrah pada hari-hari pertamanya.
Hal lain y a n g membawa kesejukan hati adalah a d a n y a orang-orang dari dunia yang berbeda dengan kita, tetapi mampu mengikuti keindahan ini seolah menautkan ufuknya pada ayat “fi dînillahi afwâja” dengan berkata: “Kami punya rumah lebih dari satu, maka salah satunya bisa dipakai oleh mereka yang pindah ke sini.” Suatu ketika, ucapan pujian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengungkapkan keharuan melihat hidangan yang disiapkan oleh seorang Ansar adalah: “Ya Sa’d apakah belum cukup begitu banyak hal yang telah kau berikan!” Lalu Sayyidina Sa’d pun berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Bagi kami, apa yang kami berikan pada Anda, lebih menyenangkan dari pada apa yang masih tertinggal pada kami” ucapnya dan perkataannya ini akan selalu terngiang di telinga kaum Muslimin hingga hari Kiamat nanti, tertulis dalam tinta emas pada lembaran sejarah kita. Betapa bahagianya mereka yang berhijrah dan yang mampu menjadi seorang Ansar! Catatan Kaki: 1. Sifat mengutamakan dan memuliakan kepentingan orang lain, membantu bahkan saat dirinya sendiri butuh. 2. Perasaan cukup dan tidak menginginkan kekayaan orang lain, hatinya telah merasa penuh dan cukup sehingga tak lagi hasad atau iri dengan kepemilikan yang dipunyai oleh orang lain. 3. Harta rampasan dari suatu negeri yang didapatkan setelah memenangkan sebuah peperangan. 4. Jiran atau bertetangga. 5. Tetangga atau orang yang menyandingi seseorang. 6. Kata efendi di belakang nama seseorang menunjukkan penghormatan pada seseorang atau tokoh. 7. Mehmet Akif Ersoy adalah seorang penyair Islami, penulis teks lagu kebangsaan Turki Istiklal Marşı. 8. Mustafa Sabri Efendi adalah seorang syeikhul Islam, ulama pada masa akhir kesultanan Ustmani yang kemudian mengasingkan diri ke Mesir karena dilarang masuk ke Turki. Beliau wafat di Kairo pada 12 Maret 1954. 9. Seorang penjelajah, penulis dan pemikir Islam yang berhijrah hingga ke Jepang. Salah satu karyanya adalah buku Alem-i İslam. Referensi: • Ensiklopedia Islam TDV, Bab “Muahâat”. • Hatıralar, Ustaz Ali Ulvi Kurucu, İstanbul: Kaynak Yayınları, 2016.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
45
HIKMAH Baginda Perwira Indra Teja
AKU INGIN MENJADI MATA AIR 46
Mata Air
Oktober - Desember 2020
Artikel ini ditulis pada tanggal 19 Maret 2019, sebelas bulan sebelum penulis wafat dan diunggah di blog pribadi beliau #CeritaBaginda. Tulisan ini kami terbitkan untuk menghormati dedikasi dan kerja keras almarhum pada usaha pembentukan generasi mulia di negeri ini. Semoga jasa dan pengabdian beliau selama hidup menjadi amal jariyah dan menghadirkan banyak mata air bagi kehidupan masa depan bangsa ini.
A
ir adalah elemen utama sebagai indikasi adanya kehidupan. Tanpa adanya air maka dipastikan kita tidak akan pernah melihat yang namanya kehidupan. Tidak peduli seberapa banyak jumlah air itu ada, bahkan kubangan kumuh yang di dalamnya terdapat air yang keruh kadang mampu menjadi alasan bagi beberapa kehidupan untuk tetap berjalan. Apabila bumi ini dibentangkan, maka sudah dipastikan lautan yang akan menjadi pemenang, seolah menunjukkan betapa luasnya ia dibandingkan sang daratan. Tidak ada yang salah ketika lautan menjadi pemenangnya, karena ia sengaja diciptakan sebagai sumber kehidupan yang utama. Ya, apa jadinya ketika daratan cemburu dan menjadi dominan mengalahkan sang lautan, bisa jadi tanah-tanah akan mengering, mati, dan bagai tak bertuan. Suatu hari aku tersadar karena sebuah lamunan, hujan yang datang silih berganti telah membasahi daratan bumi. Hujan-hujan ini tidak akan datang dengan sendirinya apabila lautan tidak menginginkannya. Bukankah hujan datang setelah lautan mengalami pemuaian yang panjang? Benar. Hujan bukan berasal dari awan, tapi ia adalah benih-benih lautan yang rela datang bertemu awan. Hujan tidak akan turun serampangan, ia akan menunggu perintah dari Sang Malaikat yang baik hatinya, Mikail alaihi salam. “Turunlah, dan basahi bumi” kemudian dengan izin Sang Maha Pencipta ia akan turun perlahan berupa gerimis, membasahi setiap daratan yang kering dan gersang,
memberi kesegaran pada tumbuhan yang ingin tumbuh, dan menjadi telaga-telaga kecil untuk hewan-hewan dan semua makhluk yang ingin melepaskan dahagannya. Hujan tidak akan pernah puas jika ia hanya menjadi telaga-telaga yang kecil untuk pelepas dahaga. Karena kebaikan hatinya, ia kemudian dijelmakan menjadi sungai-sungai nan deras bahkan menjadi mata air di setiap daratan. Manusia, hewan, dan tumbuhan akan hidup karenanya. Mata air membawa harapan ketika padang pasir yang gersang menjanjikan kematian. Mata air zam-zam telah menjadi bukti bahwa Ibunda Siti Hajar dan Nabi Ismail ‘alaihi salam mampu bertahan. Darinya, lahirlah sosok mata air yang telah lama di rindukan. Mata air suci yang kemudian melahirkan sumber-sumber kehidupan yang siap mengemban tugas untuk terus mengalir membawa risalah kebaikan. Ialah Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. *** Aku pernah bertemu dengan orang-orang yang hadirnya bagai Sang Mata Air. Tidak peduli di manapun itu, ia akan tetap berjuang dan bertahan menjadi mata air untuk kehidupan manusia lainnya. Hadirnya adalah perjuangan, karena tidak semua orang mampu sepertinya. Entah hujan akan turun atau tidak, dengan tenaga yang masih dimilikinya ia akan terus mengalir memberikan senyuman kepada sesama. Hidupnya adalah menjadi seorang pelayan, bukan menjadi budak.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
47
Hidupnya adalah menjadi seorang pendidik, bukan penghardik. Dan hidupnya adalah untuk menjadi seorang relawan, bukan menjadi lawan. Aku penasaran dengan sosok manusiamanusia ini, karena satu alasan yang tidak masuk akal. Pengorbanan dirinya untuk memberikan kehidupan bagi orang lain layaknya seperti sang mata air. Mereka bukanlah dari kalangan yang jenius, tapi kegemaran mereka menyelesaikan setiap lembaran membuat akalnya tidak kalah dari sang intelektual. Mereka juga bukan dari orang-orang yang kuat, atau pemilik kekuatan super. Tapi, zikir dan doa menjadi perisai dan baju perangnya. Bahkan, mereka bukanlah seorang sosialita atau kaum yang bergelimang harta, tapi kebahagian seorang yatim dan miskin adalah hadiah terindah untuknya. Aku juga pernah melihat ketika salah satu dari mereka menjadi kering dan keruh, bahkan tidak setetes pun air yang dapat diharapkan darinya. Hujan tak kunjung datang untuk memberikan harapan kepadanya. Namun, aku melihat mata air lainnya datang untuk mengulurkan tangan. Memeluknya dan membisikkan “Kami ada di sini untuk membantumu, janganlah bersedih lagi saudaraku”. Mereka bukanlah dari rahim yang sama, ataupun darah daging yang serupa. Tapi, kedekatan hati dan visi telah menjadikan bingkai untuk cuplikan episode persahabatan mereka. *** Aku ingin menjadi seperti mata air. Hidup untuk memberikan kehidupan kepada orang
48
Mata Air
Oktober - Desember 2020
lain. Ketika menjadi mata air aku berharap setiap air yang mereka ambil adalah kifarat untuk timbanganku di yaumil mizan. Aku ingin menjadi seperti mata air agar Allah Subhanahu wa Ta’ala tersenyum kepadaku dengan keridaanNya. Aku ingin menjadi seperti mata air agar mendapatkan undangan untuk datang ke majelis agungnya, majelis Sang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memerintahkan Mikail untuk menurunkan hujan saat airku menjadi kering dan keruh. Hujan adalah hidayah yang kadang datang tanpa mengucapkan salam dan pergi tanpa mengucap selamat tinggal. Bagi hati yang selalu dibolak-balikan, semoga engkau tetap bertahan bersamaku untuk setiap keadaan.
Penulis adalah seorang tenaga keperawatan yang lahir di Painan, Pesisir Selatan, Sumbar 16 Desember 1993 dan wafat pada hari Kamis, 6 Februari 2020 di usia 27 tahun. Beliau adalah salah seorang inisiator kegiatan “Membaca Mata Air” di Aceh. Sepanjang hidupnya beliau mengabdikan dirinya bagi pengembangan potensi generasi muda dan mendampingi mereka dalam usaha perbaikan akhlak dan potensi diri di Aceh, Kudus, dan Pekanbaru.
TANYA-JAWAB
Bagaimana seharusnya kita memahami hadis: “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaknya mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak mampu juga, hendaknya mengubah dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemahnya iman”?
H
adis ini dapat kita temukan dalam riwayat Imam Bukhori, Imam Muslim, dan kitab-kitab hadis lainnya. Barangsiapa di antara kalian melihat sebuah kemungkaran yang oleh agama dianggap tidak baik, maka hendaknya menghalau dengan tangannya. Namun jika tidak sanggup melakukan hal itu dengan tangannya, yakni jika tidak sanggup menentang dengan tindakan, maka hendaknya dia menghalaunya dengan lisan melalui perkataan yang lembut, perdebatan yang sehat, maupun nasihat dan teguran yang baik, yaitu menolaknya dengan lisan. Lalu jika dia masih tidak mampu menolak kemungkaran itu dengan lisannya, maka hendaknya dia membenci perbuatan itu dalam hatinya. Dan sesungguhnya itu adalah selemah-lemahnya iman. Bayangkan, ada sebuah virus yang mencoba untuk menggerogoti kehidupan sosial kita. Sebuah virus yang menggerogoti kehidupan masyarakat, seperti perzinaan, penyalahgunaan narkotika, praktik riba, penipuan, dan juga penimbunan barang. Para musuh bangsa, jaringan kejahatan menghidupkan berbagai penyakit tersebut dengan penuh kehati-hatian dan kita mengetahui hal itu terjadi dengan mata kepala kita sendiri, bahwa masyarakat pasti akan terguncang dan akan tumbang olehnya. Sekiranya tidak ada kemungkinan untuk mengintervensi secara pribadi dengan tangan, maka mereka yang memiliki kesadaran rasa tanggung jawablah yang harus menghalau semua hal tersebut Mata Air
Oktober - Desember 2020
49
dengan lisannya, yakni dengan nasihat yang baik menjelaskan bahwa aktivitas riba adalah seperti virus yang menggerogoti kehidupan masyarakat, menjelaskan dan mengingatkan bahwa praktik zina adalah sebuah kanker mengerikan, seperti gangren agar semua orang merasa jijik, tak suka dan menjauhi hal-hal tersebut. Hal ini dilakukan dengan kata-kata yang manis, lisan yang lembut, dan sesuai dengan metode jiwa dakwah Al-Qur’an. Ketika Islam berkuasa, maka pihak yang berwenang dapat mengatur hal-hal semacam ini. Para tentara dan polisi ikut serta menghalau penyebaran kemungkaran-kemungkaran ini agar tidak menyebar di masyarakat. Ini semua merupakan bentuk intervensi dengan tangan atau tindakan. Dewasa ini, sebagaimana pencegahan kemungkaran tidak lagi diatur dengan cara t e r s e b u t , sayangnya tidak juga diberikan nasihat baik dalam takaran yang sebagaimana mestinya. Kini, jika ada yang berkata ‘’Jangan’’ kepada orang yang meminum arak di pasar seraya mengintervensinya dengan tangan, maka peminum itu mungkin akan membalas dengan cara melayangkan pukulan. Ini berarti intervensi dengan tangan pun memiliki waktu dan masanya sendiri. Ada pula bentuk intervensi dengan lisan untuk mengatasi hal seperti ini, di saat kita sudah tidak lagi dapat mengintervensi menggunakan tangan, yakni ketika negara tidak menganggap hal ini sebagai sebuah tugas dan kewajiban, sehingga negara tidak melakukan amar makruf nahi mungkar, tidak menitahkan dijalankannya perintah Allah, dan tidak pula mencegah apa saja yang dilarang-Nya. Terlebih jika mereka melegalkan berbagai virus yang menggerogoti kehidupan masyarakat ini, misalnya praktik perzinaan, penyebaran minuman keras, bahkan
praktik lintah darat pun dilakukan di bawah lindungan undang-undang, sementara kita tidak dapat mengintervensi semua kemungkaran ini menggunakan tangan, maka hal yang perlu kita lakukan adalah menghalau semua itu dengan lisan. Syukurlah, kini bisa dikatakan bahwa tidak ada masalah terkait hal ini di negara ini. Sekarang kita masih dapat dengan mudah berbicara dan menjelaskan kebenarannya. Namun di luar sana mungkin ada tempat atau negara yang bahkan menjelaskan hal ini pun tidak dapat dilakukan. Hal ini bisa terjadi di negara Islam ataupun negara selainnya. Jika berada pada tempat seperti ini, maka yang harus dilakukan adalah tidak bergaul dengan orang yang melakukan keburukan tersebut, kecuali dalam aktivitas yang berhubungan dengan tablig dan dakwah serta kewajiban kita adalah setidaknya m e r a s a k a n kepedihan di dalam hati atas apa yang mereka lakukan. Ini pun merupakan tingkatan terendah dari apa yang sebenarnya harus dilakukan. Sebaliknya, jika ketika kita tengah berada di sekitar orang yang melakukan keburukan semacam itu dan –Semoga Allah senantiasa melindungi kita– menganggapnya sebagai hal biasa saja, maka sikap ini termasuk tindakan mendiamkan. Misalnya ada seseorang yang tidak dapat menyelamatkan dirinya dari praktik zina. Pada saat dia terus menerus melakukan hal yang dilarang itu, orang-orang justru memandangnya biasa. Maka, tindakan mereka ini pun masuk dalam kategori tidak mengacuhkannya, dan keadaan semacam ini bisa jadi merupakan wasilah bagi diturunkannya azab bagi semua orang dari yang Mahakuasa. Dalam hal ini, ada hal khusus yang perlu kita perhatikan bersama. Misalnya ada sebuah
BERDAKWAH Tidak dengan kekerasan, tidak pula dengan bermuka masam, namun dengan memberikan pemahaman seraya menunjukkan keindahan-keindahan Islam.
50
Mata Air
Oktober - Desember 2020
komunitas melakukan dosa besar dan sebuah tindak asusila. Namun jika dalam komunitas itu terdapat sebuah kesadaran perasaan kolektif yang dinamis dan aktif, yang bisa menghalau dan menolak tindakan buruk tersebut, maka bala musibah yang mungkin datang dapat ditolak berkat aksi dan pemikiran yang bertindak sebagai penangkal tersebut, sehingga pada akhirnya komunitas itu pun bisa selamat. Namun jika dalam komunitas itu tidak ada kesadaran kolektif dinamis yang aktif seperti mobil pemadam kebakaran yang memadamkan kobaran api besar yang mampu mencegah keburukan, maka marabahaya bisa datang kapan dan dari mana saja. Oleh karenanya, tidak dapat diterima jika seorang Mukmin memiliki hubungan dengan pelaku kemungkaran ataupun bersepakat dengannya dalam sebuah komunitas masyarakat yang melakukan kemungkaran ini secara terbuka. Pada dasarnya, sebenarnya setiap Mukmin boleh berhubungan dengan siapa pun dalam kadar tententu, bahkan dengan orang yang melakukan tindak asusila sekali pun. Ia boleh memberikan perhatian kepadanya dengan niat untuk menyampaikan keindahan-keindahan yang ada pada Islam, berusaha untuk menyelamatkannya dari kubangan lumpur, tetapi semua ini tentunya haruslah murni diniatkan hanya karena Allah. Dengan niat semacam inilah, maka hubungan kita dengan mereka yang moralnya kurang baik tersebut akan menjadi sebuah ibadah. Karenanya, iman yang paling rendah adalah merasa tak setuju di dalam hati atas tindakan orangorang yang menjalankan perbuatan terlarang ini. Ya, kita akan membenci orang-orang yang tidak mencintai Allah, mereka yang menyepelekan aturan-Nya di semesta ini. Namun rasa benci ini haruslah demi Islam dan diatur sedemikian rupa agar prinsip-prinsip risalah yang ditawarkan tetap bisa diterima dengan tangan terbuka oleh lawan bicara. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘’Sebagaimana aku diperintahkan Allah untuk menjalankan hal-hal fardu, aku pun diperintahkan untuk memimpin manusia.’’ Yakni, sebagaimana Allah memerintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjalankan berbagai kewajiban, Ia juga memerintahkan Beliau
untuk memimpin umatnya, Beliau diperintahkan untuk mengelola dan menempatkan umatnya dalam pengaturan dan politik yang disyariatkan. Ya, tidak dengan kekerasan, tidak pula dengan bermuka masam, namun dengan memberikan pemahaman kepada orang-orang seperti itu seraya menunjukkan keindahan-keindahan Islam. Agar sebuah serum yang di dalamnya penuh dengan cahaya agama ini bisa disuntikkan, kita harus mendekati mereka dengan baik dan memastikan bahwa mereka dalam keadaan aman, sehingga penawaran dan pemikiran kita tidak dibalas dengan respon yang tidak diinginkan. Oleh karenanya, Allah Subhanahu wa taa’la berfirman kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihi salam, ‘’Berbicaralah kalian berdua kepada Firaun dengan kata-kata yang lembut...’’ (QS. Thaha [20]:44) Keduanya diharuskan untuk berkomunikasi dengan Firaun sembari menunjukkan wajah yang tidak masam demi menjelaskan hakikat dan kebenaran. Menjelaskannya agar ada makna dari penjelasan itu dan agar usaha yang diupayakan tidak menguap begitu saja. Kesimpulannya, hendaknya kita menemui setiap orang yang kita temui dengan niat untuk Allah, berbicara dengan mereka demi Allah, bertahan atas apa pun dalam rangka menjelaskan perintah-perintah di jalan-Nya demi Allah, serta menghadapi segalanya dengan tekat yang kuat. Namun kita juga perlu tahu kapan dan di mana harus membenci pun hanya karena Allah...
Mata Air
Oktober - Desember 2020
51
Sebagaimana Salamander, Dimungkinkan Adanya Peremajaan Tulang Rawan pada Manusia Manusia mungkin memang tidak dapat menumbuhkan kembali anggota badan yang telah teramputasi, namun studi terbaru menunjukkan bahwa tulang rawan yang rusak dapat kembali ditumbuhkan melalui proses yang serupa pada beberapa hewan seperti salamander dan ikan zebra. Para ilmuwan mengumpulkan 18 spesimen jaringan sendi dari pinggul, lutut, dan pergelangan kaki pasien yang tengah menjalani operasi. Mereka lalu menempatkan jaringan tersebut ke dalam spektrometer massa dan mengukur umur protein tulang rawan yang ada di dalam sampel. Analisis ini menunjukkan bahwa umur tulang rawan secara garis besar tergantung pada posisinya di dalam tubuh. Tulang rawan di pergelangan kaki berumur lebih muda, yang di lutut berumur pertengahan, sementara yang berada di pinggul berumur lebih tua. Korelasi antara umur tulang rawan manusia dan lokasi tempatnya berada di dalam tubuh mengesankan bahwa perbaikan anggota tubuh terjadi pada manusia dengan cara yang sama dengan hewan tertentu yang regenerasi jaringannya terjadi pada ujung terjauh badannya, seperti pada ujung kaki atau ekor. Penemuan ini juga membantu menjelaskan mengapa cedera pada lutut seseorang, khususnya pada pinggul, memerlukan waktu lama untuk penyembuhan dan seringkali berkembang menjadi radang sendi, sedangkan cedera pada pergelangan kaki sembuh lebih cepat dan tidak banyak yang berkembang menjadi radang sendi. Para peneliti selanjutnya mengidentifikasi molekul yang berperan penting dalam regulasi proses peremajaan wilayah khusus ini. Mereka disebut RNA-mikro. Tidak mengherankan bahwa molekul ini terdapat pada hewan yang diketahui memiliki perbaikan tingkat tinggi pada lengan, sirip, atau ekornya; yang termasuk hewan-hewan tersebut adalah salamander, ikan zebra, dan kadal. Para ilmuwan yakin bahwa regulator RNA-mikro bisa dimanfaatkan sebagai peremajaan pada proses penyusutan tulang rawan rematik untuk mengembalikan kondisi penderita radang sendi. Peremajaan sebagian atau keseluruhan lengan manusia yang cedera kemungkinan bisa dilakukan dengan menemukan komponen yang dimiliki salamander dan tidak dimiliki manusia. Pada akhirnya, hal ini bisa juga merupakan mekanisme mendasar terkait perbaikan yang dapat diaplikasikan pada banyak jaringan, tidak hanya pada tulang rawan saja, serta memungkinkan juga menjadi pembuka banyak jalan bagi pengobatan-pengobatan baru lainnya. Hsueh MF et al. Analysis of “old” proteins unmasks dynamic gradient of cartilage turnover in human limbs. Science Advances, October 2019.
Semesta ini Mungkin Memiliki Banyak Eksoplanet Menyerupai Bumi Bukti-bukti baru astrofisika dan geokimia mengesankan bahwa Bumi mungkin tidak hanya satu, dan bisa saja planet-planet menyerupai Bumi sangatlah banyak ada di semesta ini. Semua planet di Sistem Tata Surya kita mengelilingi Matahari. Planet yang mengitari bintang-bintang lain disebut sebagai eksoplanet. Eksoplanet pertama ditemukan pada awal tahun 1990. Sejak saat itu, ribuan eksoplanet mulai ditemukan dengan sekitar 4000 yang terkonfirmasi dan lebih dari 4495 lain menjadi kandidat yang siap untuk ditemukan. Telah ada banyak usaha besar untuk menyeleksi mana eksoplanet yang memiliki kelengkapan serupa dengan Bumi, sehingga memiliki kondisi dan syarat yang sesuai untuk dapat ditempati. Hal ini termasuk syarat bahwa planet tersebut memiliki kondisi berbatu yang tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, sehingga aliran air dapat ditemui di sana. Dalam proses pencarian eksoplanet yang mirip dengan Bumi, para astronom secara khusus mencari dunia yang mengorbit di sekitar kita, pada tipe bintang yang disebut sebagai Katai Merah (red dwarf) atau M-Katai (M-dwarf). Tipe bintang-bintang ini agak mirip dengan Matahari kita dan menyusun 70 % dari bintang di galaksi kita. Meski begitu, studi terbaru menunjukkan bahwa eksoplanet berbatu dalam orbit di sekitar tipe bintang yang berbeda, sebuah Katai Putih (white dwarf), sepertinya memiliki interior yang secara mencengangkan mirip dengan planet
52
Mata Air
Oktober - Desember 2020
KESEHATAN - ILMU PENGETAHUAN - TEKNOLOGI Bumi kita. Bintang Katai Putih adalah sisa padat dari bintang-bintang normal yang telah kehabisan bahan bakar nuklirnya. Bintang-bintang ini biasanya terdiri dari elemen cahaya seperti hidrogen dan helium, tetapi di beberapa kasus mereka mengekstrak elemen yang lebih berat seperti magnesium, besi, dan oksigen dalam atmosfer mereka karena gravitasinya yang cukup ekstrem. Elemen berat ini diperkirakan muncul saat eksoplanet berbatu menabrak bintang, yang memberi bukti bagi para astronom terkait bagaimana bentuk eksoplanet sebelum mereka dihancurkan. Dalam studi terbaru ini, para peneliti memerhatikan enam Katai Putih yang berlokasi pada 200-665 tahun cahaya dari Bumi dan batu dari planet-planet yang pernah mengitarinya. Analisis mereka menunjukkan bahwa lima dari enam Katai Putih yang menyedot fragmen (pecahan) dengan komposisi kimia serupa dengan bebatuan di planet Bumi, Venus, dan juga Mars. Ketika kondisi dan syarat yang sesuai untuk ditinggali tergantung pada banyaknya faktor tambahan, studi ini menunjuk pada gagasan banyaknya planet berbatu yang sangat familiar dengan kondisi komposisi umum mereka, dan karenanya, begitu pula pada struktur dan tingkah lakunya. Studi ini juga membuat lompatan besar ke depan guna membuat kesimpulan bagi benda-benda di luar Sistem Tata Surya kita. Ia juga mengindikasikan bahwa sangatlah memungkinkan adanya Bumi yang serupa di luar sana. Doyle AE et al. Oxygen fugacities of extrasolar rocks: Evidence for an Earth-like geochemistry of exoplanets. Science, October 2019.
Kehadiran Daun Artifisial Menuntun pada Penemuan Bahan Bakar Karbon Netral Berkelanjutan Saat ini telah dikembangkan produksi sebuah daun artifisial (buatan) yang dapat menjadi alternatif bahan bakar ‘’bersih’’ bagi bensin. Gas sintetis dapat diperoleh dari timah hitam (timbal) dengan hanya menggunakan cahaya matahari, karbon dioksida, dan juga air. Gas sintetis, yang juga disebut syngas, adalah secara khusus merupakan campuran dari karbon monooksida dan hidrogen. Ia diproduksi dalam jumlah besar dengan mengekspos bahan bakar fosil seperti batu bara atau gas alam menuju uap dan tekanan temperatur tinggi yang menghasilkan karbon dioksida. Syngas secara luas digunakan pada berbagai bidang, seperti bidang komoditi bahan bakar, plastik, dan pupuk. Ketika pemanfaatan bahan bakar fosil memungkinkan perkembangan industri skala besar dalam sejarah manusia, sebaliknya pembakaran fosil merupakan sumber terbesar emisi karbon dioksida, yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang paling berkontribusi bagi pemanasan global. Selama bertahun-tahun para ilmuwan telah mencoba menemukan cara terbaru produksi syngas untuk menutup lingkaran karbon global dan menumbuhkan industri kimia dan bahan bakar berkelanjutan. Dalam studi terbaru, para peneliti akhirnya mendapatkan inspirasi dari daun. Daun yang seperti sebuah mesin kecil sempurna ini menggunakan cahaya Matahari untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi bahan bakar bagi tumbuhan melalui proses fotosintesis. Daun buatan lalu didesain memiliki dua penyerap cahaya, mirip dengan molekul dalam tumbuhan yang memanen cahaya Matahari dan sebuah katalisator terbuat dari unsur alami melimpah yaitu kobalt. Ketika daun itu tenggelam dalam air, maka salah satu cahaya penyerapnya akan menggunakan katalisator untuk memproduksi oksigen, sedang yang lainnya akan menjalankan reaksi kimia untuk mereduksi karbon dioksida dan air menjadi karbon monooksida dan hidrogen, sehinga campuran syngas terbentuk. Para ilmuwan kini tengah mencari cara untuk menggunakan teknologi tersebut guna memproduksi cairan syngas berkelanjutan yang dapat menjadi bahan bakar alternatif. Meski upaya besar untuk menghasilkan sumber energi yang dapat diperbaharui tengah dibuat, namun perkembangan bensin sintetis sangatlah penting, sebagaimana listrik saat ini baru memenuhi sekitar 25 % dari total permintaan terhadap energi secara global. Terdapat permintaan besar bagi bahan bakar cair untuk menggerakkan transportasi berat, perkapalan, dan juga penerbangan secara berkelanjutan. Andrei V et al. Bias-free solar syngas production by integrating a molecular cobalt catalyst with perovskite–BiVO4 tandems. Nature Materials, October 2019.
Mata Air
Oktober - Desember 2020
53
@majalahmataair mataairmagazine @majalahmataair majalah mata air
Penerbit: PT Ufuk Baru
Pendiri dan Pemimpin Umum : Edfian Noerdin, S.E., M.M.
Penasihat Redaksi dan Penerbitan Dr. Ali Ünsal Dewan Penasihat : Abdul Kadir M. Baraja, Ir. Adam Ucu Ahmad Mukhlis Yusuf, Dr. Amany Lubis, Prof.Dr. Azyumardi Azra, Prof.Dr. Didik J. Rachbini, Prof.Dr. Emha Ainun Nadjib Fasli Jalal, Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Dr. Ilza Mayuni, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof.Dr. M. Luthfi Zuhdi, Dr. Suharyadi, Prof.Dr. Taufiq Ismail Pemimpin Manajemen Tegar Rezavie Ramadhan, S.K.M.
Pemimpin Redaksi Astri Katrini Alafta, S.S., M.Ed.
ATURAN PENULISAN Mata Air memublikasikan artikel-artikel yang mendorong penemuan ilmiah yang di dalamnya terdapat kontribusi bagi kemanusian; topik-topik ilmiah populer, budaya, dan spiritual yang memberikan pencerahan kepada pembaca dalam bahasa cinta dan santun, mendorong adanya dialog dan keharmonisan dalam masyarakat, mengedepankan perdamaian, nilai-nilai universal dan toleransi. Ulasan menggunakan bahasa bertutur apik, santun, dan sederhana tetapi mengena di hati pembacanya, mengangkat isu-isu baru dan kontemporer atau justru menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan yang sering diajukan tetapi menggunakan analisa mendalam, yang bersifat agamis dan ilmiah populer. Cantumkan judul, nama lengkap, dan atau nama pena penulis, alamat, nomor telepon, alamat e-mail, latar belakang pendidikan, universitas afiliasi serta publikasi lainnya jika ada. Artikel tidak lebih dari 1.200 – 1.500 kata (maksimum 4 halaman). Jika ada gambar atau foto yang berkaitan dengan artikel harus dikirimkan berikut catatan atau keterangan foto tersebut. Editor berhak untuk mengedit dan mengoreksi semua tulisan yang masuk ke redaksi dengan tetap mempertahankan inti dari artikel tersebut. Jika banyak terdapat inkonsistensi gaya atau cara penulisan, maka artikel tersebut akan dikembalikan kepada penulis untuk direvisi atau ditinjau lebih lanjut dan selanjutnya dapat diajukan kembali. Semua artikel yang telah masuk ke meja redaksi tidak akan dikembalikan. Semua tulisan yang masuk harus asli atau original dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun terkecuali jika ada kesepakatan khusus antara penulis dan redaksi. Sumber, kutipan dan catatan kaki harus sesuai dengan kaidah ilmiah. Majalah ini ditujukan untuk pembaca umum. Pendapat dan pandangan yang diungkapkan oleh kontributor majalah adalah pendapat dan pandangan mereka sendiri sebagai penulis, dan tidak selalu mengekspresikan sudut pandang MATA AIR, sehingga editor tidak bertanggung jawab atas pandangan tersebut. Semua atau sebagian artikel dan atau tulisan yang telah dipublikasikan pada majalah ini dapat dikutip dengan mencantumkan judul artikel, edisi, dan nama majalah secara lengkap sebagai sumber kutipan. Tulisan dapat dikirimkan ke : redaksi@majalahmataair.co.id
TETES AIR DARI PEMBACA Editor Abdullah Farid Masyruf Koresponden Amerika Hakan Yesilova Desain dan Penata Grafis Fredi Kurnianto Alamat Perusahaan PT UFUK BARU: Phillips New Building Lt. 2 Jl. Buncit Raya, Kav. 99-100, RT/RW 001/007 Kel. Pejaten Barat, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12510 Telp.: (+62 21) 747-180-39 E-mail: redaksi@majalahmataair.co.id info@majalahmataair.co.id Percetakan : PT Ghalia Indonesia Printing Isi di luar tanggung jawab percetakan Semua gambar, visual, dan desain dibuat oleh Majalah Mata Air
ISSN 2354-7235 © All rights reserved.
Para pembaca yang menginginkan tulisan, puisi, surat, maupun komentarnya dimuat di Majalah MATA AIR ataupun websitenya pada pojok “Tetes Air” dapat mengirimkannya langsung ke redaksi@majalahmataair.co.id atau ke website kami di: www.majalahmatair.co.id pada bagian “Kirim Artikel”.
BERLANGGANAN Harga Normal 1 Tahun (4 edisi) Rp 240.000
Harga langganan Rp. 200.000 (termasuk ongkir)
Nama Lengkap : ...................................................................................... Alamat : ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... Kode Pos : ...................................................................................... Telepon : ....................................................................................... Email : ....................................................................................... CARA PEMBAYARAN Transfer ke Bank Mandiri No Rekening : 070-00-2020212-8 Atas Nama : PT UFUK BARU
Anda dapat berlangganan Mata Air secara online di website :
www.majalahmataair.com
Secara kasat mata tampak garis berserakan Bagi yang mengerti tirai pun tersingkapkan Kalbu yang mati sekilas melihat lalu meninggalkan Terlebih, dianggapnya tak bermakna dan dipertanyakan
RP 60.000