Sapa Lensa
LEMBAGA PERS PELAJAR (LPP) OASIS SMA N 2 KENDAL Pelindung Kepala SMA N 2 Kendal Noor M. Abidun, S.Pd., M.Si. Penasihat Muslichin, S.S., M.Pd. Pembimbing Dwi Syaeful Mujab, S.Pd. Pembina Setia Naka Andrian Pemimpin Umum Yozerizal Alif Muhammad R. (XI.IPA 3) Pemimpin Redaksi Khoirur Rozaq (XI.IPS.1) Wakil Pemimpin Redaksi Dwi Fatmawati (XI.IPA.1) Redaktur Pelaksana Dian Prihartiningtyas (XI.IPA.1) Dewan Redaksi Maftukhatun Ni’mah (XII.IPA.1) Yudho Arhuma Binardy (XII.IPS.1) Akhdiyan Setiyorini (XII.IPA.2) Maria Ulfah (XII.IPA.3) Eva Rosanti (XII.IPA.2) Dwi Setiyowati (XII.IPA.3) Siti Roudlotul Jannah (XII.IPA.3) Koordinator Liputan Alia Sifa Ikrima (XI.IPS.1) Fotografer Yusuf Taufiqul Khafidz (XII.IPS.1) Firdya Putra Jehan (XII.IPS.3) Kartun Ghina Maymunah (XI.IPS.3)
Majalah Oasis adalah majalah yang dikelola
oleh Lembaga Pers Pelajar (LPP) Oasis SMA N 2 Kendal. Merupakan majalah sekolah yang berbasis remaja, mencatat segala sesuatu mengenai seputar dunia pendidikan, remaja, kesenian dan budaya, serta apa saja yang mengusik telinga dan memerahkan mata publik. Redaksi menerima kiriman karya berupa berita, opini, foto, gambar, anekdot, puisi, cerpen, cermin, cerbung, esai sastra/ budaya. Dapat dikirim melalui email: oasismajalahsmanda@ ymail.com. Alamat Redaksi Majalah Oasis SMA N 2 Kendal: Kelurahan Jetis, Kecamatan Kota Kendal, 51315, Telepon: (0294) 381028/ 383048.
2
Reporter
Latifatul Mukaromah (XI.IPA.1) Najmah Munawaroh (XI.IPA.2) Sinta Dwi Mudiarti (XI.IPA.3) Zadha Khairunnisa (XI.IPA.3) Deananda Okta Naura (XI.IPS.3) Akbar Prayogo (X.2) Dian Safika Nurjanah (X.2) Rizki Warianto (X.2) Ganjar Prasetyo (X.2) Ellis Choirurizqoh (X.3) Minhatul Izzah (X.4) Melia Monica (X.5) Nur Laila Saraswati (X.5) Bella Noviasari (X.6) Istidhatul Arzakiyah (X.6) Zahroti Ifadah (X.6) Lintang Timur Paramarta (X.7)
#9 Majalah SMA N 2 Kendal
Menu Oasis
3
Prestasi
Caca dan Paskibra
Masuk Seleksi Paskibra Provinsi dan Nasional
Nama Lengkap : Chandeni TTL : Kendal, 25 januari 1998 Alamat : Jalan Nakula RT 2 RW 3 Desa Purwokerto Patebon Hobi : Kuliner Minuman favorit : es buah Makanan favorit : rendang Cita-cita : polwan Iri rasanya, bagi para remaja perempuan bila melihat sosok Caca ini. Ya, bagaimana tidak, ia memiliki bakat luar biasa serta dengan dukungan fisik tentunya. Dari postur tubuh tinggi ideal yang sangat diinginkan banyak kaum remaja perempuan, wajah yang babyface manis dan cantik yang juga mungkin membuat remaja lelaki terpesona. Semua itu melekat pada diri caca saat ini karena karunia Tuhan. Dari semua itulah yang membuat Caca mengawali pengalamannya dengan mengikuti ekstra Paskibra. Karena kelebihan yang ada, Caca seakan memanfaatkan keadaan untuk menghasilkan prestasi dari dalam dirinya. Dara berkulit putih ini sudah banyak menyimpan pengalaman gemilang melalui paskibra. Semenjak SMP dan sampai SMA ini, tegangnya lapangan tanpa komedi sudah ia cicipi atmosfernya. Hingga sekarang dari situlah ia menimbun banyak ilmu pengalaman untuk beranjak berjuang msuk dlm Paskibra Kabupaten bahkan sampai masuk seleksi Paskibra Provinsi dan Nasional. Beginilah perjalanannya. Berawal dari latihan rutin, joging. Barangkali semua itu sangat berat tapi lambat laun menjadi kebiasaan. Latihannya bertambah dengan sit up dan pust up. Hal itu menyedihkan sampai ia merakan badan yang terasa berat. Marah, jengkel dan perasaan yang campur aduk. Ia sempat depresi tidak konsen untuk UKK dan kacau. Caca tidak bisa berpikir apa-apa, yang ada dalam benaknya cuma paski, paski, dan paski. Dan Caca mengalah pada waktu yang memaksa untuk mencoba konsen dipaski. Seleksinya tidak jauh beda dengan kabupaten, hanya saja memang lebih berat dan benar-benar diuji fisiknya untuk sebuah ketangguhan. Semangat, kerja keras dan doa tentunya. Caca melalui itu semua dengan keringat perjuangan. Bukan keringat untuk mencari sensasi. Dalam seleksi provinsi itu ia berhasil menuju seleksi berikutnya. Ia melanjutkan perjuan-
4
gannya untuk seleksi Paskibra Nasional Tiga minggu berlalu, ini awal ia menunjukan semua hasil latihan. Caca mendapat No. 27 berharap angka keberuntungan. Seleksi dimulai dengan tinggi, berat badan, dan tensi darah. Di sepanjang tes ia diamati oleh para juri. Dengan tak terduga pengumuman tes 1 diumumkan. Dan hasilnya ia lolos, aman. Tiba-tiba tes lari gelombang pertama dag dig dug rasanya, berada didepan barisan Caca tidak peduli dengan teman atau siapapun. Yang ada dalam benaknya saat itu ia harus bisa menyelesaikan 3 putaran. Yaps, ia brhasil menjdi nomor satu. Dan brhasl mencuri pandangan para juri. Hal yang membanggakan tentunya. Setelah itu sit up dan pust up, Caca mendapat 33 dan 40 kali. Hatinya bergumam, “Kurang Puas�. Untuk kesekian kalinya ia berhasil mencuri pandangan para juri. Mereka terpukau olehnya, tapi Caca tak besar kepala karena bagi ia itu bukan hal yang WOW. Lalu keesokan harinya tes pbb dan pengamatan fisik. Hari ini tiba saat pengumuman. Dan yaps, Caca berhasil untuk masuk paskab. Kemudian diumumkan akan ada mos di Pagearan dan juga akan ada seleksi untuk ke provinsi. Sangat berat, dan untuk kesekian kalinya Caca membiarkan waktu untuk menuntunnya sampai pada keberhasilan. Seleksi kali ini ia bersaing ketat untuk bisa menduduki posisi salah satu barisan itu. Awal yang mulus, ia berhasil masuk dalam barisan pleton. Namun, setelah melalui latihan dan seleksi-seleksi berikutnya ia dalam seleksi oleh juri untuk posisi pembawa baki ( pembawa bendera). Semangatnya tidak luntur sampai disitu saja, walaupun belum waktunya untuk masuk Paskibra Nasional bagaimanapun juga Caca telah membanggakan banyak nama. Dari Smanda, orangtuanya, dirinya dan pastinya msih banyak lagi. Ia tidak masuk Paskibra Nasional tetapi ia tetap masih berjuang dalam Paskibra Provinsi. Dan ini merupakan kebanggaan tersendiri untuk Caca dan pastinya untuk Smanda. (Ifadah)
DAFTAR SISWA SMA N 2 KENDAL YANG DITERIMA SMPTN 2014 Prestasi
5
Smanda Event
SMA N 2 KeNDAL Every Moments Here Just a Second to Remember and a Lifetime to Forget
Selamat dan sukses untuk alumni SMA Negeri 2 Kendal 2013/2014! ď Š Perang otak menundukkan soal-soal UN telah usai. Setelah menghitung hari dengan jantung berdenyut pilu, akhirnya pengumuman itu datang. Dengan jantung yang semakin bernyanyi gemuruh dan muka pias siswa kelas XII Smanda berbangga karena dinyatakan lulus 100% pada tanggal 20 Mei 2014 kemarin. Setelah menghidupi anak-anaknya untuk berjalan menyusuri jalan-jalan yang tak hanya berbatu tetapi juga berlubang, tanggal 22 Mei 2014 Smanda mewisuda anak-anaknya di Pendopo Kabupaten Kendal sebagai tanda bahwa anak-anaknya harus lekas terbang berjuang mendapatkan angkasa yang kemilau. Rasa haru dan bangga terus bermekaran dalam ingatan kami karena dapat tinggal dalam keluarga Smanda yang dengan besar hati menerima kami yang nakal dan usil, sekaligus membuat mata kami berawan karena sudah dilepas bebas untuk mencari angkasa kami, memijaknya dalam ribuan proses kehidupan hingga kami terseret oleh mimpi dan cita-cita yang menjadi nyata. Meskipun ada sedikit kegelisahan atas sebuah perpisahan tapi kami yakin, perpisahan ini adalah perpisahan kesuksesan yang akan terus membuntuti langkah-langkah kami: alumni SMA N 2 Kendal 2013/2014. Terima kasih atas perjuangan yang tak kenal lelah: Guru-guru kami tercinta, teman-teman seperjuangan, dan seluruh keluarga besar SMAN 2 Kendal. Jaya SMANDAku! Sampai jumpa dan Sukses Selalu! ď Š (Ni’mah & Dedew)
6
Renung
JODOH PASTI BERTEMU Oleh Dwi Setyowati
Aku masih termangu di bawah pohon waru yang menggugurkan bunga-bunga cokelatnya. Hanya duduk bersandar batang pohon yang dulu menaungi kita dari guyuran hujan atau dari terik matahari yang menyengat ubun-ubun. Daun berbentuk hati yang dulu sering kau pungut dari tanah kini mengering berserak di antara kaki-kakiku. Dulu kita selalu duduk di sini sehabis mencari keong di sawah, berbincang tentang esok hari. Hingga kau pergi karena ayahmu dipindahtugaskan ke kota lain. Memang benar kata orang, jodoh pasti bertemu. Kini aku bertemu kau di pelaminan sebagai tamu yang mengucap selamat atas pernikahanmu dan dia. Mei...Juli Maafkan aku, Mei, aku tak sesetia yang kau pikir. Aku tak ingin meninggalkanmu sendiri di pertigaan ini. Melihatmu meneteskan bulir yang tak ingin kulihat dari bulat matamu membuatku semakin pilu. Sudah, usap saja air mata itu. Aku tak akan kembali padamu. Aku sudah menawaituni diriku untuk meninggalkanmu. Untuk menjemput masa depanku: Juli. Aku mulai mencoba mencumbui Juli dan terus melupakanmu, Mei. Maaf, tapi aku harus terus memandang masa depan, namun kau tetap akan menjadi masa lalu yang selalumenorehkan rasa di jantungku. Malampanjang | Kamis, 29 Mei 2014 | 23:57 WIB
7
Renung
BETAPA PENTINGNYA MATAHARI Akhir-akhir ini aku mulai merenungkan tentang kita, apa kalian tahu?. Atas apa yang telah kita jalani sampai saat ini. Banyak ekspresi yang telah kita lewati. Kebahagiaan dan tangis menggema hari-hari di mana kita selalu bersama. Tidak jarang aku mengadukan itu pada alam ini. Baru kali ini aku menghargai orang-orang seperti kalian. Mengerti suasana hidup, tidak mengenal apa itu malu dan rasa tidak tahu diri. Dan yang lebih kurang ajarnya lagi, semua kita lakukan berkali-kali. Tidak ada intropeksi diri hanya menganggap sarapan pagi tanpa kebosanan untuk diulangi kembali. “Kapan kita bisa lengkap lagi? Aku sudah lama merindukan itu.” Desahan angin yang terus menerpa membuatku bertambah nyaman menyelesaikan malam minggu ini. Tidak perlu dipikir rumit. Besok hari minggu, aku tahu kita akan bersapa karena nongkrong di les matematika. “Kalian tahu, bukankah kita akan beranjak dewasa?” tanyaku pada L “Tentu saja, hmm... tidak terasa ya..” “Sekolah Menengah Atas, kita hanya 3 tahun disana. Cepat sekali, aku takut kita tidak akan ada waktu untuk bersama lagi. Karena lupa sudah punya kehidupan pribadi.” Hari-hari penuh komedi, jadi bertambah betah dengan kalian. Muka ini seakan awet muda dengan ucapan kalian tanpa dosa itu. Dulu mungkin aku sempat salah memilih seorang sahabat. Tetapi aku pikir tidak untuk tiga tahun ini. Padahal kapasitas kesopanan kalian itu masih menggantung. Mengapa aku tidak bisa terlena untuk tidak mengenal kalian lagi?. Kalian itu berbeda, dan aku suka keegoisan kalian yang begitu besar pada orang lain. Walau itu sering menyakitkan bila dipahami terlalu dalam. Banyak pengalaman yang kita ciptakan hingga akhirnya menjadi masa lalu juga. Tetapi indah bukan minggat bersama, senang bersama bahkan apa kalian masih ingat saat kelas IX SMP lalu? Kita sempat memenuhi uks sekolah karena sakitpun bersama-sama. Apa itu sebuah kebetulan? Apakah benar kita dipertemukan untuk sehati dan sejiwa? Persaingan hidup layaknya seorang remaja tidak jarang kita lalui. Seperti melihat mas-mas ganteng tak dikenalpun bisa menjadi trending topik hari ini. Berharap bisa smsan dengannya. Sebagai anggota tertua disini aku hanya bersifat dewasa saja, tidak perlu memperebutkan hal itu. Walau kadang rasa yang sama muncul, tetapi aku cukup sadar diri belum cukup umur. Nasihat yang sering aku lontarkan pada mereka tidak membuat jera. Masih saja menikmati itu sepantasnya pandangan anak usia +18 tahun. Dan sepertiya itu akan bertahan lama karena memang sudah menjadi watak dasar mereka. Yang suka salah tingkah karena rasa per-
8
caya diri yang melampaui ambang batas normal. Kebiasaan lama tidak bisa diobati. Di SMApun aku dan L melakukannya lagi. Terlambat ke sekolah untuk kesekian kalinya. Sebenarnya ini janji kita akan merubah kebiasaan buruk ini. Tetapi sepertinya belum bisa, memerlukan proses untuk mengakhirinya. Dan perubahan yang sekarang sudah bisa dilakukan adalah berhijab. Walau kata orang kita belum terlihat meyakinkan, setidaknya sudah ada kemauan, usaha dan niat untuk mewujudkannya tahun ini. Sepi kadang mengeliliku, punya kawan yang pandai stand up komedipun tidak menjamin bisa membuat tertawa terus dalam keadaan apapun. Satu dari keempat mereka sibuk dengan rumus-rumus materi sekolah. Dan yang ketiganya sedang bertobat sekaligus menjabat sebagai santri gadungan di pondok kampung mereka. Mengaku santri tetapi berniatan juga hanya mengamati pak ustadnya saja. Yang berparas ganteng, penuh karismatik, juga berkulit putih itu. Mereka telah memiliki jam tayang sendiri-sendiri. Tanpa perlu dicarikan job untuk mempersibuk diri. Dalam hal berprestasi kita juga bersaing ketat menjadi yang terbaik. Bahkan dalam memuja sang ketua osis baru dibelakang orangnya, perlu mempersiapkan gombalan yang berkualitas manjurnya agar menjadi yang terbaik pula menarik perhatian. Tetapi sayang kita hanya berani sebatas mencintai tidak lebih. Kegiatan tidak penting kadang ia pamerkan dihadapanku. Apa lagi saat mereka sedang gundah dengan pribadinya masing-masing. Membuatku bingung dengan apa yang harus aku lakukan. Jika dilansir dari kisah yang dulu-dulu, sepertinya hanya aku yang sering melampiaskan tangis lara didepan mereka. Mengucurkan air mata saat kita sedang bersama. Dan terakhir saat ulang tahunku november lalu. Aneh memang, sudah berkali-kali tetapi aku masih tidak peka. Mereka terlau hebat untuk bersandiwara. Dan mereka menunjukkan kasih sayangnya dengan mengejekku. Bukkannya dihibur tetapi mereka memojokkanku dengan suasana seperti itu. Akupun hanya pasrah saja karena suka dengan hal itu. Sore ini aku, A,L dan kedua sahabatku menikmati pasokan angin dari tuhan. Duduk beralaskan aspal di pinggir sungai dengan hamparan sawah memenuhi pandangan kita. Sunyi saat itu, kita masih berkenalan menjadi penikmat dan pengkonsumsi untuk bernafas agar tetap bertahan hidup. “Sepertinya aku sudah mulai bosan.” Ucapku memulai. Mungkin ia masih berdiskusi dengan angin yang
Renung
berbisik. Lama A diam mencerna dengan teliti. “Kenapa kamu tidak mencoba untuk berpaling saja.” “Aku sudah melakukan itu..” “Benarkah? Siapa dia?” Keadaan yang membuatku begini. Aku punya dua teman dari Maroko. Awalnya hanya ingin bertransaksi saja dalam berbahasa inggris, tetapi mereka menerima kehadiranku. Itu membuatku setiap malamnya tidak kesepian dan mencuri ilmu dari teman baru. “Dia tidak sama seperti kalian. Memang sulit mencari yang memiliki kelebihan seperti kalian.” Ucapku “Jangan mengujiku seperti orang bodoh, aku tahu maksudmu.” Sindirnya. “Hahaha... Kalian masih ingat dengan alunan ini ‘Masihkah kau ingat pertama bertemu aku masih cupu engkau masih lugu kisah masa lalu diriku dan dirimu.. Hingga saat ini engkau akan pergi tinggalkan diriku punya teman baru akupun cemburu.. Walau kau bau aku tak peduli kupasti rindu saat engkau pergi, satu yang perlu kau ingat akulah sahabatmu.. Tiada cerita seindah bersamamu kita lewati suka duka ini, satu yang perlu kau ingat engkaulah sahabatku..’ “Siapa yang akan melupannya, kitapun berawal dari lagu itu..” Ini bukan rencana awal kita. Malam dimana semua orang ingin melihat dan menikmati untuk dijadikan kenangan bersama orang-orang terkasih. Menggambarkan pengalaman baru yang akan terus diingat. Dengan berharap tidak ada yang menyakitkan. Tahun baru yang akan membuat semuanya serba baru jika memang ada niat ingin membuat perubahan. L galau karena minggu ini dia menjomblo, tidak ada yang bisa ia ajak menjadi penikmat tahun baru kali ini. Hingga akhirya pilihan jatuh pada kawannya. Inginnya menjadi saksi pergantian tahun lengkap dengan bersama-sama. Tetapi A terlalu dikhawatirkan ayahnya karena bisa pulang pagi. Aku, L, M, dan F pergi bersama berjalan kaki karena jalanan sudah tidak ada celah dan sulit dilewati. Kita mencari tempat yang senggang untuk diduduki. Setelah itu makan snack yang kita bawa didalam ransel. Mungkin tinggal hitungan menit. Kembang api sederhana masih ramai bersautan untuk permulaan. Hingga
9
waktu tinggal 5,4,3,2,dan 1 kita berdiri berangkulan. Mengamati warna warni mewah kembang api malam itu. Langit seakan bahagia ada cahaya yang menemaninya selain bintang dan bulan. “Aku ingin melihat sasuatu yang baru dari kalian setelah ini.” Ujarku menatap L “Tunggu saja tanggal mainnya” balas F masih dengan pandangan keatas langit. “Kenapa kamu begitu serius memperhatikan itu?” tanyaku “Mereka sangat indah dan menarik” jawabnya dengan tersenyum “Tetapi, aku tidak ingin seperti mereka...” “Memangnya kenapa? Itu unik bukan..” tanggapnya melihatku “Mereka memang sangat indah, keindahan itu juga dinikmati berjuta orang. Tetapi mereka hanya menghibur sekejab saja. Lalu menjadi abu dan menghilang entah kemana. Mereka juga menarik, bahkan menarik sekali. Diantara berjuta orang itu dirimu, kalian dan akupun sampai terpanggil agar menyaksikan dirinya diatas sana. Kamu juga sudah terpanah oleh bujuk rayu dan pesona yang mereka buat. Tetapi seindah dan semenariknya mereka itu hanya sementara. Dan bisa jadi dilupakan atau hanya sebagai kenangan. Mereka muncul kembali mengetes memori ingatan kita pada sebuah tradisi-tradisi tertentu saja. Itulah alasanku , aku tidak tertarik untuk menjadi mereka. Karena aku tidak ingin menjadi sahabat musiman yang datang pada waktu-waktu tertentu untuk kalian. Aku mau selalu ada untuk kalian kapanpun saat dibutuhkan.” Malam rabu yang menyadarkan dan memberi anugrah baru dengan cambukan agar bisa lebih baik lagi dan berguna pastinya. Malam ini telah usai dan lelah permisi masuk dalam hari baru untuk 2014. Tetapi aku ingat jika tugasku belum selesai sampai disini. Masih ada M yang membutuhkan bantuanku untuk diantar pulang. Pagi buta aku menyusuri tengah kampung yang sepi dan gelap itu. Akhirnya aku pulangkan M lalu kembali menuju tempat tinggalku. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 01.30 pagi, sebelum bertemu alam mimpiku aku mengupdate status terbaru. Lalu mencuci tangan dan kaki tak lupa gosok gigi segera menyapa alam bawah sadar di tempat tidurku untuk menyambut esok pagi untuk mengawali 1 Januari.***
Lensa
A U T A SEPED
PELEPASAN TINGKAT 10
Inspirasi
Berteater Itu
Bermain
Perasaan
Khoiri Abdillah, adalah salah seorang sutradara muda yang merintisperjalanan keteaterannya dengan menjerumuskan diridan terlibat dalam berbagai proses kreatif sanggar Teater Gema IKIP PGRI Semarang.Bergabung sejak tahun 2002 akhirnya membawa Adam atau Dillah -begitulah ia kerap disapa- untuk mendalami seni teater dan terjun menjadi sutradara pada tahun 2005 hingga sekarang. Salah satu pendiri dan juga sutradara Teater Nawiji Semarang kelahiran Demak, 19 September 1983 ini kini tinggal di Semarang, Jl. Merpati Dalam RT 02 RW IX No.3B. Pedurungan Tengah.
Sebagai seorang pelatih teater dan juga guru matematika di SMP Islam Terpadu Semarang, setidaknya Adam telah melahirkan beberapa karya, diantaranya adalah Pentas Monolog dengan judul “Topeng-topeng” Karya Rachman Sabur oleh Teater Gema IKIP PGRI Semarang 2006, Pentas teater dengan judul “Banyolan Politik” Karya Yoseph Muldiyana oleh teater Lintank SMA Ksatrian 2 Semarang 2007, serta lakon garapan perdananya dengan naskah “Rik” karya TB Kamalludin oleh teater Embun SMP N 20 Semarang 2007. Drama ini telah sukses disuguhkan 5 hingga 6 kali pementasan baik di SMP maupun SMA. Penghargaan yang pernah diraih diantaranya Anugerah Artistik Terbaik, Lighting Terbaik, dan Penyutradaraan terbaik pada Java On Stage Festival Theatre se-Jawa Bali di Jepara 2009 dengan naskah “Pelayan Menggugat” yg merupakan hasil adaptasi dari naskah berjudul “Les Bonnes” atau “The Maids” karya penulis Perancis yaitu Jean Genet. Naskah yang ditulis pada tahun 1947 ini diangkat berdasarkan sebuah kisah nyata pada tahun 1933 tentang kekejaman Chistine dan Lea
11
Papin, dua orang pelayan yang membunuh majikannya dengan sadis karena perlakuan majikannya yang terlalu mengeksploitasi mereka.Dengan gaya pertunjukan dance-theatre dan mime-theatre inilah sang sutradara bisa menyampaikan gagasan artistik sehingga didapat pola ucap yang lebih fresh dan inilah yang membawa Teater Nawiji sebagai Juara II dalam festival tersebut. Menurutnya untuk menjadi seorang sutradara tidak harus menjadi seorang aktor terlebih dulu, memang kebanyakan sutradara adalah hasil metamorfosis aktor teater yang telah siap dan matang menggarap projek.Sutradara itu bebas, bisa berpikir leluasa, dan dapat menularkan imajinasi lewat naskah yang digarap. Menjadi sutradara juga harus bisa menguasai semua situasi dalam berteater, bisa jadi aktor sekaligus, penata artistik, lighting, dan pastinya harus menguasai materi teater dengan segala simbol-simbolnya yang tersirat. “Berhati-hati serta teliti dalam menerjemahan simbol-simbol pada suatu naskah juga sangat dibutuhkan oleh seorang sutradara agar gagasan cerita yang ingin disampaikan tidak salah penafsiran dan tepat sasaran serta efisien bagi penonton,” imbuhnya.. “Berteater itu bermain perasaan, kalau kita udah dapat feel-nya pasti fill-nya juga akan mengikuti. Yang terpenting jangan pernah berhenti untuk berpikir kreatif, mencari inovasi, dan menggali kreasi. Sesuatu akan terasa mudah jika kita berpikir itu mudah. Karena menurut saya pementasan yang jos itu pementasan yang penggarapannya selalu inovatif dan bisa bikin penonton berkata Wow!” demikian pesan dan kesan sang sutradara yang masih disibukkan dengan project cerpen yang ingin ia adaptasi menjadi naskah drama.Salam! (Ni’mah & Akhdiyan Setiyorini)
Hasta dan Aku Arif Fitra Kurniawan
Cerpen Tamu
Orang-orang berjalan. Duduk. Berdiri. Bayangan mereka bergerak merambat layaknya sulur-sulur liar melilit panjang lorong menuju pasar ini demi menyusun kehidupan pada pukul dua dini hari. Kelopak mata kota yang dijangkiti insomnia masih terus ajeg menyala seolah sebuah keteledoran jika sampai lalai terkatup sedetik saja dalam mengawasi tiap gerakgerik manusia. Keriuhan dimulai di bawah langit yang tidak mempunyai pelik masalah masalalu. orang-orang berdesak-desakan menggelar terpal dan menyiapkan aneka dagangan, dan tak sadar, di atas sana bintangbintang menjelma binatang-binatang lucu yang menggantungkan dirinya seolah jemuran baju-baju yang mesti diangin-anginkan ibumu. Aku menyusur jalan sambil memikul karung terikat dipenuhi sayuran. Wortel. Sawi. Bayam. Kembang kol. Seledri. Terung. Daun bawang. Buncis. Kacang panjang. Bau segar aneka sayur yang dikirim dari daerah atas perbukitan Bandungan menggunakan mobilmobil pick up itu sudah bertahun-tahun meresap ke leherku, ke ketiakku, ke akar-akar rambutku. Dengan memikul secara terus-menerus karungkarung ini saban hari, aku bisa merasakan bagaimana berjenis-jenis panenan tumbuhan itu pernah berbenih, berkecambah, disebar, dipupuk. Bagaimana mereka dibuatkan lubang-lubang sebelum ditanam, diberikan jarak agar tidak berebut menghisap udara, dipindahkan dari pot-pot hitam dari plastik ke tanah, dialiri air irigasi atau disiram dengan tangan dan dijaga dari marabahaya hama. Aku mampu mendengarnya. Sayursayur yang sehat itu di tiap pagi yang kering mendesahkan suara lembab dan lembut ke daun telingaku: yang ditanam akan dipetik, jadi tumbuhlah terus. Kau bisa dengan ngawur mengatakan kalau aku manusia yang terlalu mudah dijebak imajinasi. Tapi jika kau jadi bahuku dan merasakan bagaimana sayur-sayur itu juga bernapas, kau akan paham dan menganggukkan kepala paling tidak dua kali. Satu kali untuk mengakui bahwa aku benar, satu lagi kau merasa takluk dengan pernyataan bahwa cuma ada batas yang amat tipis dan siap robek dari yang nyata dan yang fiksi. Aku memang bukan lelaki anak seorang petani—bahkan kepadamu tak tahu bagaimana merentangkan susunan nama bapak dan ibuku. Bukan lantaran buta huruf. Kau tahu 10 tahun terakhir ini pemerintah yang gigih telah cukup berhasil menjalankan program Bebas Tiga Buta-nya. Aku memang tidak pernah berkenalan dengan bau kapur dan papan tulis sebuah kelas, wajah-wajah bapak dan ibu guru,
12
kurikulum maupun susunan mata pelajaran. Tapi percayalah. aku lancar membaca dan menulis sesuai Ejaan Yang Disempurnakan. Kalau aku kesulitan menyebut nama kedua orang tua yang melahirkanku, persoalannya semata-mata terletak di-- “bagaimana kita menuliskan sesuatu yang benar-benar tak pernah kita dikenali sebelumnya?� Aku cuma sanggup menulis namaku. Nama yang kudapat dari dongeng lisan yang kemudian menempel begitu saja dari orang-orang sejak aku ditemukan merengek-rengek di balik lipatan kucal beberapa lembar koran. Sebuah dongeng yang pelan-pelan oleh palu waktu diketuk dan disahkan sebagai kenyataan. Kata mak War yang kali pertama menggendong tubuhku yang masih sedikit kotor berlumuran darah, aku nyaris tak selamat waktu itu. Bagi mata mak War yang mulai rabun, tubuh dan wajahku ungu pucat. Untung saja aku tidak digerogoti kemudian dijadikan kudapan anjing lapar yang sering masuk kawasan pasar pada malam hari. Dia bercerita, berjeda satu malam sebelum menemukanku, dia bermimpi melihat pohon mangga yang buah-buahnya bercahaya, rantingnya dihinggapi capung-capung berwarna-warni. Salah satu buahnya jatuh. Dalam mimpinya mak War sedang duduk di bawah pohon cahaya itu. Entah itu penanda atau apa, yang jelas malam itu seperti ada dorongan kuat bagi mak War untuk membelah keremangan yang menjaraki kios demi kios pasar. Menyaruk-nyarukkan sandal bakiaknya ke lantai dari tempat dia biasa tidur. Menyibakkan suara dan memilah suaraku diantara cericit tikus dan sesekali lirih suara wayang kulit yang mungkin sedang diputar dari sebuah radio transistor di lantai dua. Sehabis menemukanku, dengan tangan yang berdenyut-denyut aku direngkuhnya. Tubuhku yang amis segera dibersihkan di toilet umum yang terletak di ujung pasar. Orang-orang yang memang sehari-hari tidur di los-los pasar yang tutup, sontak terbangun. Mak War histeris melolong-lolong dengan muka masih basah terkena cipratan air dan liurku, : ini anak kita, ini anak kita ! *** Garis-garis putih zebra cross menghentikan sepasang kakiku yang dibungkus sepatu lapuk—alasnya yang bagian kiri mengelupas lantaran beberapa jahitan solnya koyak menyerah digerogoti oleh aspal dan paving trotoar. Sambil menegakkan badan aku sedikit melirik ke atas ke arah lampu rambu-rambu yang bersebelahan dengan kepalaku. Persis di atas itu ada sebuah kotak panjang
Cerpen Tamu penunjuk suhu, selain tulisan berbahan lampu-lampu kecil yang bergerak secara bergantian bertuliskan “ hormati sesama pengguna jalan, dan bawalah selalu suratsurat kelengkapan kendaraan anda”. 39 derajat celcius. Pantas saja panasnya mampu memanjati punggungku. Aku kadang berdecak kagum dalam hati, bagaimana teknologi memindahkan cara termometer demi mengukur suhu badan kota yang tak pernah merasakan nyeri dan demam ini. Aku menyeberang dengan telinga masih membawa sisa-sisa suara yang berputar otomatis dari pengeras suara yang sampai sekarang cara bekerjanya bagiku masih menjadi sebuah rahasia. Bunyi itu mengantarkanku ke seberang, di sana, lelaki kerempeng itu sudah menunggu. Aku mual melihat cara dia berkacak pinggang. Sebagian tubuhnya lengket menempel di tiang listrik seperti lintah yang kena setrum. Hasta. Ia laki-laki seumuranku. Kira-kira 23, 24 Tahun. Jadi aku pikir kau tidak akan jauh salah menebak ketika mengira-ngira bentuk kerangka tubuhku dengan membayangkan kerangka tubuhnya. Tapi hati-hati ya, ada beberapa penanda yang membedakan kami. Dia berambut keriting. Rambutku lurus. Kakinya lebih panjang beberapa centi dibanding kakiku. Itu barangkali yang membuatnya ukuran tubuhnya lebih proporsional. Aku pendek, bulat telur. Kalau berjalan terlihat seperti sedang menggelinding. Dia taktis, aku bertele-tele. Dia penghitung yang cermat, aku , tukang melamun (tapi ini aku sanggah, aku yakin aku sedang berpikir, meski orang-orang menyangkanya aku melamun). Persamaan kami adalah, menganggap tiap orang yang berdagang dan tidur di pasar ini adalah keluarga kami. Sudah lama Hasta yatim piatu sejak roda-roda truk dengan ganas melindas kemudian meninggalkan jasad orang tuanya terkapar, tewas seketika di sebuah tanjakan jalan. Aku tak tahu apakah kau mampu mengukur sedalam apa kesedihan anak kecil umur 6 tahun mendapati dirinya ditinggalkan begitu saja sendiri di dunia. Nasiblah yang kemudian mengantarkan Hasta ke hadapanku, ke hadapanmu. Meski tak kalah perih, tapi aku merasa tidak sesedih Hasta. Sebab aku tidak mempunyai bekasbekas, momentum tertentu yang ditinggalkan oleh kaki kenyataan. Sementara Hasta? Aku membayangkan kelebat Bapak dan Ibunya mengisi penuh lubang mata Hasta. Akan menjadi sesuatu yang trenyuh ketika ibu yang kau panggil tak pernah bisa menyahut panggilanmu lagi. “Kenapa lama sekali, Ubi rambat?” . Dia memanggilku Ubi. Aku memanggil dia Rebung. Aku tertawa. Kami berdua memang cocok jadi sepasang tanaman holtikultura di kebun. “ Bu Zaenab minta dibawakan ini dulu, kau tahu sendiri, seminggu ini suaminya meriang”. “0...”. Yang kami maksud dengan membawa adalah memikulkan sayur-sayur ini dari Pasar induk ke warung-warung di sekitar pasar yang menjual sayur secara eceran. Mereka lebih percaya kepada punggung kami daripada tukang ojeg ataupun para pengayuh becak. “Cepatlah sedikit, aku sudah tak sabar” “ Iya, rebung busuk!” Dia tertawa. Dagunya yang mendongak terlihat seperti pahatan keramik terkena cahaya lampu. Aku hapal perangai mahkluk satu ini jika sudah berkata “tidak sabar”. Cuma ada dua pilihan. Yang pertama adalah kami harus pergi segera ke angkringan yang menjual nasi kucing untuk makan, dan yang kedua dia sudah tak sabar untuk mengajakku bertaruh dalam berlari: siapa lebih dulu sampai ke perpustakaan. Doktrin dari tuan Hasta, yakni, makan adalah kebutuhan primer. Membaca buku adalah kebutuhan primer. Sementara membeli baju dan pacaran adalah kebutuhan tersier. Dan setelah bertahun-tahun mengenalnya, aku juga tersaruk-saruk tunduk oleh doktrin tersebut. Hasta menyeret tanganku setelah kuletakkan begitu saja karung itu di warung sayur Bu Bari, pelanggan bu Zaenab. Warungnya masih belum buka. Biasanya Warung-Warung kecil memang buka diatas jam enam pagi. Kami berjalan setengah berlari dan berlomba dengan bayangan sendiri yang dari arah belakang terus dibidik oleh sorotan tajam lampu-lampu merkuri. Asap dari sebuah dandang panas menyelubungi kedai reot di seberang sana. Antara kami dan asap itu dipisahkan kali. Kepala orang-orang yang berkerumun di sana jadi tak terlihat jelas. Seketika aku jadi tertular wabah lapar milik Hasta. Teh panas. Kopi panas. Nasi kucing.
13
Pisang goreng. Pangsit. Kelebat makanan dan minuman itu mengaduk-aduk tenggorokan dan lambungku. Tak susah barangkali menelusuri masa lalu kota ini. Kau bisa mendadak merasa ditulari kesedihan maupun kegembiraan sejarah kota ini dengan membuka arsiparsip yang tergeletak usang di perpustakaan daerah, atau dari tulisan –tulisan tentang tata kota dan tabiat penduduknya yang dianggit para antropolog. Dengan mudah kau bisa tahu bahwa konon bakal buah kota ini diberi nama Pragota. Dirawat oleh seorang Ki Pandan Arang. Maka abad-abad berikutnya setelah laut surut dan air lesap menjadi daratan, setelah ingatan orangorang tak ada lagi yang mampu menyebut kata venesie van java, gedung-gedung ditanam. Hotel-hotel menyebar seperti panu yang tak bisa dihilangkan meski sudah menghabiskan ratusan botol salep. Membelah diri ke sana kemari. Kau barangkali percaya jika di dekat pasar mBulu yang sekarang terus direnovasi itu pernah menjadi bandar pelabuhan tersohor di pesisir pulau Jawa. Kau barangkali juga tak akan sangsi jika seorang pelukis sebesar Raden Saleh lahir di sebuah kampung bernama Bustaman. Tapi kau tak akan percaya jika Hasta atau aku memberi tahumu bahwa seluruh kuliner kota ini mestinya berterima kasih kepada kedai angkringan pak Gik. Tapi sayang tak pernah ada yang mencatatnya, bahkan Wikipedia. Padahal aku yakin 70 persen perut milik orang-orang yang begadang berhutang budi kepada kedainya. Sisanya kafe-kafe , restoran , atau minimarket yang menyediakan mi instan dan biskuit hanya tempat yang menampung pelarian setelah apa-apa yang mereka cari di kedai pak Gik ludes. Durasi dari kedai itu tak pernah lebih dari empat jam. “Kamu mau makan apa?” Hasta menawarkan dirinya untuk memesan. aku duduk di tepi kali, melemparlempar kerikil. Senang di pagi buta bisa menebak kapan batu kecil itu jatuh ke air dan menciptakan bunyi “plung” “Teh panas, Nasi nya satu, sama pangsit saja” “Ayolah, makan yang banyak, tukang pikul butuh banyak makan” “Sudah itu saja cukup” aku merogoh-rogoh saku. Aku baru ingat belum menerima sisa upah dari Bu Zaenab. Tak berapa lama Hasta membawa nampan dengan banyak sekali makanan dan empat gelas minuman. Dua gelas teh panas. Dua gelas sisanya susu panas. “Hei, banyak sekali kamu pesan. Buat siapa saja?” “Diam sajalah, sekali-kali kita mesti minum susu” “Darimana dapat uang buat berfoya-foya macam ini? “Merampok ATM”, katanya sambil menyomot pisang goreng. Menelannya terburu-buru. di tertawa keras. Terbatuk-batuk. “Hari ini aku ulang tahun, aku traktir sampai perut kamu mbledosss, hahahaha, aku pecahkan celenganku” Pagi dini hari itu, di atas kali, Aku melihat wajah bahagia Hasta berkilau-kilauan di permukaan air. *** Aku ingat, Hastalah yang mengenalkanku pertama kali kepada susunan alfabet . Usiaku sekitar delapan atau sembilan tahun. Dan tak tahu bagaimana mengeja dan menulis kalimat ini budi, itu ibu budi. Mak War cuma mengajariku menata sayuran. Mengikat karung dengan simpul yang kuat. Selebihnya adalah pelajaran yang aku tadah dari keringat asinnya yang mengucur dari keningnya. Dari lehernya yang berkerut. Dari telinganya yang berlubang besar bekas ditanggalkan oleh perhiasan. Jika kau ingin hari ini makan, maka kau harus memikul. Sesederhana itu. “Kenapa, bebek dan anjing di gambar ini mengeluarkan gelembung?” Sambil menunjuk sebuah gambar aku bertanya kepada Hasta ketika suatu sore dia datang membawakan setumpuk buku dan majalah. Dia memandangku. Aku masih membolak-balik halaman demi halaman , bolak- balik menatap majalah ke raut muka Hasta. Dari muka hasta ke majalah, seperti papan karambol melempar koin bulat agar masuk ke lubang. Dia tidak tertawa. Bau bacin dari got yang seperti liukan ular-ular hitam menyeruak mengerumuni kami. Hasta berbicara sambil menutup hidung dengan kerah kaosnya. “ Itu bukan gelembung, si bebek dan si anjing sedang berbicara” “Bagaimana kamu tahu, kalau mereka sedang berbicara?”
Cerpen Tamu Hari-hari berikutnya Hasta menuntun mataku . Menuntun jari-jari tanganku. Setelah satu setengah bulan lebih Hasta mengajariku membaca dan menulis, aku tahu rahasia besar sengaja disimpan rapat oleh gelembung-gelembung itu. Rahasia paling jahiliyah, bahwa sebenarnya ada huruf B di kata Bebek. Ada huruf N di kata anjing. Hasta tersenyum. Aku tertawa-tawa mengetahui bahwa kota bebek mempunyai “seekor” walikota. Donal selalu sial. Angsa Lang ling lung tak pernah beres dengan penemuannya. Aku ceritakan kembali cerita gambar-gambar yang selalu berbatuk gelembung itu kepada mak War, dan mak War tertawa. Mak War menceritakan ceritaku tentang cerita bebek-bebek dan angsa yang memiliki seekor walikota itu kepada orang-orang yang sedang mengipas-ngipasi badan sambil menimbang kubis dan mereka juga ikut tertawa. Kali ini semua orang tertawa tanpa menutup hidung dengan kaos, diantara suara anak kecil yang merajuk ketika disuapi ibunya, diantara suara gaduh lagu dangdut kembang kempis keluar dari sebuah radio transistor. *** “Satu” , dia berteriak “dua!”, aku ikut berteriak “tiiii......” “ Ga!” Pada hitungan ketiga itulah kami serasa menjadi atlet lari rintangan. Menuruni tangga semen pasar lantai dua. Menerobos orang-orang yang berhimpit diantara dagangan. Melompati portal di samping masjid. Di perempatan toko kelontong biasanya kami berpencar. Berlari lebih kencang lagi, melewati jembatan Layang. Menyusur kampung-kampung dengan gang sempit. Bengkel sepeda. Jalan raya. Melintasi sebuah kelenteng. Dan akan bertemu lagi di halaman Perpustakaan Daerah dengan napas sesak dan jantung yang tak karuan. Hampir setiap hari, kecuali hari minggu dan hari libur nasional—sebab pada hari itu Perpustakaan tutup, aku dan Hasta punya ritual rutin. Entah sejak kapan kesepakatan ini ditanda tangani, bahwa kami akan berlomba untuk mencari siapa diantara kami lebih dulu sampai ke halaman perpustakaan dengan berlari. Dan aku selalu saja lebih lambat dari Hasta. Sekeras apapun aku berlatih berlari, struktur kakiku memang tidak diciptakan seperti kakinya yang menyerupai kaki rusa tersesat di kota. Ruangan perpustakaan ini mengenali kami dan kami mengenali betul warna putihnya yang tiap menjelang lebaran dilabur dengan cat yang baru. Jendela-jendela besarnya juga penjaganya yang silih berganti pensiun. Kami hapal betul dengan mimik-mimik wajah yang memenuhi meja dan kursinya. Yang mengisi buku tamu: yang tinggal dalam wadah data ingatan kami. Kami jadi menyerobot tugas lembaga survei yang dengan lancang memberitahukan kepada khalayak bahwa sebenarnya tidak ada sepuluh sampai lima belas orang pengunjung perpustakaan yang datang dan benar-benar membaca. Kau bisa memilih tiga pilihan yang kami buat sebagai alasan berkunjung: pertama, kau adalah mahasiswa tingkat akhir yang di sebuah perguruan tinggi yang sedemikian frustasi dikejar-kejar orangtua yang geram dan meradang agar lekas menyelesaikan skripsi. Kedua, kau karyawan sebuah perusahaan yang diharuskan membuat makalah demi kenaikan jabatan. Yang ketiga, kau mahkluk asing entah dari planet mana tiba-tiba merasa ingin tidur pulas dengan posisi duduk di ruangan AC tanpa suara berisik. *** Di lantai ruangan yang selama 10 jam dialiri hawa dingin penyejuk ruangan , di bawah salah satu rak inilah aku dan Hasta menghabiskan sisa putaran jam tubuh kami setelah tenaga kami benar-benar dikuras oleh pasar dan sayursayuran. Buku mahal. Dan tak mungkin seumur
14
hidup kami cuma membaca majalah Donald bebek. Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu Penggalan sajak itu terngiang-ngiang terus menguntit telingaku kemanapun kepalaku membawanya. Mengetuk-ngetuk menjelma tamu kenangan yang minta dibukakan pintu. Tamu yang aneh, sebab ketika seluruh diriku sudah membuka pintu dan mempersilahkan masuk, ia sengaja keluar dan mengetuk-ngetuk lagi. Sapardi Djoko Damono yang menulis, dalam bukunya hujan bulan juni yang terbit pada tahun 1985. Ternyata umur buku itu lebih tua dari umurku. Jadi aku mesti sopan dan memanggilnya kakak -buku Hujan Bulan Juni-. Aku menemukan buku itu tersebut di tengah rak perpustakaan yang membujur, dihimpit buku tebal Petualangan Tom Sawyer milik Mark Twain dan kumpulan cerita pendek karangan Edgar Allan Poe, yang, ah, aku lupa judul bukunya. Ketiga buku itu aku ambil sekaligus waktu itu. Dan dari ketiga buku itulah aku dan rasa penasaranku digiring pelan-pelan untuk mengenal lebih jauh tersesat di bacaan-bacaan yang lebih berat. Ternyata ada Octavio paz. Ada Yasunari Kawabata. Ada Allen Ginsberg. Nicannor Parra. Jorges Luis Borges. Ada Pablo Neruda. Haruki Murakami. Sylvia Plath. Barangkali kau juga tidak akan bisa menjawab ketika ditanya, kenapa menyukai buku-buku matematika, kenapa tidak menyukai buku pelajaran bahasa Indonesia? Sama seperti halnya aku yang seperti ini dan Hasta yang begitu hening ketika membaca buku-buku sejarah, buku-buku antropologi, buku-buku aritektur. Memandang wajahnya yang menunduk serius kau akan kehilangan ingatan bahwa ia tukang pikul karung sayur. Aku seperti anak kecil yang kekal dikerubungi kesenangan melihat mulut Hasta ketika dia begitu saja bercerita bagaimana semestinya sebuah rumah dirancang agar tahan gempa. Dia ceritakan tangan-tangan sakti milik orang-orang jaman dahulu yang membangun rumah dari kayu di atas batu-batu. Di Minang. Di Toraja, di Jawa. Di nyaris bentukan rumah-rumah adat suku di kepulauan Indonesia. Di iklim tropis, atap mesti memiliki kemiringan sebesar sekian derajat. Atap mesti melebar menjauhi dinding. Arsitektur vernakular, kata Hasta menambahkan. Tidak seperti rumah-rumah besar beratap beton yang sering kami lewati ketika berlarian menuju perpustakaan. Orang-orang tidak tahu bagaimana memperlakukan hujan. Tidak mampu menjalin komunikasi dengan cahaya matahari. Aku manggut-manggut saja ketika Hasta menerangkan banyak hal dengan runut seperti itu. Mungkin selama ini aku abai, dan baru merasa, masa depan dan segala bentuk pergerakan waktu kerap kali menelan korban. “Mm, kalau begitu, siapa menurutmu, tokoh arsitektur yang kamu anggap karyanya dikenang banyak orang dan membuatmu kagum?” Hasta diam. “Apakah yang merancang Menara Pisa? perancang Gedung Putih dan Pentagon? atau Gereja Notre Dame?” Yang terakhir aku sebut Gereja Notre Dame lantaran pernah secara bergantian dengan Hasta membaca buku The Hunchback Of Notre Dame Karangan Victor Hugo. Sering aku membayangkan bagaimana jika tiba-tiba aku begitu saja diberi kesempatan untuk masuk ke dalam cerita-cerita di dalam buku yang aku baca. Merasakan dengan kulit pucatku sendiri bagaimana kesedihan dan kedukaan bisa diatasi oleh tokoh-tokoh di dalamnya. Perasaan-perasaan itu seringkali menguasaiku. Kadang aku “berpikir”, bagaimana jika dalam buku Mark Twain si kecil Tom Sawyer aku gantikan, sementara Hasta menggantikan Huck. Aku penasaran harta karun apa yang akan didapat dua pemikul sayur macam kami. “ Siapa?” Sentakku sekali lagi. Mata hasta berputarputar. Kemudian mengerling. “Soekarno.” Jawabnya singkat. “Soekarno?” aku melongo. “Iya, soekarno, ” dia mulai ceriwis, “ apa kau tak ingat, di depan namanya ada huruf I dan huruf r. itu artinya Soekarno seorang Insiyur” “ dunia boleh saja mengenang nama Charles Edouard Jeanneret yang dijuluki Le Corbusier seperti kamu sebut tadi merancang Notre Dame. Boleh terperangah oleh generasi sesudahnya macam Philip Jhonson, Aldo Rossi,
Cerpen Tamu ataupun Zaha Hidad, tapi, siapa dari kita yang bisa menyangkal kalau putra bangsa yang satu itu jenius?” Aku mengela napas. Tak pernah mengendap di kepalaku bahwa gelar Ir itu punya pengaruh besar bagi Hasta. Yang aku tahu, bersama Mohammad hatta, Soekarno menandatangi naska proklamasi. Dan tanpa proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno dan Hatta kita tidak akan tahu bagaimana nasib bangsa ini. Aku cuma ingat secara asal Soekarno pernah berkobar mengucapkan, Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia. Pantas. Di dinding papan tempatnya tidur yang bersebelahan dengan tempat tidurku di pasar, dia memasang gambar Soekarno. Dengan peci hitam dan tongkat. Aku tahu kenapa Hasta menambahkan tulisan yang aku kira itu pemikiran Hasta sendiri: “Saya tidak yakin di kemudian hari akan menjadi pembangun rumah. Tujuan saya ialah untuk menjadi pembangun sebuah bangsa”, ternyata itu ujaran Soekarno. Ir Soekarno, maksudku. *** Mbak Munawaroh, Pak Giman, dan beberapa orang-orang tua duduk mengerubungi tubuh Hasta yang terbujur lemas. Anak-anak kecil bermain petak umpet diantara tumpukan buah melon yang belum ditimbangi. Biasanya jam-jam sore begini, anak-anak itu duduk rapi mengelilingi Hasta. Mereka menyebutnya sekolah-sekolahan. Hastalah guru ajaib mereka. Setiap sore kau akan mendapati aroma papan tulis kecil dari triplek tak terpakai dan kapur di gedung pasar induk lantai dua ini. Aroma napas anak-anak kecil yang tertatih-tatih membaca. Selain aroma got. Selain sisa aroma sayur buah-buahan. Tapi sudah empat hari ini pak guru ajaib tidak bisa dikelilingi oleh anak-anak dalam acara sekolah-sekolahan. Mak War terbungkuk-bungkuk membawakan teh hangat. Aku berjongkok memandang Hasta. Tak tega rasanya melihat si kaki rusa itu seperti sapi lumpuh. Pandanganya menyamping, redup menatapi Poster Bung Karno. “Sudah dikerokin dua kali, tapi kok masih saja muntah-muntah”, desah Mak War kepadaku. Suaranya seperti pita kaset yang rusak dimakan ngengat. Pak Giman memijat-mijat Hasta. “Aufff!” Kami semua kaget oleh jeritan Hasta. Tangan pak Giman melepaskan kaki Hasta. Ada bekas sayatan yang mengoreng di situ. “kalian tak usah cemas, nanti sakit ini ini juga sembuh sendiri, paling juga flu” Aku mengusap keningnya. Panas sekali. Janganjangan tetanus. Selama hidup bersama orang-orang ini, jarang sekali kami diberi penyakit yang anehaneh. Paling batuk berdahak, pilek, mencret. Penyakit khas orang-orang dibawah garis kemiskinan. *** “Leptospirosis”, Tiba-tiba nama penyakit yang ditinggalkan dokter setelah memeriksa kondisi Hasta itu membuat dadaku seperti dihantam potongan pondasi rumah. Limbung. Dengan patungan kami sengaja membawa Hasta ke rumah sakit. Ini sudah seminggu dia tidak bisa bangun semenjak ambruk. Aku pikir ada yang tidak beres. Pasti bukan penyakit flu. Dan ternyata benar. Hasta diserang penyakit yang tidak sesuai dengan tingkat ekonomi kami. Sebenarnya tidak masuk akal. Usia Hasta Masih 26. Sama-sama berusia muda, Soe Hoek Gie meninggal dunia ketika mendaki Gunung, Chairil meninggal setelah menyusuri pantai. Nama mereka dikenang sebagai orang-orang yang berkarakter kuat dan membuat perubahan drastis bagaimana memandang Indonesia. Di belahan dunia sana, Kurt Cobain meninggal dunia dengan menembak kepala sendiri dengan Pistol ketika lagu-lagu Nirvana “meracuni” telinga penghuni bumi. Sementara seorang Andreas Escobar, pemain muda sepakbola Ekuador itu mesti membirakan 28 kali peluru bertubi-tubi membuatkan rajah kematian di dadanya
15
setelah seseorang tidak terima Escobar melakukan sebuah gol bunuh diri. Pemerintah membuatkan patung untuk menghormatinya. Dan Hasta, tak masuk akal kalau mesti meninggal dunia akibat luka korengnya dikencingi tikus. Kau pikirkan sendiri, siapa yang akan bersedia menulis otobiografi seorang lelaki pemikul karung sayur yang meninggal dengan cara tidak elegan macam ini. Memang, bagaimanapun tidak bisa dipungkiri, kami, yang makan-mandi-tidur di dalam gedung pasar induk tidak pernah hidup secara higenis. Kecoa, limbah got, sampah, lalat, anjing liar, dan tikus sudah bertahun-tahun kami akrabi. “ Sebentar lagi aku akan mati kan?” Kata-katanya tenang, seperti tidak dibebani apapun. Seperti laut. Tempat ikan-ikan, udang, terumbu dan sejuta flora menyimpan hal-hal penting di kehidupan mereka. “Tidak akan ada yang mati hari ini”, kataku. Aku mengusap-usap rambutnya yang keriting. Membayangkan tangan ibu dan ayahnya membelai rambut dan mengelus lehernya. Angin rumah sakit menyusup, meremas-remas kulitku. Jendela terbuka sedikit. Dari celah itu aku melihat diriku sedang berlarian mencari jalur terdekat ke arah perpustakaan. Aku melihat wajah Hasta yang menghardikku ketika berisik membaca. Aku melihat diriku sedang disuapi mak War, dan berebut suapan dengan Hasta. Aku melihat Hasta begitu ceria mengajari anak-anak yang bertanya tentang angka-angka dalam perkalian. Aku melihat kami sedang melemparkan kerikil-kerikil ke kali di dekat kedai reot pak Gik. Aku melihat arsitektur kota bebek mengganti jalan-jalan, kampung-kampung, pertokoan, bengkel sepeda di kota ini. Kota bergerak seperti sebuah film animasi. Hasta tertidur. Efek sehabis disuntik barangkali. Mata yang sering berputar-putar itu kini sedang kehilangan porosnya. Di sini dengan mata menggelembung menahan sesuatu agar tidak jatuh aku masih berdiri memegang tangkai jendela, aku mencintaimu. itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu ... Setelah sejauh ini kau mengikutiku, jika aku minta turut mendoakan Hasta, apakah kau mau? (Semarang, Nopember 2013) catatan: mobil pick up: mobil dengan bak terbuka sandal bakiak: sandal terbuat dari kayu dan karet ban zebra cross: tempat penyeberangan bagi pejalan kaki angkringan : kedai dengan grobak yang menjual makanan dan minuman venesie van java : Venesianya jawa—sebutan semarang jaman kolonial, menurut orang-orang Belanda, kota ini mirip seperti Venesia, kota apung di italia. Leptospirosis: penyakit yang disebabkan bakteri leptospira, ditularkan ke tubuh manusia dari hewan, atau dari manusia ke hewan. hewan-hewan yang sering menularkan penyakit ini contohnya, kucing, anjing, tikus, kuda, babi. Penyakit ini menyebabkan penderita mengalami gangguan fungsi ginjal, fungsi hati, mata, selaput otak. Arif Fitra Kurniawan, mencintai dunia baca-tulis, menulis semenjak di sekolah dasar, menulis Puisi, Cerpen, Dongeng Anak. Sejumlah puisi pernah dimuat di media cetak dan cyber di antaranya Suara Merdeka, Jawa Pos, Jurnal Sajak, Buletin Sastra Pawon, Jurnal Tanggomo, Buletin Hysteria, kompas.com, fordisastra. com. Termaktub dalam beberapa anologi di antaranya; Sepuluh kelok di Mouseland, Tuah Tara No Ate, Beternak Penyair, Kutukan dari Rantau. Mengikuti TSI-4 Ternate, Ubud Writers and Readers Festival 2012, serta PPN VI Jambi. Aktif di komunitas Sastra LACIKATA Semarang.
CAKRA BUANA – WIJAYA KUSUMA
KEMBALI BERJAYA
Hey kawan siapa yang tidak tahu dengan CB-WK?? pastinya tahu kan?? Ambalan Pramuka SMA N 2 Kendal ini kembali Berjaya di tingkat provinsi. “Setelah beberapa tahun sempat redup namun kini Pramuka SMA N 2 Kendal kembali menjadi Macan “ ujar M. Faisal. Ini di buktikan oleh mereka peserta ROSCOMP VII yang diadakan di IKIP PGRI Semarang pada Sabtu-minggu, 15-16 Februari 2014 mampu menyabet 10 piala sekaligus. Prestasi Itu terdiri dari Juara 1 Pengibar Bendera Putra, Juara 2 Pengibar Bendera Putri, Juara 3 LCTP Putra, Juara 3 LCTP Putri, Juara 1 Macapat Putri, Juara 2 Survival & Mountanering Putri, Juara 2 Teknologi Tepat guna Putra, Juara 2 LKTI Putri dan menjadi sangga tergiat Putra dan Putri kedua. “Ini merupakan rekor yang sangat mengejutkan. Baru kali ini ROSCOMP menghasilkan 10 piala.” Ujar Pembina Lapangan. Hastin Andriyani peserta Lomba LKTI mengaku bahwa persiapan yang ia lakukan untuk presentasi makalahnya hanya satu malam, namun dengan modal nekat dan PD ia dapat menyelesaikannya dengan baik. Berbeda dengan para pengibar Bendera yang harus latihan sampai sore tiap 5 hari sekali untuk menyerasikan gerakan mereka dan ketepatan dengan lagu. “Kuncinya adalah kemauan dan kes-
16
Ekskul
eriusan” ujar Denis Pure Minesuta pelatih Pengibar Bendera. Tak lupa para official yang senantiasa membantu segala sesuatu untuk para peserta ROSCOMP sehingga dapat mencapai keberhasilan seperti sekarang. Mereka sangat bangga dan senang atas apa yang mereka capai. Dengan kerja keras, kerja sama, santai namun serius dan disertai doa mereka mampu mencapai keberhasilan. Karena bagi mereka itu adalah suatu ajang yang sangat bergengsi dan ditunggu setiap dua tahun sekali yang mampu mengangkat kembali nama CB-WK yang sempat redup dan dianggap sebelah mata. Pengorbanan dan latihan yang mereka lakukan selama satu bulan tidak sia-sia karena mampu menghasilkan prestasi dan tentunya megharumkan nama SMA N 2 Kendal dan CB-WK di tingkat Provinsi. Jadi kalau mereka bisa, kalian juga pasti bisa menggapai Prestasi untuk kalian dan untuk sekolah kita tercinta ini Ya SMA N 2 Kendal. Karya dan Prestasi kalian di tunggu lhoh Kawan. Salam Pramuka !!! (Najmah Munawaroh XI IPA 2)
Inspirasi
IYA’ SEKATA Katanya
Ting tung.. Woi..sesuatu yang mungkin dan sedang membaca tulisan nggak jelas made in otaku yang juga nggak jelas ini, sebelumnya saya ucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas kelebihan dalam penulisan ini dan saya ucapkan terimakasih yang sedikit-dikitnya atas kelemahan dalam tulisan ini juga. Kalian tau nggak kali ini aku mau nulis apa ? Etto.. sepertinya kalian nggak tau soalnya kan belum aku kasih tau, Ok ok..daripada kalian penasaran dan berakhir dengan unjuk rasa di depan rumahku..mungkin lebih baik jika aku memberitahu kalian siapa yang akan menjadi topik kita pada edisi kita kali ini. Oh ya..ini hanya wawancaranya saja jadi jangan kecewa ya, ‘Iya Sekata’ namanya, katanya. Ia adalah salah satu dari beberapa pengisi acara dalam acara festival teater yang diadakan di IKIP PGRI Semarang kemarin(26/5). Ia juga seorang aktivis juga loh... Kak Iya : “Kalian mau tanya apa ? Saya orangnya pendiam jadi nggak akan jawab kalau nggak kalian tanya. Aku juga nggak suka jawab panjang-panjang. Nah kalian mau tanya apa ?” Oasis : “Kalau boleh tau makna dari penampilan yang kakak tampilkan tadi apa ?” Kak Iya : “Tadi itu maksudnya kakak mau menceritakan tentang sifat-sifat manusia. Manusia itukan memiliki berbagai macam sifat seperti saat mereka marah, baik, jahat, pokoknya sifat-sifat yang melekat pada diri manusia yang kebetulan kakak bawakan melalui tarian tadi dengan beberapa topeng.” Oasis : “Tarian yang kakak bawakan tadi termasuk tarian modern, kah ? Soalnya tadi ada beberapa gerakan yang agak beda.” Kak Iya : “Tadi itu tari kontemporer, dek. Tari gabungan antara tari klasik dan tari modern. Gerakannya juga ada sedikit gerakan silatnya.” Oasis : “Kakak sudah berapa lama mulai menari ?” Kak Iya : “Sudah agak lama juga sih. Aku dari kecil sudah mulai nari. Waktu SMA aku juga ikut dancer. Sebenarnya dulu itu aku orangnya tomboy, sukanya berantem, tapi ibuku punya inisiatif masukin aku ke sanggar tari dan jadilah aku seperti ini. Aku juga ikut silat makanya tadi ada sedikit gerakan silatnya.” Oasis : “Tari yang pernah kakak bawakan tari apa saja, kak ?” Kak Iya : “Klasik, dancer, dan kontemporer.” Oasis : “Yang paling kakak suka saat kakak membwakan tari apa ? adakah tari yang sampai saat ini susah untuk kakak praktikkan ?” Kak Iya : “Aku paling suka nari kontemporer, gerakannya nggak terlalu maksa, bisa di improvisasi. Bedoyo itu yang paling susah sampai saat ini, gerakannya memang sederhana tapi pembawaannya harus pakai perasaan, nah susahnya di perasaan itu. Banyak penari yang bisa nari tapi hanya sedikit yang bisa menggunakan perasaannya saat menari.” Oasis : “Tadi penampilan yang kakak bawakan itu bersama temanteman kakak atau kelompok kakak ?” Kak Iya : “Itu kelompok. Namanya PMS3(Paguyuban Masyarakan Suka Seni Subah). Kakak kan dulu pas kuliah aktivis jadi pas lulus kuliah bingung mau ngapain jadi bikin paguyuban itu. Anggotanya
17
kakak ajak teman-teman yang bisa main musik atau mau belajar musik. Nanti belajar bareng.” Oasis : “Untuk membuat penampilan tadi, adakah kendalanya, kak ?” Kak Iya : “Ada, dek. Itu buat koreografinya aja mepet banget sama waktu tampilnya. Lagu selesai diciptakan langsung bikin koreonya.” Oasisi : “Adakah kendala yang paling menyulitkan ?” Kka Iya : “Yang paling menyulitkan..pas latihannya itu kan ada yang kesusahan mainin alat musiknya, waktu untuk latihan juga, soalnya setiap anggota memiliki profesi yang berbeda-beda, ada pelajar, buruh, guru, pegawai TU. Tapi semua kesulitan itu terbayar saat kita mendapat banyak tepuk tangan dari pra penonton. Di hati itu rasanya puas.” Oasis : “Selain tari tadi, yang pernah kakak tampilkan bersama teman-teman apa saja ?” Kak Iya : “Kita pernah main perkusi, teater, akustik juga. Kelompok kita juga sering tampil keliling RT setiap bulannya. Masyarakat juga bagus loh dek responnya. Ternyata musik yang tidak terlalu mereka kenal, seperti akustik, juga bisa membuat mereka senang.” Oasis : “Adakah rencana untuk kakak dan kelompok kakak ke depannya ?” Kak Iya : “Rencananya nanti tanggal 17 Agustus mau bikin Subah Festival(Pasar Subah). Nanti semua karya dari masyarakat Subah kita tampilkan dalam festival itu.” Oasis : “Untuk persiapannya ?” Kak Iya : “Untuk persiapannya sendiri, kita masih mengajukan proposalnya.” Oasis : “Harapan untuk ke depannya ?” Kak Iya : “Ingin menyebarluakan kesenian terutama tari di daerah tempat tinggalnya(Subah Batang). Terus ingin mengadakan acara besar yang meliputi kegiatan kesenian, mengajak seniman-seniman Batang untuk berkumpul dan berkarya serta menampilkan setiap karyanya.” Oasis : “Adakah harapan untuk para pemuda pada jaman sekarang ini ?” Kak Iya : “Inginnya semua perempuan itu harus diajari menari sejak kecil karena dari sana juga akan terbentuk suatu karakter tersendiri, Perempuan kalau bisa juga harus belajar silat untuk menjaga diri mereka sendiri, silat juga bisa dipadukan dalam gerakan tari juga.” Oasis : “Mungkin Cuma itu, kak. Terimakasih.” Kak Iya : “Ya, kalau mau mampir datang aja ke Liangan, Subah, Batang.” Nah..teman-teman yang aku sayangi..yang pokonya mumumumuaaacchhh.. (hih..alay) mungkin Cuma itu yang bisa aku ketikkan buat kalian maaf ya aku nggak bisa ngetik lebih panjang dari ini, selain otak yang nggak mau melahirkan kata-kata untuk membuat tulisan ini lebih berkesan juga karena tanganku yang sangggaaaaatttt aku sayangi ini sudah nggak kuat ngetik lagi Arigatou minna-san Oyasuminasai... (Akhdiyan Setiyorini CS)
Ayo Ngakak
LOLA OH LOLA Malam itu Lola dan adiknya, Lala, sedang makan malam bersama dirumah mereka setelah shalat isya’ bersama. “Kak..ada sms..” seru adikku. “Dari siapa, dik ?” “Nana, kak.” “Oh..isinya apa, dik ?” “Isinya ‘Lak, deadline pengiriman berkas lomba puisi lusa. Jangan lupa ya’ Cuma itu, kak.” “Heh ? Lusa ? Aku lupa... gimana ni, dik ?” REAKSI ADIKKU : BALASANKU: Segera kuambil makananku dan kubawa ke kamar. Kunyalakan laptopku dan dengan cepat memikirkan inspirasi yang tak kunjung datang. Gila !!! Disaat seperti ini T.T sayangnya REAKSIKU belum seperti ini :’( Terserahlah. Aku tidak peduli dengan hasil puisiku nanti. Yang penting puisinya jadi dan segera kukirimkan. “Lak, kamu ada kertas nggak kepakai apa nggak ?” kata Mama saat tiba-tiba datang “Mau dibuat apa, mah ?” “Buat gorengannya mama besok, koran mama sudah habis.” “Ada, mah. Tapi besok aja ya.” “Ya, makananmu jangan lupa dihaniskan, Lak.” Malam itu jam dinding menunjukkan pukul 12 malan dan tak sebuah kalimatpun nangkring di word ku T.T Aku mencoba berpikir beberapa saat dan..YAK..aku masih belum menemukan inspirasi. Entahlah, mungkin akan kubiarkan jari-jariku berjalan sendiri diatas keyboard yang selalu mereka injak. Kalau aku tau tanpa berpikir akan cepat menyelesaikan pekerjaanku mungkin ada baiknya jika aku tak pernah berpikir, walaupun pada kenyataannya aku memang tidak pernah berpikir. Segera setelah puisi itu jadi ku print out dan aku tinggal tidur. Entah mengapa rasanya baru saja aku tertidur suara adzan mulai terdengar. Aneh, apa ini isya ? pikirku dalam tiduku. Eh ? tapi isya’ kok dua kali ? masih berpikir
18
dala tidurku. Hih..isya’ kok dua kali sih !!! yang adzan nggak tau atau gimana sih !! kan harusnya subuh !! pikirku masih dalam tidur hingga suara adzan selesai. Eh ? Subuh ? Kyaaaa....ini subuh !! buka isya’ !! gimana sih !! Aku segera bangun dari tidurku untuk shalat dan saat kulewati meja kerjaku ternyata masih ada makananku. “MKANANNNNNKKKUUUU.... T.T” “Eh ? kertas puisiku mana ? bukannya sudah aku print out, ya ? Cari dulu ajalah.” Kucari kertas itu diatas meja namun tak kunjung bertemu juga. Apa mereka meninggalkan aku ? Bagaimana bisa mereka pergi tanpa pamit. Apa mereka tidak berpikir betapa susahnya aku melahirkan mereka ? hah ? hah ? jawab !!! kenapa !!! Ah, baiklah, nanti akan aku print out lagi. Eh ? tapi kertasku sudah habis.. Mungkin lomba puisi memang bukan jalanku. Mungkin sebaiknya aku pasrah. Mungkin..mungkin..ah..sudahlah T.T “Sudah bangun, Lak ?” kata Mama saat aku sampai dapur “Iya, Mah. Oh ya, mah, kertasnya jadi nggak ?” “Nggak usah, tadi Mama sudah ngambil kertas yang ada di atas meja kamu.” “Kertas di atas meja ?” “Iya.” “Kertas..kertas..kertas..jangan-jangan ?” Ah..apa mungkin itu kertsa puisiku ? Mama ? Kertasku ? Kertas Gorengan ? Arrggghhh !!! “Mah, lihat kertasnya, dung.” “Lihat aja, gorengannya jangan sampai jatuh ya..” “Kyaaa.... Mama !!!! Ini kertas puisikuuuu !!! Ah !! Mama !!! PUIIISSSIIIIKKKUUUUU !!!!” (Akhdiyan Setiyorini)
Youth Movement
Kemandirian Angin Takkan Pernah “Keok”
Ada apa sih di Bali? Barisan pura yang artistik, pariwisata yang anggun, kesegaran pantai, wewangian canang yang bertebaran di muka pura, dan tentunya seni dan budaya yang kental. Semua pasti akan menjadi kesan yang unforgettable bagi wisatawan yang pernah berkunjung ke sana. Nah di sini nih saatnya Oasis mau ngenalin kalian kepada salah satu sanggar seni dan budaya terkemuka di Bali, khususnya seni teater. Yuk jalan-jalan ke SMA Negeri 1 Denpasar! Salah satu peserta FDPN 2014 yang sukses masuk 5 nominasi penghargaan terbaik Festival Drama Pelajar Nasional 2014 di Universitas PGRI Semarang dengan lakon berjudul “Keok” ini adalah salah satu ekstrakurikuler yang paling eksis dan berprestasi di bawah naungan SMA N 1 Denpasar. Lahir sejak 8 Agustus 1963 dengan konsep awal sebagai sebuah kelompok Drama dan Sastra/ Jurnalistik, kemudian pada tahun 1983 ekstra Drama dan Sastra diubah dan memantabkan diri menjadi Sanggar Angin dan selanjutnya disapa Teater Angin. Dalam kiprahnya di dunia teater, Angin telah banyak menelurkan aktor-aktris hebat serta telah menggarap berbagai lakon dalam proses kemandiriandan salah satunya adalah lakon “Keok” karya Ibed Surganda Yugayang disuguhkan dengan memesona pada FDPN 2014 di Gedung Balairung Universitas PGRI Semarang, 19-26 Mei 2014. “Teater Angin itu gak punya pelatih, kita cuma mengandalkan kemandiriandari para anggota dan juga alumni, kalau latihan ya latihan sendiri dibantu sama alumni. Sekarang Teater Angin udah angkatan ke-50,alumni kami juga masih aktif dan peduli untuk menjunjung Angin agar terus berhembus,” jelas Kamillo, salah satu aktor dan alumnus Teater Angin angkatan ke-45. “Alasan kami tidak memiliki pelatih ya karena kami ingin Teater Angin itu selalu kreatif, selalu hidup, tidak tergan-
19
tung pada pelatihnya dan juga tidak bisa dimonopoli oleh si pelatih, kalau kita jalan sendiri itu artinya semua inovasi ada pada Angin sendiri bukan dari pelatih yang kadang hanya punya satu gaya khasnya yang kadang monoton, ya prinsipnya sih kemandirian dan kedisiplinan, dan sejak tahun 2000 Teater Angin juga merambah pada kegiatan musikalisasi puisi dan telah menghasilkan banyak prestasi,” tambah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di Universitas Udayana tersebut. Selain menjadi pioneer musikalisasi puisi tingkat sekolah di Bali dan telah melahirkan dua album dan sebuah antologi puisi “Jalan Angin”, Teater Angin juga rutin menyelenggarakan Malam Apresiasi Sastra, sebuah ajang tahunan dalamrangkameningkatkanminat, bakatdankreativitassiswa SMA/SMK-MA se-Bali dibidangsenidansastra. MalamApresiasiSastraTeaterAnginataukerap disebut MAS TA juga merupakanbentukeksistensiTeaterAnginSmansauntuk memberikan wadah kepada pecinta sastra dan teater agar terus berkreativitas. Berbagai prestasi dalam beragam laga pun terus menghembuskan tahta Angin sebagai juara, diantaranya adalah Juara Umum FDPN IKIP PGRI Semarang 2008, Juara 1 PementasanTerbaik Equilibrium Theatre Competition 2009, Juara 2 AktorTerbaik Equilibrium Theatre Competition 2010, Juara 1 Lomba Baca PuisiBahasa Indonesia IKIP PGRI Bali 2012, Juara 1 LombaMusikalisasiPuisi BEM UniversitasUdayana, dan masih banyak lagi serta berhasil menyabet kategori Aktris Pendukung Terbaik pada Festival Drama Pelajar Nasional 2014 di Universitas PGRI Semarang dalam lakon “Keok” yang menceritakan sebuah tradisi tajien atau sabung ayam di Bali yang disalahgunakan oleh masyarakat modern sebagai ajang judi dankini menjadi masalah serius di Pulau Dewata tersebut. (Ni’mah)
SENANDUNG JIWA YANG HILANG M NURUL IHZA M
Marwah menatap Aly prihatin. Bocah 7 tahun itu sudah tiga kali terbangun malam ini. Keringat bercucuran membasahi tubuh dan wajahnya. Bajunya nampak kuyup. Diantara tubuhtubuh yang pulas tertidur di bangunan sekolah al-Fakhura itu, tubuh Aly yang terduduk sambil menatap nyalang ke seluruh ruangan nampak mencolok. Menurut perhitungan Marwah, ini sudah kali yang ke tiga malam ini. Dan tetap tak ada suara yang keluar dari mulut bocah itu. Marwah mendekati tempat Aly berbaring. Sungkan rasanya meloncati beberapa tubuh yang sedang nyenyak. Tapi, perempuan itu tak tega melihat Aly harus berkali-kali melawan ketakutannya sendirian. Sejak bocah itu datang dalam gelombang pengungsian ke kamp pengungsi Jabaliya ini tiga hari lalu, Marwah telah ‘jatuh cinta’ padanya. Bocah itu menyedot seluruh perhatian Marwah. Jika teman-temannya sibuk mengerjakan tugas menggambar yang di berikan Marwah--sebagai terapi bagi mereka agar dapat sedikit melupakan ketakutannya--maka Aly akan duduk berjongkok di pojok ruangan. Menyendiri sambil sesekali tersenyum. Marwah kadang penasaran mengikuti arah pandang Aly saat bocah itu tiba-tiba tersenyum. Namun dia selalu gagal menemukan lawan ’senyum’ sang bocah. Dan hal ini membuat Marwah menempatkan Aly di peringkat pertama ‘pasien’nya. Tempat tidur para pengungsi tidak lebih dari selembar matras beralaskan selimut. Begitu pula alas tidur Aly. Pelan Marwah berlutut di samping bocah itu. Takut membangunkan bocah lain di sebelah Aly. Mata bulat bocah itu manatapnya, paling tidak nampak seperti menatap, dan Marwah tersenyum. Berharap kedatangannya tidak menakutkan Aly. Tapi wajah bocah itu tetap datar. Tanpa ekspresi. Satu-satunya ekspresi yang dikeluarkan Aly adalah saat terbangun mendadak tiap malam. Ekspresi kengerian. “Mimpi buruk sobat..?” bisik Marwah. Dia tahu Aly tidak akan menjawabnya. Beberapa orang tetangga Aly yang membawa turut bocah itu ke pengungsian ini mengatakan, dulu Aly adalah anak yang normal dan selalu ramah. Ia menjadi berubah seperti sekarang ini semenjak sebuah roket meledak hanya lima meter darinya tubuhnya. Ayahnya, meninggal dunia sesaat setelah roket itu meledak. Tepat disisi tubuhnya. Sejak saat itu, suara Aly seperti turut terbawa malaikat maut. Bocah itu tak pernah lagi berbicara. “Apa boleh aku menemanimu?” bisik Marwah lagi. Tangannya mengusap beberapa butir keringat yang masih mengembun di pelipis Aly. Saat itu ia menyadari bahwa alas tidur Aly basah kuyup. Bocah itu ngompol. “Ayo sobat. Kita ganti bajumu yah?” Marwah menggamit Aly agar bangun, lalu menuntunnya kearah susunan lemari yang berjajar-jajar di sebelah kanan ruangan. Terseok-seok bocah itu berjalan melangkahi beberapa tubuh yang tidur berjajar. Mar-
20
Cerpen
wah bergegas membuka laci yang berisi baju-baju anak sumbangan dari para dermawan. Dipilihnya yang paling sesuai dengan ukuran tubuh bocah itu. Segera setelah membantunya mengenakan baju tersebut, yang ternyata sedikit kebesaran (Tapi lumayan dari pada ia harus berkubang dalam air kencingnya sendiri seperti tadi), wanita itu menatap Aly lagi. “Nah, apakah kau masih ingin tidur ?” tanya Marwah setelah selesai membereskan baju Aly yang terkena ompol. “Baiklah, tapi saranku, sebaiknya kau tidur bersamaku di sana. Karena tempatmu pasti tidak enak di tiduri sekarang.” Tanpa menunggu jawaban Aly, karena ia tahu itu sia-sia, Marwah lalu menuntun bocah itu mendekati matras miliknya. *** Hatiku sering tergetar saat mendengar suara pesawat Israel menderu-deru dilangit. Jujur, aku sedikit takut. Eh, tidak sedikit sih. Mungkin lebih banyak. Setiap kali pesawat-pesawat itu melintas dengan suaranya yang seperti gemuruh petir, beberapa saat kemudian, pasti terdengar dentuman yang besar. Duaarrr…!!! Begitu bunyinya. Aku sering kaget hingga terlonjak. Dan, berada dimanapun kami saat terdengar deru pesawat dan dentuman itu, kami pasti akan tiarap. Bersatu dengan tanah, jalan raya, sudut dinding rumah, atau apa saja. Kata ayah, yang mengajari aku untuk tiarap, posisi itu aman bagi kami. Jika ada peluru, mortir atau pecahan roket yang terbang, kami pasti bisa lolos dan selamat. Dan aku selalu mematuhi kata-kata ayahku. Karena saat ini, hanya dia yang aku punya. Walaupun aku sering terbatuk-batuk jika ada sedikit tanah atau debu yang tidak sengaja terhisap saat aku bernafas dalam keadaan tiarap begitu. Tidak pagi, siang, ataupun malam, tentara Israel sepertinya melakukan hal mengerikan itu kapan saja mereka suka. Mungkin bagi mereka kami hanyalah seperti segerombolan kelinci. Jika kami lari kocar-kacir terbirit-birit ketakutan, maka mereka tertawa terbahakbahak melihatnya. Aku sering bertanya-tanya pada diriku sendiri. Mengapa pasukan Israel nampak senang menjatuhkan berbagai macam benda-benda yang selalu berdentum hebat saat mencium bumi kami ini. Tidak saja melalui pesawat yang menderu-deru diatas rumah-rumah kami namun juga kendaraan super besarnya (kata ayah bernama tank), yang juga sering melontarkan benda-benda pembawa maut itu. Nampaknya orang-orang Israel itu benar-benar ingin membuat kami semua pergi dari tanah ini. Apa salah kami? Bukankah kami tak pernah melakukan hal buruk seperti yang mereka lakukan pada kami? Aku mulai frustasi pada kenyataan itu dan belajar membencinya. Puncak kebencianku terjadi sore itu, saat aku sedang menemani ayah bekerja—ayah bekerja sebagai tukang potong rambut—di belahan timur kota Gaza, deru-deru dilangit itu terdengar lagi. Kali ini aku marah. Maka aku berlari ke jalan disaat semua orang sedang berusaha untuk berlindung dan tiarap. “Pergi kalian…!!” pekikku keras kepada langit. Aku lihat ayahku nampak kaget dan mulai berseru-seru memanggilku. Tapi aku makin marah pada pesawat-pe-
Cerpen sawat yang terus saja terbang berputar-putar rendah. Dia yang selalu menciptakan ketakutan pada kami. Aku bosan tiarap dalam ketakutan. Aku ngeri selalu melihat darah berceceran. Aku sedih melihat kematian berdentam-dentam. Dan sumbernya adalah pesawat pembunuh itu. Dia harus pergi..!! “Aly..!! kemari nak‌!!!â€? pekik ayahku saat mengejar. Aku terengah-engah. Menoleh pada ayah yang berlari mendekat. Mataku menangkap sesuatu seperti kilatan cahaya. Malaikat kah? Pikirku takjub. Atau petir? Waktuku seperti membeku. Otakku merekam semua kejadian yang terjadi selanjutnya tanpa meluputkan satu adeganpun. Kilatan cahaya itu melayang membelah udara dingin sore itu. Anggun sekali. Aku terpesona. *** Marwah menatap haru wajah antusias bocah-bocah itu. Dongeng yang sedang di bawakan oleh akhi Syaif membius mereka. Sejenak mereka lupa pada rentetan senapan, hujan misil dan roket, senandung tangis dan jeritan pilu di sekeliling. Akhi Syaif membawa sejuknya pepohonan di rimba, menghadirkan gemericik air sungai, lenguhan hewan berkaki empat yang sedang merumput di padang, serta kicau burung di pucuk-pucuk pohon melalui lidahnya. Lelaki itu sudah begitu fasihnya melantunkan berbagai macam kisah dan syair indah bagi anak-anak di pengungsian. Menjadi sukarelawan selama beberapa tahun di negri ini, membuat kami memahami apa yang dibutuhkan oleh jiwajiwa tanpa dosa itu. Itulah mengapa metode dongeng sering sekali kami pakai di kampkamp pengungsian yang didirikan UNRWA. Mata Marwah mencari-cari diantara puluhan bocah yang duduk khusyuk. Tapi, seperti dugaannya, sosok Aly tidak nampak diantara mereka. Tadi ia begitu sibuk membimbing anak-anak yang lebih besar untuk menggambar. Sehingga sejenak sosok Aly terlupa olehnya. Debar di dada Marwah memaksanya berdiri bergegas lantas menyapukan pandangan ke arah puluhan bangunan tenda di sekitar sekolah itu. Sosok mungil Aly tak juga di temukannya. Marwah melongok ke dalam bangunan sekolah. Ke sudut favorit tempat Aly biasa duduk berjam-jam lamanya. Benar saja. Bocah itu berada di sana. Duduk dengan tentram sambil sesekali tersenyum kepada ‘sosok’ yang tak ada. Rasa bersalah mendera wanita itu. Perlahan Marwah mendekat. Diskusi singkat dengan dokter dari rumah sakit AlSyifa kota Gaza kemarin terngiang. Butuh kesabaran panjang untuk memulihkan kondisi kejiwaan Aly. Gejala-gejala yang di tampakkannya menunjukkan kerusakan parah pada otak bocah itu. Sayangnya rumah sakit sekarang belum memiliki tenaga ahli yang dibutuhkan untuk menyembuhkannya. Aly seperti tak menyadari kehadiran Marwah. Sibuk dengan dunia yang hanya miliknya saja. Dan itu cukup membuat hati Marwah semakin patah. Di angkatnya tubuh mungil itu pelan, lalu di dekapnya sepenuh perasaan. Jika
21
dapat, ingin rasanya ia mengambil sedikit penderitaan yang dialami jiwa Aly. Atau kenangan mengerikan yang direkam mata polos itu, atau tragedi apapun yang membuat diri bocah itu merasa tak pantas lagi untuk mengeluarkan celotehan kanakkanaknya. Dan menyimpan semua kepedihannya sendiri. Mata Marwah mulai meneteskan butiran-butiran panas yang getir. Memahami bahwa beban apapun yang di tanggung bocah itu sangat tidak pantas bagi usianya. Jiwa kanakkanaknya goncang. Tubuh Aly seperti boneka dalam rengkuhan Marwah. Masih diam dan tersenyum pada satu arah, tapi kali ini matanya merebak. *** Kilatan cahaya itu membentur jalanan. Dekat sekali dengan tubuh ayah yang sedang mengejarku. Amat dekat. Selanjutnya percik bunga api berubah menjadi balon panas berwarna merah yang terpompa dengan secepat kilat. Mengangkat tubuh ayah dan batu-batuan ke langit. Juga menciptakan lubang yang menganga di jalanan. Aku terperangah. Memucat, dan terkencing-kencing karena takut. Segalanya bercerai berai. Batu, jalanan, juga tubuh ayah. Ingatan-ingatankupun begitu. Kilasan kilasan memori datang dan pergi. Sekilas tubuh ibu yang terbaring berlumuran darah tergambar. Lalu sosok-sosok berseragam yang nyelonong masuk kerumah kami. Lalu kaki-kaki bersepatu lars yang menendang tubuh diam ibu. Lalu balon panas merah menyala yang mengangkat tubuh ayah. Lalu aku yang meraung-raung agar para penduduk menolong ayah. Kilasan itu datang seperti pisau dan menyembelih otakku menjadi beberapa bagian. Yang aku tahu kemudian, suaraku menghilang bersama menghilangnya sebagian kilasan perih itu. *** Marwah memangku tubuh Aly sambil mendengarkan dongeng yang keluar dari bibir Akhi Syaif. Kegiatan belajar mengajar otomatis terhenti di sekolah al- Fakhura. Gedung penuh sesak dengn pengungsi. Dan kegiatan yang kami adakan hanyalah mengisi waktu luang anak-anak itu. Celotehan protes terdengar dari bibir mereka saat kisah pemburu yang hendak menembak binatang buruannya terlantun. Takbir berkumandang saat cerita burung Ababil bergulir. Marwah tersenyum senang. Kata-kata yang diungkapkan bocah-bocah itu sedikit banyak dapat membantu mereka meluapkan perasaan yang terpendam. Meringankan trauma terhadap perang dan terror yang sehari-hari menjadi tontonan. Mendadak suara menderu-deru memenuhi langit. Burung besi itu lagi! Bocah-bocah dan dewasa semburat mencari tempat perlindungan. Tubuh-tubuh tersaruk berebut melarikan diri seperti anak ayam di kejar-kejar srigala. Hey, apa mau mereka disini? Pikir Marwah sambil tergopoh-gopoh membopong tubuh Aly. Bukankah tempat ini bukan daerah perang? Yang ada di sini hanya kamp pengungsi dan sekolah milik PBB. Itu saja! Warga sipil dan anak-anak. Tak ada lawan untuk mereka disini! Pekik hati Marwah. Sesaat terdengar suara mendesing. Sebuah misil terlepas dari pelontarnya. Mata Aly menatap langit tanpa ekspresi. Kosong. Tak ada lagi kilasan-kilasan mengerikan disana. Yang ada hanya kenangan indahnya bersama ayah dan ibu. Ia tersenyum lagi. Misil itu mengarah pada sasaran pasti. Tiupan angin keras di langit Gaza hanya membelokkannya sepersekian senti dari bidikan. Tempat anak-anak Palestina belajar itu sesaat sunyi. Lalu dentuman keras meruntuhkan salah satu dindingnya. Aly tersenyum pada satu arah. Nanti malam ia pasti akan ngompol lagi.
P r o f i l G u r u
Muslichin Nama : Muslichin, SS., M.Pd. Panggilan : Pak Mus TTL : Kendal, 20 November 1973 Hobi : Membaca, menulis, menggambar (SMP-SMA), taekwondo (SMA) , bulu tangkis dan futsal Alamat : Pegulon, RT /05 Kendal Makanan Favorit : Nasi Goreng, Nasi Padang Minuman Favorit : Teh hangat dan kopi namun untuk kopi, sekarang ini jarang meminumnya karena faktor usia. Tokoh Idola : Hampir tidak ada. Beliau berkata untuk memiliki sosok yang dikagumi saat ini sepertinya tidak karena sudah terlalu tua untuk punya tokoh idola. Tetapi dulu pernah ada . Guru Sejarah 40 tahun ini dulu pernah menimba ilmu di SD N 1 Pegulon, dan merupakan lulusan SMP N 2 Kendal, kemudian melanjutkan dan menjadi alumni SMA Negeri Kendal atau yang sekarang ini telah berganti nama menjadi SMA N 1 Kendal. Setelah lulus dari Smanik beliau melanjutkan ke Universitas Diponegoro mengambil jurusan sejarah, fakultas sastra masuk pada tahun 1992 sampai 1998. Menurut beliau itu merupakan prestasi yang luar biasa karena selama 6 tahun beliau kuliah di sana untuk mendapatkan gelar sarjana. Setelah itu tahun 2001 beliau masuk ke Universitas Terbuka mengambil jurusan Sejarah dan pada tahun 2006 beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Semarang mengambil jurusan Program Pendidikan IPS dan lulus tahun 2008. Sebenarnya untuk sekarang ini menjadi guru sejarah bukan merupakan bidang dan impian dari beliau. Semasa masih duduk dibangku sekolah menengah beliau sering sekali bolos, tidak mencacat dan membaca. Tetapi ketika memutuskan masuk ke jurusan sejarah mau tidak mau beliau harus lulus. Dan setelah lulus maka beliau dipaksa untuk menyukai membaca yang jumlah materinya sangat banyak, oleh karena itu semakin beliau banyak membaca mulai tumbuhlah rasa suka dan sayang pada sejarah. Seiring berjalannya waktu yang terus berlalu beliau sudah mengantongi banyak ilmu juga memilki kemampuan yang lebih dan pada akhirnya beliau berhasil menjadi lulusan untuk mahasiswa putra paling pintar seangkatannya. Setelah lulus beliau belum mendapat sebuah pekerjaan. Dan pada suatu ketika saat beliau sedang asik duduk dimotor, tiba-tiba ada teman dari kakak beliau yang menawari untuk menjadi guru di sekolah swasta yaitu di SMA NU 01 Alhidayah Kendal. Saat mengabdi di sekolah tersebut beliau tidak mengajar mata pelajaran sejarah melainkan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia . Selama 5 tahun beliau mengajar disana dan selama itulah beliau murtad dari sejarah. Kemudian pada tahun 2004 beliau mengikuti seleksi PNS di Kabupaten Kendal dan lolos. Dari situlah beliau baru kembali pada jalan yang benar yakni diangkat menjadi guru sejarah dan mengajar sejarah untuk pertama kalinya di SMA N 2 Kendal pada bulan Mei tahun 2005. Berbicara tentang prestasi yang pernah beliau raih, banyak lomba yang diikuti dan mencacatkan nama dalam riwayat hidupnya saat menjadi juara. Mulai dari lombalomba 17san yang sudah tidak asing lagi kita dengar yaitu lomba balap karung, memasukkan pensil dalam botol, ada juga menyusun batang korek api pada wadahnya. Dan
22
bagi beliau itu merupakan prestasi tak terlupakan yang luar biasa sewaktu kecil. Untuk prestasi saat setelah menjadi guru ini pernah berprestasi sebagai pemenang lomba mengulas karya sastra tingkat nasional pada tahun 2001. Lalu sebagai pemenang harapan 1 lomba menulis novel anak seJawa Tengah sekitar tahun 2005, kemudian tahun 2007 pernah mendapat juara 2 lomba pidato sejarah seKabupaten Kendal. Pernah juga menjuarai lomba fotografi saat mengikuti suatu event yang diadakan oleh salah satu produk rokok Sampoerna di Cepiring Kendal dan meraih juara 1. Jika mengulas mengenai perjalanan hidupnya dari dulu hingga saat ini, tidak lengkap rasanya bila tidak membahas tentang Smanda dimata beliau. Menurutnya Smanda itu luar biasa. Dulu sewaktu beliau masih mengajar di sekolah swasta berpandangan jika Smanda terutama para siswanya itu istimewa. Istimewanya apa, mereka itu gaul, supel, dan terlihat cerdas disegala aspek baik akademik maupun non akademik. Jadi, jika melihat anakanak Smanda itu seperti melihat siswa remaja di perkotaan Semarang. Gaul akademik dan gaul bidang olahraga maupun seni budaya. Sehingga setelah mengajar di Smanda beliau merasa tertantang bahwa harus bisa memberikan prestasi yang terbaik untuk anak-anak Smanda nantinya. Mereka bisa hebat tergantung pada gurunya dan bisa luar biasa tergantung para guru untuk memupuk dan menggunakan sayap-sayap emasnya.***
Lirik n’ Chord
Rayuan Pulau Kelapa Indonesia Song ; by Ismail Marzuki & Subroto K.A.
Rayuan Pulau Kelapa ADA Tanah airku Indonesia AE Negeri elok amat kucinta E Tanah tumpah darahku yang mulia EA Yang kupuja sepanjang masa ADA Tanah airku aman dan makmur A7 D Pulau kelapa yang amat subur DA Pulau melati pujaan bangsa EA Sejak dulu kala AEA Melambai lambai, Nyiur di pantai AEA Berbisik bisik, Raja K’lana AEA Memuja pulau, Nan indah permai AEA Tanah Airku, Indonesia
23 23
Opini
Ketiduran Adalah Hal Dibenci Tuhan Oleh: Z. Ifadah Berbagai musim silih berganti dengan berbagai keajaiban tak terduga dari tuhan. Pijakan kaki manusia dan makhluk lain ciptaanNya, banyak memberi goresan abadi yang mudah memudar dengan jejak baru. Tak dimengerti apa makna mereka berlalu lalang. Mungkin mencari jati diri yang disembunyikan tuhan untuk ditunjukkan kepada orang tersayang. Tapi tanpa ada kesadaran yang sebenarnya makhluk itu tak tahu malu dengan kebohongan. Mereka pikir dunia tidak sensitif dengan perilakunya sehingga melanjutkan kepolosan yang ada. Menimbun dosa lebih mudah daripada membayar kesalahan kepada tuhan. Kebaikkanmu tidak akan diterima jika diselimuti pura-pura. Memberi jeda pada hari seolah menjadwal kapan kamu akan berbuat kebaikkan untuk menebus kemurkaan. Berhentilah sebelum tuhan tidak mau mempertimbangkan surga lagi bagimu. Masih banyak umat yang peduli dengan kedamaian alam tuhan yang satu itu. Dan dunia akan tentram tanpa ulahmu dengan temantemanmu. Kembali pada bumi awal zaman penciptaan sebelum ternoda setitik najis dari manusia. Manusia terlalu apa adanya, pintar bersandiwara dengan skenario yang dibuatnya. Tinggal menunggu alur ceritanya sampai mana dan menanti apakah kisah itu akan happy pada endingnya. Merangkai dunia dengan berfariasi kejujuran dan kemunafikan. Tuhan akan jenuh jika melihatmu tak kunjung sadar. Berkali-kali kesempatan dirasaNya sangat sia-sia untuk makhluk sempurna sepertimu. Masih melimpah bayi tak berdosa yang di buang ibunya untuk tuhan masukkan kedalam surgaNya. Memberikan kahangatan kasih sayang yang tak terhingga. Tetapi ada apa denganmu? Merasa sama dengan bayi itu, mengertilah arti kehidupan. Berpikir akan bunuh diri jika sudah mulai bosan dengan ujian tuhan. Ingatlah didunia ini tuhan belum memberi fasilitas isi ulang nyawa. Mencari pahala suci tidak semudah paru-paru menukar oksigen dengan karbondioksida yang dikeluarkan saat bernafas. Rintangan berliku pasti dipersiapkan tuhan untuk kamu coba. Tuhan ingin tahu apakah kamu mampu melakukan itu atau malas melewatinya dan janjian pada rasa menyerah. Tuhan tidak melamun apalagi tidur. Dan Berpangku tangan menanti umatnya pada akhir umur yang sudah ditentukan. Alam semesta ini dikelilingi kamera cctv lengkap dengan pencatat data yang nanti akan ditransver dan ditayangkan dihadapan tuhan. Dan manusia kurang menyadari akan hal itu. Buka buku pedomanmu, pelajari arti sesungguhnya apa mau tuhan kamu diciptakan. Yang Dia inginkan hanya pemelukNya untuk senantiasa bertelanjang diri sadar jika maut menjemputnya kembali kepada siapa dia. Tidak perlu berfikir jauh kesana, seperti halnya saja saat kamu bercengkrama dengan temanmu di pesan singkat. Memperlihatkan mimik wajah yang tak tentu. Namun kian lama semakin larut dalam suasana. Kamu mengirim kata yang tak ada habisnya. Dan temanmu sudah pergi karena jenuh dengan interaksinya. Dia dijemput oleh alunan menghanyutkan yang sudah mulai diputar dan bertemu teman keduanya yaitu mimpi. Saat kamu bertanya pada te-
24
manmu keesokkan hari, “kemana semalam?�. Dia menjawab,� maaf aku ketiduran..� (dengan santainya). Apa yang kamu rasakan saat itu? Pastinya geram dan marah dalam dirimu. Temanmu hanya menjawab dengan muka polosnya seolah tak ada dosa kepadamu. Sama, itulah yang dirasakan tuhan. Ketika kamu yang dihadang oleh berbagai macam hambatan rintangan tuhan dan merasa tak menemukan titik kesadaran. Menunda bertobat, merendah, menunduk dihadapanNya, disaat itulah hukum alammu kepada tuhan akan tersampaikan. Bencana terdahsyatpun masih tersimpan untukmu. Karena tuhan masih memiliki rasa sayang padamu. Dia maha pengampun jika kamu bernar-benar ingat akan kehadiranNya . Bersalah dengan dosa berbaik dengan pahala. Karena umur panjang yang masih dikendaki tuhan, seharusnya kamu bersyukur karena umur panjang yang masih dikendaki tuhan, lalu melakukan bersujud syukur untuknya. Menjelajah dengan bertumpu pada pengalaman, bumipun tak akan lelah menyaksikan dengan kegiatan bermanfaatmu itu. Menyebarkan kemulyaan disudut negerimu. Seakan itu DP darimu untuk menebus hutang mahal kepada tuhan dan akan membayar sisanya nanti jika tuhan sudah puas dengan pahala keseluruhanmu. Berbicaralah sesuai dengan yang kamu alami dalam keadaan apapun itu. Tidak perlu menyuap dengan kata-kata manis menghanyutkan untuk mendapatkan kepercayaan orang. Dia bukan yang menciptakanmu. Yang seharusnya adalah bicara apa adanya dan berawal dari situlah kamu akan mendapat kepercayaan dari tuhan jika kamu umat yang patuh tak melanggar tujuan awalmu. Karena tuhan tidak bisa disuapi dengan janji tak terbalaskan dan omong kosong yang tak kunjung diisi dengan kenyataan. Banyak realita didepan mata, itu merupakan petunjuk untuk menuju babak selanjutnya dalam hidupmu. Mencari jawaban untuk melengkapi puzzle kosong pada permainanmu dengan tuhan. Sangat menyenangkan jika kamu tahu maksud apa yang tuhan mau darimu. Kegersangan melanda otakmu, asap mengepul pada lubang telinga dan hidungmu. Sepertinya lelah untuk menyelesaikan itu. Kamu mulai muak dan tak peduli dengan perjanjian awal. Melupakan kewajiban dan tugas yang seharusnya kamu jalankan. Berleha santai, bermimpi jauh melayang keatas sana. Dan tuhan masih setia menunggumu untuk memberikan jawaban selanjutnya. Waktu yang terus berjalan, tuhan masih mengharapkan kamu menjadi umat yang berguna. Namun percuma tuhan juga merasa bosan Dia sudah gelap mata dengan ulahmu. Tak ada kesempatan hari untukmu berubah kepadaNya. Tuhan telah mengutus untuk malaikat menjemputmu, membawamu ke alam baka dengan berbagai perilakumu yang sudah terekam cctv tuhan. Tak ada ampun bagimu atas kemurkaanmu sendiri. Dan malaikat mengantarmu ke dalam neraka untuk tempat tinggal mu kemudian dengan penyesalan yang terus gentayangan dalam dirimu karena ingin merubah dan percaya jika ini benar-benar ada dan nyata terjadi.***
Otak Atik Otak
Pertanyaan Untuk Otak-Atik Otak (TTS) Mendatar 1. pengaturan 4. untuk membatik 7. benda langit yang merupakan satelit alami bumi 9. tali logam 10. grup musik 11. makanan pokok 13. asli 14. yang mengepul 17. binatang mamalia 18. gembira 19. unit pewarisan sifat bagi organisme hidup 20. benda bulat untuk olahraga 21. keterlibatan 24. mainan perempuan 26. Lambang Negara Indonesia 27. partikel bermuatan listrik
25
Menurun 1. organel sel tempat sintesis protein 2. jenis surat yang meminta penerima untuk menghadiri suatu acara 3. kemacetan 4. kucing (Inggris) 5. sakit (Inggris) 6. teater smanda 7. pembelokan cahaya 8. susut karena tergosok (kerap dipakai) 12. khas 15. bentuk bangun matematika 16. kawat penghantar arus listrik 17. hidangan khas ramadhan 19. tempat air dari tanah liat yang berupa temayan besar 22. titik pusat
Kreativitas
Berawal dari keinginan sederhana saja. Seorang laki-laki yang hendak memberikan kado ulang tahun untuk pacarnya. Karena ia ingin memberikan kado yang beda dari yang lainnya, maka ia memberikan kado ulang tahun berupa lagu hasil karyanya sendiri dan ingin dibuat video klip sekalian. Laki-laki muda tersebut adalah Setia Naka Andrian, pria kelahiran Desa Kertomulyo Kec. Brangsong, Kendal. Naka, panggilan akrabnya. Laki-laki berusia 25 tahun asal Kendal yang menghabiskan hariharinya berkreativitas di Semarang dengan turut serta dengan berbagai komunitas di Kota Lunpia tersebut. Di antaranya komunitas Sastra Lembah Kelelawar, Teater Gema, Teater Nawiji dan Rumah Diksi Kendal. Pada hari Selasa, 15 April 2014 di Rumah Kos Plewan 1 No 41 Semarang, sebuah vide klip digarap dengan sederhana namun dengan kesungguhan layaknya musisi sungguhan. Seluruh ruangan kamar kos ditutup rapat dengan menggunakan kain hitam yang biasanya digunakan untuk pertunjukan teater, Naka dapatkan dengan meminjam dari teater Gema. “Awalnya ini iseng, ya impian sederhana seorang cowok yang hendak memberikan kado ulang tahun untuk pacarnya. Karena saya berniat memberikan sesuatu yang lain, maka saya berupaya membuat lagu. Lagu itu berjudul Sribu Bayang dalam Ponsel. Setelah itu lagu saya mintakan untuk diaransemen oleh mas Arfin
26
Anak Kos Bikin Video Klip Kado Ultah Kreativitas Arca Kendal, setelah itu saya minta sekalian kepada mas Iwan Franzy untuk melanjutkan prosesnya dengan membuat video klip sekalian,” ujar Naka. “Saya sering membuat video klip semacam ini, sudah puluhan lebih. Bahkan tidak hanya dari dalam kota saja, luar kota pun sering kami buat. Namun baru kali ini saya diminta untuk membuat video klip oleh seorang anak kos di kamar kosnya. Pasti sangat panas, karena ruangan kamar kos benar-benar disulap layaknya studio pembuatan video klip dari label besar,” tutur Iwan Franzy, pria asli kelahiran Kendal yang juga DOP (Director of Photography) Arca Production Kendal, yang beralamat di Desa Ngasinan RT 04 RW 02 Weleri Kendal. Pada kesempatan pembuatan video klip dari Naka ini, juga dibantu dari kawan-kawan Komunitas Musisi Kendal. Karena bagaimanapun, aktivitas semacam rekaman lagu, pembuatan video klip dan lain sebagainya yang terkait dengan kreativitas anak muda saat ini diramaikan oleh kawankawan komunitas tersebut. “Untuk Arca sendiri, sudah berdiri sejak 2009 memulai dengan proses kreatif recording musik yang diramaikan oleh teman-teman musisi Kendal. Lalu pada tahun 2013 mulai mengembangkan gerak kreativitasnya menuju pembuatan video klip dengan kualitas yang bisa ditandingkan. Kalau nggak percaya, nanti bisa dilihat upload video kami di youtube, kami sempat mengupload video semacam band dari Doit dan beberapa band musisi-musisi indie,” ungkap Arfin Rizka, direktur Arca, pria asli kelahiran Kendal, lulusan Universitas Negeri Semarang jurusan Musik lulus tahun 2007. “Untuk konsep video klip yang benar-benar pertama ini, pertama dalam arti saya terlibat sebagai vokalis. Memang benar-bvenar sangat melelahkan, saya rasa jauh lebih melelahkan dibandingkan dengan saat mengisi vokal ketika rekaman dilangsungkan beberapa bulan yang lalu. Dan ini memang proses kebut-kebutan, karena digunakan untuk kado ulang tahun pada bulan April ini,” pungkas Naka. (red.)
27
Teater Apotek Penyaji Terbaik Festival Drama Pelajar Nasional Universitas PGRI Semarang 2014
Jawara
Panggung anggun nan megah berselimutkan warna hitam yang dipertegas oleh tatanan lampu eksotis dan romantis sukses menjadi saksi “Malam Penganugrahan Festival Drama Pelajar Nasional 2014” yang di selenggarakan oleh Teater Gema Universitas PGRI Semarang, pada hari Senin 26 Mei 2014. Malam itu merupakan malam puncak dari semua rangkaian kegiatan Festival Drama Pelajar yang berlangsung mulai 19 Mei hingga 26 Mei. Bertempatkan di gedung Balairung Universitas PGRI Semarang acara tersebut sukses menyuguhkan tontonan yang menarik dan penuh dengan kreativitas. Belasan tim dari SMA dan sederajat yang tersebar dari berbagai wilayah di Indonesia turut ikut serta menyumbangkan karyanya dalam Festival Drama Pelajar Nasional yang ke-15 kalinya ini. Tercatat ada 15 sanggar teater pelajar yang mengikuti festival tersebut, mulai dari SMA Sederajat asal NTB, Sulawesi, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur telah berkompetisi dalam pementasan drama itu. Teater Apotek dari SMK Duta Karya Kudus, salah satu peserta festival drama yang membawakan lakon “Malam Jahanam” karya Motinggo Boesje berhasil memboyong empat penghargaan terbaik sekaligus, yakni penyutradaraan terbaik, ilustrasi music terbaik, artistik terbaik dan penyaji terbaik sehingga Teater Apotek berhak atas piala bergilir dan uang pembinaan yang diserahkan langsung oleh Rector Universitas PGRI, Dr. Muhdi, SH., M.Hum. Salah seorang anggota kelompok teater yang lahir dan dibesarkan di kota yang terkenal akan jenangnya ini, Andy, mengungkapkan “Kami mulai menggarap projek ini sekitar enam bulan lalu. Kami berlatih dua kali seminggu. Tapi kami mulai sungguh-sungguh dan niat berlatih itu tiga bulan terakhir”. Selain mengikuti kegiatan ini, Teater Apotek juga aktif menggarap projek teater baik untuk dipentaskan di sekolah maupun untuk ajang perlombaan-perlombaan lain. Teater Apotek pernah menyabet juara umum dalam Festival Djarum Award 2009 dan 2010, harapan pertama tingkat Jawa Tengah, Aktor terbaik tingkat Nasional 2012 di IKIP dan masih banyak lagi. “Kegiatan semacam ini sangatlah positif untuk pengembangan para pelajar tentang pelajaran hidup yang diambil dari proses berteater, teater itu kan soal karakter juga, seorang tokoh gak akan bagus memainkan karakter dalam sebuah lakon kalau dia sendiri belum menghayati dan menyatukan dirinya dalam karakter tersebut dan melalui Festival ini salah satu tempat atau wadah bagi para pelajar untuk menyalurkan bakatbakat yang mereka miliki,” katanya. “Saya berharap semoga melalui kegiatan berteater atau berkesenian, para pemuda Indonesia bisa membentengi hidup dari hal-hal negatif dan semoga pemerintah yang di atas bisa mengapresiasi hal-hal yang telah dilakukan oleh pemuda Indonesia,” imbuh Andy. (Maria Ulfah &Ni’mah)
28
Jawara Instan! Demikianlah kata “kunci” yang bisa kita gunakan untuk menyebut kondisi remaja saat ini. Mendadak menjadi artis, mendadak dangdut, adalah kondisi nyata yang kita hadapi. Upload youtube menjadi tenar, kramat gandul menjadi alternatif. Lipsing, menjadi senjata memotong kompas untuk segera sukses. Keadaan seperti ini semakin diperparah dengan adanya kelompok yang enggan untuk belajar/ sekolah. Mereka menyebut sebagai kelompok yang tidak bisa diatur bahkan teratur, mereka menamai kelompoknya geng motor, cabai-cabai-an, punk mohak, badan bertato, rambut bercat ala noni-noni belanda. Jelas semua ini adalah Suppress untuk menjadikan dirinya menjadi depress. Fakta lainnya, kita seolah kebingungan menghadapi itu semua. Bahkan sangat mengkhawatirkan kondisi tersebut berdampak meluas pada kelompok yang lain. Upaya-upaya memang telah dilakukan untuk mematikan kran yang telah terbuka itu. Mulai dari penyuluhan, menerapkan Satpol PP pada jam malam, serta upaya lain yang semua itu patut kita apresiasi. Kurang bijak jika kita sebagai insan NKRI tak berbuat apa-apa melihat kelompok yang telah menjamur sehingga meresahkan masyarakat. Perampokan, penjambretan, tawuran, pemerkosan menjadi tendding topic di berbagai media publik. Minimnya media imajinasi di dunia remaja, kerasi mereka seolah mati dengan usia dini. Padahal kita tahu masa remaja adalah masa eksplorasi ide, gagasan imajinasi karena dengan mampu mere-kreasi imajinasi adalah awal dari pembentukan kecerdasan. Berdasarkan seluruh kenyataan di atas dengan mempertimbangkan pula minat serta bakat siswa di SMK Duta Karya Kudus, teater apotek terlahir sebgai uapaya sumbangsih kecil di lingkungan Duta Karya menjadi garda utama, tembok China dari serangan tersebut. Apotek adalah akronim dari Apresiasi Soesastera Teater Kudus adalah organisasi kecil yang berada di bawah naungan OSIS SMK Duta Karya Kudus. Apotek terlahir dari sekadar obrolan biasa saat itu 29/3/08. H.Muhammad Tho’at.M.Mkes dengan Mucahammad Zaini, S.Pd di ruang kepala sekolah tercetus ide untuk membuat media awal benteng serta tempat untuk mencari obat. APOTEK dipilihlah nama tersebut karena mampu mewakili upaya-upaya itu dengan filosofis namanya diharapkan siswa mampu mendapatkan obat hati, obat mental, obat pikiran. Sehingga mempu menjadi manusia berbudaya dengan mengadepankan Cipta, Karya dan Karsa.\ Teater sebagai metode alternatif membentuk karakter siswa dirasa efektif. Wirama, Wiraga, dan Wirasa telah digemblengdalam bentuk strategi yang menyenangkan sehingga sedini mungkin siswa sudah men-
29
genal teater karena berbagai macam manfaatnya. “ Teater adalah metode yang cukup efektif untuk bisa memasuki wilayah siswa. Teater pula menjadi obat di kala siswa gundah, menjadi re-kreasi yang telah terampok formalitas KBM. Menjadi disiplin tanpa dipaksa, menjadi mengerti tanpa harus dituntut untuk mengerti. Jadi bukankah ini pendidikan seaslinya? Mungkin teater (metode alternatif;red) harus sedini mungkin diberikan kepada siswa. Kerena berbagai macam manfaatnya.” Ungkap beliau pembina teater Jesy Segitiga panggilan akrabnya Apotek membelajarkan dan menghargai proses. Proses inilah yang harus dirasakan oleh anggota Apotek. Dari proses yang kontinu (konsisten), Apotek telah melahirkan karya kreatif, aktor aktris hebat, serta prestasi yang membanggakan. Berbagai Prestasi telah diraih. Dimulai dari 2008, Lubang-Lubang Ketjil karya Jesy Segitiga menjadi karya pertama dan dihargai dengan juara harapan 1 di KOSAKRETEK Piala Ketua DPRD Kabupaten Kudus. 2009, Orang Kasar karya Anton Chekov juara umum Djarum A Ward. 2010, Pinangan karya Anton Chekov juara umum Djarum A Ward , sempat pentas di ulang tahun PT. Djarum bersama band Kotak. Pada naskah yang sama juara harapan 1 pantas disabet di ISI (Institut Seni Indonesia) Solo. Juara 3 FLS2N Dinas P&K Jawa Tengah. 2011, juara 1 di FORKAPIK dengan naskah Nyanyian Kardus karya Jesy Segitiga adaptasi Gugur Bunga. Di tahun yang sama menggarap karya kreatif musikalisasi Puisi Ibu Dien dipentaskan di Nalumsari, Omah Seni, dan DPRD Kabupaten Kudus. 2012,Joko Bodho karya A. Chudlori dipentaskan di SMP N 1 Kudus, SMP N 2 Kaliwungu, Universitas Muria Kudus. Pagi Bening karya Serafin Joacquin Alfaeroz mendapatkan aktor terbaik SeIndonesia atas nama Andi Prsetyo XII A Farmasi pada acara Festival Teater Nusantara dan sempat dipentaskan di SMP N 1 Dawe. 2013, Timun Emas dari cerita rakyat dipentaskan di SMP N 2 Gebog dan SMP N 2 Jekulo serta layak mendapatkan aktor/ aktris terbaik di Djarum A Ward 2013 atas nama Nian Aviani Kelas XI A Farmasi. Di tahun 2014 ini, Malam Jahanam karya Motinggo Boesje mendapatkan Juara Umum Festival Drama Pelaja SMA/SMK/MA Sederajat tingkat Nasional (Se-Indinesia;red) yang diselenggarakan oeleh Universitas PGRI Semarang dengan kategori, Sutradara Terbaik Nonik Siti Ayati XI B Farmasi, Ilustrasi Terbaik Aldino Ghazali XI B Farmasi, Dwi Yuliana X A Analis Kesehatan, dan Najahan G. XII B Kimia Industri; Artistik Terbaik Bayu DK. XI A Farmasi & Wastu Albar X A Farmasi. Penyaji Terbaik TEATER APOTEK SMK Duta Karya Kudus.\ Dari berbagai prestasi ini kita mendapat pelajaran bahwa kesuksesan tidak hanya datang dengan sendirinya. kesuksesan dapat diraih dengan kerja keras, sabar, ikhlas serta cerdas. Selain itu Apotek sangat sadar, bahwa tugasnya adalah mempertahankan organisasi tersebut tetap eksis untuk selalu berkarya. “Apotek selalu, selalu dan selalu berkarya adalah resep yang telah tertulis dalam faktur obat kami. Jadi kedepannya kami hanya proses, latihan, berjarya. Tak lain” ungkap Abdul Rasyid XI A Farmasi sebagai Lurah Apotek.
Puisi-puisi
Puisi Siti Roudlotul Jannah Mata Kakimu Kau hanya mengakar penuh debu di sini Semua datang menjamahmu penuh gairah Bukan untuk memilikimu‌ Hanya sekadar untuk memberi harga padamu Bukankah jalanan ini milik kakimu juga Kenapa harus ragu Bukankah keramaian ini untukmu juga Tapi, mengapa kau harus malu Mata-mata itu menatapmu Mulut-mulut itu membicarakanmu Mungkin pilu Bahkan membakar dan menggarami hatimu Namun, ada Ada mata-mata dari istanamu Ada mulut-mulut dari surgamu Yang bangga menyebutmu Penyambung hidupku
Puisi Maria Ulfah Ruang Bunyi Ketika semua bunyi berubah menjadi sunyi Melingkar, merengkuh keramaian Mengakar, mengurung penuh kuasa Diam dalam kepastian Portal keabadian Satu Gelombang Ketika gelombang bunyi hanyalah setitik kekosongan Dan ruang hanyalah segaris tanda yang tak berarti Air menjadi debu Dan kita hanyalah secercah udara Yang terpisah dalam kabut kemustahilan Lukisan Angin Angin‌ aku berhenti melukismu Aku lelah Terlalu lelah untuk berlari lagi Berlari hanya untuk merasamu dalam ketiadaan Taman Merah, Muda Tanah merah, membara Membungkus benih putih Menghamburkan setitik hitam kerikil halang Merah Menyusun angan Menggenggam harap muda Menyerap bara pengusir lara Meniti taman semangat muda Muda
30
Puisi Akhdiyan Setiyorini TIDURLAH ANAKKU Anakku, Bunda tak lagi bercerita Cerita Bunda tak lagi riang gembira Cerita Bunda penuh duka derita Tidurlah anakku, Tidurlah hingga tertutup matamu Tidurlah hingga waktu melupakanmu Tidurlah anakku, Tidurlah hingga cerita duka Bunda tak lagi kau dengar Tidurlah hingga tak kau rasa segala hingar bingar Tidurlah anakku, Tidurlah dan bawa segala cerita Bunda Tidurlah dan impikanlah segala petuah Bunda Tidurlah anakku, Tidurlah hingga tak kau kenal lagi Bunda Tidurlah hingga kau lupa pada dunia Tidurlah anakku, Tidurlah dengan riang gembira Tidurlah dan tinggalkanlah segala duka
Puisi Siti Roudlotul Jannah Mata Kakimu Kau hanya mengakar penuh debu di sini Semua datang menjamahmu penuh gairah Bukan untuk memilikimu‌ Hanya sekadar untuk memberi harga padamu Bukankah jalanan ini milik kakimu juga Kenapa harus ragu Bukankah keramaian ini untukmu juga Tapi, mengapa kau harus malu Mata-mata itu menatapmu Mulut-mulut itu membicarakanmu Mungkin pilu Bahkan membakar dan menggarami hatimu Namun, ada Ada mata-mata dari istanamu Ada mulut-mulut dari surgamu Yang bangga menyebutmu Penyambung hidupku
Puisi-puisi
Dalam Penghujung Rembulan terduduk menanti sinar mentari Jemarinya mengaduk kegelapan Mendung berbisik dalam bungkaman sepi Angin itu sudah tiba…… Melebur pandang Melucuti kenangan Aku ingin mengusir angin yang menerbangkanmu Bagai daun kering yang meninggalkan cakrawalaku Mungkin kau tak tahu, Waktu tak mampu melapukkan Zaman pun tak sanggup menghapuskan Bayangan yang kau jatuhkan di ruang termasyhur ini Kerinduanku meratu dalam sukma Surga menjadi lautan api Otak yang terus meradu kesenangan Hati yang menggulat jati diri Hanya ada duka dan lara……. Dalam ocehan waktu ku tebar seribu harapan Apa yang seharusnya kembali pasti kembali Semua yang utuh akan berakhir utuh Maka, Biar ku arungi saja ! Duka dan lara itu sebagai sampannya Akan ku genggam kembali jiwamu Untuk seribu tahun kehidupanku…. Sajadah Hitam Aku hanya berjalan Di atas garis sebuah nama Dunia menyebutnya takdir Namun bagiku ini nasib Mungkin juga aku tak berjalan Hanya sekedar mengikuti kaki ini Entah adakah tujuan, Ujung dari jalan ini… Adakah ku temukan tuhan disana? TUHAN..?!! Yang benar saja. Sudikah ia menemuiku? Sudikah surganya menjamahku? Ada tempat yang orang panggil neraka Dia Siap menjamah siapa saja Selembar sajadah ku kendarai Seuntai tasbih ku setubuhi Biar takdir illahi merayunya.., Agar surga itu sudi menjamahku !
31
Merah Pufic di Batas Senja Oleh: Elfish Puspita Pradani*
Cerpen Tamu
Seandainya kita dapat menghargai keberadaan sekecil apapun. Merasakan dan memaknainya dengan baik. Mungkin tidak akan pernah ada pertemuan dan perpisahan yang menyakitkan. Sama halnya seperti mentari. Mentari terbit maupun senja ia tetap memancarkan cahayanya. Namun, apakah kamu menyadari jika cahaya senja lebih mencolok ketimbang mentari terbit? Apa kamu tahu makna dari semua itu? Pelangi memasangkan seatbelt di tubuh ayahnya yang sekarat. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar ia cepat sampai kerumah sakit. Hari ini benar-benar kacau. Ia tak habis pikir, mengapa ayahnya mau melakukan aksi bunuh diri dilalu lintas. “Ayah bertahanlah.” Lirihnya. Ia menatap sekilas ayahnya yang tak sadarkan diri. Kepala ayahnya yang berdarah itu tersender di dasboard mobilnya. Ia benar-benar tak tega menyaksikan ini semua. Sepuluh menit sudah mereka lalui. Pelangi membawa ayahnya masuk ke UGD dengan bantuan para perawat yang membawa ayahnya dengan kasur dorong. Cemas, itulah yang ia rasakan saat ini. Ia takut jika ayahnya tak tertolong. Karena luka yang terdapat dikepala ayahnya cukup parah akibat kepala ayahnya terbentur di trotoar. Ia menatap pilu keadaan ayahnya dari jendela ruangan yang tak tertutupi gorden. Dapat ia lihat jika para dokter dan lainnya tengah berusaha keras untuk menyelamatkan ayahnya. Ia hanya bisa berdo’a agar ayahnya dapat melewati masa kritisnya. Ia tak ingin
32
jika esok diwisudanya tidak ada orang tuanya yang hadir. Ya, ibu Pelangi sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Saat ia tengah duduk dibangku kelas 3 SMP. Kristal bening itu telah mengalir dipipinya. Hatinya terasa sesak ketika didapatinya monitor ECG yang menunjukkan garis lurus. Tubuh ayahnya sudah ditutupi kain putih oleh para perawat yang berada didalam ruangan. Sedang sang dokter hanya menghela nafas beratnya. “Ayah..” Lirih Pelangi tak percaya. Ia membungkam mulutnya agar suara tangisnya dapat teredam. Namun apa daya. Itu terlalu sulit hingga ia melepas bungkamannya dan menangis penuh erangan menghampiri tubuh sang ayah yang sudah terbujur kaku itu.Ia tak memperdulikan dengan tatapan-tatapan dari dokter dan suster yang ada diruangan ini. Kejadian 3 tahun yang lalu kembali terjadi disaat yang sama. Dan esok pun ia harus mengambil ijazah dan menjalani wisuda tanpa kedua orang tuanya. Pelangi menatap rumah mewah yang sempat menjadi tempat tinggalnya bersama kedua orang tuanya. Rumah itu kini sudah disegel. Sekarang ia sadar akan maksud dari kematian ayahnya itu. Ayahnya sengaja menabrakkan dirinya dijalan raya agar ayahnya mendapat uang jasa raharja untuk membiayai kuliah Pelangi. Ya, saat itu keadaan ekonomi keluarganya benar-benar mencekik. Ayahnya tertipu oleh investor yang mensiasatinya dengan investasi. Ayahnya benar-benar sudah kehilangan
semua harta kekayaannya. Ia hanya memiliki rumah sederhana yang dulunya digunakan pelangi untuk membatik bersama ibunya. Pelangi menarik kopornya dengan berat hati. Ia menaiki taxi untuk menuju rumahnya yang berada tak cukup jauh dari rumahnya yang telah disegel. Didalam hati kecilnya ia benarbenar tak rela bila harus meninggalkan rumah yang menyimpan sejuta kenangan manis antara ia dan kedua orang tuanya. Pelangi menatap tempat tinggal sederhananya sekarang. Bunga-bunga mawar yang dulunya baru sejangkal tangan kini sudah tumbuh sepinggangnya dan beranak banyak. Senyum manis terukir dibibir mungilnya. Ia melangkah menuju pintu utama dan membukanya dengan kunci duplikat yang dimilikinya dan ibunya. Debu-debu dari ruangan ini langsung menyeruak masuk kehidungnya. Membuatnya bersin berkali-kali. Ia membuka kain putih yang menutupi segala perabotan yang ada di rumah ini. Dikibaskannya kain itu agar debunya pergi dan disimpannya kain itu di lemari kosong. Pelangi mengumpulkan semua kain-kain itu. Liburan panjang sesudah wisuda SMA tadi pagi membuatnya bebas untuk sementara waktu. Ia mencuci kain-kain putih itu. Uang sekitar 20 juta yang ia dapatkan dari jasa raharja akan cepat habis jika ia tak menghasilkan uang. Apalagi ia akan kuliah. Tentunya uang sebesar itu tidak akan bertahan lama. Esok harinya Pelangi mulai membatik kain-kain putih yang sudah dijemurnya itu. Ia akan belajar membuat sebuah gaun dari batik dengan perbaduan bruket dan manik manik agar menyerupai gaun pengantin yang elegan dan simpel. Gaun itu akan dijualnya dibutik milik teman mamanya yang cukup terkenal. Selama membatik, Pelangi tak henti-hentinya menatap senja dari tempat membatiknya yang terbuka. Semilir angin sore membuatnya lebih bersemangat dan mempunyai banyak ide untuk membatik motif dikainnya. “Hidup itu seperti batas senja. Cahaya senja lebih mencolok ketimbang mentari terbit. Namun, cahaya itu tak bertahan lama karena sebentar lagi ia akan tenggelam. Begitu pun dengan kebahagiaan. Kebahagiaan hidup memang bersifat sebentar, selebihnya tergantung bagaimana cara kita menggapinya. Jika dalam hidup kita selalu merasakan kepedihan dan selalu berkorban. Maka saat tenggelamnya senja akan mendapatkan malam yang penuh bintang yang terang dan indah, tentunya dengan jangka waktu yang abadi. Seperti halnya alam keabadian. Kita akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih dan lebih dari semasa hidup kita. Dan sekarang aku akan menjadi mentari. Meskipun hanya terlihat mencolok dalam waktu sebentar. Tapi aku percaya. Ketika aku tenggelam aku akan mendapatkan malam yang terang itu.� Ucap Pelangi membatin. Ia menatap kagum matahari tenggelam yang begitu indah. Batikannya pun sudah jadi. Ia benar-benar bahagia. tidak seperti kemarin saat ia menangisi kepergian ayahnya. “Aku bingung dengan warna yang ada pada senja. Jika dilihat terkadang berwarna jingga. Terkadang juga berwarna merah. Sepertinya jika aku menyebutnya dengan merah pufic sangat terlihat cocok. Karena pufic itu sendiri adalah nama keluargaku. Sedang kelurgaku itu sendiri adalah hal yang paling indah dalam hidupku. Berarti merah pufic adalah merah terbaik.� Tambah Pelangi lagi. Ia tersenyum senang dan pergi meninggalkan kain batikannya yang ia jemur di teras belakang rumahnya. Seringkali kita tak pernah menyadari dengan keberadaan yang ada disekeliling kita. Kita tak pernah mencoba untuk merasakan dan memaknainya dengan baik. Seperti kematian. Banyak dari mereka berpikir jika insan yang meninggal karena bunuh diri adalah insan yang rapuh akan hidup. Coba hargailah keberadaannya. Ia ada agar ia dapat membahagiakan orang disekitarnya. Rasakanlah! Setiap apa yang ia lakukan padamu. Betapa sayangnya ia terhadapmu. Maknailah! setiap waktu yang ada tentangnya. Meskipun itu sebuah perpisahan. Sekalipun ia pergi, itupun karena ia ingin agar kamu dapat bahagia. Meskipun itu tanpanya.*** Elfish Puspita Pradani TTL: Kendal, 04 maret 2000 Sekolah: SMP 1 Weleri (VIIIB)
33
Cerpen Tamu
Tahukah Kamu
Mencari Teman Masa SMA
34
Mbak Smanda
Andriyani Setyarini Nama Panggilan : Andri, Alay, Mbak SMANDA, Miss, dsb Tempat, Tanggal lahir : Kendal, 5 Desember 1996 Hobi : Menggambar, menjaili teman, membaca novel, membaca buku pelajaran, Ngealay, dsb
Mbak SMANDA adalah target selanjutnya dalam edisi ini yaitu sebagai kategori siswa populer. Kenapa menjadi siswa populer? Pasti kalian bingungkan? Karena Mbak SMANDA adalah generasi yang pertama dari SMANDA. Edisi kemarin sudah membahas tentang Mas SMANDA dan sekarang kita bahas tentang Mbak SMANDAnya. Apakah kalian mengenal yang namanya Andriyani Setyarini? Siswi yang menjabat sebagai Mbak SMANDA ini jago dalam pelajaran disekolah. Dia selalu menjadi siswi yang mendapat rangking satu dikelasnya. Dia juga mewakili SMA N 2 Kendal dalam Olimpiade Kimia. Dia juga membanggakan SMA N 2 Kendal dengan menggotong piala dalam Lomba PMR bersama tim PMRnya. Akika, yah.. Akika (Aku) nama yang selalu dipakai kesehariannya bersama teman-temannya entah itu sedang suasana serius, genting, bercanda, dan suasana yang lainnya. “Huh… Akika seneng banget dan gak nyangka” katanya ketika ditanya tentang perasaannya menjadi Mbak SMANDA Namun tidak digunakan saat Si Akika bersama orang yang lebih tua darinya. Setiap sedang pelajaran maupun sedang istirahat dia selalu menggunakan kesempatan dengan NGEALAY, itu jika ada kesempatan jika tidak ada yah..sikapnya biasa saja. Walapun dengan sikap alaynya Akika orang yang asyik untuk diajak ngobrol. Kalian mau tau kisah perjuanganya untuk mendapat gelar Mbak SMANDA? Begini kisahnya, waktu itu sedang heboh dengan adanya Miss World, Miss Indonesia, Puteri Indonesia nah dia dengan percaya dirinya untuk menjadi seperti Vania Larisa. Selang beberapa hari SMA N 2 Kendal mengadakan acara Pemilihan Mas dan Mbak SMANDA setiap kelas memilih satu laki-laki dan satu perempuan mewakili kelasnya untuk mengikuti ajang Pemilihan Mas dan Mbak SMANDA. Kelasnya Si Akika memilihnya untuk mengikuti ajang Pemilihan Mas dan Mbak SMANDA dengan didukung oleh teman, keluarga, dan sekitarnya, akhirnya dia lolos tahap pertama, dan berbagai tahap telah dilalui untuk lolos menjadi Mbak SMANDA. Si Akika telah menyingkirkan saingan satu persatu yang begitu ketat. Saat tahap terakhir untuk menjadi Mbak SMANDA adalah ajang penampilan bakat yang dimiliki oleh peserta yang lolos pada tahap-tahap sebelumnya. Si Akika menampilan tarian Indonesia yaitu tari merak. Ia harus menyiapkan busana, tata rias dan sebagainya dengan semaksimal mungkin untuk ditampilkan diajang penunjukan bakat. Dengan usahanya ia sekarang dia telah menjadi Mbak SMANDA generasi pertama. Keluarga Si Akika sangat bangga, anaknya sekarang telah menjadi Mbak SMANDA. Orang tuanya sangat mendukung penuh Si Akika untuk menjadi Mbak SMANDA. Visi Si Akika waktu itu adalah menjadikan siswa/siswi SMANDA menjadi siswa yang santun dan berbudaya. Sedangkan misi Si Akika untuk SMANDA yaitu menggali potensi siswa/siswi SMANDA,mengembangkankemampuan dan kreativitas siswa/siswi SMANDA dalam berkarya, menciptakan siswa/siswi SMANDA sopan santun bertutur kata dan berperilaku. Sekian ulasan sedikit tentang Mbak SMANDA kita, tunggu target berikutnya untuk menjadi siswa populer edisi berikutnya dadah…
35
Indie
Daun Bambu Daun Bambu, sebuah grup reggae yang berasal dari daerah kreatif yang berada di kota Kendal yaitu Kaliwungu. Di bentuk tahun 2010 dengan jumlah personel yang masih seadanya. Dalam menjalankan profesinya saat ini banyak hambatan yang sering dihadapi seperti perbedaan karakter antar personel. Memang itu bukan hal yang asing lagi dalam sebuah grup apapun. Pasti ada berbagai arah melintang ditengah perjalanan. Dalam Daun Bambu perbedaan karakter membuatnya dulu sering bergonta-ganti personel di keyboard dan bass. Dan tentu didalamnya terdapat pengalaman baru walupun berbeda orang tetapi tetap satu tujuan “damai”. Dengan bermodalkan bisa bermain alat musik dan sering ngeband latihan, membuat mereka berani perform untuk pertama kalinya pada 31 maret-1 april dalam acara anniversay MotoGP di Brimob, Kaliwungu. Itupun mereka hanya memaparkan diri seolah untuk menunjukkan pada masyarakat yang menonton agar dikenal nantinya dan tanpa ada gaji sepeserpun. Pengalaman dari satu panggung ke panggung yang lain membuat mereka tidak berleha dan berpuas diri. Bagi mereka reggae sudah menjadi aliran jiwa mereka, sehingga perbedaan pendapatpun dapat ditutupi dengan tetap kompak, selalu saling mengalah dan faktor keprofesionalan. Saat ini mereka berjumlah 7 orang personiel dengan berbagai profesi sampingan selain menjadi bagian dari Daun Bambu. Ada Bang Cemeng yang juga pemain GP, Bang Tyar di bass, Bang Dadang di lead gitar, Bang Vedo di Keyboard, Bang Gilang di keyboard ke 2, Bang Udin (Didot) menempati drumer, Bang Bagus di rythm dan Bang Suprex begitulah panggilannya yang menjadi juru nyanyi alias vokalisnya. Sebenarnya personielnya bisa dibilang tidak hanya 7, ada juga yang menjadi anggotanya kadang menggantikan posisi personiel yang tidak dapat mengikuti perform. Bang Suprex yang saat ini menjabat sebagai vokalis, sejak berumur 11 tahun sebenarnya sudah menyukai aliran musik reggae. Dari jaman-jamannya sekolah dulu karena sering ngeband bersama teman sealiran. Dan mengidam-idamkan Bob Marley, tokoh yang pertama kali menciptakan reggae di Jamaika sana sehingga membuat aliran itu meluas di ketahui banyak kalangan untuk dinikmati alunan musiknya. Menurutnya dan mungkin semua personel setuju dengan pendapatnya ini. Reggae itu bertemakan perdamaian, pemberontak jiwa atas dasar I’m Just For Freedom. Sebenarnya sama saja tema reggae itu, tetapi sebelum adanya reggae dulu ada aliran musik yang bernama Ska. Dan metode Ska itu sendiri adalah Ska Root Steady. Jadi reggae hanya terinspirasi saja untuk mengembangkan warna baru dalam bermusik tetapi sebenarnya masih satu pikiran. Dimulai dari tahun ke tahun dan mereka sudah banyak mencicipi berbagai panggung hiburan diluar kota. Di 2014 ini mereka sudah semakin terkenal dan banyak digandrungi anak muda sekarang. Mereka pun pernah manggung dan ikut serta memeriahkan HUT sweetseventeen di SMANDA pada tanggal 23 November 2013 lalu. Semenjak mereka semakin terkenal saat ini, semakin banyak juga fans yang menyukai lagu- lagu aliran mereka. Dari perjuangan manggung kesana kemari yang awalnya tanpa gaji, sekarang ini untuk mengundang mereka mematok bayaran untuk yang kelas biasa 2,5 juta tetapi untuk komunitas mereka hanya meatok biaya 1 juta. Berbicara untuk namanya sendiri yaitu Daun Bambu, ternyata memiliki perjalanan yang cukup dramatis dan sangat bersejarah untuk sebuah riwayat hidup. Awal pembentukan grup Daun Bambu bukan seperti itu cara penulisannya tetapi Daunt Bamboe yang diartikan dalam bahasa melayu yaitu Daunt yang berarti Kakek dan Bamboe yang berarti Bambu . Dapat dijabarkan menjadi ” seorang kakek bertongkat”. Dengan berbagai perjalanan kesana kemari untuk mencari kedamaian dalam hidup di dunia ini. Sedikitnya sep-
36
erti itu penjabaran yang bisa diartikan karena menurut sang vokalis bila di ceritakan itu sangat sulit dimengerti dan rumit. Setelah itu yang tadinya Daunt Bamboe dan sekarang menjadi Daun Bambu merupakan perwujudan ide dari Bang Cemeng Rastavara. Begitupun Bang Didot yang mencetuskan font tulisan dari Daun Bambu. Hasil karya grup ini sudah di tuangkan dalam mini album perdananya yang berjudul “Satu Rasa” ciptaan Bang Suprex. Lagu ini diarahkan khusus buat para fans. Mereka diajak untuk mari bersatu saling menyatukan rasa dan jiwa walupun kita punya perbedaan. Reggae menurut mereka merupakan rastaman yang identik dengan rambut gimbalnya karena di Jamaika kita dilarang memotong rambut, membiarkan rambut tumbuh panjang dengan sendirinya. Rambut dibiarkan bercabang. Dan benda tajam dilarang berada diatas kepala. Mereka juga dilarang minum minuman keras, pakai narkotika atu obat-obatan terlarang dan bisa dibilang sama persis yang diharamkan dalam ajaran agama Islam lainnya. Walaupun dengan rambut gimbal, mereka berprinsip bahwa mereka masih mempunyai Tuhan yang diyakini mereka. Tapi banyak juga orang yang menilai bahwa aliran mereka menyesatkan. Dalam kesehariannya Daun Bambu jarang kelihatan kumpul komplit. Mereka komplit hanya saat latihan itupun Cuma Bang Suprex, Bang Didot, Bang Tyar, Bang Dadang. Karena yang lain bertabrakan dengan pekerjaan masing-masingnya. Tetapi mereka tetap menjaga kekompakkan dengan saling mengerti dan menghargai. Dalam menitih keniatan didunia musik reggae ini mereka tidak lepas dari dukungan keluarga. Jika dibandingkan dengan perbedaan, rintangan yang dihadapi mereka sampai sekarang, ternyata sosok keluarga tidak menjadi permasalahn sulit untuk dipikirkan. Dengan ciri khas mereka yang selalu menggunakan vespanya, menurut mereka itu cara nereka untuk menuangkan kekreativitasannya dalam vespa itu dan mereka ingin memperlihatkan identitas mereka tanpa ada kemewahan. Hal ditakuti yang dimiliki tiap personel memang berbeda-beda.Contoh kecilnya dimulai dari Bang Tyar, bassis Daun Bambu ini kata teman-temannya paling takut dengan pacarnya. Entahlah karena apa tetapi memang seperti itu adanya. Bang vedo keyboard utama yang mengiringi alunan musik Daun Bambu ini diduga juga memiliki rasa takut yang sama, yaitu dengan seorang perempuan. Alasannya hanya karena kurangnya kapasitas kuota kepercayaan diri yang dimilikinya. Yang membuat seperti itu mereka suka mengira kalau reggae itu identik dengan rambut gimbalnya dan mungkin para perempuan berpandangan aneh, jijik, atau tidak biasa saja dengan penampilan seperti itu sehingga berpendapat dan berfirasat terhadap hal tersebut itu sangat jorok dan mereka berfikir mereka tidak pernah mandi. Kemudian ada Bang Suprex, jika dia mengatakan takut setan. Tetapi biarlah mungkin itu memang dirinya. Laki-laki berambut gimbal ini paling benci dengan film horor. Karena menurutnya film yang bergenre seperti itu tidak mendidik, dia lebih suka dengan film kolosal. Harapan mereka kedepannya yang dikemukakan oleh Bang Suprex sendiri yaitu mereka ingin terbang tinggi tetapi tetap membumi. Dan untuk para fans Daun Bambu mereka memberikan pesan dan kesan bahwa “musik adalah bahasa yang universa. Indah dan cantik merupakan bahasa musik. Dengan tetap damai dan saling respect” itu kutipan sebagai dasar dalam mereka bermusik. (Isti dan Ifadah)
Zona Zodiak Taurus 21 April - 20 Mei
Ramalan Zodiak Scorpio 23 Oktober - 22 November
Kata-kata orang lain, ada yang perlu didengar, banyak yang tidak perlu. Saring, sebelum masuk ke hati dan pikiran. Saringlah dengan benar, jangan sekali-kali menyaring dengan saringan santan. Karier: Memang susah kalau ingin menyenangkan hati semua orang. Keuangan: Aman, nyaman, tenteram dan bahagia. Asmara: Kalau ternyata memang tak cocok, gak usah dipaksakan demi status “in a relationship”. Cowok Taurus: Masalah tak berhenti datang. Jangan putus asa. Teruslah mencoba, jangan takut kalah. Maju terus pantang mundur sampai mentok gang sebelah.
Sepertinya semua sedang mengambang. Hati-hati yang ngambang beneran denger lho. Karier: Tak perlu kecewa dengan keputusan atasan. Yang penting, anda masih memiliki dan masih menggunakan baju atasan. Keuangan: Punya kartu kredit cukup 2, kalau tidak mau pusing terus-menerus. Jika Anda masih merasa pusing, gadaikan saja kartu kredit Anda. Asmara: Tak juga ada ujungnya. Harus ada yang berani maju untuk ambil keputusan. Jika masih ragu, potong saja ujungnya. Cowok Scorpio: Hidup itu indah. Dan yang namanya Indah itu pasti kebanyakan anak perempuan.
Gemini 21 Mei - 20 Juni Perasaan Anda lebih bermain peran daripada logika. Tak masalah, kok. Dengarkan saja kata hati Anda. Biarlah orang berkata apa,yang penting aku “ada apanya”. Karier: Jangan biarkan tekanan dari atasan menggoyahkan prinsip dan semangat Anda. Karena menurut ilmu fisika, semakin tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan semakin tinggi. Itulah awal mula terjadinya peristiwa “tekanan batin”. Keuangan: Kenapa tagihan jadi membengkak begitu, ya? Cek deh, apakah lemari baju terlihat makin sesak? Jika iya, bakar sajalah lemarinya. Asmara: Tak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Jangan putus asa. Karena jalan tikus pun masih tersedia. Cowok Gemini: Lagi sensitif, ya? Hayo, aku (sok) tahu lho. Cancer 21 Juni - 20 Juli Tekanan hidup terasa makin berat. Aturlah kembali target-target hidup Anda. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Berhentilah menatapi kaca spion, fokuslah pada jalan yang ada di depanmu saat berkendara. Nanti nabrak lho. Karier: Kalau memang tidak sreg, ganti jalur karier bisa mulai dipikirkan. Pikirkan, rasakan, resapi. Tapi sapi tidak bisa diserap. Keuangan: Bandingkan dulu semua, baru putuskan. Putuskan semua, baru bandingkan. Asmara: Untungnya, jawaban yang Anda butuhkan datang di saat yang tepat. Karena semua saat itu adalah waktu yang tepat. Jadi…. apa hayo? Cowok Cancer: Hari-hari diselimuti mendung. Harap sedia payung sebelum hujan. Gunakanlah jas hujan yang berlabel SNI. Jangan lupa untuk selalu membawa SIM A (Surat Izin Mencari Alasan) jika terjadi suatu peristiwa “keterlambatan” masuk sekolah. Leo 21 Juli - 21 Agustus Banyak hal membuat Anda bingung dan kalut. Akibatnya, Anda terlihat letih, lemas dan lesu. Kurang darah ya sob? Karier: Tujuan Anda baik, tapi metode yang Anda gunakan kurang efisien. Banyak-banyaklah berdoa dan memohon ampun kepada Allah. Keuangan: Insting Anda dapat diandalkan. Tapi, feeling Anda berkata lain. Apalagi tetangga Anda yang berkata, pasti lain lagi. Asmara: Masih setia nih nungguin si dia yang lagi nungguin si dia yang lain. Cowok Leo: Udah, modusin yang lain aja. Ramalan Zodiak Virgo 22 Agustus - 22 September Kesehatan Anda terganggu. Curi sedikit waktu untuk olahraga, ya agar lebih bugar bukan fulgar. Kurangi makanan yang mengandung banyak sugar, karena makanan yang manis dapat menjadi salah satu faktor penyebab obesitas pada seseorang (FAKTA). Karier: Meski pekerjaan sedang tidak terlalu banyak, dan beban yang dipikul tidak terlalu berat, bukan berarti massa badan Anda tidak cukup berat. Keuangan: Tentukan prioritas dengan cermat. Jangan sekali-kali menggunakan metode “Kami untung, Anda buntung.” Asmara: Kemarin adem ayem. Kok, sekarang malah berantem? Dulunya suka makan bayem, kok sekarang jarang mesem? Cowok Virgo: If you feel happy, smile. If you feel small, small. Ramalan Zodiak Libra 23 September - 22 Oktober Hari yang aman untuk bermain dan bersantai. Hari yang tenang dan aman untuk berdamai. Karier: Apakah Anda sudah yakin dengan pilihan Anda saat ini? Walaupun banyak pertanyaan dari luar? Hiraukan pertanyaan yang mengganggumu, letakkan saja di luar kepala (jika Anda memang tidak memiliki kepala). Keuangan: Bakat Anda bisa dibisniskan, tuh. Lumayanlah, dari pada nyabein orang, lebih baik jualan cabe aja di pasar. Asmara: Ekspresikan rasa cinta Anda, agar dia makin yakin. Jangan bersembunyi di balik bakwan, nanti dimarahin yang jualan lho. Cowok Libra: Kendalikan hasrat Anda. Jangan main srobot saat membeli tiket kereta odong-odong.
37
Ramalan Zodiak Sagitarius 23 November - 20 Desember Motivasi diri Anda untuk lebih maju atau siapkan kasur untuk lebih mundur. Karier: Anda terjebak dengan orang yang tidak dapat diandalkan. Hati-hati, ingat lampu merah. Keuangan: Santai saja, meskipun pengeluaran melebihi pemasukan. Apa? Pantai? Asmara: Kalau Anda tak ingin buang-buang waktu dan energy, maka simpanlah waktu dan energy tersebut. Cowok Sagitarius: Pikir sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali dan terbukti banyak sekali. Ramalan Zodiak Capricorn 21 Desember - 19 Januari Pergilah ke temat yang belum pernah Anda kunjungi. Pastikan tempat itu bukan rumah kosong. Karier: Punya banyak bos? Tak usah bingung, siapkan meteran. Ikuti saja yang paling tinggi. Keuangan: Kalau hanya demi gengsi, tak usah saja. Ingat dompet? Masih ingat pahlawan Patimura? Asmara: Sesekali ajaklah pasangan masuk ke kelompok teman Anda dan jangan pernah mengajak pasangan Anda masuk dalam kandang singa. Cowok Capricorn: Di atas. Awas ada meteor jatuh di ladang gandum.
Ramalan Zodiak Aquarius 20 Januari - 18 Februari Ungkapkan perasaan Anda dengan kata-kata. Jangan diam terus, kapan dianya tahu bro? Karier: Pilih kata dengan hati-hati. Pilih makanan, yang halal dan gratis pastinya. Keuangan: Duh, kebakaran jenggot nih. Jenggotnya siapa bro? Asmara: Hmm, flirting dengan siapa, sih? Modus banget nih, godain orang tua biar uang saku naik ya? Cowok Aquarius: Mengejar ekor sendiri tidak akan ada hasilnya. So, kejarlah ekor orang lain. Ramalan Zodiak Pisces 19 Februari - 20 Maret Untuk menenangkan jiwa yang sedang resah, tirakat bisa menjadi jawaban. Untuk memenangkan jiwa yang lara, dibutuhkan rumah sakit jiwa. Karier: Sibuk berat? Beban berat? Badan juga berat? Ya sudah, dinikmati sajalah. Keuangan: Sudah lama tak belanja? Mau belanja? Yang bener? Yakin? Asmara: Wah, Anda nyaris tak punya waktu untuknya, ya? Sisihkan waktu sedikit saja. Sedikit jangan banyak-banyak. Cowok Pisces: Teman-teman lama lagi kangen tuh. Enelan, cius. Mi ayam. Ramalan Zodiak Aries 21 Maret - 20 April Anda sedang disibukkan oleh berbagai kegiatan. Anda merasa lelah dengan semua aktivitas yang Anda jalani? Anda merasa bosan dengan semua ini? Anda merasa semua ini salah? Ya, mungkin itu hanya perasaan Anda saja sajalah. Karier: Jangan menekan diri Anda terlalu keras, sakit kan? Keuangan: Bosan dengan tabungan yang jumlahnya tak juga bertambah? Saatnya melirik investasi. Jual beli rumah Barbie. Asmara: Anda dibayangi oleh kenangan manis, namun diselingi juga oleh kenangan pahit. Tambahkan saja garam. Cowok Aries: Pendekatan dengan kelembutan? Apa modus dengan gratisan? *EH WARNING! Bacalah tulisan ini dengan saksama, teliti dan berhati-hati. Karena apa? Karena tulisan ini mengandung banyak sekali bumbu-bumbu yang berbau ngawur. Yang terpenting, yakinilah apa yang seharusnya kau yakini. Jangan sepenuhnya percaya dengan apa yang terucap, tertulis, apalagi yang berbau absurd. Satu lagi, ini ZODIAG ZONE bukan WAR ZONE. (Maria)
Indie
Sign of Indie Minggu, 1 Juni 2014 GOR Bahurekso Kendal 09.00 – 16.00 WIB OASIS: Apa yang melatarbelakangi terselenggaranya SIgn of Indie? Arfin Rizka: Keinginan untuk mewadai dan memajukan musisi di Kendal terutama musisi yang sudah mempunyai lagu lagu sendiri.
dpaspor,bahkan dpaspor sendiri mengakui kalau bandnya adalah band bayangan,tau lagunya tp tidak tau orangnya,mereka adalah band indie lable
OASIS: Apakah Sign of Indie merupakan acara perdana dari Arca Production? atau ada kerja sama dgn pihak lain? Arfin Rizka: ini acara yang kedua,dulu pernah ada indiepeg di tahun 2011,sign of indie murni dari manajemen arca production
OASIS: Apakah Sign of Indie ini akan dilanjutkan menjadi program tahunan? atau bagaimana? Misal kelak akan ada Sign og Indie #2 dan seterusnya... Iwan Franzy: Dengan antusiasme penonton dan para musisi yang begitu luar biasa, semoga kami bisa melanjutkan acara ini secara rutin
OASIS: Kenapa harus indie? Kenapa musik indie harus diperjuangkan? Arfin Rizka: Karena indie sebagai karakter dari seorang musisi,dan sebuah karya adalah bentuk aspirasi,komunikasi yang disampaikan lewat harmoni,dan menurut saya itu layak di perjuangkan OASIS: Siapa saja band indie yg terlibat (manggung) dlm acara ini? Arfin Rizka: Adimas Solois yang dikesempatan ini juga melaunching albumnya, dpaspor,daun bambu,DAUD AFI (INDONESIAN GOT TALENT) -POTATTO BOEMI RASTAFARA -THE BLACKLIST -EIDELWEIS -PAPERLESS -PAPERCLIP -STIGMA -COFFE TIME -XENA -INGVIE RASTA -SILENCE IN THE DARK -ALMARHUM -SAY’Q -KABUT TROPICA -SMOKE -DO IT OASIS: Apakah semua band indie dari kendal? Kenapa harus band indie kendal? apakah ada misi tertentu (misal buat memajukan band indie kendal atau bagaimana?) Iwan Franzy: Tidak semua dari kendal, ada D’Paspor dari Karawang, adimas dari jakarta, dan daud afi (ex indonesia got talent) misi untuk memajukan musisi kendal adalah misi dari pertama kami berdiri OASIS: Apa yang menarik dari D’Paspor? Hingga dihadirkan sebagai tamu? Apa band tsb juga indie? Atau berawal dari indie? Arfin Rizka: Yang menarik adalah band ini lagunya banyak dipunyai di hp hp anak anak muda juga orang tua,tapi mereka tidak tau siapa
38
OASIS: Siapa musisi/ band indie yang menarik dalam panggung Sign of Indie tersebut? Arfin Rizka: Ada, seorang solois, bernama Adimas. Ia berasal dari kota kelahiran kendal, tapi menetap di jakarta, merilis singgle pertama di arca record pada tahun 2010 dengan lagu Dua hati, sempat terhenti aktivitasnya sebagai musisi karena urusan pekerjaan, baru pada awal tahun 2014 adimas mulai merecord lagu2 nya yang lai, di antaranya terlalu sayang, bukan boneka, tak sanggup dan jalan hidup, keinginan besar untuk terjun di industri musik membuat adimas merilis sendiri mini album pertamanya yg berjudul terlalu sayang, dan menggandeng Arca music production untuk sekaligus menggarap video klip di seluruh album nya, pembuatan video klip nya yg mengambil setting lokasi di hampir seluruh kota di jawa tengah, bahkan di lagu dua hati pengambilan scene nya sampai ke jawa barat Adimas Solois juga mencetak album nya sebanyak seribu keping dvd, dan promo radio dan televisi di seluruh indonesia, mengandeng Arca music production untuk membuat soft launcing pertamanya di kota kendal dengan di suport oleh musisi2 kendal lainya , tentu saja juga dengan Komunitas musisi terbesar di kendal yaitu komik (komunitas musisi kendal)
Iwan Franzy, pria asli kelahiran Kendal yang juga DOP (Director of Photography) Arca Production Kendal, yang beralamat di Desa Ngasinan RT 04 RW 02 Weleri Kendal Arfin Rizka, direktur Arca, pria asli kelahiran Kendal, lulusan Universitas Negeri Semarang jurusan Pendidikan Seni Musik lulus tahun 2007.
39