JONG Majalah online PPI Belanda - No. 4/September 2010 - Tahun 1
1
I N D O N E S I A
http://majalah.ppibelanda.org
Mencari Peruntungan di belanda Kelahiran Kembali PPI Belanda Dubes Junus Habibie Kritik Geert Wilders
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
2
PPI Belanda dan Studi Banding
B
isa dibilang, PPI Belanda selalu galak dan keras menyikapi program studi banding DPR. Di akhir bulan Juli 2005, PPI Prancis menginformasikan bahwa rombongan studi banding Badan Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat RI akan melanjutkan perjalanan kontroversial mereka dari Paris ke Amsterdam. Menindaklanjuti informasi tersebut, PPI Belanda berusaha menemui para anggota Dewan untuk berdiskusi namun tidak mendapatkan izin. Alhasil beberapa foto yang diambil di lobby hotel tempat mereka menginap dipasang di situs PPI Belanda setelah disetujui secara aklamasi oleh Presidium PPI Belanda. Foto dan berita tentang kunjungan tersebut kemudian mendapatkan perhatian dari media nasional di tanah air (lebih dari 15 media cetak dan elektronik). Bulan Oktober 2008, PPI Belanda juga memboikot dan menolak kunjungan DPR ke Belanda dan Eropa. Alasan utamanya, para anggota DPR RI yang datang ke Belanda waktu itu sekadar “studi banding�. Dari seluruh jadwal kunjungan, waktu yang benarbenar dipakai untuk mengunjungi departmen terkait hanya dua-tiga jam. Baru-baru ini (14-19/09/2010), diam-diam sejumlah 17 anggota Panitia Kerja Rancangan UndangUndang Hortikultura dari Komisi IV DPR mengunjungi Belanda untuk melakukan studi banding terkait Undang-Undang Hortikultura. Salah satu tempat yang dikunjungi adalah Universitas Wageningen di Belanda. Sayangnya, PPI Belanda dan 60an orang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Universitas Wageningen tidak tahu bahwa
anggota DPR mengunjungi kampus mereka. Sehingga kunjungan wakil rakyat itu lepas dari pantauan mereka. Selain korupsi dan moralitas, program studi banding anggota DPR juga banyak disorot. Resistensi dari masyarakat terhadap program ini terus menguat. Namun anggota DPR tetap getol mengadakan studi banding ke luar negeri. Bukan rahasia umum lagi, agenda studi banding sesungguhnya merupakan cara anggota DPR untuk bisa melancong gratis ke luar negeri. Studi banding dan berpesiar memang mengasyikkan, apalagi uang sakunya cukup besar. Pro-kontra muncul menyikapi program studi banding anggota DPR. Di satu sisi, studi banding merupakan kesempatan bagi anggota DPR untuk belajar dan menambah pengetahuan. Di sisi lain, masyarakat menolak studi banding anggota DPR ke luar negeri, kecuali untuk hal-hal yang mendesak dan sangat penting, seperti penandatangan letter of intent. Ada beberapa pendapat yang mendasari mengapa masyarakat menolak studi banding anggota DPR ke luar negeri. Pertama, studi banding dinilai tidak tepat karena selama ini studi banding anggota DPR ke luar negeri tidak memiliki tujuan jelas dan belum tentu mendatangkan manfaat. Selain memboroskan anggaran negara, efektivitas studi banding belum pernah teruji. Setiap studi banding tidak pernah ada laporan, kecuali mungkin oleh-oleh yang dibawa buat keluarganya. Kedua, kegiatan studi banding tidak etis secara sosial politik karena saat ini masyarakat sedang dililit
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
kesulitan ekonomi. Masyarakat mempertanyakan sensitivitas anggota DPR dengan memboroskan uang negara sementara banyak rakyat yang menderita kemiskinan. Anggota DPR melenggang ke luar negeri, di saat yang sama rakyat meregang nyawa karena berebut untuk mendapatkan uang di depan istana. Ketiga, studi banding anggota DPR seringkali mengingkari transparansi dan akuntabilitas. Karena takut disorot masyarakat, kegiatan studi banding biasanya dilakukan sembunyi-sembunyi. Keempat, beberapa kali terjadi, studi banding ke luar negeri ternyata salah sasaran karena negara yang dikunjungi merupakan negara yang sistem politik, aspek sosial, dan kondisi geografisnya amat berbeda dengan Indonesia sehingga hasilnya sia-sia. Kelima, pelaksanaan studi banding saat ini tidak tepat karena citra DPR sedang merosot karena banyak anggotanya diduga terlibat korupsi dan produktivitasnya yang memprihatinkan. Sebenarnya ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengefektifkan kinerja anggota DPR. Pertama, alokasi anggaran kepada program yang bermanfaat dan menyentuh masyarakat. Dari pada hanya menghamburkan anggaran Negara untuk belajar tentang bunga dan cabe, dana untuk studi banding lebih baik dialokasikan untuk membiayai penelitian para mahasiswa yang meneliti tentang bunga dan cabe, sehingga berkontribusi bagi kesejahteraan rakyat. Kedua, jika studi banding dilakukan sekadar untuk
3 megumpulkan informasi, maka kemajuan teknologi dapat menjadi solusi yang tepat, cepat, dan murah, melalui fasilitas internet, teleconference, dan lain-lain. Anggota dewan dapat mengunjungi situs resmi lembaga yang akan dikunjungi dan bisa mendapatkan banyak informasi tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun. Ketiga, akses masuk untuk terhadap informasi atau pengetahuan semestinya bisa dilakukan dengan memaksimalkan fungsi staf ahli DPR atau dengan berkonsultasi dan mendatangkan pakar baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri ke Indonesia. Keempat, bekerja sama dengan KBRI, anggota DPR bisa memanfaatkan komunitas Indonesia dan pelajar Indonesia di luar negeri. Transfer informasi dan pencarian data bisa dilakukan dengan melibatkan komunitas pelajar
(Perhimpunan Pelajar Indonesia) di negara yang dituju. DPR perlu mengevaluasi efektivitas berbagai studi banding, dan menghentikan program yang menghabiskan anggaran negara tersebut. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mencatat untuk masa 2010 ini, DPR menganggarkan dana Rp100 miliar lebih untuk studi banding, dan Rp40 miliar di antaranya khusus untuk studi banding terkait rancangan undangundang (VIVAnews, 14/09/2010). Pemborosan uang negara dengan dalih studi banding harus dihentikan karena persoalan ekonomi masih menjadi persoalan utama kita. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa studi banding DPR hanya untuk pelesir ke luar negeri dan dinilai kurang bermanfaat. Faktanya, memang beberapa produk UU bermasalah sehingga perlu dimintakan uji materi (judicial review) ke Mahkamah
Konstitusi (MK). DPR punya pekerjaan berat untuk berbenah dan memperbaiki citra yang merosot. Untuk itu dibutuhkan niat dan kerja yang lebih serius, serta keterbukaan untuk dikontrol oleh rakyat. Hal ini bukan hanya semata persoalan pesona, melainkan menyangkut tanggungjawab DPR terhadap rakyat. Seluruh elemen rakyat, khususnya Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) dan komunitas-komunitas Indonesia di luar negeri perlu mengawasi acara studi banding DPR dan mempertanyakan makna, tujuan dan hasil konkret dari setiap kunjungan anggota DPR. Kita tidak boleh jemu untuk terus mengingatkan anggota dewan yang terhormat: mereka telah memiliki segalanya, yang tidak mereka miliki adalah perasaan malu.*** Yohanes Widodo, mantan Sekjen PPI Belanda 2007-2009
R e d a k s i
JONG INDONESIA - Majalah online PPI Belanda. Pemimpin Umum: Yohanes Widodo (Wageningen) Pemimpin Redaksi: Yessie Widya Sari (Wageningen) Sekretaris Redaksi: Yasmine MS Soraya (Delft) Staf Redaksi: Asti Rastiya (Denhaag) Sujadi (Leiden) Amar Ma’ruf (Amsterdam) Rahma Saiyed (Denhaag) Henky Widjaja (Denhaag) Prita Wardani (Denhaag) Meditya Wasesa (Rotterdam) Bhayu Prasetya Turker (Enschede) Rika Theo (Den Haag) Indarwati Aminuddin (Wageningen) Shindi Indira (Wageningen)Kiki Kartikasari (Wageningen) .Fotografer: Qonita S (Eindhoven) Jimmy Perdana (Wageningen) Layout: Asriadi Masuarang (Wageningen)
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
4
Mencari Peruntungan di Belanda Mencari kerja di Belanda bukanlah hal yang mudah. Terlebih saat ini Belanda turut mengalami krisis finansial. Kondisi ini pun berdampak ke menyusutnya peluang kerja. Jangankan peluang kerja bagi para pendatang, penduduk asli Belanda pun mengalaminya. Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
Foto: Jimmy Perdana
5 Study di Belanda merupak an impian banyak or ang. Beriburibu or ang dari pelosok daer ah di Indonesia berlomba-lomba merebutk an beasiswa untuk bisa belajar di negeri kincir angin ini. Tidak hanya beasiswa dari STUNED, tetapi juga dari Ford Foundation, NFP, Depkominfo dan lainnya turut mendukung untuk meningk atk an tar af pendidik an bangsa. Setelah perjuangan agar dapat menempuh study di Belanda tercapai, mak a perjuangan lainnya menanti. Kehidupan yang sebenarnya dimulai selepas kita menyelesaik an kuliah. Ada yang pulang dan kembali ke pekerjaan lamanya, ada pula yang mulai mencari pekerjaan baru di Indonesia, serta ada yang mencoba peruntungan di luar negeri. Berikut ini ur aian pengalaman beber apa teman Jong Indonesia (JI) yang mencoba peruntungannya di Belanda.
T
ertantang menguji peruntungan di Belanda? Beruntunglah bagi para intelek muda yang berkesempatan menyelesaikan pendidikannya dibawah naungan lembaga pendidikan Belanda. Jika anda tertantang untuk menguji peruntungan di Belanda, maka anda wajib mengetahui segala macam prosedural pengurusan zoekjaar verblijfsvergunningen. Berbekal zoekjaar verblijfsvergunningen alias search year residence permit kesempatan meniti karir itu pun terbuka. Zoekjaar verblijfsvergunningen adalah visa ijin tinggal satu tahun yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada mahasiswa internasional yang berhasil menamatkan pendidikannya di Belanda dengan ditandai tanda bukti kelulusan. Setelah memperoleh zoekjaar verblijfsvergunningen, kini status anda berubah menjadi pelamar pekerjaan. Seandainya dalam tenggang waktu satu tahun ini anda berhasil mendapatkan kerja maka perusahaan atau pemberi kerja tersebut wajib merubah ijin
tinggal anda menjadi kennismigrant verblijfsvergunningen alias highskilled migrant residence permit. Tertarik mengetahui bagaimana prosedural pengurusan ijin tinggal pasca kelulusan? Silahkan melihat informasi syarat lengkap, biaya, dan ketentuan mengurus aplikasi tersebut di situs kantor imigrasi Belanda: www.ind.nl Zoekjaar verblijfsvergunningen bukanlah jaminan untuk mendapatkan pekerjaan. Mencari kerja di Belanda bukanlah hal yang mudah. Terlebih saat ini Belanda turut mengalami krisis finansial. Kondisi ini pun berdampak ke menyusutnya peluang kerja. Jangankan peluang kerja bagi para pendatang, penduduk asli Belanda pun mengalaminya. Wajar jika kemudian keleluasaan memperoleh peruntungan semakin berkurang. Meski demikian, mulai tahun 2010 ini beberapa perusahaan mulai menata ulang anggaran ekonomi mereka dan perlahan-lahan membuka lowongan kerja, baik bagi warga negara Belanda asli maupun para pendatang. Lalu sejauh manakah daya saing
lulusan Indonesia dibandingkan dengan lulusan dari Negara Belanda sendiri dan lulusan Negara lainnya? Berbicara masalah kualitas dan kemampuan, para lulusan dari Indonesia mungkin tidak berbeda dengan para lulusan dari negara manapun, tetapi masalah ‘bahasa’ mungkin lebih menjadi masalah utama disini. Tiga bahasa utama yang digunakan disini adalah bahasa Belanda, Inggris dan Perancis. Tidak menutup kemungkinan bahasa Jerman dan Spanyol yang juga cukup dipakai. Para lulusan dari Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu (mother tongue) harus bersaing dengan para native speaker yang berasal dari Inggris, Amerika, Australia, Perancis, Belgia, dan sebagainya. Wajar jika kemudian para lulusan dianjurkan agar kerja ekstra demi kemampuan berbahasa dan tidak hanya satu bahasa internasional tetapi bila mungkin dua atau lebih. “Selain memperdalam bahasa Inggris, saya harus kursus bahasa Belanda juga dan bukan hanya percakapan tetapi struktur bahasa secara formal dan
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
6 sebagainya. Setelah belajar bahasa Belanda mungkin saya akan ambil kursus Perancis,” kata Yasmine Soraya lulusan Hukum Perburuhan Internasional Universitas Tilburg yang telah menjadi penduduk di Belanda. “Karena, lapangan kerja yang sesuai dengan jurusan studi saya menuntut agar saya berbahasa Belanda. Ada yang hanya menggunakan bahasa Inggris saja tetapi itupun yang paling dekat di Brussel, Belgia,” tambahnya. “Maka dari itu, sekarang saya fokus belajar bahasa Belanda dan tetap mencoba mencari pekerjaan. Selebihnya saya menulis dan mengerjakan riset untuk program PhD saya. Tetapi kendala lainnya adalah usia saya terus bertambah dan saya bersaing dengan yang muda-muda yang notabene pemberi kerja akan memberi kesempatan lebih besar kepada mereka karena range gajinya lebih murah sesuai undangundang disini. Maka, saya perlu untuk memaksimalkan usaha saya berbahasa dan mencari kerja dari sekarang,” imbuhnya. Lain lagi dengan pengalaman Yessa Arthur, alumni Universitas Tilburg jurusan Investment Analysist. Ia menekankan bahwa mencari kerja dimana-mana sama saja sulitnya. Ia mencoba mencari kerja melalui internet dan dari acara-acara jobfair yang diadakan di kampus selain itu ia juga mendaftar pada beberapa headhunter untuk memperluas jaringan. “I had several interviews and tests. Jadi kalau masalah prosedur tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Mungkin kesulitan yang ada adalah bagaimana cara meyakinkan employer kalau kita
worth it mampu dan berhak untuk mendapatkan pekerjaan itu, karena setahu saya butuh effort lebih untuk hire international worker, apalagi dari negara seperti Indonesia,”
saya mendaftar lowongan kerja sebagai Phd student dan saya diterima,”katanya.“Saya bekerja sebagai peneliti di bidang teknologi proses. Tentu saja sewaktu mendaftar saya harus bersaing dengan pendaftar lainnya dari berbagai negara. Ada dua sesi wawancara yang harus saya ikuti: dengan profesor pembimbing utama dan dengan perusahaan atau organisasi yang membiayai proyek saya. Hasil master thesis saya yang dipublikasikan di salah satu jurnal sangat membantu saya memperoleh posisi ini.” tambahnya.”Sejauh ini saya menikmati pekerjaan saya. Terutama karena jadwal kerja yang fleksibel dan kesempatan untuk mengikuti konferensi dan pelatihan di dalam dan luar negeri. Yang sulit adalah membagi waktu untuk pekerjaan dan kehidupan sosial, terutama jika sedang dikejar deadline. Untungnya lingkungan kerja saya sangat akrab dan menyenangkan sehingga kolega-kolega saya adalah juga teman-teman saya. Menurut saya, relasi yang baik dengan kolega dan Foto Jimmy Perdana katanya. “Kalau bicara tips, mungkin pembimbing adalah salah satu yang bisa saya share adalah be kunci penting di balik suksesnya brave and confident, even if you PhD.” aren’t. Kadang-kadang saya merasa Batu Loncatan melalui Magang minder dengan job responsibilities, Kurikulum pendidikan tinggi tapi sebenernya sih sama saja Belanda menerapkan program dengan di Indonesia,” tambahnya. kerja magang di perusahaan atau Beda jurusan beda pula lapangan yang disebut internship dalam kerjanya dan kesempatannya. waktu yang bervariasi 3 sampai Pengalaman Stevia Sutanto, alumni 6 bulan. Untuk yang berkuliah TU Delft. Saat ini ia adalah mahasiswi program bachelor, kerja magang Phd. Phd termasuk dalam lingkup ini biasanya dilakukan di tahun pekerjaan di Belanda. Mahasiswa/i terakhir masa studi sebagai syarat program Phd biasanya digaji dan kelulusan. Di beberapa sekolah termasuk sebagai researcher. tinggi (Hogeschool/University of “Setelah lulus program master lalu Applied Scicence), para pelajarnya
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
7 juga diwajibkan menjalani magang di tahun ketiganya. Sementara bagi pelajar program master, kerja magang di perusahaan bukan hal yang wajib. Kesempatan kerja magang ini bisa menjadi nilai plus bagi para pelajar. Mereka bisa menerapkan ilmu dan teori yang didapat dari kampus. Perusahaan-perusahaan di Belanda sendiri biasanya menyediakan posisi bagi untuk para pemagang (intern). Standar gaji bulanan pun sudah ditetapkan menurut standar dan kebijakan masing-masing perusahaan. Dilihat dari sisi perusahaan, program magang ini memudahkan mereka bila mereka benar-benar membutuhkan tambahan karyawan untuk sebuah proyek dalam waktu terbatas. Perusahaan mendapatkan tenaga ahli dengan memberikan upah di bawah standar upah karyawan tetap. (Sebagai informasi, gaji pemagang bervariasi antara 200-800 euro bruto perbulan,
tergantung program studi, tipe dan karakteristik perusahaan). Dari sisi pelajar dan pemagang, tentu mereka bisa menutup pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dari gaji hasil kerja magang. Namun yang paling berharga tentunya mereka bisa memperluas jaringan profesional dunia kerja. Ketika para pelajar lulus kuliah, dan langsung terjun ke dunia kerja, mereka diharapkan tidak merasa asing dengan kegiatan dan lingkungan kerjanya. Mereka dididik tidak hanya agar matang secara akademis, tetapi juga tanggap pada dinamika perjalanan dan pertumbuhan perusahaan, dan memahami struktur organisasi perusahaan. Nilai ini yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan. Di saat mereka sangat membutuhkan tenaga ahli untuk ditawarkan kontrak kerja, baik temporer ataupun tetap, siapa lagi kandidat nomor satu yang teruji dan bisa mereka percaya selain para pelajar
yang pernah menjalani program magang di perusahaan itu? Namun demikian, tidak semua yang lulus bisa kembali bekerja di perusahaan tempat mereka magang. Karena kesempatan kerja pun tergantung kondisi ekonomi dan kebutuhan perusahaan. Dalam situasi ini, para lulusan dihadapkan pada tantangan baru, berusaha mengirimkan lamaran (melalui pos fisik maupun elektronik), menghadapi tahap-tahap wawancara, dan negosiasi kontrak kerja sebelum mereka diterima sebagai karyawan baru. Masih banyak lagi pengalaman teman-teman yang mencoba peruntungan di Belanda, baik melalui magang terlebih dahulu ataupun langsung bekerja menjadi researcher. Tetapi dengan ini, semoga dapat memberi gambaran kepada teman-teman bagaimana persaingan mencari kerja di Belanda. Terus usaha dan berdoa adalah kuncinya. Ora et Labora.
Pengalaman Bekerja di Belanda Setelah saya lulus dari Program Master Fakutas Hukum Universitas Erasmus di Rotterdam, saya langsung pulang ke Indonesia untuk melanjutkan bekerja di Universitas Indonesia. Selama saya bekerja di UI, saya melamar untuk magang di pengadilan internasional di Belanda yang memang bisa dibilang merupakan pusat dari pengadilan internasional. Saya mencoba melamar ke International Crimnal Tribunal for the Former Yugoslavia (ICTY) yang berkedudukan di Den Haag. Setelah lama tidak mendengar jawaban, sekitar 2 bulan saya menunggu, saya disarankan oleh salah satu teman saya untuk melamar ke bagian Defence (Pembela) yang memiliki skema tersendiri dan tidak terlalu birokratis dibandingkan divisi lainnya. Setelah mempelajari dokumen apa saja yang dibutuhkan (lihat sini : http://www.adcicty.org/) akhirnya saya
mendapatkan tawaran untuk magang selama tiga bulan tanpa bayaran dan tanpa uang tunjangan. Intinya, dana harus disediakan sendiri. Setelah menabung cukup lama, saya terima tawaran tersebut dan berangkat ke Belanda. Dua minggu setelah saya magang di ICTY, saya mendapatkan tawaran untuk magang di Special Court for Sierra Leone (SCSL) yang berkantor cabang juga di Den Haag. Setelah menerima tawaran tersebut, saya mulai mencari kerja sampingan untuk mencari pendapatan karena hidup di Belanda tidak murah. Enam bulan berlalu, hasil kerja saya pun mulai di hargai dan akhirnya saya diberikan tawaran kontrak untuk bekerja sebagai Legal Assistant di SCSL. Bekerja di forum internasional memang tidak mudah dan persaingannya boleh dibilang cukup tinggi. Masalah utama yang sering No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
8 saya alami adalah kendala bahasa. Saya beruntung dikarenakan pekerjaan saya hanya membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris. Kebanyakan lapangan kerja di Belanda sepertinya membutuhkan kemampuan Bahasa Belanda, setidaknya sampai standar tertentu yang bervariasi, tergantung dari kebutuhan perusahaan atau institusi masing-masing. Akan tetapi, bahasa saja bukan merupakan faktor utama, etika kerjapun merupakan faktor penting. Misalnya, menghargai waktu dalam artian selalu hadir di kantor atau rapat atau meeting di luar kantor dengan klien tepat waktu dan bahkan kalau bisa lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan. Contoh lainnya misalnya menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan batas waktu yang diberikan. Selain itu, kejujuran juga merupakan salah satu faktor penting. Misalnya, apabila memang merasa tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang di tentukan, maka harus menjelaskan
dengan detail alasan apa yang menyebabkan hal tersebut. Dengan begitu kita bisa dihargai dan tidak dinilai tidak bertanggungjawab. Dikarenakan pengadilan internasional merupakan organisasi internasional, institusi tersebut dinilai bukan bagian dari institusi Belanda sehingga pekerjanya tidak memerlukan surat izin untuk bekerja di Belanda. Selain itu, masalah visa pun diurusi langsung oleh pihak pengadilan yang bekerja sama dengan Kementrian Luar Negeri. Dari pengalaman saya, beberapa hal yang saya pelajari dan mungkin dapat dibagi adalah, jangan pernah menilai diri lebih rendah dan menilai diri tinggi daripada kemampuan sebenarnya. Bila hidup sendiri di Belanda, dibutuhkan ketahanan yang lebih tinggi. Kesempatan akan ada bila tidak berhenti mencari. Selamat mencoba dan berjuang. (Fatiah Balfas SH, LLM) – lihat juga: http:// pralangga.org/correspondents/fati-balfas
Dr. Hadiyanto: “Mengetahui the Real Work Atmosphere...�
Berbekal gelar sarjana dari Teknik Kimia UNDIP, Dr. Hadiyanto berhasil menuntaskan gelar akademiknya sebagai master dan PhD dibidang teknik bioproses dari Wageningen University of Research Center. Yesseie Widya Sari (JI) mendapatkan kesempatan berdialog dengan Dr. Hadiyanto yang kini tercatat sebagai dosen di Departemen Teknik Kimia UNDIP, yang juga sempat meniti karir temporer sebagai peneliti post doctoral di dua lembaga, yaitu NIZO Food Research BV, The Netherlands dan grup riset intensifikas proses, TU Delft, the Netherlands.
Kenapa tertarik meniti karir temporer di NL? Yang jelas terutama karena saya menempuh pendidikan di sini. Saya rasa adaptasi terhadap culture and society akan lebih mudah kalo kita sudah tinggal di Negara itu sebelumnya. Keinginan untuk ke luar Belanda tentu saja ada akan tetapi saya coba untuk mengetahui the real work atmosphere di Belanda di luar atmosphere pendidikan. Keuntungan apa yang diperoleh ? Bekerja di level international memberikan keuntungan sendiri terutama dalam international networking. Selain itu tentu saja pengalaman yang sangat berharga bisa bekerja dengan orang-orang yang professional dibidangnya serta memberikan kita kesempatan untuk memperoleh tambahan ilmu, skill, work atmosphere dan pengetahuan lainnya. Susah nggak dapetin posisi itu? Sebenarnya bukan masalah susah
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
atau gampang. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memilah dan memilih vacancy yang sesuai dengan background dan kemampuan kita. Jika bidang yang diapply sesuai dengan background kita, akan memberikan kemudahan sendiri dalam proses interview. Harus diingat bahwa suatu vacancy juga diapply tidak hanya oleh kita, sehingga nilai plus dari kita diri kita harus ditunjukkan. Apa saja modal yang diperlukan? Modal yang diperlukan tentu saja background pendidikan kita, Unique Selling Point atau keunggulan kita, rasa kepercayaan diri dan mudah adaptasi dengan lingkungan baru, oh ya tentu saja kemampuan bahasa merupakan hal penting lainnya untuk dipertimbangkan. Sejauh mana status alumni luar negeri (Belanda) mempengaruhi kemudahan mendapatkan posisi tersebut? Menurut saya, suatu company
9 di Belanda dalam mendapatkan seorang employee tentu akan mencari dari perguruan tinggi di negaranya sendiri terlebih dahulu. Saya rasa hal ini wajar, karena mereka akan memilih seseorang dengan kultur dan pola pendidikan yang sama. Akan tetapi bagusnya disini adalah bahwa suatu job vacancy harus diiklankan terlebih dahulu dalam suatu media misalnya academic transfer. org, monsterboard.nl, werk.nl sehingga benera-benar fair dalam seleksinya. Bagaimana pula probability alumni dalam negeri (Indonesia) utk mendapakan hal serupa? Probability tentu saja ada. Banyak juga alumni luar belanda bisa survive di sini, tetapi kembali berpulang pada background pendidikan, skill , unique selling point yang bisa kita tawarkan kepada company atau instansi di Belanda. Bisa berbagi kunci suksesnya? Intinya menguasai materi kita itu sangat penting, akan tetapi akan lebih menguntungkan lagi kalau kita menggabungkan dengan skill dan pengetahuan lainnya misalnya networking sebanyakbanyaknya pengetahuan kultur dan budaya dimana anda tinggal ,dsb. Lalu adakah manfaatnya buat Indonesia? Tentu saja. Jika kita kembali ke Indonesia dengan modal pendidikan dan pengalaman kerja yang berbeda, maka Insyaallah ini akan sangat bermanfaat untuk instansi kita secara langsung maupun bagi Indonesia secara umum. Tetapi kembali hal ini akan dipengaruhi lagi oleh kondisi fasilitas dan lingkungan kerja di Indonesia. Tertarik buat merubah status temporer jadi permanen staf di luar negeri? Mengambil keputusan permanen status merupakan suatu keputusan yang harus di pikirkan secara komprehensif. Saat ini posisi saya belum memungkinkan untuk itu.
Tips persiapan bekerja mencari kerja di Belanda: 1. Susun dan simpan CV dan surat motivasi. Surat motivasi nantinya bisa diubah sedikit untuk melamar ke perusahaan yang berbeda. 2. Unggah CV-mu ke situs yang terkenal dan cukup luas di Belanda www. monsterboard.nl dan www.nuwerk. nl. Di situs-situs itu kamu bisa mencari posisi yang lowong. 3. Sebelum wawancara, pelajari jenis perusahaan yang dituju, produkproduk, organisasi, sistem kerja, fasilitas dan bonus yang bisa didapat. 4. Berpakaian rapi dalam wawancara. Tidak harus berjas karena setiap jurusan studi maupun perusahaan berbeda-beda. Sebagian perusahaan bidang teknik/engineering, jeans dan T-shirt pun tidak masalah asal tidak kelihatan kumal. 5. Manfaatkan jaringan dari staf pengajar, dosen, teman kuliah, kenalan, dan situs jejarng sosial untuk mencari informasi lowongan kerja. 6. Manfaatkan biro jasa/agen pencari tenaga kerja. Namun, pahami peraturan dan ketentuannya, dan sistem kerja dengan biro jasa. Bisa tanya langsung pada konsultan yang mengontak kamu. 7. Baca dan pahami isi kontrak kerja sebelum menandatanganinya. Bila belum jelas, tanyalah, karena biasanya bahasa yang diguniakan dalam surat kontrak adalah bahasa hukum. Minta surat kontrak dalam bahasa inggris bila kamu tidak cukup paham bahasa belanda. 8. Saling membantu sesama pencari kerja. Karena bisa jadi ketika kamu dipanggil wawancara, tugastugasnya tidak sesuai minatmu tetapi cocok dengan kemampuan teman/ kolegamu. (Bayu)
Akademis oke, social skill juga tak kalah penting Setiap lulusan berbekal pengetahuan akademis yang cukup, namun tidak
semua siap dengan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi di dunia profesional (social skill). Tidak semua lulusan paham struktur menulis curriculum vitae (CV) dan surat lamarannya (motivation/cover letter). Situs panduan mencari kerja www. qompas.nl menyebutkan, setiap pelamar harus tahu dan mengenal potensi dirinya sendiri. Langkah pertama yang dilontarkan dalam situs itu adalah pertanyaan-pertanyaan analisis diri: Saya ingin apa? Saya bisa apa? Apa yang saya senangi? Apa yang ada pada saya untuk menarik minat perusahaan itu? Apa saya cukup bernilai bagi perusahaan itu?
Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan dalam sesi wawancara selain pertanyaan teknis: 1. Apa kelemahan dan kelebihanmu? 2. Di mana posisimu dalam dua, tiga, atau lima tahun ke depan? Apa yang kamu cita-citakan? 3. Apa kamu mampu bekerja dalam tekanan? 4. Mana yang kamu pilih, kerja secara individu, atau kelompok? Kenapa? 5. Apa kamu dapat bekerja secara fleksibel, tidak hanya sistem 9amto-5pm?
Situs-situs pencari kerja dan panduan bekerja di Belanda:
1. Bursa kerja nasional (Nationale CarriĂŠrebeurs) diadakan setiap tahunnya di Amsterdam dan Utrecht (www.carrierebeurs.nl) 2. Untuk mengunggah curriculum vitae (CV) ke situs yang terkenal www.monsterboard.nl dan www. nuwerk.nl 3. Situs panduan mencari kerja www. qompas.nl 4. Informasi tentang expatriate di Belanda http://www.expatica.com 5. www.intermediair.nl, www.nobiles. nl
Bhayu Prasetya, Yasmine MS Soraya, Yessie Widya Sari,
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
10
International Kitchen:
Nasionalisme ala dapur mahasiswa...
Foto Jimmy Perdana
Apa jadinya bila makanan khas yang dianggap identitas komunitas bangsa berpindah ke dapur yang secara administrasi melintasi negara?
I
nilah yang terjadi: Sejumlah mahasiswa Indonesia membeli beras suriname,dan memasaknya dengan gaya emak di rice cooker penyok akibat tekanan dikoper dalam perjalanan panjang dari Indonesia (mereka datang dari negara berkembang menuju negara maju dengan sebuah rice cooker yang diproduksi oleh negara maju). Kurang lengkap tanpa tempe yang diproduksi di Belanda, siap digoreng ala Indonesia. Tiap menyantapnya ada saja yang menyeletuk..mm bayangkan kalo ada sambal terasi? Ikan asin? Tak ketinggalan bayam kemasan yang berasal dari dataran tinggi dingin Belanda di supermarket Albert Heijn atau C1000 dan kemudian menjadi sayur hangat di meja makan. Meja makan berubah menjadi rumah makan padang, bundo. Untuk dua orang dibutuhkan empat piring,
namun minim sendok. Mahasiswa India dengan segala bumbu yang diatur cermat harus lengkap. Kurang sedikit, maka kurang pula rasa keindiaannya. Rempah-rempah untuk bumbu masakan India di beli dari supermarket Oriental Cina. Si pemilik bumbu, Chandra, mahasiswa tahun kedua di Wageningen menyebut seluruh makanannya sebagai incredible India. Nasi currie. Mereka memasak dengan gaya India, menaburi seluruh meja makan dengan atta (tepung gandum utuh) dan membiarkan seluruh aroma currie mengawang-awang di dapur yang batas-batas negara di tunjukkan melalui makanan .Tim Ceko dengan gesit segera membuka pintu, membiarkan bau kari itu mencari jalan aman. Dan kelompok Indonesia yang tak tahan dingin
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
akan mencari cara menutup pintu. Jangan terkejut pula melihat lemari India, dijejeri masoor, chana, toor, urad,dal, besan. Makanan pembuka diawali dengan naan, puri atau roti . Tak ketinggalan pula ghee (minyak samin). Jangan terkejut, seluruh bumbu rempah ada disini, mirch (cabe), rai, jeera, haldi, methi, hing perungayam, adrak, dalchini, dhanie, lassan, ajwain. Sebagai penutup makanan, permen herba khas yang bagi lidah Indonesia rasanya seperti balsem. Tiap duta dari negara lain akan terus bertanya, makanan apa ini?apa itu? Tapi tetap saja keesokan harinya nama bumbu dan masakan ala India itu hilang dari kepala Di pojok lain, dua sahabat yang mesra, Audrey dan Piere menyantap keju tua buatan Belanda, salad sayur plus tomat segar dengan minyak buatan Belanda, roti buatan
11 Belanda, duduk dengan gaya anggun Perancis, piring, garpu, sendok, dua bir dan berkata, “ini ala Perancis.” Mereka mahasiswa master yang tiap empat bulan berpindah negara. Selalu makan dengan gaya penuh keindahan. Sekelompok Ceko sibuk dengan pastanya, birnya, keju, roti danmenyebut semua makanan ini ala Ceko. Keributan mereka dimulai saat makanan telah habis dan kini saatnya beralih ke botol-botol minuman atau kaleng-kaleng bir. Terutama di malam minggu, angka begadang mereka meningkat bila sebelumnya jam malam hanya hingga pukul 1 malam, kini naik hingga subuh hari. Ini Ceko bung! Kelompok Cina yang ribut dengan sumpit, mangkok-mangkok kecil, sawi Cina, pork sehat yang telah menjadi serpihan daging halus dan duduk dengan gerakan sumpit yang sama cepatnya dengan gaya bicara mereka. Dalam jumlah sedikit (1-2 orang) utusan Cina masuk ke dapur dengan gaya cepat, nyaris berlari-lari tanpa suara. Dalam jumlah banyak, lebih dari 3 orang, mereka akan masuk pula dengan gaya kilat, menguasai kompor, westafel, piring-piring, meja makan dan kali ini diikuti suara-suara yang kemudian menciptakan negara Cina kecil di dapur. Christina, wakil dari Jerman tak memiliki bumbu apapun. Namun Ia memiliki segala hal dengan rasa ‘mirip’ Jerman. Lasagna. Pasta. Makanan “ekstrim” Mc Donald dan pizza. Hidup paginya dimulai dengan lapisan roti selai. Siang hari roti dengan lapisan keju, daging, tomat. Malam hari, Ia bersedia mencicipi apa saja, makanan Indonesia, “mm mini enak.” Kali lain makanan Cina. “Enak juga.” Kelompok Italy akan menghamparkan tepung dan mulai menunjukkan keahliannya
membuat pizza terenak, berbaur dengan kelompok Ghana yang kemudian menjadikan pasta dalam campuran ikan tuna sebagai makanan utama non Ghana. Pasangan Bulgaria Nikolas dan Maria akan menguasai satu bidang westafel, mengupas kentang dari kiri ke kanan, mencampurnya dengan bawang dan menyebutnya, the real Bulgaria. Lalu, kini tiap orang di dapur international ini menyebut makanan dengan kalimat senada, ‘ini makanan ala kami’, ‘ini bumbu khas kami’, ‘’çara masak kami’, dengan cara itulah mereka menetapkan nasionalisme dalam diri mereka selama berada jauh dari negara masing-masing. Hingga bahkan rak-rak kulkas dipenuhi dengan beragam bumbu dan sayur dari jenis yang sama namun diracik dengan cara berbeda. “Sampai gaya makanpun berbeda,”kata Frida Rahmita, mahasiswi Universitas Maastricht yang berbulan-bulan hidup di dapur komunal. Pertanyaannya, bisakah kita tetap menyebut makanan yang telah melintasi ribuan tahun perjalanan dan hidup dari sejumlah dataran
negara berbeda disebut sebagai ‘makanan khas kami?” Apakah kata kami ini merefeleksikan kelompok etnik di negara masing-masing atau suku bangsa? Sesuatu yang melekat dalam diri? Lalu, mengapa kita perlu merasa berbeda? Benedict Anderson, sosok gaek yang dicintai banyak orang di Indonesia dan populer atas pemikiran-pemikiran nasionalismenya mengatakan, nasion—rasa memiliki, diikuti dengan kata kami—adalah sebuah bayangan komunitas politik. Orang-orang secara sadar maupun tak sadar mendefinisikan dirinya sebagai anggota bangsa. Mereka lalu menghidupkan citra mengenai hal-hal yang terkait dengan bangsanya. Fakta bila ada orang yang rela-rela membawa rice cooker sedemikian jauhnya, melintasi sejumlah negara, membawa bumbu-bumbu khas dari India (sama halnya ketika orang rela mati demi bangsanya) menunjukkan adanya kekuatan yang luar biasa itu. Bayangkan di tengah modernisasi ini. Marxis dan teori liberalnya menyuguhkan cara pandang
Foto Jimmy Perdana
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
12 berbeda, tak perlu lagi nasionalisme. Pencitraan tak lagi relevan dengan dunia individuals pasca pencerahan. Nasionalisme itu ujung-ujungnya tetap saja berbau kesetiaan primordial dan solidaritas yang basisnya asal usul dan kebudayaan. Sepotong keju memicu perdebatan di tahun 2007. Sepele saja, Sipriot Turki dan Sipriot Yunani saling mengklaim bahwa keju Halloumi adalah milik mereka. Mengapa keju ini penting untuk menunjukkan identitas etnik, kelompok hingga batas negara? Pembahasan lalu dimulai, tak kurang melibatkan para profesor. Salahsatunya, Dr Zafer Yenal, seorang professor sosiologi di Bogazici University, Istanbul. Ia memulainya dengan pertanyaan, apakah baklava, makanan penyegar di akhir makanan yang sering disantap di Turki, memiliki asal-usul? Apakah baklava memiliki identitas kebangsaan? “Tidak..tidak samasekali.” Semua makanan di dunia ini telah berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Lalu disiapkan dengan cara sendiri dan disantap dengan cara sendiri. Makanan diserap dan menyerap ritme dan selalu berubah dalam tiap perjalanan. Baklava bukanlah identitas. Dalam pengertian ini makanan tidak memiliki arti penting khusus dalam nasionalisme, sebutir kacang, kata Safer, tetap sama saja dimana-mana. Justru yang penting adalah bagaimana belajar dari perbedaan dan melihat bagaimana makanan menghubungkan kita dengan dunia luar tanpa membatasi kehidupan sosial. Demikian halnya keju Halloumi.
Perjalanan Panjang Ribuan tahun usia bumi menghasilkan pula milyaran jenis makanan. Makanan yang ada hari ini adalah sebuah proses yang tak pernah berhenti termodifikasi meski dari bahan yang sama. Mereka yang tinggal di Kutub Utara dan Selatan mengolah makanan yang mengandung banyak lemak untuk menjaga tubuhnya tetap hangat. Mereka yang berasal dari wilayah tropis membutuhkan banyak minuman dibanding makanan. Bentang alam mempengaruhi pula bumbu, cara masak, dan gaya makan. Di negara kita, benturan dan percampuran Eropa dan Timur sejak abad-19 menghasilkan soep (bahasa belanda). Di sini disajikan hangat-hangat terutama di musim dingin. Bahan utamanya air kaldu daging dicampur sayuran. Di Jawa yang tropis sana, makanan ini dikreatifkan dengan sejumlah sayur, tak heran ribuan jenis sup pun tercipta dari bahan dasar yang mirip. Cina ikut memberi kontribusi pada sup ini dan di negara mereka terciptalah sup Kimlo.
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
Perkedel jagung dan bahkan perkedel sayur di kenal dengan sebutan frikkadel. Awalnya dibuat di dapur Perancis oleh seseorang bernama Fricandeau. Saat Perancis di masa Napoleon menguasai Belanda, mereka membawa pula frikkadel ini. Dari belanda, frikkadel ini melanglang buana ke Indonesia saat masa penjajah. Di Indonesia, frikkadel termodifikasi begitu banyak hingga kita bahkan bisa memperkedelkan sayuran. Belum lagi korket. Dalam bahasa Perancis disebut croguetttes. Semur dari kata smoouur berasal dari Portugis. Perjalanan sejarahnya membuatnya mampir di Indonesia dan tenar. Meski orang Betawi sendiri mengklaim bahwa‘makanan semur kami’ini berasal dari sebuah cerita tentang jongos di abad 19. Ngomong-ngomong, sebentar lagi kami akan mengakhiri puasa dan akan menyajikan makanan kami, “kari ayam, semur daging, nasi Indonesia kami dan tak ketinggalan sup yang hangathangat.”. Semuanya ala Indonesia! Indarwati Aminuddin
13
Indonesia Selalu Kalah Langkah? B
Judul: Grand Techno-Economic Strategy Penulis: Prof. Dr. Matthias Aroef dan Ir. Jusman Swafii Jamal Penerbit: Hikmah (Mizan Group) Tahun: 2009 Halaman: 266 halaman, ISBN: 9789794335598
uku “Grand TechnoEconomic Strategy: Siasat Memicu Produktivitas untuk Memenangkan Persaingan Global“ ini ditulis oleh Prof. Dr. Mathias Aroef, MSIE, IPM dan Ir. Jusman Syafii Djamal. Professor Mathias dikenal sebagai bapak teknik industri Indonesia. Pria minang yang meraih gelar sarjana teknik mesin dari fakultas teknik Universitas Indonesia (kini Institut Teknologi Bandung (ITB)) dan gelar doktor teknik industri dari The Ohio State University, Columbus, Amerika Serikat ini dikenal dengan cetusan gagasan “Gerakan Membangun Produktivitas“. Sedangkan Ir. Jusman dikenal sebagai teknokrat ulung yang meniti karirnya di bidang teknologi kedirgantaraan. Sarjana teknik mesin ITB kelahiran Aceh ini sempat menjabat posisi direktur utama di PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (kini PT. Dirgantara Indonesia) dan pernah pula menjabat menteri perhubungan dalam kabinet indonesia bersatu. Reputasi pengarang buku sebagai akademisi kawakan dan teknokrat senior, setidaknya dapat menjadi indikasi bagi para teknokrat muda untuk mengambil buku ini
sebagai salah satu referensi dalam memperkaya perspektif untuk menelaah masalah lambatnya perkembangan teknologi bangsa. Dalam salah satu bagian
pimpinan, kesadaran yang selalu terlambat, gagap teknologi di Abad Teknologi, dan minimnya pelaku industri yang menguasai manajemen teknologi. Dari lima pokok masalah yang telah dijabarkan, saya berusaha untuk melakukan pengembangan interpretasi dari paparan para penulis. Konsep pandang Indonesia Incorporated adalah konsep yang memandang seluruh elemen produksi bangsa sebagai satu kesatuan korporasi yang saling menunjang satu sama lain. Setiap langkah yang dilakukan unsur suatu usaha dilakukan dalam orkestrasi koordinasi dengan unsur usaha negara lainnya. Konsep ini berhasil diterapkan oleh negaranegara raksasa Asia seperti Cina dan Jepang. Cina, contohnya, telah mempersiapkan seluruh elemen usaha bangsanya dalam satu komando sebelum berani membuka diri menapakkan kaki dalam persaingan global. bukunya, penulis memformulasikan Sikap “cuek” pimpinan atau lima aspek utama yang dipandang lemahnya kepekaan pemegang sebagai pokok permasalahan yang kebijakan terhadap perang menjadi penyebab selalu salah teknologi yang dikatalisasi oleh langkahnya Indonesia menghadapi perdagangan bebas menjadi persaingan global. Lima faktor bumerang bagi bangsa. Tanpa yang dipaparkan penulias adalah: kepekaan dan visi yang jelas maka kealfaan mentalitas ”Indonesia negara akan diombang-ambing Incorporated“, sikap ”cuek“ oleh negara lain dengan visi, misi, No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
14 dan eksekusi “korporasi� yang kuat. Budaya operasi biaya tinggi tentu bertolak belakang dengan prinsip dasar industri yang menitik beratkan pada efisiensi penggunaan sumber daya. Kesadaran yang selalu terlambat adalah akibat dari sikap apatis kita terhadap perkembangan zaman. Kerangka berfikir reaktif harus diubah menjadi kerangka berfikir yang lebih aktif. Karena pihak yang reaktif selalu menjadi korban dari pihak yang bersikap aktif. Oleh karena itu penarikan putra-putri terbaik bangsa yang berkompeten untuk disewa sebagai perencana,
eksekutor, dan evaluator dari visi Indonesia Incorporated harus segera dilakukan. Prinsip dasar untuk memercayakan segala sesuatu pada ahlinya dan memberikan penghargaan yang sesuai pada orang-orang ahli adalah hal yang tidak dapat ditawar. Bagaimana mungkin sebuah negara membiarkan putra-putri terbaiknya tersisih dan sementara mereka dipuja-puja di negara orang? Paparan di atas berkaitan juga dengan penjabaran dua poin terakhir yang diajukan penulis: sikap gagap teknologi di abad teknologi dan minimnya pelaku industri yang
menguasai manajemen teknologi. Minimnya pasokan manusiamanusia berkualitas dan melek teknologi dalam tubuh suatu tim otomatis akan mengakibatkan degradasi performa tim. Di kala tim lain memperkaya diri dengan pasokan sumber daya kualitas maka tim yang terlena akan pasti tergilas dan dari mangsa tim terbaik. Sampai kapan kita akan membiarkan pemain-pemain terbaik kita bermain untuk tim lain. Jangan salahkan pula bila mereka bermain untuk tim lain bila jadi bagian yang sering dikesampingkan di tim kita. Meditya Wasesa
OV Chipcard: Mudah, Cepat dan Aman
M
elakukan perjalanan diantara satu kota ke kota yang lainnya di Belanda sangat mudah dan cepat. Selain karena Belanda termasuk negara yang kecil secara luas geografi, juga karena sistem transportasinya yang canggih dan didukung oleh infrastruktur yang baik. Kalau ingin jalan-jalan didalam kota nya sebaiknya menggunakan trem atau bis, dan kereta untuk jarak antar kota. Dengan sistem transportasi yang canggih tentu juga sistem pembayaran nya menyesuaikan. Jika ingin menggunakan bis atau trem kita bisa menggunakan Strippenkaart. Tapi itu cara lama, sekarang dikenal sistem baru yang bernama OVchipcard. Apa itu OV-chipcard? OV-chipcard adalah cara pembayaran baru untuk sistem transportasi umum di Belanda. Kartu pintar ini berukuran kecil seperti kartu bank yang berisi
chip tak terlihat. OV-chipcard bisa diisi dengan sejumlah euro dan dengan ini anda bisa melakukan perjalanan dimana saja di Belanda denan menggunakan transportasi bis, trem dan kereta. Bahkan di kota besar seperti Amsterdam, sudah tidak menggunakan Strippenkaart lagi. OV-chipcard bisa dipesan melalui online, untuk jenis personal OV-chipcard, bisa juga dibeli langsung di dalam bis atau trem untuk jenis Disposal OV-chipcard. Bagi para pelancong yang hanya tinggal beberapa hari di Belanda bisa memilih Disposal OV-chipcard atau Anonymous OVchipcard, karena bisa langsung dibuang setelah dipakai. Tapi jika anda berencana untuk tinggal lebih dari 6 bulan atau 1 setahun sebaiknya anda memilih personal OV-chipcard. Dengan OV-chipcard kamu akan mendapatkan keuntungan-keuntungan seperti, potongan harga khusus untuk
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
kereta dan juga banyak opsi untuk mengisi ulang kredit didalam OV-chipcard. Nah kalau jalanjalan ke Belanda kamu sudah bisa mencari OV-chipcard di toko buku, supermarket atau langsung didalam tremnya. ***
15
Mangan: Berkah atau Petaka? Oleh: Herry Naif
P
uIau Timor adalah salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selain Pulau Flores, Sumba, Alor dan berbagai pulau kecil lainnya. Isi perut pulau Timor, yang sering disebut Nusa Cendana, didominasi oleh mineral Mangan. Mangan adalah unsur kimia yang digunakan untuk peleburan logam (metalurgi) proses produksi besi baja, baterai kering, keramik dan gelas. Jika mangan terserap oleh tubuh dalam jumlah banyak, akibatnya dapat merusak hati, membuat iritasi, karsinogen atau menyebabkan kanker pada manusia, hewan dan tumbuhan melalui rantai makanan. Kini, potensi mangan sedang
dikampanyekan secara luas baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Mangan dinilai sebagai potensi mineral yang memiliki nilai jual dimana menarik banyak pemodal berdatangan ke pulau tersebut. Hal ini pun disambut gencar oleh rakyat (masyarakat) di Pulau Timor yang sedang dilanda gagal panen, akibat sedikitnya curah hujan pada musim tanam petani. Penambangan mangan seakan menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat Timor dalam memenuhi kebutuhan hidup, tanpa mengerti dampak kerusakan yang ditimbulkan, baik itu terhadap kondisi ekologi yang diambang kegentingan, sosial-
budaya yang makin renggang dari waktu ke waktu, dan bahkan kesehatan masyarakat Timor yang makin terpuruk. Hasil Pantauan Pertambangan Mangan di Biinmaffo, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor umumnya adalah penambangan mangan yang dilakukan rakyat. Menurut pengakuan warga, awalnya mereka sama-sama mengambil mangan yang tampak di permukaan tanah namun ada korban jiwa yang terusmenerus di beberapa tempat, sehingga sebagian orang kemudian meninggalkan aktivitas itu. Sekarang para penambang sudah harus menggali tanah beberapa meter
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
16
Foto Shindi Indira
karena mangan di atas permukaan tanah sudah mulai kurang bahkan tidak ada lagi. Dalam tradisi masyarakat TTU (Dawan), mangan disebutnya fatu metan atau fatu pah yang tidak boleh diganggu apalagi dipindahkan siapa pun. Dulu bila mangan muncul di kebun, kemudian diposisikan pada tempat yang layak dan dijadikan sebagai tempat persembahan di kebun itu. Fatu metan diyakini memiliki nilai mistik-magis yang sangat dihormati masyarakat Dawan. Oleh karena itu sampai kapan pun, tidak boleh diapa-apakan. Bila dilanggar, akan terjadi bencana atau peristiwa yang luar biasa dan membawa korban. Kepercayaan ini kemudian tergerus zaman kapitalistik dimana modal menguasai manusia dan angan-angan kesejahteraan akan digapai melalui penambangan mangan. Dalam perjalanan, ternyata fatu metan ini bukannya membawa kesejahteraan tetapi malah mengantar jiwa orang karena tertimbun tanah. Fakta ditemukan bahwa penambang tidak dilengkapi
pelindung tubuh, misalnya masker pelindung mata, mulut, hidung dan kaos tangan. Para penambang pun tidak menggunakan perlengkapan itu karena mereka juga tidak pernah diinformasikan mengenai dampaknya bagi kesehatan, terutama pada pernapasan. Mereka melakukan aktivitas itu selayaknya bekerja kebun. Padahal, apabila mangan itu diserap tubuh terlalu banyak ia sanggup merusak hati, membuat iritasi, karsinogen atau menyebabkan kanker pada manusia, hewan dan tumbuhan melalui rantai makanan. Analisis Daya Rusak Tambang Mangan di Kabupaten TTU: Dampak Ekologi Perubahan Bentangan Alam (landscape) Luas wilayah kabupaten TTU adalah 2.669.70 km² atau 5,6% dari Luas Provinsi NTT, sedangkan luas laut Kabupaten TTU adalah 950 km². Dari luas wilayah daratan ini, diklasifikasi bahwa tanah yang rawan erosi seluas 142, 99 Ha (39,4%) sedangkan tanah yang relatif stabil seluas 161, 74 (60,6%)
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
(lihat: Timor Tengah Utara dalam Angka 2006/2007, BPS TTU dan BAPEDA TTU). Dari data ini dapat dikaji bahwa penggalian dan pengambilan mangan di Kabupaten TTU yang dilegitimasi dalam 82 Surat Kuasa Pertambangan (SKP), tentunya akan menggusur ribuan lahan pertanian, peternakan, hutan, dan sumber air (hidrologi). Aktivitas penambangan mangan juga dinilai menyebabkan terganggunya tata air setempat, resiko bencana, longsor serta banjir. Kondisi ini diperparah dengan tanah rawan erosi seluas 142,99 Ha (39,4%), karena permukaan tanah dikupas, digali, menjadi lubang-lubang, dan hilangnya keanekaragaman hayati di kabupaten TTU, akibat perubahan bentangan alam dan kerusakan ekologi. Struktur perekonomian Kabupaten TTU didominasi oleh sektor pertanian (74,7%) khususnya sub-sektor tanaman pangan yang menjadi tempat bagi sebagian besar masyarakatnya mencari sumber penghasilan, sehingga keberadaan dan keberlangsungan sub sektor ini menjadi sangat strategis (lihat: Timor Tengah Utara dalam Angka 2006/2007, BPS TTU dan BAPEDA TTU). Kabupaten TTU dikenal sebagai wilayah yang sangat cocok dalam pengembangan peternakan (sapi, kerbau, babi, kambing, dll). Itu berarti, dengan 82 Surat Kuasa Pertambangan (SKP) berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan yang tidak akan menunjang pengembangan pertanian dan peternakan. Itikad Pemerintah Kabupaten TTU dalam Panca Program strategis dengan memfokuskan sektor pertanian khususnya tanaman pangan menjadi salah satu program utama
17 dalam mengkatalisasi pertumbuhan ekonomi daerah, hanyalah sebuah mimpi, bila pertambangan kemudian dilihat sebagai leading sector. Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa dengan 82 Surat Kuasa Pertambangan (SKP) akan mengubah tatanan ekologi yang selama ini ada, malah membawa malapetaka. Anggapan bahwa mangan selalu ada di kawasan gersang dan tanah liat yang selama ini tidak dimanfaatkan untuk pertaniaan adalah rasionalisasi pembenaran atas aktivitas perusakan bentangan alam. Oleh karena itu, dengan 82 Surat Kuasa Pertambangan bisa dibayangkan berapa luas bentangan alam yang dirusakan. Alasan, uang jaminan 50 juta per titik adalah bentuk pelumasan hati warga agar rakyat bisa membenarkan dan menyepakati kebijakan ini. Siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan bentangan alam di Kabupaten TTU? Pertambangan: Industri Rakus Air Air adalah unsur hakiki untuk bertahannya hidup manusia dan tanaman dan hewan yang tengah bertumbuh kembang. Beberapa dasawarsa lalu persoalan air adalah persoalan wilayah perkotaan, sebab di sana banyak kawasan industri, sehingga banyak lahan dikonsersi menjadi lahan penduduk. Sekarang kelangkaan air telah menggejala di dunia tanpa mengenal sekat-sekat wilayah. Bahwa di banyak wilayah pedesaan, permukaan air bawah tanah jauh menurun, mata airmata air tercemar dan persediaan menurun secara drastis seiring dengan gencarnya eksploitasi sumber daya alam besar-besaran. Persaingan atas sumber daya air diantara para pemanfaat
irigasi, pemilik industri dan konsumen rumah tangga acapkali menguntungkan para penguasa, sehingga menelantarkan masyarakat yang kurang berdaya. Menghadapi permasalahan krisis air yang terus meningkat dari waktu ke waktu, banyak argumentasi yang dilontarkan. Misalnya: Pertama, kekurangan air akibat penduduk yang semakin bertambah. Kedua, pembagian, pemborosan dan kurangnya penghormatan terhadap air di tengah masyarakat yang materialistis dan konsumeristis. Ketiga, krisis air berkenaan dengan privatisasi pelayanan pasokan air dan kepemilikan atasnya. Dari beberapa pandangan di atas, dalam konteks Kabupaten TTU dapat ditemukan bahwa beberapa wilayah menjadi pelanggan kekurangan air atau bahkan ketiadaan air. Pada musim kemarau masyarakat harus pergi mencari air untuk minum, mandi, cuci dan berbagai kebutuhan lainnya. Secara teoritis ataupun empirik, ketersedian air sangat bergantung pada luas hutan dimana berfungsi sebagai water cathcman area (kawasan penangkapan air). Kabupaten TTU memiliki luas hutan seluas 126,235 ha (47,3%) dari luas wilayah daratan. Itu berarti, Kabupaten TTU memiliki kawasan penyangga yang cukup bagus. Dengan hingar-bingarnya 82 Surat Kuasa Pertambangan mangan tentunya akan berdampak pada kerusakan hutan. Pertambangan mangan yang dilakukan di luar kawasan hutan pun akan sangat mengganggu ekologi karena tentunya akan menimbulkan pencemaran udara dan air. Mumpung, belum dilakukan proses pencucian dan pemurnian mangan dilakukan di wilayah kabupaten TTU. Hal ini akan sangat terasa
ketika penggalian, pencucian dan pemurnian dilakukan di wilayah TTU. Lebih dari itu dapat dibayangkan bahwa dengan 82 Surat Kuasa Pertambangan, mengindikasikan bahwa Kabupaten TTU akan mengalami krisis air. Sebelum ada tambang, air menjadi langka. Apalagi ada tambang mangan yang merusak tatanan hidrologi. Pertambangan Menyebabkan Limbah Beracun/Tailing Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan. Selain tailing, kegiatan tambang juga menghasilkan limbah lain seperti: limbah kemasan bahan kimia dan limbah domestik. Tailing menyerupai lumpur kental, pekat, asam dan mengandung logam. Logam berat itu berbahaya bagi keselamatan makhluk hidup. Pertambangan skala besar biasanya menggunakan bahan kimia seperti sianida, merkuri dan xanthat untuk memisahkan mineral dari batuan. Emisi beracun (limbah berbentuk gas) berupa timbal, merkuri dan sianida, senya sian (CN) kalau dikonsumsi tubuh akan mengganggu fungsi otak, jantung, menghambat jaringan pernapasan, sehingga terjadi asphyxia orang menjadi seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Kabupaten TTU merupakan wilayah yang cocok untuk pengembangan ternak. Dari data BPS TTU dilihat bahwa peternakan di kabupaten TTU terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Misalnya, pengembangbiakan ternak sapi dari 70.229 (2005) meningkat menjadi 75. 475 (2006) (lihat: Timor Tengah Utara dalam Angka 2006/2007, BPS TTU dan BAPEDA TTU) . Artinya, ternak sapi
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
18 sangat cocok dikembangkan di Kabupaten TTU yang selama ini juga menjadi pendapat alternative rakyat dalam memenuhi hak-hak dasar seperti; pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan perumahan yang layak. Pengembangan ternak (sapi, kerbau, kambing dan babi) berkontribusi riil bagi peningkatan kualitas hidup rakyat tanpa merusak. Sedangkan, penambangan mangan di Kabupaten TTU akan berpengaruh pada sumber-sumber penghidupan rakyat (lahan, air, ternak dll) di wilayah ini akan tercemar oleh tailing. Apalagi mangan itu, bila diserap tubuh terlalu banyak akan merusak hati, membuat iritasi, karsinogen atau menyebabkan kanker. Hal ini diperparah karena masyarakat melakukan penambangan mangan tanpa dilengkapi dengan masker dan kaos tangan. Tidak heran para penambang akan perlahan-lahan mengalami keracunan. Penambang sedang bunuh diri dan membunuh anak cucu. Dengan 82 Surat Kuasa Pertambangan (SKP) di Kabupaten TTU berapa jumlah masyarakat yang diracuni setiap hari dan terancam keselamatannya? Berapa racun yang disebarkan pada lahan pertanian dan peternakan? Apakah pendapatan dari harga mangan 1000-1500/kg melebihi pendapatan pertanian, peternakan dan perkebunan? Bila argumentasinya adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), berapa masyarakat Kabupaten TTU yang mengetahui dan mengontrol PAD Kabupaten TTU, sehingga dapat diketahui bahwa Pertambangan Mangan akan meningkatkan PAD.
budaya dan modal sosial. Modal sosial dapat diterjemahkan sebagai hubungan atau jaringan (network) antara orang-orang yang memiliki pikiran dan gagasan sama tentang suatu hal. Dalam konteks budaya masyarakat Kabupaten TTU, bahwa hubungan sosial (social communal) terbentuk karena kesamaan kepentingan atas pengelolaan sumber-sumber produksi setempat, kesamaan atas tanah dan kekayaan alam, serta kesamaan sejarah dan adat budaya. Direnggutnya penguasaan masyarakat atas tanah dan kekayaan alam menyebabkan fondasi modal sosial mereka lenyap dan berdampak pada: Pertama, lenyapnya daya ingat sosial, hilangnya tatanan nilai sosial yang dulunya dimiliki komunitas. Budaya nekaf mese ansaof mese akan ditinggalkan akibat perebutan mineral (mangan) sebagai pilihan alternatif dalam menunjang kualitas hidup rakyat: Talas/banu (larangan untuk alam yang sementara utuh dan tidak boleh dirusakkan oleh siapa pun); fuatono (ritual adat untuk minta hujan, paska musim kemarau; pembukaan lahan pertanian yang dilandasi dengan adat; ritus adat kepada Faut Kanaf, Oe Kanaf masih dipertahankan; Sek Hau Nomate (untuk panggil lebah dan panen lebah); mengenal pembagian Suf yang sudah ada ketentuan sejak awal oleh leluhur; mempertahankan dan mengenal tempat ritual adat dari masing-masing suku. Kedua, putusnya hubungan silahturami antar warga menyebabkan perpecahan, persengketaan bahkan konflik (saling melenyapkan eksistensi satu sama lain). Mekanisme resolusi konflik tradisional yang telah hidup Dampak Sosial-Budaya dalam komunitas tidak lagi dijadikan Dalam “The Forms of Capital� kontrol dalam kehidupan sosial. (1986), Piere Boudieu membagi Padahal, dalam konteks masyarakat modal menjadi modal kapital, modal Kabupaten TTU, untuk menaati
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
ketentuan hukum adat (banu) yang tidak tertulis biasanya diberi sangsi seperti: Oni (Suni); Satwa (tanduk, kepala babi, bulu); Nuta (Api); Nono hau ana (Hau No’); Opat (denda biasanya disepakati bersama warga). Dampak Kesehatan Apabila mangan itu diserap tubuh terlalu banyak ia sanggup merusak hati, membuat iritasi, karsinogen atau menyebabkan kanker atau menurunnya daya tahan tubuh, karena merosotnya mutu kesehatan, mental warga, dan seringkali munculnya penyakitpenyakit baru, baik penyakit yang berupa metabolisme akut akibat pencemaran (udara, air, tanah dan bahan-bahan hayati yang dikonsumsi), penyakit menular (kelamin)dan penyakit lain yang dibawa oleh pekerja yang berasal dari luar daerah. Di Kabupaten TTU, jumlah penderita rawat jalan pada Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan RSUD Kefamenanu selama 2006 sebanyak 17248 kali kunjungan (pasien) atau turun 11,8% dibanding tahun 2005 (19568). Jenis penyakit yang dominan masing-masing: Infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA) 50,8 %, penyakit lainnya 29,6%, penyakit dengan tanda gejala tak jelas lainnya 6,3%, penyakit yang lainnya di bawah 5%. Sedangkan Penderita rawat inap selama tahun 2006 pada RSUD Kefamenanu sebanyak 2. 267 kunjungan (pasien) atau turun 38,3 persen dari keadaan tahun sebelumnya. Penyakit dominan untuk kunjungan rawat inap: Diare 34,7% penyakit lainnya sebesar 24,6 %, pneumonia 11,5%, penyakit dengan tanda gejala dan keadaan tak jelas 5,69%, malaria 5,43%, penyakit lainnya dibawah 5% (lihat: Timor Tengah Utara dalam Angka 2006/2007, BPS TTU dan BAPEDA TTU).
19 Dari data itu, dapat dianalisis bahwa pertambangan mangan yang dilakukan secara manual di Kabupaten TTU akan berakibat: Pertama, dengan 82 SKP akan memperparah kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten TTU akibat tercemarnya lahan pertanian, sumber air dan peternakan. Sebelum adanya pertambangan mangan di Kabupaten TTU, penyakit dominan yang dialami adalah ISPA (Infeksi
memperburuk kondisi kesehatan masyarakat kabupaten TTU. Kedua, mempersulit penanganan kesehatan akibat penambangan dengan 82 SKP, karena hampir dilakukan hampir di seluruh wilayah kabupaten TTU. Artinya bahwa pencemaran ini akan dialami daerah yang memiliki potensi pertambangan (tidak terkonsentrasi) pada wilayah tertentu. Kondisi ini diperparah karena Dinas Kesehatan
Tabel Korban Mangan (Sesuai dengan Pemberitaan Pos Kupang)
Sumber: Pos Kupang)
Saluran Pernapasan Akut) dan diare akan mengalami peningkatan yang luar biasa, karena tercemarnya udara, air dan lahan pertanian. Sebelum pertambangan, data BPS (2006) menunjukkan dari 236.853 balita, 142. 535 dalam keadaan baik gizinya, 78.883 mengalami gizi sedang dan 15.435mengalami gizi buruk. Kondisi ini akan diperparah lagi. Jumlah balita yang mengalami gizi buruk ini akan mengalami peningkatan karena ibu hamil dan anak juga ikut dalam pertambangan mangan. Apalagi, kedua penyakit ini memiliki korelasi dengan pencemaran udara dan air. Untuk itu, pencemaran udara dan air akibat pertambangan mangan akan
sendiri tidak memiliki rekomendasi layak tidaknya pertambangan. Dinas Kesehatan bukan pemadam kebakaran tetapi mestinya sebelum pertambangan Dinas Kesehatan sudah memiliki Kajian tentang dampat Pertambangan bagi kesehatan masyarakat. Selama Agustus 2009–Mei 2010 tercatat 12 korban jiwa akibat tertimbun tanah penggalian mangan. Sedangkan di Kabupaten TTU tercatat 4 korban mangan. Dalam konteks Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), negara bertanggung jawab atas korban jiwa akibat pertambangan. Itu bukan dilihat sebagai konsekuensi dari pertambangan yang harus
ditanggung penambang. Karena tugas Negara adalah melindungi, memenuhi, menghormati serta memajukan hak-hak rakyat. Dari data korban mangan (tabel) dilihat bahwa pertambangan mangan bukan hanya berdampak pada buruknya kesehatan tetapi bahkan membawa korban jiwa. Itu berarti tugas negara belum secara maksimal dijalankan. Data Pos Kupang di wilayah Kabupaten TTU telah terdapat 4 korban jiwa. Itu berarti ada preseden buruk dari pertambangan yang katanya membawa kesejahteraan bagi rakyat TTU. Dampak Ekonomi Ekonomi dibagi menjadi kegiatan Produksi, Distribusi dan Konsumsi. Daya rusak tambang pada ekonomi setempat, merupakan penghancuran pada tata produksi, distribusi dan konsumsi lokal. Pertama, rusaknya tata produksi. Kabupaten TTU merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan peternakan selain pertanian. Apabila Pemerintah kabupaten TTU pro-rakyat maka yang didorong adalah pengembangan pertanian lahan kering dan pengembangan peternakan. Ini didukung dengan kondisi wilayah TTU. Operasi pertambangan mangan dengan 82 SKP di Kabupaten TTU membutuhkan lahan yang luas, dipenuhi dengan cara menggusur tanah milik dan wilayah kelola rakyat. Kehilangan sumber produksi (tanah dan kekayaan alam) melumpuhkan kemampuan masyarakat setempat menghasilkan barang-barang dan kebutuhan pangan. Pertambangan mangan akan mempersempit lahan pertanian dan peternakan yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat TTU. Misalnya, pengembangbiakan ternak sapi 70.229 (2005) meningkat
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
20 menjadi 75. 475 (2006) (lihat: Timor Tengah Utara dalam Angka 2006/2007, BPS TTU dan BAPEDA TTU). Artinya, ternak sapi sangat cocok dikembangkan di Kabupaten TTU yang selama ini juga menjadi pendapatan alternatif rakyat dalam memenuhi hak-hak dasar seperti pendidikan, kesehatan dan perumahan. Kedua, tusaknya tata konsumsi. Lumpuhnya tata produksi menjadikan masyarakat makin tergantung pada barang dan jasa dari luar. Untuk kebutuhan sehari-hari mereka semakin lebih jauh dalam jeratan ekonomi. Uang tunai yang cendrung melihat tanah dan kekayaan alam sebagai faktor produksi dan bisa ditukar dengan sejumlah uang tidak lebih. Bahwa masyarakat kabupaten TTU yang memiliki tata konsumsi yang sosialis, artinya antar warga saling membahu dalam kesulitan. Kondisi ini akan mengalami pergeseran akibat masuknya tambang mangan. Pertambangan mangan akan membawa perubahan pola konsumsi yang individualistik dan konsumeristik. Lebih dari itu, masyarakat akan sangat bergantung pada pada pasokan pangan dari luar. Ketiga, rusaknya tata distribusi. Kegiatan distribusi setempat semakin didominasi oleh arus masuknya barang dan jasa ke dalam komunitas. Padahal, biasanya pada awal sebuah proses pertambangan akan dibangun opini publik bahwa pertambangan akan membawa kesejahteraan dengan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat. Namun, seperti yang terjadi di berbagai tempat lain, janji investor
Dampak Politik Politik seringkali diartikan sebagai proses pembuatan keputusan dalam sebuah kelompok. Menurut Dickerson dan Flanagan, politik sebagai “sebuah proses resolusi konflik (kepentingan), dimana segala daya dan usaha dikerahkan untuk pencapaian tujuan bersama�. Kenyataannya, ia berwujud upaya seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuannya dengan berbagai cara, bisa mempengaruhi dan meyakinkan, membohongi atau bahkan menyingkirkan pihak lain. Sedangkan menurut Harold Lasswell, politik adalah “siapa mendapatkan apa, kapan, dimana dan bagaimana?� Dalam konteks politik dapat dibenarkan pendapat Dickerson, Flanagan dan Harold Lasswell, dimana pemimpin Kabupaten TTU memengaruhi dan meyakinkan masyarakat bahwa potensi mangan menjadi pilihan alternatif tanpa menginformasikan dampak buruknya. Rakyat menambang Foto Shindi Indira tanpa mengerti apa dampak dari pertambangan mangan. karena tidak mampu menanggung Politik menjadi sasaran daya rusak derita dampak pertambangan. untuk memenangkan kepentingan Karena itu, pertambangan industri tambang. Ini dapat dilihat mangan di Kabupaten TTU perlu dari beberapa indikasi: dikaji secara cermat oleh Pemerintah Pertama, margininalisasi tataKabupaten TTU. Bukan dengan kepemimpinan yang membela pragmatis pertambangan disetujui kepentingan warga oleh negara dan dan diakhiri dengan kekesalan. korporasi. Ini bisa dilakukan dengan Permasalahan pertambangan ma- mendorong penggunaan perangkatngan di Kabupaten TTU bukan perangkat kepemimpinan formal, hanya diperdebatkan soal harga yang harus patuh kepada ketentuan mangan tetapi yang perlu dilihat negara. Argumentasi Pemerintah adalah keberlanjutan wilayah dan Kabupaten TTU yang diwakili Dinas potensi TTU bagi anak-cucu. Bila Pertambangan Kabupaten TTU tidak, pertambangan mangan akan bahwa ada jaminan tiap titik 50 merusak lingkungan dan generasi juta. Itu berarti dari 82 SKP, Pemkab penerus TTU. TTU memiliki pemasukan dari dan Pemerintah Kabupaten TTU adalah peningkatan ekonomi rakyat akan berubah roman menjadi kuli di negeri sendiri, seperti yang terjadi pada Pertambangan Buyat Minahasa Raya dimana warga harus meniggalkan tempat kelahirannya
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
21 bidang pertambangan sebanyak 4,1 miliyard. Sedangkan bila didistribusikan pada titik tambang maka tidak ada artinya dibanding kerusakan yang ditimbulkan. Dana itu bila diperlukan untuk rabat jalan dusun pada sebuah desa juga tidak cukup. Argumentasi ini dinilai sebagai rasionalisasi pembenaran atas pertambangan. Padahal, pemerintah yang baik, perlu menginformasikan tentang kerusakan yang ditimbulkan sehingga rakyat mengetahui resiko baik bagi manusia, lingkungan, sosial budaya. Dan bila perlu sudah bisa diprediksi tentang kerusakan yang ditimbulkan dan apa dana itu mampu untuk merehabilitasi kerusakan yang terjadi. Apakah Pemerintah Kabupaten TTU pernah mendiskusikan rencana pertambangan itu dengan rakyat ataukah ini diambil sebagai inisiasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Apakah sudah diperhitungkan dengan berapa besar dana rehabilitasi yang dibutuhkan? Kedua, rontoknya kelembagaan politik setempat digantikan oleh tata kelembagaan yang patuh kepada aturan-aturan negara. Ini menyebabkan lenyapnya ruang aspirasi dan partisipasi warga, dalam pengambilan keputusan politik setempat. Proses politik menjadi ajang legitimasi sosial bagi operasi tambang di tanah-tanah milik dan wilayah kelola warga. DPRD Kabupaten TTU telah membentuk Pansus Mangan. Apakah Pansus ini memiliki kekuatan dalam menyikapi pertambangan di kabupaten TTU? Kekuatiran yang terbersit adalah adanya kompromi kepentingan antara kekuasaan, DPRD dan investor. Bila ini terjadi maka masyarakat TTU akan mengalami permasalahan yang bersentuhan
dengan berbagai aspek kehidupan. Ketiga, program Community Development adalah cara yang digunakan untuk menggusur kelembagaan politik setempet. Ini biasanya dipakai jaringan LSM/ NGO makanya banyak NGO tidak banyak berkomentar tentang pertambangan atau kerusakan lingkungan hidup. LSM model ini biasanya sangat akrab dengan birokrat dan sangat kompromistis. Sejauh pantauan, dapat dilihat bahwa kelompok civil society yang mestinya dimotori oleh LSM/NGO di Kabupaten TTU itu tidak dilakukan. Kesimpulan Akselerasi pembangunan melalui pengelolaan sumber daya alam terutama melalui bidang pertambangan sebagai jawaban untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), penyedian lapangan kerja, percepatan pertumbuhan ekonomi, percepatan pembangunan desa tertinggal atau pengurangan kemiskinan di kabupaten TTU perlu dicermati. Para pelaku pertambangan juga selalu memberikan ilusi-ilusi tentang kemakmuran dan kesejahteraan dari eksploitasi kekayaan alam yang dikeruk dari bumi Indonesia umumnya dan Kabupaten TTU pada khususnya adalah mantera yang digulirkan terus-menerus untuk menghegemoni rakyat bahwa kehadiran industri tambang mangan mutlak diperlukan. Dari kenyataan yang ada, belum pernah ada bukti. Tambang Emas Freeport di Papua hanya bisa dibanggakan Indonesia sebagai Tambang Emas terbesar tetapi hasilnya adalah Propinsi Papua menjadi propinsi termiskin. Atau tambang Buyat Minahasa, masyarakat setempat harus melepastinggalkan tanah warisan
leluhur karena tidak mampu menanggung derita akibat pertambangan. Prinsipnya, pertambangan merusak sistem hidrologi tanah sekitarnya melalui penggalian. Masyarakat hanya akan menjadi penikmat warisan jutaan ton limbah tambang dan kerusakan lingkungan dan sosial lainnya. Apalagi dicermati bahwa lingkungan hidup di NTT diambang kegentingan akibat pemanasan global, global warming dan perubahan iklim, climate change yang terus terjadi. Apabila kondisi ini tidak disikapi secara objektif, baik oleh pemerintah maupun masyarakat TTU, tidak heran wilayah ini akan mengalami kondisi yang mengenaskan. Pertama, bumi Biinmaffo berada di antara tiga lempeng yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng pasifik Pan lempeng Eurosia. Karena letak ini, maka tak heran wilayah ini sering terjadi bencana. Kedua, bumi Biinmaffo berada di Pulau Timor yang merupakan gugus pulau kecil karena itu sangat rentan dengan kehilangan pulau. Ketiga, bumi Binmaffo tidak hanya bisa dibangun dengan pertambangan. Kabupaten TTU bisa membangun dengan potensi alam dalam bidang pertanian dan kelautan yang terkandung di dalamnya. Keempat, bumi Biinmaffo harus dikembalikan keasriannya dengan menolak seluruh pertambangan yang sedang diproses, karena pertambangan akan menghancurkan ekosistem yang ada di Kabupaten TTU. *** Penulis adalah Manajer Program WALHI NTT dan Staf pada Pusat Riset Pengelolaan Lingkungan Jiro-Jaro – Maumere. Email: herrynaif@yahoo.com
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
22
Terima Kasih, Jilbab!
P
Berjilbab di Eropa, rawan diskriminasi?
engalaman beberapa orang, terutama pasca peristiwa September 11th, memang menguatkan persepsi ini. Tapi alhamdulillah, pengalamanku tinggal dan traveling selama setahun di Eropa justru mengatakan sebaliknya. Saya justru mendapatkan b a n y a k keuntungan dan beberapa kali ditolong orang asing gara-gara jilbab saya. Roma, Italia, Februari 2009 Malam itu, saya dan teman saya, Dila, baru saja keluar dari sebuah warung internet, tepat di seberang stasiun kereta Roma Termini. Waktu masih menunjukkan pukul 7:30 pm. Kami berjalan menyusuri jajaran toko dan restoran, mencari tempat makan yang pas di hati dan pas di kantong. Belum jauh kaki kami melangkah dari warung internet, kami melewati beberapa orang pemuda yang tengah berdiri di pinggir jalan, bercakap sambil memegang botol bir. “Assalamualaikum!“ Salah satu dari pemuda itu mengucapkan salam pada kami. Aku sedikit kaget mendegarnya. Bukankah aku sedang berada di Italia?! “Waalaikum salam,“ jawabku. Saya menduga mereka adalah orang Turki. “Tuh Dil....ternyata di sini juga sama, laki-laki...kalaupun
menggoda, kalau sama perempuan berjilbab, maksimal mengucapkan salam“, tuturku pada Dila. Tapi baru selesai aku bicara, aku mendengar suara laki-laki memanggil kami. Aku menengok. Ternyata suara itu berasal dari laki-laki yang tadi mengucapkan salam. Dug....detak
laki-laki itu dengan waspada dan sedikit rasa takut. Kulihat kedua tangannya menunjuk ke kepalanya, lalu menunjuk ke arahku. Aku menangkap jika ia bermaksud menunjuk pada jilbab yang aku kenakan. “That’s beautiful! No many people who wear that!“ Serunya. Hhhhhh…. . ak u lega….ternyata dia tak berniat jahat, hanya ingin memberi komentar singkat. “Thank you,” jawabku sambil berlalu. Kejadian ini bisa dinterpretasikan bermacammacam. Tapi bagiku…laki-laki itu tak berniat buruk, justru sebaliknya. Memang ia memegang botol Foto Asti Rastiya bir, minuman yang jantungku sempat mengindikasikan seharusnya tak ia tenggak. Tapi rasa cemas! Aku lihat sekitar....masih apa yang dilakukannya, mengucap cukup ramai dengan lalu lalang salam dan memberikan botol bir orang dan kendaraan, jadi masih pada temannya sebelum melangkah aman jika ternyata mereka berbuat ke arahku, kuartikan sebagai jahat pada kami, aku tinggal caranya untuk menunjukkan rasa berteriak, pikirku. hormatnya. Kami melihat si laki-laki Beberapa meter dari lokasi itu memanggil kami dengan kejadian itu, akhirnya kami tangannya. Kami tetap diam. Lalu menemukan sebuah rumah makan laki-laki itu menyerahkan botol bir Turki….menunya, apalagi kalau yang sedang dipegangnya pada bukan kebab dan sejenisnya! salah satu temannya, kemudian Usai membayar makanan yang berjalan beberapa langkah ke arah kubeli, aku baru terpikir untuk kami, tapi kemudian berhenti, memesan minuman hangat. Aku sekitar 3 meter di hadapan kami. pun kembali ke si bapak yang tadi Aku memperhatikan gerak-gerik melayani kami dengan ramah,
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
23 menanyakan apakah mereka menjual teh hangat. “Yes of course. We have Turkish tea, do you want?” Tanya si bapak berwajah khas orang Turki itu. Aku mengangguk lalu berjalan ke arah kasir. Tapi saat aku hendak membayar, si kasir berkata: “No…it’s free!” Aku pun berterima kasih pada si kasir yang juga ramah. Lalu aku dan Dila memilih meja untuk menyantap makanan kami. Aku duduk lalu melirik daftar menu yang sekaligus mencantumkan harganya. Hmmm.....ternyata teh yang tadi diberikan pada kami secara gratis, harganya € 1,5. Alhamdulillah....rejeki.
di halte. Tapi, tak ada yang bisa menjawab karena tak ada yang bisa berbahasa Inggris. Dila berinisiatif menanyakannya pada orang-orang di toko yang berada di seberang halte. Tapi ternyata tak jua kami temukan orang yang bisa berbahasa Inggris. Hingga akhirnya, seorang lakilaki datang ke halte itu dan kami bertanya padanya. Alhamdulillah.... dia bisa bahasa Inggris. Ia lalu memberitahu kami jika tiket busnya hanya bisa dibeli di stasiun metro. Dia pun bertanya apakah kami tahu di mana lokasi metro. Kami jawab, tidak. Akhirnya si laki-laki itu, yang belakangan aku ketahui Milan, Italia, Maret 2009 adalah seorang imigran asal Pukul 18:30, kereta yang Pakistan, mengantar kami ke metro membawa kami dari kota Florence yang ternyata berlokasi di bawah tiba di stasiun Milano Centrale, Milano Centrale. Dia dan seorang Milan. Stasiun kereta di kota fashion temannya, juga membantu kami ini ternyata luar biasa luas, membuat membeli tiket bus di mesin. kami bingung harus berjalan ke Lalu, kami pun kembali ke halte arah mana. Apalagi kami datang ke bus 92. “Thank you so much for kota ini dengan sedikit “kesalahan your help,“ kataku. “It’s okay. I’m a teknis“, kami lupa membawa peta Muslim, you are a Muslim, so I help kota Milan, termasuk menge- you,” jawabnya sambil tersenyum. print rute dari stasiun menuju hotel. Untungnya aku sempat Praha, Czech Republic, Juli 2009 mencacat petunjuk yang diberikan “Assalamualaikum”, seorang hostelworld.com: pelayan toko souvenir “In train From the Station Centers mengucapkan salam saat saya to take they bus 92 and to come melangkah masuk. Saya menjawab down to the stopped Piccinni - salam tersebut dengan rasa Abruzzi. The hotel is found to 20 terkejut. Pertama, karena salam mt.” itu keluar dari mulut seorang lakiTapi, di manakah bus nomor 92? laki yang notabene bule! Kedua, Setelah bertanya pada seorang saat itu saya sedang berada di kota polisi, akhirnya kami mendapat Praha, Czech Republic. Ketiga, toko sedikit petujuk. Halte bus tersebut tersebut berada di komplek Jewish jaraknya ternyata sekitar 1 km dari Cemetery. stasiun. Kemudian, laki-laki itu melayani Hmm….kami memang sudah saya dan Viny, teman travelingku sampai di halte bus nomor 92…tapi saat itu, dengan sangat ramah. naik busnya yang ke arah mana? Saat itulah ia memberitahu jika Lalu apakah kami bisa membeli tiket dirinya adalah seorang muslim asal ke supir bus seperti yang terjadi Bulgaria. Yang menarik, setiap saya di Belanda? Kami menanyakan itu melihat bandrol yang terpasang di pada orang-orang yang berada souvenir, dia selalu berkata, “I will
give you special price!” Singkat cerita, saya dan Viny memilih beberapa souvenir yang harganya masih termasuk budget “liburan hemat” dan memberikannya pada si lakilaki pelayan toko tersebut. Ia lalu mengajak kami berjalan menuju kasir yang ternyata berada di toko sebelah. Si laki-laki tersebut sempat bercakap singkat dengan si kasir, yang tentunya dalam bahasa yang tidak kami mengerti. Si kasir menghitung belanjaan kami, jumlahnya sekitar 600an Kc. Tapi kemudian, ia berkata, “We give you discount.” Total harga di monitor pun berubah menjadi sekitar 500an Kc. Waaah, ternyata si pelayan toko tadi sungguh-sungguh dengan perkataanya! Alhamdulillah, rejeki. Any Time, Any Where Selain kejadian-kejadian di atas, masih ada beberapa pengalaman berkesan lain garagara jilbab yang saya pakai. Termasuk saat saya jalan-jalan ke London, Inggris, di bulan Agustus 2009. Saat itu saya sedang membeli Cheese Burger di Mc-D. Seorang ibu di samping saya mengingatkan jika makanan tersebut tidak halal, meskipun daging sapi. Ia sendiri tengah membeli Onion Ring. Ia pun menjelaskan jika tak sulit menemukan makanan halal di London. And she was right! Restoran yang menawarkan makanan halal ternyata cukup bertaburan di pusat kota London. Saya bahkan menemukan sebuah restoran sushi bersetifikat halal! Tak hanya pertolongan orang yang saya dapatkan berkat jilbab. Keuntungan lain, berjilbab memudahkan saya untuk sholat di mana pun dan kapan pun, tanpa harus repot memakai mukena.*** Asti Rastiya
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
24
Museum Bronbeek: Tempat Mengenang Masa Lalu
B
agi banyak pengunjung museum The Royal Home for Old Soldiers menarik karena sejarah panjang Belanda ada di sini. Sedang bagi sebagian pengunjung asal Indonesia, daya pikat museum terletak pada bendabenda yang seakan menghadirkan Indonesia seketika dalam wujud becak dayung dan gerobak bakso. Dan kini, saya berada di bangunan bersejarah yang juga menjadi tempat perawatan bagi veteran perang. Menemani saya, pasangan setia Oma dan Opa yang masih tergolong kerabat. Museum ini terletak di jalan Velperweg 147 kota Arnhem dan dikenal sebagai The Royal Home for Old Soldiers. Sesuai namanya, museum ini dibuat untuk mengenang perjalanan panjang Belanda selama masa kolonialism di wilayah Hindia Belanda atau Indonesia. Tak heran, sejumlah teks penjelasan diulas dalam dua bahasa: Belanda dan Indonesia. Sejarah pemerintahan Belanda di wilayah Hindia Belanda bahkan ditunjukkan melalui jejak-jejak militer dalam enam ruang pamer ; senjata, seragam hingga alat lain yang terkait langsung dengan Koningklijk Nederlandshc-Indisch Leger (KNIL), kesatuan angkatan darat Hindia Belanda di masa tersebut. Hubungan emosional Hindia Belanda-Belanda juga dicuatkan melalui lukisan, wayang,gamelan, becak dayung plus gerobak bakso. Saat menyaksikan benda-benda ini, Indonesia seakan hadir di depan mata. Jangan pula melewatkan perpustakaan dengan buku-buku sejarah, atau toko souvenir yang menjual majalah, peta topografi, dan beragam buku soal sejarah militer di Hindia Belanda. Selain
pameran tetap ini, pastikan Anda juga tidak melewatkan pameran temporer dalam bentuk fotografi dan lain-lainnya. Pameran temporer biasanya berbeda; namun tetap memiliki kaitan sejarah. Jadi saat mengunjungi museum ini, tak hanya melulu mendapatkan informasi soal sejarah yang terjadi di negara kita, tapi juga bisa menyaksikan The Story of India—sebagai focus dari pameran temporer yang telah hadir sejak 17 Agustus di lantai dua bangunan utama museum tersebut. Sejarah Museum Bronbeek Awalnya bangunan ini merupakan tempat pribadi sejumlah raja. Namun, pada tahun 1859 Raja William III menghadiahkan sekaligus mengalihkan bangunan berkonstruksi kuat dan di design indah ini pada kesatuan militer Belanda. Raja William III menginginkan gedung ini menjadi lokasi dimana dedikasi para veteran Hindia-Belanda yang pensiun atau yang dibebastugaskan akibat keterbatasan fisik mendapatkan penghargaan layak. Tahun 1863, tepatnya 19 Febuari tempat berkumpul para veteran ini mulai disebut-sebut sebagai The Royal House.
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
Saya juga menyaksikan sejumlah meriam dengan panjang 5,8 meter, terbuat dari perunggu padat seberat 4700 kg. Teks panduan menyebutkan, meriam tersebut diangkut dari Aceh setelah perang dan dibawa langsung oleh Van Heutsz, Gubernur Aceh HindiaBelanda yang menjabat di tahun 1898. Meriam ini merupakan hadiah dari saudagar Arab yang bertujuan membantu kerajaan di Aceh melawan tentara Hindia-Belanda. Tempat Mengenang Masa Lalu dan Tempat Berkumpul Selain berfungsi sebagai ruang pamer masa lalu, kompleks Bronbeek juga sering menjadi lokasi konferensi atau reuni untuk mengenang sejarah kehadiran Belanda di Hindia. Tempat reuni dilakukan di restoran bernama ‘Kumpulan’, bergaya apik natural Indonesia. Lukisan-lukisan pedesaan terpajang dengan furniture kayu berserat indah. Di sinilah orangorang tua keturunan Indonesia, ataupun warga keturunan Indonesia-Belanda menikmati nasi goreng dan sate ayam diiringi suara merdu Ebiet G. Ade. Mereka tak hanya hadir untuk mengenang sejarah, tapi juga mengembalikan rasa Indonesia. Rasa keindonesiaan itulah yang membuat seorang pria tua secara tiba-tiba menghampiri saya di ruang pamer meriam dan menjelaskan asal usul meriam dalam bahasa Indonesia beraksen Belanda. Ia lahir di Padang namun menghabiskan sebagian besar hidupnya di Belanda. Ia tak pernah lagi balik ke Indonesia, meski Ia menginginkannya teramat sangat. “Terlalu mahal dan gaji saya sedikit di sini.” *** Shindi Indira
25
Ramadhan di Belanda: “Mangan Ora Mangan Waton Ngumpul” Oleh Ivan Nasution dan Muhammad Iqbal Gentur Bismono
R
amadhan 1431 H ini adalah Ramadhan kedua saya di Belanda. Jauh dari suara adzan yang menggema di sudut perumahan dan perkampungan yang selalu setia memanggil untuk beribadah. Lagu-lagu nasyid melantun di layar kaca setiap menitnya dan program sahur yang senantiasa menemani dan menghibur dikala bersantap sahur. Komeng, Olga, Adul, JengKelin, dan Kiwil yang terus saja tertawa tanpa juntrungan. Televisi yang gencar menyiarkan acara-acara ‘Islami’, yang aktor dan aktrisnya tiba-tiba saja terlihat lebih ‘alim’. Iklan dan infotainment yang dipenuhi wanita berkerudung dan tertutup dan penyanyi yang tibatiba mengeluarkan islami album edition-nya. Banjir iklan produk yang turut merayakan hype bulan suci dengan cara komersial. Tiket kereta, bus malam, dan kapal laut tiba-tiba susah didapatkan dan harga yang membumbung tinggi. Tirai-tirai menutup kedai makanan yang turut menghormati orang berpuasa. Tanpa baju baru, kue lebaran dan petasan saat malam takbiran. Ramadhan 1431 H ini adalah
Ramadhan kedua saya di Belanda. Jauh di daerah subtropis, jauh dari orang tua, adik-adik, kakakkakak, keluarga, kerabat serta teman-teman. Untuk yang kedua kalinya saya berpuasa sebulan penuh tanpa ditemani suara adzan dari masjid, bedug maghrib yang dipukul bertalu-talu, dan suasana Ramadhan khas Indonesia. Dengan waktu berpuasa yang lebih lama empat jam dari tanah air, saya menahan nafsu lapar-haus dan nafsu diri dari terbit matahari hingga terbenam. Tak mudah bagi orang yang pertama kali datang dari tanah air ke negeri ini untuk berpuasa. Bukan hanya karena waktu yang lebih lama empat jam—dengan niat yang kuat, tidak akan menjadi masalah! Namun, suasana yang kurang kondusif menjadi tantangan. Tiraitirai di kedai makanan tidak lagi ditutup, kios-kios jarang yang buka di kala sahur, adzan-adzan tidak lagi berkumandang di setiap sudut kota untuk selalu mengingatkan kita, orang-orang di sekeliling kita mayoritas tidak berpuasa, dan tidak ada yang tahu dan terlalu peduli apakah kita berpuasa atau tidak. Acara televisi tidak bernuansa
Ramadhan. Aktivitas kerja dan kuliah tidak semua memberi keringanan kepada yang berpuasa. Cuaca yang sering berubah kadangkala menambah kekesalan. Sering kita harus memasak dan bersantap sahur sendiri tanpa teman-teman dan keluarga ataupun si bibi yang setia bangun lebih pagi dan memasak untuk kita. Namun bagi saya, Ramadhan kali ini tidak terlalu berbeda dengan di Indonesia. Saat ini, saya sudah mempunyai teman-teman yang dekat, seperti keluarga untuk berbagi dalam menjalani puasa ini. Kami punya cara tersendiri dalam memanfaatkan waktu selama bulan Ramadhan ini. Kami tetap bisa tetap tertawa menikmati Adul, Kiwil dan Komeng. Kami bisa tetap mendapat refleksi religius dari Quraish Shihab melalui internet. Kerinduan akan keluarga dapat diatasi dengan teleconference Skype yang menjembatani ruang maya dan ruang fisik. Toko oriental pun dapat mensuplai bumbu-bumbu khas Indonesia sehingga lidah pun dapat terjaga kelestariannya. Bahkan lebih dari itu, kami pun jadi piawai dalam memasak makanan serta ta’jil sendiri, kolak pisang, es
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
26 buah, es selasih, bubur candil, ayam semur, ayam gulai, telor balado, rendang hingga nasi kuning pun menjadi hal yang tidak sulit. Mangan ora mangan waton ngumpul. Beberapa budayawan Indonesia berhipotesa kalau kebudayaan Indonesia terbentuk dari berkumpulnya manusia-manusia Indonesia dan penyampaian informasi secara vokal melalui mulut ke mulut. Filosofi orang Indonesia: dimanapun mereka berada, mereka selalu berkumpul dan bergosip. Kita menikmati dan menemukan kenikmatan dari berbicara dan berkumpul dengan sesama bangsa. Kita berkumpul untuk alasan apapun, dari belajar agama, berorganisasi, sampai hanya untuk makan-makan. Perkumpulan Pelajar Muslim Rotterdam (PPMR) dulunya mungkin juga didirikan kaena alasan yang sama. Kami berkumpul bersama untuk belajar tentang agama, melalui pengajian setiap bulan dan Belajar Baca Al Quran (BBAQ) setiap minggu. Kami saling mengajar agama satu sama lain dan berdiskusi secara terbuka dalam masalah agama. Selama Ramadhan ini setiap minggunya kami menyelenggarakan Ngabuburit di Rotterdam yang berisi membaca dan membahas Al-Quran bersama, nonton bareng, sharing ilmu agama, diskusi, buka bersama, sholat berjamaah serta silaturahmi. Walaupun kami bukan orang yang sangat religius tapi kami tak mau kalah dalam belajar agama, sebagai generasi film, kami membuat Ramadhan film festival yang berisi nonton bareng filmfilm dokumenter bernafas Islam dan ilmu pengetahuan yang bisa menambah dan menyelaraskan ilmu agama serta ilmu dunia. Salah satu film yang kami
saksikan pada minggu pertama Ramadhan adalah When Moors Ruled Europe. Film ini memaparkan tentang kemajuan umat manusia dalam berbagai bidang antara abad 8 -14. Pada periode itu ilmu kedokteran, ilmu hukum, arsitektur, dan astronomi meningkat pesat meninggalkan jejak-jejak sejarah yang masih bisa kita nikmati sampai saat ini. Salah satu hasil karya periode saat itu adalah istana Al Hambra dan Mesjid Cordoba. Acara menonton bareng ini ditutup dengan diskusi tentang isi film. Sehingga kita bisa menjadi intelektual yang baik, bermoral dan tetap dalam jalur-jalur agama. Walaupun tidak banyak bapak ustad di Rotterdam, beberapa dari kami yang memiliki ilmu agama tak sungkan untuk berbagi ilmu. Kami juga sudah seperti saudara dengan bersama-sama berkeringat dan bau asap untuk menyiapkan hidangan berbuka puasa, bahkan nasi uduk, soto babat, sop buntut, turut menambah daftar menu keahlian memasak kami. Jika dibandingkan dengan berpuasa di tanah air tercinta, berpuasa di Belanda bukanlah sesuatu yang “luar biasa” dan tanpa hambatan. Justru sebaliknya, di sini, kami mendapat saudarasaudari baru dan belajar keahlian dan kemampuan baru. Di sini kami juga belajar agama, bahkan kami menjadi lebih khusyu’. Di sini pula kami menjadi lebih menghargai dan mengerti arti beribadah, karena di sini kami menjadi minoritas di negeri orang, dibandingkan beribadah di negeri sendiri, sebagai mayoritas. Karena di manapun kita berada, Allah pasti akan memudahkan hambanya yang berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.*** Penulis adalah anggota Persatuan Pelajar Muslim Rotterdam (PPMR)
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
Yuk, Nulis di JI! Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda pernah menorehkan sejarahnya lewat perjuangan media. Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia yang berdiri tahun 1908 pernah menerbitkan buletin Hindia Poetera. Pada September 1922, organisasi ini berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Mereka kembali menerbitkan majalah Hindia Poetra dengan Hatta sebagai pengasuhnya. Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Pada dua edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktek sewa tanah industry gula Hindia Belanda yang merugikan petani. Tahun 1924, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 nama organisasi Indionesische Vereeniging resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan lewat media ini, PPI Belanda bermaksud menerbitkan majalah online sebagai jembatan informasi dan aktualisasi idealism pelajar Indonesia dengan nama JONG INDONESIA. “Jong” (Bahasa Belanda) artinya muda. Menjelang Sumpah Pemuda 1928, banyak muncul perkumpulan seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Celebes, dan lain-lain. Dengan semangat Sumpah Pemuda 1928, majalah JONG INDONESIA ingin mengajak para pelajar di negeri untuk menyumbangkan pemikirannya untuk Indonesia yang lebih baik. JONG INDONESIA diharapkan menjadi media pembelajaran, transfer informasi-pengetahuan; mempererat dan memperluas persaudaran serta memberikan masukan menuju Indonesia yang lebih baik. Kami mengundang Anda, untuk mengirimkan tulisan berupa artikel, opini, dan lainlain untuk mengisi rubrik-rubrik: SURAT PEMBACA; SAINS dan TEKNOLOGI; LINGKUNGAN; SOSIAL POLITIK; BUDAYA; JALAN-JALAN; RESENSI BUKU; dan lain-lain. Kirimkan tulisan Anda melalui email: majalahjong@yahoo.com Redaksi JONG INDONESIA
Kelahiran Kembali PPI Belanda
27
PPI Belanda sebagai salah satu organisasai Pemuda Pelajar Indonesia tertua, dalam sejarahnya mengalami periode naik-turun. Sejak dibentuk tahun 1922 (Perhimpunan Indonesia) hingga masa kemerdekaan, PPI Belanda sangat eksis. Setelah itu diselenggarakan pertemuan pembentukan di Delft (1963) dan Wageningen (1989). Setelah periode 1998, terjadi missing link hingga 2001. JONG Indonesia menuliskan kembali kisah kelahiran kembali PPI Belanda periode 2001-2005.
Urut dari Kiri ke kanan: Duduk:Notokworo, Ambosudibio, Soemitro, Casanjangan, Laoh, Husein Djajadiningrat, Notodiningrat. Berdiri: Soerjowinoto,Tumbelaka, Latief, Gondowinoto, Noto Soeroto, Amaroellah, Lumentut, Apituley (Den Haag tgl 22 Mei 1909)
2001-2005: Periode Penting Menurut Rizal, rintisan PPI Belanda sudah dimulai sejak 2003 oleh Nuki, Apif dan kawan-kawan, serta didukung oleh atase pendidikan dan kebudayaan (atdikbud) waktu itu. Ketika itu, Pak Andi (Adikbud KBRI) sangat aktif memfasilitasi dengan mengundang PPI kota dalam sebuah konferensi di Den Hag. Disana tercetus ide pembentukan kembali PPI belanda yang sempat ‘tidur’ pasca 1998, dengan pembentukan Steering Comitee pembentukan PPI-Belanda di Rotterdam. Pejabat
Atdikbud berikutnya, Muhajir, juga banyak memfasilitasi PPI Belanda sehingga bisa ‘kembali’ menunjukan ekistensinya di masyarakat international. “Meskipun sesudah itu, kita sendiri yang jalan dengan maksud meminimalisasi ‘campurtangan’ pemerintah di pendirian PPI Belanda pada saat itu,” ujar Rizal. Menurut Nuki Agya Utama, proses pembentukan ‘kembali’ PPI Belanda ini tidak semulus rencana awal. Namun, dengan segala upaya mencari database, berkoordinasi, rapat-rapat, YM-an. Pada tanggal 24
Januari 2004 berlangsung rapat di sebuah aula di Arnhem, dihadiri oleh Nuki Agya Utama, Apif Hajji (mantan Ketua PPI Arnhem), Rizal Riboel dan Awan (saat itu Ketua PPI Arnhem). Alberth datang bersama Reggy (Ketua PPI Rotterdam), Rully Ruliadi (wakil Ketua PPI Rotterdam) dan Khrisma Fitriasari yang kemudian menjadi Ketua PPI Rotterdam menggantikan Reggy. Pada diskusi di Arnhem, 24 Januari 2004, atase pendidikan dan kebudayaan, Muhajir menjelaskan perannya hanya sebagai perantara antara mahasiswa dengan KBRI untuk berkomunikasi, salah satunya dengan mengadakan seminar mengenai peranan pelajar dalam diplomasi NKRI. Dalam hubungannya dengan PPI Belanda, Muhajir membahas beberapa hal, antara lain: pentingnya regenerasi dan komitmen dari pelajar di Belanda terhadap PPI Belanda, keperluan dana akan dibantu oleh KBRI dan PPI Belanda diharapkan bisa berusaha untuk mencari sponsor dari pihak swasta, kelengkapan AD/ART PPI Belanda, bagaimana keinginan anggota PPI Belanda dalam hubungan dengan batasan intervensi KBRI
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
28
dalam organisasi PPI Belanda, dan keinginan Atase DIKBUD agar PPI Belanda bisa mengangkat nama Indonesia di negara-negara Eropa pada umumnya dan negara Belanda pada khususnya. Mereka sepakat untuk mendeklarasikan kembali PPI Belanda. Mereka memutuskan, pertama, struktur organisasi PPI terdiri dari Badan Koordinasi (Eksekutif) yang diketuai oleh Yurdi Yasmi (Wageningen) dan Majelis Perwakilan Anggota (Legislatif) dimana Albert F.H. Simorangkir (Rotterdam) sebagai Sekjen. Selain itu juga dibetuk badan Pekerja yang diketuai oleh Nuki dan Apif yang menjadi inisiator utama berdirinya lagi PPI Belanda yang sempat vacum. Kedua, Ketua PPI dan Wakil Ketua PPI berasal dari kota yang berlainan. Kota dari Ketua adalah Kota PPI Belanda (host) dan kota Wakil Ketua PPI Belanda adalah kota yg akan jadi host di tahun berikutnya. Ini dilakukan agar semua PPI Kota mempunyai sense of belonging terhadap PPI Belanda, mendorong kota-kota yang belum memiliki PPI Kota agar terdorong menjadi host PPI Belanda dan memberi waktu unutk kota berikutnya yang menjadi host agar ada waktu mempersiapkan diri menjadi host PPI Belanda pada
periode berikutnya. Pada saat itu juga diputuskan untuk mengadakan rapat di KBRI Den Haag, 14 Februari 2004 yang dibatalkan dan dilakukan rapat berikutnya pada 21 Februari 2004. Rapat MPA dan KBRI di Wageningen, Sabtu, 21 Februari dengan agenda pemilihan perangkat MPA dan membahas kelengkapan PPI Belanda menuju pengesahan dan pembentukan PPI Belanda. Perangkat dimaksud adalah Garisgaris Besar Haluan Perhimpunan (GBHP), Tata Tertib MPA, Pelaksanaan sidang Periodik MPA, Tata cara pemilihan Badan Koordinasi (Bakor), Badan Koordinasi, Pertanggung jawaban Badan Koordinasi. Saat itu ada tiga oramg yang terpilih secara aklamasi: Albert F.H. Simorangkir (Rotterdam), Dian Sukmajaya (Wageningen), dan Chelsi Christina Chan (Leiden). Setelah dilakukan pemilihan lagi, Albert dan Dian terpilih menjadi Sekjen dan Wakil Sekjen MPA PPI Belanda. Acara diakhiri dengan foto-foto. Rapat MPA di Arnhem, Sabtu, 28 Februari 2004 dengan agenda pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPI Belanda dan laporan Badan Pekerja mengenai GBHP. Rapat ini juga menetapkan Albert sebagai
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
Sekjen MPA dan Dian Sukmajaya sebagai Wasekjen MPA. MPA kemudian mengesahkan revisi AD/ ART PPI Belanda, 16 April 2005. Revisi AD/ART tersebut antara lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PPI kota adalah wadah kegiatan anggota setempat yang merupakan satuan pelajar Indonesia di masing-masing kota yang menyatakan bergabung dengan PPI Belanda. Pernyataan bergabung dengan PPI Belanda diwujudkan dalam konfirmasi partisipasi yang ditandatangani oleh perwakilan dari lima PPI kota, yaitu PPI ArnhemNijmegen, PPI Leiden, PPI Maastricht, PPI Rotterdam, dan PPI Wageningen. Kelima PPI kota tersebut pada point kedua bersama dengan PPI Amsterdam, PPI Enschede, dan PPI Groningen menandatangani Deklarasi Arnhem yang antara lain menugaskan sebuah komisi ad-hoc untuk menyusun konstitusi baru PPI Belanda. Rapat MPA di Rotterdam, Sabtu, 6 Maret 2004 membahas kelanjutan pembahasan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PPI Belanda dan pemilihan BAKOR (PPI WAU). Rapat ini diselenggarakan di di rumah Albert, di Heemkerkstraat 44B, Rotterdam. “Dengan konsumsi ala kadarnya, disertai pembagian rokok Sampoerna A Mild kita memulai rapat pemilihan Bakor PPI Belanda. Yang hadir cukup ramai. Hanya saya tidak punya notulensi rapat dan daftar hadir. Ini murni kesalahan saya sebagai pimpinan rapat pada saat itu. Seingat saya setelah diskusi alot kita akhirnya break sebentar dan melakukan voting pemilihan nama kota untuk yang menjadi Bakor PPI Belanda. Akhirnya, terpilih Wageningen sebagai Bakor, Rotterdam sebagai Wakil Bakor, dan Febriantina sebagai Bendahara. Tanggal 8 Maret 2004 keluar surat S-01/MPA/SU/III/ 2004 dimana diputuskan memutuskan
29 PPI Wageningen sebagai Badan Koordinasi PPI Belanda 2004-2005 dan dan PPI Rotterdam sebagai wakil Bakor. PPI Belanda kemudian menyelenggarakan seminar yang dimotori oleh Theo Lekatompessy dan Michael. Seminar ini sekaligus merupakan peresmian PPI Belanda, dengan pembicara Miranda Goeltom, Dubes Jusuf, Mr. Jan P. Pronk (mantan Ketua CGGI) di Erasmus Rotterdam. Acara peluncuran disiapkan dan diputuskan tanggal 12 Juni 2004, menyesuaikan jadwal Meneer Pronk yang ditemui Alberth, Theo, dan Ibrahim Senen di ISS Den Haag. “Mr. Pronk saat itu membuka agenda nya dan menyuruh kita memilih waktu kosong,” kata Albert. Pada hari itu juga diserahkan list of board, di dalamnya ada anggota kehormatan yaitu Mr. Martin Sanders (Sec Gen Amsterdam Indonesia House-Amindho) sebagai KADIN Indonesia-Belanda, dan Dr. Jan Noortman (International Dean FH Erasmus). Mereka berdua mempunyai peran penting dalam pembentukan PPI Belanda karena sering menyediakan waktu dan tenaga untuk PPI Belanda termasuk jadi pembicara dan moderator pada seminar tersebut. Dalam seminar di Erasmus Rotterdam (12/06/2004) dihadiri oleh Miranda Gultom, KBRI, PPI kota, Kamar Dagang Indonesia-Bld dan peserta berjumlah 100-150 orang. Pada hari itu juga diresmikan atau dideklarasikan kembali PPI Belanda, dimana Yurdi Yasmi (Wageningen ) diamanatkan menjadi ketua Badan Eksekutif (Ketua PPI Belanda) dan Albert FHS (Rotterdam) sebagai Sekjen PPi Belanda. Pada 18 Juni 2005, MPA memutuskan untuk menyerahkan mandat PPI Belanda kepada delapan PPI kota penandatangan Deklarasi Arnhem, sehingga secara otomatis PPI Belanda terdiri atas PPI
Amsterdam, PPI Arnhem-Nijmegen, PPI Enschede, PPI Groningen, PPI Leiden, PPI Maastricht, PPI Rotterdam, dan PPI Wageningen. PPI Belanda kemudian mengesahkan AD/ART baru hasil kerja komisi adhoc yang dibentuk tanggal 16 April 2005. Dengan kata lain, pada 18 Juni 2005 MPA demisioner - menyerahkan mandat kepada Deklarator Arnhem yang kemudian mengangkat Albert menjadi Sekjen. Jadi demikianlah proses transisi dari duo Albert / Yudi yang diikuti dengan reformasi PPI Belanda. Hasil reformasi inilah yang memperkenalkan sistem Presidium seperti yang digunakan sekarang.
Indische Vereeniging
Proses Demokrasi PPI Belanda Menurut Yurdi Yasmi, pada periode 2004, PPI Wageningen berkoordinasi dengan PPI kota lain mencoba mendesain kegiatankegiatan untuk menghidupkan kembali sense of belonging PPI Belanda. “Sebelum 2004, PPI kota cenderung berdiri sendiri dan hubungan dgn PPI kota lain cendrung adhoc. Maka, pada masamasa awal ini, PPI Wageningen mencoba merangkul kembali semua PPI kota. Ada beberapa kegiatan PPI kota yang di-upgrade menjadi kegiatan PPI Belanda. Dalam masa ini juga ada studi banding PPI Belanda ke PPI Perancis,” tambah Yurdi. Menurut Rizal dan Yurdi, tahun 2004 merupakan tahun awal kebangkitan PPI Belanda. “Tahun itu, boleh dibilang proses demokrasi PPI Belanda dimulai. Sebelumnya PPI Belanda ditentukan secara bergilir, sejak saat itu Ketua PPI Belanda dipilih,” ujar Yurdi. Menurut Imam Suharto, reformasi PPI Belanda sebenarnya muncul dari ide PPI Wageningen. Sebelum pemilihan sekjen PPI Belanda di Arnhem (2005), Ketua PPI Belanda dirangkap oleh PPI Wageningen (Imam Suharto). “Saat saya terpilih menjadi ketua PPI Wangeningen periode 2004-2005.
Pada bulan Juni yang lalu, J.H. Abendanon datang berkunjung dan bertanya apakah ada sebuah pemikiran untuk membuat perkumpulan pelajar Indonesia di Belanda. Saya menjawab dengan tegas dan dia mendorong saya dengan antusias agar gagasan itu terwujud. Kemudian saya memilih R.M. Sumitro sebagai mitra kerja untuk mengundang semua Mahasiswa Indies di Belanda untuk mengadakan pertemuan.
Di bawah ini adalah kutipan dari berita yang di muat di sebuah surat kabar di Indonesia (Hindia-Belanda saat itu) Kolonial Weekblad, tertanggal 24 Desember 1908, tentang berdirinya organisasi pelajar Indonesia yang pertama di negeri Belanda. Berita itu ditulis oleh Ketua dari Perhimpunan Pelajar Indonesia R. Soetan Cansanjangan Soripada: "Koloniaal Weekblad, 24 Desember 1908" - Tiga tahun yang lalu, saya sudah merencanakan untuk membentuk sebuah perhimpunan para pelajar di sini (Belanda), tetapi saat itu saya terlalu sibuk sehingga rencana itu tidak terwujud.
Pada tanggal 25 Oktober jam dua siang kita, 15 Mahasiswa Indonesia datang di Hogewoerd 49 Leiden, dimana pertemuan diladakan. Saya meminta R.M. Soemitro untuk memimpin rapat dan R. Hoesein Djadjadiningrat sebagai sekretaris. Setelah nama dan AD organisasi terbentuk Indische Vereeniging terbentuk kemudian dilakukan pemilihan pengurus. Ketua Raden Sutan Casanjangan Soripada dan sekretaris R.M. Soeripto. Pada tanggal 15 November pertemuan kedua diadakan di Den Haag. Raden Mas Panji SosroKartono, R. Husein Djadjadiningrat, R Soetan Casanjangan dan Soeripto terpilih untuk merumuskan lebih lanjut AD organisasi. Demikianlah sejarah terbentuknya Indische Vereeniging Organisasi yang disebut Indische Vereeniging inilah yang kemudian kelak berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia, saat Hatta belajar di Belanda pada tahun 1924-1925. Sebuah organisasi pemuda di negeri penjajah yang menggunakan kata "Indonesia".
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
30
PPIBelanda berfoto bersama dengan Endy Bayumi (Jakarta Post) setelah diskusi (3/3/2006)
Saya kaget karena Yurdi bilang, Ketua PPI Wageningen secara otomatis menjadi ketua PPI Belanda dan Sekjennya dari PPI Rotherdam. Saya dan kawan-kawan PPI Wageningen menilai bahwa proses proses kepemimpinan rangkap dan otomatis tidak ligitimate, maka terjadilah rapat di Arnhem,� ujar Imam Suharto. Pada 2005, tongkat Sekjen PPI Belanda diserahkan oleh Imam Suharto, yang saat itu merangkap ketua PPI Belanda dan Wageningen. Pemilihan Sekjen dilakukan di sebuah sekolah di Arnhem, yang mengantarkan Michael menjadi Sekjen. 2005: Periode Presidium PPI Belanda Tahun 2005, PPI Belanda mengalami restrukturisasi dan reorganisasi melalui perombakan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang disahkan bersama dengan pengangkatan Michael C. Putrawenas, sebagai Sekretaris Jenderal dalam Sidang Umum PPI Belanda, 18 Juni 2005. “Keseluruhan proses reorganisasi yang ditempuh secara kolektif ini memberikan legitimasi segar dan kuat bagi PPI Belanda sebagai sebuah jaringan antar PPI-PPI kota yang ada di Belanda. Namun, perangkat peraturan baru memberikan
tantangan bagi pelaksananya untuk terus-menerus membiasakan dan menyesuaikan diri,� ujar Michael. Karakter yang ingin diwujudkan pasca-reorganisasi yaitu PPI Belanda yang rerpresentatif, sigap, dan bertenaga ternyata segera teruji. Di akhir bulan Juli 2005, PPI Prancis menginformasikan bahwa rombongan studi banding Badan Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat RI akan melanjutkan perjalanan kontroversial mereka dari Paris ke Amsterdam. Menindaklanjuti informasi tersebut, PPI Belanda berusaha menemui para anggota Dewan untuk berdiskusi namun tidak mendapatkan izin. Alhasil beberapa foto yang diambil di lobby hotel tempat mereka menginap dipasang di situs PPI Belanda setelah disetujui secara aklamasi oleh Presidium PPI Belanda. Foto dan berita tentang kunjungan tersebut kemudian mendapatkan perhatian dari media nasional di tanah air (lebih dari 15 media cetak dan elektronik). Perhelatan terbesar PPI Belanda selama 2005-2006 adalah Malam Seni Indonesia (A Cultural Experience) (19/5/06). Malam Seni Indonesia menampilkan berbagai kesenian budaya tradisional dan kontemporer serta pameran foto yang sebagian besar dibawakan / hasil karya para pelajar Indonesia
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
di Belanda. Mengingat persiapan dan kendala lainnya yang sangat wajar sebagai usaha perdana (pilot project), acara tersebut meraih sukses yang cukup membanggakan, bukan hanya dari segi finansial tapi animo dan jumlah penonton yang berasal dari berbagai kalangan. Juga merupakan keberhasilan tersendiri adalah acara ini dibiayai secara swadaya murni hasil usaha para pelajar Indonesia. Potensi besar Malam Seni Indonesia perlu digarap demi kepentingan bersama, bahkan sangat mungkin surplus dari kegiatan serupa dapat menunjang biaya operasional PPI Belanda dan dengan demikian menopang independensi organisasi. Selain itu, kelanjutan Malam Seni Indonesia dapat memulai sebuah tradisi positif dalam mengembangkan budaya Indonesia di Belanda. Menurut Michael, ada dua pelajaran penting dari periode 2005-2006. Pertama, pentingnya kekompakan antar PPI-PPI kota. Esensi PPI Belanda tidak lain adalah PPI-PPI kota yang kompak dan saling berkolaborasi. Perbedaan orientasi dan pendapat adalah wajar dan konstruktif jika dikelola dengan baik, bahkan memperkaya nuansa pelajar Indonesia di Belanda. Disinilah PPI Belanda antara lain melalui forum Presidium yang kompak berperan penting. Kedua, independensi organisasi dan independensi prinsip harus tetap diusahakan dan dijaga. Hanya dengan PPI Belanda yang independen dan tidak tergantung pada institusi lain, maka segala inisiatif murni para pelajar dapat terjaga. Jangan sampai prinsip dikorbankan hanya demi sejumlah bantuan dana ataupun tawaran lainnya. ***
Yohanes Widodo, mantan sekjen PPI Belanda 2008-2009
31
Kala Interlaken Serasa Lebong
Kleine Scheidegg, Swiss Foto Dian Kusumawati
Oleh Dian Kusumawati
Mahasiswa di Eropa bisa dikatakan beruntung karena mendapatkan akses yang relatif lebih mudah untuk jalan-jalan melihat kota-kota Eropa. Saya kebetulan juga sempat melakukan beberapa perjalanan, dan perjalanan terakhir saya begitu menggugah mata dan pikiran karena saya tidak bisa tidak berujar, “Haaa, ini seperti kota saya saja!�
P
ada musim panas ini saya berkesempatan ke Swiss dengan tujuan bukan untuk melihat kota-kotanya tapi melihat pemandangan alamnya dan Jungfraujoch, salah satu puncak pegunungan Alpen di Bernese-Oberland. Perjalanan ke puncak Jungfrau saya mulai dari kota Interlaken. Tapi karena sebelum ke Swiss, saya mampir ke Italia, perjalanan menuju Interlaken dilakukan melalui kereta Milan-LuganoInterlaken. Swiss sungguh cerdik
membangun rel keretanya sedemikian rupa sehingga jalur yang dilewati menyajikan pemandangan yang memukau mata. Perjalanan LuganoInterlaken yang lumayan jauh dan harus berganti kereta di beberapa stasiun saya akui membuat saya dapat menikmati indahnya danau dan pegunungan Swiss. Namun begitu sampai di Interlaken, saya terhenyak. Haaa! Ini seperti Lebong saja. Interlaken, kota yang biasa dijadikan titik tolak kalau anda ingin menjelajah pegunungan
Alpen Swiss di daerah BerneseOberland, adalah kota yang diapit dua danau, Danau Thun dan Danau Brienz. Tapi bukan ini kemiripan yang saya rasakan terhadap Lebong. Lebong, kota kecil tempat kelahiran saya di provinsi Bengkulu, memiliki satu danau. Kemiripan yang saya rasakan lebih kepada suasana kotanya. Jika anda ke Interlaken, hampir ke segala penjuru, anda bisa melihat gunung. Rumah-rumah disini banyak yang dari kayu. Bahkan, rumah panggungnya pun serasa rumah panggung di Sumatra.
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
32
Suasana inilah yang seperti Lebong. Tentu, Interlaken lebih tertata. Koneksi rute kereta apinya yang sangat baik, kendaraan umum yang nyaman, dan fasilitas internet yang tersedia merupakan hal-hal yang tidak dimiliki Lebong. Ini bisa dimaklumi karena Swiss lebih makmur daripada negara kita. Tapi sungguh, saya jadi miris, kalau Swiss bisa menjual pemandangan alamnya dengan harga mahal, mengapa kita tidak? Karena diapit dua danau perjalanan saya menuju Interlaken dan keluar Interlaken menyajikan pemandangan danau yang sangat indah. Lagi, saya teringat dengan pemandangan danau yang juga membuat saya terpesona dalam perjalanan LebongBengkulu. Perjalanan InterlakenLauterbrunnen yang melewati gunung-gunung cadas dengan air terjun-air terjunnya memang indah. Tapi salah satu air terjun di hutan tropis Lebong yang pernah saya kunjungi tidak kalah indah, walaupun untuk kesana, track-nya cukup menantang.
Interlaken, Swiss Foto Dian Kusumawati
Puncak Jungfrau dengan salju abadinya dan glaciernya memang tidak akan ditemukan di Lebong atau Sumatra (kita punya Jaya Wijaya untuk yang satu ini). Namun di Swiss juga tidak ada gunung dengan kawah-kawahnya seperti di pegunungan Bukit Barisan. Pun sungai jernih semacam Air Putih di Lebong dengan sumber mata air panasnya. Sungai Air Putih jauh lebih indah dari sungai di sekitar Interlaken dan Jungfrau. Saya tidak ingin membandingkan mana yang lebih indah: Swiss atau Indonesia? Pegunungan Alpen dengan salju abadinya atau pegunungan Bukit Barisan dengan hutan tropis dan aktivitas volkaniknya? Keduanya indah dengan keunikan masingmasing. Yang lantas menjadi pemikiran bagi saya selama dan selepas perjalanan ini adalah kalau saja kita punya jalur bis atau kereta api yang desainnya seperti desain kereta api dan bis Swiss yang menarik turis dari berbagai dunia dengan tiket yang tidak murah pula. Ini bisa menjadi sumber pemasukan negara kita.
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
Namun pemikiran lain muncul. Mampukah bangsa kita membangun sistem seperti itu, misalnya sepanjang pegunungan Bukit Barisan, tanpa merusak keindahan alamnya? Lebong bisa dikatakan daerah buntu sehingga sangat lambat perkembangannya. Satu upaya pengembangan daerah dengan membangun jalan pintas menembus hutan dari Lebong ke kota Jambi mendapat tentangan karena kekuatiran jika jalan yang membuka hutan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat ini dibangun, para manusia kita akan merusak hutan dan keseimbangan alamnya. Jujur, saya juga memiliki kekuatiran ini karena sejauh ini terbukti kalau bangsa kita kurang memiliki rasa memiliki. Taman-taman di Belanda yang rapi dengan hewan liarnya yang bisa hidup bebas adalah hal yang saya pesimis bisa kita dapati di negara kita. Sungai Rheine di Basel, Swiss yang sangat bersih sungguh membuat saya iri. Contoh lain yang menyangkut pembangunan sarana transportasi publik adalah saat Surabaya ingin membangun sistem transportasi bawah tanah. Upaya ini gagal karena dirusak oleh pengemudi becak atau transportasi kecil lainnya yang takut kehilangan mata pencahariannya. Pencurian rel kereta api atau besi baja bagian dari jembatan yang kita dengar di berita-berita adalah contoh lainnya. Kalau saya boleh menggeneralisasikan bahwa bangsa kita memiliki mental perusak, kemiskinan kah penyebabnya? Ah, kalau ingat kemiskinan di negara kita, dada ini jadi sesak rasanya. Interlaken sungguh serasa Lebong. Bagaimanakah cara kita menjadikan Lebong semakmur Interlaken?***
33
Dubes Junus Habibie Kritik Geert Wilders
B
eberapa hari terakhir berbagai koran Belanda menyorot kisruh soal ucapan Dubes RI untuk Kerajaan Belanda Junus Effendi Habibie di harian Het Financieel Dagblad (23/9/2010). Di koran tersebut, adik kandung mantan presiden BJ Habibie mengkritik pedas Geert Wilders pemimpin Partai untuk Kebebasan, Partij voor de Vrijheid atau PVV dan para elektoratnya. Geert Wilders dalam sebuah talkshow di televisi Belanda Mei 2010, pernah secara tegas menolak masuknya warga Indonesia untuk tinggal di Belanda. Penolakan ini terkait dengan program partainya PVV yang memang anti imigran dari negara-negara Islam. Bagi Wilders, setiap negara yang penduduknya lebih dari 50 persen muslim adalah negara Islam. Dan menurut lelaki keturunan Indo ini, siapapun dari negara Islam, entah dia agama apa, tak boleh masuk Belanda. Dus, menurut Wilders, juga berlaku bagi Indonesia. Partai pimpinan Wilders, PVV, tengah berunding dengan VVD dan CDA untuk membentuk pemerintahan baru. PVV tidak masuk dalam kabinet, namun partai anti pendatang Islam ini turut menentukan arah kebijakan pemerintahan Belanda mendatang. Program-program seputar imigrasi termasuk yang dibahas dalam formasi kabinet. Dalam wawancara tersebut, Habibie mengatakan Geert Wilders “blaft” alias “mengonggong”. “Andaikan Wilders menjadi bagian kabinet baru Belanda, maka sangat diragukan apakah kunjungan presiden RI Susilo Bambang Yudoyono bakal jadi. Saya tidak mau, presiden saya diperlakukan sebagai badut,” katanya. Menurut Radio Nederland, dalam wawancara
Geert Wilders, Pimpinan Partai PVV - Foto: AP
Junus Efendi Habibie, Dubes RI untuk Kerajaan Belanda - Foto: RNW.
“Setiap negara yang penduduknya lebih dari 50 persen muslim adalah negara Islam. Siapapun dari negara Islam, entah dia agama apa, tak boleh masuk Belanda.”
“Andaikan Wilders menjadi bagian kabinet baru Belanda, sangat diragukan apakah kunjungan Presiden SBY bakal jadi. Saya tidak mau, presiden saya diperlakukan sebagai badut.”
tersebut, Habibie juga mengatakan para pemilih PVV mungkin menderita angstpsychose atau psikose ketakutan. Serta merta PVV mengeluarkan reaksi atas ucapan dubes Habibie itu. Wilders menuntut menlu demisioner MaximeVerhagen memanggil Habibie. Verhagen mengatakan, semestinya
dubes RI tidak berbicara seperti itu tentang elektorat PVV. Dubes Belanda juga tidak patut mengkritik elektorat di negara orang, tandasnya. Akhirnya Habibie mencabut sebagian dari ucapannnya tentang elektorat PVV. Ia menyadari, bahwa semestinya ia tidak mengucapkan
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
34 kata-kata itu. Ini terjadi setelah menlu Verhagen meminta klarifikasi dari Habibie melalui para pejabatnya. Namun ucapan-ucapan negatif tentang PVV dan Wilders tidak dicabutnya, demikian tulis korankoran De Spits, Trouw dan NRC Handelsblad. Menurut Radio Nederland, Duta besar RI untuk Belanda Junus Effendi Habibie akhirnya menarik sebagian dari pernyataannya mengenai elektorat Belanda yang memilih partai kebebasan PVV pimpinan Geert Wilders. “Mungkin sebaiknya saya tidak mengatakan hal tersebut,” jelas Habibie kepada seorang pejabat tinggi departemen luar negeri Belanda yang meminta penjelasan khusus. Wilders sendiri menyatakan puas dengan penjelasan ini dan tidak mempersoalkan lebih lanjut Kepada Radio Nederland, Dubes Junus Habibie menekankan bahwa dirinya tidak mau mencampuri urusan interen Belanda. “Saya bilang pemerintah saya tidak mau mencampuri urusan dalam negeri Belanda. Itu yang pertama.” Selain itu Habibie juga menyatakan bahwa kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dijadwalkan 6-9 Oktober 2010 atas undangan Ratu Belanda: “Presiden saya diundang oleh ratu (Belanda) untuk datang dan ia menyatakan akan datang. Memang kalau, pemerintah Belanda banyak dipengaruhi oleh Wilders, presiden saya akan datang tetapi tidak nyaman. Karena dia datang buat ratu.” Habibie juga menanggapi ungkapan Wilders yang sering menghina Islam. “Apalagi kalau Wilders memaki-maki Islam, memakimaki Indonesia. Kok dia boleh memaki islam? Saya kan boleh mengatakan tersinggung. Kita sebagai orang islam tersinggung kalau kita dibilang achterlijk (terbelakang) dan segala macam.” Yohanes Widodo
Kunjungan Jakarta Tetap Berjalan Meski ada Wilder Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Belanda, 6-9 Oktober 2010. “Hubungan bilateral kedua negara berjalan sangat baik namuan keadaannya tidak nyaman”, demikian pernyataan Duta Besar RI, Yunus Effendi Habibie. Apakah ada kemungkinan bahwa dukungan PVV pada kabinet yang baru menghalangi kedatangan Presiden RI? “Presiden telah berjanji akan datang ke Belanda, sebelum ada kejelasan tentang kabinet mana yang akan terbentuk. Beliau adalah seorang yang bisa dipegang perkataannya. Namun sayang keadaannya kurang nyaman. Jika Bapak Wilders telah mengambil bagian dalam pemerintahan yang baru, maka kunjungan kenegaraan yang akan datang ini dapat menjadi sangat diragukan. Presiden tentu tidak akan datang kesini, jika ada seseorang duduk dalam kabinet yang menyebut Islam sebagai agama terbelakang. Saya tidak ingin Presiden saya diperlakukan sebagai badut”. Apakah dukungan PVV kepada Pemerintah Belanda akan mempengarui hubungan dengan Indonesia? “Saya melihat tidak ada alasan mengapa RI-Belanda tidak bisa bekerjasama, kecuali jika pemerintah Belanda memberlakukan kebijakan anti Islam, Jika Bapak Wilders berada di luar pemerintahan, beliau boleh berteriak apa saja. Selama beliau menggonggong di luar kabinet, mengapa hubungan kami menjadi terganggu oleh satu orang ini? Disamping itu saya melihat dalam ungkapan beliau menyebarkan kebenciaan. Disamping itu, sebagai catatan, paman saya berulang kali dimasukkan penjara oleh orang Belanda karena menyebarkan kebencian kepada para kolonialisator, tetapi itu dapat dikesampingkan. Jika ada yang menghina seseorang, maka orang tersebut menginginkan reaksi. Jika Mr. Wilders menyebut Islam sebagai agama yang tidak ada aturan dan terbelakang, maka kemungkinan beliau harus lebih mempelajari Islam. Pada waktu di Bagdad sudah ada sekolah kedokteran, pada saat itu di Belanda hanya ada dukun yang berkeliaran. Saya tidak akan menggurui beliau, selama beliau tidak mempunyai pengaruh untuk pemerintah Belanda”. Apakah perkembangan PVV yang ada telah mempengaruhi hubungan bilateral? “Hubungan yang ada menjadi terganggu dengan kehadiran Mr. Wilders. Saya memikirkan apa yang diungkapkan beliau. Hal itu mengganggu hubungan ekonomi dan politik. Saya selalu membicarakan tentang hubungan dengan Belanda di Jakarta, namun sekarang menjadi lebih sulit. Kami tidak ingin dan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Belanda, namun tentu saja kami memperhatikan dengan seksama perkembangan yang ada. Jika Mr. Wilders memaksa Pemerintah Belanda untuk merealisasikan cara pikirnya, maka hubungan kedua negara menjadi dibawah tekanan. Jika kebijakan Pemerintah Belanda sampai ke arah menghina Islam, maka kami menghadapi masalah. Jika sampai terjadi bahwa orang Indonesia tidak diperbolehkan datang ke Belanda karena negara Indonesia negara Islam, maka kami mengalami masalah. Namun Indonesia tidak akan sampai menjadi negara Islam, walaupun 85 % penduduknya
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
35
Junus Efendi Habibie, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Foto: RNW.
menganut agama Islam. Pancasila, ideologi / dasar hukum Indonesia menjamin Garuda. Kementerian Perhubungan hak dan kewajiban yang sama bagi setiap orang”. Belanda telah mengirimkan para Apa kesimpulan Anda dengan bertambahnya popularitas Geert Widers dan ahlinya ke Jakarta. Sejak bulan PVV? Juni yang lalu, setiap hari sudah “Hal ini merupakan sebuah fakta bahwa banyak orang mendukung Mr. ada penerbangan antara JakartaWilders. Jika mereka ingin mendengarkan Wilders, itu adalah hak mereka. Amsterdam dengan Garuda”. Mungkin jiwa mereka merasa ketakutan. Namun mereka juga sebaiknya Apakah dengan adanya kunjungan harus realistis bahwa hegemoni bukan hanya dari Kekristenan. Dunia menjadi kenegaraan ini akan memperbaiki bertambah kecil dan kita semakin duduk berdampingan. Islam merupakan hubungan antara RI dan Belanda? agama yang damai dan menjunjung toleransi. Orang-orang radikal dan teroris “Presiden RI akan menandatangani berasal dari berbagai agama. Kita tidak bisa menuduh jutaan manusia lebih hanya berbagai perjanjian kerjasama, berdasarkan perilaku ribuan extremistis. Jika ada keluhan kepada orang Maroko dengan demikian hubungan RIyang kurang baik, tangkaplah mereka, karena mereka bukan seorang Islam yang Belanda menjadi digarisbawahi dan baik. Mereka telah merusak nama baik kami. Pada akhirnya saya percaya orangdilegalisasikan. Perjanjian tersebut orang Belanda mengetahui apa yang baik untuk mereka. Kami akan melanjutkan akan mefasilitasi kerjasama politik pembangunan kerjasama kedua negara berdasarkan adanya saling kepercayaan, dan perdagangan selanjutnya, menjadi namun saya pikir Presiden RI tidak ingin bertemu dengan Mr.Wilders”. dasar bagi berbagai perjanjian lainnya Mengapa kunjungan kenegaraan tersebut dilaksanakan sekarang? seperti misalnya perjanjian untuk “Ganjalan di antara kedua negara menjadi hilang ketika Menteri Luar Negeri menghapus pembayaran pajak ganda. Belanda, Bernard Bot pada tahun 2005 menerima Hari Kemerdekaan RI pada Kami menginginkan posisi kami tanggal 17 Agustus 1945. Kami tidak pernah meminta pengakuan, namun semakin berkembang dan menjadikan hal itu secara psycologis menghalangi hubungan kedua negara. Sejak adanya Belanda sebagai pintu gerbang kami penerimaan itu hubungan bilateral menjadi lancar dan kami dapat berjalan untuk pasaran Eropa”. beriringan menuju masa depan. Sebenarnya kunjungan Presiden RI ke Belanda (Terjemahan tidak resmi wawancara bisa lebih dahulu dilaksanakan, namun tertunda karena pesawat Garuda, enam Alexander Weissink di koran “Het tahun yang lalu dilarang untuk terbang ke Eropa oleh Komisi Eropa. Presiden RI Financieele Dagblad” (23/9/2010) tentu tidak mungkin terbang dengan KLM atau Singapore Airlines. Pemerintah halaman 5). Belanda pada saat itu sangat banyak membantu untuk mengatasi kekurangan No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
36
‘Ik wil niet dat mijn president hier als een clown wordt neergezet’ De Indonesische president Susilo Bambang Yudhoyono brengt van 6 tot 9 oktober een staatsbezoek aan Nederland. ‘De relaties zijn spiegelglad, maar de omstandigheden zijn niet zo mooi’, zegt de Indonesische ambassadeur Yunus Effendi Habibie. Stond de mogelijke gedoogsteun van de PVV aan een nieuw kabinet een bezoek van de Indonesische president in de weg? ‘De president had al beloofd naar Nederland te komen, voordat duidelijk was welk kabinet werd gevormd. Hij is een man een man, een woord een woord. Maar de omstandigheden zijn niet zo mooi. Als de heer Wilders deel had uitgemaakt van een nieuwe regering, zou het aanstaande staatsbezoek zeer twijfelachtig zijn geweest. De president komt natuurlijk niet als hier iemand in het kabinet zit die de islam achterlijk noemt. Ik wil niet dat mijn president hier als een clown wordt neergezet.’ Is gedoogsteun van de PVV voor een Nederlandse regering van invloed op de betrekkingen met Indonesië? ‘Ik zie geen reden waarom wij niet kunnen samenwerken, tenzij de Nederlandse regering een anti-islamitisch beleid gaat voeren. Als de heer Wilders buiten de regering staat, mag hij schreeuwen wat hij wil. Zolang hij maar buiten het kabinet blijft blaffen. Waarom zouden we door deze ene man de verhoudingen in de war gooien? Overigens zie ik in zijn woorden haatzaaierij. Mijn oom is nota bene door de Nederlanders herhaaldelijk in de gevangenis gegooid wegens haatzaaierij tegen de Nederlandse kolonisator, maar dat terzijde. Als je iemand beledigt, vraag je om een reactie. Als de heer Wilders de islam barbaars en achterlijk noemt, moet hij misschien meer leren over de islam. Dat er in Bagdad al een geneeskundige school was toen hier in Nederland alleen nog kwakzalvers rondliepen. Ik zal hem niet de les lezen, zolang hij maar geen invloed heeft op het Nederlandse beleid.’ Heeft de groeiende invloed van de PVV nu al effect op de bilaterale betrekkingen? ‘De relaties worden verstoord door de aanwezigheid van de heer Wilders. Ik ben gepikeerd over wat hij zegt. Het verstoort de economische en politieke verhoudingen. Ik heb in Jakarta altijd voor Nederland gepleit, maar dat wordt steeds moeilijker. We willen en zullen ons niet bemoeien met interne Nederlandse aangelegenheden, maar we houden de ontwikkelingen natuurlijk wel nauwlettend in de gaten. Als de heer Wilders de regering dwingt zijn denkbeelden ten uitvoer te brengen, zullen onze betrekkingen onder druk komen te staan. Als het regeringsbeleid leidt tot belediging van de islam, dan hebben we een probleem. Als Indonesiërs niet naar Nederland mogen komen omdat Indonesië een islamitisch land zou zijn, hebben we een probleem. Indonesië zal trouwens nooit een islamitische staat worden, ook al is 85% van onze bevolking moslim. De Pancasila (de ideologische
Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I
basis van de Indonesische grondwet, red.) garandeert gelijke rechten en gelijke verantwoordelijkheden voor iedereen.’ Welke conclusie trekt u uit de groeiende populariteit van Geert Wilders en de PVV? ‘Het is een feit dat veel mensen op de heer Wilders hebben gestemd. Als de mensen naar hem willen luisteren, is dat hun goed recht. Misschien hebben ze last van een angstpsychose. Maar ze zullen zich moeten realiseren dat de hegemonie niet van de christenen is. De wereld wordt almaar kleiner en we zitten steeds dichter op elkaar. Islam is een geloof van vrede en tolerantie. Radicalen en terroristen zijn van alle religies. Je mag meer dan een miljard mensen niet beoordelen aan de hand van een duizendtal extremisten. Als u last hebt van baldadige Marokkanen, pakt u ze gewoon op. Dat zijn geen goede islamieten. Ze gooien onze naam juist te grabbel. Uiteindelijk geloof ik dat de Nederlandse mensen weten wat goed voor ze is. Wij bouwen in goed vertrouwen verder aan onze betrekkingen, maar ik denk niet dat mijn president de heer Wilders wil ontmoeten.’ Waarom heeft het staatsbezoek nu plaats? ‘Het laatste obstakel voor onze relaties werd weggenomen toen de Nederlandse minister voor Buitenlandse Zaken Bernard Bot in 2005 naar Jakarta kwam en onze onafhankelijkheidsdag op 17 augustus 1945 accepteerde. Wij hadden nooit om die erkenning gevraagd, maar het was altijd een psychologische barrière die onze betrekkingen hinderde. Sindsdien zijn onze relaties spiegelglad en kunnen we hand in hand de toekomst tegemoet. Eigenlijk had de president Nederland al eerder willen bezoeken, maar dat kon niet omdat Garuda zes jaar geleden van de Europese Commissie een verbod kreeg om op Europa te vliegen. Hij gaat natuurlijk niet met KLM of Singapore Airlines. Geen sprake van. Nederland heeft ons toen enorm geholpen bij het oplossen van de tekortkomingen van Garuda. Het ministerie van Verkeer en Waterstaat stuurde experts naar Jakarta. Sinds juni zijn er weer dagelijkse vluchten tussen Jakarta en Amsterdam.’ Zal dit staatsbezoek de banden tussen Indonesië en Nederland verder verbeteren? ‘De president zal een alomvattend partnerschap tekenen. Daarmee worden onze betrekkingen onderstreept en gelegaliseerd. Dat moet de politieke en zakelijke relaties verder faciliteren. Het legt de basis voor allerlei afspraken zoals een verdrag om dubbele belastingheffing uit te bannen. Wij willen onze huidige positie uitbouwen en van Nederland onze gateway naar Europa maken. (Alexander Weissink - http://www.fd.nl/artikel/20331947/ interview-ambassadeur-wil-niet-mijn-president-hier-clownwordt-neergezet)
37
S
idang Umum (SU) Persatuan Pelajar Indonesia di Belanda (PPI Belanda) kembali digelar Sabtu (19/09/2010), di Aula Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Kerajaan Belanda, Den Haag. Sidang Umum ini mengagendakan laporan pertanggungjawaban Sekretaris Jenderal (sekjen) PPI Belanda 2009-2010 dan pemilihan Sekjen baru. Sidang dihadiri oleh 16 anggota presidium dari 17 presidium PPI yang tersebar di Belanda. Diawali oleh sambutan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda yang diwakili oleh Atase Pendidikan, Dr. Ramon Mohandas, secara umum SU PPI Belanda berjalan dengan lancar. Di sela sambutannya, Ramon Mohandas kembali menggugah semangat generasi muda bangsa dengan mengingatkan kembali arti penting pengakuan kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Kerajaan Belanda. “Pengakuan politis yang baru diberikan pada 2005 tersebut cukup memberikan arti bagi bangsa kita, di antaranya meningkatnya ber-
bagai macam kerja sama bilateral, termasuk berbagai bentuk beasiswa,” ujar Ramon. Tak lupa Ramon Mohandas mengajak kerja sama pelajar bangsa, baik penerima beasiswa maupun melalui biaya pribadi untuk menjaga nama baik bangsa. “Selaku duta bangsa, marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan citra yang baik tentang negara kita,” demikian ungkap Ramon. Anita Primaswari Widhiani, Sekretaris Jenderal PPI Belanda 2009-2010 dari Tilburg memberikan laporan kinerjanya. Beberapa program berhasil dilaksanakan presidium PPI Belanda dibawah koordinasinya, di antaranya revisi AD/ART PPI Belanda dan berbagai partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan KBRI seperti Pasar Malam Indonesia, temu wicara dengan delegasi Kementrian Negara Pemuda dan Olah-
raga (Kemenegpora) dan delegasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Indonesia. Meski demikian, masih ada tugas yang tertunda, seperti penerbitan jurnal ilmiah bersama dan pertemuan PPI se-Eropa dalam bidang olahraga dan seni. “Kami sudah berusaha melaksanakan segala program kerja kami, namun kesulitan mengatur waktu dan jarak antar kota anggota presidium PPI Belanda yang berjauhan menjadi kendala tersendiri bagi kami untuk merealisasikan program-program kami,” jelas Anita. Lepas dari tertundanya pelaksanaan program kerja, forum akhirnya menerima laporan pertanggungjawaban kepengurusan PPI Belanda 2009-2010.
REYNALDO RANTE ALLO
Sekjen Baru PPI Belanda Tiga Kandidat Sekjen PPI Belanda: Indra, Rey, Adi - Foto: Yessie
No. 4 - September 2010 - Tahun I - Jong Indonesia
38 Kandidat Sekjen Acara dilanjutkan dengan pembacaan tata cara pemilihan Sekretaris Jenderal PPI Belanda 20102009 oleh Dikman (PPI Delft) selaku ketua Komisi Pemilihan Umum. Tiga kandidat Sekretaris Jenderal, yakni Indra Firmansyah (PPI Wageningen), Reynaldo Rante Allo (PPI Den Haag), dan Adi Nugroho (PPI Delft-melanjutkan acara pemilihan dengan memaparkan visi, misi, dan program kerja mereka. Tidak banyak waktu tersedia bagi para kandidat. Namun demikian, masing-masing kandidat mampu menyelesaikannya dengan baik yang ditandai dengan semaraknya sesi tanya jawab. Walaupun belum terlihat adanya program yang revolusioner, masing-masing kandidat cukup kreatif mengemas kampanye mereka. Indra mengusung isu PPI Belanda go green. Rey
menggugah kesadaran peserta yang hadir dengan membuka kembali memori arti pentingnya PPI Belanda sebagai PPI tertua di dunia dan keinginannya menjadikan PPI Belanda sebagai pemersatu PPI sedunia. Sedangkan Adi menelurkan konsep kesatuan dalam PPI Belanda melalui EENERGO sebagai jargon kampanye. Rehat 30 menit pasca kampanye dimanfaatkan dengan baik oleh para kandidat untuk melakukan lobi-lobi ke berbagai PPI kota yang hadir serta mempersiapkan tugas kreativitas yang diberikan oleh KPU. Sebelum memberikan surat suara, perwakilan PPI kota dan anggota yang hadir pun cukup terhibur dengan berbagai jenis kreativitas yang ditampilkan oleh para kandidat. Didukung oleh rekan satu kotanya Indra Firmansah berhasil
menghibur para hadirin dengan menyanyikan lagu asal papua. Tidak mau kalah, Rey pun sukses mempromosikan keahliannya berseni budaya dengan melantunkan pantun. Keletihan dan kejenuhan peserta sidang pun semakin menghilang dengan drama komedi singkat yang ditampilkan oleh Adi dan rekan-rekan satu kotanya. Mengakhiri acara SI PPI Belanda 2010, pemungutan suara berjalan dengan sempurna tanpa ada kertas suara tidak sah. Rupanya tertarik dengan kematangannya setelah sebelumnya bergabung dalam dua periode kepengurusan PPI Belanda, mayoritas PPI kota mempercayakan Reynaldo Rante Allo, yang lebih dikenal dengan panggilan Rey, untuk menjadi pemimpin PPI Belanda 2010-2011. Selamat, Rey! Yessie W.S
butuh nafas panjang, untuk melanjutkan perjalanan ini. nafasku, nafasmu, nafas kita. mari, gabung bersama kami di Jong Indonesia, untuk bersama meraih asa.
Jong Indonesia
Foto: Jimmy Perdana Jong Indonesia - No. 4 - September 2010 - Tahun I