Rp 2.000
SABTU, 17 NOVEMBER 2012 z 16 HALAMAN z NO 4.461 zITH. XIII ISSN 0215-2987
Jhn Hanya Diberi Uang Jajan
5 Personel Ungu Pilih Istirahat
ISTIMEWA
Cliquers Banjarmasin bersama Makki Ungu.
GAGAL di hari pertama menyambut rombongan band Ungu, Cliquers (sebutan penggemar Ungu) Banua pun tak cepat berputus asa. Jumat (16/ 11) sejak pagi, tak kurang 25 orang Cliquers Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura dengan setia menunggu idolanya, Pasha, Makki, Enda, Oncy, dan Rowman di Bandara Syamsudin Noor. Kesabaran Cliquers berbuah manis. Sekitar pukul 08.30 Wita, personel Ungu tiba di bandara. Mereka pun bisa bertegur sapa dengan Oncy, Rowman dan Enda.
Bocah Tewas Tersetrum Usai Mandi Gulung Kabel Listrik KOTABARU- Malang nian nasib Yulistianita (12). Dia mengembuskan napas terakhirnya, setelah tersengat listrik di rumahnya, Jumat (16/11) sekitar pukul 08.00 Wita. Sebenarnya, orangtua Yulistianita sudah berusaha keras menyelamatkan nyawa putri mereka. Yakni secepatnya membawa siswa kelas dua SMPN 1 Mekar Pura itu ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotabaru. Tapi karena perjalanan dari rumah korban ke rumah sakit lumayan jauh, sekitar 25 kilometer atau sekitar 1/2 jam perjalanan, nyawa Yulistianita pun tidak bisa tertolong lagi. Diduga dia meninggal dunia dalam perjalanan ke RS Kotabaru. Informasi diperoleh, sebelum tewas Yulistianita sempat membenahi atau menggulung kabel listrik yang masih tercolok aliran listrik. Tanpa korban sadari, kabel yang sebelumnya digunakan Yulistianita untuk menyedot air itu terkelupas dan terlihat sera-
Tiga personel Ungu ini dari Balikpapan. Usai menyapa penggemarnya, mereka bergegas naik mobil penjemputan dan langsung ke hotel. Begitu sampai di hotel, Oncy, Rowman dan Enda lebih memilih istirahat di kamar. Di mana dua personel Ungu lain, Pasha dan Makki? Ternyata keduanya ada urusan keluarga dan memilih datang ke Banjarmasin pada siang harinya. Pasha tiba di Banjarmasin
Ayah Suruh Anak Jualan Sabu BANJARMASIN- Zulkifli ini bukan tergolong ayah yang baik. Anak kandungnya sendiri, Jhn (16), dikenalkannya dengan sabu dan dimintanya ikut menjual barang haram tersebut. “Saya tak berani mengonsumsi sabu yang dibisniskan ayah. Saya hanya membantu ayah menjual sabu,” ujar Jhn, saat ditemui di Polresta Banjarmasin, Jumat (16/11). Jhn mengaku, dia tidak mengetahui keuntungan atau BANJARMASIN POST GROUP/NURHOLIS HUDA
Pembeli dan penjual sabu, Ojek dan Jhn, diamankan polisi beserta barang bukti 9,49 gram sabu.
BERSAMBUNG KE HAL 8
Warga Dimintai Rp 5.000 Pengambilan E-KTP Didompleng Pungutan STQ
BANJARMASIN POST GORUP/HERLIANSYAH
Yulistianita (12) mengembuskan napas terakhirnya setelah tersengat listrik di rumahnya, Jumat (16/11).
but. Tidak hanya itu, ketika menggulung kabel, kondisi tubuh Yulistianita sedang basah, karena dia baru selesai mandi. Kontan saja, ketika tangan Yulistianita menyentuh bagian kabel yang terkoyak itu aliran listrik langsung menyengat. Yulistianita pun jatuh tidak berdaya. Orangtua Yulistianita, yang
waktu itu masih berada dalam rumah, mencoba menolong. Namun nyawa putrinya, yang lahir pada 08 Maret 2000, itu tidak tertolong lagi, saat dibawa ke RS Kotabaru. Salah seorang tetangga korban mengatakan, ayah
MARTAPURA- Pengambilan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) kembali dinodai kebijakan lokal. Pengambilan eKTP yang seharusnya gratis, tapi oleh pihak Kecamatan Aluhaluh, Kabupaten Banjar, dikenakan ‘pungutan’ sebesar Rp 5.000.
Pengambilan e-KTP di Kabupaten Banjar sudah dilaksanakan sejak awal Oktober 2012. Prosedur pengambilan e-KTP, warga yang mendapatkan surat undangan pengambilan e-KTP diminta langsung datang, tanpa
harus diwakilkan. Oleh pemerintah, pengambilan e-KTP itu tidak dipungut biaya apa pun. Tapi tidak di Kecamatan Aluhaluh. Warga harus mengeluarkan uang Rp 5.000 ketika mengambil e-KTP. Warga pun mempertanyakan penarikan uang tersebut.
BERSAMBUNG KE HAL 8
Riski Tanya Masjid Terdekat 2 Pemain Baru Barito Salat Jumat
Riski Novriansyah
BERSAMBUNG KE HAL 8
BAGI umat Islam, menunaikan Salat Jumat adalah kewajiban. Oleh karenanya, di tengah kesibukan mengasah skill, pemain Barito Putera yang muslim juga tak mau meninggalkan ibadah tersebut. Jumat (16/11) siang, semua pemain muslim berbondong-bondong meninggalkan mes sementara di Kementerian Sosial Kompleks Mulawarman Banjarmasin. Mereka keluar dari kamarnya masing-masing lengkap dengan perlengkapan salat, mulai dari baju koko, sarung, kopiah hingga sajadah. Ada yang sendirian berangkat meninggalkan mes menuju masjid, namun ada pula yang berbarengan dengan pemain lainnya untuk menunaikan ibadah Salat Jumat itu. Kebetulan, masjid yang paling dekat dengan mes Barito adalah Masjid Jami Kompleks Mulawarman. Masjid itupun menjadi pilihan mereka untuk melaksanakan Salat Jumat. Masjid tersebut terletak di samping
“Benar ada pungutan tersebut. Saat mengambil e-KTP yang baru jadi sekitar tiga pekan lalu, saya diminta bayar Rp 5.000. Saya mengambilnya di Kantor Kecamatan Aluhaluh,” kata seorang warga Desa Simpang Warga, Sahriful, Jumat (16/11) siang. Uang Rp 5.000 itu, kata Sahriful, untuk mendukung kegiatan Seleksi Thilawatil Quran (STQ), yang dalam waktu dekat akan digelar di Kecamatan Aluhaluh. “Karena tidak mau membahas panjang lebar, saya pun bersedia saja mengeluarkan uang Rp 5.000 itu. Mudah-mudahan itu memang benar untuk kegiatan STQ,” ujarnya. Penarikan sumbangan tersebut, kata Sahriful, seharusnya disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat, baik oleh pihak kecamatan maupun perangkat desa. Ini untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman. “Pungutan sebesar Rp 5.000 itu seharus dijelaskan kepada warga. Untuk ada dana itu. BERSAMBUNG KE HAL 8
NET
Salahi Prosedur PENGAMBILAN (e-KTP) di Kecamatan Aluhaluh, yang ikuti pungutan sumbangan STQ sebesar Rp 5.000, nilai menyalahi prosedur. “Sesuai aturan, pengambilan e-KTP tidak diperbolehkan adanya pungutan sepeser pun. Karena e-KTP sudah dibiayai oleh negara,” kata Pengamat Pemerintahan dari Fisip Unlam, Apriansyah, Jumat (16/11). Alasan pungutan dana itu untuk partisipasi dalam kegiatan Seleksi Thilawatil Quran (STQ), kata dia, tidak
logis dan tidak bisa dikaitkan. “Bila benar ada pungutan bagi warga untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan STQ harus disertai dengan aturan yang jelas dan tegas. Aturan itu seperti adanya surat keputusan dari bupati atau pemerintah, sehingga pungutan yang dilakukan resmi,” ujarnya. Itupun, lanjutan dia, pungutan yang dilakukan tidak diberikan patokan, hanya bersifat sukarela. “Sepengetahuan saya, untuk biaya
STQ sudah masuk anggaran dari pemerintah melalui anggaran bidang kesejahteraan rakyat (Kesra),” ujarnya. Kalau pun anggaran yang disediakan buat STQ kurang, kata Apriansyah, bisa dilakukan pungutan. Caranya harus ada aturan pemerintah. “Saya mengimbau kepada pemerintah agar segera menghentikan pungutan tersebut. Kalau pun ada pungutan untuk biaya STQ itu, kitirannya harus dipisah dan bukan sebagai syarat untuk mengambil e-KTP,” ujarnya. (arl)
BERSAMBUNG KE HAL 8 BANJARMASIN POST AYA SUGIANTO
1711/M1