Seri Info
Perhutanan PERTANIAN LESTARI DALAM HUTAN Pola pertanian masyarakat disekitar hutan selama ini telah memenuhi kaidah perhutanan sosial. Masyarakat selalu menanam berbagai macam jenis tanaman berkayu di lahan garapannya. Pola tanaman masyarakat di Kecamatan Air Nipis, Kabupaten Bengkulu Selatan misalnya, mereka mengembangkan Kopi Robusta sebagai tanaman utama, diikuti tanaman peneduh jenis dadap (Erythirna subumbrans Hask). Di daerah tebing ditnaman petai dan jengkol, sedangkan di dekat anak sungai mereka menanam durian. Pada setiap hektar lahan rata-rata masyarakat menanam sekitar 2-3 batang durian, 2 batang petai dan 20-25 batang pohon peneduh. Jika melihat pola tanaman ini maka pola kebun campuran yang umum dikembangkan masyarakat di wilayah ini dapat disebut pola pertanian agroforestri. “Sebenarnya kalau tentang kewajiban menanam kayu, semua kebun kami tanami kayu. Awalnya memang kami tanam padi, cabe dan jagung, kemudian tanam kopi dan peneduhnya. Diselah-selah kopi kami menanam Durian, jengkol, petai , mangga ataupun duku. Setelah 10-15 tahun kebun tersebut seperti hutan dan kami mendapatkan manfaat, kami bisa menjual buah-buahannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga�. Pak Yubin (62 Tahun). Kepala Dusun.1 Desa Suka Maju Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Tidak berbeda dengan di Kabupaten Bengkulu Selatan, masyarakat Kabupaten Kaur yang berladang di kawasan hutan HPT Bukit Kumbang Kabupaten Kaur juga menerapkan
Sosial
pola agroforestri. Mereka menanam karet, pala, dadap, cengkeh, durian, kemiri, damar, pulai, laban, sengon, sungkai, kayu afrika, kayu manis, lada, sukun, manggis, pinang, jambu mede, petai, pohon kapuk, melinjo, cabe jawa, jambu, nangka, jeruk, kedondong, dan alpukat. Di Desa Tanjung Aur, setiap KK (Kepala Keluarga) dapat menghasilkan kopi sebanyak 500 kg/hektar/tahun. Dengan perkiraan hasil panen setiap tahun dari desa ini mencapai 644 ton kopi. Desa ini juga menghasilkan merica/ lada (Piper nigrum) rata-rata 5-8 kuintal per tahun. Sayangnya hasil produksi mereka ini masih dianggap hasil illegal/haram karena dihasilkan dari tanaman yang dibudidayakan dalam kawasan hutan. Kondisi ini tentu sangat ironis, jika perusahaan dapat memegang izin mengelola hutan mengapa masyarakat tidak diberi izin. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat, yaitu perhutanan sosial atau yang biasa disebut Community-Based Forest Management (CBFM) tentu menjadi jalan keluar bagi usaha keterlibatan masyarakat untuk mengelola hutan secara legal dan sah.
Belajar Membangun Hutan dari Petani
Hutan bagi mereka lapangan pekerjaan dan sumber kehidupan, tentu sangat layak difasilitasi. Masyarakat butuh pengakuan dari negara untuk mengelolah ruang kelola mereka. Sudah saatnya membangun hutan bersama masyarakat.
Menanam Tanaman Kehutanan Bernilai Ekonomis yang Dikenal masyarakat
YAYASAN GENESIS
Alamat: Jalan Kinibalu , Karabela. no. 49.
Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu Genesis_711@yahoo.com