Can You Carry It for Me, Please

Page 1

Bagian Tiga: Can You Carry It for Me, Please? Penulis: Manik Permata & Made Hery Santosa Sinopsis: Seorang anak kecil yang kira-kira berumur lima tahun tampak kerepotan membawa tas ranselnya. Ia merengek miminta bantuan ibunya yang tak kalah repotnya membawa koper-koper besar menuju tempat check in di bandara. Apa yang anak tersebut katakan? Bagaimana ia merespon ibunya?

Saya sedang mengantar teman yang akan pergi ke luar negeri. Di bandara, kami melihat seorang ibu berdua dengan anaknya sedang kerepotan membawa barang-barang. Tangan si ibu sudah penuh dengan dua koper besar dan satu ransel kecil. Si anak, yang mungkin sekitar lima tahun, juga kerepotan membawa satu ransel dan satu boneka di tangannya. Si anak terlihat tidak senang. “Lihat tuh, kayaknya sebentar lagi anak itu menangis” kata teman saya. Mendengar ini, saya diam saja mengamati. “Kasihan tuh anaknya disuruh bawa tas sendiri” kata teman saya lagi, dan saya tetap cuma diam, tersenyum kecil kali ini. “Mommy, I’m tired, I don’t want to carry this anymore. Can you carry it for me, Mommy?” rengek si anak. Mungkin benar kata teman saya, sebentar lagi ia akan menangis. “Well, you’re the one who wanted to put your toys in there, sweetie, so you carry it,” balas si ibu. Lagi-lagi respon yang ajaib yang saya dengar. Yang di luar dugaan.

@menginspirasiID Penulis: Manik Permata & Made Hery Santosa

©Menginspirasi (2014)


“Tega sekali ibunya ya, anak kecil begitu disuruh bawa tas sendiri,” kata teman saya lagi. “Apa dia tidak dengar respon ibunya tadi?” “Kan tas anak itu mainan semua isinya, ya punya dia lah,” kata saya, kali ini merespon. “Tapi namanya juga anak kecil, kan bisa ibunya yang bawain,” teman saya membalas. “Tapi anak itu yang bawa sendiri kan juga bisa,” saya berusaha menjelaskan. Lalu teman saya hanya berkata sesuatu yang kedengaran seperti ‘huft’ saja. Kejadian seperti ini memang tampaknya sederhana. Sebelum dua kejadian sebelumnya (baca cerita bagian satu dan dua), saya bisa jadi berpikir kalau saya jadi ibunya, saya tentu saja akan membawakan ransel anak saya. “Tas ransel anak kan kecil, tidak begitu berat, apa susahnya sih.” Seperti kata teman saya, kasihan kan anak kecil harus susah begitu. Tapi saya setuju dengan ibu itu. Itu adalah tas si anak, isinya pun mainan si anak semua. Tidak ada salahnya dia belajar bertanggung jawab sedari kecil. Harapannya, di lain kesempatan dia bepergian, dia akan lebih bijak mengisi tas bawaannya. Sumber gambar .:Selesai:.

@menginspirasiID Penulis: Manik Permata & Made Hery Santosa

©Menginspirasi (2014)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.