Humas Pemerintah di Era Keterbukaan Informasi Publik1 Oleh: Suprawoto2 Pendahuluan Dalam catatan sejarah di negeri ini, setiap rezim yang berkuasa, pada awal pemerintahannya, agar memperoleh dukungan masyarakat secara luas selalu menjanjikan akan kemerdekaan untuk memperoleh informasi. Namun pada akhirnya, janji akan kemerdekaan memperoleh informasi itu kemudian terjadi dinamika. Hal ini dapat dirunut, mulai awal lahirnya negara yang kita cintai bersama ini. Pada masa pemerintahan Presiden Sukarno, sebagai founding fathers, Sukarno dan Hatta pernah mengalami pahitnya dibelenggu dalam ketidak bebasan berpendapat, baik selaku pribadi maupun melalui media. Oleh sebab itu, sebagai Negara yang merdeka sudah selayaknya menjamin dengan tegas kebebasan berpendapat dan juga pers yang kemudian diatur dalam Pasal 28 UUD
1945
yang
berbunyi,�
kemerdekaan
berserikat
dan
berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang�. Kemudian Menteri Penerangan waktu itu, Mr Amir Sariffudin, pada bulan Oktober 1945 menegaskan kembali melalui maklumatnya, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus bersendikan asas pers merdeka. Oleh karena itu, kebijakan komunikasi dan penerangan yang dianut pemerintah, dijanjikan sebagai berikut: "Pikiran masyarakat umum (public opinions) itulah sendi dasar pemerintah yang berkedaulatan rakyat. Pers yang tak merdeka tidak mungkin menyatakan pikiran masyarakat, tetapi hanya pikiran beberapa orang yang berkuasa. Maka, asas kita ialah pers harus merdeka." 1
Sebagian tulisan ini pernah dimuat dalam bentuk artikel dalam rangka menyambut Hari Pers Nasional dengan judul “Mengapa Media Selalu Curiga� pada harian Sindo 9 Pebruari 2009. 2
Staf Ahli Menkominfo Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya.
1