21 minute read
SAMBUTAN
from Peta Jalan Pemulihan Ekonomi, Kesehatan, & Pariwisata Indonesia pada Masa dan Pascapandemi COVID-19
Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A.
Sambutan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Peluang yang Muncul dari Sektor Ekonomi Kreatif saat Pandemi
Advertisement
Jendral Dudung Abdurachman, S.E., M.M
Sambutan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) : Peran TNI dalam Penanganan Wabah COVID-19
Dr. Zulkieflimansyah, S.E., M. Sc.
Sambutan Gubernur Nusa Tenggara Barat
Andre Rahadian S.H., LL.M, M.Sc.
Kata Sambutan Ketua Umum ILUNI UI
Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., Sp.F(K), SpKP
Ternyata COVID-19 Bukan Sekadar Pandemik
Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Buku ini datang tepat pada waktunya. Dibuat dengan merangkaikan ilmu lintas disiplin, membuat para pembaca mengerti “the big picture” dari pandemi COVID-19 bersama dengan tantangan, konsekuensi, dan peluang yang muncul. Saya sepakat dengan argumen para penulis yang melihat pandemi sebagai ancaman negara sehingga harus ditangani dengan penuh fokus dan empati.
Sejatinya, kesehatan dan ekonomi bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, melainkan sebuah rangkaian yang harus dijalankan secara bertahap. Tidak akan mudah menggenjot aktivitas ekonomi jika bahaya COVID-19 masih terus mengintai. Geliat ekonomi dan sektor pariwisata sebagai salah satu turunan sektoralnya perlu mendapatkan jaminan yang solid. Jadi penanganan pandemi dan usaha untuk mendorong sektor kesehatan sebagai panglima menjadi sesuatu yang tidak terbantahkan lagi.
Pandemi, selain menghadirkan kesulitan-kesulitan, ternyata juga memunculkan peluangpeluang baru. Sebagaimana diulas oleh para pakar di buku ini, peluang wisata medis menjadi ruang yang luas dan bisa menghasilkan potensi ekonomi baru. Jika sebelumnya
dominasi wisata medis masih dipegang oleh negara jiran seperti Singapura dan Malaysia, maka kita dapat membuka wisata medis tersebut pada periode pascapandemi.
Tidak hanya itu, selama pandemi ini, solusi yang berasal dari sektor ekonomi kreatif malah justru bermunculan. Peluang yang muncul sebagai konsekuensi dari perubahan perilaku masyarakat menjadikan aktivitas ini, terutama yang terhubung dengan platform digital, semakin signifikan dan relevan. Data BPS menunjukkan bahwa telah muncul hampir genap sejuta pengusaha mikro baru di masa pandemi ini, dan mayoritas menggunakan platform digital sebagai bagian dari strategi bisnis mereka di masa pandemi.
Temuan anekdotal kami juga menunjukkan adanya peningkatan transaksi hingga ratusan persen selama periode pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita memiliki tingkat ketahanan yang cukup tinggi, tidak hanya
untuk bertahan bahkan memanfaatkan periode pandemi ini untuk melompat ke jenjang pendapatan yang lebih tinggi.
Melihat fenomena ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selalu berusaha untuk terus mendorong kolaborasi dengan semua pihak untuk memulihkan sektor Pariwisata dan Industri Kreatif, dan membuka lapangan pekerjaan seluasluasnya demi mencegah histerisis ekonomi. Histerisis ekonomi (economic hysteresis) ini adalah yang ingin kita hindari, karena jika kita sudah terjebak maka akan sulit bangkit untuk tumbuh kembali.
Salah satu tulisan dari buku ini juga mengungkap pagebluk di Indonesia yang ternyata merupakan sebuah pengulangan sejarah, dari zaman kerajaan hingga era terkini. Tapi ada satu hal yang kita pelajari dari sejarah tersebut, betapa pun sulitnya kita selalu punya cara untuk bangkit dan melaju.
Selamat kepada Ikatan Alumni Universitas Indonesia yang telah mengorkestrasi kumpulan tulisan penuh manfaat. Semoga tulisan ini juga menjadi dokumentasi yang solid bagi generasi penerus bangsa bahwa sekali lagi masyarakat Indonesia bisa bertahan dan menang.n
Foto : Kemenparekraf
Foto : freepik
Kemenparekraf mendorong kolaborasi dengan semua pihak untuk memulihkan sektor
Pariwisata dan Industri Kreatif, dan membuka lapangan pekerjaan
seluas-luasnya demi mencegah histerisis ekonomi.
~ Sandiaga Salahudin Uno
PERAN TNI DALAM PENANGANAN WABAH COVID-19
Jendral TNI Dudung Abdurachman, S.E., M.M
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Peran TNI dalam keikutsertaan penanganan pandemi COVID-19 tidak bisa dianggap sepele. Prajurit TNI sudah diikutsertakan sejak pemulangan 238 WNI yang berdiam di Kota Wuhanepisentrum awal virus Corona.
Peristiwa penjemputan WNI yang terjadi pada 1 Februari 2020, atau tepat sebulan sebelum pemerintah mengumumkan kasus Corona pertama di Tanah Air pada 2 Maret 2020 lalu. Proses karantina ke-238 WNI dari Wuhan itu juga menggunakan fasilitas milik Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Raden Sadjad di Natuna, Kepulauan Riau. Sejak saat itulah para prajurit TNI menjadi bagian tak terpisahkan dalam penanganan pandemi Corona.
Puluhan ribu prajurit TNI juga telah dikerahkan ke seluruh pelosok negeri untuk menegakkan protokol kesehatan (prokes). Tugas TNI dalam penanggulangan wabah merupakan implementasi dari Operasi Milter Selain Perang (OMSP) sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Khusus untuk percepatan penanganan pandemi COVID-19, ada tiga jenis operasi kemanusiaan yang langsung digelar Cilangkap,
yaitu Operasi Penanganan Medis, Operasi Pengamanan, dan Operasi Dukungan.
Tiga jenis operasi kemanusiaan yang digelar adalah sebagai berikut. 1. Operasi Penanganan Medis
Mengadakan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit, mengerahkan tenaga medis, baik dokter spesialis maupun dokter umum 2. Operasi Pengamanan
Mengadakan pengamanan perbatasan, pengamanan jalur logistik bantuan serta jaring pengaman sosial, pengamanan fasilitas publik, pengamanan disiplin protokol kesehatan masyarakat 3. Operasi Dukungan Mendistribusikan alat kesehatan ke berbagai provinsi (dengan pesawat angkut dan truk-truk TNI), penyaluran bantuan logistik ke masyarakat dan dapur umum.
TNI bersama stakeholder lainnya juga menyiapkan rumah sakit darurat Wisma Atlet Kemayoran, rumah sakit di Pulau Galang, rumah sakit lapangan Indrapura, dan lainnya.
Prajurit TNI juga disebar ke berbagai pelosok daerah di Indonesia untuk memberi penjelasan secara detail ke masyarakat yang masih tidak percaya dengan COVID-19 atau menganggap pandemi ini sebagai konspirasi. Jika masih ada penolakan dari masyarakat terkait pelaksanaan vaksinasi, seluruh jajaran TNI harus membantu untuk menjelaskan dan menyampaikan bahwa COVID-19 nyata dan harus dihadapi bersama.
Percepatan Vaksinasi
Jajaran TNI mulai dari Kodam hingga Babinsa terus mengawal percepatan vaksinasi COVID-19. Pengawalan dan serbuan vaksinasi tersebut dilakukan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan vaksinasi.
Pemerintah telah menargetkan vaksinasi COVID-19 akan diberikan kepada 181 juta rakyat Indonesia atau 70 persen dari total populasi. Dengan demikian diharapkan kekebalan kelompok dapat terbentuk. Untuk menyukseskan program vaksinasi, TNI mengerahkan 9.176 tenaga kesehatan sebagai vaksinator. TNI juga telah melaksanakan training of trainer (ToT) vaksinasi COVID-19
yang diikuti oleh sebanyak 345 perwakilan tenaga kesehatan yang merupakan anggota TNI.
Vaksinasi COVID-19 betulbetul memerlukan tenaga ekstra untuk menyukseskannya. Hal ini amat penting dalam rangka melindungi masyarakat dari wabah tersebut. Untuk itulah, TNI melantik 164 perwira karier TNI yang ahli di bidang kesehatan dan mereka langsung diterjunkan untuk melaksanakan vaksinasi yang diharapkan mempercepat target pemerintah dalam program vaksinasi nasional.
Saya berharap buku ini bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan di sektor pemerintah maupun non-pemerintah, serta masyarakat luas. Fakta yang dimuat dalam buku ini dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan yang tepat agar berpihak kepada rakyat.
Kepada semua pihak yang telah dengan tekun menyusun buku ini, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan. Jerih payah, kerja keras, dan kerja cerdas saudara-saudara adalah bagian dari upaya melindungi masyarakat Indonesia di masa pandemi ini. n
Foto : Onbloss Creative
SAMBUTAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
Dr. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc.
Gubernur Nusa Tenggara Barat Bismillahirrahmaanirrahim. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Seraya mempersembahkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala-Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut baik atas terbitnya buku dengan judul 'Kekuatan Ekonomi, Kesehatan dan Pariwisata Indonesia, pada Masa dan Pascapandemi COVID-19 (Vaksinasi, Upaya Percepatan Mengatasi Pandemi COVID-19)'.
Kehadiran buku hasil karya Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) ini, saya pandang relevan di tengah situasi pandemi COVID-19 saat ini. Buku ini tentunya akan sangat bermanfaat sebagai sumber referensi dan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara individu, kelompok maupun organisasi dalam menghadapi pandemi COVID-19. Terlebih, buku ini memuat berbagai pemikiran dan pengalaman dari para narasumber yang ahli di bidangnya masing-masing dalam hal penanganan pandemi COVID-19, khususnya dari sisi ekonomi, kesehatan dan pariwisata.
Saya berharap, semoga melalui buku ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam upaya menghadapi pandemi COVID-19. Insya Allah, buku ini dapat menjadi solusi alternatif bagi model pendekatan penanganan pandemi COVID-19 untuk masyarakat, kalangan dunia usaha, tenaga kesehatan,
penyelenggaraan pemerintahan dan lainnya. Lebih dari itu, diharapkan dengan bertambahnya pemahaman dapat menginspirasi dan mendorong para pihak untuk turut serta dalam membantu upaya-upaya penanggulangan pandemi COVID-19 sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Pada akhirnya, saya menyampaikan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) selaku penyusun buku, atas sumbangsihnya melahirkan karya yang baik ini. Semoga apa yang telah didekasikan ini, bernilai dan bermanfaat besar serta menjadi karya nyata bagi pengabdian ILUNI UI kepada masyarakat, bangsa dan negara. Apresiasi yang tinggi juga kepada para narasumber yang telah menularkan ide, gagasan, pemikiran konstruktifnya untuk kebaikan bersama.
Semoga Allah Subhanahu Wata'ala- Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan usaha yang telah dilakukan. Aamiin. Wabillahitaufik Walhidayah. Wassalamu'alaikum Warahmatul-lahi Wabarakatuh.n
Mandalika Sirkuit Internasional di Pulau Lombok
Pesona Alam Pulau
Lombok sebagai Modal Pariwisata Nasional Pemikat Turis Lokal maupun Mancanegara
Foto : indonesiatrip.id
SAMBUTAN KEPALA BPOM
Dr. Penny Kusumastuti Lukito, MCP.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung hampir 2 tahun semakin membuka mata kita pentingnya tersedia sistem pelayanan kesehatan yang andal. Termasuk di dalamnya adalah ketahanan di bidang farmasi. Salah satu hambatan dalam penyediaan obatobatan dan vaksin sebagai salah satu upaya penting dalam penanganan pandemi ini adalah tingginya ketergantungan akan produk impor. Dalam kaitan inilah, urgensi dalam membangun kapasitas riset yang komprehensif dan mumpuni untuk menghasilkan produk inovasi di dalam negeri menjadi suatu kebutuhan yang mendasar.
Riset dan inovasi menjadi kunci penting bagi kita untuk dapat membentuk ketahanan di bidang farmasi. Pandemi ini telah memberikan kita pelajaran berharga atas berbagai peluang untuk berinovasi di segala bidang termasuk di bidang farmasi.
Sebagai regulator obat di Indonesia, BPOM mempunyai tugas untuk memastikan obat dan makanan yang beredar di masyarakat aman, berkhasiat dan bermutu, baik untuk produk impor maupun produk dalam negeri. Tentunya kita semua berharap agar tersedia produk-produk inovasi dalam negeri di bidang farmasi yang telah memenuhi standar dan persyaratan yang bertaraf internasional sehingga mampu bersaing baik di pasar lokal maupun pasar global. Sebagaimana kita ketahui obat adalah komoditas yang highly regulated karena obat harus benar-benar aman dan berkhasiat sebelum digunakan pada manusia. Hal ini menjadi penting terutama dalam mengatasi
pandemi akibat penyakit yang mengancam jiwa.
Pengawalan terhadap pemenuhan standar khasiat, keamanan, dan mutu produk inovasi dalam negeri terus dilakukan oleh BPOM sebagai upaya dukungan terhadap hasil-hasil riset karya anak bangsa. Pemenuhan standar good laboratory practice (GLP), good clinical practice (GCP) dan good manufactoring practice (GMP) dalam setiap tahapan riset pengembangan obat terus didampingi oleh BPOM, agar dapat diperoleh evidence base yang kuat untuk mendukung pemberian persetujuan obat hasil riset inovasi dan sesuai dengan standar.
Perguruan tinggi, dalam hal ini Universitas Indonesia, sebagai suatu institusi dengan kekuatan riset dan inovasi yang unggul diharapkan dapat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem riset yang mendukung pengembangan obat-obat inovasi. Untuk dapat menghasilkan produk hasil riset klinis yang berkualitas dan berdaya saing, maka tahapan pengembangangan preklinik yang benar untuk mendapatkan proof of concept dan tahapan uji klinik sesuai kaidah GCP untuk membuktikan khasiat dan keamanan obat serta vaksin harus terus dibangun.
Badan POM menyambut baik upaya Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNIUI) dan semua pihak terkait yang telah mendedikasikan diri dalam penyusunan buku bertema ‘Kekuatan Ekonomi, Kesehatan, Pariwisata Indonesia pada Masa dan Pascapandemi COVID-19’. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi semua sektor terkait dalam upaya penanggulangan pandemi COVID-19.
Saya optimistis Indonesia bisa segera lepas dari situasi ini. Tentunya dengan terus membangun iklim riset yang baik untuk menghasilkan berbagai produk inovasi di bidang obat dan vaksin. Dengan demikian terbentuk ketahanan di bidang farmasi agar sistem kesehatan kita tahan terhadap goncangan. Semangat kolaborasi dari sinergi antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah dengan menjalankan peran masing-masing akan membawa kita menuju kemandirian dari ketahanan di bidang farmasi. n
KETUA UMUM ILUNI UI
Andre Rahadian SH., LL.M, M.Sc. Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Awal tahun 2020 mungkin menjadi bulan yang tak terlupakan bagi bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia pada abad 21 ini. Ketika kita tengah menjalani hari seperti biasa, tiba-tiba Presiden RI Joko Widodo mengumumkan bahwa virus bernama SARS-CoV-2 ada di Indonesia. Dengan waktu yang terbilang cepat, virus tersebut pun mengubah kehidupan umat manusia di seluruh dunia.
Sebelum Indonesia diumumkan terjangkit COVID-19 untuk pertama kali, melalui Policy Center, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bergegas untuk melakukan sebuah kajian yang mengupas seputar pandemi yang menghadirkan pakarpakar di bidang kesehatan, salah satunya Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019 Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K). Tak sampai di situ, koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk BNPB, FKUI, dan ILUNI FKUI pun dilakukan kala itu, hingga kemudian terbentuklah Satgas COVID-19.
Ada banyak hal tak terbayangkan lainnya yang terjadi selama hampir dua tahun kita menghadapi pandemi. Kita menyaksikan bagaimana fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan kita berjuang mati-matian untuk dapat
menyelamatkan banyak nyawa. Kita menyaksikan kesedihan, keputusasaan, dan kehilangan datang secara silih berganti. Meski begitu, kita tak menyerah. Kita tak boleh kalah.
Pandemi memang telah memberi dampak yang cukup besar dalam berbagai sektor kehidupan bangsa, tak hanya dari segi kesehatan saja. Sejak pandemi, ekonomi global dan juga dalam negeri pun terdampak. Tak lama setelah SARS-CoV-2 meluas, terjadi tekanan pada perekonomian global. Hargaharga di tingkat internasional, komoditas, hingga harga minyak dunia pun terkontraksi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun melemah kala itu. Pada penghujung 2020, pertumbuhan ekonomi dunia pun merosot hingga ke angka minus 4.4 persen.1
Tak hanya itu, fasilitas kesehatan kita pun kewalahan menerima gelombang pasien COVID-19. Pariwisata pun menerima dampak yang signifikan. BPS 2020 mencatat bahwa pendapatan negara
1 Lihat https://www.liputan6.com/bisnis /read/4483655/kilas-balik-dampakpandemi-covid-19-ke-ekonomi-duniadan-indonesia dari sektor pariwisata pada 2020 menurun sebesar Rp20,7 triliun akibat pembatasan sosial berskala besar. Selain itu, tingkat okupansi hotel pun menurun drastis. BPS 2020 juga mencatat bahwa sekitar 409 ribu tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan mereka.2 Angka ini mau tak mau semakin menambah jumlah pengangguran yang ada di Indonesia akibat pandemi COVID-19.
ILUNI UI sebagai bagian dari keluarga besar UI tentu tak bisa tinggal diam. Selepas pengumuman dari Presiden Joko Widodo dan terbentuknya Satgas COVID-19, ILUNI UI turut berpartisipasi dalam penanganan COVID-19 dengan melaksanakan program “ILUNI UI TANGGAP COVID-19”. Kami mengumpulkan relawan baik dari kalangan alumni UI maupun mahasiswa.
Dengan jalinan Sinergi Temu, ILUNI UI bersama ILUNI Fakultas, Wilayah, Chapter, dan tentunya sivitas akademika UI untuk bersama-sama berjuang menghadapi pandemi COVID-19,
2 Lihat https://kemenparekraf.go.id/ ragam-pariwisata/Tren-Pariwisata-
Indonesia-di-Tengah-Pandemi
dengan segenap potensi dan kekuatan yang dimiliki alumni UI. Sinergi Temu menjadi sebuah kunci penting dalam menjalankan program ILUNI UI tanggap COVID-19. Ada banyak pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan melalui program tersebut.
Kami mengupayakan hand sanitizer yang pada awal masa pandemi sempat menjadi pandemi sempat menjadi kebutuhan masyarakat yang kebutuhan masyarakat yang keberadaannya menjadi langka. keberadaannya menjadi langka. Kami juga berupaya untuk menyalurkan APD, disinfektan, obat-obatan, konsumsi untuk nakes dan mahasiswa UI di asrama UI, ventilator, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Salah satu program yang baru saja selesai kami laksanakan adalah program Sentra Vaksinasi Sinergi Sehat yang berkolaborasi dengan 10 Rumah Sakit Vertikal Indonesia (RSVI), BAKTI Kominfo, Media Group, dan juga didukung Danone Indonesia. Program yang berlangsung selama 2 bulan sejak 22 Juli-17 September tersebut
berhasil memberikan layanan vaksinasi kepada 30 ribu lebih warga.
Sebelumnya, beberapa kali juga kami telah mengadakan layanan vaksinasi bersama RSCM dan RSUI, dan juga XL Axiata. Berbagai diskusi dan focus group discussion dari center-center ILUNI UI juga telah digelar untuk mendapatkan berbagai insight, serta solusi meliputi bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan kondisi psikososial masyarakat. Beberapa diskusi tersebut melahirkan lima kertas kerja dari Policy Center ILUNI UI.
Akhirnya, sebagai salah satu bentuk Hasil Temu untuk melanjutkan perjuangan ini, ILUNI UI pun berupaya untuk menyusun berbagai ide dan solusi untuk menghadapi COVID-19. Buku berjudul Peta Jalan Pemulihan Ekonomi, Kesehatan, dan Pariwisata Indonesia di Masa dan Pascapandemi COVID-19 ini membuat pemikiran, kajian, usulan, dan solusi serta pengalaman ahli dari berbagai bidang yang didukung sepenuhnya oleh Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG selaku Dekan FKUI.
Tak terasa, waktu terus bergulir. Hampir dua tahun sudah kita hidup di tengah pandemi COVID-19. Pandemi ini telah melahirkan banyak hal tak terbayangkan untuk semua orang, yaitu untuk pemerintah, para pemangku kepentingan, dan juga tentunya masyarakat. Vaksinasi pun kini telah digalakkan agar terbentuk serta solusi meliputi bidang kekebalan komunal dengan kesehatan, ekonomi, pendidikan, harapan kita bisa beraktivitas dan kondisi psikososial dengan lebih leluasa, meski masyarakat. Beberapa diskusi tentunya tetap dengan tersebut melahirkan lima kertas penerapan protokol kesehatan kerja dari Policy Center ILUNI UI. yang ketat.
Akhirnya, sebagai salah Akhir kata, kami berharap satu bentuk Hasil Temu untuk agar buku ini bisa memberikan melanjutkan perjuangan ini, manfaat bagi segenap ILUNI UI pun berupaya untuk pemangku kepentingan. Semoga menyusun berbagai ide dan solusi buku ini menjadi solusi dan untuk menghadapi COVID-19. panduan bagi pemerintah dalam Buku berjudul Peta Jalan membangkitkan kembali sektor Pemulihan Ekonomi, Kesehatan, ekonomi, kesehatan, industri, dan Pariwisata Indonesia di Masa dan pariwisata Indonesia. dan Pascapandemi COVID-19 Selamat membaca! ini membuat pemikiran, kajian, usulan, dan solusi serta pengalaman ahli dari berbagai bidang yang didukung sepenuhnya oleh Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG selaku Dekan FKUI. Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Andre Rahadian S.H., LL.M, M.Sc.
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia
Foto : Onbloss Creative
Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) is a consulting institution with the expertise of psychology and human behavior. Established more than 50 years ago with the initiative of Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, Dr. Hon., LPTUI has always been the main gateway in bridging psychology approaches into society. LPTUI prioritizes professional services with an innovative research-based and technology approaches.
The changes in the world drive us to innovate the way we serve the needs of our clients. Therefore, we introduce our new services with offline and online methods.
Our Services :
Research & Organizational Consultation
LPTUI organizational consulting serves the organization to build and strengthen human resources management, help the organization to understand every aspect that contributed to individuals’ better performance. Research helps organization to understand psychological states of individuals through survey or other psychological measurement tests.
Our research and organizational consultation services span a range of topics of talent management, career path, workload analysis, job profile, performance management system – key performance indicators, developing soft & hard competency standards, employee engagement & satisfaction, good corporate governance and other customized services based on request. During Covid-19 pandemic we also provide survey on Covid-19 awareness and mental health.
Assessment
Assessment services in LPTUI focus on obtaining individuals’ psychological profile to gain a better understanding of their potentials and competencies that could be used in work and education context. Assessment result could also be used as a way to fulfil organization’s needs for qualify workers. We always believe in “The right and happy person on the right place” is a key to a successful individuals' and a thriving organization. For educational purposes, we assess individuals' psychological development level since childhood to late adulthood.
Our assessment services include school readiness assessment, grade acceleration readiness assessment, postgraduate study readiness assessment, recruitment and selection assessment, employee placement assessment and other assessment based on organization's needs.
Intervention
LPTUI’s intervention unit has a wide range of services, ranging from early childhood to adult intervention. We always driven to help individuals and professionals in improving their mental health, career development and quality of life.
Based on type of clients, our services are divided into:
Early Childhood Intervention: day care & play groups @ TPA Makara Universitas Indonesia, skill training for childcare, child education consultant, child counselling & therapy.
Adolescent, Adult and Family Intervention: adolescent and adult counselling, family counselling.
Professional & Organizational Intervention: employee counselling, leadership training, assessor certification and various customized intervention program based on organization's needs.
Gedung LPTUI - Kampus UI Salemba Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430, Indonesia
Gedung Fakultas Psikologi UI Kampus Baru Universitas Indonesia Depok 16424, Indonesia 021 - 314 5078 021 - 390 7408 021 - 390 8995
info@lptui.co.id
www.lptui.com @lpt.ui / Lembaga Psikologi Terapan UI
Lembaga Psikologi Terapan UI
Lembaga Psikologi Terapan UI
LPTUI Official
TERNYATA COVID-19 BUKAN SEKADAR PANDEMIK
Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., Sp.F(K), SpKP
Konsultan Forensik Medikolegal, Spesialis Kedokteran Penerbangan Alhamdulillah akhirnya kita menemukan titik terang di ujung jalan sana, yang semakin lama semakin terang. Jalan sempit dan gelap yang selama ini kita tempuh telah sebagian terlampaui. Kita berharap di depan kita akan ada jalan lebar yang terang dan cerah sehingga kita mampu menuju kecemerlangan kesehatan, ekonomi, dan pariwisata Indonesia.
Penggambaran di atas adalah persepsi kita dalam melalui jalan pelayanan kesehatan selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Kita tahu bahwa persepsi kita mungkin berbeda, baik karena perbedaan pengetahuan dan pengalaman maupun berbeda dari waktu ke waktu.
Pada masa kelam, kedokteran dan kesehatan masyarakat berkutat mencari tahu tentang virus SARS-Cov-2 dan penyakit COVID-19 yang diakibatkannya. Bersamaan pula mereka mencari jalan keluar penanggulangan dan pengobatannya. Di tingkat kesehatan masyarakat, negara memberlakukan pembatasan bergerak melalui PSBB dan PPKM, pelacakan, pengujian laboratorium, dan isolasi serta pengobatan. Selain itu kepada masyarakat diberlakukan pencegahan penularan melalui
pemakaian masker, penjagaan jarak, dan kebersihan tangan, serta pencegahan kerumunan dan pembatasan pergerakan manusia.
Prinsip etik penghormatan terhadap otonomi manusia (respect for autonomy) diturunkan hingga titik terendah, bahkan juga hak asasi manusia. Siapa pun harus menuruti protokol kesehatan; dihentikan, ditanya, diperiksa, diisolasi, dirawat inap, dan diobati tanpa memerlukan persetujuannya, atau bahkan dimakamkan tanpa persetujuan keluarga terdekatnya. Dampak sosial penghilangan prinsip otonomi ini luar biasa. Di berbagai kota terjadi perlawanan masyarakat.
Masyarakat dirumahkan, dirumahsakitkan, dan dihotelkan demi penjagaan jarak, penghilangan kerumunan, dan pengurangan pergerakan manusia. Di tingkat kedokteran klinis, profesional menguji kliniskan berbagai obat yang berpotensi dapat mengobati; menguji coba berbagai peralatan dan calon obat-obatan temuan baru; mencari aktivitas, makanan dan minuman sehat yang meningkatkan imunitas; serta berupaya menemukan vaksin.
Prinsip etik beneficence dan non-maleficence (tujuan kepentingan terbaik dan mencegah risiko buruk) diutamakan meskipun terkesan “kurang berpihak kepada kedaruratan” dan “lambat”. Bersyukur bahwa pemerintah tetap hadir dan berpihak kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan dibebankan kepada anggaran pusat dan daerah.
Kebijakan dan peraturan seperti ini tidak hanya berlaku di sektor kesehatan, namun juga terasa di sektor ekonomi dan pariwisata, sambil tetap mempertahankan ketahanan sumber daya. Pemerintah melakukan tarik-ulur dengan mengetatkan dan mengendorkan pembatasan kegiatan ekonomi dan pergerakan manusia, baik untuk bekerja maupun berwisata. Pada awalnya terlihat sulit menemukan irama yang pas, namun akhirnya ditemukan juga irama tersebut.
Kita paham pula bahwa peningkatan kesadaran masyarakat tentang pandemi serta peran masyarakat dalam mendukung permainan upaya
tarik-ulur ekonomi membuat kesehatan masyarakat semakin baik di pertengahan tahun 2021. Pada masa fajar menyingsing ini, manusia seolah belajar kembali bagaimana seharusnya hidup sehat; bagaimana seharusnya mengadakan dan mendistribusikan sumber daya kesehatan dengan adil; bagaimana seharusnya mengatur sikap dan perilaku; bagaimana seharusnya menemukan peluang dan memanfaatkannya secara efektif dan efisien; dan utamanya bagaimana seharusnya mensyukuri apa yang sudah ada di tangan dengan memanfaatkannya untuk kepentingan kemanusiaan.
Para cendekia mampu memproduksi peralatan medis, alat kesehatan, dan metode pengobatan baru yang bermanfaat. Para profesional medis dan kesehatan mengembangkan pelayanan telemedisin dengan tetap menjaga mutu, etik, dan sistem pelayanan kesehatan baik bagi pasien non-COVID-19 maupun untuk monitoring pasien COVID-19 yang dalam isolasi mandiri. Fasilitas pelayanan kesehatan berlomba meningkatkan dan melengkapi layanan laboratorium, layanan klinis yang menangkal virus, dan sistem rujukan yang lebih “ramah dengan kebutuhan pasien”.
Kini, kita harus mampu memilah mana yang harus ditingkatkan, dimodifikasi, dan dipertahankan. Perubahan tersebut terjadi sejalan dengan upaya mengadaptasi perubahan cara kerja dan perubahan tatanan/tujuan baru. Perencanaan ke depan harus dimaknai sebagai strategi mengakomodasi perubahan budaya kerja.
Perlu disusun strategi pengembangan layanan yang mengintegrasikan kepentingan kesehatan, ekonomi, dan pariwisata. Pelayanan kesehatan terbukti mampu bertahan, sedangkan kombinasi ekonomi dan pariwisata mampu berpasangan mendampingi kesehatan. Percepatan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia dapat dipacu melalui kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi dengan fasilitas pelayanan kesehatan di mancanegara.
Pelayanan kesehatan harus kembali ke khitah, yaitu berdasarkan etik kedokteran, standar profesi, dan standar
pelayanan yang menjunjung tinggi martabat manusia. Prinsip respect for autonomy harus ditegakkan kembali, selain tetap mempertahankan prinsip beneficence dan non maleficence. Tidak ada lagi pasien dirawat tanpa persetujuan pasien atau keluarga dekatnya, dengan mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan pasien serta memberikan peluang kepada pasien atau keluarga dekatnya untuk membuat keputusan. Tidak ada lagi jenazah dipulasara dan dimakamkan tanpa arahan atau persetujuan keluarga terdekat.
Legislasi harus diperkuat dengan merevisi peraturan perundang-undangan yang tidak lulus dari ujian COVID-19, menyusun dan melengkapi peraturan perundang-undangan yang diamanatkan oleh undang-undang atau yang belum cukup diatur. Digitalisasi rekam medis dengan berbagai fitur keselamatannya harus segera dipayungi hukum dan penggunanya dilindungi dari penyedia layanan yang tidak bermutu. Telemedisin berupa pelayanan kesehatan langsung ke pasien harus dipastikan diatur dengan benar, sebagai pelayanan kesehatan—bukan sebagai pelayanan dagang dan marketing.
Pembukaan pasar pelayanan kesehatan ke mancanegara harus dilindungi dengan peraturan yang cukup protektif terutama pada masa awal, tetapi tetap menjamin lingkungan yang kompetitif berdasarkan keunggulan pelayanan. Integrasi pelayanan kesehatan dengan pariwisata agar difasilitasi oleh pemerintah demi percepatan pembinaan pelayanan travel medicine dan medical tourism. Indonesia harus berani menstandarisasi dan mengkonsistenkan tarif pelayanan sehingga menimbulkan kepastian bagi pasien.
Akhirnya, marilah merangkapkan kedua tangan dan jemari kita untuk bersama mengembangkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Salah satu yang harus dipegang teguh adalah kewajiban untuk menyeimbangkan kebutuhan individu dengan kebutuhan masyarakat luas. n
Foto : freepik
Integrasi pelayanan kesehatan dengan pariwisata agar difasilitasi oleh pemerintah demi percepatan pembinaan
pelayanan travel medicine dan medical
tourism.
~Prof. dr. Budi Sampurna