KERJA PRAKTIK
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
2020
ANALISIS KERENTANAN KABUPATEN SUMBAWA T E R H A D A P WAT E R , S A N I TAT I O N , A N D H YG I E N E ( WA S H ) BERBASIS GENDER EQUALIT Y AND SOCIAL INCLUSION (GESI)
1
DAFTAR ISI ANALISIS KERENTANAN SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA T E R H A D A P WAT E R , S A N I TAT I O N , A N D H YG I E N E ( WA S H )
A N N I S A N I S I TA N I N D YA R I N I N A D I A D H I A S Y I FA A P E R E N C A N A A N W I L AYA H D A N K O TA D E PA R T E M E N A R S I T E K T U R D A N P E R E N C A N A A N FA K U LTA S T E K N I K U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
01 03 05 07 12 16 22 26 31 37 51 55 57
KATA PENGANTAR LATAR BELAKANG METODOLOGI GAMBARAN UMUM ANALISIS KONDISI SAAT INI ANALISIS KERENTANAN SOSIAL ANALISIS KERENTANAN EKONOMI ANALISIS KERENTANAN KEBENCANAAN ANALISIS KERENTANAN FISIK ANALISIS KERENTANAN WASH ANALISIS KERENTANAN LANJUTAN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA
KERJA PRAKTIK 2020
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Analisis Kerentanan Sosial Kabupaten Sumbawa terhadap Water, Sanitation, and Hygiene (WASH). Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik atas dukungan moral dan material dari berbagai pihak sehingga kami mendapatkan pelajaran yang berharga baik dari tahap persiapan kerja praktik, pelaksanaan kerja praktik, hingga pasca kerja praktik. Kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Tri Mulyani Sunarharum, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing mata kuliah Kerja Praktik proyek Water for Women (WfW); 2. Bapak Rendy Bayu Aditya, S.T., MCP., Ph.D., selaku dosen pembimbing mata kuliah Kerja Praktik di Plan International Indonesia; 3. Ibu Silvia Anastasia Landa, selaku supervisor kami;
1
4. Segenap staff Yayasan Plan International Indonesia yang telah memfasilitasi kami dalam mencari pengalaman bekerja, memberi ilmu baru, dan membantu memperoleh data yang kami butuhkan untuk analisis; 5. Teman-teman Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2017, terlebih yang melaksanakan kerja praktik di Yayasan Plan International Indonesia yang telah memberikan dukungan, ide, dan masukan dalam proses pembelajaran kami hingga penyusunan laporan. Kami berharap laporan yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi pihak Yayasan Plan International Indonesia. Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami selalu terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan kualitas kinerja kami ke depannya.
Water is life’s matter and matrix, mother and medium. There is no life without water. - ROBER ALBERT SZENT-GYORGYI
2
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
LATAR BELAKANG Populasi Indonesia yang kian meningkat setiap tahunnya berdampak terhadap peningkatan pemenuhan kebutuhan bagi seluruh penduduk, termasuk kebutuhan dasar berupa air bersih dan sanitasi yang layak. Sebagai bentuk komitmen global dan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia, pemerintah turut serta dalam pencapaian tujuan keenam dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak. Target tujuan ini pada tahun 2030 adalah tercapainya akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua. Adapun tujuan terkait sanitasi yaitu tercapainya akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak dan setara untuk semua dan mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS), memberikan perhatian khusus kepada perempuan dan mereka yang berada dalam kerentanan (United Nations, 2015). Tujuan Keenam Sustainable Development Goals (SDGs)
Sumber: SDG 2030 Indonesia
3
Namun, masih banyak penduduk Indonesia di berbagai daerah yang belum terpenuhi kebutuhannya akan air bersih dan sanitasi yang layak. Meski hingga tahun 2030 diperkirakan seluruh provinsi akan mampu mencapai 100% “akses air minum layak”, namun belum memenuhi target SDGs yaitu “akses air minum aman”. Pada dasarnya, setiap akses dapat disebut “layak” ketika terlindungi dari pencemaran atau berdampak mencemari seminimal mungkin. Adapun standar “aman” menuntut kondisi kelayakan yang lebih tinggi lagi, yaitu menekankan keberlanjutan dan murni tidak mencemari lingkungan. Pada akses air minum, hal ini memiliki konteks sambungan air minum yang terletak di dalam rumah yang dapat diakses kapanpun. Sedangkan pada akses air limbah, hal ini berarti memiliki toilet bertangki septik kedap yang hasil penyedotannya diolah di IPLT sebelum dibuang ke lingkungan (Nawasis, 2020). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total yang dituangkan dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Program tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode pemicuan yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan (Kemenkes RI, 2014). Sehingga, selain mampu meningkatkan capaian akses dan layanan air bersih serta sanitasi, pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat mendorong terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Lima Pilar STBM Stop Buang Air Besar Sembarangan
Cuci Tangan Pakai Sabun
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga Sumber: Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang STBM
Pencapaian akses dan layanan air bersih serta sanitasi tidak lepas dari terpenuhinya aspek inklusivitas. Pelibatan perempuan dan kelompok marginal, termasuk penyandang disabilitas, menjadi penting untuk diupayakan. Kerangka Gender Equality and Social Inclusion (GESI) memberikan perhatian khusus pada kesetaraan gender dan pelibatan kelompok marginal. Melalui penerapan kerangka GESI secara khusus pada sektor air dan sanitasi, peran perempuan, anak perempuan, dan penyandang disabilitas dalam pengelolaan, perawatan, serta pemanfaatan air dan sanitasi dapat meningkat. Dengan demikian, kontinuitas pelayanan menjadi lebih terjamin dan diharapkan terjadi transformasi pada kesetaraan gender serta inklusi sosial dalam tatanan hidup masyarakat.
pihak terutama bagi kelompok marginal, yang mana mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi angka stunting atau masalah gagal tumbuh pada anak sesuai tujuan ke-3 SDGs, yakni menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia. Laporan ini bertujuan untuk menganalisis kerentanan masyarakat Kabupaten Sumbawa terhadap akses dan layanan air bersih serta sanitasi. Kerentanan tersebut ditinjau dari segi sosial, ekonomi, kebencanaan, fisik, dan sanitasi. Melalui laporan ini, penyusun berharap dapat membagikan ilmu dari bidang Perencanaan Wilayah dan Kota sebagai masukan untuk pengambilan kebijakan lebih lanjut dalam pelaksanaan proyek WfW.
Yayasan Plan International Indonesia (YPII) melalui proyek Water for Women (WfW) menginisiasi penerapan kerangka GESI dalam upaya peningkatan akses dan layanan air bersih dan sanitasi, khususnya terkait STBM. Sebagian wilayah proyek tersebar di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Bersama pemerintah, YPII berupaya untuk menjamin akses sanitasi yang setara dan berkelanjutan bagi semua
4
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
METODOLOGI
Indikator Indikator untuk analisis ini dirumuskan berdasarkan hasil kajian dari penelitian oleh Lee (2014) serta olahan penyusun yang disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Indikator Analisis
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara primer dan sekunder, dengan menitikberatkan pada data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui internet (secara online), berupa jurnal, laporan penelitian, artikel, peta, dokumen pemerintah, data statistik, dokumen rencana tata ruang, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan pengumpulan data secara primer dilakukan melalui konsultasi dan diskusi dengan masyarakat setempat (secara online) mengenai kondisi sanitasi dan air bersih, serta hubungannya dengan gender dan inklusi.
Analisis
Sosial
Metode Analisis Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode scoring dan overlay guna memperoleh tingkat kerentanan kecamatan berdasarkan sanitasi berbasis GESI. Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Data Sosiodemografi Per Kecamatan Konversi Data (%) dan Skoring
Analisis Tingkat Kerentanan Sosial
Data Ekonomi Per Kecamatan
Data Fisik Per Kecamatan
Konversi Data (%) dan Skoring
Analisis Tingkat Kerentanan Ekonomi
Data Bencana Per Kecamatan
Konversi Data (%) dan Skoring
Analisis Tingkat Kerentanan Fisik
Konversi Data (%) dan Skoring
Analisis Tingkat Kerentanan Bencana
Data WASH Per Kecamatan
Ekonomi
Konversi Data (%) dan Skoring
Analisis Tingkat Kerentanan WASH
Kebencanaan
Fisik Peta Analisis Kerentanan Sosial Per Kecamatan
Peta Analisis Kerentanan Sosial Per Kecamatan
Peta Analisis Kerentanan Sosial Per Kecamatan
Peta Analisis Kerentanan Sosial Per Kecamatan
Overlay
Peta Analisis Kerentanan Sosial Per Kecamatan
Sanitasi
Analisis Tingkat Kerentanan WASH berbasis GESI
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Indikator
Hubungan dengan Tingkat Kerentann
Penduduk Wanita
Positif
Penduduk Anak-anak
Positif
Angka Kelahiran
Positif
Angka Kematian Bayi
Positif
Gizi Buruk
Positif
Penduduk Lansia
Positif
Penduduk Disabilitas
Positif
Kepadatan Penduduk
Positif
Tingkat BABS
Positif
Sumber Air Minum Isi Ulang
Negatif
Pertanian sebagai Penghasilan Utama
Positif
Banjir
Positif
Tanah Longsor
Positif
Kekeringan
Positif
Cuaca Ekstrem
Positif
Fasilitas Pendidikan
Negatif
Fasilitas Kesehatan
Negatif
Sumber Air Minum
Negatif
Sumber Air Bersih
Negatif
Prasarana Air Limbah
Negatif
Sistem Persampahan
Negatif
Akses Jamban
Negatif
Tingkat BABS
Positif
Tingkat CTPS
Negatif
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Keterbatasan Terdapat beberapa keterbatasan dalam penyusunan laporan ini. Pertama, penelitian yang dilakukan pada kondisi pandemi COVID-19 menjadikan peneliti tidak dapat survei langsung ke lapangan dan melakukan kroscek data sekunder yang telah diperoleh. Kedua, keterbatasan data sekunder yang tersedia dan waktu penelitian menyebabkan aspek data yang menjadi input penelitian terbatas.
5
6
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
GAMBARAN UMUM
Wilayah Administratif Kabupaten Sumbawa terdiri dari 24 kecamatan, 157 desa, 8 kelurahan, dan 636 dusun, dengan rincian sebagai berikut. Jumlah Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah per Kecamatan Kabupaten Sumbawa Kecamatan
7
513,74
Orong Telu
4
465,97
Alas
8
123,04
Alas Barat
8
168,88
Buer
6
137,01
Utan
9
155,42
Rhee
4
230,82
Batulanteh
6
391,40
Sumbawa
8
44,83
Labuhan Badas
7
435,89
Unter Iwes
8
82,38
10
186,79
6
90,80
12
311,96
Ropang
5
444,48
Lenangguar
4
504,32
Lantung
4
167,45
Lape
4
204,43
Dilihat dari segi topografinya, permukaan tanah di wilayah Kabupaten Sumbawa sebagian besar tidak rata atau cenderung berbukit-bukit dengan kelerengan bervariasi antara 0 – 40 derajat.
Lopok
7
155,59
Plampang
11
418,69
Labangka
5
243,08
Maronge
4
274,75
Empang
10
558,55
Topografi Lahan Berdasarkan Kelas Kelerengan Kabupaten Sumbawa
Tarano
8
333,71
Moyo Utara Moyohulu
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terletak di ujung barat Pulau Sumbawa. Secara geografis, Kabupaten Sumbawa berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat di sebelah barat, Kabupaten Dompu di sebelah timur, Laut Flores di sebelah utara, dan Samudra Hindia di sebelah selatan. Luas kabupaten ini mencapai 6.643 km² atau setara dengan 32,97% luas Provinsi NTB, dengan ketinggian antara 0-1.730 meter di atas permukaan laut.
7
Luas Wilayah (km²)
Lunyuk
Moyohilir
Kondisi Geografis
Jumlah desa/ kelurahan
Kelerengan Lahan (%)
Luas (%)
0-2
33,79
2 - 15
27,96
15 - 40
49,49
> 40
54,03
Sumber: Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
Sumber: Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
8
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Komposisi Penduduk Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 2010-2035, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa pada tahun 2018 mencapai 453.797 jiwa yang terdiri dari 231.486 jiwa penduduk laki-laki dan 222.311 jiwa penduduk perempuan, angka ini mengalami pertumbuhan dari data di tahun sebelumnya. Komposisi Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa, 2018
Sumber: Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
Sementara itu, jumlah rumah tangga pada tahun 2018 sebanyak 118.175 dengan jumlah rata-rata penduduk di setiap rumah tangga adalah 4 orang. Kepadatan penduduk kabupaten ini mencapai 68 jiwa per km². Berdasarkan sebarannya, jumlah penduduk paling banyak berada di Kecamatan Sumbawa, yaitu sebesar 62.156 jiwa, sementara wilayah dengan paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Lantung, yaitu sebanyak 2.878 jiwa. Sementara itu, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Sumbawa dengan 1.386 jiwa/km² dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Orong Telu dengan 10 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Sumbawa, 2019).
9
Berdasarkan kelompok usia, pada tahun 2018 penduduk Kabupaten Sumbawa paling banyak berusia 0-4 tahun dengan jumlah 44.287 jiwa, sementara penduduk paling sedikit berada pada kelompok usia 70-74 tahun dengan jumlah hanya 6.866 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk angkatan kerja (15-64 tahun) lebih banyak daripada kelompok bukan angkatan kerja, yang mencapai 298.975 jiwa berbanding 154.822 jiwa. Berdasarkan data persentase penduduk laki-laki dan perempuan usia 15 tahun ke atas sampai tahun 2018 di Kabupaten Sumbawa, sebagian besar masyarakat di kabupaten ini memiliki pendidikan terakhir setara SD/ Mi/SD LB/Paket A dengan persentase 25,39% yang kemudian diikuti dengan 22% tidak memiliki ijazah, 20,89% ijazah SMP/MTS/SMPLB/Paket B, dan 20,34% ijazah SMA /MA/ SML B/Paket C. Persentase Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas sampai Tahun 2018 Menurut Pendidkan Akhir di Kabupaten Sumbawa
Sumber: Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
Mata Pencaharian Dari total jumlah angkatan kerja sebanyak 327.000 jiwa, sebanyak 210.000 jiwa memiliki pekerjaan, sementara lainnya menganggur. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Sumbawa pada tahun 2018 adalah 66,26%. dan angka pengangguran secara total mencapai 3,10%. Apabila ditelusuri berdasarkan lapangan pekerjaan utama, sebagian besar masyarakat kabupaten ini bekerja pada bidang pertanian sebesar 39,74%, sebanyak 19,09% bekerja di sektor perdagangan, 8,32% di sektor industri pengolahan, 6,85% di sektor konstruksi, dan sisanya 26% di sektor lainnya. Dibandingkan dengan tahun 2018, penduduk Kabupaten Sumbawa yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dimana pada tahun 2018 sekitar 50,01%. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Sumbawa
Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, penyerapan tenaga kerja Agustus 2019 di Kabupaten Sumbawa masih didominasi oleh penduduk yang bekerja dengan pendidikan rendah (SD ke bawah), yaitu sekitar 42,46%. Sebaliknya, penduduk bekerja yang berpendidikan tinggi hanya sekitar 12,59%. (Survei Angkatan Kerja Nasional, Agustus 2019) Di Kabupaten Sumbawa juga terdapat cukup banyak masyarakat, terutama perempuan, yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di sejumlah negara. Jumlah perempuan yang menjadi TKI pada 2018 mencapai 2.225 jiwa atau 95,7% dari total TKI di kabupaten. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tingkat pendidikan TKI cukup merata di antara setingkat SD hingga Sarjana. Negara tujuan utama TKI diantaranya Singapura, Hongkong, Brunei Darussalam Taiwan, dan Malaysia (Kabupaten Sumbawa dalam Angka, 2019).
Sumber: Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
10
KERJA PRAKTIK 2020
Kondisi Kesejahteraan Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Makanan dan Bukan Makanan, 2018: Rp811.830,00 (Survei Sosial Ekonomi Nasional, Maret 2018). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Dari tahun 20122019, jumlah penduduk miskin Kabupaten Sumbawa selalu mengalami penurunan, dan hanya sekali mengalami kenaikan di tahun 2014. Pada tahun 2019, jumlah penduduk miskin Kabupaten Sumbawa semakin menurun dan berada pada angka 63.490. Hasil ini menunjukkan penurunan sebesar 0,004% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan absolut penduduk miskin biasanya diikuti dengan persentase penduduk miskin. Dalam Foster-Greer-Thorbecke (FGT) Formula, persentase penduduk miskin dinotasikan dengan headcount index (P0). Angka kemiskinan (P0) atau pembagian jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk total di Kabupaten Sumbawa pada Maret 2019 mencapai 13,90%. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 0,18% jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya, sebesar 14,08%. Sementara itu, ketimpangan di Kabupaten ini, yang diukur menggunakan Rasio Gini, mencapai 0.36, termasuk dalam kategori sedang. Dibandingkan dengan rata-rata provinsi dan nasional, ketimpangan di Kabupaten Sumbawa lebih rendah. (BPS Kabupaten Sumbawa Barat, 2018). Terkait jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2018 berdasarkan data dari Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa, terdapat 2.470 jiwa penyandang disabilitas, dengan rincian: tuna daksa sebanyak 1.023 jiwa, tuna netra sebanyak 372 jiwa, tuna rungu sebanyak 116 jiwa, ganda sebanyak 213 jiwa, tuna
11
wicara sebanyak 431 jiwa, tuna grahita sebanyak 94 jiwa, dan retardasi sebanyak 221 jiwa. Jumlah Penyandang Disabilitas Kabupaten Sumbawa (Jiwa), 2018
Sumber: Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
Iklim dan Kebencanaan Kabupaten Sumbawa merupakan wilayah yang beriklim tropis. Kabupaten ini dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Terkait bencana alam, menurut data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2018, Kabupaten Sumbawa masuk ke dalam kategori risiko tinggi bencana dengan indeks sebesar 150. Dari indeks tersebut, Kabupaten ini memiliki risiko yang tinggi atas beberapa bencana, diantaranya: tsunami, tanah longsor, gelombang ekstrim dan abrasi, dan kebakaran lahan dan hutan. Selain itu, beberapa bencana juga mungkin terjadi di Kabupaten ini dengan risiko sedang, seperti: kekeringan, gempa bumi, dan cuaca ekstrim. Menurut Inarisk BNPB, tingkat kapasitas daerah Kabupaten Sumbawa pada tahun 2019 tergolong rendah.
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
ANALISIS KONDISI SAAT INI Akses terhadap Pelayanan Air Bersih dan Sanitasi Akses sanitasi di Kabupaten Sumbawa mencapai 86% di tahun 2020, yang mana tergolong baik karena melebihi akses nasional yaitu 79%. Namun, menurut berdasarkan informasi yang diberitakan di media, masyarakat masih sering kesulitan untuk mengakses air bersih karena faktor ekonomi dan kebencanan (kekeringan). Mayoritas masyarakat di Kabupaten Sumbawa menggunakan air isi ulang untuk keperluan minum dan sumur untuk mandi serta mencuci. Pada tahun 2018, tercatat tidak ada masyarakat yang memanfaatkan air hujan ataupun air kemasan baik untuk minum ataupun mandi dan mencuci. Banyaknya Desa/Kelurahan menurut Sumber Air untuk Minum Sebagian Besar Keluarga, 2018 3% 15% 32%
6% 13%
22%
4% 14% 41% PDAM Ledeng tanpa meteran Sumur bor/pompa Sumur Mata Air Sungai/danau/kolam/waduk/situ/embung/bendungan
Sumber: Monitoring STBM, 2020
Selain sumur, untuk keperluan mandi dan mencuci masyarakat Kabupaten Sumbawa juga banyak yang memanfaatkan PDAM. Berdasarkan grafik di bawah, jumlah pelanggan PDAM terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut menjadi indikator peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan air bersih. Jumlah Pelanggan PDAM, 2018 25000
23%
15% 10%
2%
Air isi ulang PDAM Ledeng tanpa meteran Sumur bor/pompa Sumur Mata Air Sungai/danau/kolam/waduk/situ/embung/bendungan
Sumber: Monitoring STBM, 2020
12
Banyaknya Desa/Kelurahan menurut Sumber Air untuk Mandi/Cuci Sebagian Besar Keluarga, 2018
20000
Menurut Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah, permasalahan utama yang sedang dihadapi Kabupaten Sumbawa dalam menjaga kesehatan lingkungan adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, terutama dalam hal kebiasaan buang air besar sembarangan, pencemaran lingkungan akibat sampah dan limbah rumah tangga, serta tidak mencuci tangan dengan baik. Sehingga, tidak mengherankan jika jumlah penderita malaria dan demam berdarah di masyarakat masih cukup tinggi dan terjadi hampir setiap tahun. Adapun penyakit yang paling banyak diderita masyarakat adalah yang terkait dengan kebersihan, seperti diare dan gatal-gatal. Kondisi tersebut juga mempengaruhi angka prevalensi stunting yang tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar 28,99 di tahun 2019.
sampah yang kemudian diangkat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sistem pengangkutan persampahan telah berjalan. Namun, masih terdapat warga yang membuang ke sumber air dan drainase, serta membakar sampah yang mana hal-hal tersebut mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Terkait sarana persampahan, mayoritas masyarakat di Kabupaten Sumbawa membuang sampah ke tempat
Sungai/saluran irigasi/danau/laut
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang masih BABS
0,48 JUTA JIWA 55,54 RIBU JIWA Dari 165 desa, 63 di antaranya telah berstatus
38%
Desa ODF
5000
86%
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka Tahun 2019
3%
34%
4%
33% Tempat sampah, kemudian diangkat Dalam lubang atau dibakar Drainase (got/selokan) Lainnya
Sumber: Monitoring STBM, 2020
Sumber: Monitoring STBM, 2020
10000
0
26%
PROFIL STBM KABUPATEN SUMBAWA
Open Defecation Free (ODF)
15000
Banyaknya Desa/Kelurahan menurut Tempat Buang Sampah, 2018
0%
50%
Akses Sanitasi
100%
Di tahun 2020, akses sanitasi mencapai 86%
Akses Jamban dan Perubahan Perilaku
cenderung meningkat setiap tahun
83% 82%
82%
82%
2019
2020
81% 80% 79% 78%
78%
77% 76%
2018
Akses
24
25
26
77%
Puskesmas
Sanitarian
Sanitarian Terlatih
Fasilitator Aktif
13
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Kesetaraan Gender Menurut Badan Pusat Statistik, angka rasio jenis kelamin di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2018 adalah 104. Artinya, pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan tidak jauh berbeda dengan laki-laki, akan tetapi masih terdapat gap yang jauh antara representasi penduduk perempuan dan laki-laki dalam kegiatan kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat melalui partisipasi perempuan dalam pemerintahan Kabupaten, dimana proporsi perempuan dan laki-laki dalam birokrasi tidak seimbang. Dari 977 pegawai negeri sipil, hanya terdapat pegawai perempuan sebanyak 287 orang Proporsi Pegawai Negeri SIpil Berdasarkan Jenis Kelamin
29% PNS Laki-Laki PNS Perempuan
71%
Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka Tahun 2019
Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Sumbawa, 2018 Tingkat Eselon
Jenis Kelamin
Jumlah Karyawan
L
P
II.a
1
-
1
II.b
29
1
30
III.a
63
6
69
III.b
111
18
129
IV.a
414
208
622
IV.b
72
54
126
Jumlah
690
287
977
Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka Tahun 2019
14
Selain itu, posisi dalam pemerintahan yang dipegang oleh perempuan tidak sama strategisnya dengan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan perempuan untuk menempati hierarki jabatan struktural yang lebih rendah. Dari 30 orang pejabat eselon II, hanya ada satu perempuan di dalamnya. Demikian juga pada wakil rakyat yang duduk pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), di mana terdapat 45 orang dengan 44 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Dalam hidup bermasyarakat, perempuan yang sudah menikah menanggung beban ganda. Berdasarkan hasil diskusi bersama kaum perempuan dan penyandang disabilitas untuk laporan bayangan The Committee on the Elimination of Discrimination against Women (CEDAW), mayoritas perempuan yang sudah menikah dilarang bergaul dengan orang-orang atau mencari pekerjaan sampingan. Masih terdapat anggapan bahwa perempuan yang sudah menikah seharusnya lebih banyak di rumah saja. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak perempuan yang harus mencari nafkah sembari mengurus anak, tidak terkecuali perempuan penyandang disabilitas. Hal tersebut dilakukan agar mereka tidak dianggap beban oleh keluarga besar. Selain itu, penyandang disabilitas juga berada dalam posisi yang rentan akan kekerasan dalam rumah tangga maupun oleh orang lain.
Inklusi Penyandang Disabilitas Menurut Himpunan Masyarakat Tuna Netra Sumbawa (HIMATRAS), sudah banyak fasilitas pendidikan bagi kaum disabilitas di Kabupaten Sumbawa. Akan tetapi, masih banyak yang kesulitan untuk mengakses pendidikan dikarenakan kekurangan biaya. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum disabilitas hanya didengar ketika mereka sudah menempuh
pendidikan tinggi atau memiliki pekerjaan terpandang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelibatan kaum disabilitas dalam aktivitas kemasyarakatan masih sangat kurang. Pada forum pembangunan pun mereka hanya diundang untuk mendengarkan tanpa diberi kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung. Jumlah Desa Berdasarkan Ketersediaan Sekolah Luar Biasa, 2018 Kecamatan
Jumlah Desa/Kelurahan
Lunyuk
7
Orong Telu
4
Alas
8
Alas Barat
8
Buer
6
Utan
9
Rhee
4
Batulanteh
6
Sumbawa
8
Labuan Badas
7
Unter Iwes
8
Moyohilir
10
Moyo Utara
6
Moyohulu
12
Ropang
5
Lenangguar
4
Lantung
4
Lape
4
Lopok
7
Plampang
11
Labangka
5
Maronge
4
Empang
10
Tarano
8
Mayoritas area di Sumbawa berupa perkampungan, sehingga akses air susah karena jauh dari rumah. Keadaan tersebut membuat masyarakat terpaksa pergi ke sungai, sedangkan kaum disabilitas mengalami kendala untuk melakukannya. Di tempat umum seperti rumah sakit dan terminal pun toilet khusus penyandang disabilitas masih jarang dijumpai. Fasilitas yang tersedia tidak layak, seperti tidak tersedia air dan pintu tidak dapat dikunci. Kebersihan toilet pun tidak terjaga. Hal tersebut tentunya sangat menyulitkan kaum difabel, seperti misalnya penyandang tuna netra yang tidak bisa mengetahui apakah air yang tersedia bersih atau tidak. Mayoritas toilet belum dipisah berdasarkan jenis kelamin, sehingga pengguna toilet perempuan merasa tidak aman dalam menggunakan toilet.
Sumber: Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa, 2019
15
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
ANALISIS KERENTANAN SOSIAL Kerentanan sosial wilayah menggambarkan kerapuhan sosial dari suatu wilayah akibat pengaruh dari adanya bahaya, ancaman dan bencana yang memiliki potensi merusak, mengganggu serta merugikan. Faktor kerentanan sosial meliputi modal manusia, pengembangan masyarakat, infrastruktur publik dan sumber daya milik masyarakat (Lee, 2014). Suatu wilayah yang memiliki kondisi sosial yang rentan, maka akan menimbulkan dampak kerugian yang besar ketika menghadapi ancaman atau bencana. Terdapat kendala dalam melakukan analisis kerentanan sosial di Kabupaten Sumbawa, yaitu keterbatasan data. Oleh karena itu, penyusun menyesuaikan
indikator kerentanan dengan ketersediaan data yang ada. Selain itu, terdapat beberapa kecamatan dengan data yang tidak lengkap. Pada kasus demikian, data dianggap bernilai nol. Adapun kecamatan dengan data indikator yang tidak lengkap meliputi Alas, Alas Barat, Labuhan Badas, Lantung, Moyohulu, Orong Telu, Ropang, dan Tarano. Indikator yang digunakan meliputi kepadatan penduduk, angka kelahiran, angka bayi lahir mati, jumlah penduduk usia anak, jumlah lansia, jumlah wanita,, jumlah penyandang disabilitas, dan jumlah penderita gizi buruk. Data setiap indikator dikonversi menjadi persentase terhadap jumlah penduduk di setiap kecamatan.
Persentase Data Indikator Kerentanan Sosial di Kabupaten Sumbawa Kepadatan Penduduk (%)
Angka Kelahiran (%)
Bayi Lahir Mati (%)
Jumlah Anak (%)
Jumlah Lansia (%)
Jumlah Wanita (%)
Alas
239
0,00
0,00
38,31
18,78
49,45
0,51
0,000
Alas Barat
118
0,00
0,00
3,67
0,67
4,91
0,43
0,000
Batulanteh
27
1,86
4,12
35,63
15,68
47,81
0,15
0,007
Buer
104
2,14
1,32
37,75
11,43
49,94
0,17
0,000
Empang
41
0,00
0,00
35,78
9,24
48,61
1,24
0,000
Labangka
45
0,00
0,00
39,36
5,64
48,39
5,64
0,000
Labuhan Badas
79
0,00
0,00
38,59
6,47
49,68
6,47
0,000
Kecamatan
Jumlah Jumlah Gizi Disabilitas Buruk (%) (%)
Lantung
17
0,00
0,00
30,51
10,60
49,13
10,60
0,000
Lape
86
1,89
1,81
36,25
9,29
48,64
9,29
0,003
Lenangguar
13
0,00
0,00
32,51
10,01
47,54
10,01
0,003
Lopok
123
1,69
1,24
34,90
10,30
49,52
10,30
0,000
16
Kepadatan Penduduk (%)
Angka Kelahiran (%)
Bayi Lahir Mati (%)
Jumlah Anak (%)
Jumlah Lansia (%)
Jumlah Wanita (%)
Lunyuk
41
1,75
1,36
39,06
5,77
48,52
5,77
0,000
Maronge
8
0,00
0,00
35,91
8,33
48,07
8,33
0,000
Moyo Utara
108
2,16
0,00
34,23
10,30
49,15
10,30
0,000
Moyohilir
130
1,82
0,45
34,38
9,22
49,25
9,22
0,003
Moyohulu
67
0,00
0,00
32,58
10,00
48,52
10,00
0,003
Orong Telu
10
0,00
0,00
37,02
7,60
47,65
7,60
0,000
Plampang
78
2,00
0,00
38,58
7,78
48,75
7,78
0,000
Rhee
32
2,30
0,59
39,55
8,69
47,95
8,69
0,000
Ropang
12
0,00
0,00
26,98
10,87
47,28
10,87
0,000
Kecamatan
Sumbawa
Jumlah Jumlah Gizi Disabilitas Buruk (%) (%)
1.386
2,19
0,15
35,76
7,34
49,34
7,34
0,014
Tarano
50
0,00
0,00
39,47
7,70
49,11
7,70
0,000
Unter Iwes
242
2,12
1,18
34,28
9,11
48,60
9,11
0,007
Utan
195
2,42
1,77
38,18
9,84
49,50
9,84
0,000
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Kategori Scoring Indikator Kerentanan Sosial Indikator
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Angka Kelahiran (%)
Bayi Lahir Mati (%)
Jumlah Anak-Anak (%)
Rentang
Skor
Tingkat Kerentanan
Rentang
Skor
Tingkat Kerentanan
8,00-66
1
67-124
2
Sangat Rendah
0,60-4,00
1
Sangat Rendah
Rendah
4,01-8,00
2
Rendah
125-182
3
Sedang
8,01-12
3
Sedang
183-242
4
Tinggi
12,01-16,00
4
Tinggi
Indikator
Jumlah Lansia (%)
>242
5
Sangat Tinggi
>16,00
5
Sangat Tinggi
0,00-0,80
1
Sangat Rendah
0,00-4,91
1
Sangat Rendah
0,90-1,82
2
Rendah
4,92-48,07
2
Rendah
1,83-2,00
3
Sedang
48,07-48,75
3
Sedang
2,01-2,19
4
Tinggi
48,76-49,34
4
Tinggi
2,19-2,42
5
Sangat Tinggi
>49,34
5
Sangat Tinggi
0,00-0,15
1
Sangat Rendah
0,15-2,00
1
Sangat Rendah
0,16-0,59
2
Rendah
2,01-4,00
2
Rendah
0,59-1,36
3
Sedang
4,01-6,00
3
Sedang
1,36-1,81
4
Tinggi
6,01-8,00
4
Tinggi
>1,81
5
Sangat Tinggi
>8,00
5
Sangat Tinggi
0,00-3,67
1
Sangat Rendah
0,00-0,003
1
Sangat Rendah
0,004-0,006
2
Rendah
0,007-0,009
3
Sedang
0,01-0,012
4
Tinggi
>0,012
5
Sangat Tinggi
3,68-32,58
2
Rendah
32,59-36,25
3
Sedang
36,26-38,59
4
Tinggi
38,60-39,55
5
Sangat Tinggi
Jumlah Wanita (%)
Jumlah Penyandang Disabilitas (%)
Jumlah Penderita Gizi Buruk (%)
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
17
KERJA PRAKTIK 2020
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
Kepadatan Penduduk
18
Peta Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Peta Persentase Anak per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Peta Persentase Angka Kelahiran per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Peta Persentase Lansia per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Peta Persentase Angka Bayi Lahir Mati per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Peta Persentase Jumlah Wanita per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
19
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Tingkat Kerentanan Sosial
Peta Persentase Penyandang Disabilitas per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Peta Kerentanan Sosial Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerentanan sosial secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam tiga tingkat kerentanan yang meliputi wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi, sedang, dan rendah. Adapun kategori tingkat kerentanan per kecamatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tingkat Kerentanan Sosial Kabupaten Sumbawa Tingkat Kerentanan
Peta Persentase Penderita Gizi Buruk per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Data-data yang telah dipetakan di atas kemudian di-overlay untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial per kecamatan. Overlay dilakukan dengan metode weighted overlay pada ArcMap. Skor dan pembobotan yang digunakan mengacu pada tabel indikator kerentanan sosial yang telah dicantumkan di atas. Hasil dari overlay dapat dilihat pada peta berikut.
20
Kecamatan
Tinggi
Sedang
Rendah
Alas Barat
Ropang
Batulanteh
Alas
Moyo Utara
Maronge
Buer
Unter Iwes
Orong Telu
Labangka
Labuhan Badas
Utan
Lunyuk
Empang
Lape
Sumbawa
Lenangguar
Tarano
Lopok
Lantung
Moyo Hilir Plampang Rhee Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
21
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
ANALISIS KERENTANAN EKONOMI
Hubungan Data dengan Tingkat Kerentanan Ekonomi
Dari data pada tabel, dibuat peta dengan klasifikasi lima tingkatan menggunakan metode classify pada ArcGIS. Sehingga diperoleh hasil peta berikut.
Hubungan dengan Kerentanan Ekonomi
Indikator %BABS
Kerentanan bertambah
% Air isi ulang
Kerentanan berkurang
% Pertanian
Kerentanan bertambah
% Keberadaan produk Kerentanan berkurang unggulan Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Metode yang digunakan untuk melakukan analisis kerentanan ekonomi Kabupaten Sumbawa adalah dengan metode scoring dan overlay. Kriteria yang digunakan dalam analisis ini mengacu pada kriteria rumah tangga miskin dalam PSE 2005 menurut tim nasional percepatan penanggulangan kemiskinan (TNP2K). Adapun kriteria yang digunakan adalah jumlah kepemilikan sanitasi atau sanitasi bersama, jenis sumber air minum, jumlah desa menurut penghasilan utama, dan jumlah keberadaan produk unggulan. Pada kriteria kepemilikan sanitasi, digunakan data persentase Buang Air Besar Sembarangan (BABS) per kecamatan dimana semakin tinggi tingkat BABS maka semakin tinggi pula tingkat kerentanan ekonomi. Kemudian untuk sumber air minum digunakan data persentase penggunaan air isi ulang pada tiap kecamatan, dimana semakin tinggi penggunaannya maka semakin rendah tingkat kerentanan ekonomi. Pada analisis ini juga digunakan data jumlah desa dengan sumber penghasilan utama pada masing-masing kecamatan, dimana kecamatan dengan mayoritas mata pencaharian di sektor primer, seperti pertanian cenderung lebih rentan dibandingkan dengan kecamatan yang mayoritas penduduknya bekerja pada sektor sekunder atau tersier, Selain itu, jumlah keberadaan produk unggulan di suatu kecamatan juga dijadikan indikator, dimana semakin banyak jumlahnya maka semakin rendah kerentanan ekonominya.
Data Indikator Kerentanan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Kecamatan
% BABS
% Ke% % Perberadaan Air isi tanian produk ulang unggulan
Lunyuk
10
29
100
0
Orong Telu
43
0
100
75
7
50
88
75
Alas Barat
21
0
100
13
Buer
25
17
100
0
Utan
9
22
100
100
Rhee
1
0
100
50
Alas
Batulanteh
18
0
100
100
Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes
4
100
25
25
12
43
86
43
5
38
100
13
Moyohilir
8
50
100
40
Moyo Utara
7
83
100
17
Moyohulu
0
8
100
50
Ropang
23
0
100
80
Lenangguar
39
0
100
0
Lantung
14
0
100
0
4
50
100
0
Lape Lopok
0
43
100
29
Plampang
31
18
100
36
Labangka
29
100
100
100
Maronge
35
25
100
0
Empang
24
10
100
80
Tarano
8
13
100
63
Peta Jumlah BABS per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Peta Jumlah Sumber Air Minum Isi Ulang per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Sumber: Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa Tahun 2019
22
23
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Peta Jumlah Mata Pencaharian Utama di Sektor Pertanian per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Peta Kerentanan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerentanan ekonomi secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam empat tingkat kerentanan, yakni wilayah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Berikut merupakan tabel hasil analisis tingkat kerentanan ekonomi Kabupaten Sumbawa berdasarkan dengan hasil analisis peta di atas. Tingkat Kerentanan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Tingkat Kerentanan
Peta Jumlah Keberadaan Produk Unggulan per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Untuk memperoleh peta hasil analisis kerentanan ekonomi, dilakukan overlay antara peta hasil analisis menurut jumlah sumber air minum isi ulang, persentase BABS, jumlah produk unggulan, dan jumlah mata pencaharian utama di sektor pertanian per kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Dari indikator-indikator tersebut, ditentukan bobot untuk indikator kepemilikan sanitasi dan sumber air minum sebesar 60%, serta 40% untuk indikator keberadaan produk unggulan dan mata pencaharian utama di sektor pertanian. Adapun hasil overlay dari keempat peta di atas adalah sebagai berikut.
24
Kecamatan
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Lenangguar
Alas Barat
Utan
Lape
Alas
Buer
Rhee
Lunyuk
Lopok
Orong Telu
Batulanteh
Labangka
Labuhan Badas
Lantung
Unter Iwes
Empang
Sumbawa
Ropang
Moyo Hulu
Tarano
Maronge
Moyo Hilir
Plampang
Moyo Utara
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
25
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
ANALISIS KERENTANAN KEBENCANAAN
Kecamatan
Menurut Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana, kerentanan bencana merupakan rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap dampak bahaya.
Analisis kerentanan bencana di Kabupaten Sumbawa memiliki tujuan untuk mengetahui hambatan yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan terkait air bersih dan sanitasi dari segi kebencanaan. Dalam analisis ini, data yang digunakan bersumber dari inaRISK BNPB. Adapun indikator yang digunakan meliputi kerentanan bencana banjir, kekeringan, longsor, dan cuaca ekstrem.
Banjir
Kekeringan
Banjir
Kekeringan
Longsor
Cuaca
Total
Tingkat Kerentanan
Cuaca
Total
Tingkat Kerentanan
1
8
Rendah
3
8
Rendah
%
Skor
%
Skor
%
Skor
%
Skor
Moyohulu
1,01
3
4,61
3
0,02
1
0,81
Orong Telu
0,12
1
5,02
3
0,07
1
2,35
Plampang
2,45
5
8,16
5
1,23
2
2,15
3
15
Tinggi
Rhee
0,13
1
3,49
2
0,49
1
1,41
2
6
Sangat Rendah
Ropang
0,10
1
8,34
5
2,30
3
3,02
4
13
Tinggi
Sumbawa
0,42
2
0,72
1
3,96
4
0,74
1
8
Rendah
Tarano
0,48
2
6,53
4
6,92
5
1,36
2
13
Tinggi
Unter Iwes
0,37
1
1,46
1
1,85
2
1,25
2
6
Sangat Rendah
Utan
0,70
2
2,51
2
0,00
1
1,05
2
7
Sangat Rendah
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Kategori Scoring Indikator Kerentanan Kebencanaan Indikator
Banjir
Persentase Data Indikator dan Scoring Kerentanan Kebencanaan di Kabupaten Sumbawa Kecamatan
Longsor
Kekeringan
Rentang (%)
Skor Tingkat Kerentanan
0,01-0,40
1
Sangat Rendah
0,41-0,80
2
Rendah
0,81-1,20
3
Sedang
1,21-1,60
4
Tinggi
>1,6
5
Sangat Tinggi
0,72-1,51
1
Sangat Rendah
1,51-3,52
2
Rendah
3,53-5,52
3
Sedang
%
Skor
%
Skor
%
Skor
%
Skor
0
1
2,50
2
1,67
2
3,40
4
9
Rendah
5,51-6,53
4
Tinggi
Alas Barat
0,53
2
1,57
2
0,00
1
0,51
1
6
Sangat Rendah
>6,53
5
Sangat Tinggi
Batulanteh
0,00
1
6,22
4
1,53
2
3,05
4
11
Sedang
0-1,00
1
Sangat Rendah
Buer
0,41
2
2,16
2
0,76
1
3,12
4
9
Rendah
1,01-2,00
2
Rendah
Empang
1,21
4
5,52
3
3,55
4
1,36
2
13
Tinggi
2,1-3,00
3
Sedang
Labangka
0,86
3
1,45
1
2,80
3
1,04
2
9
Rendah
3,1-4,00
4
Tinggi
Alas
Longsor
Labuhan Badas
0,45
2
6,28
4
0,88
1
1,35
2
9
Rendah
>4
5
Sangat Tinggi
Lantung
0,00
1
2,40
2
0,66
1
0,74
1
5
Sangat Rendah
Lape
0,93
3
3,36
2
2,56
3
2,62
3
11
Sedang
0,51-1,00
1
Sangat Rendah
Lenangguar
0,00
1
6,09
4
5,30
5
2,58
3
13
Tinggi
1,01-2,00
2
Rendah
Lopok
0,96
3
2,22
2
7,07
5
1,79
2
12
Sedang
2,01-3,00
3
Sedang
Lunyuk
0,76
2
11,04
5
3,89
4
0,63
1
12
Sedang
3,01-4,00
4
Tinggi
Maronge
0,52
2
4,97
3
0,00
1
0,55
1
7
Sangat Rendah
>4
5
Sangat Tinggi
Moyo Utara
0,51
2
1,13
1
3,10
4
5,43
5
12
Sedang
Moyohilir
1,42
4
3,04
2
0,56
1
4,09
5
12
Sedang
26
Cuaca Ekstrem
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
27
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Longsor
Peta Tingkat Kerentanan Banjir per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Peta Tingkat Kerentanan Longsor per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Cuaca Ekstrem
Kekeringan
Peta Tingkat Kerentanan Kekeringan per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Peta Tingkat Kerentanan Cuaca Ekstrem per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Berdasarkan peta di atas, kecamatan dengan tingkat kerentanan banjir sangat tinggi yaitu Orong Telu, sedangkan tingkat kerentanan kekeringan sangat tinggi meliputi Lunyuk, Ropang, dan Plampang. Adapun sebagaimana dapat dilihat di peta berikut, kecamatan dengan tingkat kerentanan longsor sangat tinggi meliputi Batulanteh, Lunyuk, dan Ropang, sedangkan kecamatan dengan kerentanan cuaca ekstrem sangat tinggi meliputi Labuhan Badas dan Plampang.
Data-data yang telah dipetakan di atas kemudian di-overlay untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial per kecamatan. Overlay dilakukan dengan metode weighted overlay pada ArcMap. Skor dan pembobotan yang digunakan mengacu pada tabel indikator kerentanan kebencanaan di atas. Hasil dari overlay berupa peta sebagai berikut.
28
29
KERJA PRAKTIK 2020
Peta Tingkat Kerentanan Kebencanaan Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerentanan kebencanaan secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam empat tingkat kerentanan, meliputi wilayah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Kategori tingkat kerentanan per kecamatan adalah sebagai berikut. Tingkat Kerentanan Kebencanaan Kabupaten Sumbawa Tingkat Kerentanan
Kecamatan
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Alas
Lenangguar
Alas Barat
Batulanteh
Buer
Ropang
Utan
Lunyuk
Labuhan Badas
Plampaang
Rhee
Moyo Utara
Empang
Unter Iwes
Moyo Hilir
Tarano
Lantung
Lape
Maronge
Lopok
Sumbawa Moyo Hulu Orong Telu Labangka
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
30
Sangat Rendah
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
ANALISIS KERENTANAN FISIK
Data Absolut Jumlah Sebaran Fasilitas Pendidikan per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Kecamatan
Analisis tingkat kerentanan fisik di wilayah penelitian diukur menggunakan indikator fasilitas umum. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan data jumlah sebaran fasilitas umum pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Fasilitas umum yang digunakan adalah fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Masing-masing indikator dianalisis menggunakan metode scoring untuk memperoleh skor kerentanan fisik yang kemudian digunakan metode overlay untuk memperoleh analisis kerentanan fisik secara keseluruhan. Hasil dari pendekatan ini selanjutnya diklasifikasikan ke dalam lima kelas, yakni tingkat kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Dalam analisis ini, untuk fasilitas pendidikan digunakan data sebaran jumlah
SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/ sederajat per kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan untuk analisis fasilitas kesehatan digunakan data sebaran jumlah poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, dan apotek per kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Dari data absolut jumlah masingmasing fasilitas umum kemudian disetarakan nilainya menjadi satuan persen dengan cara membagi jumlah fasilitas umum pada masing-masing kecamatan dengan jumlah penduduk di kecamatan tersebut dan hasilnya dikali dengan 100%. Setelah itu, dibuat kategori yang dinyatakan dalam bentuk range ke dalam lima kelas tingkatan, yakni tingkat kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah untuk memudahkan pemberian skor.
Data Absolut Jumlah Sebaran Fasilitas Kesehatan per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa PuskesPoPuskesmas Pem- Apotek syandu mas bantu
SD
SMP
SMA
SMK
Lunyuk
17
6
1
1
Orong Telu
11
3
1
0
Lunyuk
1
8
4
33
Alas
18
5
2
1
Orong Telu
1
2
0
15
Alas Barat
17
5
1
0
Alas
1
3
0
33
1
4
0
25
Kecamatan
Buer
10
2
0
1
Alas Barat
Utan
22
5
2
0
Buer
1
1
0
0
Rhee
7
2
1
0
Utan
1
4
1
0
Batulanteh
21
5
2
0
Rhee
1
1
0
18
1
5
0
20
1
1
23
69
Sumbawa
23
8
7
4
Batulanteh
Labuan Badas
23
8
1
2
Unter Iwes
20
5
0
3
1
5
1
0
Moyohilir
22
5
0
1
Sumbawa Labuan Badas Unter Iwes
1
5
0
0
Moyo Utara
12
2
1
0
Moyohilir
1
6
0
39
Moyohulu
21
6
1
1
Moyo Utara
1
4
0
22
Ropang
7
3
1
0
Moyohulu
1
11
0
37
Lenangguar
10
5
1
1
Ropang
1
1
0
7
Lantung
3
1
0
0
Lenangguar
1
3
0
17
Lape
14
3
1
0
Lantung
1
2
0
4
Lopok
17
4
0
1
Lape
1
2
2
33
Plampang
26
9
1
1
Lopok
1
2
2
35
Labangka
5
v1
1
0
Plampang
1
7
2
0
Maronge
6
4
1
0
Labangka
1
5
0
5
Empang
17
3
1
0
Maronge
1
3
0
16
Tarano
17
5
0
1
Empang
1
5
0
36
Tarano
1
6
0
33
Sumber: Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
Sumber: Kecamatan dalam Angka Kabupaten Sumbawa Tahun 2019; Kabupaten Sumbawa dalam Angka Tahun 2019
Sumber: Dunas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
31
32
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Range Scoring Fasilitas Pendidikan Kabupaten Sumbawa Fasilitas Tingkat Pendidikan Range Persentase Skor Kerentanan 0,01 - 0,04 5 Sangat tinggi 0,040001 - 0,08 4 Tinggi SD
SMP
SMA
SMK
Range Scoring Fasilitas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Fasilitas Tingkat Kesehatan Range Persentase Skor Kerentanan 0,001 - 0,003 0,003001 - 0,007 Puskesmas 0,007001 - 0,01
0,080001 - 0,1
3
Sedang
0,100001- 0,15
2
Rendah
0,150001 - 0,23
1
Sangat rendah
0,010001 - 0,021
0 - 0,01
5
Sangat tinggi
0,021001- 0,035
0,010001 - 0,02
4
Tinggi
0,020001 - 0,04
3
Sedang
Puskesmas 0,014001 - 0,029 Pembantu 0,029001 - 0,053
0,040001 - 0,06
2
Rendah
0,060001 - 0,08
1
Sangat rendah
0 - 0,001 0,001001 0,006 0,006001 - 0,011
5
Sangat tinggi
4
Tinggi
3
Sedang
0,011001 - 0,015
2
Rendah
0,015001 - 0,021 0 0,000001 - 0,004
1 5 4
Sangat rendah Sangat tinggi Tinggi
0,004001 - 0,006
3
Sedang
0,006001 - 0,015
2
Rendah
0,015001 - 0,07
1
Sangat rendah
Scoring Jumlah Sebaran Fasilitas Pendidikan dan Fasilitas Kesehatan per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa
4 Tinggi
Skor SMP
Skor SMA
Skor Total SMK Skor
Skor Poliklinik
Skor Puskesmas
Skor Pustu
Skor Apotek
Skor Total Posyanskor du
4
3
4
3
14
5
4
2
2
3
16
Orong Telu
1
2
1
5
9
5
2
2
5
1
15
Alas
4
4
3
4
15
5
5
4
5
4
23
0,002 - 0,007
Alas Barat
5
5
5
5
20
5
5
5
5
5
25
0,007001 - 0,014
4 Tinggi
Buer
4
5
5
2
16
5
4
5
5
5
24
3 Sedang
Utan
4
4
3
5
16
5
5
4
4
5
23
2 Rendah 1 Sangat rendah 5 Sangat tinggi
Rhee
3
3
2
5
13
5
2
4
5
1
17
Batulanteh
1
2
1
5
9
5
3
2
5
2
17
Sumbawa
5
5
3
3
16
1
5
5
1
4
16
0,000001 - 0,006
4 Tinggi
0,006001 - 0,011
3 Sedang
Labuan Badas
4
4
4
3
15
5
5
4
4
5
23
0,011001 - 0,019
Unter Iwes
3
3
5
2
13
5
4
3
5
5
22
Moyohilir
3
4
5
4
16
5
4
3
5
3
20
0 - 0,05
2 Rendah 1 Sangat rendah 5 Sangat tinggi
0,0050001 - 0,11
4 Tinggi
Posyandu 0,110001 - 0,16 0,160001 - 0,22 0,220001 - 0,31 0 0,003
3 Sedang 2 Rendah 1 Sangat rendah 5 Sangat tinggi 1 Sangat rendah
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Persentase jumlah fasilitas umum yang telah diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah absolut masing-masing fasilitas kemudian diberi skor sesuai dengan range persentase di atas dan dilakukan perhitungan untuk menentukan tingkat kerentanan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Semakin tinggi nilai skor maka semakin tinggi tingkat kerentanannya.
33
Skor SD
Lunyuk
0,019001 - 0,037
Poliklinik
Kecamatan
2 Rendah 1 Sangat rendah 5 Sangat tinggi
0
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
5 Sangat tinggi
Kesehatan
3 Sedang
0,053001 - 0,069
Apotek
Pendidikan
Moyo Utara
2
4
3
5
14
5
3
2
5
2
17
Moyohulu
3
3
4
3
13
5
4
2
5
2
18
Ropang
2
2
1
5
10
5
2
3
5
3
18
Lenangguar
2
1
2
2
7
5
2
2
5
1
15
Lantung
3
3
5
5
16
5
1
1
5
3
15
Lape
4
4
4
5
17
5
4
4
3
2
18
Lopok
3
4
5
3
15
5
4
4
3
2
18
Plampang
4
3
4
4
15
5
5
3
4
5
22
Labangka
4
5
3
5
17
5
3
2
5
5
20
Maronge
4
3
3
5
15
5
3
3
5
3
19
Empang
4
5
4
5
18
5
4
3
5
3
20
Tarano
3
3
5
3
14
5
4
2
5
2
18
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Dari hasil scoring pada tabel di atas, kemudian dibuat peta tingkatan jumlah fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Pada peta tersebut dibagi menjadi lima kategori berdasarkan total skor di atas menggunakan metode classify pada ArcGIS. Dimana semakin kecil persentase jumlah fasilitas maka semakin tinggi skor dan semakin tingkat kerentanannya.
34
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Peta Jumlah Fasilitas Pendidikan per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Peta Kerentanan Fisik Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerentanan fisik di atas, wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam lima tingkat kerentanan, yakni wilayah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berikut merupakan tabel hasil analisis tingkat kerentanan fisik Kabupaten Sumbawa berdasarkan dengan jumlah sebaran fasilitas umum per kecamatan. Tingkat Kerentanan Fisik Kabupaten Sumbawa Tingkat Kerentanan
Peta Jumlah Fasilitas Kesehatan per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Dari dua peta di atas, dilakukan overlay untuk memperoleh peta tingkat kerentanan fisik, dimana semakin tinggi jumlah fasilitas pendidikan dan kesehatan maka semakin rendah tingkat kerentanannya. Pada proses overlay, kedua jenis fasilitas umum tersebut diberikan bobot yang sama besar, yakni 50% untuk fasilitas kesehatan dan 50% untuk fasilitas pendidikan. Adapun hasil overlay dari kedua peta di atas adalah sebagai berikut.
35
Kecamatan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Lunyuk
Rhee
Moyo Hilir
Alas
Alas Barat
Orong Telu
Batulanteh
Maronge
Utan
Buer
Lenangguar
Moyo Hulu
Empang
Labuhan Badas
Lantung
Lopok
Labangka
Unter Iwes
Sumbawa
Moyo Utara
Plampang
Lape
Ropang
Tarano Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
36
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
ANALISIS KERENTANAN WASH Analisis kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) merupakan salah metode analisis untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan pada suatu daerah berdasarkan aspek-aspek air dan sanitasi. Pengukuran terhadap tingkat kerentanan tersebut dilakukan dengan menggunakan data sumber air bersih, prasarana air limbah, sumber air minum, akses jamban, prasarana persampahan, data STBM Pilar 1 (Stop Buang Air Besar), dan data STBM Pilar 2 (Cuci Tangan pakai Sabun). Masing-masing indikator dianalisis menggunakan metode scoring untuk memperoleh nilai skor kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH). Berdasarkan nilai skor tersebut kemudian diklasifikasi menggunakan metode classify pada ArcGIS menjadi lima tingkatan, yaitu kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Setelah itu, dilakukan analisis menggunakan metode overlay untuk memperoleh kerentanan berdasarkan water, sanitation, and hygiene (WASH) secara keseluruhan berdasarkan enam indikator tersebut.
Jumlah Penggunaan Jenis Sumber Air Bersih Kabupaten Sumbawa Kecamatan
Analisis Kerentanan WASH Berdasarkan Sumber Air Bersih Dalam analisis ini, digunakan data sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Sumbawa yang dibagi menjadi beberapa jenis, seperti PDAM, ledeng tanpa meteran, sumur bor/ pompa, sumur, mata air, sungai/danau/ kolam/waduk/situ/embung/bendungan. Dari angka absolut, kemudian disetarakan nilainya menjadi satuan persen. Setelah menjadi satuan persen, dilakukan pembobotan pada setiap jenis sumber air untuk memberikan hirarki antara sumber air yang paling rentan sampai yang paling tidak rentan. Pertimbangan penentuan bobot didasarkan pada kualitas air yang dihasilkan, jumlah ketersediaannya, serta kemudahan dalam mengaksesnya. Dengan pertimbangan tersebut, ditentukan bobot sumber air PDAM merupakan bobot yang paling tinggi, yaitu 5. Kemudian ledeng tanpa meteran dengan bobot 4, sumur dan sumur bor dengan bobot 3, mata air dan sungai/danau/kolam/waduk/situ/ embung/bendungan dengan bobot 2.
Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano
% % % % % % Ledeng tanpa PDAM Sumur bor/pompa Sumur Mata Air Sungai/dll meteran 0 0 43 57 0 14 0 0 0 0 0 100 38 0 63 0 0 0 38 0 63 0 0 0 33 0 0 50 17 0 44 0 11 33 11 0 0 0 50 0 50 0 0 0 0 0 83 17 50 0 0 50 0 0 0
0
0
100
0
0
50 10 17 0 0 0 0 0 0 27 20 0 60 50
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 0 0 0
13 10 17 0 0 50 0 25 0 0 20 0 0 0
13 70 67 58 20 75 25 75 86 45 0 100 40 25
0 10 0 42 80 0 25 25 0 9 0 0 0 0
0 0 0 0 0 25 0 0 14 9 0 0 0 13
Sumber: Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa Tahun 2019
Dari persentase data di atas, kemudian dilakukan metode scoring. Nilai skor dihasilkan dengan cara mengalikan besar persentase penggunaan setiap jenis sumber air di masing-masing kecamatan dengan bobot yang telah ditentukan, sehingga menghasilkan total skor seperti pada tabel berikut.
Sumber: Bobo Grid
37
38
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Hasil Scoring Tingkat Kerentanan Berdasarkan Sumber Air Bersih Kecamatan Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano
PDAM Ledeng tanpa meteran Sumur bor Sumur Mata air Sungai/ dll Total Skor 0 0 9 171 0 29 209 0 0 0 0 0 200 200 188 0 15 0 0 0 203 188 0 15 0 0 0 203 167 0 0 150 33 0 350 222 0 3 100 22 0 347 0 0 6 0 100 0 106 0 0 0 0 167 33 200 250 0 0 150 0 0 400 0 0 0 300 0 0 300 250 100 3 38 0 0 391 50 0 3 210 20 0 283 83 0 3 200 0 0 286 0 0 0 175 83 0 258 0 0 0 60 160 0 220 0 0 6 225 0 50 281 0 0 0 75 50 0 125 0 0 3 225 50 0 278 0 0 0 257 0 29 286 136 0 0 136 18 18 309 100 320 3 0 0 0 423 0 0 0 300 0 0 300 300 0 0 120 0 0 420 250 0 0 75 0 25 350 Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Semakin tinggi nilai total skor artinya semakin baik kualitas sumber air bersih di suatu kecamatan, sehingga memiliki kerentanan yang semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Dari hasil scoring tersebut kemudian dibuat peta tingkat kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) berdasarkan sumber air bersih Kabupaten Sumbawa.
Analisis Kerentanan WASH Berdasarkan Sumber Air Minum Dalam analisis ini, digunakan data sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Sumbawa yang dibagi menjadi beberapa jenis, seperti air isi ulang, PDAM, ledeng tanpa meteran, sumur bor/pompa, sumur, mata air, dan sungai/ sejenisnya. Pertimbangan penentuan bobot jenis sumber air minum didasarkan pada kapasitas ketersediaannya. Dengan pertimbangan tersebut, ditentukan PDAM dengan bobot 4 yang merupakan bobot tertinggi, ledeng tanpa meteran dengan bobot 3, sumur bor/pompa dan sumur dengan bobot 2, serta air isi ulang, mata air, dan sungai/sejenisnya dengan bobot terendah, yaitu 1. Jumlah Penggunaan Jenis Sumber Air Minum Kabupaten Sumbawa Kecamatan Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano
Air isi ulang PDAM (%) (%) 29 0 50 0 17 22 0 0 100 43 38 50 83 8 0 0 0 50 43 18 100 25 10 13
0 0 25 50 17 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 0 0 60 50
Ledeng tanpa meteran (%) 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 0 0 0
Sungai/dll Sumur bor/ Sumur (%) Mata air (%) (%) pompa (%) 14 0 25 50 0 11 50 0 0 0 0 10 0 0 0 75 50 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 50 22 0 0 0 43 13 30 0 50 40 0 25 50 43 27 0 75 10 38
0 0 0 0 17 11 50 83 0 14 0 0 0 42 60 25 25 0 14 9 0 0 20 0
14 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber: Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa Tahun 2019
Dari data persentase di atas, kemudian dilakukan metode scoring. Nilai skor dihasilkan dengan cara mengalikan besar persentase penggunaan setiap jenis sumber air di masing-masing kecamatan dengan bobot yang telah ditentukan, sehingga menghasilkan totall skor seperti pada tabel berikut.
Peta Kerentanan Berdasarkan Sumber Air Bersih per Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
39
40
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Hasil Analisis Scoring Tingkat Kerentanan Berdasarkan Sumber Air Minum Kecamatan Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano
Air isi ulang PDAM 29 0 50 0 17 22 0 0 100 43 38 50 83 8 0 0 0 50 43 18 100 25 10 13
0 0 100 200 67 133 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 109 0 0 240 200
Ledeng tanpa Sumur bor/ Sumur Mata air Sungai/dll Total Skor meteran pompa 0 29 0 0 14 71 0 0 0 0 100 100 0 50 0 0 0 200 0 100 0 0 0 300 0 0 100 17 0 200 0 22 44 11 0 233 0 100 0 50 0 150 50 0 0 83 0 133 0 0 0 0 0 100 0 0 86 14 0 143 0 0 25 0 0 63 0 20 60 0 0 130 0 0 0 0 0 83 0 0 100 42 0 150 0 0 80 60 0 140 0 150 0 25 0 175 0 100 50 25 0 175 0 0 100 0 0 150 0 0 86 14 0 143 55 0 55 9 0 245 0 0 0 0 0 100 0 0 150 0 0 175 0 0 20 20 0 290 0 0 75 0 0 288
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Semakin tinggi nilai total skor artinya semakin baik kualitas sumber air minum di suatu kecamatan, sehingga memiliki kerentanan yang semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Dari hasil scoring tersebut kemudian dibuat peta tingkat kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) berdasarkan sumber air minum Kabupaten Sumbawa.
Analisis Kerentanan WASH Berdasarkan Prasarana Air Limbah Dalam analisis ini, digunakan data prasarana limbah yang dimiliki oleh masyarakat per kecamatan di Kabupaten Sumbawa yang dibagi menjadi beberapa jenis, seperti drainase, lubang resapan, sungai/saluran irigasi/danau/laut, lubang tanah terbuka. Pertimbangan penentuan bobot didasarkan pada kemungkinan tingkat pencemarannya, dimana semakin kecil kemungkinan pencemarannya maka semakin tinggi bobot yang diberikan. Dengan pertimbangan tersebut, ditentukan bobot drainase yang paling tinggi, yaitu 3. Kemudian lubang resapan dengan bobot 2, sungai/saluran irigasi/danau/laut dan lubang tanah terbuka dengan bobot 1. Jumlah Penggunaan Prasarana Limbah Kabupaten Sumbawa Kecamatan Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano
% Lubang resapan % Drainase % Sungai/dll 57 0 50 75 17 56 100 33 0 14 13 30 50 25 0 0 25 0 29 0 0 25 10 0
43 0 38 25 83 44 0 33 100 29 88 70 50 75 100 75 50 100 71 55 0 75 80 63
0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
% Lubang/ tanah terbuka 14 100 0 0 0 0 0 33 0 57 0 0 0 0 0 25 0 0 0 45 100 0 10 38
Sumber: Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa Tahun 2019
. Dari data persentase di atas, kemudian dilakukan metode scoring. Nilai skor dihasilkan dengan cara mengalikan besar persentase penggunaan setiap jenis sumber air di masing-masing kecamatan dengan bobot yang telah ditentukan, sehingga menghasilkan totall skor seperti pada tabel berikut. Peta Kerentanan Berdasarkan Sumber Air Minum Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
41
42
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Hasil Scoring Tingkat Kerentanan Berdasarkan Prasarana Limbah Kecamatan Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano
Lubang resapan Drainase Sungai/dll Lubang/tanah terbuka Total Skor 114 0 100 150 33 111 200 67 0 29 25 60 100 50 0 0 50 0 57 0 0 50 20 0
129 0 113 75 250 133 0 100 300 86 263 210 150 225 300 225 150 300 214 164 0 225 240 188
0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
14 100 0 0 0 0 0 33 0 57 0 0 0 0 0 25 0 0 0 45 100 0 10 38
257 100 225 225 283 244 200 200 300 171 288 270 250 275 300 250 225 300 271 209 100 275 270 225
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Semakin tinggi nilai total skor artinya semakin baik prasarana air limbah di suatu kecamatan, sehingga memiliki kerentanan yang semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Dari hasil scoring tersebut kemudian dibuat peta tingkat kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) berdasarkan prasarana air limbah Kabupaten Sumbawa.
Analisis Kerentanan WASH Berdasarkan Sistem Persampahan Dalam analisis ini, digunakan data banyaknya desa/kelurahan menurut tempat buang sampah per kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Dari data diketahui bahwa sistem persampahan yang paling baik adalah sampah yang kemudian diangkat. Oleh karena itu, semakin besar persentase kecamatan yang menggunakan sistem pengangkutan sampah maka semakin rendah tingkat kerentanannya. Sedangkan dengan cara pembuangan sampah lainnya, seperti dibakar, dibuang langsung ke sungai/saluran irigasi/danau/laut, drainase, dan lainnya dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Jumlah Penggunaan Prasarana Limbah Kabupaten Sumbawa Kecamatan Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyohilir Moyo Utara Moyohulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano
% Tempat sampah, % Dalam lubang kemudian diangkat atau dibakar 29 71 25 0 75 13 75 13 33 50 22 0 75 25 0 17 100 0 29 57 88 0 20 40 83 17 8 42 20 40 0 0 50 0 0 75 0 71 0 55 0 100 0 0 40 50 0 50
% Drainase % Lainnya (got/selokan) 0 0 14 0 0 75 0 0 13 13 0 0 0 17 0 0 0 78 0 0 0 0 0 83 0 0 0 0 14 0 0 0 13 0 0 40 0 0 0 0 0 50 20 20 0 0 0 100 25 0 25 0 0 25 14 0 14 9 0 36 0 0 0 50 25 25 0 0 10 0 0 50
% Sungai/ dll
Sumber: Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa Tahun 2019
Peta Kerentanan Berdasarkan Prasarana Air Limbah Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
43
44
KERJA PRAKTIK 2020
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
Berikut merupakan peta hasil analisis tingkat kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) berdasarkan sistem persampahan.
Jumlah Penggunaan Prasarana Limbah Kabupaten Sumbawa Kecamatan Lunyuk
Analisis Kerentanan WASH Berdasarkan Akses Jamban Dalam analisis ini, digunakan data persentase akses jamban per kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Adapun peta dari data tersebut adalah sebagai berikut.
Sharing
BABS
Akses Jamban (%)
KK 0
1257
611
91,97
425
0
344
571
61,2
Alas
5661
1181
824
533
91,55
Alas Barat
3639
0
808
1152
77,63
Buer
2438
0
200
858
76,12
Utan
6617
0
209
645
90,75
Rhee
1994
0
125
25
99,28
Batulanteh
1445
655
275
507
84,02
Sumbawa
10868
0
3373
626
96,5
5071
0
1852
937
82,98
Labuhan Badas
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
JSSP
4465
Orong Telu
Peta Kerentanan Berdasarkan Sistem Persampahan Kabupaten Sumbawa
JSP
Unter Iwes
4079
0
1038
292
96,22
Moyohilir
5136
426
663
557
90,71
Moyo Utara
1315
239
927
200
94,87
Moyohulu
5676
69
677
0
100
968
0
171
344
75,4
Ropang Lenangguar
1137
0
0
719
55,9
619
0
257
146
89,74
Lape
4919
0
579
211
96,78
Lopok
4044
437
469
0
100
Plampang
4104
316
385
2162
57,25
Labangka
1160
747
278
912
70,08
Lantung
Maronge
1456
0
496
1043
64,97
Empang
4680
0
1449
526
92
Tarano
2613
47
592
291
93,62
Sumber: Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa Tahun 2019
Peta Kerentanan Berdasarkan Akses Jamban Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
45
46
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Analisis Kerentanan WASH Berdasarkan STBM Pilar 1 dan Pilar 2 Berikut merupakan data hasil monitoring STBM Pilar 1dan pilar 2, yaitu jumlah persentase Buang Air Besar (BABS) pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa dan jumlah persentase masyarakat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada masing-masing kecamatan di wilayah WfW Project. Dimana semakin tinggi tingkat buang air besar, semakin tinggi tingkat kerentanannya. Sedangkan untuk indikator cuci tangan pakai sabun, dimana semakin tinggi persentasenya maka semakin rendah tingkat kerentanannya. Hasil Monitoring STBM Pilar 1 per Kecamatan Kabupaten Sumbawa Kecamatan
Hasil Monitoring STBM Pilar 2 Wilayah WfW Project
% BABS
Lunyuk
10
Orong Telu
43
Alas
Dari kedua tabel tersebut, dibuat peta indikator STBM Pilar 1 dan STBM Pilar 2 sebagai berikut.
7
Kecamatan
CTPS
Tidak Cuci Tangan Pakai Sabun (TCTPS)
Belum terdata
Plampang
56%
4%
40%
Alas Barat
21
Rhee
49%
1%
50%
Buer
25
Sumbawa
21%
0%
79%
Utan
9
Lape
70%
0%
30%
Rhee
1
Lopok
28%
0%
72%
Batulanteh
18
Batulanteh
33%
0%
67%
Peta Kerentanan Berdasarkan Tingkat BABS Kabupaten Sumbawa
Sumbawa
4
Alas Barat
67%
1%
32%
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
12
Moyo Hilir
52%
6%
42%
Labuhan Badas Unter Iwes
5
Moyohilir
8
Moyo Utara
7
Moyohulu
0
Ropang
23
Lenangguar
39
Lantung
14
Lape
4
Lopok
0
Plampang
31
Labangka
29
Maronge
35
Empang
24
Tarano
8 Sumber: Monitoring STBM, 2020
47
Sumber: Yayasan Plan International Indonesia, 2020
Peta Kerentanan Berdasarkan Tingkat CTPS Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
48
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Analisis Kerentanan WASH Untuk memperoleh peta hasil analisis kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) secara keseluruhan berdasarkan enam indikator di atas, dilakukan overlay antara peta hasil analisis sumber air bersih, prasarana air limbah, sumber air minum, akses jamban, prasarana persampahan, STBM Pilar 1 (Stop Buang Air Besar), dan STBM Pilar 2 (Cuci Tangan pakai Sabun) per kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Keenam peta berikut dioverlay dengan bobot masing-masing sama besar.
Kerentanan Sumber Air Bersih
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam tiga tingkat kerentanan, yakni wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi, sedang, dan rendah. Berikut merupakan peta dan tabel hasil analisis tingkat kerentanan water, sanitation, and hygiene (WASH) Kabupaten Sumbawa.
Kerentanan Sumber Air Minum
Kerentanan Prasarana Air Limbah
Kerentanan Sistem Persampahan
Peta Kerentanan WASH Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Tingkat Kerentanan WASH Kabupaten Sumbawa Tingkat Kerentanan
Kerentanan Jamban
Kerentanan BABS
Kecamatan
Kerentanan CTPS
49
Tinggi
Sedang
Rendah
Batulanteh
Utan
Lopok
Rhee
Orong Telu
Alas
Lunyuk
Alas Barat
Lenangguar
Buer
Lantung
Unter Iwes
Labangka
Labuhan Badas
Plampang
Sumbawa
Ropang
Moyo Hulu
Tarano
Lape
Maronge
Moyo Hilir
Empang
Moyo Utara
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
50
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
ANALISIS KERENTANAN LANJUTAN
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerentanan secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam tiga tingkat kerentanan, yakni wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi, sedang, dan rendah. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa Kecamatan Plampang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari keseluruhan aspek, baik sosial, ekonomi, fisik, bencana, maupun water, sanitation, and hygiene (WASH). Berikut merupakan tabel hasil analisis kerentanan di atas. Tingkat Kerentanan Kabupaten Sumbawa Tingkat Kerentanan
Setelah melakukan analisis kerentanan sosial, fisik, ekonomi, Water, Sanitation, and Hygiene (WASH), dan bencana, dilakukan analisis lanjutan berupa overlay secara keseluruhan hasil analisis tersebut. Dalam overlay ini dibuat menjadi dua skenario, yaitu tingkat kerentanan secara keseluruhan dan kerentanan Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) berbasis Gender Equality and Social Inclusion (GESI).
Plampang
Kerentanan Keseluruhan Skenario pertama merupakan hasil overlay dari kerentanan sosial, fisik, ekonomi, water, sanitation, and hygiene (WASH) , dan bencana pada setiap kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Overlay dilakukan dengan pembagian bobot yang sama besar. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daerah yang paling rentan dari segala aspek. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan guna mengurangi ketimpangan dan mengatasi kerentanan di Kabupaten Sumbawa. Berikut merupakan peta hasil analisis kerentanan.
Tinggi
Kecamatan
Sedang Utan
Lopok
Alas Barat
Lunyuk
Alas
Lantung
Buer
Orong Telu
Unter Iwes
Tarano
Moyo Hulu Moyo Hilir Moyo Utara Sumbawa Labuhan Badas Lenangguar
Rendah Rhee
Maronge Lape Empang Labangka Batulanteh Ropang
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Peta Kerentanan WASH Berbasis GESI Kabupaten Sumbawa Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
51
52
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
Kerentanan WASH Berbasis GESI Skenario kedua merupakan hasil overlay dari data sosial yang mencakup aspek Gender Equality and Social Inclusion (GESI) dan data terkait Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) pada setiap kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daerah yang paling rentan dari segi sosial dan WASH. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan guna meningkatkan akses terhadap WASH secara inklusi. Berikut merupakan peta hasil analisis kerentanan WASH berbasis GESI.
Tingkat Kerentanan WASH Berbasis GESI Kabupaten Sumbawa Tingkat Kerentanan
Kecamatan
Tinggi
Sedang
Rendah
Labuhan Badas
Lopok
Buer
Lunyuk
Alas Barat
Unter Iwes
Lantung
Utan
Rhee
Moyo Hulu
Plampang
Alas
Empang
Moyo Hilir
Tarano
Batulanteh
Moyo Utara
Maronge
Sumbawa
Lape
Orong Telu
Labangka
Lenangguar
Ropang
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Berdasarkan hasil kedua analisis di atas, ditemukan tingkat kerentanan yang berbeda untuk Kecamatan Rhee. Pada analisis secara keseluruhan, Kecamatan Rhee tergolong dalam tingkat kerentanan rendah, tetapi pada analisis kerentanan WASH berbasis GESI, tingkat kerentanan Rhee tergolong tinggi. Dari hasil kedua analisis tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Rhee memiliki kerentanan yang rendah terhadap indikator kerentanan lainnya, selain WASH dan sosial.
Sumber: Hasil Olah Penyusun, 2020
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerentanan sosial dan WASH, wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam tiga tingkat kerentanan, yakni wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi, sedang, dan rendah. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa Kecamatan Alas Barat, Rhee, dan Empang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap aspek sosial dan WASH. Ketiga kecamatan ini dapat menjadi pertimbangan pemerintah untuk melakukan perbaikan terhadap WASH yang lebih inklusi lagi guna memenuhi kebutuhan setiap lapisan masyarakat.
53
54
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
KERJA PRAKTIK 2020
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Akses sanitasi di Kabupaten Sumbawa mencapai 86% di tahun 2020, yang mana tergolong baik karena melebihi akses nasional yaitu 79%. Masyarakat masih kerap kesulitan mengakses air bersih karena faktor ekonomi dan kebencanaan, akan tetapi setiap tahun terdapat peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan air bersih dilihat dari grafik jumlah pelanggan PDAM yang memiliki tren positif. Sejumlah 63 desa dari total 165 desa telah terverifikasi Open Defecation Free (ODF). Upaya peningkatan akses jamban dan perubahan perilaku cenderung membaik. Analisis kerentanan sosial dilakukan untuk mengetahui kerentanan kecamatan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan aspek-aspek sosiodemografi yang meliputi data-data terkait Gender Equality and Social Inclusion (GESI). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kecamatan dengan tingkat kerentanan tinggi meliputi Alas Barat, Moyo Utara, Orong Telu, Lunyuk, Lenangguar, dan Lantung. Sedangkan, kecamatan yang memiliki kerentanan rendah meliputi Alas, Unter Iwes, Utan, dan Sumbawa. Analisis kerentanan ekonomi dilakukan untuk mengetahui kecamatan di Kabupaten Sumbawa yang rentan secara ekonomi. Indikator yang digunakan pada analisis ini adalah data jumlah sumber air minum isi ulang, persentase BABS, jumlah produk unggulan, dan jumlah mata
55
pencaharian utama di sektor pertanian per kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Pada analisis ini digunakan metode scoring dan overlay. Dari hasil overlay indikatorindikator tersebut, diketahui bahwa kecamatan yang paling rentan secara ekonomi adalah Kecamatan Lenangguar, sedangkan kecamatan dengan tingkat kerentanan rendah adalah Kecamatan Alas, Lopok, Labuhan Badas, dan Sumbawa. Analisis kerentanan kebencanaan dilakukan untuk mengetahui kecamatan yang rentan terhadap bencana banjir, kekeringan, longsor, dan cuaca ekstrem. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa kecamatan yang paling rentan terhadap bencana meliputi Alas, Buer, Labuhan Badas, Sumbawa, Moyo Hulu, Orong Telu, dan Labangka. Adapun kecamatan dengan kerentanan sangat rendah yaitu Batulanteh, Lunyuk, Moyo Utara, Moyo Hilir, Lape, dan Lopok. Analisis kerentanan fisik dilakukan untuk mengetahui kecamatan di Kabupaten Sumbawa yang rentan terhadap akses fasilitas umum. Indikator yang digunakan pada analisis ini adalah sebaran jumlah fasilitas pendidikan dan sebaran jumlah fasilitas kesehatan per kecamatan. Pada analisis ini digunakan metode scoring dan overlay. Dari hasil overlay indikator-indikator tersebut, diketahui bahwa kecamatan yang paling rentan secara fisik adalah Kecamatan Alas Barat dan Buer, sedangkan kecamatan yang paling rendah tingkat kerentanan fisiknya adalah Kecamatan Lunyuk, Orong Telu, Lenangguar, Lantung, dan Sumbawa. Analisis kerentanan WASH (Water, Sanitation, and Hygiene) dilakukan untuk mengetahui kecamatan di Kabupaten Sumbawa yang rentan terhadap akses sanitasi dan air. Indikator yang digunakan pada analisis ini adalah data sumber air bersih, prasarana air limbah, sumber air minum, akses jamban, sistem persampahan, STBM Pilar 1 (Stop Buang Air Besar), dan STBM Pilar 2 (Cuci Tangan pakai Sabun) per kecamatan di Kabupaten Sumbawa.
Pada analisis ini digunakan metode scoring dan overlay. Dari hasil overlay indikator-indikator tersebut, diketahui bahwa kecamatan yang paling rentan terhadap akses sanitasi dan air bersih adalah Kecamatan Batulanteh, Orong Telu, Lenangguar, Labangka, Ropang, dan Maronge. Sedangkan untuk kecamatan dengan tingkat kerentanan WASH rendah adalah Kecamatan Rhee, Alas Barat, Unter Iwes, Sumbawa, Lape, dan Empang. Dalam melakukan analisis kerentanan lanjutan, terdapat dua skenario yang meliputi kerentanan secara keseluruhan dan kerentanan WASH berbasis GESI. Dari analisis, dapat diketahui bahwa tingkat kerentanan keseluruhan yang tinggi terdapat pada Kecamatan Plampang, sementara Kecamatan Alas Barat, Rhee, serta Empang memiliki tingkat kerentanan WASH berbasis GESI yang paling tinggi.
dan jaminan kesejahteraan fasilitator terkait. 5. Pemerintah perlu menjadi contoh bagi masyarakat agar stigma terkait gender dan kaum marginal dapat luntur. Hal tersebut dapat ditempuh melalui pembuatan sistem penjaringan aspirasi yang dapat menjangkau kaum wanita dan penyandang disabilitas seperti melibatkan mereka untuk dapat secara aktif berpartisipasi dalam forum perencanaan dan pembangunan, juga mengalokasikan waktu khusus untuk menampung masukan dari mereka.
Rekomendasi 1. Analisis kerentanan WASH berbasis GESI ini perlu dikembangkan lebih lanjut oleh pihak-pihak yang lebih kompeten dengan dukungan data dan informasi yang lebih lengkap. 2. Perencanaan sebaiknya menganut pendekatan bottom-up, sehingga permasalahan yang dihadapi setiap kalangan dapat diketahui solusi yang ditawarkan benar-benar tepat sasaran. 3. Pada tingkat nasional dan provinsi, review program dan kebijakan terkait air bersih dan sanitasi serta pengarusutamaan GESI dalam dokumen pembangunan, terutama pada sektor air bersih dan sanitasi perlu untuk dilakukan. Selanjutnya, pemerintah setempat diharapkan dapat mengawal implementasi program dan kebijakan tersebut pada skala kabupaten. 4. Penguatan sektor air bersih dan sanitasi dari berbagai pihak melalui peningkatan fasilitas, alokasi dana,
56
KERJA PRAKTIK 2020
U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2019). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sumbawa Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Sumbawa dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Alas dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Alas Barat dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Buer dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Batulanteh dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Labangka dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Lopok dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Lape dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Moyo Hulu dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Moyo Hilir dalam Angka
Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Labuhan Badas dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Empang dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Plampang dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Ropang dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Tarano dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Lantung dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Lunyuk dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Orong Telu dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Utan dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Potensi Desa Kabupaten Sumbawa Lee, Y. J. (2014). Social vulnerability indicators as a sustainable planning tool. Environmental Impact Assessment Review, 44, 31-42.
Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Moyo Utara dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Maronge dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Rhee dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Lenangguar dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Sumbawa dalam Angka Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Unter Iwes dalam Angka
57
KERJA PRAKTIK P E R E N C A N A A N W I L AYA H D A N K O TA D E PA R T E M E N A R S I T E K T U R D A N P E R E N C A N A A N FA K U LTA S T E K N I K U N I V E R S I TA S G A D J A H M A D A
58