“Gombrich’s conclusion goes without saying. According to him, all art is basically “conceptual”! Every representation, even the most realistic, is influenced by the conceptual schema, by the vocabulary, by the preconceptions that a painter has about painting, by the tradition in which he was raised, the technique he has acquired.” (Thinking Art : hal.24)
TEORI IMITASI
Teori Imitasi bersifat terbatas dalam membahas karya seni tertentu. Sebuah contoh lukisan karya Piet Mondrian dapat menunjukkan bahwa teori imitasi tidak cukup untuk menjelaskan secara total suatu karya seni. Lukisan Mondrian tidaklah meniru suatu realitas.
Plato menganggap idea yang dimiliki manusia adalah tertinggi. Menurutnya, idea merupakan sesuatu yang tetap dan tidak berubah (Bertnens1979:13). Bagi Plato, seorang tukang lebih mulia dibandingkan dengan seniman/penyair. Hal ini disebabkan karena tukang mampu menghadirkan ide ke dalam bentuk yang dapat disentuh panca indra, misalnya meja atau kursi. Sedangkan, seorang seniman/penyair hanya meniru kenyataan yang dapat disentuh panca indra (seperti yang dihasilkan oleh tukang). Seniman/penyair dianggap menjiplak dari jiplakan. Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep Idea tersebut, Plato sangat memandang ren-dah seniman dan penyair. Jika Plato memandang rendah para seniman, Aristoteles justru menganggap seni sebagai sesuatu yang dapat meninggikan akal budi. Aristoteles memandang seni sebagai katharsis, penyucian terhadap jiwa.
Gombrich menyatakan bahwa setiap karya seni pada dasarnya memliki konsep. Karya seni yang dihasilkan seniman bukan semata-mata hanya tiruan
MASALAH TEORI IMITASI
dari realitas, melainkan terdapat sisi subjek (yaitu seniman) yang turut berpengaruh dalam penciptaan karya seni tersebut. Seniman memulai penciptaan karya dengan skema konseptual berdasarkan cara pandang yang berbeda-beda. Gombrich memberikan contoh-contoh yang relevan untuk mendukung argumennya. Salah satunya adalah lukisan pemandangan Derwentwater, satu
lukisan dilukis oleh pelukis anonim Inggris pada jaman Romantik, sedangkan lukisan lainnya dilukis oleh pelukis Cina Chiang Yee pada tahun 1936. Kedua pelukis tersebut sama-sama melukis pemandangan Derwentwater, namun hasil dari lukisan mereka ternyata berbeda satu sama lain.
Teori imitasi berhubungan dengan konsep “mimesis”. Dalam bahasa Yunani, mimesis berarti “imitasi”, “representasi” atau “copy”.
edisi 01 / may 2014
TEORI IMITASI DAN EKSPRESI DALAM ESTETIKA TRADISIONAL
MAGRITTE
karyanya berdasarkan cara “What Magritte suggests pandang dan persepsi here is that artists invariably mereka masing-masing. Sebagai contoh, lukisan create realities that are autonomous and follow their karya Margritte, yaitu sebuah own rules.This notion of lukisan pipa yang disertai autonomy, as we shall see, kata-kata “Ceci n’est pas is central to formalism and une pipe” (Ini bukan pipa). modernism.” Magritte memberi teks yang (Thinking Art : hal.24) berbeda makna dengan objek yang dilukis bukanlah untuk menyalahkan reMenurut Magritte, seorang presentasi dari benda seniman dapat menciptakan sebenarnya. Tetapi, dunia otonom dan membuat Maggritte memandang aturan mereka sendiri. bahwa lukisannya memang Maksudnya adalah setiap bukanlah sebuah pipa, seniman memiliki “cara melainkan hanya berupa pandang” masing-masing gambar pipa yang nyatanya dalam memahami suatu rememang tidak dapat dihisap. alitas. Sehingga dalam suatu karya seni, seorang seniman senantiasa menciptakan
IN THIS ISSUE
TEORI IMITASI DAN EKSPRESI DALAM ESTETIKA TRADISIONAL • •
TEORI IMITASI MASALAH TEORI IMITASI
KONSEP DESAIN GRAFIS YANG IDEAL
GOODMAN Menurut Goodman, tidak ada perspektif yang pasti untuk merepresentasikan alam secara akurat. Goodman berpendapat bahwa representasi merupakan sesuatu yang bersifat simbolik.
“According to Goodman, even the so-called “science of perspective” does not Lead to an accurate representation of nature: there is no “normal” or “reliable perspective” available, which, seen from all angles, could reproduce reality and its three-dimensionality objectively. How someone sees an object in perspective depends on someone’s vision, the light,his position in relation to the object, etc. In short, perspective is variable.” (Thinking Art : hal.25)
PENGARUH «ISME» DESAIN MODERN • • •
MUSIKALITAS TIPOGRAFI
• Bauhaus dan Pengaruhnya Ciri Pengaruh New York School • Swiss Style dan Pengaruhnya •
Asal Usul Tipografi Awal Berkembangnya Tipografi Memusikkan Tipografi, Mempuitiskan Visual
Giacometti dianggap “naïf” karena dia selalu berusaha untuk membuat karya seni yang sama persis dengan realitas, padahal dia mengerjakan karya tersebut dengan cara yang berbedabeda dan berubah-ubah, serta tidak dapat sama persis dengan realitas. Jika dilihat dari perspektif tertentu, maka realitas pun akan berubah. Karya Giacometti dianggap menarik karena disatu sisi karyanya dapat dengan mudah mematahkan teori imitasi, sedangkan di sisi lain
mengacu pada kompleksitas persepsi. Untuk dapat melihat model secara keseluruhan, Giacometti menjauhkan model dari pandangannya. Jika model berada semakin jauh, maka detailnya akan semakin hilang dan bentuk model tersebut juga semakin mengecil. Cara ini membuat Giacometti menemukan metode baru dalam representasi dan pada saat yang sama, dia telah menciptakan suatu style yang unik.
Giacometti PENERBIT ARTYPO GROUP PELINDUNG DOSEN PENANGGUNG JAWAB NIDYA PRIMA PUTRI TEAM REDAKSI MARKETING ARTYPO GROUP
ALAMAT REDAKSI JL. PUSAKA KENCANA BLOK A8 NO 27 KENCANA LOKA BSD - 15318 EMAIL REDAKSI CONTACT.ARTYPO@GMAIL.COM WEBSITE REDAKSI WWW.ARTYPOMAG.COM KETUA PELAKSANA PRODUKSI NIDYA PRIMA PUTRI
1