Catatan Ranger di Semeru

Page 1

Kisah Relawan Semeru Firman, Ranger Semeru

Firman atau Cucu Rimba nama panggilannya di komunitasnya, memulai karir menjadi ranger di Ranukumbolo sejak menyukai menjadi pencinta alam dari masa kecil dahulu di pramuka hingga membangun komunitas untuk menjaga alam tetap lestari untuk menjaga gunung supaya terjaga ekosistemnya. Turut serta berkegiatan di kampus juga sebagai mahasiswa pencinta alam juga. Dia saat ini menjadi relawan menjaga (ranger) gunung Semeru dan Ranukumbolo. Waktu SD dia sudah belajarmenyukai mendaki gunung akhirnya mempunyai komunitas kecil pencinta alam dan sekarang komunitas tersebut sudah menjadi besar. Belajar dari hobi juga belajar dari alam liar dan komunitas sehingga lebih terarah sehingga dapat mempunyai ilmu pengatahuan dan pengalaman disamping berbicara soal persahabatan dan persaudaraan antar pencinta alam. Pertama memang Firman menjadi pencinta alam hingga mnejadi ranger di gunung Semeru berawal dari pelarian, dari pelarian itu dia belajar untuk menjadi pendaki gunung dan mandiri di alam liar. Dia sudah pernah ngerasain ngelawan alam, yang berakibat dia hingga hampir tewas. Dari situlah dia akhirnya sekarng belajar untuk mencintai alam, bersahabat dengan alam, bersaudara dengan alam dan berusaha menjadi teman alam. Disamping harus


bertemu dengan manusia, hewan, dan flora pegunungan juga hal hal mistis atau spiritual yang ada di alam gunung untuk tetap bersinergi dengannya. Disaat dia turun dari gunung, permasalahan akan menumpuk di bawah, siap tidak siap kita harus tetap menghadapi masalah tersebut, bertemu kerjaa, bertemu orang lain dengan berbeda beda karakter, psikologi dan kepribadian. Jadi menurutnya mendaki gunung adalah untuk mencari ketenangan dan kebebasan. Dan kebanyakan pendaki gunung menyalahgunakan ketenangan dan kebebasan itu dengan tidak menjaga kelestarian alam. “Banyak juga pendaki gunung yang profesional maupun amatiran yang penasaran untuk datang ke Semeru di karenakan korban film 5cm”, tegas dia. Komunitas Avtec sebagai contohnya, mengadakan jambore pendakian masal ke gunung Semeru. Lebih dari 100 lebih manusia yang katanya pencinta dan pendaki gunung datang berbondong bondong memenuhi Gembolo (Ranukumbolo) hingga di pinggiran danau mendirikan tenda yang dapat merusak ekosistem airnya yang dianggap suci bagi pemeluk agama Hindhu. Gembolo bisa hancur saking parahnya para pendaki tidak menjaga kebersihan, sampah menumpuk hingga 3 truk dan tokai manusia menumpuk berjajar di pinggir danau. Akhirnya Firman dan temen temen Malang, Lumajang, luar kota yang akhirnya yang membersihkannya. Sampah yang menumpuk paling banyak ada di Archapada, Kalimati dan Gembolo juga banyak sampah yang ditimbun di dalam tanah. Beberapakali Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengadakan bersih bersih gunung hingga ketua dan porter di kerahkan dan dibayarin untuk membersihkan gunung. Oya, porter yang ada di Semeru adalah pekerjaan sampingan karena pekerjaan utamanya sebetulnya adalah warga petani sekitar Semeru. Mereka di hargai sekitar 100 ribu rupiah dan 20 ribu rupiah di setorkan pada TNBTS. “Kadang para pendaki tidak mematuhi aturan seperti mendaki pake jeans, tidak membawa sleeping bag, tidak pakai sepatu pendaki, makanan pas pasan, aturan yang di terapkan TNBTS selalu tidak di indahkan dan tidak mempunyai standart pendakian karena hanya terobsesi dengan film 5 cm”, tambah Firman. Dia, merasa menjadi relawan ada keterpaksaan untuk menyelamatkan ekosistem gunung Semeru agar tetap terjaga dan lebih baik lagi. Flora dan fauna bisa berkembangbiak dengan baik kembali. Firman pernah bekerja di travel agent, pernah juga bekerja di dunia hitam segala, terkadang juga menjadi porter di Semeru dan juga menjadi quide di sebuah usaha pariwisata dan gagal. Dia juga pernahmerintis mebuka cafe dan bangkrut dua kali, kemudian melanjutkan usaha keluarga mulai dirintis tetapi dirundung masalah dan dia meninggalkan usaha tersebut. Oya, Firman berjuang untuk mandiri tidak mengandalkan orang tua apalagi pinjaman dari temen dengan menjadi tukang parkir di sebuah club malam dan terkadang dia pengalami pengalaman pahit juga ‘nyambi’ menjadi kurir ganja dan sabu. Saat ini hanya menjadi ranger di Ranukumbolo untuk menyambung hidup , tetapi dapat kabar gembira mungkin Firman mendapat proyek di luar jawa, setelah lebaran tahun ini akan berangkat ke


Kalimantan atau ke Sulawesi yang lumayan menggiurkan untuk perbaiki masa depan setelah menjadi ranger di Semeru.

Harapan Firman menjadi relawan di Semeru yang tak pernah di bayar dengan hanya mendapatkan uang makan saja, adalah berat menjadi relawan di Semeru untuk mengecek dari Ranupani hingga Ranukumbolo bolak balik, dapat menolong juga mengevakuasi sesama pendaki yang nakal dan menjaga Semeru tetap bersih dan terjaga ekosistemnya serta menginginkan para pendaki dapat mematuhi peraturan yang diterapkan oleh TNBTS. Sudah 15 hari si Firman menetap di Semeru, dia bercerita bahwa terkadang Semeru meminta ‘tumbal’ dikarenakan sudah 3 tahun belum ada ‘tumbal’ yang di korbankan. Beberapa pendaki banyak di akibatkan oleh penyakit gunung yaitu serangan jantung, kadang memacu jantungnya dengan meminum suplemen, hipotermia, hipoksia, kesurupan dan banyak kejadian aneh (mistis) juga yang terjadi di sekitar gunung Semeru. Dia, dengan ikhlas membantu TNBTS secara sukarela karena kecintaannya dengan alam Semeru. Sebetulnya tugas relawan dalam membantu TNBTS adalah dengan mengecek pendaki yang masuk ke gunung Semeru, dan memberikan arahan arahan kepada para pendaki untuk tetap patuh pada aturan. Menurutnya, dia juga banyak belajar pada porter sesepuh yang lebih memahami soal kondisi semeru, juga terkadang dayang dayang atau dedemit pada keluar di area Gembolo, demit itu membalikkan tenda para pendaki dan akhirnya pendaki pada kesurupan. Gembolo dan Sumber Mani (Kali Mati) adalah air suci dan disucikan oleh orang Tengger, hingga orang Bali harus datang ke Tengger untuk membeli air suci tersebut dihargai hingga antara 100 – 300 ribu rupiah. Khasiat airnya di Sumber Mani jauh lebih hebat daripada air suci di Gembolo. Dianggap suci karena menurut sejarah jaman dulu ada pertapaan kerajaan Jawa dan prasasti di Gembolo yang mengatakan bahwa air danau Gembolo dan Sumber Mani yang berkhasiat. Gerbang kerajaan Dedemit menurut


warga Ranupani adalah di jalur Jambangan. Kali Mati adalah merupakan taman singgasana kerajaan Arcapadha, terbukti disana terdapat sebuah arca berbentuk 2 candi kecil. Untuk menuju arca ini tidaklah gampang karena jalurnya sangat ekstrim. Dan Oro oro Ombo adalah pasar setannya menurut mitos yang kami dengar dari cerita para porter. Harmoni Masyarakat dengan Semeru Gunung Semeru di Jawa Timur kini sedang berstatus Waspada tingkat dua. Warga dan pengunjung disarankan tidak beraktivitas dalam radius 4 Km dari puncaknya. Kendati begitu gunung tertinggi di Pulau Jawa ini tetap berdaya pikat tinggi sekalipun tengah bergejolak. Semeru Yang Menyimpan Misteri yang terkadang sulit untuk kita bantahkan. Gunung Semeru yang berketinggian 3.676 Mdpl memang menjadi salah satu destinasi menarik bagi para pendaki gunung. Keindahan alam di gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut memang sangat menarik minat pendaki. Pengembangan potensi wisata Gunung Semeru tidak boleh meninggalkan daya tarik kearifan budaya lokal atau local wisdom yang menjadi tradisi masyarakat. Bicara mengenai kearifan lokal, di ujung timur Pulau Jawa. Khususnya di lereng gunung Bromo-Semeru terdapat sebuah sekelompok warga yang tinggal di sana. Kelompok warga ini dikenal dengan nama Suku Tengger. Warga Suku Tengger terdapat di daerah Kaldera Bromo-Tengger-Semeru yang tersebar di kota Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Berbagai bentuk upacara adat yang bersifat ritual keagamaan masih eksis dan berlangsung sampai saat ini. Mulai dari upacara adat yang terkait dengan lingkaran kehidupan (life circle) manusia, hubungan manusia dengan alam maupun upacara yang terkait dengan para dewa dan Tuhan Yang Maha Esa. Upacara yang sangat terkenal dan berbiaya sangat mahal serta melibatkan hampir seluruh masyarakat adat Tengger Desa Ngadas adalah Karo dan Kasodo. Pendakian Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi. Untuk mendaki gunung semeru dapat ditempuh lewat kota Malang atau Lumajang. Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpang. Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.20.000,- hingga Pos Ranu Pani. Dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai dari Tumpang menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat Pos pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang membawa tenda dikenakan biaya Rp 20.000,-/tenda dan apabila membawa kamera juga dikenakan biaya Rp 5.000,-/buah. Di pos ini pun kita dapat mencari porter (warga lokal untuk membantu menunjukkan arah pendakian, mengangkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni Ranu Pani (1 ha) dan Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.


Setelah sampai di gapura "selamat datang", perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam. Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala. Setelah berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km. Di Ranu Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha. Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Terkadang dari balik Gunung Kepolo tampak puncak Gunung Semeru menyemburkan asap wedus gembel. [wiki] Tak dipungkiri, mendaki gunung sekarang sudah terkesan menjadi sebuah ‘wisata’. Apalagi banyak pengaruh dari acara televisi, film, blog, forum dan banyak media lainnya. Membagikan semangat mendaki gunung kepada orang-orang baru tanpa dibarengi semangat konservasi hanya akan menjadikan para pendaki tersebut menjadi generasi pendaki yang cenderung antipati terhadap lingkungan dan hanya mementingkan kesenangan semata. Sebagian dari kita mungkin pernah melakukan hal atas, secara sengaja maupun tidak sengaja. Yang pernah, tolong jangan diulangi lagi dan mari saling mengingatkan kepada rekan pendaki yang lain. Semoga gunung-gunung Indonesia masih bisa dinikmati anak-cucu kita nantinya. Amin. Salam lestari!


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.