Survey Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung Tahun 2019

Page 1

COVER

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

i


RINGKASAN EKSEKUTIF Survei persepsi pembangunan di Kota Bandung tahun 2019 merupakan Survei ke-5 yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Survei persepsi pembangunan di Kota Bandung merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kualitas pembangunan sekaligus mendekatkan pembangunan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Persepsi masyarakat dalam mengukur kinerja pembangunan dapat terbagi menjadi metode persepsi objektif dan persepsi subjektif. Dalam metode persepsi objektif, penilaian masyarakat dilakukan berdasarkan kriteria yang baku. Adapun dalam persepsi subjektif, kepuasan dan perasaan masyarakat merupakan aspek penting untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap hasil-hasil pembangunan. Tujuan penyusunan Survei Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung adalah berusaha mengetahui penilaian terhadap hasil pembangunan Kota Bandung selama tahun berjalan; keinginan masyarakat terhadap kebijakan pembangunan di Kota Bandung di masa yang akan datang; persepsi perwakilan pemerintahan/instansi terhadap permasalahan pembangunan serta usulan inovasi di masa yang akan datang dan menyediakan dokumen sebagai bahan masukan/rekomendasi bagi kebijakan pembangunan di Kota Bandung di masa yang akan datang. Kajian ini dilaksanakan di Kota Bandung, yang meliputi 30 kecamatan, di 600 Rukun Warga dengan sampel observasi 6.000 orang responden. Metode penentuan besaran sampel menggunakan multiple random sampling, dengan randomisasi di tingkat RW dan Rumah Tangga. Pengumpulan data dan informasi dari responden dilakukan dengan wawancara rumah tangga yang dipandu kuesioner terstruktur sebagaimana tercantum pada Lampiran 1. Dilihat dari sisi cara mengisi kuesionernya, survei ini dilakukan menggunakan handphone yang mampu menginput data secara on-line, menggunakan alat input Kobotoolbox. Survei dan analisis hasil survei dilaksanakan dalam waktu 3 bulan. Secara garis besar, kegiatan tersebut meliputi 3 poin kajian, dengan tujuan masing-masing sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi karakteristik sosioekonomi dan demografi serta aktivitas masyarakat Kota Bandung di level kecamatan. 2. Untuk mendalami permasalahan objek yang merupakan top of mind berdasarkan informasi survei tahun lalu, dengan memfokuskan pada penilaian masyarakat terhadap perubahan kondisi objek yang bersangkutan selama 1 tahun terakhir di level kecamatan. 3. Untuk lebih mendalami dan mengerucutkan inti permasalahan pembangunan di Kota Bandung, dengan memberikan fokus perhatian pada upaya yang telah dilakukan oleh

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

i


pemerintah Kota Bandung serta harapan masyarakat Kota Bandung akan perbaikan kondisi objek yang menjadi inti permasalahan pembangunan di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil survei persepsi 6000 responden di Kota Bandung Tahun 2019, secara garis besar karakteristik responden adalah sebagai berikut: 

Berdasarkan karakteristik sosioekonomi dan demografi responden; -

54,8% responden adalah laki-laki, sedangka sisanya adalah perempuan.

-

Berdasarkan kelompok umur, responden laki-laki terbanyak adalah usia 45-49 tahun, adapun responden perempuan terbanyak adalah usia 40-44 tahun.

-

Sekitar 89% dari responden adalah Etnis Sunda.

-

Responden yang memiliki KTP Kota Bandung sekitar 97% dengan masa tinggal di Kota Bandung mayoritas lebih dari 30 tahun.

-

Dari aspek pendidikan, sekitar setengah dari responden adalah lulusan SMA atau sederajat.

-

Dari statusnya dalam rumah tangga, 49% responden adalah kepala rumah tangga.

-

Wirausaha dan Karyawan merupakan mayoritas responden, dengan proporsi masingmasing 16% dan 14%.

-

Berdasarkan kelas pendapatannya, mayoritas responden berasal dari rumah tangga dengan rentang pengeluaran per bulan Rp 2-5 juta rupiah.



Berdasarkan karakteristik mobilitas dan moda transportasi yang digunakan oleh responden; -

Mayoritas dari responden melakukan 10-20 trip per minggu.

-

Sepeda motor merupakan moda transportasi pilihan terbanyak atau hampir 70% dari seluruh responden.



Karakteristik responden terhadap akses ke media sosial, media televisi dan media cetak: -

Sebanyak 74% dari responden adalah pengguna aktif media sosisal. Urutan pertama media yang paling banyak digunakan adalah Whatsapp, yaitu oleh 64%. Faceboook menempati urutan kedua, yaitu digunakan oleh sekitar 33% responden. Atensi terhadap media informasi lainnya sangat rendah.

-

Sekitar 75% responden tidak menonton televisi, diantara yang menonton pun kebanyakan hanya kurang dari 3 kali per minggu.

-

Terkait dengan keinginan responden untuk mendapatkan berita online, hanya 12% responden yang biasa mengakses berita online.



Dari sisi pengetahuan responden mengenai sarana pelaporan untuk publik dan pengetahuan Visi & Misi pembangunan Kota Bandung didapatkan fakta bahwa hanya sebagian kecil, atau kurang dari 10% masyarakat yang mengetahui keberadaan berbagai sarana aduan seperti Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

ii


lapor.go.id, aduan SMS 1708, layanan Layad Rawad. Demikian pula pengetahuan terhadap Visi dan Misi Pembangunan Kota Bandung hanya diketahui oleh sektiar 5% responden. Adapun mengenai persepsi seluruh responden terhadap hasil-hasil pembangunan di Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa: i.

Masyarakat mempersepsikan 5 permasalahan utama pembangunan Kota Bandung di tahun 2019 ini adalah: a. Masalah kemacetan, b. Masalah sampah kota, c. Masalah semakin sulitnya masyarakat mendapatkan pekerjaan, d. Masalah mengecilnya persediaan air bersih, serta e. Masalah banjir.

ii.

Sebanyak 87,63% responden menyatakan bahwa kemacetan merupakan permasalahan Kota Bandung, sedangkan untuk masalah sampah dan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan dirasakan oleh masing-masing sebanyak 62,43% dan 51,28% responden. Sementara itu responden yang merasakan mengecilnya persediaan air bersih sebagai masalah ada sebanyak 38%, dan responden yang merasa bahwa banjir merupakan sebuah permasalah Kota Bandung dirasakan oleh sebanyak 32, 78% responden.

iii.

Kondisi masalah kemacetan, kesulitan mencari lapangan pekerjaan, serta ketersediaan air bersih di tahun 2019 dipersepsikan semakin meningkat oleh masyarakat, dibandingkan dengan tahun 2018. Dengan kata lain tingkat permasalahannya semakin parah. Akan tetapi untuk masalah sampah dan banjir – meskipun tetap menjadi permasalahan utama pembangunan kota – masyarakat di tahun 2019 mempersepsikan bahwa keparahannya semakin menurun.

iv.

Meskipun masyarakat memandang 5 masalah tersebut adalah masalah utama pembangunan di Kota Bandung, sebagian besar masyarakat masih mentolerir permasalahan-permasalahan tersebut dan berharap pemerintah bisa sedikit-demi sedikit mulai memperbaikinya. Kecuali untuk masalah penyediaan lapangan pekerjaan, masyarakat cenderung untuk tidak mentolerir berkurangnya probabilitas masyarakat untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu menjadi tugas pemerintah untuk bisa menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk Kota Bandung secara layak.

v.

Masyarakat memiliki persepsi bahwa meskipun sudah ada upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk menyelesaikan 5 permasalahan utama Kota Bandung, akan tetapi upaya-upaya tersebut dianggap belum mampu menciptakan terobosan yang bisa menyelesaikan masalah secara cepat dan permanen. Masyarakat memiliki persepsi upayaSurvei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

iii


upaya untuk penyelesaian masalah utama Kota Bandung yang dilakukan pemerintah saat ini hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah tahun sebelumnya. vi.

Beberapa catatan masyarakat terkait usulan penyelesaian masalah pembangunan di Kota Bandung ke depan yang dianggap prioritas untuk dikerjakan oleh Pemerintah Daerah Kota Bandung diantaranya adalah: -

Untuk masalah kemacetan, masyarakat mengusulkan agar Pemerintah Daerah melaksanakan lebih serius dengan tingkat efektivitas yang semakin tinggi terhadap kegiatan pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum serta segera mewujudkan angkutan umum masal (MRT) yang nyaman dan terjangkau oleh masyarakat secara luas.

-

Usulan untuk pebaikan masalah sampah kota adalah dengan membuat program pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampahnya mulai dari lingkungan yang paling kecil. Program Kang Pisman bisa menjadi langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut.

-

Permasalahan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang dirasakan oleh masyarakat saat ini memerlukan perhatian lebih dari Pemerintah Daerah. Pemerintah diharapkan mampu mengimplementasikan program pelatihan keterampilan berusaha yang diinisiasi oleh pemerintah daerah dengan melibatkan pihak-pihak swasta, pemerintah diharapkan mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif agar pihak swasta mau berinvestasi dan membuka lapangan usaha di daerahnya. Selain itu Pemerintah Daerah juga didorong untuk menyediakan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan dan produktivitas seperti yang diisyaratkan oleh para investor.

-

Usulan penyelesaian terhadap berkurangnya ketersediaan air bersih di Kota Bandung dari sudut pandang masyarakat adalah, bahwa pemerintah harus melakukan gerakan penghijauan secara masif agar penyerapan air tanah bisa lebih optimal, perlu juga dilakukan pemeliharaan drainase dan sumberdaya air yang lebih efektif, serta perluasan penyediaan sarana air bersih oleh pemerintah – melalui perluasan layanan PDAM Tirtawening.

-

Sedangkan untuk menyelesaikan masalah banjir masyarakat mengharapkan agar Pemerintah Daerah bisa pemeliharaan prasarana air (drainase) dan sumberdaya air, pembersihan dan pengerukan sungai, program pembangunan yang terkait dengan proses normalisasi sungai – mengembalikan fungsi sungai sesuai dengan fungsi awalnya.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

iv


TIM PENELITI INTI CEDS Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Bagdja Muljarijadi, SE, ME Pipit Pitriyan, SE, Msi Elpi Nazmuzzaman, SE, MSi Ade Maulana R.H., SE Megananda, SE

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

v


PRAKATA Segala puji kami panjatkan pada Allah SWT, yang dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan berjudul “Survei Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung Tahun 2019�. Kajian ini merupakan penelitian yang berada di bawah skema kerjasama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung dengan CEDS Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran. Laporan ini berisikan rancangan desain survei, persepsi masyarakat terhadap pembangunan sampai dengan preferensi masyarakat terkait penanganan permasalahan kota yang paling mendesak. Selain itu, aspek harapan dan kepuasan terhadap penanganan permasalahan Kota juga mendapatkan pembahasan tersendiri untuk mendukung program-program yang memajukan Kota Bandung ke depannya. Demikian laporan ini disusun untuk memperoleh masukan dan saran konstruktif bagi perbaikan dan penyelesaian laporan.

Bandung, September, 2019

Dr. Bagdja Muljarijadi SE, ST, ME Ketua Peneliti

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

vi


DAFTAR ISI RINGKASAN ........................................................................................................................................... i TIM PENELITI INTI ..................................................................................................................................v PRAKATA............................................................................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ...................................................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................. i BAB 1

Pendahuluan ......................................................................................................................... 1

1.1

Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

1.2

Maksud dan Tujuan ............................................................................................................... 2

1.3

Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................................................................ 3

BAB 2

Tinjauan Literatur ................................................................................................................. 7

BAB 3

Metodologi Kajian............................................................................................................... 11

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian/Kelitbangan........................................................................... 11

3.2

Macam/Sifat Penelitian ....................................................................................................... 11

3.3

Metode Pengumpulan Data ................................................................................................ 11

3.3.1

Design Sampling ........................................................................................................ 12

3.3.2

Prosedur Penentuan Sampling .................................................................................. 12

3.3.3

Prosedur Pengambilan Sampling .............................................................................. 12

3.3.4

Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 14

3.4

Teknik Analisis ..................................................................................................................... 15

BAB 4

Instrumen Kajian ................................................................................................................. 17

4.1

Daftar Data yang Diperlukan ............................................................................................... 17

4.2

Daftar Sumber Data/Narasumber/Responden ................................................................... 17

4.3

Pedoman Wawancara ......................................................................................................... 17

4.4

Pedoman Survei................................................................................................................... 17

4.5

Daftar Pertanyaan ............................................................................................................... 18 Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

vii


4.6

Alat Yang Diperlukan Dalam Proses Pengumpulan Data ..................................................... 18

BAB 5

Hasil dan Analisis ................................................................................................................ 19

5.1

Karakteristik Responden...................................................................................................... 19

5.2

Mobilitas, Aksesibilitas Media dan Sosial Media................................................................. 28

5.3

Pengetahuan Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan 2013-2018 Kota Bandung ................... 40

5.4

Persepsi Masyarakat Mengenai Permasalahan Terbesar di Kota Bandung ........................ 41

5.5

Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Permasalahan Kota Bandung 2018 ...................... 47

5.5.1

Kemacetan Lalu Lintas ............................................................................................... 47

5.5.2

Sampah Kota ............................................................................................................. 53

5.5.3

Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan ............................................................. 59

5.5.4

Ketersediaan Air Bersih ............................................................................................. 63

5.5.5

Banjir ......................................................................................................................... 69

5.6

Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Mengatasi Permasalahan di MasingMasing Kecamatan .............................................................................................................. 74

5.6.1

Kemacetan Lalu Lintas ............................................................................................... 74

5.6.2

Sampah Kota ............................................................................................................. 76

5.6.3

Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan ............................................................. 77

5.6.4

Ketersediaan Air Bersih ............................................................................................. 79

5.6.5

Banjir ......................................................................................................................... 80

5.7

Preferensi Penanganan Permasalahan Kota ....................................................................... 82

5.7.1

Kemacetan Lalu Lintas ............................................................................................... 82

5.7.2

Sampah Kota ............................................................................................................. 87

5.7.3

Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan ............................................................. 90

5.7.4

Ketersediaan Air Bersih ............................................................................................. 94

5.7.5

Banjir ......................................................................................................................... 97

5.8.

Perbandingan Persepsi Permasalahan tahun 2019 dengan 2018........................... 100

BAB 6

Kesimpulan........................................................................................................................ 107

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

viii


DAFTAR TABEL

Tabel 5.1

Kondisi Masalah Kemacetan dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan . 52

Tabel 5.2

Kondisi Masalah Sampah Kota dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan .......................................................................................................................................... 58

Tabel 5.3

Kondisi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan Dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan................................................................................................ 63

Tabel 5.4

Kondisi Masalah Ketersediaan Air Bersih Dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan ........................................................................................................................ 68

Tabel 5.5

Kondisi Masalah Banjir Dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan.......... 73

bel 5.6

Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Kemacetan Menurut Kecamatan......................................................................................................... 75

Tabel 5.7

Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Sampah Kota Menurut Kecamatan ................................................................................................ 77

Tabel 5.8

Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah

Dalam Mengatasi Sulitnya

Mendapatkan Lapangan Pekerjaan Menurut Kecamatan................................................ 78 Tabel 5.9

Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah

Dalam Mengatasi Masalah

Ketersediaan Air Bersih Menurut Kecamatan .................................................................. 80 Tabel 5.10 Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Masalah Banjir Menurut Kecamatan .............................................................................................. 81 Tabel 5.11 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Kemacetan di Kota Bandung Menurut Kecamatan ......................................................................................... 85 Tabel 5.12 Kesediaan Responden Dalam Menggunakan Transportasi Massal (Bus) Untuk Aktifitas Harian Menurut Kecamatan ............................................................................................. 86 Tabel 5.13 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sampah Kota di Kota Bandung Menurut Kecamatan ......................................................................................... 89 Tabel 5.14 Kesediaan Responden Memisahkan Sampah Organik/Anorganik di Rumah ................... 90 Tabel 5.15 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan di Kota Bandung Menurut Kecamatan ............................................ 93 Tabel 5.16 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Ketersediaan Air Bersih di Kota Bandung Menurut Kecamatan ............................................................................. 97 Tabel 5.17 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Banjir di Kota Bandung Menurut Kecamatan....................................................................................................... 100 Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

ix


Tabel 5.18 Perbandingan Persepsi Masyarakat di Tingkat Kecamatan Terhadap 5 Permasalahan Utama di Kota Bandung Tahun 2019 dan 2018.............................................................. 105 Tabel 5.19 Perbandingan Selisih Persepsi Masyarakat di Tingkat Kecamatan Terhadap 5 Permasalahan Utama di Kota Bandung Tahun 2019 dan 2018 ...................................... 106

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

x


DAFTAR GAMBAR Gambar 5.1

Jumlah Responden Berdasarkan Gender .................................................................... 19

Gambar 5.2

Responden Menurut Kelompok Umur ........................................................................ 20

Gambar 5.3

Responden Menurut Kecamatan ................................................................................ 20

Gambar 5.4

Etnis Responden .......................................................................................................... 21

Gambar 5.5

Kepemilikan KTP Kota Bandung .................................................................................. 21

Gambar 5.6

Responden Berdasarkan Lama Tinggal ....................................................................... 22

Gambar 5.7

Pendidikan Terakhir Responden ................................................................................. 23

Gambar 5.8

Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan Gender ............................................... 23

Gambar 5.9

Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Responden .............. 24

Gambar 5.10

Status Dalam Rumah Tangga....................................................................................... 25

Gambar 5.11

Pekerjaan Responden.................................................................................................. 25

Gambar 5.12

Sektor Perekonomian Yang Menjadi Sumber Pendapatan Rumah Tangga ................ 26

Gambar 5.13

Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan ......................................................... 27

Gambar 5.14

Jumlah Trip Per Minggu............................................................................................... 28

Gambar 5.15

Jumlah Trip Per Minggu Berdasarkan Kohort ............................................................. 29

Gambar 5.16

Moda Kendaraan Yang Paling Sering Digunakan ........................................................ 29

Gambar 5.17

Jumlah Trip Per Minggu Berdasarkan Kecamatan ...................................................... 30

Gambar 5.18

Jumlah Trip Per Minggu dan Jenis Moda Yang Digunakan.......................................... 31

Gambar 5.19

Kepemilikan Akun Media Sosial .................................................................................. 32

Gambar 5.20

Urutan Pertama Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan ..................................... 32

Gambar 5.21

Urutan Kedua Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan......................................... 33

Gambar 5.22

Urutan Pertama Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan Berdasarkan Kohort .... 34

Gambar 5.23

Urutan Kedua Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan Berdasarkan Kohort ....... 34

Gambar 5.24

Frekuensi Responden Menonton Televisi Berita, Korang/Majalah dan Berita Online Dalam Seminggu.......................................................................................................... 35

Gambar 5.25

Frekuensi Responden Menonton Televisi Berita, Koran/Majalah dan Berita Online Dalam Seminggu Berdasarkan Gender........................................................................ 36

Gambar 5.26

Pengetahuan Responden Terhadap Layanan www.lapor.go.id .................................. 37

Gambar 5.27

Pengetahuan Responden Terhadap Layanan SMS 1708 ............................................. 37

Gambar 5.28

Pengetahuan Responden Terhadap Layanan Layad Rawat ........................................ 38

Gambar 5.29

Pengetahuan Responden Terhadap Layanan Pemadam Kebakaran .......................... 38

Gambar 5.30

Alasan Responden Tidak Pernah Memanfaatkan Layanan Pengaduan ...................... 39 Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

i


Gambar 5.31

Alternatif Layanan Pengaduan Dalam Penyampaian Aduan....................................... 40

Gambar 5.32

Pengetahuan Responden Tentang Visi, Misi & Tujuan Pembangunan Kota Bandung 2019 -2023 .................................................................................................................. 41

Gambar 5.33

Urutan Permasalahan di Kota Bandung berdasarkan pembobotan ........................... 42

Gambar 5.34

Urutan dan Persentase Permasalahan di Kota Bandung ............................................ 42

Gambar 5.35

Urutan Pertama Permasalahan Terbesar di Kota Bandung ........................................ 43

Gambar 5.36

Urutan Kedua Permasalahan Terbesar di Kota Bandung ............................................ 44

Gambar 5.37

Urutan Ketiga Permasalahan Terbesar di Kota Bandung ............................................ 45

Gambar 5.38

Urutan Keempat Permasalahan Terbesar di Kota Bandung ....................................... 45

Gambar 5.39

Urutan Kelima Permasalahan Terbesar di Kota Bandung ........................................... 46

Gambar 5.40. Perbandingan 10 Permasalahan Terbesar Tahun 2019 dan 2018 (Persentase Responden) ................................................................................................................. 46 Gambar 5.41

Terjadinya Masalah Kemacetan di Lingkungan Tempat Tinggal Responden .............. 48

Gambar 5.42

Terjadinya Masalah Kemacetan di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan................................................................................................................... 49

Gambar 5.43

Toleransi Responden Pada Masalah Kemacetan ........................................................ 50

Gambar 5.44

Kondisi Masalah Kemacetan dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan ..................................................................................................................................... 51

Gambar 5.45

Terjadinya Masalah Sampah Kota di Lingkungan Tempat Tinggal Responden ........... 53

Gambar 5.46

Terjadinya Masalah Sampah Kota di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan................................................................................................................... 54

Gambar 5.47

Toleransi Responden Pada Masalah Sampah Kota ..................................................... 56

Gambar 5.48

Kondisi Masalah Sampah Kota dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan ..................................................................................................................................... 57

Gambar 5.49

Terjadinya Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan

di Lingkungan

Tempat Tinggal Responden ......................................................................................... 59 Gambar 5.50

Terjadinya Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan .................................................................... 60

Gambar 5.51

Toleransi Responden Pada Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan..... 61

Gambar 5.52

Kondisi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan ............................................................................... 62

Gambar 5.53

Terjadinya Masalah Ketersediaan Air Bersih di Lingkungan Tempat Tinggal Responden ..................................................................................................................................... 64

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

ii


Gambar 5.54

Terjadinya Masalah Ketersediaan Air Bersih di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan ................................................................................................... 65

Gambar 5.55

Toleransi Responden Pada Masalah Ketersediaan Air Bersih ..................................... 66

Gambar 5.56

Kondisi Masalah Ketersediaan Air Bersih dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan................................................................................................................... 67

Gambar 5.57

Terjadinya Masalah Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal Responden ....................... 69

Gambar 5.58

Terjadinya Masalah Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan................................................................................................................... 70

Gambar 5.59

Toleransi Responden Pada Masalah Banjir ................................................................. 71

Gambar 5.60

Kondisi Masalah Banjir dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan ..... 72

Gambar 5.61

Penyebab Utama Masalah Kemacetan di Kota Bandung Tahun 2019 ........................ 83

Gambar 5.62

Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Kemacetan di Kota Bandung ...................................................................................................................... 84

Gambar 5.63

Sumber Utama Masalah Persampahan di Kota Bandung Tahun 2019 ...................... 87

Gambar 5.64

Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sampah Kota di Kota Bandung ...................................................................................................................... 88

Gambar 5.65

Sumber Utama Masalah Sulitnya Lapangan Pekerjaan di Kota Bandung Tahun 2019 ..................................................................................................................................... 91

Gambar 5.66

Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan di Kota Bandung ................................................. 93

Gambar 5.67

Sumber Utama Ketersediaan Air Bersih di Kota Bandung Tahun 2019 .................... 95

Gambar 5.68

Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Ketersediaan Air Bersih di Kota Bandung ............................................................................................... 96

Gambar 5.69

Penyebab Utama Masalah Banjir di Kota Bandung Tahun 2019................................. 98

Gambar 5.70

Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Banjir di Kota Bandung ...................................................................................................................... 99

Gambar 5.71

Perbandingan Persepsi Masyarakat Terhadap 10 Permasalahan di Kota Bandung Tahun 2018 dan 2019 ................................................................................................ 101

Gambar 5.72

Perbandingan Persepsi Masyarakat Terhadap 5 Permasalahan Utama di Kota Bandung Tahun 2019 dan 2018 ................................................................................................ 102

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

iii


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat, Kota Bandung merupakan kota yang memiliki peran strategis, khususnya dalam pembangunan di Jawa Barat. Statusnya sebagai kota metropolitan menjadikan Kota Bandung sebagai acuan bagi pembangunan kota-kota lain di Jawa Barat maupun di luar Jawa Barat. Kota Bandung saat ini merupakan rumah bagi sekitar 2,5 juta penduduk tetap. Pembangunan Kota Bandung mengalami kemajuan pesat terutama dalam aspek pertumbuhan ekonomi, capaian pendidikan, aksesibilitas terhadap kesehatan, penataan ruang. Laporan mengenai capaian indikator pembangunan maupun raihan penghargaan bagi Kota Bandung merupakan salah satu bukti keberhasilan pembangunan tersebut. Namun demikian, keberhasilan pembangunan di Kota Bandung dan setiap daerah pada umumnya juga secara riil harus merupakan keberhasilan dari persepsi masyarakat. Masyarakat sebagai penikmat (beneficiary) dari pembangunan sudah selayaknya memberikan penilaian mereka terhadap kualitas pembangunan di Kota Bandung. Terlebih lagi jika kita memandang masyarakat sebagai pembayar pajak (tax payer) yang berhak memperoleh pengembalian berupa hasil-hasil pembangunan. Dalam hal ini, sangat memungkinkan terjadi kesenjangan (gap) pembangunan, antara yang diinginkan masyarakat dengan yang disediakan oleh pemerintah. Mengingat pembangunan merupakan proses dinamis, juga terdapat potensi terjadinya perubahan kualitas objek pembangunan, maupun repetisi permasalahan yang kemudian belum dapat terselesaikan, sehingga aspirasi yang sampai pada pembuat kebijakan belum dapat sepenuhnya merefleksikan keinginan atau kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, diperlukan suatu instrument untuk menilai kualitas pembangunan sekaligus menemukenali permasalahan yang terjadi dalam pembangunan di Kota Bandung dan dilakukan secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil Survei Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan di Kota Bandung pada tahun 2017 dan tahun 2018, masyarakat Kota Bandung menilai bahwa permasalahan yang paling utama dalam pembangunan di Kota Bandung diantaranya adalah: (1) Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

1


kemacetan lalu lintas, (2) penumpukan sampah, (3) infrastruktur kota belum merata, (4) banjir, (5) ketersediaan air bersih sangat minim, (6) ketersediaan lapangan pekerjaan sangat terbatas, (7) keamanan, dan (8) peningkatan harga komoditi sangat cepat. Berdasarkan survei pada dua tahun tersebut, empat permasalahan pertama di atas merupakan hal yang selalu muncul pertama kali (top of mind) ketika warga Kota Bandung ditanya mengenai permasalahan pembangunan di Kota Bandung. Oleh karena itu, sejalan dengan semangat peningkatan kualitas pembangunan dalam rangka mempertinggi kesejahteraan masyarakat, penting bagi Pemerintah Daerah Kota Bandung untuk secara berkesinambungan mengidentifikasi kinerjanya dalam penanganan permasalahan pembangunan tersebut. Sehubungan dengan permasalahan utama pembangunan yang dipersepsikan masyarakat relatif tidak berubah dalam dua tahun terakhir, menunjukkan bahwa hal tersebut menjadi agenda yang serius untuk ditangani. Oleh karena itu Pemerintah Kota Bandung perlu mengidentifikasi apakah langkah penanganan permasalahan tersebut merupakan sesuatu yang sesuai dan tepat sasaran dalam pandangan masyarakat.

1.2 Maksud dan Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, Survei Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung pada tahun 2019 ini tidak lagi berupaya mengidentifikasi permasalahan utama pembangunan Kota Bandung, melainkan memperoleh informasi mengenai sumber permasalahan pembangunan serta ketepatan upaya pemerintah dalam penanganan permasalahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan dokumen sebagai salah satu bahan acuan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pembangunan Kota Bandung. Dengan demikian, secara spesifik tujuan penyusunan Survei Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung adalah: a) Untuk mengetahui penilaian terhadap hasil pembangunan Kota Bandung selama tahun berjalan. b) Untuk mengetahui keinginan masyarakat terhadap kebijakan pembangunan di Kota Bandung di masa yang akan datang; c) Untuk

mengetahui

persepsi

perwakilan

pemerintahan/instansi

terhadap

permasalahan pembangunan serta usulan inovasi di masa yang akan datang. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

2


d) Untuk menyediakan dokumen sebagai bahan masukan/rekomendasi bagi kebijakan pembangunan di Kota Bandung di masa yang akan datang.

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan Penyusunan Survei Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung Tahun 2019 dilaksanakan dengan metode Kerjasama antara Diskominfo Kota Bandung dengan Lembaga/Perguruan Tinggi yang memiliki kewenangan statistik dan atau telah terakreditasi. Adapun tahapan kegiatannya meliputi survei lapangan, pengumpulan data, analisis, pengolahan data, evaluasi hasil analisis dan publikasi. Secara umum lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam penyusunan Survei Persepsi Masyarakat terhadap Pembangunan Kota Bandung adalah sebagai berikut: a) Pengumpulan dan inventarisasi data primer dengan melakukan survei lapangan; b) Pemeriksaan ulang terhadap data dan informasi (dokumen hasil survei), validasi dan update terhadap kualitas pekerjaan penyusunan tersebut; c) Entri dan tabulasi data; d) Pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

3


BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Sejak tahun 2001 Indonesia telah mengimplementasikan desentralisasi fiskal, yang ditandai dengan diberikannya kewenangan lebih luas kepada daerah dalam menentukan kewenangan penerimaan maupun pengeluarannya. Desentralisasi fiskal diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan dalam pembangunan. Efisiensi dimaksud adalah dalam hal penggunaan sumber daya pembangunan dan meningkatkan kompetisi antar daerah. Hal ini sesuai dengan Tiebout (1956), dimana masingmasing pemerintah daerah akan memiliki kombinasi pajak-pengeluaran (tax-expenditure) yang berbeda-beda dalam rangka menyelenggarakan pembangunan sehingga konstituen lokal akan memilih berada pada tempat yang sesuai dengan preferensinya. Hal ini kemudian akan meningkatkan kompetisi pemerintah daerah untuk membatasi kekuatannya dalam memungut pajak (taxing power) dan pada saat yang bersamaan memaksimumkan upayanya dalam menyelenggarakan layanan publik. Menurut Oates (1986), salah satu keuntungan dari desentralisasi fiskal adalah lebih mendekatkan output pembangunan sesuai dengan keinginan masyarakat (tailoring output to the local tastes). Hal ini senafas dengan perencanaan pembangunan yang dianut di Indonesia yang mengkombinasikan perencanaan yang bersifat top down dan bottom up. Di negara-negara maju khususnya di Amerika dan juga di Eropa, survei persepsi pembangunan – diistilahkan dengan Citizen Survei – telah banyak dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan kualitas hidup masyarakat telah terjadi sebagai akibat dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Ukuran yang biasa digunakan adalah ukuran “Livability� atau kelayakan hidup masyarakat yang berakibat pada peningkatan kualitas hidupnya. National Research Center (NRC) di Amerika pada tahun 2014 menyusun suatu buku panduan mengenai Citizen survei khususnya terkait dengan bagaimana mengartikan dan memahami hasil survei yang dilakukan oleh Citizen Survei. Dalam Buku panduan tersebut dijelaskan bahwa kelayakan hidup masyarakat bisa dibangun berdasarkan 3 pilar utama yaitu (1) karakteristik masyarakat/komunitas, (2) tatakelola dan (3) partisipasi. Pemahaman mengenai karakteristik masyarakat dikaitkan dengan fasilitas yang melekat dan yang diperoleh masyarakat dalam pembangunan, serta desain dan peluang pembangunan yang berkontribusi pada kemampuan hidup dari masyarakat. Sementara itu pemahaman mengenai tatakelola dikaitkan dengan layanan yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat, termasuk didalamnya fungsi pemerintahan dan juga tingkat kepercayaan yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pemimpin pemerintahan. Adapun yang dimaksud dengan partisipasi pada Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

7


dasarnya lebih menekankan pada kualitas dari modal sosial (social capital) yang ada di masyarakat, seperti kedekatan antar masyarakat ketika melakukan berbagai aktivitas dan juga ketika menggunakan berbagai fasilitas dan layanan masyarakat. Menurut NRC ke-3 pilar kelayakan hidup (livability) tersebut kemudian bisa diamati dari 8 segi kehidupan yang ada di masyarakat, yaitu: -

Keselamatan

-

Mobilitas

-

Lingkungan alam

-

Lingkungan buatan

-

Ekonomi

-

Rekreasi dan kebugaran

-

Pendidikan dan pengayaan, serta

-

Keterlibatan masyarakat

Pemerintah mulai mengadopsi praktek-praktek citizen survei untuk merespon tuntutan warga (Coleman, 2004) dan praktek citizen survei merupakan implementasi dari Citizen Relationship Management (CiRM). Anttiroiko & Mälkiä (2007) mendefiniskan CiRM sebagai sebuah strategi yang dimungkinkan terimplementasi oleh teknologi dengan fokus kepada warga masyarakat, agar bisa mempertahankan dan mengoptimalkan hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, sehingga mampu mendorong terjadinya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Di negara-negara Eropa Citizen Survei dilakukan agar terjadi perubahan proses komunikasi antara warga dengan pemerintah daerahnya. Masyarakat menganggap mereka bukan hanya sekedar objek dari informasi yang diberikan oleh pemerintah – berupa pesan, kewajiban maupun larangan – akan tetapi masyarakat menjadi inti dari proses pembangunan, dimana masyarakat menginginkan peran dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik dan juga pembangunan secara umum – baik melalui penyampaian pendapat, komentar, maupun saran-saran perbaikan dalam pembangunan (Fil’a et al, 2015). Sehingga masyarakat bisa mempengaruhi perkembangan lingkungan kehidupan dimana mereka tinggal – sesuai dengan preferensi masyarakatnya. Penerapan model komunikasi 2 arah dari Shan et al (2015) banyak diterapkan dimana mereka menyatakan bahwa praktisi komunikasi perlu terlibat dengan masyarakat untuk menemukan tingkat pengetahuan, sikap, pola perilaku dan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, saluran komunikasi yang memfasilitasi dan mendengarkan berbagai umpan balik, partisipasi, dan dialog dianggap sebagai sumber daya utama dalam pembangunan – tidak hanya untuk memastikan bahwa suara publik didengar tetapi juga untuk

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

8


memberikan input substantif yang akan meningkatkan layanan informasi organisasi dan hasil komunikasi. Kannabiran et al. (2004) menyebutkan bahwa CiRM merupakan sebuah aktivitas yang berpusat kepada masyarakat (Citizen – Centric), dimana menurut Novontny (2010) CiRM merupakan peluang strategis untuk memanfaatkan proses dan teknologi agar pemerintah bisa melakukan proses delivery kepada warganya, melalui: 1. Memberikan keunggulan layanan dengan meningkatkan efisiensi layanan dan pengiriman informasi kepada warga. 2. Memberikan (jika memungkinkan secara hukum) pandangan pemerintah secara luas dari sudut pandang warga masyarkat. 3. Membangun dan memperkuat hubungan dan kerja sama antara pemerintah – warga masyarakatnya – pemangku kepentingan. 4. Mewujudkan efisiensi operasional dan keuangan dalam pembangunan. 5. Membantu membangun dan menjangkau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. 6. Bangun dan mengembangkan lingkungan yang mendorong terjadinya proses inovasi dalam pembangunan. Survei persepsi pembangunan di Kota Bandung merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kualitas pembangunan sekaligus mendekatkan pembangunan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Persepsi masyarakat dalam mengukur kinerja pembangunan dapat terbagi menjadi metode persepsi objektif dan persepsi subjektif. Dalam metode persepsi objektif, penilaian masyarakat dilakukan berdasarkan kriteria yang baku. Adapun dalam persepsi subjektif, kepuasan dan perasaan masyarakat merupakan aspek penting (Goharipur dan Karimi, 2011). Hasil dari survei mengenai persepsi masyarakat terhadap pembangunan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu penting pembangunan (Van Ryzn, 2007) dan digunakan sebagai sebagai bahan pengambilan kebijakan yang tepat untuk prioritisasi pembangunan di daerah, dalam hal ini Kota Bandung. Dengan memperhatikan dan mengadopsi hasil dari survei persepsi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan selanjutnya, terjadi peningkatan dalam peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh daerah terhadap masyarakat. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Allen dan Rao (2000) dan Myer (1997). Lebih lanjut, Miller dan Miller (2005) menyatakan “the six good reason” pentingnya melakukan citizen survei, yaitu: Untuk mengetahui kebutuhan masyarakat (resource allocation), untuk memandu perencanaan jangka panjang, untuk memandu perencanaan jangka pendek, untuk menilai komunikasi Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

9


dengan masyarakat, untuk mengevaluasi pelayanan terhadap masyarakat, dan untuk menentukan dukungan kebijakan. Beberapa kajian menggunakan pendekatan yang berbeda dalam melakukan penilaian persepsi konsumen. Salah satu yang biasa digunakan adalah dengan mengajukan pertanyaan terstruktur atau berdasarkan indikator kinerja.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

10


BAB 3 METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian/Kelitbangan Kajian ini dilaksanakan di Kota Bandung, yang meliputi 30 kecamatan. Jangka waktu penelitian adalah 3 bulan. Kerangka penelitian secara garis besar meliputi 3 poin penelitian, dengan tujuan masingmasing sebagai berikut: 1) Untuk mengidentifikasi karakteristik sosioekonomi dan demografi serta aktivitas masyarakat Kota Bandung di level kecamatan. 2) Untuk mendalami permasalahan objek yang merupakan top of mind berdasarkan informasi survei tahun lalu, dengan memfokuskan pada penilaian masyarakat terhadap perubahan kondisi objek yang bersangkutan selama 1 tahun terakhir di level kecamatan. 3) Untuk lebih mendalami dan mengerucutkan inti permasalahan pembangunan di Kota Bandung, dengan memberikan fokus perhatian pada upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung serta harapan masyarakat Kota Bandung akan perbaikan kondisi objek yang menjadi inti permasalahan pembangunan di masa yang akan datang.

3.2 Macam/Sifat Penelitian Pendekatan penelitian ini berdasarkan pendekatan survei menggunakan pendekatan kualitatif. Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan bahwa, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan variabel penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data Berdasarkan tujuan setiap tahapan penetitian di atas, pengumpulan data dilakukan dengan survei kepada masyarakat dan wawancara mendalam (focus group discussion (FGD)) kepada perwakilan pemerintah di Kota Bandung. Bagian berikut menjelaskan detil mengenai rencana pengumpulan data.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

11


3.3.1

Design Sampling

Untuk keperluan survei kepada masyarakat, pengumpulan data dilakukan menggunakan pendekatan design sampling dengan informasi sebagai berikut:  Target Populasi

: Rumah Tangga di Kota Bandung

 Kerangka Sampling

: Daftar RT / RW / Kelurahan / Kecamatan di Kota Bandung

 Unit Sampling

: Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT)

 Unit Analisis

: Rumah Tangga (Kepala Keluarga/ KK)

 Metode Sampling

: Multistage Random Sampling

 Metode Pengumpulan Data

: Observasi/Kuesioner/Wawancara

3.3.2

Prosedur Penentuan Sampling

Dalam menentukan sampel untuk survei ke masyarakat, perlu diketahui unit-unit sampling yang ada di tiap Kecamatan kemudian di tingkat Kelurahan dan di tingkat RW. Adapun prosedur dari desain multistage random sampling adalah sebagai berikut: 1) Pada tingkat kecamatan seluruh kecamatan yang ada di Kota bandung di teliti (Stratifikasi) 2) Pada tahap pertama (Stage 1) di setiap kecamatan di pilih secara acak unit sampling primer (RW) 3) Pada tahap kedua (Stage 2) pada RW terpilih dipilih secara acak unit sampling sekunder (KK). 4) Responden adalah KK yang terpilih pada tahap kedua. Adapun untuk keperluan FGD, penentuan perwakilan pemerintah yang akan hadir dalam FGD tersebut diperoleh melalui penyebaran undangan oleh Diskominfo Kota Bandung kepada dinas/instansi relevan di Kota Bandung dan kepada perwakilan dari pemerintah di masing-masing kecamatan. 3.3.3

Prosedur Pengambilan Sampling

Dalam rangka survei, besarnya ukuran sampel ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu: aspek non statistis meliputi biaya, waktu dan ketersediaan unit, dan aspek statistik meliputi tujuan penelitian, metode sampling, alat analisis, tingkat kepercayaan, dan margin of error. Dalam survei ini secara statistik dapat dijelaskan bahwa tujuan penelitiannya adalah menentukan rata-rata, dengan metode sampling multistage random sampling, dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error sebesar B maka rumus ukuran sampel untuk banyak RW (unit sampling primer) adalah sebagai berikut

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

12


N h2 S h2  2 h 1 M h wh L

n

2

 B  2 L N h S h2   N   2 Z h 1 M h  /2 

Dimana: N

: Banyaknya unit sampling primer dalam populasi

Nh

: Banyaknya unit sampling primer tiap Kecamatan

S2h

: Varians antar unit sampling primer tiap Kecamatan

L

: Banyak Kecamatan

Zα/2 : Nilai persentil (1 - α) Normal Baku α

: Tingkat kekeliruan

B

: Margin of error

wh

: Bobot tiap kecamatan

Varians antar unit sampling primer tiap kecamatan diperoleh dari penelitian sebelumnya. Kemudian sampel di alokasi ke tiap Kecamatan secara proporsional. Selanjutnya menentukan ukuran sampel banyak KK (unit sampling sekunder) dengan rumus pendekatan design effect dengan rumus sebagai berikut

m  deff * mSRS mSRS 

MS 2 2

 B    M  S 2 Z  /2 

Dimana: M

: Banyaknya unit sampling sekunder dalam populasi

S2

: Varians populasi

Zα/2 : Nilai persentil (1 - α) Normal Baku Α

: Tingkat kekeliruan

B

: Margin of error

Kemudian sampel di alokasi ke tiap Kecamatan secara proporsional

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

13


3.3.4

Teknik Pengumpulan Data

Dalam survei ini data dikumpulkan melalui wawancara yang beracuan pada sebuah daftar pertanyaan (kuesioner). Relevan dengan maksud dan tujuan pada bagian sebelumnya, survei dilaksanakan dalam 1 (satu) gelombang. Teknis survei dilakukan dengan cara pewawancara membacakan pertanyaanpertanyaan di dalam kuesioner dan mencatatkan jawaban yang diberikan oleh responden untuk kemudian diinput menggunakan perangkat Kobotoolbox. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner secara garis besar meliputi: 1) Informasi umum a. Sosioekonomi dan demografi responden: alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan b. Aktivitas media sosial dan pengetahuan sarana pengaduan permasalahan pembangunan c. Pengetahuan mengenai visi dan misi pembangunan Kota Bandung

2) Penilaian responden terhadap 10 permasalahan utama pembangunan di Kota Bandung a. Penilaian terhadap situasi eksisting permasalahan utama pembangunan dibandingkan dengan kondisinya pada satu tahun yang lalu b. Penilaian terhadap perubahan upaya yang telah dilakukan pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi permasalahan utama pembangunan c. Penilaian terhadap efektivitas upaya yang telah dilakukan pemerintah Kota Bandung pada permasalahan utama pembangunan d. Penilaian terhadap best practice/ masalah eksisting di tempat lain

3) Usulan penanganan 10 permasalahan utama pembangunan a. Penyebab dan usulan penangan serta upaya yang telah dilakukan pemerintah yang dianggap efektif menyelesaikan 10 permasalahan pembangunan yang paling mendesak. b. Kesesuaian upaya pemerintah dengan harapan responden dan kepuasan responden terhadap upaya yang dilakukan.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

14


Pertanyaan-pertanyaan di atas pada umumnya merupakan pertanyaan yang bersifat evaluatif. Jawaban atas pertanyaan tersebut dikelompokkan menjadi tujuh kategori berurut sebagai berikut: 

Penilaian terhadap kondisi objek yang menjadi permasalahan pembangunan: jauh memburuk, memburuk, sedikit memburuk, sama, sedikit membaik, membaik, jauh membaik



Penilaian terhadap upaya eksisting pemerintah dalam menangani permasalahan tersebut: sangat buruk, sedikit buruk, buruk, sama, sedikit baik, sedikit baik, sangat baik

Selain survei terhadap masyarakat, kajian ini juga berusaha mengidentifikasi penilaian perwakilan instansi pemerintah sebagai salah satu bentuk penilaian diri sendiri (self-assessment) dalam mengatasi permasalahan eksisting pembangunan di Kota Bandung serta untuk menangkap informasi mengenai usulan dan inovasi dari instansi yang bersangkutan. Terkait hal tersebut dilakukan FGD dengan perwakilan pemerintah di level dinas/instansi Kota Bandung dan level kecamatan dengan fokus bahasan sebagai berikut: a) Permasalahan utama pembangunan (10 dari 15) yang muncul pada tahun lalu dan masih ada hingga saat ini b) Response terhadap penilaian masyarakat mengenai permasalahan top mind c) Pengetahuan mengenai program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah Kota Bandung dalam upaya mengatasi permasalahan eksisting d) Penilaian terhadap keberhasilan program relevan dengan permasalahan eksisting pembangunan e) Usulan dan inovasi untuk mengatasi permasalahan pembangunan sesuai dengan kewenangan instansi bersangkutan.

3.4 Teknik Analisis Kajian ini menggunakan analisis deskriptif dengan mengemukakan fakta berdasarkan hasil tabulasi pengolahan data yang dikumpulkan melalui wawancara. Diantara seluruh pertanyaan, terdapat yang menggunakan bobot untuk mengonfirmasi pentingnya aspek yang bersangkutan. Sebagai contoh, pertanyaan mengenai permasalahan utama di kota Bandung bersifat mengurutkan (ranking) permasalahan tersebut. Untuk memperoleh urutan yang valid maka dilakukan proses pembobotan sebagai berikut terhadap setiap permasalahan yang ditanyakan: 1.) Kalikan jumlah setiap permasalahan dengan bobot yang sesuai, yaitu: Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

15


-

Urutan ke-1 diberi bobot 5

-

Urutan ke-2 diberi bobot 4

-

Urutan ke-3 diberi bobot 3

-

Urutan ke-4 diberi bobot 2

-

Urutan ke-5 diberi bobot 1

2.) Jumlahkan perkalian bobot dan jumlah responden untuk setiap permasalahan yang ada 3.) Ranking berdasarkan jumlah yang terbesar 4.) Ambil 5 angka terbesar untuk dijadikan sebagai 5 permasalah utama di Kota Bandung tahun 2019

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

16


BAB 4 INSTRUMEN KAJIAN 4.1 Daftar Data yang Diperlukan Data inti yang diperlukan adalah dalam mengetahui persepsi masyarakat terhadap kualitas pembangunan Kota Bandung adalah: 

Karakteristik rumah tangga: umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lokasi tinggal, pekerjaan, aktivitas, akses terhadap media sosial



Pengetahuan terhadap program pembangunan di Kota Bandung dan layanan aduan di Kota Bandung serta aksesnya



Permasalahan pembangunan di Kota Bandung

4.2 Daftar Sumber Data/Narasumber/Responden Responden adalah 6.000 penduduk Kota Bandung dan 30 orang perwakilan pemerintahan di Kota Bandung dan kecamatan di Kota Bandung.

4.3 Pedoman Wawancara Pedoman wawancara menggunakan kuesioner terstruktur per gelombang dan diinput dengan menggunakan software kobotoolbox. Keunggulan penggunaan software ini adalah lebih efisien dari sisi waktu karena enumerator memungkinkan menginput hasil suvey dapat dilakukan secara real time karena terkoneksi langsung dengan software pengolah data. Selain itu, software ini memungkinkan tracking GPS sehingga bagi survei longitudinal dengan responden yang sama akan sangat berguna.

4.4 Pedoman Survei Pedomen survei dilakukan berdasarkan hasil pada survei tahun lalu mengenai persepsi pembangunan di Kota Bandung.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

17


4.5 Daftar Pertanyaan Daftar pertanyaan terlampir sesuai dengan kuesioner.

4.6 Alat Yang Diperlukan Dalam Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan dengan mendatangi responden secara langsung. Alat yang digunakan adalah telepon genggam untuk mengakomodir penggunaan software kobotoolbox.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

18


BAB 5 HASIL DAN ANALISIS 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil survei dari 6000 rumah tangga di Kota Bandung, didapatkan responden yang relatif seimbang antara responden laki-laki dengan perempuan, dengan perbandingan 54,8% laki-laki (sebanyak 3287 orang) dan 45,2% perempuan (atau sebanyak 2713 orang) seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.1. Usia Rata-rata responden adalah 42,47 tahun dengan usia termuda responden 14 tahun sedangkan usia tertua responden adalah 85 tahun. Standar deviasi dari usia responden adalah 13,31 tahun. Gambar 5.1 Jumlah Responden Berdasarkan Gender

(54,8%) (45,2%)

Sumber: Hasil Survei (2019)

Berdasarkan kohortnya, responden terbanyak laki-laki berada pada rentang 40 – 49 tahun, sedangkan untuk perempuan berada pada rentang 34 – 44 tahun. Secara umum baik responden laki-laki maupun responden perempuan mengikuti pola distribusi normal, dengan kata lain hasil perhitungan metode sampling yang dihasilkan telah valid mewakili populasi, dan jumlah serta komposisi sampling yang dihasilkan sudah sesuai seperti apa yang diharapkan. Adapun sebaran jumlah responden per kecamatan ditunjukkan seperti pada gambar 5.3, dimana jumlah responden di masing-masing kecamatan didapat berdasarkan rumus sampling dengan menggunakan multistage random sampling. Sample terbesar ada di Kecamatan Bandung Kulon dan juga Kecamatan Babakan Ciparay, sempentara jumlah responden terkecil ada di Kecamatan Cinambo dan juga Kecamatan Bandung Wetan. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

19


Gambar 5.2. Responden Menurut Kelompok Umur 500 400 300 200 100 0

< 15 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70- 74 75 - 79 80 - 84

-100

Laki-laki

Perempuan

Poly. (Laki-laki)

>84

Poly. (Perempuan)

-200

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.3 Responden Menurut Kecamatan 350 330 330 307

Frequency

300 250 200 150 100

Percent

6

309 295

211 207 186 180

280 250

258 237

245

211

201

200

5

179187 168

178

172

4 183

144

132 95

95

90 61

3 2

79

50

1

0

0

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

20


Diantara responden yang diwawancara, mayoritas atau 5338 orang merupakan etnis Sunda atau merepresentasikan 89% dari total responden seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.4 . Sementara itu etnis non-Sunda yang bukan Campuran yang berpartisipasi dalam survei ini adalah 373 orang atau sebanyak 6,2%. Adapun etnis Campuran berjumlah 289 orang atau hanya 4,8% dari total interviewee. Sebagian besar dari jumlah responden yang disurvei merupakan masyarakat Kota Bandung yang memiliki KTP Kota Bandung, yaitu sebanyak 5832 orang atau lebih dari 96% dari total responden, sedangkan sisanya bukan penduduk Kota Bandung atau penduduk Kota Bandung yang belum memilki KTP. Gambar 5.4 Etnis Responden 6000

5338

5000 4000 3000 (89%)

2000 1000

373

289

(6,2%)

(4,8%)

0 Sunda

Non-Sunda

Campuran

Sumber: Hasil Survei (2019) Gambar 5.5 Kepemilikan KTP Kota Bandung 7000 6000

5832 (97,2%)

5000 4000 3000 2000 1000 168 (2,8%) 0 Ya

Tidak

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

21


Sebagian besar dari masyarakat yang menjadi responden pada survei ini merupakan penduduk Kota Bandung yang sudah tinggal di Bandung lebih dari 20 tahun. Jumlah responden yang telah tinggal di Bandung lebih dari 30 tahun ada sebanyak 4024 orang atau sebesar 67,07% dari total responden (dengan rincian 36,72% laki-laki dan sisanya sebesar 30,35% perempuan), sedangkan jumlah responden yang telah tinggal di Kota Bandung antara 21 – 30 tahun ada sebanyak 1231 orang, dengan rincian 11,37% laki-laki dan 9,15 % lainnya adalah responden perempuan. Gambar 5.6 Responden Berdasarkan Lama Tinggal 40.00%

36.72%

35.00% 30.35%

30.00% 25.00% Laki-Laki

20.00%

Perempuan

15.00%

11.37% 9.15%

10.00% 4.77%

5.00% 0.88%

0.78%

1.05%

4.15%

0.78%

0.00% 1-5

6 - 10

11 - 20

21 - 30

> 30

Sumber: Hasil Survei (2019)

Sedangkan dari sisi pendidikan yang ditamatkan sebagian besar jumlah responden berpendidikan SMA/SMK (sebesar 50% dari responden atau 2997 orang), dan pendidikan SMP (sebesar 19,5% atau sebanyak 1171 orang). Sebagian besar responden yang tidak memiliki ijazah berasal dari responden perempuan, sementara itu semakin tinggi tingkat pendidikan responden biasanya berasal dari responden berjenis kelamin laki-laki, seperti yang ditunjukkan seperti pada gambar 5.8. Berdasarkan gambar tersebut ada kecenderungan bahwa responden laki-laki memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan responden perempuan. Sementara itu berdasarkan sebaran pendidikan responden dmasing-masing kecamatan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.9 terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang menjadi responden survei persepsi masyarakat terhadap pembangunan Kota Bandung tahun 2019 di masing-masing kecamatan memiliki pendidikan terakhir di tingkat SMA/SMK – kecuali di Kecamatan Gedebage, dimana responden terbesarnya memiliki ijazah terakhir ditingkat pendidikan S1 atau sarjana. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

22


Gambar 5.7 Pendidikan Terakhir Responden 3500

60 2997

3000

50

50 %

2500

Jumlah

Persen

40

2000 30 1500

1171

1000

20

19.5 %

741

611

12.4 %

392

500 0

10

10.2 % 6.5 %

52

35

0.9 %

Tidak Memiliki Ijazah

1 0.6 %

SD

SMP

SMA/SMK Diploma (I/II/III)

S1

S2

0

0

S3

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.8 Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan Gender Laki-laki S3

Perempuan 1

0

S2

25

10

S1

417

194

Diploma (I/II/III)

235

157

SMA/SMK

1749

1248

SMP

528

SD

643

316

Tidak Memiliki Ijazah

425

16

0%

20%

36

40%

60%

80%

100%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

23


Gambar 5.9 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Responden

Daerah Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Tidak Memiliki Ijazah 0.30% 2.73% 2.93% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.41% 0.00% 0.00% 2.81% 0.00% 6.97% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.65% 0.00% 1.11% 0.78% 0.00% 0.00% 0.00% 1.16% 0.00% 2.40% 0.00% 0.00% 0.87%

SD 37.58% 18.48% 10.75% 11.37% 17.74% 13.53% 2.78% 13.19% 9.80% 6.00% 1.05% 10.11% 8.42% 9.45% 4.92% 3.35% 1.60% 10.71% 8.74% 8.81% 1.11% 27.13% 10.97% 5.06% 13.74% 4.65% 12.14% 9.60% 2.19% 37.12% 12.35%

SMP 23.64% 21.52% 27.04% 17.54% 23.66% 24.64% 15.00% 38.19% 12.24% 17.00% 2.11% 18.54% 12.63% 22.39% 21.31% 30.73% 6.95% 29.17% 11.33% 16.95% 16.67% 33.72% 22.78% 8.86% 16.59% 11.05% 18.21% 12.80% 14.75% 20.45% 19.52%

SMA/SMK

Diploma (I/II/III)

29.09% 42.73% 47.23% 53.55% 41.94% 50.24% 58.33% 45.83% 57.14% 55.50% 27.37% 41.57% 50.53% 37.81% 54.10% 62.57% 51.87% 50.00% 59.22% 60.34% 55.56% 35.66% 53.16% 74.68% 44.55% 50.00% 52.86% 53.20% 80.87% 38.64% 49.95%

1.82% 7.27% 4.56% 8.06% 10.22% 5.31% 6.67% 0.69% 10.61% 7.00% 16.84% 3.37% 5.26% 11.44% 4.92% 2.23% 11.76% 4.76% 7.77% 6.78% 4.44% 1.16% 6.33% 2.53% 12.80% 7.56% 6.79% 11.20% 1.09% 3.03% 6.53%

S1 7.27% 6.97% 6.51% 8.53% 6.45% 5.31% 12.22% 1.39% 9.39% 14.50% 51.58% 23.03% 22.11% 11.44% 14.75% 1.12% 26.74% 5.36% 12.30% 6.44% 21.11% 1.55% 6.75% 8.86% 11.85% 22.67% 10.00% 10.00% 1.09% 0.76% 10.18%

S2

S3

0.30% 0.30% 0.98% 0.95% 0.00% 0.97% 5.00% 0.69% 0.41% 0.00% 1.05% 0.00% 1.05% 0.50% 0.00% 0.00% 1.07% 0.00% 0.00% 0.68% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.47% 2.91% 0.00% 0.80% 0.00% 0.00% 0.58%

0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.56% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.02%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

24


Dari sisi status responden dalam rumah tangga, sebagian besar masyarakat yang menjadi responden berstatus sebagai kepala rumah tangga (KRT), dengan jumlah sebanyak 2962 orang (atau sebanyak 49,4% dari total responden). Sementara responden yang berstatus sebagai pasangan kepala keluarga berjumlah 2319 orang (atau sebanyak 38,7%), sedangkan responden sisanya berstatus anak (11,6%) atau lainnya (0,4%) – seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.10.. Gambar 5.10 Status Dalam Rumah Tangga 3500

60 2962

3000

50

49.4%

2319

2500

Jumlah

38.7%

40

Persen

2000 30 1500 20

1000

695 11.6%

500

10 24

0

0

0.4%

Kepala Rumah Tangga

Pasangan Kepala Rumah Tangga (Suami/Istri)

Anak

Lainnya

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.11 Pekerjaan Responden 1200

18 956

1000

16

15.9%

Frequency

Percent

858 14.3%

14

800

12 10

600 400 200

466 7.8%

401 6.7% 194

8 6 223

3.2%

3.7%

168

4 2.8%

114 1.9%

22 0.4%

0 PNS

Wirausaha (omzet < 5jt/bln)

Wirausaha (omzet 5jt 25jt /bln)

Wirausaha (omzet > 25jt/bln)

2 0

Buruh

Pekerja Sosial Karyawan Swasta

Ojek/Ojek Online/Taksi Online

Lainnya

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

25


Gambaran karakteristik jenis pekerjaan masyarakat responden ditunjukkan seperti pada gambar 5.11 dimana sebagian besar dari responden memiliki pekerjaan sebagai wirausaha yang memiliki omzet perbulan kurang dari 5 juta dan karyawan swasta, dengan rincian masing masing sebesar 956 orang (15,9%) dan 858 orang (14,3%). Responden ketiga terbesar memiliki jenis pekerjaan sebagai buruh, yaitu sebesar 466 orang (atau sebesar 7,8%). Sementara responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS tercatat sebanyak 3,2% saja atau sebanyak 194 orang, sedangkan responden yang memiliki pekerjaan sebagai wirausaha yang beromzet 5 – 25 juta dan lebih dari 25 juta sebulan tercatat sebanyak masing-masing 401 orang (6,7%) dan 22 orang (0,4%). Jika dilihat dari sektoralnya, maka pekerjaan masyarakat yang menjadi responden dari survei pembangunan masyarakat Kota Bandung tahun 2019 ini lebih banyak bergerak di sektor perdagangan dan juga sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan. Persentase dari kedua jenis pekerjaan tersebut mencapai angka 45,7%, dimana sebesar 32,7% (atau 1963 orang) bekerja pada sektor perdagangan dan sebanyak777 orang lainnya (atau sebanyak 13%) bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan. Sementara jumlah responden yang bekerja di sektor industri pengolahan dan sektor transportasi dan pergudangan tercatat sebesar masing-masing sebanyak 536 orang (8,9%) serta 519 orang lainnya (8,7%) bekerja di sektor transportasi dan pergudangan. Gambaran pekerjaan responden berdasarkan jenis sektor perekonomian di tunjukkan seperti pada gambar 5.12 di bawah ini. Gambar 5.12 Sektor Perekonomian Yang Menjadi Sumber Pendapatan Rumah Tangga

2500

35.0 1963

2000

30.0 25.0 Jumlah

1500

Persen

1000

777 536

500 17

5

41

32

40

19

31

519

436 72

183

0

141 183

301

93

20.0 15.0 611

10.0 5.0 0.0

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

26


Sebagian besar dari masyarakat yang menjadi responden di tahun 2019 memiliki rata-rata pengeluaran rumah tangga dalam sebulan berada pada rentang 2 – 5 juta. Persentase rumah tangga yang memiliki pengeluaran pada rentang tersebut tercatat sebanyak 38,6% untuk rentang pengeluaran 2 – 3 juta perbulan (atau sebanyak 2318 orang responden), sedangkan 30,2% lainnya (yaitu sebanyak 1810 orang responden) memiliki pengeluaran rumah tangga dalam rentang 3 – 5 juta sebulan, seperti yang digambarkan pada gambar 5.13. Jika dibandingkan dengan UMK Kota Bandung tahun 2019 yang sebesar Rp. 3,3 juta maka sebagian besar, yaitu sebanyak 3748 orang atau 62,47% responden, memiliki pengeluaran di bawah UMK Kota Bandung 2019. Bahkan ada sebanyak 513 responden (8,55%) yang memiliki pengeluaran per bulan kurang dari setengah UMK Kota Bandung tahun 2019, dengan rincian 6,4% atau sebanyak 386 responden memiliki pengeluaran antara 1 – 1,5 juta sebulan, sedangkan 116 dan 11 responden lainnya (atau masing-masing sebanyak 1,9% dan 0,2%) memiliki pengeluaran antara 500 ribu hingga 1 juta rupiah sebulan dan kurang dari 500 ribu sebulan. Sementara itu Jumlah responden yang memiliki pengeluaran di atas 5 juta sebulan tercatat sebanyak 442 orang responden atau sebanyak 7,4% dari total responden yang ada. Adapun rincian responden tersebut adalah sebanyak 412 responden (sebanyak 6,9%) memiliki pengeluaran dalam rentang 5 – 10 juta sebulan, sedangkan 30 orang responden lainnnya (0,5%) memiliki pengeluaran diatas 10 juta sebulan. Gambar 5.13 Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan

2500

45.0

2318

40.0 2000

35.0

1810 Jumlah

Persen

30.0

1500

25.0 20.0

917

1000

15.0

11

10.0

412

386

500 116

30

0

5.0 0.0

< 500.000

500.001 1.000.000

1.000.001 1.500.000

1.500.001 2.000.000

2.000.001 3.000.000

3.000.001 5.000.000

5.000.001 10.000.000

> 10.000.001

Sumber: Hasil Survei (2019) Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

27


5.2 Mobilitas, Aksesibilitas Media dan Sosial Media Ukuran seberapa besar mobilitas responden di Kota Bandung tahun 2019 ditunjukkan oleh jumlah bepergian (trip) yang dilakukan oleh responden dalam 1 minggu. Jumlah trip yang dilakukan oleh responden di gambarkan seperti pada gambar 5.14. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa mayoritas atau sekitar 45,4% responden atu sebanyak 2722 orang responden. Sedangkan jumlah responden yang melakukan bepergian kurang dari 10 trip dalam seminggu tercatat sebanyak 2271 orang atau sebanyak 37,9%. Sedangkan 16,8% sisanya (atau sebanyak 1007 responden) melakukan perjalanan lebih dari 20 trip dalam seminggu. Gambar 5.14 Jumlah Trip Per Minggu 3000

50.0

2722

45.0

45.4%

2500

2271

40.0

37.9%

Jumlah

Persen

2000

35.0 30.0

1500

25.0 1007

1000

16.8%

20.0 15.0 10.0

500

5.0 0

0.0 < 10 trip

10 - 20 trip

> 20 trip

Sumber: Hasil Survei (2019) Trip antara 10 hingga 20 kali perminggu menunjukkan peningkatan trend yang searah dengan usia, namun memuncak pada usia prima bekerja yaitu 40-44 tahun. Setelah itu kecenderungannya menurun. Pada kelompok trip di atas 20 kali perminggu, kelompok penduduk dengan mobilitas paling tinggi adalah usia muda, yaitu 20-24 tahun yaitu para mahasiswa dan penduduk pekerja yang berumur 35 – 39 tahun dan pada rentang umur 45 – 49 tahun. Kemacetan yang terjadi di Kota Bandung membuat masyarakat lebih memilih jenis kendaraan motor dibandingkan dengan moda lainnya (lihat gambar 5.16 dan gambar 5.18). Fleksibilitas motor dianggap menjadi salah satu solusi utama untuk bepergian di Kota Bandung agar terhindar dari kemacetan dan sekaligus menghemat biaya transportasi, sehingga motor menjadi alternatif paling rasional untuk melakukan perjalan di Bandung.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

28


Gambar 5.15 Jumlah Trip Per Minggu Berdasarkan Kohort 100%

0

0

4

90%

99

101 34

146

119

132

91

41

62

24

1

4

0

152 18

80% 1 144

70%

68

204

325 382

60% 274

284

340

376

54

50%

1 248 7

21

40% 52

30% 212

1

20%

284 40

156

180

205

295 270

122

10% 0%

303

123

0

< 15 15 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 69 70- 74 75 - 7980 - 84 >84

< 10 trip

10 - 20 trip

> 20 trip

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.16 Moda Kendaraan Yang Paling Sering Digunakan 4500

80.0

4179

4000

70.0

69.7%

3500

60.0

3000

50.0

2500

Jumlah

Persen

40.0

2000 1500 1000

30.0 1042

20.0

17.4%

315

500 29 0

5.3%

237

4.0%

3

0.5% Angkot

Bus Sepeda motor Mobil pribadi TMB/Kereta pribadi

Ojek / Ojek Online

0.1%

Taksi / Taksi Online

38

0.6%

Kendaraan kantor

10.0

157 2.6%

0.0

Lainnya

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

29


Gambar 5.17 Jumlah Trip Per Minggu Berdasarkan Kecamatan Daerah Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

< 10 trip 10 - 20 trip 185 110 158 132 97 147 98 100 69 114 95 80 18 137 72 60 91 69 90 65 17 77 74 46 45 44 91 72 39 20 30 92 6 44 78 73 193 98 51 212 20 36 77 103 35 137 0 70 64 96 21 137 138 118 188 61 29 147 102 25 2271 2722

> 20 trip 35 40 63 13 3 32 25 12 85 45 1 58 6 38 2 57 137 17 18 32 34 78 65 9 51 14 24 1 7 5 1007

Sumber: Hasil Survei (2019) Berdasarkan gambar 5.17. terlihat bahwa warga di Kecamatan Antapani cenderung melakukan perjalan per minggu lebih banyak dibandingkan warga Kota Bandung di Kecamatan lainnya – sebagian besar responden, sebanyak 73,2%, yang ada di Kecamatan Antapani melakukan perjalanan lebih dari 20 trip perminggu – diikuti oleh warga Kecamatan Buah Batu dan Kecamatan Andir. Sementara warga Kecamatan Kiaracondong, Sukajadi, Bandung Kulon dan juga Babakan Ciparay melakukan perjalanan selama seminggu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan warga di kecamatan lainnya.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

30


Gambar 5.18 Jumlah Trip Per Minggu dan Jenis Moda Yang Digunakan 18 49

Lainnya

90

15 22

Kendaraan kantor

1 0 1

Taksi / Taksi Online

> 20 trip

2 21

Ojek / Ojek Online

10 - 20 trip

< 10 trip

104

112

90

Mobil pribadi

75

150 798

Sepeda motor pribadi

1353

2028

3 9

Bus TMB/Kereta

17 62

Angkot 0

359

500

621

1000

1500

2000

2500

Gambar 5. 19 hingga gambar 5.21 menggambarkan bagaimana kepemilikan dan penggunaan jenis medsos yang paling banyak digunakan oleh masyarakat yang menjadi responden survei persepsi pembangunan Kota Bandung tahun 2019. Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden memiliki akun media sosial, sebanyak 73,9% dari total responden sebanyak 6000 orang. WhatsApp dan Facebook merupakan dua medsos yang paling sering digunakan oleh para responden dibandingkan dengan medsos-medsos lainnya.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

31


Gambar 5.19 Kepemilikan Akun Media Sosial 5000

80.0 4435

4500

73.9%

70.0

4000 Jumlah

3500

60.0

Persen

50.0

3000 2500

40.0

2000 1500

30.0

26.1%

1565

20.0 1000 10.0

500 0

0.0 Ya

Tidak

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.20 Urutan Pertama Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan 4500 4000

70.0 3948 60.0

65.8%

3500 50.0

3000

40.0

2500 2000

Jumlah

30.0

Persen

1500

20.0

1000 500

160

2.7%

174

2.9%

144

10.0 2.4%

0 WhatsApp

Line

Facebook

Instagram

8

0.1%

E-mail

1

0.0

0.0

Telegram

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

32


Gambar 5.21 Urutan Kedua Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan 1904

2000

35.0

31.7

1800

30.0

1600

Jumlah

1400

Persen

1200

20.0

989

1000

16.5 11.8

600

200

15.0

709

800

400

6.4

4.9

121

10.0

382

291

5.0 34

5

2.0

0

0.1 Cuma 1 Medsos

WhatsApp

Line

25.0

Facebook

Instagram

E-mail

Telegram

0.6 0.0 Lainnya

Sumber: Hasil Survei (2019) Pola pengguna medsos terjadi pada kelompok umur 15 – 19 tahun dan terus meningkat hingga kelompok umur 35 – 39 tahun. Pengguna medsos terbesar dari masyarakat yang menjadi responden studi ini berasal dari kelompok umur 35 – 49 tahun. Kelompok ini menggunakan medsos selain untuk bekerja juga untuk melakukan sosialisasi. Begitu pun pengguna medsos terbanyak pertama dan kedua – yaitu WhatsApp dan Facebook – juga berasal dari kelompok umum 35 – 49 tahun. Pengguna medsos cenderung menurun sejalan dengan bertambahnya umur ketika sudah berumur 39 tahun.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

33


Gambar 5.22 Urutan Pertama Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan Berdasarkan Kohort 800 700 600 500 400 628

300 430

200

365

595

WhatsApp

Line

Facebook

Instagram

E-mail

Telegram

552

459 404

226

100

138 79

0

53

2

< 15

10

5

1

15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70- 74 75 - 79 80 - 84

0

>84

Sumber: Hasil Survei (2019) Gambar 5.23 Urutan Kedua Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan Berdasarkan Kohort 800 700 600 500 Hanya WhatsApp Line Instagram Telegram

400

WhatsApp Facebook E-mail Lainnya

300 200 100 0

< 15

15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70- 74 75 - 79 80 - 84

>84

Sumber: Hasil Survei (2019) Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

34


Akses Responden terhadap berita yang berasal dari TV, koran/majalah dan juga situs online dijelaskan pada gambar 5.24 dan 5.25 di bawah ini. Terlihat bahwa informasi terkait berita banyak didapat dari menonton TV, dengan frekuensi menonton setiap hari atau kurang dari 3 kali. Pola yang sama juga ditunjukkan untuk sumber berita yang berasal dari media online. Saat ini masyarakat Kota Bandung yang menjadi responden sudah sangat jarang untuk membaca koran/majalah sebagai sumber berita. Sebagian besar responden yang membutuhkan informasi berita – baik dari sumber TV, koran/majalah, dan juga berita online – adalah laki-laki. Responden laki-laki cenderung menonton berita selama 3 – 7 kali dalam seminggu, sementara untuk perempuan lebih dominan hanya menonton berita di TV selama kurang dari 3 kali. Pola yang sama juga terjadi untuk berita yang bersumber dari berita online – meskipun untuk informasi dari berita on line masih banyak masyarakat yang tidak membuka situs berita online. Berdasarkan gambar 5.25 terlihat bahwa masyarakat mulai meninggalkan koran/majalah dalam mengakses berita. Gambar 5.24 Frekuensi Responden Menonton Televisi Berita, Korang/Majalah dan Berita Online Dalam Seminggu

Tidak Menonton/Baca/Buka

Lebih dari 7 kali Surat Kabar/Majalah Berita Online TV Pembangunan 3 - 7 kali

Kurang dari 3 kali

0

1000

2000

3000

4000

5000

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

35


Gambar 5.25 Frekuensi Responden Menonton Televisi Berita, Koran/Majalah dan Berita Online Dalam Seminggu Berdasarkan Gender 3500

Kurang dari 3 kali

3 - 7 kali

Lebih dari 7 kali

Tidak Menonton/Baca/Buka

3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Laki-laki

Perempuan

Berita TV

Laki-laki

Perempuan

Koran/majalah

Laki-laki

Perempuan

Berita Online

Sumber: Hasil Survei (2019) Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) adalah layanan pengaduan pelayanan publik yang dapat diakses melalui situs www.lapor.go.id merupakan layanan aduan berskala nasional yang telah terbentuk lebih dari 5 tahun lalu. Di Kota Bandung, layanan aduan lapor.go.id diketahui oleh sekitar 580 orang atau 9,3% dari seluruh responden. Adapun yang tidak mengetahui adalah 5.420 responden sebagaimana terlihat pada Gambar 5.26 berikut ini. Selain website www.lapor.go.id, aduan LAPOR disampaikan melalui SMS 1708. Namun demikan akses ini lebih sedikit diketahui oleh masyarakat, yaitu 323 orang atau 5,4% total responden sebagaimana terlihat pada Gambar 5.27. Untuk menangani pasien kritis yang sulit menjangkau fasilitas kesehetan, pemerintah Kota Bandung meluncurkan Program Layanan “Layad Rawat�. Program ini merupakan layanan untuk menjemput pasien yang kritis untuk diberikan penanganan dan obat-obatan di rumah. Layanan ini tersedia melalui telepon ke 199 (Bandung Emergency Service) atau twitter @119bgdemergency. Dibanding platform layanan publik LAPOR, Layad Rawat lebih banyak diketahui oleh responden, dimana sektiar 818 orang atau 13,6% responden (Gambar 5.29). Adapun diantara 4 layanan publik yang ditanyakan, layanan terbanyak yang diketahui oleh responden adalah Pemadam Kebakaran, yaitu oleh 2.893 orang atau 48,2% total responden sebagaimana terlihat pada Gambar 5.29.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

36


Gambar 5.26 Pengetahuan Responden Terhadap Layanan www.lapor.go.id 6000

5420 (90,3%)

5000 4000 3000 2000 1000

580 (9,7%)

0 Ya

Tidak

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.27 Pengetahuan Responden Terhadap Layanan SMS 1708 6000

5677(94,6%)

5000 4000 3000 2000 1000 323 (5,4%) 0 Ya

Tidak

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

37


Gambar 5.28 Pengetahuan Responden Terhadap Layanan Layad Rawat 6000 5182(86,4%) 5000 4000 3000 2000 1000

818 (13,6%)

0 Ya

Tidak

Sumber: Hasil Survei (2019) Gambar 5.29 Pengetahuan Responden Terhadap Layanan Pemadam Kebakaran 3150 3108 (51,8%) 3100 3050 3000 2950 2900

2892 (48,2%)

2850 2800 2750 Ya

Tidak

Sumber: Hasil Survei (2019)

Ketidaktahuan responden terhadap berbagai layanan publik yang tersedia di Kota Bandung baik yang merupakan layanan berbasis nasional ataupun yang secara spesifik dimiliki Pemerintah Kota Bandung merupakan faktor utama tidak dimanfaatkannya layanan publik tersebut oleh responden. Pada Gambar 5.30 terlihat bahwa dari 6.000 responden, sekitar 2.934 orang atau hampir setengah dari responden yang tidak memanfaatkan layanan publik akibat tidak mengetahui keberadaan layanan Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

38


tersebut. Responden yang merasa bahwa tidak ada yang harus dilaporkan mencakup 2.352 orang atau 42,2%. Adapun yang merasa bahwa laporan tidak akan terbantu adalah 40 orang atau hanya 0,7%. Selain layanan aduan di atas, masyarakat juga memiliki preferensi layanan melalui jalur lain. Dari sekitar 5.571 responden yang memiliki preferensi lain jalur aduan, mayoritas atau 80% responden (4.764 orang) memilih menyampaikan aduan melalui RT atau RW bila tidak menyampaikan aduan melalui empat layanan di atas. Layanan melalui kelurahan/kecamatan dipreferensikan oleh 361 orang responden (6%), adapun akun media sosial pemerintah Kota Bandung menjadi preferensi bagi 115 responden atau 1,9% dari total responden. Ada pula yang memilih untuk tidak melapor melalui jalur aduan/aparat namun memasang status di media sosial sebagai bentuk laporan. Namun jumlahnya hanya mencakup 0,7% responden (44 orang) sebagaimana terlihat pada Gambar 5.31. Gambar 5.30 Alasan Responden Tidak Pernah Memanfaatkan Layanan Pengaduan 3500 3000

60.0 2984 49.7%

50.0

2532 2500

42.2%

40.0

2000

Jumlah

Persen

30.0

1500 20.0

1000 429

500 40 0 Tidak tahu

Tidak ada yang harus dilaporkan

0.7%

Tidak akan terbantu

15

7.2%

10.0

0.3%

0.0 Lainnya

Tidak Menjawab

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

39


Gambar 5.31 Alternatif Layanan Pengaduan Dalam Penyampaian Aduan 6000 4764

5000

79.4%

4000

Jumlah

Persen

3000 2000 1000 0

361 6.0%

6

0.1%

115

1.9%

55

0.9%

49

0.8%

44

0.7%

177 3.0% 4297.2%

90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0

Sumber: Hasil Survei (2019)

5.3 Pengetahuan Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan 2013-2018 Kota Bandung

Perencanaan pembangunan secara garis besar di Kota Bandung dalam jangka menengah tercermin dari Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan dalam RPJMD Tahun 2013-2018 Kota Bandung. Pada Gambar 5.33 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden mengenai visi, misi dan tujuan tersebut sangat rendah, atau hanya 3,2% dari total responden. Sebanyak 98,4% atau 5.686 responden tidak mengetahui mengenai visi, misi dan tujuan pembangunan berdasarkan RPJMD 2013-2018 Kota Bandung. Rendahnya pengetahuan mengenai visi, misi dan tujuan pembangunan tersebut mengisyaratkan perlunya sosialisasi kepada masyarakat. Mempertimbangkan sangat rendahnya jumlah responden yang mengetahui visi, misi dan tujuan pembangunan di atas, maka konfirmasi mengenai kesesuaian capaian bidang-bidang pembangunan dengan visi, misi dan tujuan pembangunan Kota Bandung dianggap tidak cukup valid, sehingga tidak dikaji.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

40


Gambar 5.32 Pengetahuan Responden Tentang Visi, Misi & Tujuan Pembangunan Kota Bandung 2019 -2023 6000

94.8%

5686

100.0 90.0

5000

80.0 70.0

4000

60.0 Jumlah

3000

Persen

50.0 40.0

2000

30.0 20.0

1000 3.2%

192

2.0%

10.0

122

0

0.0 Mengetahui Visi,Misi & Tujuan Pembangunan

Mengetahui Visi, Misi & Tidak Tahu Tujuan Pembangunan

Tidak Mengetahui Visi, Misi Pembangunan

Sumber: Hasil Survei (2019)

5.4 Persepsi Masyarakat Mengenai Permasalahan Terbesar di Kota Bandung

Sebagaimana dijelaskan pada Bab 3, pertanyaan mengenai permasalahan terbesar diberikan pembobotan untuk memperoleh urutan urgensi tertinggi permasalahan di Kota Bandung. Gambar 5.33 menunjukkan 15 permasalahan di Kota Bandung berdasarkan urutan poin yang telah diberi bobot. Dari 15 permasalahan tersebut, 5 masalah dengan poin terbesar dalam pembangunan di Kota Bandung secara berturut-turut berdasarkan poin adalah: (1) Kemacetan lalu lintas, (2) Sampah kota, (3) Sulitnya lapangan pekerjaan, (4) ketersediaan air bersih yang semakin berkurang; dan (5) Banjir. Pada Gambar 5.34 terlihat persentase kumulatif poin 15 permasalahan tersebut. Kemacetan lalu lintas dengan 21.772 poin merepresentasikan sekitar 24,19% dari total poin permasalahan. Jika ditambahkan dengan sampah kota yang memiliki poin 15.375, kumulatif poinnya mencapai 37.097 atau 41,27%. Tiga permasalahan utama pembangunan Kota Bandung, yaitu kemacetam sampah dan sulitnya lapangan kerja berkontribusi terhadap setengah dari keseluruhan permasalahan di Kota Bandung.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

41


Gambar 5.33 Urutan Permasalahan di Kota Bandung berdasarkan pembobotan Kemacetan lalu lintas Sampah kota Sulitnya lapangan pekerjaan Ketersediaan air bersih yang semakin berkurang Banjir Stabilitas harga barang Masalah perekonomian Keamanan warga Masalah Bantuan Sosial (Bansos) Infrastruktur Kota (Prasarana dan Utilitas Kota) Masalah Lingkungan Zonasi Pendidikan PKL Keterjangkauan Pendidikan Tata Kelola Pemerintahan Lainnya

21772 15375 9394 6606 5826 5379 5259 4280 3391 3154 2753 2683 2150 1319 500 159 0

5000

10000

15000

20000

25000

Sumber: Hasil Survei (2019) Gambar 5.34 Urutan dan Persentase Permasalahan di Kota Bandung 25000

21772

20000

15375 15000

9394

10000

6606 5826 5379 5259 4280 3391 3154 2753 2683 2150 1319 500

5000

159 Lainnya

Tata Kelola Pemerintahan

Keterjangkauan Pendidikan

PKL

Zonasi Pendidikan

Masalah Lingkungan

Infrastruktur Kota (Prasarana dan Utilitas Kota)

Masalah Bantuan Sosial (Bansos)

Keamanan warga

Masalah perekonomian

Stabilitas harga barang

Banjir

Ketersediaan air yang semakin berkurang

Sulitnya lapangan pekerjaan

Sampah kota

Kemacetan lalu lintas

0

100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.35 hingga 5.39 memperlihatkan urutan permasalahan sebelum dilakukan pembobotan. Pada Gambar 5.35 dapat diketahui bahwa kemacetan lalu lintas dipersepikan oleh 3.283 responden (54,7%) sebagai masalah yang berada di urutan pertama. Hal ini mengindikasikan bahwa kemacetan lalu lintas banyak dialami oleh respoden dari berbagai area di Kota Bandung. Sampah dipersepsikan Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

42


sebagai masalah pertama yang paling urgen oleh 688 responden atau 11,5%. Sementara terdapat 524 orang atau 8,7% dari total responden yang mempersepsikan sulitnya lapangan pekerjaan sebagai urutan pertama permasalahan paling urgen di Kota Bandung. Adapun zonasi pendidikan yang merupakan urutan ke-12 permasalahan utama pada tahun 2019, dipersepsikan sebagai masalah nomor satu oleh 126 orang (2,1%). Melihat pada Gambar 5.36 diperoleh informasi bahwa sampah dipersepsikan sebagai masalah kedua tertinggi oleh 2.264 orang atau 37,7% dari total responden. Terdapat 673 orang atau 11,2% responden yang mempersepsikan kemacetan lalu lintas sebagai masaah kedua tertinggi pembangunan di Kota Bandung. Sementara itu stabilitas harga barang dirasakan sebagai masalah kedua tertinggi oleh 303 orang (5,1%). Terkait aspek pendidikan, zonasi pendidikan dipersepsikan sebagai masalah kedua paling urgen oleh 168 orang (2,8%) , sedangkan keterjangkauan pendidikan dipersepsikan sebagai masalah kedua oleh 75 orang (1,3%) responden.

Gambar 5.35 Urutan Pertama Permasalahan Terbesar di Kota Bandung 3500

3283

3000 2500 2000

211

183

126

105

100

65

56

51

37

16

4

Keamanan warga

Masalah Lingkungan

Keterjangkauan Pendidikan

PKL

Tata Kelola Pemerintahan

Lainnya

220

Infrastruktur Kota (Prasarana dan Utilitas Kota)

331

Masalah Bantuan Sosial (Bansos)

524

500

Zonasi Pendidikan

688

Masalah perekonomian

1000

Banjir

1500

Stabilitas harga barang

Sulitnya lapangan pekerjaan

Ketersediaan air yang semakin berkurang

Sampah kota

Kemacetan lalu lintas

0

100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

43


Gambar 5.36 Urutan Kedua Permasalahan Terbesar di Kota Bandung 2500 2264 2000 1500 1000

673 586

500

408 398 356 303 203 195 168 158 98 88 75 19

8 Lainnya

Tata Kelola Pemerintahan

Keterjangkauan Pendidikan

PKL

Masalah Lingkungan

Masalah Bantuan Sosial (Bansos)

Zonasi Pendidikan

Keamanan warga

Infrastruktur Kota (Prasarana dan Utilitas Kota)

Stabilitas harga barang

Masalah perekonomian

Banjir

Ketersediaan air yang semakin berkurang

Sulitnya lapangan pekerjaan

Kemacetan lalu lintas

Sampah kota

0

100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%

Sumber: Hasil Survei (2019) Sulitnya lapangan pekerjaan adalah aspek yang paling banyak dipersepsikan sebagai urutan ke-3 paling urgen dalam pembangunan di Kota Bandung tahun 2019 yaitu oleh 932 orang (15,5%). Hal ini sebagaimana terlihat pada Gambar 5.37. Dari 600 responden, 680 orang atau 11,3% menyatakan bahwa urutan ketiaga permasalahan di kota Bandung adalah banjir. Adapun 601 responden (10%), memberikan pendapat bahwa ketersediaan air yang semakin berkurang menempati posisi ke-3 permasalahan terbesar di Kota Bandung. Kemacetan lalu lintas dipersepsikan sebagai urutan ke-3 permasalahan oleh 451 responden (7,5%). Persepsi masyarakat untuk urutan keempat permasalahan terbesar di Kota Bandung terlihat lebih berimbang dalam 4 aspek, yaitu: keamanan warga, semakin berkurangnya ketersediaan air bersih, sulitnya lapangan pekerjaan dan masalah perekonomian. Demikian juga kemacetan lalu lintas dan sampah kota yang dipersepsikan oleh sekitar 7,6% responden sebagaimana terlihat pada Gambar 5.38. Gambar 5.39 memperlihatkan persepsi masyarakat mengenai urutan kelima permasalahan terbesar di Kota Bandung. Terdapat perbedaan distribusi pada gambar ini dibandingkan keempat gambar sebelumnya. Masalah yang dipersepsikan paling banyak di urutan ke-5 adalah permasalahan lingkungan hidup, seperti ingkungan kotor dan daerah kumuh. Bantuan sosial dan PKL dipersepsikan sebagai masalah paling urgen ke-5 oleh sekitar masing-masing 8,5% responden. Adapun stabilitas harga barang yang dinilai fluktuatif dipersepsikan oleh 483 responden (8,1%).

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

44


100 32 10

Tata Kelola Pemerintahan Lainnya

98

40

Lainnya

161

Keterjangkauan Pendidikan

140

Tata Kelola Pemerintahan

200 PKL

Zonasi Pendidikan

175

Keterjangkauan Pendidikan

300

Zonasi Pendidikan

346

Masalah Lingkungan

Masalah Bantuan Sosial (Bansos) 185

Infrastruktur Kota (Prasarana dan Utilitas Kota)

400

Masalah Lingkungan

433

Masalah perekonomian

445

PKL

454

Keamanan warga

451

Masalah Bantuan Sosial (Bansos)

456

Kemacetan lalu lintas

492

Banjir

500 Stabilitas harga barang

Infrastruktur Kota (Prasarana dan Utilitas Kota)

515

Sampah kota

600 579

Kemacetan lalu lintas

596

Sampah kota

Ketersediaan air yang semakin berkurang

Banjir

Sulitnya lapangan pekerjaan

519

Stabilitas harga barang

607

Masalah perekonomian

609

Sulitnya lapangan pekerjaan

700

Ketersediaan air yang semakin berkurang

1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0

Keamanan warga

Gambar 5.37 Urutan Ketiga Permasalahan Terbesar di Kota Bandung 932

680 601 434 291

554 425 309 257 160

0 14

100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.38 Urutan Keempat Permasalahan Terbesar di Kota Bandung

100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

45


150 49

2.10

342

1.84

Lainnya

Keterjangkauan Pendidikan

908

Bansos

3.20

3.14

168

Perekonomian

Tata Kelola Pemerintahan

182

3.85

3.30

Banjir Infrastruktur Kota (Prasarana dan Utilitas Kota)

233

Harga Barang

1.75

2018

Zonasi Pendidikan

Ketersediaan air yang semakin berkurang

342

4.34

5.80

400

Keamanan

Ketersediaan Air Bersih

Kemacetan lalu lintas

Sampah kota

414

5.05

9.18

415

Lapangan Pekerjaan

Keamanan warga

442

5.29

Sulitnya lapangan pekerjaan

460

3.70

Masalah perekonomian

Stabilitas harga barang

483

Banjir

8.41

PKL

Masalah Bantuan Sosial (Bansos)

Masalah Lingkungan

501

7.05

1.14

57.50

511

Infrastruktur Kota

12.05

15.72

45.61

1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0

Sampah

Kemacetan

Gambar 5.39 Urutan Kelima Permasalahan Terbesar di Kota Bandung 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Gambar 5.40. Perbandingan 10 Permasalahan Terbesar Tahun 2019 dan 2018 (Persentase Responden)

2019

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

46


5.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Permasalahan Kota Bandung 2018 Sub-bagian ini membahas mengenai persepsi masyarakat terhadap kejadian (incidence) lima permasalahan utama pembangunan di lingkungan tempat tinggal responden serta tingkat toleransi terhadap permasalahan tersebut serta kondisinya dibandingkan tahun lalu. Pembahasan dimulai dari permasalahan pembangunan yang dianggap paling urgen berdasarkan sub-bab sebelumya. 5.5.1

Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan lalu lintas dipersepsikan terjadi di lingkungan tempat tinggal oleh hampir 80% responden atau 4.797 dari 6.000 orang sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.41. Hanya sekitar 7,7% yang menyatakan bahwa di lingkungan tempat tinggalnya tidak terjadi kemacetan. Adapun 12,37% atau 742 tidak mengetahui bahwa terjadi/tidaknya kemacetan. Mereka yang tidak mengetahui ada atau tidaknya kemacetan adalah ibu rumah tangga yang memiliki mobilitas sangat rendah dan tidak melakukan aktivitas bepergian jauh dari tempat tinggalnya yang pada umumnya berada di gang. Secara spesifik di level kecamatan, Gambar 5.42 memperlihatkan bahwa responden di seluruh kecamatan secara merata menyatakan bahwa kemacetan terjadi di wilayahnya. Responden di Kecamatan Cidadap adalah yang paling banyak menyatakan bahwa kemacetan berada di lingkungan tempat tinggalnya (96,21%), diikuti oleh Kecamatan Panyileukan dan Kecamatan Bandung Kidul dengan share 94,44%. Sebaliknya, kecamatan yang paling dipersepsikan tidak macet adalah Kecamatan Bojongloa Kidul (28,91%) dan Kecamatan Regol (24,64%). Kecamatan Gedebage merupakan Kecamatan yang paling banyak tidak menjawab mengenai incidence terjadinya kemacetan di sekitar tempat tinggal.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

47


Gambar 5.41 Terjadinya Masalah Kemacetan di Lingkungan Tempat Tinggal Responden 6000

90.00 80.00

5000 70.00 4000

60.00 Jumlah Responden

Persentase

50.00 3000 40.00 2000

30.00 20.00

1000 10.00 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

4797

461

742

Persentase

79.95

7.68

12.37

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

48


Gambar 5.42 Terjadinya Masalah Kemacetan di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan Bukan 5 Masalah Utama Kota Bandung

Ya

Tidak

79.95%

Cidadap

7.68%

96.21%

Sukasari

1.52%

95.63%

Sukajadi

0.55%

87.60%

Coblong

2.00%

50.36%

Cibeunying Kaler

38.93% 91.86%

Cibeunying Kidul

71.56%

Bandung Wetan

93.67%

Cicendo

0.00% 11.85% 0.00%

73.84%

Andir

11.81%

76.36%

Sumur Bandung

2.71%

94.44%

3.33%

Batununggal

92.54%

1.36%

Kiaracondong

92.23%

2.27%

Mandalajati

78.57%

2.38%

Antapani

85.56%

Arcamanik

93.30%

0.00%

Cinambo

90.16%

1.64%

Ujungberung

4.28%

77.11%

Panyileukan

4.48%

93.68%

Cibiru

4.21%

84.27%

3.37%

Gedebage

40.00%

Rancasari

5.26%

62.00%

Buah Batu

20.50%

91.43%

Bandung Kidul

0.82%

94.44%

Lengkong

80.00%

Regol

52.66%

Astanaanyar

0.69% 10.56% 24.64%

87.10%

Bojongloa Kidul

0.54%

69.19%

28.91%

Bojongloa Kaler

60.91%

Babakan Ciparay

6.51%

75.45%

Bandung Kulon

9.39%

93.94% 0%

10%

20%

30%

40%

50%

1.82% 60%

70%

80%

90%

100%

Sumber: Hasil Survei (2019) Tingkat toleransi masyarakat terhadap kemacetan diperlihatkan pada Gambar 5.43. Berbeda dengan tahun lalu, pada tahun 2019 lebih banyak responden yang menyatakan bahwa kemacetan di tempat tinggalnya dapat ditolerir (47,6%) dibanding yang menjawab bahwa kemacetan tidak dapat ditolerir (40,03). Hal ini berkaitan dengan Gambar 5.44 dan Tabel 5.1 yang menyatakan kondisi masalah Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

49


kemacetan dibandingkan dengan tahun 2018. Pada gambar dan tabel tersebut terlihat bahwa kondisi rata-rata di Kota Bandung, hampir setengah dari responden (48,5%) menyatakan bahwa kondisi kemaceten saat ini dibanding tahun 2018 adalah relatif sama. Tabel 5.1. juga memperlihatkan secara spesifik persepsi kondisi kemacetan per kecamatan dibandingkan tahun 2018. Walaupun secara rata-rata responden per kecamatan lebih banyak menjawab bahwa tingkat kemacetan tahun ini sama saja, namun secara detil dapat dilihat bahwa responden di Kecamatan Badung Kidul adalah yang paling kentara (36,81%) mempersepsikan bahwa kemacetan jauh memburuk dibandingkan tahun sebelumnya. Kecamatan lain yang menyatakan bahwa kemacetan jauh memburuk adalah: Kecamatan Batununggal, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Sukajadi, dan Kecamatan Bojongloa Kidul.

Gambar 5.43 Toleransi Responden Pada Masalah Kemacetan 3000

Jumlah Responden

Persentase

50.00 45.00

2500

40.00 35.00

2000

30.00 1500

25.00 20.00

1000

15.00 10.00

500

5.00 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

2856

2402

742

Persentase

47.60

40.03

12.37

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

50


Gambar 5.44 Kondisi Masalah Kemacetan dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kota Bandung

48.50%

Cidadap

34.85%

Sukasari

70.49%

Sukajadi

61.20%

Coblong

54.64%

Cibeunying Kaler

22.09%

Cibeunying Kidul

51.66%

Bandung Wetan

74.68%

Cicendo

48.10%

Andir

50.39%

Sumur Bandung

17.78%

Batununggal

48.14%

Kiaracondong

54.69%

Mandalajati

69.64%

Antapani

31.02%

Arcamanik

73.18%

Cinambo

88.52%

Ujungberung

43.28%

Panyileukan

29.47%

Cibiru

40.45%

Gedebage

33.68%

Rancasari

41.50%

Buah Batu

33.88%

Bandung Kidul

11.11%

Lengkong

68.89%

Regol

47.83%

Astanaanyar

84.95%

Bojongloa Kidul

40.76%

Bojongloa Kaler

40.72%

Babakan Ciparay

38.18%

Bandung Kulon

52.42% 0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Jauh Memburuk

Memburuk

Sedikit Memburuk

Sama

Sedikit Membaik

Membaik

Jauh Membaik

Tidak Tahu

Bukan 5 Masalah Utama

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

51


Tabel 5.1 Kondisi Masalah Kemacetan dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kecamatan

Jauh Memburuk

Bandung Kulon

0.91%

11.21%

Sedikit Memburuk 30.61%

52.42%

Sedikit Membaik 0.61%

Babakan Ciparay

0.30%

13.94%

26.36%

38.18%

5.76%

0.30%

15.15%

Bojongloa Kaler

0.00%

0.98%

13.68%

40.72%

8.47%

3.58%

32.57%

Bojongloa Kidul

1.42%

21.33%

34.12%

40.76%

0.47%

0.00%

1.90%

Astanaanyar

0.00%

0.00%

2.69%

84.95%

0.00%

0.00%

12.37%

Regol

0.00%

13.53%

5.31%

47.83%

10.14%

0.48%

22.71%

Lengkong

0.00%

12.78%

6.11%

68.89%

2.78%

0.00%

9.44%

36.81%

36.81%

10.42%

11.11%

0.00%

0.00%

4.86%

Buah Batu

4.90%

17.96%

30.20%

33.88%

3.67%

1.63%

7.76%

Rancasari

0.50%

8.00%

31.50%

41.50%

0.50%

0.50%

17.50%

Gedebage

0.00%

4.21%

2.11%

33.68%

5.26%

0.00%

54.74%

Cibiru

0.56%

17.98%

27.53%

40.45%

1.12%

0.00%

12.36%

Panyileukan

0.00%

1.05%

16.84%

29.47%

45.26%

5.26%

2.11%

Ujungberung

0.50%

13.93%

21.39%

43.28%

2.49%

0.00%

18.41%

Cinambo

0.00%

0.00%

3.28%

88.52%

0.00%

0.00%

8.20%

Arcamanik

0.00%

0.56%

6.70%

73.18%

12.85%

0.00%

6.70%

Antapani

0.00%

5.88%

28.88%

31.02%

22.99%

1.07%

10.16%

Mandalajati

0.00%

1.19%

4.76%

69.64%

5.36%

0.00%

19.05%

Kiaracondong

0.00%

16.83%

22.98%

54.69%

0.00%

0.00%

5.50%

Batununggal

7.12%

7.80%

20.00%

48.14%

10.51%

0.34%

6.10%

Sumur Bandung

0.00%

11.11%

38.89%

17.78%

28.89%

1.11%

2.22%

Andir

0.00%

0.78%

27.52%

50.39%

0.39%

0.00%

20.93%

Cicendo

0.84%

12.24%

19.83%

48.10%

4.64%

0.00%

14.35%

Bandung Wetan

0.00%

15.19%

3.80%

74.68%

0.00%

0.00%

6.33%

Cibeunying Kidul

0.95%

0.95%

19.91%

51.66%

9.00%

0.95%

16.59%

Cibeunying Kaler

0.00%

44.19%

25.00%

22.09%

0.58%

0.00%

8.14%

Coblong

0.36%

2.86%

21.79%

54.64%

8.57%

1.07%

10.71%

Sukajadi

0.80%

0.40%

26.00%

61.20%

1.20%

0.00%

10.40%

Sukasari

0.00%

0.00%

25.68%

70.49%

0.00%

0.00%

3.83%

Cidadap

4.55%

19.70%

38.64%

34.85%

0.00%

0.00%

2.27%

Kota Bandung

1.82%

10.25%

21.03%

48.50%

5.50%

0.53%

12.37%

Bandung Kidul

Memburuk

Sama

Bukan 5 Masalah Utama 0.00% 4.24%

Membaik

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

52


5.5.2

Sampah Kota

Sampah kota dipersepsikan terjadi di lingkungan tempat tinggal oleh hampir 64% responden atau 3.828 dari 6.000 orang sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.45. Sementara itu sekitar 8,6% responden yang menyatakan bahwa permasalahan sampah kota tidak terdapat di lingkungan tempat tinggalnya. Dilihat per kecamatan berdasarkan Gambar 5.46, responden di Kecamatan Cidadap (95,45%) adalah yang paling banyak mempersepsikan bahwa sampah kota terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Di urutan kedua dan ketiga tertinggi adalah responden di Kecamatan Cibeunying Kaler (88,96%) dan Kecamatan Bandung Kulon (86,67%). Sebaliknya, tiga terbanyak responden yang menyatakan bahwa sampah kota tidak terjadi di tempat tinggalnya adalah di Kecamatan Bandung Kidul, Kecamatan Rancasari dan Kecamatan Sumur Bandung.

Gambar 5.45 Terjadinya Masalah Sampah Kota di Lingkungan Tempat Tinggal Responden 4500

70.00

4000

60.00 Jumlah Responden

3500

Persentase 50.00

3000 2500

40.00

2000

30.00

1500 20.00 1000 10.00

500 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

3828

518

1654

Persentase

63.80

8.63

27.57

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

53


Gambar 5.46 Terjadinya Masalah Sampah Kota di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan Bukan 5 Masalah Utama Kota Bandung

27.57%

Cidadap 3.03% Sukasari

Ya

1.52%

87.98%

Sukajadi

0.00%

36.40%

60.40%

20.36%

Cibeunying Kaler

8.63%

95.45%

12.02%

Coblong

Tidak

63.80%

58.57%

11.05%

21.07%

88.95%

Cibeunying Kidul

0.00%

47.87%

Bandung Wetan

41.23%

43.04%

Cicendo

9.70% 67.83%

23.33%

Batununggal

24.44% 76.27%

17.15%

5.08%

80.58%

Mandalajati

46.43%

Antapani

45.45%

Arcamanik Cinambo

2.27% 44.05%

11.24%

52.63%

20.41%

Bandung Kidul

45.26% 27.50% 75.51%

Regol

24.64%

Astanaanyar

24.19%

30.56% 60.00%

Bojongloa Kaler

12.56%

74.73%

0.47%

52.44%

42.42%

9.77%

51.21%

9.39% 0%

1.08%

78.67% 37.79%

Babakan Ciparay

10.00%

62.80%

20.85%

Bandung Kulon

4.08%

56.94% 30.00%

Bojongloa Kidul

2.11%

53.00%

12.50%

Lengkong

3.16%

60.67%

Gedebage

Buah Batu

9.95%

66.32%

28.09%

19.50%

1.64%

53.23%

30.53%

Rancasari

22.91%

57.38%

36.82%

Cibiru

17.11%

28.49%

40.98%

Panyileukan

9.52%

37.43%

48.60%

Ujungberung

1.55%

52.22%

18.64%

Kiaracondong

0.00%

68.35%

30.62%

Sumur Bandung

10.90%

56.96%

21.94%

Andir

3.20%

6.36%

86.67% 10%

20%

30%

40%

50%

3.94% 60%

70%

80%

90%

100%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Toleransi responden pada masalah sampah kota sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.47 yaitu sebanyak 41,12% atau 2.467 jiwa menyatakan ahwa sampah kota dapat ditolerir, sedangkan sebesar 31,2% atau 1.879 responden mempersepsikan bahwa masalah sampah kota tidak dapat ditolerir. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

54


Hasil ini konsisten dengan kondisi berdasarkan survei tahun 2018, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak respoden yang mempersepsikan bahwa masalah sampah lebih tinggi daripada yang menjawab tidak dapat ditolerir. Berdasarkan Gambar 5.48 yang memotret kondis masalah sampah kota dibandingkan tahun 2018, secara rata-rata masyarkat menilai bahwa masalah sampah sama saja dengan tahun sebelumnya. Artinya permasalahan ini tidak menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk dari kondisi 2018. Beberapa kecamatan menilai bahwa permasalahan sampah saat ini jauh memburuk dari kondisi sebelumnya. Namun secara rata-rata hanya 0,25% yang menyatakan bahwa kondisi sampah menjadi jauh lebih buruk. Kecamatan Bandung Wetan merupakan daerah dengan responden tertinggi yang menyatakan bahwa permasalahan sampah tahun ini memburuk di bandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara netto dengan membandingkan respon pada kelompok kondisi buruk (jauh memburuk, memburuk dan sedikit memburuk) dengan respon pada kelompok kondisi baik (jauh membaik, membaik dan sedikit membaik), diperoleh gambaran menarik untuk beberapa kecamatan bahwa kecamatan yang mempersepsikan (netto) masalah sampah cenderung membaik secara signifikan antara lain: Kecamatan Panyileukan, Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Arcamanik,

dan

Kecamatan Babakan Ciparay. Sebaiknya, kecamatan dengan respon dominan bahwa masalah sampah cenderung ke arah memburuk adalah: Kecamatan Bandung Kidul. Adapun kecamatan dengan respon relatif dominan bahwa kondisi sampah cenderung sama saja antara lain: Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Regol, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Cinambo, Kecamatan Andir, Kecamatan Cibeunying Kaler dan Kecamatan Coblong.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

55


Gambar 5.47 Toleransi Responden Pada Masalah Sampah Kota 3000

45.00 Jumlah Responden

2500

40.00

Persentase 35.00

2000

30.00 25.00

1500 20.00 1000

15.00 10.00

500 5.00 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

2467

1879

1654

Persentase

41.12

31.32

27.57

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

56


Gambar 5.48 Kondisi Masalah Sampah Kota dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kota Bandung

44.68%

27.57%

Cidadap

49.24%

Sukasari

3.03%

87.98%

Sukajadi

12.02%

38.80%

36.40%

Coblong

46.07%

Cibeunying Kaler

20.36%

41.28%

Cibeunying Kidul

11.05%

26.54%

47.87%

Bandung Wetan

34.18%

43.04%

Cicendo

50.21%

Andir

51.55%

Sumur Bandung

21.94% 30.62%

17.78%

23.33%

Batununggal

39.32%

18.64%

Kiaracondong

49.19%

Mandalajati

17.15%

45.24%

Antapani

46.43%

27.27%

Arcamanik

45.45%

23.46%

48.60%

Cinambo

59.02%

Ujungberung

40.98%

36.82%

Panyileukan

36.82%

13.68%

30.53%

Cibiru

42.13%

Gedebage

28.09%

32.63%

52.63%

Rancasari

61.50%

Buah Batu

19.50%

48.98%

Bandung Kidul

20.41% 35.42%

Lengkong

12.50%

52.22%

Regol

30.00% 49.76%

Astanaanyar

24.64%

74.19%

Bojongloa Kidul

24.19% 59.24%

Bojongloa Kaler

20.85%

39.41%

Babakan Ciparay

37.79%

19.70%

42.42%

Bandung Kulon

60.91% 0%

10%

20%

Jauh Memburuk Sama Jauh Membaik

30%

40%

50%

9.39% 60%

Memburuk Sedikit Membaik Tidak Tahu

70%

80%

90%

100%

Sedikit Memburuk Membaik Bukan 5 Masalah Utama

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

57


Tabel 5.2 Kondisi Masalah Sampah Kota dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kecamatan

Jauh Memburuk

Bandung Kulon

0.00%

0.91%

Sedikit Memburuk 18.18%

60.91%

Sedikit Membaik 8.79%

1.82%

0.00%

Bukan 5 Masalah Utama 0.00% 9.39%

Babakan Ciparay

0.00%

0.61%

6.67%

19.70%

21.21%

8.79%

0.61%

0.00%

42.42%

Bojongloa Kaler

0.00%

0.00%

7.49%

39.41%

9.45%

5.86%

0.00%

0.00%

37.79%

Bojongloa Kidul

0.47%

0.47%

16.59%

59.24%

2.37%

0.00%

0.00%

0.00%

20.85%

Astanaanyar

0.00%

0.00%

1.61%

74.19%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

24.19%

Regol

0.97%

9.18%

7.25%

49.76%

7.73%

0.48%

0.00%

0.00%

24.64%

Lengkong

0.00%

1.11%

6.11%

52.22%

10.00%

0.56%

0.00%

0.00%

30.00%

Bandung Kidul

1.39%

7.64%

38.89%

35.42%

2.78%

1.39%

0.00%

0.00%

12.50%

Buah Batu

0.82%

4.08%

19.18%

48.98%

3.67%

2.45%

0.41%

0.00%

20.41%

Rancasari

0.50%

2.00%

10.00%

61.50%

6.00%

0.50%

0.00%

0.00%

19.50%

Gedebage

0.00%

6.32%

1.05%

32.63%

7.37%

0.00%

0.00%

0.00%

52.63%

Cibiru

0.56%

5.06%

21.35%

42.13%

2.25%

0.56%

0.00%

0.00%

28.09%

Panyileukan

0.00%

0.00%

6.32%

13.68%

48.42%

0.00%

1.05%

0.00%

30.53%

Ujungberung

0.50%

4.48%

10.95%

36.82%

9.95%

0.50%

0.00%

0.00%

36.82%

Cinambo

0.00%

0.00%

0.00%

59.02%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

40.98%

Arcamanik

0.00%

0.00%

1.12%

23.46%

24.58%

2.23%

0.00%

0.00%

48.60%

Antapani

0.00%

0.00%

3.21%

27.27%

22.99%

1.07%

0.00%

0.00%

45.45%

Mandalajati

0.00%

0.60%

0.60%

45.24%

6.55%

0.60%

0.00%

0.00%

46.43%

Kiaracondong

0.00%

13.59%

19.42%

49.19%

0.65%

0.00%

0.00%

0.00%

17.15%

Batununggal

1.36%

7.46%

14.24%

39.32%

18.31%

0.34%

0.00%

0.34%

18.64%

Sumur Bandung

0.00%

2.22%

22.22%

17.78%

30.00%

4.44%

0.00%

0.00%

23.33%

Andir

0.00%

0.39%

16.67%

51.55%

0.78%

0.00%

0.00%

0.00%

30.62%

Cicendo

0.00%

4.22%

13.92%

50.21%

9.28%

0.42%

0.00%

0.00%

21.94%

Bandung Wetan

0.00%

20.25%

0.00%

34.18%

2.53%

0.00%

0.00%

0.00%

43.04%

Cibeunying Kidul

0.47%

0.47%

9.48%

26.54%

14.22%

0.95%

0.00%

0.00%

47.87%

Cibeunying Kaler

0.00%

1.74%

5.81%

41.28%

31.98%

8.14%

0.00%

0.00%

11.05%

Coblong

0.00%

1.79%

21.43%

46.07%

6.07%

4.29%

0.00%

0.00%

20.36%

Sukajadi

0.00%

0.00%

4.40%

38.80%

18.40%

2.00%

0.00%

0.00%

36.40%

Sukasari

0.00%

0.00%

0.00%

87.98%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

12.02%

Cidadap

0.00%

4.55%

41.67%

49.24%

1.52%

0.00%

0.00%

0.00%

3.03%

Kota Bandung

0.25%

3.08%

12.03%

44.68%

10.43%

1.87%

0.07%

0.02%

27.57%

Memburuk

Sama

Membaik

Jauh Membaik

Tidak Tahu

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

58


5.5.3

Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan

Tingkat pengangguran yang tinggi di Kota Bandung dirasakan oleh responden dalam survei ini. Responden paling banyak (47,87%) atau sektiar 2.872 orang mempersepsikan bahwa lapangan pekerjaan merupakan masalah utama pembangunan dan terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Sebaliknya, hanya sekitar 3,42% atau 205 orang pada Gambar 5.49 yang mempersepsikan bahwa sulitnya lapangan pekerjaan merupakan masalah utama pembangunan namun tidak terjadi di wilayah tempat tinggalnya. Pada Gambar 5.50 dapat dilihat distribusi di tingkat kecamatan bahwa Kecamatan Arcamanik dan Kecamatan Astanaanyar dan Kecamatan Bandung Kidul merupakan tiga teratas daerah yang menyatakan bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan di Kota Bandung terjadi di wilayah tempat tinggalnya. Adapun Kecamatan Rancasari, Kecamatan Lengkong dan Kecamatan Bojongloa Kaler merupakaan tiga daerah dengan persepsi tertinggi bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan tidak terjadi di tempat tinggalnya. Gambar 5.49 Terjadinya Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan di Lingkungan Tempat Tinggal Responden 3500

60.00

3000

50.00 Jumlah Responden

2500

40.00

Persentase 2000

30.00 1500 20.00 1000 10.00

500 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

2872

205

2923

Persentase

47.87

3.42

48.72

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

59


Gambar 5.50 Terjadinya Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan Bukan 5 Masalah Utama Kota Bandung

Ya

Tidak

48.72%

47.87%

Cidadap

77.27%

Sukasari

21.97%

24.04%

75.41%

Sukajadi

49.60%

Coblong

50.00%

42.14%

53.93%

Cibeunying Kaler

51.74%

Cibeunying Kidul

50.71%

48.26% 43.13%

Bandung Wetan

70.89%

Cicendo

29.11%

44.73%

Andir

54.43%

55.04%

Sumur Bandung

44.57%

47.78%

Batununggal

51.11%

26.10%

Kiaracondong

70.51%

40.78%

Mandalajati

57.61%

48.81%

Antapani

50.60% 66.84%

Arcamanik

28.88%

29.05%

70.39%

Cinambo

83.61%

Ujungberung

16.39%

47.76%

Panyileukan

43.78%

55.79%

40.00%

Cibiru

60.67%

39.33%

Gedebage

60.00%

40.00%

Rancasari

68.00%

Buah Batu

19.00%

69.80%

Bandung Kidul

27.76%

29.17%

67.36%

Lengkong

52.22%

Regol

36.11%

57.49%

Astanaanyar

40.58%

30.65%

69.35%

Bojongloa Kidul

60.66%

Bojongloa Kaler

44.95%

Babakan Ciparay

45.15%

Bandung Kulon

39.34% 44.30% 47.88%

39.70% 0%

10%

20%

57.27% 30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Sebanyak 1.473 orang atau 24,55% responden mempersepsikan bahwa lapangan pekerjaan merupakan masalah utama pembangunan yang masih dapat ditolerir sebagaimana terlihat pada Gambar 5.51. Angka ini cukup berimbang dengan 1.604 responden (26,73%) yang mempersepsikan Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

60


bahwa sulitnya lapangan pekerjaan merupakan masalah utama pembangunan yang tidak dapat ditolerir. Secara netto dengan melihat kecenderungan ke arah kelompok membaik vs kelompok memburuk per kecamatan. Pada Gambar 5.52 dan Tabel 3

dapat dilihat distribusi di tingkat

kecamatan bahwa mayoritas kecamatan memandang bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan di daerahnya cenderung memburuk dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat secara signifikan di Kecamatan Bandung Kidul, Kecamatan Batununggal, dan Kecamatan Cibeunying Kaler. Adapun Kecamatan Panyileukan merupakan daerah yang menyatakan bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan di Kota Bandung cenderung mengalami perbaikan. Sementara itu responden di Kecamatan Sukasari, Kecamatan Astanaanyar dan Kecamatan Mandalajati merupakan empat daerah dengan persepsi tertinggi bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan cenderung sama saja dibanding dengan tahun sebelumnya.

Gambar 5.51 Toleransi Responden Pada Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan 3500

60.00

3000

50.00 Jumlah Responden

2500

Persentase 40.00

2000 30.00 1500 20.00 1000 10.00

500 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

1473

1604

2923

Persentase

24.55

26.73

48.72

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

61


Gambar 5.52 Kondisi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan Dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kota Bandung

31.93%

Cidadap

48.72%

16.67%

77.27%

Sukasari

75.96%

Sukajadi

37.20%

Coblong

32.86%

Cibeunying Kaler

42.14%

13.95%

Cibeunying Kidul

51.74%

16.59%

Bandung Wetan

50.71%

21.52%

70.89%

Cicendo

30.38%

Andir

44.73%

25.19%

Sumur Bandung

55.04%

28.89%

Batununggal

47.78%

26.44%

Kiaracondong

26.10%

46.93%

Mandalajati

40.78%

44.64%

Antapani

48.81%

24.06%

66.84%

Arcamanik

54.19%

Cinambo

16.39%

29.05% 83.61%

Ujungberung Panyileukan

24.04% 49.60%

16.42%

47.76%

3.16%

55.79%

Cibiru

16.29%

Gedebage

60.67%

26.32%

Rancasari

60.00%

24.00%

Buah Batu

68.00%

15.10%

69.80%

Bandung Kidul

25.00%

Lengkong

38.33%

Regol

28.50%

Astanaanyar

29.17% 52.22% 57.49%

68.28%

Bojongloa Kidul

30.65%

20.38%

Bojongloa Kaler

60.66%

37.46%

Babakan Ciparay

44.95%

23.33%

Bandung Kulon

45.15%

54.55%

0%

10%

20%

Jauh Memburuk Sama Jauh Membaik

30%

39.70%

40%

50%

60%

Memburuk Sedikit Membaik Tidak Tahu

70%

80%

90%

100%

Sedikit Memburuk Membaik Bukan 5 Masalah Utama

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

62


Tabel 5.3 Kondisi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan Dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kecamatan

Jauh Memburuk

Bandung Kulon

0.00%

0.91%

Sedikit Memburuk 4.55%

54.55%

Sedikit Membaik 0.30%

0.00%

0.00%

Bukan 5 Masalah Utama 0.00% 39.70%

Babakan Ciparay

0.30%

3.03%

14.85%

23.33%

12.73%

0.61%

0.00%

0.00%

45.15%

Bojongloa Kaler

0.00%

0.33%

7.17%

37.46%

3.91%

6.19%

0.00%

0.00%

44.95%

Bojongloa Kidul

0.95%

10.43%

7.11%

20.38%

0.47%

0.00%

0.00%

0.00%

60.66%

Astanaanyar

0.00%

0.00%

1.08%

68.28%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

30.65%

Regol

0.00%

6.76%

7.25%

28.50%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

57.49%

Lengkong

0.00%

1.67%

7.78%

38.33%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

52.22%

Bandung Kidul

5.56%

16.67%

23.61%

25.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

29.17%

Buah Batu

1.63%

2.86%

7.35%

15.10%

0.82%

1.63%

0.82%

0.00%

69.80%

Rancasari

0.00%

1.50%

4.50%

24.00%

1.50%

0.00%

0.00%

0.50%

68.00%

Gedebage

0.00%

7.37%

2.11%

26.32%

4.21%

0.00%

0.00%

0.00%

60.00%

Cibiru

0.56%

8.99%

12.36%

16.29%

1.12%

0.00%

0.00%

0.00%

60.67%

Panyileukan

0.00%

0.00%

1.05%

3.16%

29.47%

9.47%

1.05%

0.00%

55.79%

Ujungberung

0.50%

5.97%

16.42%

16.42%

11.94%

1.00%

0.00%

0.00%

47.76%

Cinambo

0.00%

0.00%

0.00%

16.39%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

83.61%

Arcamanik

0.00%

2.23%

14.53%

54.19%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

29.05%

Antapani

0.00%

0.00%

2.67%

24.06%

5.88%

0.53%

0.00%

0.00%

66.84%

Mandalajati

0.00%

0.60%

5.36%

44.64%

0.60%

0.00%

0.00%

0.00%

48.81%

Kiaracondong

0.00%

4.85%

7.44%

46.93%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

40.78%

Batununggal

4.07%

7.46%

18.64%

26.44%

8.81%

8.47%

0.00%

0.00%

26.10%

Sumur Bandung

1.11%

4.44%

10.00%

28.89%

7.78%

0.00%

0.00%

0.00%

47.78%

Andir

0.00%

0.00%

19.38%

25.19%

0.39%

0.00%

0.00%

0.00%

55.04%

Cicendo

0.42%

5.06%

14.77%

30.38%

4.64%

0.00%

0.00%

0.00%

44.73%

Bandung Wetan

0.00%

1.27%

3.80%

21.52%

1.27%

1.27%

0.00%

0.00%

70.89%

Cibeunying Kidul

0.47%

4.74%

18.01%

16.59%

7.11%

2.37%

0.00%

0.00%

50.71%

Cibeunying Kaler

0.00%

15.70%

18.60%

13.95%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

51.74%

Coblong

0.00%

3.57%

17.50%

32.86%

2.50%

1.07%

0.36%

0.00%

42.14%

Sukajadi

0.00%

1.20%

9.60%

37.20%

2.40%

0.00%

0.00%

0.00%

49.60%

Sukasari

0.00%

0.00%

0.00%

75.96%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

24.04%

Cidadap

0.00%

1.52%

3.03%

16.67%

1.52%

0.00%

0.00%

0.00%

77.27%

Kota Bandung

0.53%

3.88%

10.22%

31.93%

3.45%

1.18%

0.07%

0.02%

48.72%

Memburuk

Sama

Membaik

Jauh Membaik

Tidak Tahu

Sumber: Hasil Survei (2019)

5.5.4

Ketersediaan Air Bersih

Ketersediaan air bersih merupakan masalah utama pembangunan yang dipersepsikan oleh sekitar 35,72% atau 2,143 orang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Sementara itu hanya sekitar 137 orang atau 2,28% yang menyatakan bahwa ketersediaan air bersih merupakan masalah utama pembangunan namun tidak terjadi di daerah tempat tinggalnya sebagaimana terlihat pada Gambar 5.53. Dilihat per kecamatan berdasarkan Gambar 5.54, responden yang mempersepsikan bahwa tempat tinggalnya mengalami kesulitan akses terhadap air bersih terkonsentrasi terutama di kecamatankecamatan antara lain: Kecamatan Cinambo (83,61%), Kecamatan Lengkong (73,3%), Kecamatan Gedebage (65,26%), Kecamatan Batununggal (65,08%) dan Kecamatan Bandung Wetan (63,29%). Sebaliknya, responden yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan air bersih merupakan Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

63


masalah utama Kota Bandung namun tidak terjadi di lingkungannya antara lain di Kecamatan Rancasari dan Kecamatan Babakan Ciparay sebagaimana terlihat pada Gambar 5.54.

Gambar 5.53 Terjadinya Masalah Ketersediaan Air Bersih di Lingkungan Tempat Tinggal Responden 4000 3500

70.00 Jumlah Responden

60.00

Persentase

3000

50.00

2500 40.00 2000 30.00 1500 20.00

1000

10.00

500 0

Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

2143

137

3720

Persentase

35.72

2.28

62.00

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

64


Gambar 5.54 Terjadinya Masalah Ketersediaan Air Bersih di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan Bukan 5 Masalah Utama Kota Bandung

Ya

Tidak

62.00%

Cidadap

35.72%

76.52%

Sukasari

22.73%

40.98%

Sukajadi

58.47%

53.20%

46.40%

Coblong

78.21%

Cibeunying Kaler

21.07%

71.51%

Cibeunying Kidul

27.91%

84.83%

Bandung Wetan

14.69%

36.71%

Cicendo

63.29% 53.59%

Andir

43.46%

37.98%

61.63%

Sumur Bandung

84.44%

Batununggal

15.56%

32.20%

65.08%

Kiaracondong

79.61%

Mandalajati

20.39%

42.86%

57.14%

Antapani

67.38%

Arcamanik

31.02%

49.72%

Cinambo

46.37%

16.39%

83.61%

Ujungberung

65.67%

26.87%

Panyileukan

86.32%

Cibiru

12.63%

80.90%

Gedebage

18.54%

33.68%

65.26%

Rancasari

71.50%

Buah Batu

18.50%

66.53%

Bandung Kidul

32.24%

63.19%

Lengkong

35.42%

18.33%

73.33%

Regol

70.53%

Astanaanyar

28.50%

85.48%

Bojongloa Kidul

14.52%

95.26%

Bojongloa Kaler

4.74%

61.24%

Babakan Ciparay

31.60%

68.79%

Bandung Kulon

26.36%

54.85% 0%

10%

20%

30%

43.33% 40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Tingkat toleransi responden terhadap langkanya ketersediaan air bersih terlihat pada Gambar 5.55. Berdasarkan gambar tersebut, sebanyak 1.217 responden atau sekitar 20,83% menyatakan bahwa Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

65


masalah tersebut dapat ditolerir. Sementara itu sebanyak 1.063 orang atau 17,7% responden menyatakan bahwa kelangkaan air bersih merupakan masalah yang tidak dapat ditolerir. Persepsi mengenai perkembangan kondisi kelangkaan air bersih per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 5.56 dan Tabel 5.4. Banyak kecamatan yang mempersepsikan bahwa kelangkaan air bersih di Kota Bandung bergerak cenderung memburuk. Tiga kecamatan yang secara relatif memiliki proporsi tertinggi dalam mempersepsikan kecenderungan ke arah memburuk antara lain: Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Bandung Kidul, dan Kecamatan Lengkong. Adapun sebagian besar (81,97%) di Kecamatan Cinambo mempersepsikan bahwa kondisi kelangkaan air bersih sama saja dengan kondisinya pada tahun lalu. Angka tersebut diikuti oleh responden di Kecamatan Sukasari (57,38%) dan Kecamatan Gedebage (50,53%).

Gambar 5.55 Toleransi Responden Pada Masalah Ketersediaan Air Bersih 4000

70.00

3500

60.00

3000 Jumlah Responden

50.00

Persentase

2500 40.00 2000 30.00 1500 20.00

1000

10.00

500 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

1217

1063

3720

Persentase

20.28

17.72

62.00

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

66


Gambar 5.56 Kondisi Masalah Ketersediaan Air Bersih dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kota Bandung

24.77%

Cidadap

62.00%

11.36%

76.52%

Sukasari

57.38%

Sukajadi

40.98%

33.20%

Coblong

53.20%

11.43%

Cibeunying Kaler

78.21%

16.86%

Cibeunying Kidul

71.51%

7.58%

84.83%

Bandung Wetan

21.52%

Cicendo

53.59%

Andir Sumur Bandung

36.71%

28.27% 45.74%

37.98%

3.33%

84.44%

Batununggal

29.15%

Kiaracondong

32.20%

20.06%

79.61%

Mandalajati

41.67%

Antapani

42.86%

18.72%

Arcamanik

67.38% 36.87%

Cinambo

49.72% 81.97%

Ujungberung

16.39%

19.40%

65.67%

Panyileukan 6.32% Cibiru

86.32%

8.99%

80.90%

Gedebage

50.53%

Rancasari

33.68%

21.50%

Buah Batu

71.50%

21.22%

Bandung Kidul

66.53% 11.81%

63.19%

Lengkong

45.00%

Regol

14.49%

Astanaanyar

70.53%

14.52%

85.48%

Bojongloa Kidul 3.79%

95.26%

Bojongloa Kaler

26.71%

Babakan Ciparay

18.18%

Bandung Kulon

61.24% 68.79%

37.27% 0%

18.33%

10%

20%

54.85% 30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Jauh Memburuk

Memburuk

Sedikit Memburuk

Sama

Sedikit Membaik

Membaik

Jauh Membaik

Tidak Tahu

Bukan 5 Masalah Utama

100%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

67


Tabel 5.4 Kondisi Masalah Ketersediaan Air Bersih Dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kecamatan

Jauh Memburuk

Bandung Kulon

0.00%

0.30%

Sedikit Memburuk 2.42%

37.27%

Sedikit Membaik 3.33%

1.52%

Bukan 5 Masalah Utama 0.30% 54.85%

Babakan Ciparay

0.30%

0.30%

8.18%

18.18%

4.24%

0.00%

0.00%

68.79%

Bojongloa Kaler

0.00%

0.00%

4.89%

26.71%

4.56%

2.61%

0.00%

61.24%

Bojongloa Kidul

0.00%

0.00%

0.95%

3.79%

0.00%

0.00%

0.00%

95.26%

Astanaanyar

0.00%

0.00%

0.00%

14.52%

0.00%

0.00%

0.00%

85.48%

Regol

0.00%

3.38%

9.18%

14.49%

2.42%

0.00%

0.00%

70.53%

Lengkong

1.11%

6.11%

28.89%

45.00%

0.56%

0.00%

0.00%

18.33%

Bandung Kidul

0.00%

3.47%

21.53%

11.81%

0.00%

0.00%

0.00%

63.19%

Buah Batu

0.41%

0.82%

8.98%

21.22%

0.41%

1.63%

0.00%

66.53%

Rancasari

0.00%

2.00%

5.00%

21.50%

0.00%

0.00%

0.00%

71.50%

Gedebage

0.00%

7.37%

2.11%

50.53%

6.32%

0.00%

0.00%

33.68%

Cibiru

0.56%

1.69%

3.37%

8.99%

4.49%

0.00%

0.00%

80.90%

Panyileukan

0.00%

0.00%

0.00%

6.32%

6.32%

1.05%

0.00%

86.32%

Ujungberung

0.50%

1.00%

7.46%

19.40%

5.97%

0.00%

0.00%

65.67%

Cinambo

0.00%

0.00%

0.00%

81.97%

1.64%

0.00%

0.00%

16.39%

Arcamanik

0.00%

0.56%

11.73%

36.87%

1.12%

0.00%

0.00%

49.72%

Antapani

0.00%

0.00%

6.42%

18.72%

6.95%

0.53%

0.00%

67.38%

Mandalajati

0.00%

0.60%

14.29%

41.67%

0.60%

0.00%

0.00%

42.86%

Kiaracondong

0.00%

0.00%

0.00%

20.06%

0.00%

0.32%

0.00%

79.61%

Batununggal

1.69%

5.76%

20.34%

29.15%

5.08%

5.76%

0.00%

32.20%

Sumur Bandung

0.00%

1.11%

2.22%

3.33%

8.89%

0.00%

0.00%

84.44%

Andir

0.00%

0.39%

15.50%

45.74%

0.39%

0.00%

0.00%

37.98%

Cicendo

0.00%

2.95%

10.55%

28.27%

4.22%

0.42%

0.00%

53.59%

Bandung Wetan

0.00%

34.18%

6.33%

21.52%

1.27%

0.00%

0.00%

36.71%

Cibeunying Kidul

0.00%

1.90%

3.32%

7.58%

1.42%

0.95%

0.00%

84.83%

Cibeunying Kaler

0.00%

5.23%

5.81%

16.86%

0.58%

0.00%

0.00%

71.51%

Coblong

0.00%

1.43%

8.57%

11.43%

0.00%

0.36%

0.00%

78.21%

Sukajadi

0.00%

0.40%

12.00%

33.20%

1.20%

0.00%

0.00%

53.20%

Sukasari

0.00%

0.00%

1.64%

57.38%

0.00%

0.00%

0.00%

40.98%

Cidadap

0.00%

0.76%

11.36%

11.36%

0.00%

0.00%

0.00%

76.52%

Kota Bandung

0.18%

1.95%

8.12%

24.77%

2.28%

0.68%

0.02%

62.00%

Memburuk

Sama

Membaik

Jauh Membaik

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

68


5.5.5

Banjir

Banjir merupakan masalah utama pembangunan yang dipersepsikan oleh sekitar 22,47% atau 1,348 orang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Sementara itu sekitar 619 orang atau 10,32% yang menyatakan bahwa banjir merupakan masalah utama pembangunan Kota Bandung namun tidak terjadi di daerah tempat tinggalnya sebagaimana terlihat pada Gambar 5.57. Responden yang mempersepsikan bahwa tempat tinggalnya mengalami banjir terkonsentrasi terutama di kecamatan-kecamatan antara lain: Kecamatan Cinambo (81,97%), Kecamatan Astanaanyar (67,74%), Kecamatan Gedebage (67,37%) dan Kecamatan Panyileukan (65,26%). Sebaliknya, responden yang menyatakan bahwa banjir merupakan masalah utama Kota Bandung namun tidak terjadi di lingkungannya antara lain di Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Bandung Kidul, dan Kecamatan Sumur Bandung sebagaimana terlihat pada Gambar 5.58.

Gambar 5.57 Terjadinya Masalah Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal Responden 4500

80.00

4000

70.00

3500 Jumlah Responden

60.00

Persentase

3000

50.00

2500 40.00 2000 30.00

1500

20.00

1000

10.00

500 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

1348

619

4033

Persentase

22.47

10.32

67.22

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

69


Gambar 5.58 Terjadinya Masalah Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal Responden Menurut Kecamatan Bukan 5 Masalah Utama Kota Bandung

Ya

Tidak

67.22%

22.47%

Cidadap

92.42%

Sukasari

0.00%

100.00%

Sukajadi

0.00%

86.80%

Coblong

9.20%

78.21%

Cibeunying Kaler

13.93%

81.40%

Cibeunying Kidul

7.56%

89.10%

Bandung Wetan

34.18%

5.21%

17.72%

Cicendo

76.79%

Andir

11.81% 93.41%

Sumur Bandung

5.04%

68.89%

Batununggal

1.11%

71.53%

Kiaracondong

15.93%

68.61%

Mandalajati

62.50%

Antapani

62.03%

Arcamanik

29.13% 23.21% 25.67%

50.84%

Cinambo

32.40%

18.03%

81.97%

Ujungberung

62.69%

Panyileukan

21.39%

29.47%

65.26%

Cibiru

62.36%

Gedebage

20.22%

31.58%

67.37%

Rancasari

63.00%

Buah Batu

25.50%

42.86%

Bandung Kidul

52.24%

47.92%

Lengkong

14.58%

59.44%

Regol

25.56% 75.85%

Astanaanyar

9.66%

32.26%

67.74%

Bojongloa Kidul

86.26%

Bojongloa Kaler

5.69%

55.37%

Babakan Ciparay

65.76%

Bandung Kulon

66.06% 0%

10%

20%

30%

38.44% 20.61% 23.94% 40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Tingkat toleransi responden terhadap terjadinya banjir terlihat pada Gambar 5.59. Berdasarkan gambar tersebut, sebanyak 1.040 responden atau sekitar 17,33% menyatakan bahwa masalah banjir Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

70


tersebut dapat ditolerir. Sementara itu sebanyak 927 orang atau 15,45% responden menyatakan bahwa banjir merupakan masalah yang tidak dapat ditolerir. Persepsi mengenai perkembangan kondisi banjir per kecamatan dapat dilihat pada Gambar 5.60 dan Tabel 5.5. Terdapat tiga kecamatan yang secara signifikan mempersepsikan bahwa permasalahan banjir di Kota Bandung kondisinya relatif sama dengan tahun lalu. Kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Cinambo (77%), Kecamatan Astanaanyar

(67,2%) dan Kecamatan Bandung Wetan

(51,9%). Responden di Kecamatan Bandung Kidul merupakan yang relatif banyak mempersepsikan bahwa kondisi banjir cenderung memburuk dibandingkan dengan keadaannya di tahun 2018. Sebaliknya, responden di Kecamatan Panyileukan relatif banyak mempersepsikan bahwa kondisi banjir tahun ini lebih baik kondisinya dibandingkan dengan tahun lalu.

Gambar 5.59 Toleransi Responden Pada Masalah Banjir 4500

80.00

4000

70.00

3500

60.00 Jumlah Responden

3000

Persentase

50.00 2500 40.00 2000 30.00 1500 20.00

1000

10.00

500 0 Ya

Tidak

Bukan 5 Masalah Utama

Jumlah Responden

1040

927

4033

Persentase

17.33

15.45

67.22

0.00

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

71


Gambar 5.60 Kondisi Masalah Banjir dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kota Bandung

21.65%

67.22%

Cidadap 6.82%

92.42%

Sukasari0.00% Sukajadi

100.00%

9.60%

86.80%

Coblong

12.86%

Cibeunying Kaler

13.37%

Cibeunying Kidul

78.21% 81.40%

6.16%

89.10%

Bandung Wetan

51.90%

Cicendo Andir

9.70%

76.79%

5.04%

93.41%

Sumur Bandung

14.44%

Batununggal

68.89%

8.47%

Kiaracondong

71.53%

27.18%

Mandalajati

68.61%

33.33%

Antapani

62.50%

24.06%

Arcamanik

62.03%

39.66%

50.84%

Cinambo

77.05%

Ujungberung Panyileukan

34.18%

18.03%

16.92%

62.69%

18.54%

62.36%

10.53%

29.47%

Cibiru Gedebage

46.32%

Rancasari

31.58%

30.50%

63.00%

Buah Batu

39.18%

Bandung Kidul

42.86%

21.53%

Lengkong

47.92%

30.00%

Regol

59.44%

13.04%

75.85%

Astanaanyar

67.20%

Bojongloa Kidul

32.26%

7.58%

86.26%

Bojongloa Kaler

29.64%

Babakan Ciparay

55.37%

14.55%

Bandung Kulon

65.76%

32.12% 0%

10%

20%

66.06% 30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Jauh Memburuk

Memburuk

Sedikit Memburuk

Sama

Sedikit Membaik

Membaik

Jauh Membaik

Tidak Tahu

Bukan 5 Masalah Utama

100%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

72


Tabel 5.5 Kondisi Masalah Banjir dibandingkan Dengan Tahun 2018 Menurut Kecamatan Kecamatan

Jauh Memburuk

Bandung Kulon

0.00%

0.00%

Sedikit Memburuk 0.00%

32.12%

Sedikit Membaik 1.21%

0.30%

0.30%

Bukan 5 Masalah Utama 0.00% 66.06%

Babakan Ciparay

0.00%

0.30%

3.64%

14.55%

13.03%

2.73%

0.00%

0.00%

65.76%

Bojongloa Kaler

0.00%

0.00%

3.91%

29.64%

5.86%

4.89%

0.33%

0.00%

55.37%

Bojongloa Kidul

0.47%

0.47%

3.32%

7.58%

0.95%

0.95%

0.00%

0.00%

86.26%

Astanaanyar

0.00%

0.00%

0.54%

67.20%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

32.26%

Regol

0.00%

2.42%

0.97%

13.04%

7.73%

0.00%

0.00%

0.00%

75.85%

Lengkong

0.00%

1.11%

8.89%

30.00%

0.56%

0.00%

0.00%

0.00%

59.44%

Bandung Kidul

1.39%

6.94%

17.36%

21.53%

2.78%

0.69%

1.39%

0.00%

47.92%

Buah Batu

0.82%

4.49%

8.16%

39.18%

2.45%

1.22%

0.41%

0.41%

42.86%

Rancasari

0.50%

0.50%

2.00%

30.50%

3.50%

0.00%

0.00%

0.00%

63.00%

Gedebage

0.00%

8.42%

3.16%

46.32%

10.53%

0.00%

0.00%

0.00%

31.58%

Cibiru

0.56%

5.62%

7.30%

18.54%

5.06%

0.56%

0.00%

0.00%

62.36%

Panyileukan

0.00%

0.00%

0.00%

10.53%

47.37%

8.42%

4.21%

0.00%

29.47%

Ujungberung

0.50%

4.48%

9.95%

16.92%

4.98%

0.50%

0.00%

0.00%

62.69%

Cinambo

0.00%

0.00%

4.92%

77.05%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

18.03%

Arcamanik

0.00%

0.56%

0.00%

39.66%

8.94%

0.00%

0.00%

0.00%

50.84%

Antapani

0.00%

0.00%

3.21%

24.06%

10.16%

0.53%

0.00%

0.00%

62.03%

Mandalajati

0.00%

0.00%

0.60%

33.33%

3.57%

0.00%

0.00%

0.00%

62.50%

Kiaracondong

0.00%

3.24%

0.32%

27.18%

0.32%

0.32%

0.00%

0.00%

68.61%

Batununggal

1.36%

5.08%

3.39%

8.47%

5.42%

3.39%

1.02%

0.34%

71.53%

Sumur Bandung

0.00%

4.44%

7.78%

14.44%

3.33%

1.11%

0.00%

0.00%

68.89%

Andir

0.00%

0.00%

1.55%

5.04%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

93.41%

Cicendo

0.00%

1.69%

7.59%

9.70%

4.22%

0.00%

0.00%

0.00%

76.79%

Bandung Wetan

0.00%

8.86%

2.53%

51.90%

2.53%

0.00%

0.00%

0.00%

34.18%

Cibeunying Kidul

0.00%

0.95%

0.95%

6.16%

2.37%

0.47%

0.00%

0.00%

89.10%

Cibeunying Kaler

0.00%

1.74%

3.49%

13.37%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

81.40%

Coblong

0.00%

0.00%

5.36%

12.86%

3.57%

0.00%

0.00%

0.00%

78.21%

Sukajadi

0.00%

0.00%

0.40%

9.60%

2.80%

0.40%

0.00%

0.00%

86.80%

Sukasari

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

100.00%

Cidadap

0.00%

0.00%

0.00%

6.82%

0.76%

0.00%

0.00%

0.00%

92.42%

Kota Bandung

0.20%

1.73%

3.52%

21.65%

4.52%

0.93%

0.20%

0.03%

67.22%

Memburuk

Sama

Membaik

Jauh Membaik

Tidak Tahu

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

73


5.6 Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Mengatasi Permasalahan di Masing-Masing Kecamatan Berbagai upaya pemerintah sudah dilakukan untuk mengatasi beberapa permasalahan pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat. Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai persepsi masyarakat terhadap upaya pemerintah untuk menyelasaikan permasalahan pembangunan di Kota Bandung – khususnya terhadap 5 permasalahan utama pembangunan yang ada menurut masyarakat menjadi permasalahan di tahun 2019 ini.

5.6.1

Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan merupakan permasalahan pembangunan utama yang dirasakan oleh masyarakat Kota Bandung sejak survei persepsi pembangunan Kota Bandung dilaksanakan pertama kali 5 tahun yang lalu. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah kemacetan di Kota Bandung – mulai dari rekayasa lalu lintas, peningkatan kapasitas jaringan jalan dan fasilitas pejalan kaki, hingga perbaikan sistem perpakiran. Secara umum masyarakat memiliki persepsi bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi kemacetan tidak berbeda dari tahun ke tahun. Sebanyak 59,48% masyarakat yang menjadi responden menyatakan upaya pemerintah tahun 2019 sama saja dengan upaya yang dilakukan tahun 2018. Sebanyak 11,8% responden menjawab upaya pemerintah tahun ini sedikit lebih baik (sementara 10,87% lainnya menjawab yang sebaliknya), sedangkan 12,37% lainnya memilih untuk tidak berkomentar.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

74


Tabel 5.6 Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Kemacetan Menurut Kecamatan Kecamatan Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Jauh Memburuk 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.48% 0.00% 2.78% 1.63% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.02% 0.00% 0.00% 0.42% 0.00% 0.47% 0.00% 0.71% 0.40% 0.00% 0.00% 0.30%

Memburuk 0.30% 5.15% 0.00% 0.47% 0.00% 6.28% 0.56% 12.50% 3.27% 3.50% 5.26% 4.49% 0.00% 3.98% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3.24% 2.37% 4.44% 0.00% 1.69% 0.00% 5.69% 1.74% 1.07% 0.40% 0.00% 0.76% 2.20%

Sedikit Memburuk 6.06% 38.79% 8.14% 2.37% 1.61% 1.93% 8.33% 20.14% 17.14% 14.00% 1.05% 13.48% 7.37% 30.35% 0.00% 0.56% 1.60% 2.38% 11.97% 5.08% 21.11% 16.67% 4.64% 3.80% 23.22% 4.07% 2.50% 2.80% 25.14% 6.06% 10.87%

Sama 88.48% 31.21% 47.56% 84.36% 86.02% 52.17% 70.56% 58.33% 53.06% 55.50% 33.68% 58.99% 25.26% 41.29% 88.52% 72.63% 55.61% 69.64% 59.22% 62.03% 35.56% 62.40% 61.60% 56.96% 36.02% 26.16% 65.71% 71.60% 71.04% 88.64% 59.48%

Sedikit Membaik 0.91% 8.79% 6.84% 9.00% 0.00% 16.43% 10.00% 1.39% 11.02% 8.50% 5.26% 10.67% 56.84% 4.48% 3.28% 20.11% 29.41% 8.33% 11.65% 18.64% 35.56% 0.00% 15.61% 18.99% 15.64% 34.30% 15.71% 14.00% 0.00% 1.52% 11.87%

Membaik 0.00% 0.30% 4.89% 1.90% 0.00% 0.00% 1.11% 0.00% 4.49% 0.00% 0.00% 0.00% 8.42% 0.50% 0.00% 0.00% 3.21% 0.60% 8.41% 4.75% 1.11% 0.00% 1.69% 13.92% 2.37% 25.58% 3.57% 0.40% 0.00% 0.00% 2.75%

Tidak Tahu 0.00% 0.61% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.63% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 1.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.76% 0.17%

Bukan 5 Masalah Utama 4.24% 15.15% 32.57% 1.90% 12.37% 22.71% 9.44% 4.86% 7.76% 17.50% 54.74% 12.36% 2.11% 18.41% 8.20% 6.70% 10.16% 19.05% 5.50% 6.10% 2.22% 20.93% 14.35% 6.33% 16.59% 8.14% 10.71% 10.40% 3.83% 2.27% 12.37%

Sumber: Hasil Survei (2019) Jika dilihat berdasarkan persepsi responden di tiap kecamatan, beberapa kecamatan yang menyatakan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah relatif tidak berubah diantaranya adalah Kecamatan Bandung Kulon, Bojongloa Kidul, Astanaanyar, Cinambo, serta Kecamatan Cinambo (merupakan kecamatan-kecamatan yang persepsi masyarakatnya lebih dari 80% menyatakan upaya pemerintah mengatasi kemacetan sama saja dengan tahun sebelumnya). Sementara itu partisipasi responden di Kecamatan Gedebage untuk menjawab pertanyaan ini sangat rendah, sebanyak 54,74% responden di Kecamatan Gedebage menolak untuk menjawab permasalahan ini – begitu juga dengan responden di Kecamatan Bojongloa Kaler, Regol, dan Andir lebih dari 20% responden menolak untuk menjawab pertanyaan ini. Keengganan masyarakat untuk menjawab pertanyaan terkait dengan upaya pemerintah mengatasi permasalahan pembangunan Kota Bandung lebih pada kurangnya informasi terkait upaya-upaya yang selama ini sudah dilakukan pemerintah. Total Responden Kota Bandung yang menolak untuk menjawab pertanyaan ini lebih dari 10%, tepatnya adalah sebesar 12,37%.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

75


Masyarakat yang menjadi responden di Kecamatan Panyileukan menyatakan bahwa upaya pemerintah untuk mengatasi kemacetan tahun 2019 ini sedikit lebih baik (dinilai oleh sebanyak 56,84% responden di Kecamatan Panyileukan), demikian juga tanggapan dari masyarakat yang ada di Kecamatan Cibeunying Kaler – 34,3% menyatakan sedikit lebih baik dan 25,58 lainnya menyatakan sudah membaik. Sebaliknya menurut masyarakat yang menjadi responden di Kecamatan Babakan Ciparay upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemacetan tahun 2019 ini sedikit lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya (dijawab oleh 38,79% responden).

5.6.2

Sampah Kota

Seperti juga yang terjadi pada kasus kemacetan, jumlah responden yang tidak bersedia menjawab – karena ketidaktahuan mereka – upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah persampahan di Kota Bandung tahun 2019 berjumlah sebesar 27,57% (yaitu sebanyak 1654 responden), lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak menjawab dalam permasalahan kemacetan. Akan tetapi dari sekitar 72,43% responden yang menjawab, sebagian besar (yaitu sebanyak 48,28%) berpendapat bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah persampahan di Kota Bandung tidak mengalami perbedaan dibandingkan dengan tahun 2018. Akan tetapi sebanyak 13,23% menjawab bahwa upaya yang dilakukan pemerintah sudah sedikit membaik, sedangkan 5,43% lainnya menjawab sebaliknya – yaitu sedikit memburuk. Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana persepsi masyarakat yang menjadi responden di masing-masing Kecamatan. Beberapa Kecamatan yang tidak memiliki tingkat partisipasi masyarakat untuk menjawab pertanyaan ini cukup besar – diantaranya adalah Kecamatan Babakan Ciparay, Gedebage, Cinambo, Arcamanik, Antapani, Mandalajati, Bandung Wetan dan Cibeunying Kidul – kesembilan kecamatan ini memiliki responden yang tidak berkontribusi menjawab lebih dari 40%. Masyarakat di Kecamatan Bandung Kulon, Bojongloa Kidul, Astanaanyar, Bandung Kidul, Rancasari, Sukasari dan Cidadap mengangap bahwa upaya pemerintah untuk mengatasi masalah sampah relatif sama dibandingkan dengan tahun 2018 – lebih dari 60% masyarakat yang menjadi responden menjawab sama. Sedangkan beberapa kecamatan yang ada di Kecamatan Panyileukan, Sumur Bandung dan Kecamatan Cibeunying Kaler menyatakan upaya pemerintah tahun ini sedikit lebih baik, bahkan di Kecamatan Cibeunying Kaler 34,3% responden menjawab upaya pemerintah sudah membaik.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

76


Tabel 5.7 Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Sampah Kota Menurut Kecamatan Kecamatan Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Jauh Memburuk 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.48% 0.00% 0.69% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.05%

Memburuk 0.00% 0.30% 0.00% 0.95% 0.00% 8.21% 0.56% 3.47% 2.45% 0.50% 6.32% 0.56% 0.00% 1.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3.24% 2.71% 0.00% 0.00% 0.42% 0.00% 1.42% 0.58% 1.07% 0.00% 0.00% 1.52% 1.17%

Sedikit Memburuk 1.52% 5.45% 2.93% 2.37% 0.00% 0.97% 4.44% 13.89% 16.33% 8.00% 1.05% 5.06% 0.00% 11.94% 0.00% 0.56% 1.60% 0.60% 8.74% 13.22% 4.44% 12.02% 5.06% 5.06% 10.43% 2.91% 2.50% 0.40% 0.00% 9.09% 5.43%

Sama 83.64% 25.15% 46.58% 61.61% 75.81% 48.31% 54.44% 68.06% 48.16% 61.00% 32.63% 32.02% 9.47% 45.77% 55.74% 20.11% 29.95% 42.86% 49.84% 45.08% 32.22% 56.98% 56.54% 36.71% 21.33% 12.79% 58.57% 34.80% 87.98% 72.73% 48.28%

Sedikit Membaik

Membaik

5.15% 19.09% 6.84% 11.85% 0.00% 16.91% 9.44% 1.39% 8.16% 10.00% 7.37% 31.46% 58.95% 3.98% 3.28% 28.49% 20.32% 8.93% 10.03% 14.58% 38.89% 0.39% 13.50% 6.33% 12.80% 37.79% 9.64% 23.20% 0.00% 12.88% 13.23%

0.00% 6.97% 5.86% 2.37% 0.00% 0.48% 1.11% 0.00% 3.67% 0.50% 0.00% 2.25% 1.05% 0.00% 0.00% 2.23% 2.67% 1.19% 10.68% 5.76% 1.11% 0.00% 2.53% 8.86% 5.69% 34.30% 7.14% 5.20% 0.00% 0.00% 4.05%

Jauh Membaik 0.30% 0.30% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.41% 0.00% 0.00% 0.56% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.32% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.58% 0.71% 0.00% 0.00% 0.00% 0.13%

Tidak Tahu 0.00% 0.30% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.41% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.76% 0.08%

Bukan 5 Masalah Utama 9.39% 42.42% 37.79% 20.85% 24.19% 24.64% 30.00% 12.50% 20.41% 19.50% 52.63% 28.09% 30.53% 36.82% 40.98% 48.60% 45.45% 46.43% 17.15% 18.64% 23.33% 30.62% 21.94% 43.04% 47.87% 11.05% 20.36% 36.40% 12.02% 3.03% 27.57%

Sumber: Hasil Survei (2019)

5.6.3

Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan

Membuka kesempatan yang luas untuk terciptanya lapangan pekerjaan merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan suatu daerah. Oleh sebab itu salah satu upaya yang sering dilakukan oleh pemerintahan suatu daerah adalah bagaimana menerapkan kebijakan yang bisa menciptakan perluasan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Berbagai upaya telah dilakukan selama ini oleh Pemerintah Daerah Kota Bandung seperti dengan membuka kesempatan kerja pada aktivitas kegiatan yang bersifat padat karya, seperti pengembangan sektor pariwisata dan sektor-sektor lainnya.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

77


Tabel 5.8 Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan Menurut Kecamatan Kecamatan Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Jauh Memburuk 0.00% 0.00% 0.33% 0.00% 0.00% 1.45% 0.00% 0.00% 0.41% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.68% 0.00% 0.00% 0.42% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.13%

Memburuk 0.00% 1.82% 0.00% 0.95% 0.00% 7.25% 0.00% 2.08% 3.27% 2.00% 8.42% 2.81% 0.00% 3.48% 0.00% 0.56% 0.00% 0.00% 3.24% 2.71% 2.22% 1.94% 0.84% 0.00% 7.11% 4.65% 1.43% 0.40% 0.00% 0.00% 1.90%

Sedikit Memburuk 0.61% 10.30% 4.23% 11.37% 0.54% 0.97% 9.44% 8.33% 6.94% 5.50% 2.11% 10.11% 1.05% 15.42% 0.00% 10.06% 0.53% 5.95% 3.88% 19.66% 10.00% 24.81% 3.80% 2.53% 20.38% 8.14% 3.93% 1.20% 0.00% 0.76% 7.33%

Sama 58.79% 33.33% 39.74% 25.59% 68.82% 32.85% 38.33% 60.42% 12.65% 21.00% 25.26% 21.91% 6.32% 25.87% 16.39% 60.34% 23.53% 44.64% 48.54% 34.92% 28.89% 18.22% 42.19% 20.25% 12.80% 33.14% 47.50% 43.60% 75.96% 19.70% 36.60%

Sedikit Membaik

Membaik

0.61% 8.48% 4.56% 0.95% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 2.86% 3.00% 4.21% 4.49% 27.37% 6.97% 0.00% 0.00% 8.56% 0.60% 3.56% 11.19% 11.11% 0.00% 8.02% 5.06% 6.64% 2.33% 4.29% 4.80% 0.00% 2.27% 4.17%

0.30% 0.30% 5.86% 0.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3.27% 0.50% 0.00% 0.00% 8.42% 0.00% 0.00% 0.00% 0.53% 0.00% 0.00% 4.75% 0.00% 0.00% 0.00% 1.27% 1.90% 0.00% 0.36% 0.40% 0.00% 0.00% 1.00%

Jauh Membaik 0.00% 0.00% 0.33% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.82% 0.00% 0.00% 0.00% 1.05% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.47% 0.00% 0.36% 0.00% 0.00% 0.00% 0.10%

Tidak Tahu 0.00% 0.61% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.05%

Bukan 5 Masalah Utama 39.70% 45.15% 44.95% 60.66% 30.65% 57.49% 52.22% 29.17% 69.80% 68.00% 60.00% 60.67% 55.79% 47.76% 83.61% 29.05% 66.84% 48.81% 40.78% 26.10% 47.78% 55.04% 44.73% 70.89% 50.71% 51.74% 42.14% 49.60% 24.04% 77.27% 48.72%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Bandung untuk menekan angka pengangguran dan meningkatkan kesempatan kerja, akan tetapi persepsi masyarakat terhadap upaya-upaya pemerintah tersebut kurang mendapatkan apresiasi yang cukup baik dari masyarakat. Hal ini terbukti dari rendahnya partisipasi masyarakat yang menjadi responden dalam menjawab pertanyaan seputar persepsi mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi sulitnya lapangan pekerjaan – sebanyak 46,72% dari 6000 responden tidak bersedia untuk menjawab pertanyaan tersebut, bahkan angka persentase ini lebih besar dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki persepsi bahwa apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung di tahun 2019 ini tidak berbeda dengan kebijakan yang dilakukan di tahun sebelumnya, sebesar 36,6%. Bahkan ada sebanyak 7,33% dari masyarakat yang menjadi responden menjawab bahwa kebijakan atau upaya pemerintah untuk mengatasi sulitnya lapangan pekerjaan di tahun 2019 sedikit lebih buruk dibandingkan dengan tahun 2018.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

78


Kecamatan dengan partisipasi masyarakat yang rendah untuk menjawab pertanyaan ini (dimana tingkat keengganan untuk berpartisipasi menjawab pertanyaan lebih dari 60%) ada di Kecamatan Bojongloa Kidul, Buah Batu, Rancasari, Gedebage, Cinambo, Antapani, Bandung Wetan, dan Kecamatan Cidadap. Bahkan tingkat keenganan untuk berpartisipasi di Kecamatan Cinambo mencapai angka sebesar 83,61%, yang merupakan angka terbesar. Sedangkan tingkat keenganan berpartisipasi ada di Kecamatan Sukasari – hanya sebanyak 24,04% responden yang enggan untuk menjawab pertanyaan ini. Rendahnya partisipasi masyarkat untuk menjawab pertanyaan ini lebih disebabkan bahwa masalah lapangan pekerjaan tidak bisa dilihat dari lingkup kecamatan saja, karena lingkup lapangan pekerjaan ada pada skala kota – bahwa penduduk yang ditinggal di suatu kecamatan tertentu belum tentu bekerja di kecamatan yang sama, akan tetapi lebih banyak bekerja di kecamatan lainnya di luar kecamatan tempat tinggal mereka. Alasan inilah yang menyebabkan partisipasi masyarakat dalam menjawab pertanyaan ini cukup rendah. Kecamatan yang menjawab bahwa upaya pemerintah dalam mengatasi kesulitan lapangan pekerjaan tahun 2019 ini sama seperti tahun sebelumnya adalah Kecamatan Bandung Kulon, Bojongloa Kaler, Astanaanyar, Lengkong, Bandung Kidul, Arcamanik, Mandalajati, Kiaracondong, Cicendo, Coblong, Kecamatan Sukasari dan Sukajadi. Ke-12 kecamatan tersebut memiliki persentase lebih dari 36,6%, yaitu angka di tingkat kota Bandung. Penduduk yang menjadi responden di Kecamatan Andir dan Kecamatan Cibeunying Kidul memiliki persepsi bahwa upaya pemerintah untuk mengatasi sulitnya lapangan pekerjaan tahun 2019 ini sedikit lebih buruk dibandingkan dengan upaya yang dilakukan pemerintah tahun 2018 lalu. Sedangkan masyarakat yang menjadi responden di Kecamatan Panyileukan berpandangan sebaliknya, bahwa upaya pemerintah sudah sedkit lebih baik atau lebih baik dibandingkan dengan tahun 2018.

5.6.4

Ketersediaan Air Bersih

Berdasarkan data yang ada, tecatat bahwa jumlah pelanggan Air minum PDAM Tirtawening tahun 2019 tercatat sebesar 174.583 Rumah Tangga dan Instansi, sedangkan jumlah Rumah Tangga di Kota Bandung tahun 2019 tercacat sekitar 662 ribu Rumah Tangga, sehingga persentase jumlah Rumah Tangga Yang Terlayani hanya berkisar sebesar 26,37% saja. Oleh Sebab itu wajar jika jumlah responden yang berpartisipasi menjawab pertanyaan ketersediaan air bersih hanya sebesar 38% saja - sedangkan sisanya sebesar 62% tidak beranggapan ketersediaan air bersih sebagai salah satu masalah utama.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

79


Tabel 5.9 Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Ketersediaan Air Bersih Menurut Kecamatan Kecamatan Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Jauh Memburuk 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.56% 0.00% 0.41% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.34% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.05%

Memburuk 0.00% 0.00% 0.00% 0.47% 0.00% 3.38% 2.22% 0.00% 0.82% 1.50% 7.37% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.12% 0.00% 0.00% 0.00% 6.44% 0.00% 2.33% 0.42% 10.13% 0.47% 1.16% 2.50% 0.00% 0.00% 0.00% 1.17%

Sedikit Memburuk 0.00% 2.73% 2.61% 0.00% 0.00% 0.00% 22.22% 1.39% 5.71% 1.50% 2.11% 2.25% 1.05% 5.97% 0.00% 7.82% 0.53% 10.71% 0.00% 14.58% 0.00% 17.83% 5.06% 6.33% 4.27% 1.74% 1.07% 0.00% 1.09% 4.55% 4.28%

Sama

Sedikit Membaik

42.42% 21.82% 30.62% 3.79% 14.52% 23.19% 56.11% 35.42% 22.04% 22.50% 50.53% 11.80% 8.42% 19.40% 83.61% 40.22% 21.39% 46.43% 20.06% 32.54% 3.33% 41.86% 32.49% 35.44% 7.11% 22.67% 16.79% 40.40% 57.92% 17.42% 28.37%

Membaik

1.82% 6.67% 4.23% 0.47% 0.00% 2.90% 0.56% 0.00% 1.63% 1.00% 6.32% 4.49% 4.21% 8.96% 0.00% 1.12% 9.09% 0.00% 0.32% 8.14% 12.22% 0.00% 8.02% 7.59% 3.32% 2.91% 0.71% 6.00% 0.00% 1.52% 3.37%

0.91% 0.00% 1.30% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 2.04% 0.00% 0.00% 0.56% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 1.60% 0.00% 0.00% 5.42% 0.00% 0.00% 0.00% 3.80% 0.00% 0.00% 0.36% 0.40% 0.00% 0.00% 0.62%

Jauh Membaik

Tidak Tahu

0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.34% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.02%

0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.82% 2.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.42% 0.00% 0.00% 0.00% 0.36% 0.00% 0.00% 0.00% 0.13%

Bukan 5 Masalah Utama 54.85% 68.79% 61.24% 95.26% 85.48% 70.53% 18.33% 63.19% 66.53% 71.50% 33.68% 80.90% 86.32% 65.67% 16.39% 49.72% 67.38% 42.86% 79.61% 32.20% 84.44% 37.98% 53.59% 36.71% 84.83% 71.51% 78.21% 53.20% 40.98% 76.52% 62.00%

Sumber: Hasil Survei (2019) Dengan tingkat partisipasi masyarakat hanya sebesar 38%, sebanyak 28,3% menyatakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menyediakan air bersih di tahun 2019 tidak berbeda dibandingkan dengan tahun 2018. Begitu juga dengan persepsi masyarakat di tingkat kecamatan. Dengan mengabaikan masyarakat yang tidak merespon pertanyaan ini – karena mereka bukan bagian dari pelanggan air bersih PDAM – maka sebagian besar masyarakat di tingkat kecamatan juga memiliki persepsi yang sama, bahwa upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air bersih di tahun 2019 ini tidak berbeda dengan apa yang dilakukan pemerintah tahun 2018. 5.6.5

Banjir

Seperti juga persepsi masyarakat terhadap upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah air bersih, tingkat partisipasi masyarakat dalam menjawab pertanyaan terkait upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah banjir juga sangat sedikit. Sebanyak 67,22% dari masyarakat yang menjadi responden survei persepsi pembangunan Kota Bandung tahun 2019 ini tidak menjawab pertanyaan ini.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

80


Tabel 5.10 Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Masalah Banjir Menurut Kecamatan Kecamatan Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Jauh Memburuk 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.50% 0.00% 0.56% 0.00% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.05%

Memburuk 0.00% 0.30% 0.00% 0.00% 0.00% 1.45% 0.56% 2.78% 3.67% 0.50% 7.37% 1.12% 0.00% 1.49% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3.24% 0.68% 1.11% 0.00% 0.00% 1.27% 0.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.77%

Sedikit Memburuk 0.30% 3.33% 1.63% 1.42% 0.00% 0.00% 6.67% 8.33% 4.49% 1.00% 4.21% 10.11% 0.00% 12.44% 0.00% 1.12% 1.60% 0.00% 0.00% 3.73% 15.56% 3.10% 1.69% 2.53% 2.37% 2.91% 1.07% 0.40% 0.00% 0.00% 2.70%

Sama 33.03% 15.15% 33.55% 7.58% 67.74% 13.04% 31.11% 40.97% 38.37% 28.00% 47.37% 14.61% 9.47% 20.40% 81.97% 40.22% 22.99% 36.90% 27.51% 14.24% 10.00% 3.10% 13.50% 37.97% 4.74% 13.95% 16.07% 8.80% 0.00% 7.58% 22.68%

Sedikit Membaik

Membaik

0.61% 12.73% 4.89% 3.32% 0.00% 9.18% 1.67% 0.00% 6.53% 6.50% 9.47% 9.55% 50.53% 1.99% 0.00% 7.82% 13.37% 0.60% 0.32% 4.41% 4.44% 0.39% 7.17% 15.19% 2.37% 1.16% 3.57% 3.60% 0.00% 0.00% 5.15%

0.00% 2.42% 3.58% 0.95% 0.00% 0.48% 0.56% 0.00% 2.86% 0.00% 0.00% 1.69% 9.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.32% 5.08% 0.00% 0.00% 0.84% 8.86% 0.47% 0.58% 1.07% 0.40% 0.00% 0.00% 1.22%

Jauh Membaik 0.00% 0.00% 0.98% 0.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.41% 0.00% 0.00% 0.00% 1.05% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.34% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.13%

Tidak Tahu 0.00% 0.30% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.82% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.08%

Bukan 5 Masalah Utama 66.06% 65.76% 55.37% 86.26% 32.26% 75.85% 59.44% 47.92% 42.86% 63.00% 31.58% 62.36% 29.47% 62.69% 18.03% 50.84% 62.03% 62.50% 68.61% 71.53% 68.89% 93.41% 76.79% 34.18% 89.10% 81.40% 78.21% 86.80% 100.00% 92.42% 67.22%

Sumber: Hasil Survei (2019) Dari 32,78% responden yang menjawab pertanyaan ini, sebanyak 22,68% berpendapat bahwa upaya pemerintah untuk mengatasi masalah banjir tidak mengalami perbedaan di bandingkan tahun 2018. Responden di tingkat kemacatan juga memiliki persepsi yang sama, bahwa sebagian besar masyarakat yang menjadi responden menyatakan upaya pemerintah untuk mengatasi masalah banjir tahun 2019 tidak berbeda dengan apa yang sudah dilakukan di tahun 2018. Hanya 50,53% dari masyarakat yang tinggal di Kecamatan Penyileukan yang menyatakan upaya pemerintah mengatasi banjir saat ini sedikit membaik jika dibandingkan dengan tahun 2018, dan sebaliknya ada sebanyak 15,56% di Kecamatan Sumur Bandung yang menyatakan upaya pemerintah mengatasi banjir tahun 2019 ini sedikit lebih buruk dibandingkan dengan apa yang dilakukan pemerintah di tahun 2018.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

81


5.7 Preferensi Penanganan Permasalahan Kota Setelah mengetahui persepsi masyarakat mengenai kondisi saat ini dari 5 permasalahan utama pembangunan di Kota Bandung tahun 2019, dan persepsi terhadap upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, maka pada bagian ini akan dijelaskan mengenai preferensi masyarakat terhadap penyebab 5 masalah utama pembangunan di Kota Bandung beserta usulan pemecahan masalah pembangunannya dari sudut pandang masyarakat yang menjadi responden riset ini. Masyarakat yang menjadi responden diberikan kebebasan untuk menentukan penyebab permasalahan pembangunan – dengan mengisi kuesioner terbuka – akan tetapi untuk usulan penyelesaian masalah, masyarakat diberikan berberapa alternatif penyelesaian masalah – dalam bentuk kuesioner tertutup – yang kemudian berdasarkan preferensi mereka akan diurutkan dari yang paling mereka rasa penting untuk segera dilakukan – tentu saja setelah melalui proses pembobotan. Alternatif penyelesaian yang diberikan disesuaikan dengan nomenklatur kegiatan yang ada di pemerintahan, sehingga memudahkan pemerintah daerah untuk mengeksekusi preferensi usulan masyarakat tersebut dalam pelaksanaan kegiatan di tahun berikutnya. 5.7.1

Kemacetan Lalu Lintas

Dari berbagai jawaban atas pertanyaan sumber kemacetan yang terjadi di Kota Bandung, para peneliti akhirnya bisa menyimpulkan 5 masalah yang menjadi penyebab kemacetan lalu lintas di Kota Bandung tahun 2019 ini, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, yaitu: -

Kondisi jalan tidak sesuai dengan aktivitas kegiatan masyarakat. Banyak jalan-jalan di Kota Bandung yang memang tidak lagi sesuai karena perkembangan yang cepat dari aktivitas masyarakat, seperti dengan banyaknya kompleks-kompleks perumahan maka volume kendaraan yang melawati jalan tersebut melebihi kapasitas jalannya, atau berubah fungsinya guna lahan di sepanjang jalan tersebut yang tadinya perumahan sekarang menjadi kawasan komersial. Sebanyak 54% masyarakat memandang ketidaksesuaian antara kondisi jalan dengan aktivitas kegiatan masyarakat merupakan sumber penyebab kemacetan di Kota Bandung.

-

Tidak tertibnya para pengendara – baik motor maupun mobil – juga dipersepsikan oleh masyarakat sebagai salah satu penyebab utama dari kemacetan yang terjadi di Kota Bandung – khususnya para pengendara yang berasal dari angkutan umum, baik angkutan umum reguler maupun online. Ada sebanyak 31% dari masyarakat yang menjadi responden mempersepsikan ketidaktertiban adalah sumber utama permasalahan kemacetan. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

82


-

Sementara itu pertumbuhan penduduk dan kendaraan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jalan, serta kebijakan lalu lintas yang dirasa belum pas, serta kemacetan pada jam-jam tertentu merupakan sumber-sumber penyebab lainnya dari permasalahan kemacetan di Kota Bandung.

Gambar 5.61 Penyebab Utama Masalah Kemacetan di Kota Bandung Tahun 2019 Kemacetan pada jam tertentu, 71, (1%)

Kondisi jalan belum sesuai dengan aktivitas kegiatan masyarakat, 2858, (54%)

Pengendara Tidak tertib berlalu lintas, 1615, (31%) Pertumbuhan Penduduk dan kendaraan lebih cepat dibandigkan dengan pertumbuhan jalan (terutama motor), 396, (8%) Kebijakan Lalu Lintas yang dirasa belum pas, 321, (6%)

Sumber: Hasil Survei (2019)

Berdasarkan sumber-sumber permasalahan yang di ungkapkan para responden, maka masyarakat yang menjadi responden di Kota Bandung tahun 2019 mengusulkan agar pemerintah melaksanakan kegiatan pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum sebagai usulan pertama untuk mengatasi masalah kemacetan yang ada di Kota Bandung saat ini. Hal ini disebabkan masyarakat memiliki persepsi bahwa ketidakdisiplinan angkutan umum di Kota Bandung menjadi sumber utama dari membesarnya masalah kemacetan selama ini. Masyarakat mengharapkan adanya ketegasan dan keseriusan pemerintah untuk menegakan disiplin angkutan umum, kondisi jalan yang relatif terbatas di Kota Bandung disertai dengan ketidaksiplinan angkutan umum dalam berkendaraan – seperti berhenti di sembarang tempat, menunggu penumpang terlalu lama di badan jalan dan lain sebagainya – membuat kemacetan lalu lintas semakin bertambah dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu dibutuhkan ketegasan pemerintah untuk membuat angkutan umum Kota Bandung untuk meningkatkan disiplin dalam berlalu lintas – misalkan memberikan sanksi yang membuat efek jera bagi para pelanggar lalu lintas, bukan saja untuk angkutan umum tetapi juga untuk kendaraan pribadi lainnya. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

83


Gambar 5.62 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Kemacetan di Kota Bandung

Pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum

20060

Pengoperasian angkutan massal/bus lin

Pengelolaan terminal angkutan darat

Penyediaan sarana & prasarana sistem transportasi terintegrasi

Pengoperasian sistem bike sharing

18246

14655

13888

12021

Sumber: Hasil Survei (2019)

Upaya mengatasi masalah kemacetan kedua yang diusulkan masyarakat adalah pemerintah berusaha untuk mengoperasikan lebih banyak angkutan umum masal yang nyaman dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan berpindah dari menggunakan kendaraan pribadi ke angkutan umum masal. Akan tetapi perlu juga dipertimbangkan moda angkutan masal yang digunakan, jangan sampai tidak sesuai dengan karakteristik jalan di Kota Bandung yang relatif kecil, dibandingkan kota-kota besar lainnya. Karena titik-titik kemacetan sering terjadi pada lokasi disekitar terminal angkutan umum, maka usulan ketiga adalah diperlukan peningkatan pengelolaan operasional terminal angkutan darat – termasuk merubah disain terminal agar bisa mengurangi tingkat kemacetan di wilayah sekitar terminal.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

84


Tabel 5.11 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Kemacetan di Kota Bandung Menurut Kecamatan

Daerah

Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Pengoperasian angkutan massal/bus line 23.08% 23.83% 24.61% 25.80% 21.47% 21.50% 23.03% 25.01% 23.22% 27.52% 24.81% 27.26% 19.35% 22.52% 21.07% 22.71% 21.59% 18.43% 20.18% 21.71% 20.30% 20.07% 22.46% 27.12% 26.40% 19.66% 24.40% 23.72% 32.88% 16.33% 23.13%

Pengoperasian sistem bike sharing 14.16% 14.76% 18.84% 15.94% 15.38% 10.75% 12.11% 10.36% 13.78% 13.05% 14.57% 19.83% 15.70% 19.39% 11.43% 15.85% 11.55% 16.52% 14.25% 16.34% 14.55% 16.63% 12.68% 22.16% 16.48% 13.42% 19.63% 12.65% 21.29% 11.89% 15.24%

Pengendalian disiplin Pengelolaan terminal pengoperasian angkutan darat angkutan umum 27.74% 24.43% 24.32% 23.06% 22.04% 28.17% 28.75% 29.00% 25.75% 27.88% 23.41% 22.95% 21.58% 24.63% 30.12% 24.67% 27.06% 27.79% 24.13% 23.78% 25.38% 27.81% 26.57% 22.52% 21.29% 26.37% 26.69% 23.21% 24.28% 28.79% 25.43%

Penyediaan sarana & prasarana sistem transportasi terintegrasi

18.04% 19.12% 17.29% 19.39% 20.61% 21.00% 18.32% 23.50% 17.32% 17.41% 17.98% 16.20% 22.22% 16.26% 18.33% 16.97% 17.62% 20.54% 20.91% 19.86% 20.00% 18.92% 15.14% 18.02% 18.56% 19.87% 16.11% 19.91% 13.98% 20.98% 18.58%

16.98% 17.86% 14.94% 15.81% 20.49% 18.58% 17.79% 12.12% 19.94% 14.14% 19.22% 13.76% 21.15% 17.20% 19.05% 19.80% 22.18% 16.72% 20.53% 18.32% 19.77% 16.57% 23.15% 10.18% 17.27% 20.68% 13.17% 20.51% 7.58% 22.02% 17.61%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Usulan pengembangan TOD (Transport Oriented Development) dan pengimplementasian compact city – dalam bentuk integrasi sistem transportasi dengan aktivitas lainnya dan juga penggunaan sepeda dengan jalur khusus untuk aktivitas keseharian masyarakat – merupakan usulan yang bersifat penanganan masalah kemacetan kota dalam jangka panjang menjadi usulan berikutnya yang ditawarkan oleh masyarakat. Sedangkan usulan yang diberikan oleh masyarakat di masing-masing kecamatan dapat dijelaskan seperti pada gambar di bawah ini. Selain itu, gambar berikutnya menggambarkan persepsi kesediaan masyarakat untuk menggunakan transportasi massal di masing-masing kecamatan.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

85


Tabel 5.12 Kesediaan Responden Dalam Menggunakan Transportasi Massal (Bus) Untuk Aktifitas Harian Menurut Kecamatan Daerah Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Bersedia 67.27% 59.70% 28.66% 16.11% 52.15% 48.79% 73.89% 68.06% 76.33% 71.00% 40.00% 70.79% 76.84% 63.18% 22.95% 54.75% 70.59% 70.83% 66.34% 84.75% 92.22% 11.63% 83.54% 79.75% 75.83% 73.26% 76.79% 42.00% 25.14% 45.45% 59.45%

Bersedia dengan catatan 22.12% 16.67% 36.16% 68.25% 2.15% 13.04% 7.78% 18.06% 4.49% 2.50% 5.26% 16.85% 8.42% 10.45% 19.67% 37.99% 17.65% 9.52% 14.56% 0.00% 2.22% 39.53% 0.00% 13.92% 2.37% 0.58% 7.86% 43.20% 58.47% 19.70% 18.20%

Tidak Bersedia 6.36% 8.48% 2.61% 13.74% 33.33% 15.46% 8.89% 9.03% 11.43% 9.00% 0.00% 0.00% 12.63% 7.96% 49.18% 0.56% 1.60% 0.60% 13.59% 9.15% 3.33% 27.91% 2.11% 0.00% 5.21% 18.02% 4.64% 4.40% 12.57% 32.58% 9.98%

Bukan 5 Masalah Utama 4.24% 15.15% 32.57% 1.90% 12.37% 22.71% 9.44% 4.86% 7.76% 17.50% 54.74% 12.36% 2.11% 18.41% 8.20% 6.70% 10.16% 19.05% 5.50% 6.10% 2.22% 20.93% 14.35% 6.33% 16.59% 8.14% 10.71% 10.40% 3.83% 2.27% 12.37%

Sumber: Hasil Survei (2019) Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Kota Bandung tahun 2019 pada dasarnya bersedia mengubah pola moda kendaraan yang mereka gunakan saat ini ke moda transportasi transportasi masal (sebanyak 59,45% responden bersedia menggunakan angkutan umum masal), sementara 18,2% lainnya bersedia dengan syarat angkutan umum masalnya nyaman dan terjangkau. Hanya 9,98% masyarakat yang tidak mau menggunakan angkutan umum masal – khususnya masyarakat di Kecamatan Cinambo.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

86


5.7.2

Sampah Kota

Lebih dari setengah masyarakat yang menjadi responden survei pembangunan di tahun 2019 menyatakan bahwa sumber permasalahan sampah yang terbesar adalah kurangnya prasarana penyimpanan dan pengangkutan sampah yang ada di Kota Bandung (sebanyak 54% dari responden menjawab hal ini). Selain masalah kurangnya prasarana, masalah kesadaran masyarakat – baik dalam hal membuang maupun pengelolaan sampah secara mandiri – juga dipersepsikan ole 38,17% masyarakat sebagai sumber permasalahan persampahan kedua terbesar. Kedua sumber penyebab masalah tersebut – kurang prasarana dan rendahnya kesadaran masyarakat – sudah mewakili lebih dari 90% persepsi masyarakat. Sedangkan sumber masalah lainnya adalah masih lemahnya manajemen petugas pengangkutan sampah (sebesar 4,86%) dan juga yang disebabkan oleh terbatasnya lahan tempat pembuangan akhir (TPA) – ini perlu disadari karena pengelolaan sampah di Kota Bandung hingga saat ini masih mengandalkan system Sanitary Landfill yang tentu saja membutuhkan luasan lahan TPA yang relatif luas. Semua sumber penyebab masalah persampahan di Kota Bandung tahun 2019 ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 5.63 Sumber Utama Masalah Persampahan di Kota Bandung Tahun 2019

Management Petugas Pengangkut Sampah, 211, (5%) Kesadaran Masyarakat kurang baik dalam membuang maupun mengelola sampah, 1659, (38%)

Permasalahan Lahan TPA, 122, (3%)

Kurang Prasarana Penyimpanan dan Pengangkutan Sampah, 2354, (54%)

Sumber: Hasil Survei (2019)

Usulan persepsi yang diberikan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah sampah kota adalah dengan memberdayakan masyarakat di lingkungan terkecil – yaitu RT, PKK dan Karang Taruna – berupa program pengelolaan persampahan berbasis masyarakat yaitu program Kang Pisman (kurangi, Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

87


pisahkan dan manfaatkan). Oleh sebab itu pemerintah harus membentuk kantong-kantong kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan kembali (recycling) sampah – khususnya sampah-sampah yang tidak bisa terurai secara langsung – agar bisa mendapatkan nilai tambah yang lebih besar. Program Kang Pisman ini bisa juga mengajak serta pihak swasta, atau juga Lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk berpartisipasi membuka pelatihan atau technical assistant untuk meningkatkan nilai tambah sampah yang dibuang. Oleh sebab itu usulan msyarakat yang kedua adalah melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan persampahan – agar bisa mendapatkan nilai tambah yang lebih besar. Gambar 5.64 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sampah Kota di Kota Bandung Peran serta masyarakan/RT dalam pengelolaan persampahan (Program Kang Pisman)

16983

Kerjasama pengelolaan persampahan dengan pihak swasta

11813

Pemberdayaan PKK & Karang Taruna dalam pengelolaan persampahan (Program Kang Pisman)

9096

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah B3

8350

Keberadaan pasukan GOBER (dikaitkan dengan Program PIPPK)

7371

Penerapan denda bagi pelaku membuang sampah sembarangan Pemberian insentif/hadiah di tingkat RW bagi RT terbaik dalam pemilahan sampah RT

7012

4565

Sumber: Hasil Survei (2019)

Upaya pemberdayaan masyarkat untuk mengelola sampah sangat dimungkinkan untuk dilakukan disemua kecamatan yang ada di Kota Bandung. Hal ini ditunjukkan dari gambar di bawah ini, dimana persepsi masyarakat terhadap usulan kegiatan untuk mengatasi masalah sampah kota dengan program pemberdayaan masyarakat dan kerjasama dengan pihak swasta mencapai lebih dari 50% di masing-masing kecamatan – kecuali untuk Kecamatan Cidadap dan Kecamatan Andir dimana persentasenya kurang dari 50%.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

88


Tabel 5.13 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sampah Kota di Kota Bandung Menurut Kecamatan

Daerah

Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Peran serta masyarakan/RT dalam pengelolaan persampahan (Program Kang Pisman) 27.22% 21.89% 24.54% 30.50% 17.59% 28.25% 26.61% 27.99% 22.97% 29.48% 23.70% 27.60% 28.48% 21.31% 22.78% 20.22% 27.84% 24.52% 29.84% 21.22% 22.71% 26.41% 31.75% 24.74% 27.03% 28.67% 26.10% 28.47% 32.80% 17.45% 26.05%

Pemberdayaan PKK Pemberian Penerapan denda Pengelolaan Bahan & Karang Taruna insentif/hadiah di Keberadaan bagi pelaku Berbahaya dan dalam pengelolaan tingkat RW bagi RT pasukan GOBER membuang Beracun (B3) dan persampahan terbaik dalam (dikaitkan dengan sampah Limbah B3 (Program Kang pemilahan sampah Program PIPPK) sembarangan Pisman) RT

Kerjasama pengelolaan persampahan dengan pihak swasta 11.15% 17.68% 19.37% 23.55% 15.18% 18.08% 17.83% 21.11% 19.04% 15.28% 14.81% 23.59% 25.35% 17.01% 14.63% 12.54% 25.75% 19.78% 20.18% 20.92% 21.06% 14.90% 12.68% 20.15% 18.24% 19.74% 17.34% 18.95% 21.74% 14.17% 18.12%

11.66% 12.07% 11.87% 16.77% 21.04% 10.77% 14.07% 10.37% 12.96% 15.73% 6.96% 16.56% 12.93% 15.33% 15.19% 10.58% 9.28% 14.15% 12.63% 11.39% 14.88% 4.28% 13.33% 20.59% 11.33% 8.28% 10.37% 11.03% 23.27% 12.34% 12.81%

13.36% 15.37% 13.47% 11.06% 15.89% 13.12% 14.60% 6.77% 14.84% 10.52% 25.48% 12.81% 15.35% 13.39% 6.11% 20.65% 17.65% 15.63% 17.47% 12.94% 16.14% 9.50% 14.85% 18.22% 13.15% 16.82% 13.27% 12.41% 13.75% 13.96% 13.95%

14.31% 12.53% 9.84% 11.38% 11.02% 12.65% 6.88% 14.23% 14.12% 18.47% 5.63% 8.33% 5.56% 10.13% 4.44% 9.28% 7.45% 12.81% 6.33% 12.89% 12.85% 9.83% 9.87% 8.59% 9.76% 7.76% 13.36% 7.59% 6.17% 11.56% 10.76%

7.31% 9.44% 8.87% 2.83% 8.27% 6.20% 4.60% 7.99% 7.83% 3.69% 6.81% 4.95% 2.42% 10.50% 14.26% 9.35% 3.59% 4.59% 3.54% 9.36% 4.73% 14.93% 6.27% 4.44% 7.03% 4.97% 3.92% 10.65% 1.99% 15.05% 7.00%

14.98% 11.02% 12.04% 3.91% 11.02% 10.94% 15.40% 11.53% 8.24% 6.83% 16.59% 6.15% 9.90% 12.34% 22.59% 17.39% 8.43% 8.52% 10.00% 11.28% 7.63% 20.15% 11.24% 3.26% 13.45% 13.77% 15.64% 10.90% 0.29% 15.47% 11.31%

Sumber: Hasil Survei (2019)

Selain itu keberhasilan program pengelolaan sampah melalui sistem pemberdayaan masyarakat juga didukung oleh keinginan masyarakat untuk mulai memisahkan sampah organic dan non organic mulai di tingkat rumah tangga. Gambar di bawah ini menunjukkan keinginan masyarakat di masing-masing kecamatan untuk memisahkan sampah mulai dari rumah. Beberapa kecamatan bersedia memisahkan sampah mulai dari skala rumah tangga dengan syarat pemerintah memberikan dan menyediakan sarana tempat pembuangan sampah yang sudah memisahkan sampah tersebut menjadi sampah organic dan sampah non organic.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

89


Tabel 5.14 Kesediaan Responden Memisahkan Sampah Organik/Anorganik di Rumah Daerah Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Bersedia 70.91% 37.88% 25.73% 9.00% 74.19% 51.21% 58.89% 63.89% 73.06% 76.50% 47.37% 56.74% 64.21% 52.74% 54.10% 26.82% 50.80% 48.21% 72.49% 77.29% 74.44% 4.65% 59.49% 32.91% 44.55% 87.79% 74.64% 50.00% 87.98% 71.97% 55.57%

Bersedia, dengan alasan 19.70% 19.39% 32.57% 54.03% 0.00% 4.83% 8.33% 9.72% 4.08% 1.50% 0.00% 14.04% 4.21% 9.95% 4.92% 24.58% 3.74% 5.36% 4.21% 0.00% 2.22% 38.76% 4.22% 24.05% 2.37% 0.58% 1.43% 13.60% 0.00% 8.33% 11.77%

Tidak Bersedia 0.00% 0.30% 3.91% 16.11% 1.61% 19.32% 2.78% 13.89% 2.45% 2.50% 0.00% 1.12% 1.05% 0.50% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 6.15% 4.07% 0.00% 25.97% 14.35% 0.00% 5.21% 0.58% 3.57% 0.00% 0.00% 16.67% 5.10%

Bukan 5 Masalah Utama 9.39% 42.42% 37.79% 20.85% 24.19% 24.64% 30.00% 12.50% 20.41% 19.50% 52.63% 28.09% 30.53% 36.82% 40.98% 48.60% 45.45% 46.43% 17.15% 18.64% 23.33% 30.62% 21.94% 43.04% 47.87% 11.05% 20.36% 36.40% 12.02% 3.03% 27.57%

Sumber: Hasil Survei (2019)

5.7.3

Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan

Perkembangan ekonomi Kota Bandung lebih banyak disumbang oleh sektor jasa, sehingga Kota Bandung terkenal sebagai Kota Jasa. Sementara itu Kota Bandung juga menjadi pusat tujuan migrasi dari para pekerja di daerah-daerah lainnya. Sebagai salah satu kota jasa terbesar di Jawa Barat, yang terus tumbuh dan berkembang aktivitas perekonomiannya, ditambah dengan derasnya arus migrasi Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

90


tenaga kerja ke Kota Bandung, sudah tentu salah satu permasalahan lainnya adalah peluang kesempatan kerja bagi penduduk kota. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa sektor jasa merupakan sektor yang bersifat labor saving, sektor-sektor jasa memiliki elastisitas kesempatan kerja yang kecil dan cenderung inelastic. Selain itu sektor-sektor jasa juga memiliki kualifikasi tenaga kerja terampil yang cukup besar.

Berdasarkan berbagai alasan teoritis seperti itu, maka persepsi

masyarakat yang menjadi responden survei persepsi pembangunan Kota Bandung 2019 seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini sangat wajar.

Gambar 5.65 Sumber Utama Masalah Sulitnya Lapangan Pekerjaan di Kota Bandung Tahun 2019

Prasyarat tidak dapat dipenuhi; pendidikan, pelatihan, usia atau keahlian atau sulit bersaing, 1259, (41%)

Perlu Peningkatan Upaya Pemerintah untuk menciptakan informasi Pasar Tenaga Kerja , 329, (11%)

Penyediaan Lapangan Pekerjaan Terbatas dibandingkan pertambahan Penduduk, 1355, (44%)

Malas Bekerja/kurang kemauan, 68, (2%)

Kebijakan Pemerintah dalam menciptakan pasar tenaga kerja yang baik belum optimal, 68,( 2%)

Sumber: Hasil Survei (2019)

Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa 80% lebih responden menyatakan bahwa sumber utama sulitnya lapangan pekerjaan di Kota Bandung tahun 2019 adalah karena penyediaan lapangan pekerjaan yang lebih terbatas dibandingkan dengan pertambahan penduduk kota. Derasnya migrasi penduduk dan sektor jasa yang menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi kota merupakan dua alasan utama kenapa masyarakat memiliki persepsi seperti itu (dan persepsi ini ditulis oleh 44,01% dari responden yang ada). Sedangkan sumber masalah dari sulitnya lapangan pekerjaan di Kota Bandung yang kedua adalah tidak terpenuhinya prasyarat – baik Pendidikan, pelatihan, usia maupun keahlian – dari pekerja atau dengan kata lain masyarakat sulit bersaing untuk mendapatkan posisi yang baik di sektor-sektor jasa yang berkembang (alasan ini ditulis oleh sebanyak 40,89% responden).

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

91


Sedangkan persepsi masyarakat yang lainnya adalah upaya pemerintah untuk menciptakan informasi pasar tenaga kerja masih sangat kurang, sehingga perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya (sumber masalah ini ditulis oleh sebanyak 10,69% responden), sedangkan 4,4% responden lainnya memilih sumber utama penyebab sulitnya lapangan pekerjaan adalah karena masyarakat kurang memiliki kemauan untuk bekerja lebih giat (2,2%) dan belum optimalnya pemerintah dalam menciptakan pasar tenaga kerja yang baik (2,2%). Ke-5 alasan tersebut bisa di lihat sepert pada gambar di atas. Penyelesaian

masalah

sulitnya

mendapatkan

lapangan

pekerjaan

bisa

diatasi

dengan

mengimplementasikan program pelatihan keterampilan berusaha yang diinisiasi oleh pemerintah daerah dengan melibatkan pihak-pihak swasta. Pada dasarnya masalah lapangan pekerjaan lebih banyak berada pada kewenangan swasta, pemerintah hanya sebagai regulator saja. Akan tetapi pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif agar pihak swasta mau berinvestasi dan membuka lapangan usaha di daerahnya. Salah satu pertimbangan daya tarik investasi i dari sudut pandang pihak swata selain return yang tinggi adalah kondisi tenaga kerja. Para investor akan tertarik berinvestasi di suatu daerah yang produktivitas pekerjanya cukup tinggi – dibandingkan dengan daerah-daerah yang produktivitas tenaga kerjanya lebih rendah. Oleh sebab itu menjadi kewajiban dari pemerintah untuk menyediakan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan dan produktivitas seperti yang disyaratkan oleh para investor. Opsi terbaik yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif dan terampil adalah dengan memberikan program pelatihan keterampilan kepada angkatan kerja. Untuk mencapai kondisi seperti itu maka daerah perlu memiliki Balai Latihan Kerja yang spesifik dan memiliki sertifikasi untuk bisa melatih tenaga kerja dengan keterampilan tertentu. Gambar di bawah ini menunjukkan 2 program yang dirasa perlu agar permasalahan kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan bisa diatasi. Jika dilihat dari keinginan masyarakat yang ada di masing-masing kecamatan, maka bisa dikelompokan ke dalam 2 hal, yaitu masyarakat yang cenderung untuk mengusulkan program pelatihan keterampilan berusaha, ada di 23 Kecamatan. Sedangkan masyarakat yang cenderung mengusulkan program sertifikasi BLK, ada di 7 Kecamatan. Adapun kecamatan-kecamatan yang mengusulkan program tersebut bisa di lihat seperti ada gambar di bawah ini.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

92


Gambar 5.66 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan di Kota Bandung

Program pelatihan ketrampilan berusaha

5319

Program sertifikasi balai latihan kerja

3912 0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Sumber: Hasil Survei (2019) Tabel 5.15 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Sulitnya Mendapatkan Lapangan Pekerjaan di Kota Bandung Menurut Kecamatan Daerah Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Program pelatihan Program sertifikasi balai ketrampilan berusaha latihan kerja 64.15% 35.85% 56.72% 43.28% 50.89% 49.11% 61.85% 38.15% 41.09% 58.91% 64.02% 35.98% 60.85% 39.15% 62.75% 37.25% 59.01% 40.99% 55.73% 44.27% 49.12% 50.88% 52.86% 47.14% 58.73% 41.27% 55.87% 44.13% 46.67% 53.33% 61.68% 38.32% 54.84% 45.16% 62.40% 37.60% 64.48% 35.52% 48.78% 51.22% 48.23% 51.77% 59.48% 40.52% 56.23% 43.77% 63.77% 36.23% 51.28% 48.72% 63.05% 36.95% 60.91% 39.09% 57.94% 42.06% 66.67% 33.33% 54.44% 45.56% 57.62% 42.38%

Sumber: Hasil Survei (2019) Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

93


5.7.4

Ketersediaan Air Bersih

Gambar di bawah ini merupakan beberapa alasan yang dikemukakan oleh masyarakat terkait dengan pertanyaan mengenai bentuk sumber penyebab dari permasalahan utama pembangunan di Kota Bandung tahun 2019, terkait dengan ketersediaan air bersih yang semakin berkurang. Berdasarkan gambar tersebut dapat diungkapkan ada 5 hal yang menjadi sumber permasalahan mengapa ketersediaan air bersih di Kota Bandung semakin berkurang, yaitu: -

Sumber permasalahan yang pertama adalah akibat dari kemarau yang berkepanjangan. Kondisi ini membuat debit air di Kota Bandung menjadi berkurang, sehingga ketersediaan air bersih pun menjadi berkurang. Fakta ini ditulis oleh 45,42% masyarakat yang menjadi responden.

-

Kurang meratanya pelayanan PDAM Tirtawening. Alasan ini di tulis oleh responden sebanyak 35,29% responden yang menjawab pertanyaan ini. Memang saat ini pelayanan PDAM Tirtawening belum bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat Kota Bandung, bahkan baru sebesar 30% rumah tangga yang terlayani oleh sistem air bersih perpipaan di Kota Bandung.

-

Penyebab lainnya dari terbatasnya ketersediaan air bersih di Kota Bandung pada tahun 2019 dikarenakan pesatnya laju pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung, sehingga kebutuhan air bersih menjadi terasa kurang – akibat laju pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang lebih besar dari laju pertumbuhan ketersediaan sumber air bersih (alasan ini di kemukakan oleh 9,38% responden). Sumber ketersediaan air bersih tumbuh lambat juga disebabkan karena kurangnya pemeliharaan daerah resapan dan penghijauan – sekali lagi disebabkan aktivitas ekonomi yang berkembang pesat – dan juga di sebabkan oleh tercemarnya sumber air bersih (kedua alasan terakhir di kemukakan masing-masing oleh 6,49% dan 3,42% responden).

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

94


Gambar 5.67 Sumber Utama Ketersediaan Air Bersih di Kota Bandung Tahun 2019

Kemarau, 1036, (45%) Penggunaan air yang semakin meningkat karena penduduk dan pembangunan, 214, (9%)

Kurangnya pemeliharaan daerah resapan dan penghijauan, 148, (7%) Tercemarnya sumber air, 78, (4%) Pelayanan PDAM kurang merata, 805, (35%)

Sumber: Hasil Survei (2019) Berdasarkan beberapa alasan yang merupakan sumber utama dari kesulitan penyediaan air bersih di Kota Bandung, masyarakat yang menjadi responden studi ini mengusulkan beberapa program kegiatan yang diperkirakan bisa mengatasi kesulitan penyediaan air bersih di Kota Bandung untuk tahun-tahun mendatang. Gambar di bawah ini menunjukkan 6 alternatif program pembangunan yang menurut persepsi masyarakat bisa menyelesaikan permasalahan ketersediaan air bersih. Ke-6 program tersebut adalah: -

Dilakukannya gerakan penghijauan secara massif di Kota Bandung, agar penyerapan air tanah bisa lebih optimal

-

Pemeliharaan drainase dan sumber daya air

-

Perluasan penyediaan sarana air bersih oleh pemerintah – melalui perluasan layanan PDAM Tirtawening

-

Dilakukannya konservasi dan peningkatan koservasi sumberdaya air dan pengendalian kerusakan sumber air oleh pemerintah Kota Bandung, misalkan membeli lahan-lahan yang menjadi sumber konservasi air di Kawasan Utara Kota Bandung

-

Pemeliharaan sarana air bersih.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

95


Gambar 5.68 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Ketersediaan Air Bersih di Kota Bandung

Gerakan penghijauan

6862

Pemeliharaan drainase dan sumber daya air

6795

Penyediaan sarana air bersih

6726

Konservasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan sumber air

5238

Pemeliharaan sarana air bersih

5177

Peningkatan konservasi daerah tangkapan air dan sumber air

3402

Sumber: Hasil Survei (2019)

Tidak semua kecamatan di Kota Bandung memiliki prioritas usulan solusi untuk meningkatkan ketersediaan air bersih yang sama. Gambar di bawah ini menunjukkan program-program prioritas di masing-masing kecamatan di Kota Bandung (yaitu program-program yang memiliki nilai persentase persepsi terbesar di tiap kecamatana). Seperti di Kecamatan Bandung Kulon, program prioritas untuk mengatasi ketersediaan air bersih dilakukan melalui pengimplementasian program pemeliharaan sarana air bersih dan juga program pemeliharaan drainase dan sumberdaya air. Sementara itu untuk Kecamatan Andir program prioritas yang harus dilaksanakan adalah Peningkatan penyediaan sarana air bersih dan juga pemeliharaan sarana air bersih.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

96


Tabel 5.16 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Ketersediaan Air Bersih di Kota Bandung Menurut Kecamatan

Daerah

Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung

Pemeliharaan drainase dan sumber daya air

Konservasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan sumber air

18.97% 19.55% 21.85% 22.67% 18.27% 18.47% 18.96% 12.08% 18.46% 21.05% 17.46% 26.67% 22.05% 17.10% 17.78% 15.78% 18.69% 15.90% 20.95% 21.57% 23.81% 14.29% 22.79% 21.47% 25.42% 25.99% 20.11% 17.83% 32.96% 19.78% 19.87%

16.69% 19.74% 22.58% 20.67% 15.80% 13.66% 12.97% 13.21% 14.88% 9.36% 13.97% 25.69% 19.49% 17.68% 15.29% 12.15% 17.60% 12.08% 20.74% 14.27% 17.62% 7.67% 13.88% 19.33% 19.38% 14.56% 13.11% 12.71% 21.67% 15.05% 15.32%

Gerakan penghijauan

Penyediaan sarana Pemeliharaan air bersih sarana air bersih

7.96% 19.29% 19.22% 17.33% 26.42% 20.98% 22.27% 24.78% 22.93% 24.44% 29.63% 20.59% 20.00% 18.07% 16.47% 27.19% 18.03% 22.15% 23.17% 14.87% 16.67% 18.67% 19.33% 22.93% 16.25% 26.39% 21.20% 21.08% 23.27% 21.29% 20.06%

26.58% 15.92% 14.57% 17.33% 12.84% 22.51% 20.00% 24.65% 18.29% 23.74% 14.71% 10.98% 2.56% 18.26% 20.78% 21.63% 15.63% 23.26% 12.59% 20.60% 11.90% 30.50% 22.61% 17.47% 12.50% 4.90% 21.42% 20.40% 14.69% 15.70% 19.67%

Peningkatan konservasi daerah tangkapan air dan sumber air

19.78% 13.72% 10.48% 11.33% 8.64% 17.70% 15.24% 21.13% 12.20% 13.68% 11.64% 9.22% 15.90% 16.91% 17.65% 15.33% 15.74% 15.35% 9.63% 16.53% 15.71% 22.67% 12.12% 14.40% 11.25% 17.55% 19.78% 15.61% 6.48% 14.19% 15.14%

10.02% 11.78% 11.32% 10.67% 18.02% 6.67% 10.57% 4.15% 13.25% 7.72% 12.59% 6.86% 20.00% 11.98% 12.03% 7.93% 14.32% 11.25% 12.91% 12.17% 14.29% 6.21% 9.27% 4.40% 15.21% 10.61% 4.37% 12.36% 0.93% 13.98% 9.95%

Sumber: Hasil Survei (2019)

5.7.5

Banjir

Masyarakat yang menjadi responden menganggap bahwa permasalahan banjir di Kota Bandung disebabkan oleh 5 hal utama, yaitu: -

Masalah yang terkait dengan kondisi prasarana, khususnya kurangnya prasarana saluran air atau kurang berfungsinya prasarana penyaluran air. Volume air hujan yang cukup besar tidak mampu tertampung oleh prasarana saluran air - baik karena fungsinya yang berkurang atau memang secara kuantitas prasarana saluran air tersebut tidak cukup untuk menampung limpasan air hujan yang cukup besar. Sebanyak 44% masyarakat yang menjadi responden

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

97


mengatakan bahwa kurang dan tidak berfungsinya sarana menjadi penyebab banjir di Kota Bandung -

Ada sebanyak 41% masyarakat yang menjadi responden menyatakan bahwa penyebab utama lainnya dari banjir di Kota Bandung dikaitkan dengan persampahan. Banjir selalu dikaitkan dengan masalah sampah yang memenuhi saluran air – baik itu selokan, sungai dan lainnya – yang berakibat meluapnya air dari salurannya, dan kemudian mengakibatkan banjir.

-

Sedangkan sumber permasalahan lainnya di tunjukkan oleh gambar di bawah ini, seperti berkurangnya resapan air akibat pembangunan di Kota Bandung, Curuh hujan yang cukup tinggi serta rendahnya kesadaran atu ketidakpatuhan masyarakat atas aturan.

Gambar 5.69 Penyebab Utama Masalah Banjir di Kota Bandung Tahun 2019

Masalah Prasarana, kurang dan tidak berfungsi dengan baik, 859, (44%)

Resapan Air Berkurang karena Pembangunan , 220,( 11%)

Terkait Masalah Sampah, 808, (41%)

Ketidakpatuhan/ kesadaran masyarakat, 16, (1%)

Terkait Curah Hujan , 64, (3%)

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

98


Gambar 5.70 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Banjir di Kota Bandung

Pemeliharaan drainase dan sumber daya air

6888

Pembersihan dan pengerukan sungai/kali

6475

Normalisasi sungai

5736

Pengendalian banjir pada daerah tangkapan air dan hulu-hulu sungai

5619

Membangun irigasi/infrastruktur publik daerah

4787

Sumber: Hasil Survei (2019)

Oleh sebab itu maka usulan terbesar yang diberikan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah banjir di Kota Bandung terkait dengan masalahnya, yaitu pemeliharaan prasaran air (drainase) dan sumberdaya air, pembersihan dan pengerukan sungai, program pembangunan yang terkait dengan proses normalisai sungai – mengembalikan fungsi sungai sesuai dengan fungsi awalnya. Usulan yang ada di masing-masing kecamatan dalam upaya mencegah banjir juga relatif berbeda, bergantung pada permasalahan yang di hadapi di masing-masing kecamatannya. Oleh sebab itu ranking urutan penyelesian permasalahan banjir di masing-masing kecamatan bisa di lihat seperti pada gambar di bawah ini.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

99


Tabel 5.17 Persepsi Usulan Masyarakat Terhadap Solusi Mengatasi Masalah Banjir di Kota Bandung Menurut Kecamatan

Daerah

Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujungberung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Cidadap Kota Bandung

Pengendalian Pembersihan dan Membangun irigasi banjir pada daerah pengerukan Normalisasi sungai / infrastruktur tangkapan air dan sungai/kali publik daerah hulu-hulu sungai

Pemeliharaan drainase dan sumber daya air 25.48% 23.66% 23.31% 28.05% 21.96% 19.87% 26.03% 17.78% 22.81% 27.93% 18.87% 25.27% 26.87% 22.93% 25.60% 21.21% 24.04% 22.33% 28.32% 18.10% 20.95% 22.75% 20.97% 23.21% 26.96% 27.50% 22.40% 23.84% 18.00% 23.35%

26.79% 21.42% 23.11% 23.68% 14.39% 25.60% 19.18% 23.91% 23.38% 22.88% 22.36% 25.97% 22.99% 22.49% 17.60% 18.71% 22.91% 19.89% 24.74% 20.56% 22.62% 25.10% 19.88% 22.05% 22.03% 20.00% 23.39% 17.58% 23.33% 21.95%

17.74% 21.24% 22.48% 14.48% 21.64% 20.27% 17.44% 18.31% 19.29% 18.38% 12.51% 22.39% 16.62% 20.44% 22.80% 14.47% 17.84% 21.59% 17.66% 21.27% 24.52% 23.14% 11.03% 24.10% 19.13% 12.50% 18.25% 16.77% 18.00% 19.04%

12.74% 15.58% 18.54% 24.14% 21.90% 21.07% 22.65% 26.49% 16.71% 14.14% 31.49% 14.93% 17.81% 18.31% 14.13% 22.95% 22.54% 21.69% 16.63% 20.56% 18.57% 14.12% 22.42% 19.36% 16.81% 25.00% 22.30% 16.57% 23.33% 19.44%

17.26% 18.11% 12.55% 9.66% 20.11% 13.20% 14.70% 13.51% 17.81% 16.67% 14.77% 11.44% 15.72% 15.82% 19.87% 22.65% 12.68% 14.50% 12.65% 19.52% 13.33% 14.90% 25.70% 11.28% 15.07% 15.00% 13.66% 25.25% 17.33% 16.22%

Sumber: Hasil Survei (2019)

5.8. Perbandingan Persepsi Permasalahan tahun 2019 dengan 2018 Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa terdapat 10 permasalahan utama pembangunan di Kota Bandung yang dirasakan oleh masyarakat – mulai dari masalah kemacetan di jalan-jalan Kota Bandung, hingga masalah penyaluran dana Bantuan Sosial (Bansos). Survei persepsi masyarakat terhadap pembangunan di Kota Bandung tahun 2019, juga mencoba menggali kembali bagaimana persepsi masyarakat terhadap 10 permasalahan yang ada di Kota Bandung tahun 2018. Gambar di bawah ini menggambarkan perbandingan persepsi masyarakat untuk 10 permasalahan Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

100


utama Kota Bandung yang ada di tahun 2018 dan mengukur seberapa besar perubahannya di tahun 2019.

Gambar 5.71 Perbandingan Persepsi Masyarakat Terhadap 10 Permasalahan di Kota Bandung Tahun 2018 dan 2019 70.00 60.00 50.00

57.50

45.61

40.00

2018

2019

30.00 20.00 10.00 -

15.72 12.05 8.41

7.05

1.14

9.18 3.70 5.29

5.05 5.80 4.34 1.75

3.30 3.85 3.14 3.20 2.10

1.84

Sumber: Hasil Survei (2019)

Pada tahun 2019 persentase masyarakat yang merasa bahwa kemacetan di Kota Bandung merupakan masalah yang perlu segera diselesaikan meningkat menjadi sebesar 57,5% (dibandingkan dengan tahun 2018 yang hanya sebesar 45,61%). Begitu juga dengan masalah penyediaan lapangan pekerjaan, 9,18% masyarakat Kota Bandung merasa penyediaan lapangan pekerjaan tahun 2019 menjadi lebih sulit jika dibandingkan dengan tahun 2018 (pada tahun 2018 sebanyak 5,29% masyarakat merasa penyediaan lapangan pekerjaan menjadi salah satu masalah di Kota Bandung). Permasalahan ketersediaan air bersih, peningkatan harga-harga barang, masalah perekonomian juga mengalami hal yang sama – terjadi sedikit peningkatan persepsi terhadap permasalahan tersebut dari sudut pandang masyarakat yang menjadi responden. Sedangkan untuk permasalahan sampah, infrastruktur kota, Banjir, masalah keamanan dan juga masalah penyaluran Bansos, terjadi penurunan persepsi terhadap permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan infrastruktur memiliki penurunan persepsi yang paling besar – pada tahun 2018 sebanyak 8,41% masyarakat menganggap infrastruktur kota merupakan masalah, akan tetapi Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

101


pada tahun 2019 masyarakat merasa pembangunan infrastruktur kota tidak begitu menjadi permasalahan lagi, karena hanya 1,14% dari masyarakat yang menganggapnya masalah.

Gambar 5.72 Perbandingan Persepsi Masyarakat Terhadap 5 Permasalahan Utama di Kota Bandung Tahun 2019 dan 2018 80.00

57.50

60.00 45.61

40.00

2018

20.00

2019

15.72 12.05

9.18

5.05 5.80

5.29

0.00

7.05

3.70

Kemacetan

Sampah

Lapangan Pekerjaan

Ketersediaan Air Bersih

Banjir

2018

45.61

15.72

5.29

5.05

7.05

2019

57.50

12.05

9.18

5.80

3.70

Sumber: Hasil Survei (2019)

Sedangkan untuk 5 permasalahan utama pembangunan di Kota Bandung tahun 2019 – yaitu masalah kemacetan, pengelolaan sampah, lapangan Pekerjaan, penyediaan air Bersih dan stabilitas harga barang – persepsi masyarakat terhadap kondisi ke-5 permasalahan tersebut dibandingkan tahun 2018 dapat dijelaskan sebagai berikut: -

Terjadi peningkatan terhadap persepsi masyarakat terhadap permasalahan kemacetan (meningkat dari 45,61% menjadi 57,5%), penyediaan lapangan pekerjaan (meningkat dari 5,29% menjadi 9,18%), ketersediaan air bersih (meningkat menjadi 5,8% dari 5,05%)

-

Sedangkan persepsi masyarakat terhadap permasalahan sampah dan permasalahan banjir di Kota Bandung

mengalami penurunan – yaitu terjadi penurunan dari sebesar 15,72%

masyarakat yang menganggap sampah adalah 5 permasalahan pembangunan Kota Bandung tahun 2018, menjadi hanya 12,05% masyarakat yang menjadi responden yang menganggap sampah adalah 5 permasalahan utama di Kota Bandung, begitu juga dengan permasalahan banjir terjadi penurunan dari 7,05% menjadi 3,70%. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

102


Perbandingan persepsi terhadap 5 permasalahan pembangunan Kota Bandung tahun 2019 berdasarkan kecamatan, ditunjukkan oleh 2 gambar di bawah ini.

Kedua gambar tersebut

menjelaskan mengenai perbandingan persentase persepsi masalah masyarakat Kota Bandung tahun 2019 dan 2018, dan juga selisih dari persentase persepsi di kedua tahun tersebut – dimana jika nilainya negatif maka masyarakat menganggap permasalahan tersebut bertambah besar di tahun 2019 jika dibandingkan dengan tahun 2018, dan sebaliknya jika bertanda positif. Berdasarkan kedua gambar tersebut dapat disimpulkan: -

Untuk masalah kemacetan, hanya masyarakat di Kecamatan Astanaanyar, Lengkong, Batununggal, Cinambo dan Gedebage yang memiliki persepsi bahwa masalah kemacetan sudah berkurang di daerahnya – bahkan perubahan persepsi terbesar masyarakat terjadi di Kecamatan Gedebage. Sementara itu di Kecamatan lainnya persepsi masyarakat terhadap masalah kemacetan justru semakin besar. Masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kidul berpersepsi bahwa kemacetan di Kota Bandung semakin parah – terjadi penambahan persepsi masyarakat sebesar 57,82% - demikian juga dengan masyarakat di Kecamatan Bandung Kidul, Cicendo dan Arcamanik, di ketiga kecamatan ini sekitar 40% lebih masyarakat memandang bahwa masalah kemacetan di Kota Bandung bertambah parah.

-

Masyarakat di Kecamatan Kota Bandung mengapresiasi upaya pemerintah Kota Bandung dalam menangani permasalahan sampah selama periode 1 tahun ke belakang. Hanya masyarakat di 5 kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Kota Bandung yang menganggap permasalahan sampah tahun 2019 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2018 – yaitu masyarakat di Kecamatan Sumur Bandung, Astana Anyar, Batununggal, Cinambo dan Panyileukan. Sementara masyarakat di kecamatan lainnya berpersepsi bahwa permasalahan sampah di tahun 2019 ini berkurang dibandingkan dengan tahun 2018.

-

Secara umum persepsi masyarakat yang menjadi responden terhadap permasalahan penyediaan lapangan pekerjaan di tahun 2019 menunjukkan kondisi yang lebih buruk dibandingkan dengan tahun 2018. Kondisi ini konsisten dengan persepsi masyarakat di tingkat kecamatan. Ada 20 Kecamatan yang masyarakatnya memiliki persepsi bahwa peluang mendapatkan lapangan pekerjaan di tahun 2019 relatif lebih sulit dibandingkan dengan tahun 2018 (khususnya di Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cibeunying Kaler dan Kecamatan Astanaanyar), sementara 9 kecamatan lainnya menyatakan sebaliknya – hanya 1 kecamatan yang menganggap kondisi tahun 2018 sama seperti tahun 2019.

-

Pada tahun 2019 secara umum masyarakat yang menjadi responden menilai bahwa kondisi ketersediaan air bersih tahun ini lebih buruk dibandingkan dengan tahun 2018 – khususnya berdasarkan persepsi masyarakat di Kecamatan Gedebage dan Kecamatan Lengkong dan 12 Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

103


kecamatan lainnya. Sedangkan 15 kecamatan menyatakan kondisi ketersediaan air bersih tahun 2019 ini sedikit lebih baik, sementara 1 kecamatan lainnya menyatakan sama saja. -

Meskipun menurut masyarakat Kota Bandung yang menjadi responden masalah banjir menjadi semakin baik di tahun 2019, akan tetapi menurut masyarakat di Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Cinambo dan Kecamatan Gedebage, masalah banjir di tahun 2019 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2018.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

104


Tabel 5.18 Perbandingan Persepsi Masyarakat di Tingkat Kecamatan Terhadap 5 Permasalahan Utama di Kota Bandung Tahun 2019 dan 2018 KECAMATAN

Kemacetan

2018 Sukasari 57.47 Andir 47.51 Cicendo 30.96 Sukajadi 45.45 Cidadap 80.31 Coblong 43.95 Bandung Wetan 44.07 Sumur Bandung 33.33 Cibeunying Kidul 29.09 Cibeunying Kaler 38.76 Bandung Kulon 42.07 Babakan Ciparay 42.69 Bojongloa Kaler 31.25 Bojongloa Kidul 24.68 Astanaanyar 34.57 Regol 42.44 Lengkong 63.19 Kiaracondong 60.00 Batununggal 28.17 Arcamanik 31.82 Mandalajati 45.11 Antapani 57.66 Ujungberung 76.40 Cibiru 60.63 Cinambo 20.75 Panyileukan 38.27 Bandung Kidul 50.91 Buah Batu 51.43 Gedebage 53.42 Rancasari 56.22 Kota Bandung 45.61

2019 60.11 46.80 72.53 67.66 91.54 54.55 58.23 61.80 39.30 35.48 42.77 68.79 41.83 82.50 8.81 46.35 34.86 89.94 19.66 71.01 51.23 83.33 66.29 76.70 2.04 50.00 93.06 75.42 7.45 67.86 57.50

Sampah 2018 3.45 13.12 14.72 13.90 8.66 20.63 22.03 12.12 16.36 18.60 30.69 12.69 20.31 22.15 19.14 10.47 11.66 13.85 30.56 12.34 8.27 12.41 12.36 13.75 3.77 13.58 5.45 15.24 9.59 14.59 15.72

2019 0.55 9.20 15.45 3.83 3.85 19.70 16.46 30.34 12.94 9.03 31.19 3.50 11.03 2.00 38.99 11.46 4.57 0.32 44.48 5.33 9.88 3.76 0.57 3.98 16.33 26.09 4.86 7.20 4.26 9.69 12.05

Lapangan Pekerjaan 2018 4.02 5.88 5.08 6.95 0.79 5.38 0.00 10.61 13.33 6.20 3.45 7.31 10.55 5.70 6.17 5.81 4.29 3.85 6.35 5.19 6.02 3.65 1.12 1.25 11.32 3.70 9.09 2.38 2.74 1.08 5.29

2019 30.60 14.40 2.58 7.23 0.00 6.06 0.00 0.00 13.93 25.81 7.72 9.87 19.01 1.50 21.38 8.85 4.57 3.25 13.79 10.65 9.26 2.15 12.57 7.95 6.12 10.87 0.00 5.08 4.26 3.06 9.18

Ketersediaan Air Bersih 2018 11.49 20.81 11.17 2.14 0.79 1.79 1.69 6.06 7.27 0.78 3.45 6.15 2.73 5.70 0.00 4.07 0.00 1.92 9.92 11.69 11.28 0.73 0.56 1.25 13.21 7.41 0.00 1.90 5.48 0.00 5.05

2019 6.56 10.00 4.72 5.11 1.54 4.55 0.00 0.00 1.99 5.16 4.18 0.32 1.90 0.00 6.29 11.46 40.57 1.95 8.28 2.37 14.20 1.61 0.00 0.00 14.29 0.00 0.00 0.85 53.19 2.04 5.80

Banjir 2018 0.00 0.45 3.05 1.07 0.00 7.62 0.00 3.03 3.03 2.33 5.52 6.15 10.94 8.23 23.46 13.95 7.98 2.69 1.59 10.39 3.01 13.14 2.81 1.25 30.19 23.46 17.27 11.90 6.85 15.14 7.05

2019 0.00 1.20 2.15 0.43 0.00 2.65 25.32 0.00 3.48 3.87 2.57 3.50 5.32 0.00 10.06 3.13 3.43 0.00 2.76 5.92 0.62 4.30 2.86 0.00 53.06 7.61 0.69 4.24 17.02 4.59 3.70

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

105


Tabel 5.19 Perbandingan Selisih Persepsi Masyarakat di Tingkat Kecamatan Terhadap 5 Permasalahan Utama di Kota Bandung Tahun 2019 dan 2018

KECAMATAN Sukasari Andir Cicendo Sukajadi Cidadap Coblong Bandung Wetan Sumur Bandung Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Kiaracondong Batununggal Arcamanik Mandalajati Antapani Ujungberung Cibiru Cinambo Panyileukan Bandung Kidul Buah Batu Gedebage Rancasari Kota Bandung

Kemacetan -2.64 0.71 -41.57 -22.21 -11.22 -10.60 -14.16 -28.46 -10.21 3.28 -0.70 -26.10 -10.58 -57.82 25.76 -3.91 28.33 -29.94 8.52 -39.19 -6.12 -25.67 10.12 -16.08 18.71 -11.73 -42.15 -24.00 45.98 -11.64 -11.89

Sampah 2.90 3.92 -0.73 10.07 4.82 0.93 5.58 -18.22 3.43 9.57 -0.50 9.19 9.29 20.15 -19.86 -0.99 7.09 13.52 -13.93 7.01 -1.61 8.65 11.79 9.77 -12.55 -12.51 0.59 8.03 5.33 4.90 3.67

Lapangan Ketersediaan Pekerjaan Air Bersih -26.58 4.94 -8.52 10.81 2.50 6.45 -0.28 -2.97 0.79 -0.75 -0.68 -2.75 0.00 1.69 10.61 6.06 -0.60 5.28 -19.60 -4.39 -4.27 -0.73 -2.56 5.84 -8.46 0.83 4.20 5.70 -15.21 -6.29 -3.04 -7.39 -0.28 -40.57 0.60 -0.02 -7.44 1.64 -5.46 9.32 -3.24 -2.92 1.50 -0.88 -11.45 0.56 -6.70 1.25 5.20 -1.08 -7.17 7.41 9.09 0.00 -2.70 1.06 -1.52 -47.71 -1.98 -2.04 -3.89 -0.75

Banjir 0.00 -0.75 0.90 0.64 0.00 4.97 -25.32 3.03 -0.45 -1.55 2.94 2.65 5.61 8.23 13.39 10.83 4.55 2.69 -1.17 4.47 2.39 8.84 -0.05 1.25 -22.87 15.85 16.58 7.67 -10.17 10.54 3.35

Sumber: Hasil Survei (2019)

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

106


BAB 6 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari persepsi 6000 responden di Kota Bandung Tahun 2019, terhadap hasil-hasil pembangunan di Kota Bandung yang dirasakan oleh masyarakat dapat disimpulkan bahwa: i.

Terdapat 5 permasalahan utama pembangunan Kota Bandung di tahun 2019 ini, yaitu kemacetan, sampah kota, semakin sulitnya masyarakat mendapatkan pekerjaan, mengecilnya persediaan air bersih, serta masalah banjir.

ii.

Kondisi masalah kemacetan, kesulitan mencari lapangan pekerjaan, serta ketersediaan air bersih di tahun 2019 dipersepsikan semakin meningkat oleh masyarakat, dibandingkan dengan tahun 2018. Dengan kata lain tingkat permasalahannya semakin parah. Akan tetapi untuk masalah sampah dan banjir – meskipun tetap menjadi permasalahan utama pembangunan kota – persepsi masyarakat di tahun 2019 lebih menurun dibandingkan dengan kondisinya pada tahun 2018, atau mulai berkurang keparahannya.

iii.

Meskipun masyarakat memandang 5 masalah tersebut adalah masalah utama pembangunan di Kota Bandung, sebagian besar masyarakat masih mentolerirnya permasalahan-permasalahan tersebut dan berharap pemerintah bisa sedikit-demi sedikit mulai memperbaikinya. Kecuali untuk masalah penyediaan lapangan pekerjaan, masyarakat cenderung untuk tidak mentolerir berkurangnya probabilitas masyarakat untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu menjadi tugas pemerintah untuk bisa menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk Kota Bandung secara layak.

iv.

Beberapa catatan masyarakat terkait usulan penyelesaian masalah pembangunan di Kota Bandung ke depan yang dianggap prioritas untuk dikerjakan oleh Pemerintah Daerah Kota Bandung diantaranya adalah: -

Untuk masalah kemacetan, masyarakat mengusulkan agar Pemerintah Daerah melaksanakan lebih serius dengan tingkat efektivitas yang semakin tinggi terhadap kegiatan pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum serta segera mewujudkan angkutan umum masal (MRT) yang nyaman dan terjangkau oleh masyarakat secara luas

-

Usulan untuk perbaikan masalah sampah kota adalah dengan membuat program pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampahnya mulai dari lingkungan yang paling kecil. Program Kang Pisman bisa menjadi langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

107


-

Permasalahan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang dirasakan oleh masyarakat saat ini memerlukan perhatian lebih dari Pemerintah Daerah.

Pemerintah diharapkan mampu

mengiplementasikan program pelatihan keterampilan berusaha yang diinisiasi oleh pemerintah daerah dengan melibatkan pihak-pihak swasta, pemerintah diharapkan mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif agar pihak swasta mau berinvestasi dan membuka lapangan usaha di daerahnya. Selain itu

Pemerintah Daerah juga didorong untuk

menyediakan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan dan produktivitas seperti yang disyaratkan oleh para investor. -

Usulan penyelesaian terhadap berkurangnya ketersediaan air bersih di Kota Bandung dari sudut pandang masyarakat adalah, bahwa pemerintah harus melakukan gerakan penghijauan secara masif agar penyerapan air tanah bisa lebih optimal, perlu juga dilakukan pemeliharaan drainase dan sumberdaya air yang lebih efektif, serta perluasan penyediaan sarana air bersih oleh pemerintah – melalui perluasan layanan PDAM Tirtawening

-

Sedangkan untuk menyelesaikan masalah banjir masyarakat mengharapkan agar Pemerintah Daerah bisa melakukan pemeliharaan prasaran air (drainase) dan sumberdaya air, pembersihan dan pengerukan sungai, program pembangunan yang terkait dengan proses normalisai sungai – mengembalikan fungsi sungai sesuai dengan fungsi awalnya.

Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

108


Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kota Bandung 2019

109


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.